Sejarah Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Di Indonesia
-
Upload
namaqindra4505 -
Category
Documents
-
view
69 -
download
1
Transcript of Sejarah Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Di Indonesia
Sejarah Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia
Oleh: Indra Wati Ningsih
A. Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang diturunkan terakhir oleh Allah Swt
kepada mabi muhammad Saw, mulai saat itu ajaran islam pun di kenalkan di
dalam masyarakat, selain itu Madrasah adalah salah satu jenis tempat
pendidikan yang ada di Indonesia, adapun sistem pendidikan dalam madrasah
adalah mengombinasikan antara pendidikan agama dan pendidikan mon
agama.1
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif lebih
muda dibanding pesantren. Ia lahir pada abad 20 dengan munculnya
Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905 dan Sekolah
Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat
tahun 1909 (Malik Fadjar, 1998). Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi
dari pembaharuan sistem pendidikan Islam yang telah ada.2
Sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan
Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia lebih lanjut, sebelumnya alangkah baiknya
kita terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari Madrasah Ibtidaiyah
B. Pengertian Madrasah
Kata madrasah diambil dari akar kata darasa yang berarti belajar.
Madrasah adalah isim makan dari kata ini sehingga berarti tempat untuk
belajar. Istilah madrasah sering diidentikkan dengan istilah sekolah atau
semacam bentuk perguruan yang dijalankan oleh sekelompok atau institusi
umat Islam (Zaki Badawi, 1980:229).
Kata “Madrasah” berasal dari bahasa Arab sebagai keterangan tempat
(za<raf), dari akar kata : “Darasa, Yadrusu, Darsan, dan Madrasatan”. Yang
1 Online: Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia, http://iwanrosadi.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-madrasah-di.html, dilihat: 26 Desember 2012, 13:402 Online: Madrasah Sebagai The Centre Of Excellence, www.ditpertais.net/.../Makalah%20Rahardjo.doc, dilihat: Rabu 26 Desember 2012, 13:15
mempunyai arti “Tempat belajar para pelajar” atau diartikan “jalan” (Thariq),
misalnya : diartikan : “ini jalan kenikmatan”. Sedangkan kata “Midras”
diartikan “buku yang dipelajari” atau “tempat belajar”. Dalam bahasa
Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau
lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah
atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian
lainnya yang berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.3
C. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah
Madrasah adalah saksi perjuangan pendidikan yang tak kenal henti.
Pada jaman penjajahan Belanda madrasah didirikan untuk semua
warga.Sejarah mencatat, Madrasah pertama kali berdiri di Sumatra, Madrasah
Adabiyah ( 1908, dimotori Abdullah Ahmad), tahun 1910 berdiri madrasah
Schoel di Batusangkar oleh Syaikh M. Taib Umar, kemudian M. Mahmud
Yunus pada 1918 mendirikan Diniyah Schoel sebagai lanjutan dari Madrasah
schoel, Madrasah Tawalib didirikan Syeikh Abdul Karim Amrullah di Padang
Panjang (1907). lalu, Madrasah Nurul Uman didirikan H. Abdul Somad di
Jambi.
