Hepatitis b

33
SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI HEPATITIS B DI DESA BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 KELAS B 1. APRILINA PUTRI SANTOSO (131011120) 2. FEBRINA TARIHORAN (131011121) 3. MUHAMAD IHLASUL AMAL (131011123) 4. MERRY KRISTIN WARUWU (131011125) 5. DITA DRESTI WARDANI (131011128) 6. AFINING DINA ARIYANTI (131011129) 7. RINA QOIDATUL AWALIYAH (131011130) 8. RAHMA ERDHA YUNITA (131011131) 9. GRISPENJAS SUMARTONO M.P.R.A (131011132) 10. NIKEIN TRISNA HARTINI (131011134) 11. RATNA AGUSTINA AKBAR (131011135) 12. ARIFIN KHOLILUL ANAM (131011136) 13. SITI SULIHA (131011137) 14. NANDYA AYU S (131011138) 15. ARI KURNIAWAN RADJA (131011139) 16. YUDISA DIAZ LUTHFI S (131011140) 17. PUTRI ADELIYA (131011141) 18. BUDI FAISOL WAHYUDI (131011142) 19. KHOTIMATUL HUSNA (131011143)

description

h

Transcript of Hepatitis b

Page 1: Hepatitis b

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI HEPATITIS B

DI DESA BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN

SURABAYA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 KELAS B1. APRILINA PUTRI SANTOSO (131011120)2. FEBRINA TARIHORAN (131011121)3. MUHAMAD IHLASUL AMAL (131011123)4. MERRY KRISTIN WARUWU (131011125)5. DITA DRESTI WARDANI (131011128)6. AFINING DINA ARIYANTI (131011129)7. RINA QOIDATUL AWALIYAH (131011130)8. RAHMA ERDHA YUNITA (131011131)9. GRISPENJAS SUMARTONO M.P.R.A (131011132)10. NIKEIN TRISNA HARTINI (131011134)11. RATNA AGUSTINA AKBAR (131011135)12. ARIFIN KHOLILUL ANAM (131011136)13. SITI SULIHA (131011137)14. NANDYA AYU S (131011138)15. ARI KURNIAWAN RADJA (131011139)16. YUDISA DIAZ LUTHFI S (131011140)17. PUTRI ADELIYA (131011141)18. BUDI FAISOL WAHYUDI (131011142)19. KHOTIMATUL HUSNA (131011143)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2012

Page 2: Hepatitis b

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Imunisasi Hepatitis B

Sasaran : Kader posyandu

Hari/tgl : Rabu, 19 September 2012

Tempat : Balai desa kelurahan Bulak Banteng

Pelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIR

Waktu : Pukul 08.00-08.30 WIB

I. Tujuan Instruksional Umum

Kader posyandu memahami tentang imunisasi hepatitis B setelah mendapat

penyuluhan

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapat penyuluhan, kader posyandu dapat:

1. Mengetahui anatomi organ hepar

2. Mengetahui pengertian hepatitis B

3. Mengetahui macam-macam hepatitis B

4. Mengetahui penyebab hepatitis B

5. Mengetahui tanda dan gejala hepatitis B

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang hepatitis B

7. Mengetahui penatalaksanaan hepatitis B

8. Mengetahui pencegahan hepatitis B

III. Materi

1. Anatomi organ hepar

2. Pengertian hepatitis B

3. Macam-macam hepatitis B

4. Penyebab hepatitis B

5. Tanda dan gejala hepatitis B

6. Pemeriksaan penunjang hepatitis B

7. Penatalaksanaan hepatitis B

8. Pencegahan hepatitis B

IV. Metode

Ceramah dan Tanya jawab

V. Media

Flip chart dan Tanya jawab

Page 3: Hepatitis b

VI. Pengorganisasian

Penyaji : Merry Kristin Waruwu

Moderator : Khotimatul Husna

Observer & Notulen : Siti Suliha

VII. Pelaksanaan

No. Tahap dan

waktu

Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta

1. Pendahuluan 5

menit

Pembukaan:

1. Mengucapkan

salam dan

memperkenalkan

diri

2. Menyampaikan

tujuan dan maksud

dari penyuluhan.

3. Menjelaskan

kontrak waktu &

mekanisme

kegiatan.

