SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

26
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi Oleh Yosua Prima Witanto 1011511141 Jakarta 2019

Transcript of SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

Page 1: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi

Oleh Yosua Prima Witanto

1011511141

Jakarta 2019

Page 2: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

JAKARTA

Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Dosen Penguji pada tanggal 5 Agustus 2019. Dosen Penguji Tanda Tangan 1. Fandy Handoko Tanujaya, B.Bus., Th.M. ____________________

2. Hendro Lim, S.Kom., M.Th _____________________

3. Ir. Armand Barus, Ph.D. _____________________

Jakarta, 5 Agustus 2019

Casthelia Kartika, D.Th.

Ketua

Page 3: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN, sepenuhnya adalah hasil karya tulis saya sendiri dan bebas dari plagiarisme. Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan plagiarisme dalam penulisan skripsi ini, saya akan bertanggung jawab dan siap menerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung. Jakarta, 5 Agustus 2019

Yosua Prima Witanto NIM: 1011511141

Page 4: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

i

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

JAKARTA

(A) Yosua Prima Witanto (101511141)

(B) KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN (C) viii + 90 hlm; 2019

(D) Program Studi Teologi/Kependetaan

(E) Skripsi ini membahas konsep Timothy Keller tentang misi gereja dalam

konteks perkotaan. Gereja dalam konteks perkotaan tanpa sadar seringkali

memiliki konsep misi yang kurang utuh. Gereja hanya sebatas menekankan

penginjilan, atau gereja memahami misi hanya sebagai pergi ke tempat yang

“jauh”, sehingga pada akhirnya gereja belum maksimal dalam melibatkan

semua orang percaya untuk bermisi di konteks perkotaan. Konteks kota

menghadirkan tantangan dan kesempatan bagi gereja perkotaan. Jika gereja

perkotaan memiliki konsep misi yang kurang utuh, misi gereja tidak akan

berjalan dengan maksimal. Untuk itu, skripsi ini memperkenalkan konsep

Timothy Keller, sebagai contoh bagaimana misi dikerjakan dalam konteks

perkotaan. Dengan menekankan pentingnya keseimbangan, Keller berhasil

mempertahankan keunikan Injil Kristus, sekaligus tetap menekankan

pentingnya kontekstualisasi. Penulis berargumen bahwa konsep Timothy

Keller memiliki implikasi yang besar bagi praksis misi gereja yang

melibatkan seluruh jemaat di konteks perkotaan.

(F) BIBLIOGRAFI 53 (1955-2019)

(G) Fandy Tanujaya, B.Bus., Th.M.

Page 5: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK i DAFTAR ISI ii UCAPAN TERIMA KASIH v BAB SATU: PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Masalah 1 Pokok Permasalahan 12 Tujuan Penulisan 13 Batasan Penulisan 13 Metodologi Penelitian 14 Sistematika Penulisan 14 BAB DUA: KOTA SEBAGAI KONTEKS BAGI MISI GEREJA 16

Pendahuluan 16 Definisi Kota 16 Fungsi Kota 19 Fenomena Perkotaan 22

Disparitas Ekonomi 22 Pluralitas Masyarakat 26 Dinamika Masyarakat 27

Kondisi Spiritualitas Masyarakat 30 Tantangan dan Kesempatan Misi Gereja dalam Konteks Perkotaan 31 Tantangan 31

Page 6: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

iii

Kesempatan 35

Kesimpulan Bab 39 BAB TIGA: KONSEP TIMOTHY KELLER TENTANG MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN 41

Pendahuluan 41 Profil dan Konteks Pelayanan Timothy Keller 42 Urgensi Cara Pandang yang Seimbang 44 Konsep Misi Gereja yang Berpusat pada Injil Yesus Kristus 46 Konsep Misi Gereja yang Menekankan Kontekstualisasi 52 Konsep Misi Gereja yang Terwujud sebagai Gerakan 59 Signifikansi Konsep Timothy Keller terhadap Misi Perkotaan 64 Kesimpulan Bab 66

BAB EMPAT: IMPLIKASI KONSEP TIMOTHY KELLER BAGI PRAKSIS MISI GEREJA DALAM KONTEKS PERKOTAAN 68 Pendahuluan 68 Implikasi di dalam Gereja 68 Ibadah 69 Khotbah 70 Kepemimpinan Gereja 73 Implikasi ke luar Gereja 74 Pelayanan Holistik 74 Kemitraan dengan Gereja Lain 76 Penginjilan 77 Pelayanan kepada Lingkungan 78

