SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Produk ... · ini menjadi saluran distribusi kami,...

1
19 C EO TALKS SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA CHRISTINA SIHITE S EJAK awal menjabat Presiden Direktur PT L’Oreal Indonesia, Jean- Christophe Letellier sangat menyadari keunikan Indonesia sebagai pasar in- dustri kosmetika. Konsumen Indonesia juga memiliki karak- teristik yang berbeda dengan konsumen di negara lain. “Pertama, populasi Indonesia sangat besar. Kedua, konsumen Indonesia memiliki kebutuhan yang spesik dan berbeda dari negara lainnya seperti China maupun negara-negara Eropa. Konsumen Indonesia harus ber- juang melawan kondisi iklim tropis dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi, serta polusi. Bahkan kadar UV (ultraviolet) matahari di Indonesia lima kali lebih besar daripada Eropa,” ujar pria yang biasa disapa JC itu ketika ditemui di kantornya, pekan lalu. Keunikan dan karakteristik tersebut meyakinkannya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pertumbuhan potensial baru bagi produsen asal Prancis tersebut. Lalu bagaimana strategi per- usahaan untuk berkembang di pasar potensial ini? JC meng- ungkapkan caranya tentu saja dengan menciptakan produk yang tepat dan sesuai kebu- tuhan konsumen. Bahkan bila dimungkinkan, produk yang mengantisipasi keinginan kon- sumen Indonesia “Contohnya, kebanyakan perempuan Indonesia meng- inginkan kulit yang lebih cerah atau putih, tapi di satu sisi mereka menghadapi masalah kulit berminyak. Maka kami menciptakan produk perawat- an kulit untuk mencerahkan kulit sekaligus mengatasi kulit berminyak. Intinya, mencipta- kan produk yang tepat dengan kebutuhan mereka,” jelasnya. Strategi lainnya adalah mela- lui pengembangan produk- produk massal yang ditawar- kan dengan harga terjangkau. Menurut JC, hal itu dilakukan agar produk L’Oreal yang sem- pat dikenal sebagai produk me- nengah ke atas dapat dinikmati segmen menengah ke bawah. Caranya, dengan menghadir- kan produk dalam kemasan sachet dan menjualnya hingga ke warung-warung di kota kecil. “Pertama kalinya di dunia, kami menghadirkan masker Garnier dalam bentuk saset dan hanya kami jual seharga Rp3.900. Konsumen pun tidak hanya bisa mendapatkannya di tempat-tempat yang selama ini menjadi saluran distribusi kami, seperti hipermarket, supermarket, convenience store, atau department store, tapi juga di pasar dan juga warung,” papar JC. Contoh lain, sampo L’Oreal Paris yang sebelumnya hanya dijual dalam ukuran besar se- harga Rp60 ribu. Kini produk perawatan rambut itu disajikan dalam ukuran lebih kecil, lalu dibanderol dengan harga Rp19 ribu dan Rp6 ribu. L’Oreal memang ingin me- nawarkan produk yang ter- jangkau tapi tetap prestisius. Lantaran itu, pihaknya tidak menghadirkan merek baru un- tuk menyasar konsumen dari segmen menengah ke bawah. Sebaliknya, membuat merek yang nama dan kualitasnya su- dah dikenal secara internasional menjadi lebih terjangkau. Sebuah strategi yang sudah terbukti keampuhannya. Menu- rut JC, sejak kemasan ekonomis sejumlah produk diluncurkan, angka penjualan dari produk- produk itu meningkat secara signikan. “Melalui Garnier, saat ini kami berada di posisi kedua yang menguasai pasar mene- ngah ke bawah untuk pencerah kulit wajah. Pangsa pasar kami 4%, tapi pertumbuhannya sa- ngat tinggi, yaitu sekitar 23% sejak diluncurkan. Bisa dibi- lang, peningkatan saluran dis- tribusi serta penentuan harga dan produk yang tepatlah yang membuat produk kami terus bertumbuh,” ungkapnya. Pertumbuhan terbesar CEO yang merintis karier di Grup L’Oreal sejak posisi management trainee itu mene- kankan, perjuangan L’Oreal menggarap pasar Indonesia tidak ringan. Selama tiga dekade peru- sahaan tersebut berada di In- donesia, baru di tahun ke-24 L’Oreal membukukan prestasi yang cukup