Madrasah berkembang di jawa mulai 1912. ada model madrasah
pesantren NU dalam bentuk Madrasah Awaliyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah,
Mualimin Wustha, dan Muallimin Ulya ( mulai 1919), ada madrasah yang
mengaprosiasi sistem pendidikan belanda plus, seperti muhammadiyah
( 1912) yang mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Muallimin,
Mubalighin, dan Madrasah Diniyah. Ada juga model AL-Irsyad ( 1913) yang
mendirikan Madrasah Tajhiziyah, Muallimin dan Tahassus, atau model
Madrasah PUI di Jabar yang mengembangkan madrasah pertanian, itulah
singkat tentang sejarah madrasah di indonesia.4
3 Online: Sejarah Perkembengan Madrasah, http://iwanrosadi.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-madrasah-di.html. lihat : 26 Desember 2012, 13:144 Online: Sejarah Madrasah di indonesia, http://amirsunankalijogo.wordpress.com/2011/06/18/sejarah-madrasah-di-indonesia/. Lihat : 26 Desember 2012 , 13:25
Sejak ditumpasnya G 30 S/PKI pada tanggal 1 0ktober 1965, bangsa
Indonesia memasuki fase baru yang diberi nama Orde Baru. Perubahan Orde
Lama menjadi Orde Baru berlangsung melalui kerjasama yang erat antara
pihak ABRI atau tentara dan gerakan-gerakan pemuda yang disebut angkatan
1966. Sejak tahun 1966 para pemuda dan mahasiswa melakukan demonstrasi
dijalan-jalan secara spontan memprotes segala macam penyalahgunaan
kekuasaan.5
1. Madrasah Ibtidaiyah Pada masa Orde Baru
Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, kebijakan mengenai
Madrasah Ibtidaiyah bersifat melanjutkan dan memperkuat kebijakan
pemerintah Orde Lama. Pada era ini madrasah Ibtidaiyah masih belum
dianggap sebagai bagian dari sistem pendidikan secara nasional, akan
tetapi madrasah menjadi lembaga otonom di bawah pengawasan menteri
agama.
Ketika Departernen Agama didirikan, salah satu tugas Bagian
Pendidikan adalah mengadakan suatu "pilot project" sekolah yang akan
menjadi contoh bagi orang orang atau organisasi yang ingin mendirikan
sekolah secara partikelir (swasta). Tugas ini mengandung maksud sekolah
agama (madrasah) konflik pemerintah diperlukan sebagai panutan atau
contoh bagi pihak swasta dalam mengelola pendidikan agama. Pendirian
madrasah negeri merupakan sisi lain dari bentuk bantuan dan pembinaan
terhadap madrasah swasta.
Bentuk pertama dari pembinaan terhadap madrasah dan pesantren
setelah Indonesia merdeka adalah seperti yang ditentukan Dalam
Peraturan Menteri Agama No.1 tahun 1946, tanggal 19 Desernber 1946
tentang pemberian bantuan madrasah.Dalam peraturan tersebut dijelaskan
bahwa madrasah adalah tiap-tiap tempat pendidikan yang mengajarkan
ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok pengajarannya (Iihat
5 Online: Sejarah Perkembengan Madrasah Ibtidaiyah Maasa Orde Baru, http://abyreyhan.blogspot.com/2011/01/makalah-sejarah-perkembangan-madrasah.html, 26 Desember 2012, 01:45
penjelasan pasal I peraturan tersebut). Bantuan tersebut diberikan setiap
tahun dan baru terbatas untuk beberapa karesidenan di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jakarta dan Surakarta. Bentuk
bantuan berupa uang yang hanya boleh digunakan untuk:
a. memberi tunjangan kepada para guru,
b. membeli alat alat pelajaran
c. Menyewa dan atau memelihara ruang ruang dan gedung madrasah
d. Membiayai administrasi.
Peraturan tersebut mencantumkan pula ketentuan bahwa dalam
madrasah itu. hendaknya diajarkan juga. pengetahuan umum setidak
tidaknya: a) bahasa Indonesia, berhitung dan membaca serta menulis
dengan huruf latin di madrasah tingkat rendah, b) ditambah dengan ilmu
ilmu tentang bumi, sejarah, kesehatan tumbuh tumbuhan dan alam di
madrasah lanjutan. Jumlah jam pengajaran untuk pengetahuan umum
sekurang¬kurangnya 1/3 dari jun dah jam pengajaran seluruhnya.
Ketentuan untuk mengajarkan pengetahuan umum. 1/3 dari seluruh
jam pengajaran dilatarbelakangi oleh saran Panitia Penyelidik Pengajaran
yang mengamati bahwa di madrasah-madrasah jarang sekali diajarkan
pengetahuan umum vang sangat berguna bagi kehidupan sehari hari.
Kekurangan pengetahuan umum akan menyebabkan orang mudah
diombang ambingkan oleh pendapat yang kurang benar dan pikiran
kurang luas.