4. Menyebutkan

materi penyuluhan

yang akan

diberikan

1. Menjawab salam

2. Mendengarkan

kontrak

pembelajaran

3. Mendengarkan

tujuan dari

penyuluhan

4. Mendengarkan

materi penyuluhan

2. Kegitan inti 20

menit

Pelaksanaan:

1. Menggali

pengetahuan dan

pengalaman

peserta mengenai

hepatitis B

2. Menjelaskan

materi

3. Memberi

kesempatan

1. Mendengarkan

dan

memperhatikan

2. Peserta

mengajukan

pertanyaan

tentang meteri

yang kurang

dipahami

3. Mendengarkan

Page 4: Hepatitis b

kepada peserta

untuk mengajukan

pertanyaan

4. Menjawab

pertanyaan yang

diajukan peserta

dan

memperhatikan

4. Peserta

mengajukan

pertanyaan

tentang meteri

yang kurang

dipahami

3. Penutup 5

menit

Evaluasi:

1. Menanyakan

kembali materi

yng telah

disampaikan

2. Penyuluh

menyimpulkan

materi yang sudah

disampaikan

3. Petugas

membagikan

leaflet kepada

peserta seminar

1. Peserta menjawab

pertanyaan yang

diberikan

penyuluh

2. Para peserta

mendengarkan

kesimpulan materi

yang disampaikan

VIII. Evaluasi

1.Kriteria struktur

a. kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan

b. pembuatan SAP, leaflet dan flipchart dilakukan 2 hari sebelumnya

c. peserta ditempat yang telah ditentukan

d. pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat

penyuluhan dilaksanakan

2. Kriteria Proses

a. peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b. peserta mendengar dan memperhatikan penyuluhan

c. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA

Page 5: Hepatitis b

d. pengorganisasian berjalan sesuai dengan job discription

3. Kriteria Hasil

a. peserta yang datang sejumlah 10 orang atau lebih

b. acara dimulai tepat waktu

c. audiensi mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan

d. peserta mampu menjawab dengan benar 75 % dari pertanyaan penyuluh.

Page 6: Hepatitis b

MATERI PENYULUHAN IMUNISASI HEPATITIS B

A. Anatomi Hati

Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran

dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu,

pengaturan metabolisme kolesterol, menetralkan racun dan obat.  Namun pada saat organ

hati mengalami peradangan atau terinfeksi, kemampuannya untuk melakukan fungsi-

fungsi tersebut menjadi terganggu.

B. Definisi Hepatitis

Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Hepatitis

dapat diartikan secara sederhana, yaitu suatu peradangan pada hati. Definisi hepatitis

menurut beberapa ahli adalah Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada

jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-

obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis merupakan infeksi

sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas

(Smeltzer, 2001). Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin

seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan Keperawatan Pada Anak,

2002; 131). Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap

virus, obat atau alkohol (Patofisiologi Untuk Keperawatan, 2000;145).

Page 7: Hepatitis b

C. Klasifikasi Hepatitis B

Hepatitis B merupakan infeksi hati yang disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai

hepatitis B. ‘Hepatitis’ berarti ‘radang atau bengkak hati’(Smeltzer, suzanna C 2001).

a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki

ukuran 42 nm

b. Ditularkan melalui darah atau produk darah, saliva, semen, sekresi vagina. Ibu hamil

yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses

persalinan.

c. Masa inkubasi 40 – 180 hari dengan rata- rata 75 hari.

d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan

terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para pemakai obat yang

menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual baik

heteroseksual maupun pria homoseksual

D. Penyebab

Penyebab hepatitis biasanya terjadi karena adanya infeksi atau terdeteksi adanya virus

yang bersarang pada tubuh. Penyebab hepatitis banyak sekali yang pada umumnya

memang disebabkan karena adanya virus seperti dari tipe hepatitis A, B, C, D atau E.

Penyebab lainnya juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi virus yang bernama

mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab non

virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.

Penyebab hepatitis timbul dari awal mula dilihat dari segi kebersihan lingkungan dan

bagaimana manusia itu sendiri menjaga kebersihan diri dan lingkungan disekitar mereka

tinggal baik di lingkungan rumah dan tempat dimana bekerja.

Berikut ini ada beberapa penyebab dari hepatitis yang dilatar belakangi adanya virus dari

tiap tipe atau jenis hepatitis itu sendiri.