Page 7: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

iv

Integrasi Iman di Dunia Pekerjaan 79 Kesimpulan Bab 81 BAB LIMA: KESIMPULAN 83

BIBLIOGRAFI 87

Page 8: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

1

BAB SATU

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Bagus Surjantoro dalam bukunya yang berjudul Misi dari Dalam Krisis

mengatakan bahwa gereja bukan berasal dari dunia ini, melainkan diciptakan oleh

Allah sendiri.1 Hal itu berarti, gereja hadir dalam dunia ini bukan karena manusia

yang menciptakan gereja, melainkan Allah yang menciptakan gereja-Nya. Gereja ada

di dalam dunia, tapi bukan berasal dari dunia. Gereja diciptakan oleh Allah, supaya

gereja menjalankan Misi Allah di tengah dunia ini. Jadi, gereja adalah milik Allah dan

harus menjalani misi-Nya di dalam dunia ini. Pendapat yang senada juga

diungkapkan oleh Christopher J. H. Wright di dalam bukunya yang mengatakan

bahwa, “Yang terjadi bukanlah Allah memiliki sebuah misi bagi gereja-Nya di dunia,

tetapi bahwa Allah punya sebuah gereja bagi misi-Nya di dalam dunia. Misi tak

diciptakan bagi gereja; gerejalah yang diciptakan bagi misi - yaitu misi milik Allah.”2

Jadi, bukan manusia yang menciptakan gereja, melainkan Allah yang menciptakan

gereja-Nya dan Gereja-Nya hadir di dalam dunia ini untuk menjalankan misi Allah.

Wright berpendapat bahwa dalam memahami misi Allah ada dua kata

penting yang perlu dipahami yaitu “mengutus” dan “diutus”.3 Allah adalah pihak

yang mengutus dan gereja-gereja adalah pihak yang diutus. Untuk memahami misi

1. Bagus Surjantoro, Misi dari Dalam Krisis: Mengerti Asal dan Hakekat Misi yang Sebenarnya

(Jakarta: Obor Mitra Indonesia, 2001), 29. 2. Christopher J.H. Wright, Misi Umat Allah: Sebuah Teologi Biblika Tentang Misi Gereja, terj.

James Pantou, Lily E. Joeliani, Perdian Tumanan (Surabaya: Perkantas, 2013), 27. 3. Wright, Misi Umat Allah, 26.

Page 9: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

2

Allah lebih luas lagi, Bruce Riley Ashford memaparkan empat model yang bisa

digunakan dalam memahami misi Allah.4 Model pertama adalah Allah yang

merestorasi dunia demi tujuan dunia itu sendiri “God who restores the world for the

world’s sake.”5 Tujuan dari misi Allah model pertama berfokus kepada kondisi dunia.

Model kedua adalah model “Christocentric”, yaitu model yang berfokus pada aspek

pengutusan Yesus Kristus.6 Model kedua ini terlalu memfokuskan kepada

memberitakan Injil dan cenderung mengabaikan kegiatan sosial. Model ketiga dapat

dipahami sebagai karya Allah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa. Model

ini hanya dipahami sebagai misi Allah sebagai karya Allah menyelamatkan umat-

Nya dari dosa.7 Model ketiga ini dipahami sebagai Allah yang menyelamatkan dan

tidak merestorasi dunia ini.

Model keempat, Allah yang menebus dan merestorasi umat-Nya demi

kepentingan Diri-Nya. Model ini disebut sebagai model “Eschatological-

Christocentric-Trinitarianism”.8 Misi Allah Tritunggal mencakup seluruh sejarah

umat Allah yang berpusat pada penebusan Yesus Kristus dalam inkarnasi, kematian

dan kebangkitan-Nya yang mengubah sejarah.9 Dia mengalahkan dosa, sehingga

berdampak pada seluruh ciptaan-Nya dan misi Allah itu akan disempurnakan pada

akhir zaman nanti. Model ini meletakkan fokus utama misi pada kepentingan Allah

4. Bruce Riley Ashford, Theology and Practice of Mission: God, the Church, and the Nations

(Nashville: B & H Academic, 2011), 19. Bruce mengambil model keempat model ini dari rangkuman pemikiran Michael Goheen dalam konferensi WCC pada tahun 1961.

5. Ashford, Theology and Practice of Mission, 20. 6. Ashford, Theology and Practice of Mission, 20. 7. Ashford, Theology and Practice of Mission, 20. 8. Ashford, Theology and Practice of Mission, 20. 9. Ashford, Theology and Practice of Mission, 21.

Page 10: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

3

sendiri dan juga model ini meletakkan seluruh pemulihan dalam dunia adalah dari

Allah dan untuk Allah.

Gereja perlu memilih model keempat sebagai dasar pemahaman misi Allah,

karena misi Allah tidak dapat dipandang sempit pada model pertama, kedua, dan

ketiga. Pemahaman misi Allah dalam model pertama terlalu menjadikan dunia

sebagai dasar utama. Hal itu mengakibatkan fokus utama misi adalah hanya sebatas

melakukan pelayanan sosial. Penulis berpendapat bahwa, misi Allah dalam model

kedua hanya dipandang seberapa banyak orang yang menerima Yesus Kristus

sebagai Juruselamat, sehingga menitikberatkan pada penginjilan saja. Hal tersebut

keliru, karena misi Allah tidak hanya diwujudkan dengan penginjilan saja, tetapi

melalui banyak pelayanan lainnya. Misi Allah juga tidak dapat dipandang dalam

model ketiga, karena misi Allah bukan hanya sebatas Allah menyelamatkan manusia

dari dosa saja. Gereja perlu untuk memilih model keempat sebagai acuan dasar

pemahaman misi Allah, karena misi Allah pada model keempat meletakkan fokus

utama misi sesuai dengan kepentingan Allah sendiri, yaitu untuk memulihkan dan

merestorasi umat-Nya. Jadi, model yang keempat perlu menjadi acuan bagi gereja

dalam memahami misi Allah.