baik. Enam tahun belakangan ini produk-produk perawatan rambut L’Oreal mu- lai menjadi pemimpin di pasar profesional atau salon dengan pangsa pasar sebesar 27%. Adapun di segmen luxury, produk L’Oreal, SK II, Lan- come, dan Shu Uemura meru- pakan pemain terbesar kedua dengan pangsa pasar sebesar 20%. Namun, untuk merek produk massal seperti L’Oreal Paris, Maybelline, dan Garnier, perusahaan ini masih men- jadi pemain nomor tiga dengan pangsa pasar 8%. Pasar domes- tik untuk produk perawatan kulit dan rambut saat ini masih dikuasai Unilever dan P&G. “Dulu kami hanya kuat di pasar luxury, tapi saat ini L’Oreal Indonesia merupakan perusahaan dengan pertum- buhan terbesar dan tercepat di industri kosmetik Indonesia maupun di grup kami. Rata- rata pertumbuhan penjualan kami setiap tahun mencapai 30%. Tahun 2010, pertumbuhan unit kami sekitar 61% atau se- nilai Rp2-3 triliun. Sedangkan pertumbuhan penjualan sebe- sar 28%,” imbuhnya. Dengan pencapaian itu, ia optimistis ke depan L’Oreal dapat meraih pertumbuhan sebesar 30%. Pasalnya, saat ini Indonesia merupakan pasar terbesar keempat dunia setelah China, India, dan Brasil. Dengan populasi lebih dari 237 juta penduduk dan pang- sa pasar kecantikan senilai Rp15,2 triliun di 2010, lanjut- nya, L’Oreal yakin bisa meraih pasar yang lebih luas dengan inovasi produknya. Tidak tanggung-tanggung, untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan, perusahaan menargetkan dapat meraih 50 juta pelanggan baru atau dua setengah kali lipat dari konsumen saat ini, yaitu 20 juta orang. Pabrik terbesar Untuk mencapai target pengembangan bisnis terse- but, L’Oreal menyiapkan dana investasi sebesar US$100 juta. Separuh dana tersebut akan di- gunakan sebagai biaya pemban- gunan pabrik baru, sedangkan si- sanya untuk peningkatan saluran distribusi, promosi, maupun riset dan pengembangan produk. Menurutnya, dengan pabrik baru itu, diharapkan L’Oreal Indonesia dapat meningkatkan produksinya hingga tiga kali lipat. Yakni, dari kapasitas saat ini sebesar 100 juta unit per tahun menjadi 300 juta unit per tahun pada 2012. Produksi pabrik akan ditujukan untuk menyuplai kebutuhan domes- tik sebesar 25% dan kebutuhan regional sebesar 75%. Ia mengungkapkan, fasilitas baru yang diproyeksikan se- bagai pabrik terbesar L’Oreal di dunia itu akan fokus pada pengembang an dan produk massal berupa perawatan kulit dan rambut. Pasalnya, produk di segmen itu memang menjadi andalan perusahaan untuk di- pasarkan di Indonesia dan Asia Tenggara. “Pembangunannya telah dimulai Oktober 2010 dan diharapkan tuntas Oktober tahun ini. Itu untuk meng- gantikan pabrik yang sudah ada di Ciracas saat ini. Dengan adanya fasilitas baru ini, kami berharap target pertumbuhan pasar domestik dan regional dapat dipenuhi karena kapasi- tas produksi yang bertambah,” ujar ayah tiga anak itu. Dengan investasi besar-be- saran itu, tegasnya, L’Oreal Indonesia diharapkan dapat menyumbang sekitar 10% pendapatan grup L’Oreal pada 2020 mendatang. (E-1) [email protected] Produk Terjangkau, Prestise Terjaga Kuncinya adalah membuat merek yang nama dan kualitasnya sudah dikenal secara internasional menjadi lebih terjangkau. Pertama kalinya di dunia, kami menghadirkan masker Garnier dalam bentuk saset dan hanya kami jual seharga Rp3.900. Konsumen bisa mendapatkannya di pasar dan juga warung.” MI/ROMMY PUJIANTO Lahir: Tunisia, 1972 Pendidikan: EM Lyon Business School, Prancis Columbia University, AS Madrid Autonoma, Spanyol Karier: 2008-sekarang: Presiden Direktur L’Oreal Indonesia 2004-2008: General Manager of L’Oreal Consumer Product Belgia 2002-2004: Direktur Pengembangan untuk Garnier dan Maybelline di Eropa 2000-2002: Direktur Pemasaran Garnier di Prancis 1998-2000: Manajer produk grup 1996-1998: Manajer produk 1994-1996: Management trainee JEAN-CHRISTOPHE LETELLIER