Hepatitis B adalah salah satu jenis hepatitis yang cukup berbahaya dari jenis hepatitis

lainnya. Hepatitis B menduduki tingkat 10 % untuk kasus yang paling banyak seseorang

yang menderita hepatitis B yang kemudian akan berkembang menjadi hepatitits akut atau

kronis. Hepatitis B dapat timbul karena adanya infeksi virus yang dibawa dari hepatitis B

itu sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah Virus Hepatitis B (VHB).

Namun umumnnya mereka yang terserang hepatitis B ini tidak mengalami gejala-

gejala medis yang begitu nyata, seperti adanya kelainan dan atau gangguan kesehatan

lainnya. Orang tersebut dapat dikatakan sebagai pembawa VHB atau carrier VHB.

Page 8: Hepatitis b

Seseorang yang memiliki carrier atau pembawa virus hepatitis B atau VHB ini

sebenarnya memiliki sistem pertahanan tubuh yang cukup baik sehingga virus hepatitis B

menjadi tidak aktif, VHB yang tidak aktif akan menyebabkan mekanisme pertahanan

tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai musuh sehingga sistem imun tubuh tidak

melakukan perlawanan, namun keadaan akan berbalik apabila pertahanan tubuh menurun,

maka akan memberikan peluang pada virus hepatitis B ini untuk berkembang dan

kemudian akan memperlihatkan gejala nyata pada hepatitis.

Gambar : virus hepatitis B

Virus hepatitis B yang semakin berkembang akan menjadi hepatitis akut atau kronis

dan keadaan ini akan semakin memperburuk keadaan hepatitis dan pada akhirnya akan terjadi

sirosis (kerusakan fungsi hati), dan kanker hati yang dapat mengakibatkan kematian. Virus

hepatitis B ini dapat ditularkan melalui darah, air liur, air susu ibu, cairan vagina atau sperma,

jarum suntik yang dipakai secara bergantian, gunting kuku yang digunakan secara bergantian,

pisau cukur bahkan sampai melalui hubungan seksual.

E. Tanda dan Gejala

Banyak kasus infeksi HBV tidak bergejala,sebagai dibuktikan dengan angka pengidap

petanda serum yang tinggi pada orang yang tidak mempunyai riwayat hepatitis.

Episode bergejala akut yang biasa serupa dengan infeksi HAV dan HCV tetapi

mungkin lebih berat dan lebih mungkin mencakup keterlibatan kulit dan sendi. Bukti

klinis pertama infeksi HBV adalah kenaikan ALT (alanine aminotransferase) yang

mulai naik tepat sebelum perkembangan lethargi, anoreksia dan malaise, sekitar 6-7

Page 9: Hepatitis b

minggu sesudah pemajanan. Ikterus yang ada pada sekitar 25% individu terinfeksi,

biasanya mulai sekitar 8 minggu sesudah pemajanan dan berakhir 4 minggu.

Berikut adalah macam-macam bentuk klinik hepatitis akut:

a. Hepatitis akut tanpa gejala

Bentuk ini hanya ditandai oleh meningkatnya enzim transaminase di dalam darah

tanpa gejala maupun keluhan yang jelas.

b. Hepatitis akut non-ikterik

Selain meningkatnya kadar enzim transaminase, bentuk ini juga disertai gejala

pencernaan, tetapi tidak disertai ikterus

c. Hepatitis akut ikterik

Bentuk ini diawali dengan prodorm yang bisa berlangsung3-4 hari sampai 2-3

minggu dengan gejala antara lain gejala pencernaan khususnya anoreksia dan

nausea. Selanjutnya, bisa ditemukan demam ringan dan nyeri perut kanan atas.

Gejala lain yang menonjol adalah malaise yang meningkat pada sore hari. Periode

prodromal ini akan diikuti dengan periode ikterik yang ditandai oleh timbulnya air

seni berwarna seperti air the dan tinja berwarna pucat. Selnjutnya keluhan

berkurang dan timbul icterus. Hepatomegaly didapatkan pada 70% sedangkan

splenomegaly pada 20% penderita.