Menurut peraturan ini, jenjang pendidikan dalam madrasah tersusun
dalam:
a. Madrasah Tingkat Rendah, dengan lama belajar sekurang-kurangnya 4
tahun dan berumur 6 sampai 15 tahun;
b. Madrasah Lanjutan dengan masa belajar sekurang-kurangnya 3 tahun
setelah tamat Madrasah Tingkat Rendah dan berumur 11 tahun ke
atas.
Peraturan ini kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Agama No. 7 tahun 1952 yang berlaku untuk seluruh wilayah RI. Dalam
Peraturan tersebut dinyatakan bahwa jenjang pendidikan madrasah adalah:
a. Madrasah Rendah (sekarang dikenal dengan sebutan Madrasah
lbtidaiyah) dengan masa belajar 6 tahun
b. Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (sekarang Madrasah
Tsanawiyah), lama belajar 3 tahun setelah tamat Madrasah lbtidaiyah.
c. Madrasah Lanjutan Atas (sekarang Ma'drasah Aliyah), lama belajar 3
tahun setelah tamat Madrasah Tsanawiyah.
Madrasah lbtidaiyah Negeri sebagian besar berasal dari madrasah
madrasah yang semula diasuh oleh Pemerintah Daerah Aceh, Lampung
dan Surakarta. Sejak tahun 1946 ada 205 Sekolah Rendah Islam yang
diasuh oleh Pemerintah Daerah Aceh yang dengan Ketetapan Menteri
Agama no. I tahun 1959, pengasuhan dan pemeliharaannya diserahkan
kepada Kementerian Agama dan namanya diubah menjadi Sekolah Rakyat
Islam (SRI). Kernudian melalui Keputusan Menteri Agama No.104 tahun
1962 diubah namanya menjadi Madrasah lbtidaiyah 11.1egeri (MIN). Hal
yang sama terjadi di karesidenan Lampung. Sebanyak 19 SRI berdasarkan
Penetapan Menteri Agama No. 2 tahun 1959. Di Karesidenan Surakarta
sebanyak 11 SRI dengan Penetapan Menteri Agama no. 12 tahun 1959.
Kemunculan Orde Baru tampil dengan konsep pembangunan yang
lebih dikenal dengan pembangunan Lima Tahun (PELITA). Pembangunan
nasional merupakan bagian penting dari kebijakan politik pemerintah Orde
Baru. Pada masa Orde Baru pendidikan bersifat sentralisme, dengan
birokrasi yang ketat. Hal ini terjadi akibat dari system pemerintahan yang
otoriter. Hal ini memberi akibat kepada kegiatan pendidikan bersitaf
menunggu perintah dari atas (top down). ( Abuddin Nata, 2003: 42)
Dengan adanya sentralisme, maka pendidikan tidak berjalan
dengan baik, inovasi terhenti karena setiap pembaruan dan inovasi
dianggap menetang pemerintah. Sehingga pembaruan dan inovatif dalam
pendidikan tidak berjalan secara maksimal.
Samsul Nizar yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Orde
Baru mengenai pendidikan agama, termasuk madrasah bersifat positif dan
kostruktif, khusus pada dekade terakhir tahun 1980-an sampai dengan
tahun 1990-an. Kebijakannya bersifat melanjutkan dan memperkuat
kebijakan Orde lama. Meskipun demikian pada tahap ini madrasah belum
dianggap sebagai bagian sistem pendidikan secara nasional, akan tetapi
merupakan lembaga otonom di bawah pengawasan menteri Agama. Pada
masa ini sistem pendidikan madrasah secara khusus lebih didominasi oleh
muatan-muatan yang bersifat keagamaan, menggunakan kurikulum yang
belum terstandar, struktur yang tidak seragam, dan memberlakukan
manajemen yang kurang dapat dikontrol oleh pemerintah.6
2. Madrasah Ibtidayah pada Era Modern
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan
semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di
saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, di saat filsafat
hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan (Haedar Nashir,
1999) dan di saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu
gerbangnya, keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang.