Gereja hadir di dalam dunia ini untuk mewujudkan misi Allah. Demikian juga

gereja yang di perkotaan perlu untuk mewujudkan misi Allah. Gereja yang di

perkotaan perlu untuk memiliki pemahaman misi yang seimbang. Alasannya, gereja

di perkotaan akan menghadapi kompleksitas perkotaan. Kompleksitas perkotaan

memberikan tantangan kepada gereja dalam menghadirkan Injil di tengah dunia ini.

“Injil” adalah kabar baik tentang anugerah Allah yang Yesus Kristus nyatakan di

Page 11: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

4

dalam dunia ini.10 Wright menambahkan bahwa, “Injil tidak hanya sebatas dipahami

menjadi solusi bagi masalah dosa-dosa manusia, sekaligus menjadi “kartu gesek”

bagi manusia untuk masuk ke surga”.11 Dengan kata lain, orang percaya yang telah

mendapatkan keselamatan tidak seharusnya menjadi “pasif” dan menikmati

keselamatan itu sendiri. Surjantoro berkata bahwa “semua orang percaya mendapat

panggilan untuk menjalankan misi Allah di dalam dunia ini.”12 Bambang Eko

Putranto juga sependapat dengan Surjantoro, bahwa semua orang percaya perlu

terlibat, karena semua orang percaya telah menerima anugerah keselamatan dari

Tuhan Yesus Kristus.13

Dalam memahami Injil Yesus Kristus, seharusnya gereja-gereja di perkotaan

tidak sekedar memahami bahwa Allah menginginkan orang percaya untuk hanya

memberitakan Injil saja, tetapi Allah juga menginginkan orang percaya terlibat di

pelayanan sosial. Dalam menjalankan misi Allah di tengah masyarakat, orang

percaya perlu seimbang dalam melakukan pelayanan penginjilan dan pelayanan

sosial.14 Kedua hal itu perlu seimbang dilakukan, karena Tuhan Yesus Kristus pun

saat menjalankan misi-Nya tidak hanya berfokus kepada pemberitaan Injil Kerajaan

Allah, tetapi juga memperhatikan apa yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu.

10. Wright, Misi Umat Allah, 35. 11. Wright, Misi Umat Allah, 35. 12. Surjantoro, Misi dari Dalam Krisis, 46. 13. Bambang Eko Putranto, Misi Kristen: Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia

(Yogyakarta: ANDI, 2007), 6. 14. Stevri I. Lumintang, Misiologia Kontemporer: Menuju Rekonstruksi Theologia Misi yang

seutuhnya (Batu: YPPII, 2009), 21.

Page 12: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

5

Dalam memberitakan Injil kepada masyarakat, gereja di perkotaan perlu

masuk ke dalam kehidupan mereka dan memahami mereka.15 Alasannya, supaya

Injil diberitakan menjadi berita yang sesuai dengan kehidupan masyarakat.16 Inilah

yang harus dilakukan orang percaya, yaitu memberitakan Injil secara kontekstual.

Injil diberitakan secara kontekstual, karena gereja menyadari akan kompleksitas

perkotaan yang akan dihadapi oleh gereja di perkotaan. Di samping itu, misi gereja

yang benar perlu dilakukan pada semua tempat. Artinya, pekerjaan misi harus

dijalankan di konteks desa pedesaan maupun di konteks perkotaan.17 Semua tempat

itu adalah ladang misi dan seharusnya misi tidak dibatasi oleh tempat. Orang

percaya harus memahami bahwa area misi itu luas.18 Jadi, gereja perlu memahami

Injil bukan hanya sekedar penginjilan atau sebaliknya, panggilan semua orang

percaya untuk menghadirkan Injil, dan dalam pelakasanaannya pelayanan misi

tidak dibatasi oleh tempat.

Namun, gereja-gereja di Asia, khususnya gereja perkotaan yang terobsesi

dengan pemikiran Barat menerapkan pemikiran misi yang sempit tersebut.19

Pemikiran tersebut adalah misi identik dengan penginjilan dan pemahaman itu

telah ditanamkan dengan kuat di dalam gereja-gereja.20 Hal tersebut tanpa sadar

menciptakan “jurang” yang lebar antara pelayanan penginjilan dan pelayanan sosial.

Michael Goheen juga menekankan bahwa, gereja perkotaan tidak seharusnya

15. Sucipto Asan, “ Menjadi Gereja yang lebih Relevan dan Kontekstual,” Jurnal Teologi Stulos

2 (2003): 20. 16. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 46. 17. Wright, Misi Umat Allah, 31. 18. Wright, Misi Umat Allah, 31. 19. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 29. 20. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 28.