Setelah icterus berlangsung 1-4 minggu, penderita masuk ke dalam periode

penyembuhan. Warna tinja kembali normal dan nafsu makan membaik. Rasa

lemah badan akan hilang selama beberapa minggu. Pada umumya masa

penyembuhan klinis dan bikimiawi berlangsung dalam waktu 6 bulan.

d. Hepatitis akut dengan ikterus berkepanjangan

Pada bentuk ini, terjadi icterus berat yang umumnya disertai gatal-gatal. Setelah

beberapa minggu penderita merasa lebih baik dan tidak ditemui tanda fisik lain

kecuali icterus dan hepatomegaly ringan. Icterus dapat berlangsung selama 8-29

minggu, tetapi masih tetap dapat terjadi kesembuhan sempurna.

e. Hepatitis akut dengan relaps

Bentuk ini ditandai oleh peningkatan kembali kadar SGOT dan SGPT yang

sebelumnya telah menurun, tetapi belum kembali normal. Kadang-kadang disertai

pula oleh peningkatan kadar bilirubin. Relaps bisa terjadi beberapa kali dan

penyembuhan umumnya sempurna

Page 10: Hepatitis b

f. Hepatitis akut fulminant

Bentuk ini umumnya terjadi dalam waktu 10 hari pertama setelah awal gejala

penyakit. Kadang-kadang bentuk ini bisa berlangsung sangat cepat. Pada bentuk

ini, sering kali icterus tidak menonjol dan adanya ensefalopatia hepatic

menyebabkan penderita sering dikira menderita psikosis akut. Umunya setelah

diawali dengan gejala-gejala hepatitis akut, itkterus menjadi mendalam, terjadi

febris dan muntah-muntah yang profus, disertai timbul koma dan perdarahan.

Hepatitis akut bentuk ini perlu dicurigai bila waktu protrombin dan INR sangat

panjang. Dengan ultrasonografi (USG) didapatkan ukuran hati mengecil dengan

cepat. Sering didapatkan tanda-tanda pembengkakan dan gagal ginjal. Angka

kematian sangat tinggi (>80%) pada penderita yang mengalami koma.

Gejala hepatitis B kronis memiiki gejala yang mirip dengan bentuk akut. Ada beberapa

penderita yang tidak menunjukkan gejala. Dikatakan kronis apabila kondisi penyakit ini

berlangsung lebih dari 6 bulan. Kerusakan hati dapat dideteksi ketika tes darah untuk fungsi

hati

Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibangi 2

yaitu :

1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang

sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari

tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :

a. Hepatitis B akut yang khas

b. Hepatitis Fulminan

c. Hepatitis Subklinik

2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu

dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk

menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.

a) Hepatitis B akut yang khas

Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas.

Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :

1. Fase Praikterik (prodromal)

Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia, mual,

nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan

laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum, SGOT dan SGPT,

Fosfatose alkali, meningkat).

Page 11: Hepatitis b

2. Fase lkterik

Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan

splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu kedua.

setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati

abnormal.

3. Fase Penyembuhan

Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase. pembesaran hati

masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.

b) Hepatitis Fulminan

Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar mempunyai

prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan kematian.

Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi

pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik hati

menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang

hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia.

c) Hepatitis Kronik

Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik.

Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang mantap.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Imunologi Hepatitis B

a. HbsAg timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang setelah

tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam bulan didefinisikan sebagai pembawa

(carrier). Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut

yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.

b. Anti-HBs timbul setelah tiga bulan terinfeksi dan menetap. Kadar Anti-HBs

jarang mencapai kadar tinggi dan pada 10-15% pasien dengan Hepatitis B akut

tidak pernah terbentuk antibodi. Anti HBs diinterpretasikan sebagai kebal atau

dalam masa penyembuhan. Dulu, diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak

mungkin dijumpai bersama-sama, namun ternyata sepertiga carrier HBsAg juga

memiliki HBsAntibodi. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi simultan dengan

sub-tipe yang berbeda.

Page 12: Hepatitis b

c. HbeAg berkorelasi dengan sintesis virus yang tengah berjalan dan infeksius. Pada

masa akut HBeAg dapat muncul transient, lebih pendek daripada HBsAg. Bila

persisten lebih dari sepuluh minggu pasien masuk dalam keadaan kronik.

d. Anti-Hbe adalah suatu pertanda infektivitas relatif yang rendah. Munculnya anti-

HBe merupakan bukti kuat bahwa pasien akan sembuh dengan baik.