Transcript of SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Produk ... · ini menjadi saluran distribusi kami,...

Page 1: SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Produk ... · ini menjadi saluran distribusi kami, seperti ... Contoh lain, sampo L’Oreal Paris yang sebelumnya hanya dijual dalam ukuran

19CEO TALKSSENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

CHRISTINA SIHITE

SEJAK awal menjabat Presiden Direktur PT L’Oreal Indonesia, Jean-Christophe Letellier

sangat menyadari keunikan Indonesia sebagai pasar in-dustri kosmetika. Konsumen Indonesia juga memiliki karak-teristik yang berbeda dengan konsumen di negara lain.

“Pertama, populasi Indonesia sangat besar. Kedua, konsumen Indonesia memiliki kebutuhan yang spesifi k dan berbeda dari negara lainnya seperti China maupun negara-negara Eropa. Konsumen Indonesia harus ber-juang melawan kondisi iklim tropis dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi, serta polusi. Bahkan kadar UV (ultraviolet) matahari di Indonesia lima kali lebih besar daripada Eropa,” ujar pria yang biasa disapa JC itu ketika ditemui di kantornya, pekan lalu.

Keunikan dan karakteristik tersebut meyakinkannya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pertumbuhan potensial baru bagi produsen asal Prancis tersebut.

Lalu bagaimana strategi per-usahaan untuk berkembang di pasar potensial ini? JC meng-ungkapkan caranya tentu saja dengan menciptakan produk yang tepat dan sesuai kebu-tuhan konsumen. Bahkan bila dimungkinkan, produk yang mengantisipasi keinginan kon-sumen Indonesia

“Contohnya, kebanyakan perempuan Indonesia meng-inginkan kulit yang lebih cerah atau putih, tapi di satu sisi mereka menghadapi masalah kulit berminyak. Maka kami menciptakan produk perawat-an kulit untuk mencerahkan kulit sekaligus mengatasi kulit berminyak. Intinya, mencipta-kan produk yang tepat dengan kebutuhan mereka,” jelasnya.

Strategi lainnya adalah mela-lui pengembangan produk-produk massal yang ditawar-kan dengan harga terjangkau.

Menurut JC, hal itu dilakukan agar produk L’Oreal yang sem-pat dikenal sebagai produk me-nengah ke atas dapat dinikmati segmen menengah ke bawah. Caranya, dengan menghadir-kan produk dalam kemasan sachet dan menjualnya hingga

ke warung-warung di kota kecil.

“Pertama kalinya di dunia, kami menghadirkan masker Garnier dalam bentuk saset dan hanya kami jual seharga Rp3.900. Konsumen pun tidak hanya bisa mendapatkannya di tempat-tempat yang selama ini menjadi saluran distribusi kami, seperti hipermarket, supermarket, convenience store, atau department store, tapi juga di pasar dan juga warung,” papar JC.

Contoh lain, sampo L’Oreal Paris yang sebelumnya hanya dijual dalam ukuran besar se-harga Rp60 ribu. Kini produk perawatan rambut itu disajikan dalam ukuran lebih kecil, lalu dibanderol dengan harga Rp19 ribu dan Rp6 ribu.

L’Oreal memang ingin me-nawarkan produk yang ter-jangkau tapi tetap prestisius. Lantaran itu, pihaknya tidak menghadirkan merek baru un-tuk menyasar konsumen dari segmen menengah ke bawah. Sebaliknya, membuat merek yang nama dan kualitasnya su-dah dikenal secara internasional menjadi lebih terjangkau.

Sebuah strategi yang sudah terbukti keampuhannya. Menu-rut JC, sejak kemasan ekonomis sejumlah produk diluncurkan, angka penjualan dari produk-produk itu meningkat secara signifi kan.

“Melalui Garnier, saat ini kami berada di posisi kedua yang menguasai pasar mene-ngah ke bawah untuk pencerah kulit wajah. Pangsa pasar kami 4%, tapi pertumbuhannya sa-ngat tinggi, yaitu sekitar 23% sejak diluncurkan. Bisa dibi-lang, peningkatan saluran dis-tribusi serta penentuan harga

dan produk yang tepatlah yang membuat produk kami terus bertumbuh,” ungkapnya.

Pertumbuhan terbesarCEO yang merintis karier

di Grup L’Oreal sejak posisi ma nagement trainee itu mene-kankan, perjuangan L’Oreal menggarap pasar Indonesia tidak ringan.

Selama tiga dekade peru-sahaan tersebut berada di In-donesia, baru di tahun ke-24 L’Oreal membukukan prestasi yang cukup baik. Enam tahun belakangan ini produk-produk perawatan rambut L’Oreal mu-lai menjadi pemimpin di pasar profesional atau salon dengan pangsa pasar sebesar 27%.