Page 13: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

6

membagi-bagi antara ranah rohani dan sosial.21 Akibatnya, orang percaya

menganggap untuk menjalankan misi gereja, orang percaya hanya memberitakan

Injil, sedangkan pelayanan sosial bukanlah misi gereja. Misi gereja yang dijalankan

tanpa disadari hanya melakukan penginjilan saja, yang penting orang itu percaya

kepada Yesus Kristus. Hal itu dikarenakan orang percaya kurang tepat dalam

memahami makna misi dan hal itu memengaruhi sampai kepada lapisan awam.22

John Stott pun berpendapat hal yang sama, bahwa “Orang percaya cenderung lebih

suka memiliki memberitakan Injil pada banyak orang dalam sebuah jarak daripada

ikut terlibat di dalam kehidupan mereka.”23 Di pengamatan yang lain, Stevri

Lumintang mengamati bahwa gereja-gereja kota pada umumnya menganggap tidak

perlu memperhatikan konteks, yang penting dari misi gereja adalah memberitakan

Injil kepada orang yang belum percaya Yesus Kristus.24 Penulis melihat bahwa

gereja harus memberitakan Injil kepada mereka, akan tetapi menjadi sebuah

masalah jika gereja perkotaan tidak memperhatikan konteks dalam memberitakan

Injil kepada orang yang belum percaya.

Jika gereja kota hanya mengutamakan penginjilan tanpa adanya

konteksualisasi dan begitu sebaliknya, maka akibatnya gereja akan semakin lama

semakin tidak relevan dengan perkotaan dan gereja kurang dapat menghadapi

kompleksitas perkotaan yang ada. Tanpa sadar pemahaman ini juga ditanamkan

oleh pengkhotbah yang berusaha menekankan doktrin Eskatologi kepada orang

21. Michael W. Goheen, Introducing Christian Mission Today: Scripture, History and Issues

(Downers Grove: InterVarsity, 2014), 27. 22. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 29. 23. Asan, “ Menjadi Gereja,” 19. 24. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 21.

Page 14: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

7

percaya.25 Para hamba Tuhan tanpa sadar terobsesi menginginkan banyak orang

untuk percaya, dengan dalih “Yesus segera datang” dan menakuti dengan

pertanyaan, “Berapakah jumlah orang yang sudah engkau bawa kepada-Nya?” atau

“Apakah tidak kasihan jika nanti mereka masuk neraka?”26 Tanpa sadar dorongan

tersebut membuat jemaat hanya fokus kepada tanggung jawab untuk membawa

orang lain mengenal Allah, daripada tanggung jawab di dalam dunia ini yang

mencakup aktifitas sosial.27

Di sisi sebaliknya, Nimrod F. Faot berpendapat bahwa gereja ketika

melakukan pelayanan sosial tidak memasukkan pemberitaan injil.28 Faot

menambahkan bahwa, ”Akhir-akhir ini pelayanan sosial marak digiatkan atas nama

misi, tapi tanpa disertai penginjilan.”29 Hal itu dikarenakan orang percaya

memahami makna misi, yaitu menjadi usaha manusia untuk memanusiakan

manusia.30 Pelayanan sosial jika tidak disertai penginjilan tidak ada berita

pengampunan dosa, pertobatan, dan keselamatan yang diberitakan. Padahal misi itu

harus bertujuan supaya orang tersebut melihat kasih dari Allah. Kegiatan tersebut

pada ujungnya hanya akan membuat “nyaman” orang berdosa, tetapi tidak

menyelamatkan jiwa orang tersebut yang seutuhnya.31 Hal tersebut dikarenakan

adanya “jurang yang lebar” antara pelayanan penginjilan dan pelayanan sosial,

25. Togardo Siburian, “Gereja Misional di Tengah Pergumulan Manusia: Tinjauan Teologis,”

Jurnal Teologi Stulos 16 (2018): 2. 26. Siburian, “Gereja Misional,” 2. 27. Siburian, “Gereja Misional,” 2. 28. Nimrod F. Faot, “Missiologi Poros Teologi Yang Sebenarnya,” dalam Berteologi Bagi

Sesama, ed. Fandy Tanujaya, Edison Rikardo A.S., Yunus Septifan Harefa (Jakarta: Literatur STT Amanat Agung, 2016), 302.

29. Faot, “Missiologi,” 302. 30. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 24. 31. Faot, “Missiologi,” 303.

Page 15: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

8

sehingga hal itu mengakibatkan orang percaya tidak memiliki konsep yang utuh

tentang bagaimana melaksanakan misi gereja.

Pemahaman tersebut pada akhirnya membuat orang percaya melihat

pelayanan misi adalah pelayanan yang berhubungan dengan apa yang dilakukan

oleh hamba Tuhan, yaitu memberitakan Injil. Dengan kata lain, orang yang

menjalankan misi adalah orang yang memiliki gelar “hamba Tuhan”. Wright juga

menambahkan bahwa, orang yang menjalankan misi pada akhirnya hanya orang-

orang yang diteguhkan secara khusus, atau orang-orang yang memiliki waktu

luang.32 Padahal misi bukan milik pribadi siapa pun, tetapi miliki semua orang

percaya.33 Hal itu berarti bahwa semua orang percaya memiliki panggilan untuk

menjalankan misi tersebut.