e. HbcAg tidak dapat dideteksi dalam sirkulasi darah, tetapi antibodinya (antiHBc)

bisa. IgM antiHBc menunjukkan hepatitis virus akut. Antibodi ini dideteksi

setelah HBsAg menghilang dari serum pada 5-6% kasus hepatitis B akut. IgM

anti-HBc yang persisten menunjukkan penyakit kronik virus B, biasanya kronik

aktif hepatitis. Titer rendah IgG anti-HBc dengan anti-HBs menunjukkan infeksi

hepatitis B di masa lampau. Titer tinggi IgG anti-HBc tanpa anti-HBs

menunjukkan infeksi virus persisten.

f. HBV-DNA adalah petanda yang paling sensitif untuk replikasi virus. Metode

yang digunakan sudah beraneka ragam. Metode yang digunakan adalah

polymerase chain reaction (PCR). Satu genom viruspun dapat dideteksi. Bahkan

HBV-DNA dapat dijumpai pada serum dan hati setelah HBsAg menghilang,

khususnya pada pasien dengan terapi anti-viral. HBV-DNA serum merupakan

indikator yang baik untuk kadar viremia, dan pada beberapa penelitian berkorelasi

dengan kadar transaminase serum serta paralel dengan HBsAg. 

 

Gambar 4. Perjalanan akut hepatitis tipe B

Sumber : Harrison. Textbook of Internal Medicine.

Page 13: Hepatitis b

Gambar 5. Perjalanan kronik hepatitis B

Sumber : Harrison. Textbook of Internal Medicine.

g. Mutan Hepatitis B

Genom Varian hepatitis B dijumpai pertama kali pada seorang anak Senegal yang

mendapat vaksinasi kemudian dilaporkan lagi pada seorang tentara di Paris yang

mendapat tranfusi darah dan seterusnya mulai dijumpai di Taiwan, New Zeland,

Spanyol, Mediteran, Timur Tengah dan lain-lain. Pada pasien dijumpai HBsAg

positif tetapi tidak dijumpai anti-HBc dan HBeAg. Virus tidak dinetralisasi oleh

anti-HBs. Virus ini memiliki epitop permukaan yang sama yaitu S dan pre-S2

tetapi berbeda pada antigen core. Varian ini disebabkan oleh mutasi pada regio

pre-core sehingga mengganggu pembentukan dan sekresi HBe-Ag yang

merupakan translasi lanjutan dari regio pre-core. Pasien dikorelasikan dengan

penyakit hati progresif dan kadar HBV DNA yang tinggi (pada beberapa kasus

HBV-DNA dapat negatif). Hepatitis fulminan telah dihubungkan dengan mutan

ini. Dengan makin mencoloknya peningkatan jumlah kasus escape mutant

hepatitis B virus ini, untuk menunjang penetapan perjalanan klinis hususnya pada

penyakit dengan gejala fulminan, serum HBeAg menjadi kurang bermanfaat

sebagai indikator infeksi dan sudah selayaknya dipilih pemeriksaan HBV-DNA

menggantikannya.

Pemilihan Pemeriksaan HBV-DNA Dibandingkan HbeAg

Saat ini yang paling sering diminta oleh para sejawat klinisi untuk pemeriksaan

imunologi terhadap penyakit Hepatitis B yaitu HBsAg, Anti HBs-Ag, HBe-Ag,

Anti HBe-Ag dan IgM anti HBc. Pemeriksaan HBV-DNA sangat jarang diminta,

mungkin karena harganya yang dirasa masih cukup mahal. Namun sebenarnya

sudah lama dianjurkan pemeriksaan kadar HBV-DNA serum untuk menggantikan

Page 14: Hepatitis b

pemeriksaan HBV e antigen (HBe-Ag), terutama sebagai indikator replikasi virus

dan derajat penularan. Dengan pemeriksaan HBV-DNA dapat diinterpretasi

replikasi virus yang sesungguhnya dan efisien serta derajat penularan yang tinggi.

Ketika dulu pemeriksaan HBV-DNA hanya dapat dilaporkan sebagai positif dan

negatif saja, hal ini mungkin belum dirasakan banyak manfaatnya. Tetapi setelah

kemudian ada alternatif pemeriksaan HBV-DNA dengan kadar kuantitatif,

dobrakan terhadap interpretasi dan pemantauan terapi Hepatitis B meletup diikuti

ratusan penelitian mutakhir. Di Indonesia, HBV-DNA telah dapat dilakukan

dengan dua alternatif hasil. Kualitatif yaitu positif atau negatif, serta kuantitatif

yaitu kadar HBV-DNA. Metode pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan

hybridization capture system, nested polymerase chain reaction dan TaqMan PCR

system. Di beberapa Negara lain, pemeriksaan molekuler Hepatitis B telah

mencakup pula HBV genotyping dan Analisis Sequence Mutant (2,3,4).