Adapun di segmen luxury, produk L’Oreal, SK II, Lan-come, dan Shu Uemura meru-pakan pemain terbesar kedua dengan pangsa pasar sebesar 20%. Namun, untuk merek produk massal seperti L’Oreal Paris, Maybelline, dan Garnier, perusahaan ini masih men-jadi pemain nomor tiga dengan pangsa pasar 8%. Pasar domes-tik untuk produk perawatan kulit dan rambut saat ini masih dikuasai Unilever dan P&G.

“Dulu kami hanya kuat di pasar luxury, tapi saat ini L’Oreal Indonesia merupakan perusahaan dengan pertum-buhan terbesar dan tercepat di industri kosmetik Indonesia maupun di grup kami. Rata-rata pertumbuhan penjualan kami setiap tahun mencapai 30%. Tahun 2010, pertumbuhan unit kami sekitar 61% atau se-nilai Rp2-3 triliun. Sedangkan pertumbuhan penjualan sebe-sar 28%,” imbuhnya.

Dengan pencapaian itu, ia optimistis ke depan L’Oreal dapat meraih pertumbuhan sebesar 30%. Pasalnya, saat ini Indonesia merupakan pasar terbesar keempat dunia setelah China, India, dan Brasil.

Dengan populasi lebih dari 237 juta penduduk dan pang-sa pasar kecantikan senilai Rp15,2 triliun di 2010, lanjut-nya, L’Oreal yakin bisa meraih pasar yang lebih luas dengan inovasi produknya.

Tidak tanggung-tanggung, untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan, perusahaan menargetkan dapat meraih 50 juta pelanggan baru atau

dua setengah kali lipat dari konsumen saat ini, yaitu 20 juta orang.

Pabrik terbesarUntuk mencapai target

pengembangan bisnis terse-but, L’Oreal menyiapkan dana investasi sebesar US$100 juta.

Separuh dana tersebut akan di-gunakan sebagai biaya pemban-gunan pabrik baru, sedangkan si-

sanya untuk peningkatan saluran distribusi, promosi, maupun riset dan pengembang an produk.

Menurutnya, dengan pabrik baru itu, diharapkan L’Oreal Indonesia dapat meningkatkan produksinya hingga tiga kali lipat. Yakni, dari kapasitas saat ini sebesar 100 juta unit per tahun menjadi 300 juta unit per tahun pada 2012. Produksi pabrik akan ditujukan untuk

menyuplai kebutuhan domes-tik sebesar 25% dan kebutuhan regional sebesar 75%.

Ia mengungkapkan, fasilitas baru yang diproyeksikan se-bagai pabrik terbesar L’Oreal di dunia itu akan fokus pada pengembang an dan produk massal berupa perawatan kulit dan rambut. Pasalnya, produk di segmen itu memang menjadi andalan perusahaan untuk di-pasarkan di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Pembangunannya telah dimulai Oktober 2010 dan diharapkan tuntas Oktober tahun ini. Itu untuk meng-gantikan pabrik yang sudah ada di Ciracas saat ini. Dengan adanya fasilitas baru ini, kami berharap target pertumbuhan pasar domestik dan regional dapat dipenuhi karena kapasi-tas produksi yang bertambah,” ujar ayah tiga anak itu.

Dengan investasi besar-be-saran itu, tegasnya, L’Oreal Indonesia diharapkan dapat menyumbang sekitar 10% pendapatan grup L’Oreal pada 2020 mendatang. (E-1)

[email protected]

Produk Terjangkau,

Prestise TerjagaKuncinya adalah membuat merek yang nama dan kualitasnya sudah dikenal secara internasional menjadi lebih terjangkau.

Pertama kalinya di dunia, kami

menghadirkan masker Garnier dalam bentuk saset dan hanya kami jual seharga Rp3.900. Konsumen bisa mendapatkannya di pasar dan juga warung.”

MI/ROMMY PUJIANTO

Lahir: Tunisia, 1972

Pendidikan:EM Lyon Business School, PrancisColumbia University, ASMadrid Autonoma, Spanyol

Karier:2008-sekarang:Presiden Direktur L’Oreal Indonesia

2004-2008: General Manager of L’Oreal Consumer Product Belgia

2002-2004: Direktur Pengembangan untuk Garnier dan Maybelline di Eropa

2000-2002: Direktur Pemasaran Garnier di Prancis

1998-2000: Manajer produk grup

1996-1998: Manajer produk

1994-1996: Management

trainee

JEAN-CHRISTOPHE LETELLIER