Masalah lain yang berkaitan dengan misi adalah gereja menganggap bahwa

ladang misi adalah pergi ke tempat yang jauh. Padahal, gereja harus memahami

bahwa seluruh dunia ini adalah ladang misi. Kondisi seperti ini diamati oleh Wright

di dalam bukunya bahwa, gereja masih mengkotak-kotakan dengan memahami misi

pergi ke “negeri-negeri asing di luar sana, tetapi bukan di sini, di negeri sendiri”.34

Pendapat itu senada dengan apa yang diungkapkan oleh Raymond J. Bakke bahwa

gereja pada umumnya masih memahami bahwa misi adalah melakukan perjalanan

yang panjang dan harus melewati berbagai tempat untuk mencari orang yang belum

percaya.35 Akibat dari pemahaman itu, gereja tanpa sadar membagi antara ranah

32. Wright, Misi Umat Allah, 31. 33. Lumintang, Misiologia Kontemporer, 57. 34. Wright, Misi Umat Allah, 30. 35. Raymond J. Bakke,” Urbanization and Evangelism: A Global View,” dalam The Urban Face

of Mission: Ministering the Gospel in a Diverse and Changing World, ed. Manuel Ortiz dan Susan S. Baker (New Jersey: P&R Publishing, 2002), 29.

Page 16: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

9

sakral dan ranah sekular”.36 Gereja melihat tempat yang “jauh” sebagai ranah sakral

yang di mana orang percaya harus menjalankan misi, sedangkan gereja tanpa sadar

melihat tempat yang “dekat” sebagai ranah sekular yang di mana bukan tempatnya

untuk menjalankan misi. Padahal realitasnya adalah gereja perkotaan harus

menjalankan misi di semua tempat.37

Jika gereja telah menyadari misi-Nya dengan utuh, maka gereja di dalam

gerakannya tidak hanya menekankan pelayanan di ranah rohani tetapi juga

menekankan adanya ranah sosial, sebagaimana gereja tidak hanya memperhatikan

pemberitaan Injil, tetapi juga memperhatikan adanya pelayanan sosial kepada

masyarakat perkotaan. Gereja yang terus-menerus memelihara konsep yang salah

akan mengakibatkan gereja perkotaan menjadi tidak relevan dan tidak dapat

menjawab tantangan perkotaan. Salah satu tantangan perkotaan yang akan dihadapi

oleh gereja adalah pluralisme agama. Hal itu dikarenakan banyaknya masyarakat

yang berpindah dari desa ke kota dan memasukkan berbagai kebudayaan dan

agama, sehingga kota menjadi tempat berkumpulnya berbagai agama dan

kebudayaan. Selain memiliki konsep yang benar mengenai misi, gereja di perkotaan

juga perlu untuk mengetahui konteks kota untuk dapat menjawab tantangan

perkotaan dengan efektif.

Ketiga masalah yang diangkat oleh penulis di atas juga dihadapi oleh

Timothy Keller di dalam pelayanannya38 di dalam kota New York. Keller

36. Wright, Misi Umat Allah, 31. 37. Wright, Misi Umat Allah, 31. 38. Timothy Keller menggunakan terminasi “Ministry (Pelayanan)” untuk merujuk pada apa

yang dilakukannya di dalam perkotaan, sedangkan penulis penelitian ini menggunakan terminasi “Misi Gereja”. Kedua istilah itu memiliki kesamaan pemahaman. Alasannya beberapa bentuk konkrit

Page 17: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

10

menghadapi “jurang” antara orang percaya yang tanpa sadar terlalu menekankan

hal-hal rohani dan orang percaya mengabaikan hal-hal rohani. Permasalahan yang

dihadapi Keller dilukiskannya dalam perumpamaan “Anak Sulung dan Anak

Bungsu” yang terdapat di dalam Injil Lukas 15. Tokoh Anak Sulung digambarkan

adalah tokoh yang selalu menekankan berbagai peraturan dan memenuhi

kewajibannya. Namun, tokoh Anak Sulung tanpa sadar terlalu menekankan hal-hal

rohani, dan memberikan label “berdosa” kepada orang lain jika tidak melakukan

sama seperti yang dia lakukan. Di samping itu, tokoh Anak Bungsu kurang

memperhatikan peraturan dan kewajiban agamawi. Pada akhirnya, hidup sesuai

dengan apa “dunia” katakan.

Di samping itu, Keller juga menghadapi orang percaya yang merasa setelah

mendapatkan keselamatan tidak perlu untuk melakukan kebaikan. Hal itu berarti,

orang percaya tidak perlu melakukan penginjilan, melakukan pelayanan sosial, dan

berbagai pelayanan lainnya. Alasannya, karena orang percaya telah mendapatkan

keselamatan. Akibatnya, tidak semua orang percaya terlibat di dalam misi Allah.