Untuk pemantauan terapi anti-viral, kadar HBV-DNA harus diperiksa sebelum

pengobatan sebagai titik acuan keberhasilan pengobatan. Setelah pengobatan,

pemeriksaan reguler berkala HBV-DNA dilakukan untuk melihat keberhasilan

pengobatan. Akhir-akhir ini pemeriksaan HBV-DNA dalam kaitannya dengan

terapi anti-viral banyak diminta dengan meningkatnya strain Mutant Resisten

Lamivudine Hepatitis B (2,3,4).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Hepatitits B kronis

a. HBeAg (-) dan anti-HBe (+)i HBVDNA( -) dan tidak ada tanda-tanda

sirosis hati. Pengidap yang termasuk golongan ini jumlahnya paIing besar,

dahulu dinamakan pengidap sehat (healthy carrier). Istilah "healthy carrier"

ini sekarang jarang dipakai, sebab dapat memberi kesan bahwa penderita

dalam keadaan sehat. Sebagian besar golongan ini tidak akan berlanjut ke

stadium yang lebih jelek. Ternyata pada sebagian tetap dapat terjadi sirosis

dan kanker. Karena itu golongan ini tetap harus diawasi supaya bila terjadi

reaktivasi repIikasi virus dapat terdeteksi secara dini (Iihat d2). Cara

pengawasannya dengan memeriksa kadar SGPT tiap 6 bulan. Bila

ditemukan peningkatan disusul dengan pemeriksaan HBeAg dan

HBVDNA. Tindakan berikutnya disesuaikan dengan hasil peme-riksaan

seromarker tersebut.

Page 15: Hepatitis b

b. HBeAg (+), HBVDNA (+), SGPT normal. Pada golongan ini sebaiknya

dilakukan biopsi hati walaupun SGPT normal; bila ada tanda–tanda

hepatitis kronik aktif tetap perlu terapi spesifik. Bila tidak ada tanda-tanda

hepatitis kronik aktif perlu pengawasan intensif kadar transamiriase tiap 3

bulan, bila meningkat tindakan seperti pada c.

c. HBeAg (+), HBVDNA (+) dan SGPT yang meningkat menandakan bahwa

adanya hepatitis kronik aktif. Golongan ini perlu pengobatan spesifik

dengan interferon minimal 6 bulan dengan frekuensi 3x seminggu ditambah

lamivudin minimall tahun.

d. HBeAg(-), Anti-HBe(+), HBVDNA(-) tetapi sudah ada tanda- tanda sirosis.

Sirosis hati adalah kontraindikasi untuk pemberian interferon, tetapi bisa

dicoba pemberian lamivudine. Diharapkan lamivudine dapat menghambat

progresivitas dari sirosis hati tersebut. Golongan ini prognosanya kurang

baik, karena itu harus dilakukan pengawasan terhadap terjadinya HCC

dengan cara pemeriksaan USG, AFP tiap 3 bulan.

e. Precore-mutantHBeAg(-) dan anti-HBe (+) Seperti dapat dilihat pada (a)

maka sebagian besar golongan ini dahulu dinamakan “Healthy carrier” ,

namun pada sebagian kecil dapat terjadi infeksi oleh precore mutan dari

HBV, mengakibatkan terjadinya hepatitis kronik yang berat yang dapat

berprogresi cepat ke sirosis, dimana didapatkan HBeAg yang tetap (-)

namun HBV DNA menjadi (+) kembali. Sayangnya proses ini secara klinis

tidak disertai tanda-tanda yang jelas. Oleh karena itu pada pasien pengidap

sehat bila SGPT meningkat lagi perlu dilakukan pemeriksaan HBVDNA

lagi.

H. Pencegahan

I. Imunisasi

Cara mencegah hepatitis B paling efektif dilakukan dengan imunisasi. Vaksin

hepatitis B dapat diberikan secara aman kepada bayi-bayi tidak lama sesudah kelahiran

dan selama masa pertumbuhan.