Keller juga menghadapi adanya perbedaan yang lebar antara iman dan pekerjaan.

Urusan mengenai iman ada wilayahnya sendiri, sedangkan urusan mengenai

pekerjaan pun ada wilayahnya sendiri. Namun, Keller tetap bisa mengusahakan

terwujudnya misi gereja yang benar, melalui tiga komitmennya yaitu, Injil, Kota, dan

Gerakan.39 Komitmen pertamanya adalah Injil. Konsep Injil yang dipahami Keller

akan menutup “jurang” antara orang percaya yang terlalu menekankan rohani, dan

dari “Misi Gereja” adalah penginjilan, pelayanan sosial, pelayanan lingkungan. Hal-hal itu juga dilakukan oleh gereja dalam melakukan pelayanannya perkotaan.

39. Timothy Keller, Center Church: Doing Balanced, Gospel-Centered Ministry in Your City (Grand Rapids: Zondervan, 2012), 22-23.

Page 18: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

11

orang percaya yang mengabaikan hal-hal rohani pelayanan rohani. Selain itu,

konsep Keller juga memperlihatkan pentingnya untuk hidup melakukan kebaikan

setelah mendapatkan keselamatan.

Komitmen keduanya adalah kota. Melalui pemahaman keduanya, Keller akan

menolong gereja di perkotaan untuk menjalankan pemberitaan Injil, sekaligus

menjalankan kontekstualisasi dengan benar. Melalui konsep ini akan menolong

gereja untuk bergerak memenuhkan apa yang menjadi kebutuhan, harapan,

ketakutan masyarakat perkotaan. Maka, di dalam menjalankan misi gereja dalam

konteks perkotaan pentingnya kontekstualisasi. Komitmen ketiganya adalah

gerakan. Melalui komitmen ketiganya menolong gereja untuk menjadi organisasi

yang memiliki struktur, serta aktif mencoba untuk menghubungkan dengan

perkembangan zaman ini. Melalui komitmen ketiga ini menolong gereja juga untuk

melihat adanya hubungan dengan iman dan pekerjaan di dalam zaman ini.

Jadi, penulis menggunakan konsep misi gereja yang dipahami Timothy

Keller dikarenakan penulis melihat bahwa Keller juga menghadapi masalah yang

sama dan memiliki perhatian yang serius untuk mengatasi masalah itu dan

mewujudkan misi gereja yang benar. Penulis juga mengamati bahwa konsep yang

dipahami oleh Timothy Keller tentang misi gereja relevan dengan masalah yang

diangkat. Artinya, pemahaman yang dimiliki Keller mampu menjadi titik terang atas

permasalahan yang dihadapi oleh gereja-gereja di perkotaan.

Page 19: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

12

Pokok Permasalahan

Dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa

pokok permasalahan, yaitu:

1. Banyak gereja di perkotaan belum sepenuhnya memahami konsep Injil yang

utuh dan seimbang, sehingga hal itu memengaruhi pemahaman gereja

tentang misi di tengah konteks perkotaan. Akibatnya, pelayanan gereja di

tengah perkotaan dengan segala kompleksitasnya belum dijalankan secara

maksimal.

2. Konsep Injil dan misi yang tidak utuh berdampak pada bagaimana misi

dikerjakan oleh gereja-gereja perkotaan. Misi akan direduksi, sehingga pada

akhirnya misi hanya dipahami sebagai “pergi ke tempat yang jauh” untuk

mencari jiwa. Padahal bermisi bukan hanya “pergi ke tempat yang jauh,”

tetapi konteks perkotaan juga merupakan tempat bagi gereja dalam

menjalankan misi-Nya.

3. Konsep misi yang tidak utuh tidak akan menyebabkan sebuah gerakan bagi

gereja. Akibatnya, misi hanya dikerjakan oleh orang tertentu atau

departemen tertentu dan tidak melibatkan semua orang percaya. Padahal

misi harus menjadi sebuah gerakan yang melibatkan semua orang percaya.

Page 20: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

13

Tujuan penulisan

Pelaksanaan riset ini dengan bertujuan untuk:

1. Menjelaskan kompleksitas kota yang akan dihadapi oleh gereja perkotaan.

Hal ini bertujuan, supaya gereja-gereja di perkotaan dapat maksimal dalam

menjawab tantangan yang akan dihadapi. Di samping itu juga, gereja dapat

menemukan kesempatan yang digunakan oleh gereja di perkotaan untuk

menjalankan misi gereja secara maksimal.

2. Memperkenalkan Timothy Keller, beserta pemikiran-pemikirannya,

khususnya bagaimana ia menjalankan misi Allah bagi gereja dengan berpusat

pada Injil, menjalankan misi Allah bagi gereja dengan melakukan

kontekstualisasi, dan mengajak gereja untuk menjadi sebuah organisasi yang

dinamis dalam pergerakan misi-Nya.

3. Memperlihatkan implikasi-implikasi konsep Timothy Keller bagi misi gereja

di konteks perkotaan, baik implikasi di dalam gereja, maupun implikasi bagi

keterlibatan jemaat dalam bermisi ke luar gereja.