Terdapat beberapa strategi dasar dan utama utama untuk mencegah infeksi Virus

Hepatitis B. Pada negara maju, strategi efektif dapat dilakukan dengan mengubah

perilaku seksual dan meningkatkan skrining darah. Sedangkan pada negara berkembang

seperti Indonesia, dimana bayi yang baru lahir dan anak- anak yang dalam masa

Page 16: Hepatitis b

pertumbuhan memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi, cara paling efektif dilakukan

dengan imunoprofilaksis, baik aktif maupun pasif.

Imunoprofilaksis pasif, dilakukan dengan Imunoglobulin hepatitis B (HBIG),

yang merupakan larutan steril yang mengandung antibodi yang dapat melawan hepatitis

B. HBIG ini diambil dari darah donor yang telah mempunyai antibodi terhadap hepatitis

B dan digunakan sebagai imunoprofilaksis pasif. Imunoprofilaksis pasif ini digunakan

dalam 4 keadaan, yaitu ketika bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B; setelah

terpapar jarum suntik; setelah berhubungan seksual; dan setelah transplantasi hepar.

Imunoprofilaksis diwajibkan pada bayi yang terlahir dari ibu yang positif HBsAg.

Imunisasi aktif: Pencegahan infeksi primer dengan vaksin merupakan strategi

utama dalam menurunkan resiko Virus Hepatitis B kronis dan komplikasinya. Sejarah

perkembangan Vaksin Hepatitis B dimulai ketika ditemukan vaksin generasi pertama

pada tahun 1982. Kemudian vaksin generasi kedua, vaksin HB dengan rekombinan

DNA, pada tahun 1986. Kedua vaksin telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah

terjadinya infeksi hepatitis B. Tahun 1991, WHO mencanangkan bahwa imunisasi

hepatitis B harus termasuk dalam sistem imunisasi nasional pada negara-negara dengan

tingkat pembawa HB-nya 8% atau lebih sampai tahun 1995, dan

pada tahun 1997 untuk semua negara.

2. Vaksin Hepatitis B

Sejak tahun 1982, vaksin hepatitis B merupakan vaksin pertama untuk melawan

kanker pada manusia. Vaksin ini diperoleh dari plasma maupun melalui teknologi

rekombinasi DNA dan telah terbukti aman dan efektif. Sampai saat ini telah lebih dari 1

triliun vaksin digunakan. Tidak terdapat efek samping yang serius setelah pemberian

imunisasi ini. Efek samping yang sering terjadi berupa rasa nyeri ditempat suntikan dan

demam ringan yang dapat hilang dalam 1-2 hari.

Jika diberikan secara benar maka imunisasi ini dapat melindungi 95% orang sehat

dari penyakit hepatitis akut begitu juga dengan penyakit kronisnya seperti sirosis dan

kanker hepar. Imunisasi diberikan dalam tiga dosis secara intramuskular. Dosis pertama

dan kedua diberikan pada bulan pertama kelahiran dan dosis ketiga diberikan 1-12 bulan

setelah dosis kedua. Vaksin hepatitis B ini dapat diberikan bersama dengan vaksin

penyakit lain seperti campak, dipteri-tetanus¬pertusis, polio, BCG, dan demam kuning.

Tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin tergantung pada umur. Bayi baru lahir,

anak-anak, dan remaja mempunyai perlindungan yang tinggi setelah pemberian

Page 17: Hepatitis b

imunisasi sedangkan orang dewasa dan pasien dengan imunodefisiensi mempunyai

tingkat perlindungan yang rendah.

Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara memasukkan bibit

penyakit yang telah dilemahkan atau dilumpuhkan. Imunisasi adalah suatu usaha untuk

memberikankekebalan secara aktif pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu,

dengan memasukkanvaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan).