Batasan Penulisan

Beberapa batasan yang penulis lakukan adalah penulis tidak sedang menulis

tulisan yang ditujukan pada satu konteks perkotaan, tetapi penulis sedang merujuk

kepada gereja-gereja yang berada di perkotaan secara umum. Penulis tidak sedang

mengharuskan bahwa gereja-gereja di perkotaan harus seperti gereja yang dikelola

Page 21: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

14

oleh Timothy Keller. Tetapi, penulis hanya akan memperkenalkan prinsip-prinsip

konsep misi gereja Timothy di dalam konteks perkotaan. Jadi, penelitan ini akan

memfokuskan kepada gereja-gereja perkotaan beserta masalah-masalah yang harus

dihadapi oleh gereja perkotaan, memperkenalkan prinsip-prinsip Timothy Keller

yang dapat menjadi solusi terhadap gereja-gereja di perkotaan dalam mewujudkan

pelayanan di dalam gereja, maupun ke luar gereja.

Metodologi Penulisan

Tulisan ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat

deskriptif dan menggunakan analisis. Sumber-sumber yang akan dipakai dalam

mendukung penelitan ini adalah sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan

topik yang penulis bahas yaitu konsep misi gereja Timothy Keller yang

dijalankannya dalam konteks perkotaan. Metode ini didukung oleh sumber-sumber,

seperti buku, jurnal, artikel, kamus.

Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan bagian yang berisi

tentang miskonsepsi orang percaya dalam memahami konsep misi gereja dalam

konteks perkotaan dan di dalam bagian ini juga memperlihatkan urgensi akan

konsep misi gereja yang benar dalam konteks perkotaan.

Bab dua membahas tentang konteks perkotaan sebagai konteks bagi gereja

perkotaan dalam menjalankan misi gerejanya. Setelah itu dipaparkan juga mengenai

Page 22: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

15

berbagai fenomena yang akan dihadapi oleh gereja perkotaan. Terakhir, bab ini

akan membahas mengenai tantangan dan kesempatan yang akan dihadapi oleh

gereja di perkotaan.

Bab tiga adalah fokus dari penulisan skripsi ini. Dalam bab ini akan

memperkenalkan konsep Timothy Keller tentang misi gereja dalam konteks

perkotaan. Keller mempunyai konsep yang berpusat pada Injil, menekankan adanya

kontekstualisasi, dan mendorong gereja untuk menjadi sebuah organisasi yang di

dalamnya memiliki struktur dan bersifat sebuah gerakan. Setelah itu, bab ini akan

membahas bagaimana Keller menggunakan ketiga konsepnya tersebut ketika

menjalankan misi gereja dalam konteks perkotaan. Bab ini juga memperlihatkan

pentingnya konsep Keller terhadap misi gereja dalam perkotaan.

Bab empat melanjutkan bab tiga dengan melihat bagaimana implikasi dari

konsep misi gereja Timothy Keller yang menghasilkan cara pandang yang berbeda

dalam menjalankan misi gereja baik di dalam gereja, maupun ke luar gereja.

Bab lima menyimpulkan penemuan-penemuan dalam bab-bab sebelumnya

untuk memperlihatkan konsep misi gereja Timothy Keller dalam konteks perkotaan

sebagai sebuah konsep yang layak dipertimbangkan bagi gereja-gereja dalam

konteks perkotaan.

Page 23: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

83

BAB LIMA

KESIMPULAN

Telah dijelaskan permasalahan-permasalahan gereja dalam melakukan misi

gereja dalam konteks perkotaan, yaitu sebagian gereja di perkotaan hanya

menekankan penginjilan, orang percaya yang menjalankan misi gereja hanya

sebagian saja, selain itu, orang percaya menganggap menjalankan misi gereja adalah

pergi ke tempat yang jauh. Gereja perkotaan yang memiliki konsep misi seperti

demikian mengakibatkan gereja perkotaan kurang maksimal dalam menghadapi

tantangan dan juga kesempatan yang ada di perkotaan. Gereja juga akan menjadi

kurang relevan dengan masyarakat perkotaan. Untuk itu, gereja perlu menyadari

bahwa konteks kota merupakan konteks yang unik bagi gereja-gereja di perkotaan.

Gereja di perkotaan perlu menyadari bahwa konteks kota juga merupakan ladang

bagi gereja menjalankan misi-Nya.

Gereja perlu hadir di dalam perkotaan untuk mengentaskan masalah-

masalah umum yang dijumpai di dalam perkotaan. Kemiskinan merupakan masalah

umum yang hampir dijumpai di setiap kota. Masyarakat yang miskin akan terus-

menerus dipojokkan oleh kehadiran masyarakat yang kaya yang terus-menerus

membangun bangunan mewah. Hal tersebut mengakibatkan adanya disparitas

ekonomi di dalam perkotaan. Kemiskinan yang dialami masyarakat perkotaan juga

tak jarang disebabkan adanya ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat.