Tujuan Pemberian Imunisasi

a. Daya tahan tubuh anak meningkat

b. Pencegahan timbulnya penyakit pada anak, antara lain: Penyakit TBC, Penyakit

difteri, Penyakit tetanus, Penyakit pertusis, Penyakit polio, Penyakit campak ,

Penyakit hepatitis B

Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap hepatitis

B.Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan

jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B dilakukan secara periodik. Berdasarkan hal ini maka

Departemen Kesehatan RI menetapkan tujuan khusus program imunisasi hepatitis B, antara

lain memberikan imunisasi hepatitis B 3 dosis kepada minimal 80% bayi berumur 0-11 bulan,

dimana pemberian dosis pertama dari vaksin kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7

hari. Dengan detail jadwal yaitu:

a) Pada umur 2 bulan dengan jenis antigen BCG,Polio 1,DPT 1.

b) Pada umur 3 bulan dengan jenis antigen HB 1,Polio 2,DPT 2.

c) Pada umur 4 bulan jenis antigen HB 2,Polio 3,DPT 3.

d) Sedangkan pada umur 9 bulan, jenis antigen yang diberikan adalah HB Polio 4

dan Campak ( Refference, antara lain Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi

Hepatitis B, edisi 4. Depkes.RI. 1997 )

Efek samping pemberian imunisasi adalah timbul reaksi yang mungkin terjadi berupa nyeri

pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau

pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam 2hari.

Tempat Memperoleh Imunisasi

a.Rumah sakit

b.Puskesmas

c.Rumah bersalin

d.Posyandu

e.Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak)

Page 18: Hepatitis b

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol II ed 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chau-Ting Yeh. Molecular Monitoring of Hepatitis B and C. Liver Research Unit, Chang Gung Medical Center Taoyuan, Taiwan. 7th ACCP, Kaohsiung.2002.

Desai SP and Pratt SI, Clinician's Guide to laboratory Medicine, Lexi -Comp. Inc, Hudson 2000 :556

Do Sim Park, Young Jin Lee, Ji Hyun Cho et al. Monitoring of Semiquantitation of Hepatitis B Virus E Antigen on Elecsys 2010 Immunoanalyzer in Lamivudine Treated Patients. Department of Laboratory Medicine, Department of Internal Medicine School of Medicine, Wonkwang University, Iksan, Korea. 7th ACCP, Kaohsiung.2002.

Sherlock Sheila. Disease of the Liver and Biliary System. Ed 9. London:Oxford Backwell Scientific Publications. 1993:269-77.

Soemoharjo, soewignjo. 2008. Hepatitis virus B ed 2. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGCStace NH, Management Hepatitis Bi Disease Versus Cost. Read in Symposium of Chronic

Hepatitis B management in the New Millenium, Hongkong, 2000 Sulaiman dan Iulitasari. Patogenesa dan penatalaksanaan Hepatitis B Akut dan kronik, MKI,

Vol44 No 5, mei 1994, 308 -314 Yusri. 2011. Gejala hepatitis. Diakses pada tanggal 13 September 2012

melaluiwww.kesehatan123.com/801/gejala-hepatitis/

Page 19: Hepatitis b

DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA DI BALAI DESA BULAK BAANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA

TANGGAL 19 SEPTEMBER 2012

NO NAMA ALAMAT TTD

Page 20: Hepatitis b

DAFTAR PERTANYAAN PENYULUHAN MAHASISWA DI BALAI DESA BULAK BAANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYATANGGAL 19

SEPTEMBER 2012

NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN

Page 21: Hepatitis b

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA ANGKATAN A 2010 DESA BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN

SURABAYA 19 SEPTEMBER 2012

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasila. Kontrak waktu dan

tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilakukan ( )

b. Pembuatan satuan acara penyuluhan, leaflet ( )

c. Peserta ditempat yang telah ditentukan ( )

d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan ( )

Pemnbukaan :a. Mengucapkan salam

dan memperkenalkan diri ( )

b. Menyampaikan tujuan da maksud tujuan( )

c. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan( )

d. Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan( )

Pelaksanaan :a. Menggali

pengetahuan dan pengalaman pasien dan keluarga mengenai imunisasi hepatitis B ( )

b. Menjelaskan materi ( )

c. Menjelaskan pengertian hepatitis B ( )

d. Menjelaskan macam hepatitis B( )

e. Menyebabkan penyebab hepatitis B ( )

f. Menjelaskan tanda gejala hepatits B( )

g. Menjelaskan pemeriksaan hepatitis B ( )

h. Menjelaskan penatalaksanaan hepatitis B ( )

i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan keuarga ( )

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan ( )

b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan ( )

c. Peserta yang datang sejumlah 8 orang atau lebih ( )

d. Acara dimulai tepat waktu ( )

e. Peserta dapat megikuti kegiatan sesui dengan aturan yang telah dijelaskan ( )

f. Peserta mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh ( )