Ketidakadilan yang masyarakat alami mengakibatkan hidup masyarakat semakin

miskin dan menderita. Selain itu, masyarakat perkotaan yang miskin tak jarang

mengalami penindasan dari oknum-oknum tertentu yang memiliki kekuasaan. Hal-

Page 24: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

84

hal tersebut merupakan potret umum yang dapat dilihat di dalam perkotaan. Gereja

perkotaan juga menghadapi pluralitas masyarakatnya. Tanpa sadar pengaruh

globalisasi menyebabkan banyak masyarakat berpindah ke dalam kota. Hal itu di

dukung dari konteks kota yang menghadirkan fasilitas-fasilitas maju yang

mencukupkan kebutuhan masyarakat. Hal itu mengakibatkan, perkotaan berisi

masyarakat yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, agama yang berbeda dan

beragam. Tanpa sadar pengaruh pandangan pascamodern mengakibatkan

masyarakat perkotaan melihat kebenaran dapat ditemukan di semua agama.

Pengaruh pandangan pascamodern mempengaruhi spiritualitas masyarakat

perkotaan berpusat pada diri sendiri.

Untuk itu, gereja-gereja di perkotaan membutuhkan konsep misi gereja yang

tepat yang dapat memperlengkapi gereja dalam menghadapi kompleksitas

perkotaan, serta menghadapi tantangan dan kesempatan yang ada di perkotaan.

Telah dijelaskan konsep misi gereja Timothy Keller pada bab sebelumnya bahwa

konsep misi gereja Keller menekankan gereja untuk berpusat pada Injil Yesus

Kristus. Dengan kata lain, konsep misi gereja mempengaruhi gereja di perkotaan

untuk setia kepada Injil Yesus Kristus. Selain itu, konsep misi gereja Keller

mempengaruhi orang percaya untuk memiliki cara pandang yang seimbang dan

menyeluruh. Konsep Misi gereja Keller juga menekankan gereja untuk menjalankan

misi gereja secara holistik. Hal itu penting, karena konteks kota menghadirkan

kompleksitas dan gereja perlu melakukan misi gereja secara menyeluruh. Keller

juga menekankan gereja untuk menjadi sebuah organisasi yang memiliki struktur,

tetapi terbuka pada perkembangan zaman.

Page 25: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

85

Di dalam bab 4, penulis telah menjelaskan implikasi-implikasi konsep

Timothy Keller bagi praksis misi gereja dalam perkotaan. Konsep misi gereja

Timothy Keller akan menghasilkan beberapa implikasi di dalam gereja, maupun ke

luar gereja. Implikasi bagi pelayanan di dalam gereja adalah gereja akan melihat

ibadah, serta juga khotbah sebagai “ruang” yang dapat digunakan oleh orang

percaya untuk memberitakan Injil. Selain itu, pemimpin gereja akan mencoba

menggerakkan jemaat gereja untuk menjalankan misi-Nya berdasarkan konteks

kehidupannya. Pemimpin gereja akan menyadari bahwa seluruh orang percaya

harus terlibat di dalam misi-Nya.

Implikasi bagi pelayanan ke luar gereja adalah gereja akan mengalami cara

pandang yang berubah terhadap masyarakat yang belum percaya. Gereja akan

mengasihi mereka dan berusaha supaya mereka percaya kepada Yesus Kristus.

Gereja tidak hanya menekankan pemberitaan firman, tetapi juga menghadirkan

keadilan di dalam kehidupan mereka. Gereja juga akan mencoba bekerja sama

dengan gereja lain sebagai kesempatan untuk menjangkau masyarakat perkotaan.

Gereja juga akan peduli kepada lingkungan sekitarnya. Gereja berpegang pada

konsep misi gereja Keller tidak akan apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Selain

itu, gereja akan melihat bahwa area iman dan pekerjaan merupakan salah satu

bentuk kolaborasi dalam menjalankan misi-Nya.

Dengan demikian, konsep misi gereja Timothy Keller dapat menjadi usulan

konsep terhadap gereja-gereja di perkotaan untuk menjadi konsep yang

memperlengkapi gereja di perkotaan dalam menghadapi kompleksitas perkotaan

dan gereja dapat menjangkau masyarakat perkotaan dengan efektif. Konsep misi

Page 26: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG KONSEP TIMOTHY …

86

gereja Keller akan membangun semangat gereja di perkotaan. Menurut penulis,

konsep misi gereja Timothy Keller dapat mengajarkan gereja-gereja di perkotaan

untuk melihat bahwa pusat pelayanan adalah Allah. Hal itu tanpa sadar

mengajarkan orang percaya untuk mengedepankan kepentingan Allah dan

mengesampingkan kepentingan diri sendiri. Konsep misi gereja Timothy Keller juga

mengajarkan untuk mengasihi masyarakat perkotaan tanpa memandang suku,

bahasa, agama. Untuk itu, konsep misi gereja Timothy Keller dapat dipertimbangkan

untuk digunakan oleh gereja-gereja di perkotaan dalam menjalankan misi-Nya di

tengah konteks yang ada.