Terlepas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang berasal
dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input dan kondisi
sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti persyaratan
akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang menimbulkan kesan
madrasah sebagai 'sapi perah', madrasah yang memiliki karakteristik khas
yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu menjadi salah satu
tumpuan harapan bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati
dari nuansa keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena
demoralisasi dan dehumanisasi yang semakin merajalela seiring dengan
kemajuan peradaban teknologi dan materi. Sebagai jembatan antara model
pendidikan pesantren dan model pendidikan sekolah, madrasah menjadi
6 Online: makalah sejarah perkembangan Masdrasah, http://mial-faat.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-perkembangan-madrasah.html Lihat : 26 Desember 2012 pukul 13:37
sangat fleksibel diakomodasikan dalam berbagai lingkungan. Di
lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang yang asing, karena
memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan
pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah
mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari.
Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual, kesan
kumuh, jorok, ortodok, dan exclusive yang selama itu melekat pada
pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolit makin tidak
malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren
dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekedar berniat
menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) hingga
yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren
tersebut, orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana.
Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan
putra putri konglomerat, sekali daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah
fasilitas didapat. Ma'had Al-Zaitun yang berlokasi di daerah Haurgelis
(sekitar 30 KM dari pusat kota Indramayu), yang baru berdiri pada tahun
1994, juga telah menjadi incaran masyarakat modern kelas menengah ke
atas, bahkan sebagian muridnya berasal dari negara-negara sahabat,
seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian,
model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya
tawar yang cukup tinggi.
Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah
bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Kendal misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang
mengutamakan penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan Inggris.
Pondok Pesantren yang didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren
Modem Gontor Ponorogo pada tahun 1990 itu telah menampung sekitar
1300 santri (siswa).
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah
akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di pesantren
yang pada umumnya berlokasi di luar kota dirasa tidak cukup memenuhi
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu banyak model pendidikan madrasah
bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil maupun di kota-kota
metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang berkembang di luar
lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan etika agamanya tetap
menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan Islam. Etika pergaulan,
perilaku dan performance pakaian para santrinya menjadi daya tarik
tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup dunia akhirat
sebagaimana tujuan pendidikan Islam (Al-Abrasyi, 1970; Jalaluddin dan
Said, 1996).
Realitas menunjukkan bahwa praktek pendidikan nasional dengan
kurikulum yang dibuat dan disusun sedemikian rupa bahkan telah
disempurnakan berkali-kali, tidak hanya gagal menampilkan sosok
manusia Indonesia dengan kepribadian utuh, bahkan membayangkan
realisasinya saja terasa sulit. Pendidikan umum (non madrasah) yang
menjadi anak emas pemerintah, di bawah naungan Depdiknas, telah gagal
menunjukkan kemuliaan jati dirinya selama lebih dari tiga dekade. Misi
pendidikan yang ingin melahirkan manusia-manusia cerdas yang
menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kekuatan
iman dan taqwa plus budi pekerti luhur, masih tetap berada pada tataran
ideal yang tertulis dalam susunan cita-cita (perundang-undangan).
Tampaknya hal ini merupakan salah satu indikator dimana pemerintah
kemudian mengakui keberadaan madrasah sebagian dari sistem
pendidikan nasional.7
D. Peningkatan Mutu Madrasah Ibtidaiyah
Persoalannya, kondisi sebagian besar madrasah sedang menghadapi
persoalan serius. Menurut Yahya Umar, madrasah diibaratkan sebagai mobil
tua sarat beban. Kurikulum madrasah adalah 130 % dari kurikulum sekolah
7 Online: Madrasah Sebagai The Centre Of Excellence, www.ditpertais.net/.../Makalah%20Rahardjo.doc, dilihat: Rabu 26 Desember 2012, 13:15
karena komposisi kurikulum 70:30 (umum: agama) dan mata pelajaran umum
madrasah sama dengan yang ada di sekolah. Apabila dilihat dari missinya,
disamping sebagai sekolah juga sebagai lembaga dakwah. Sedangkan apabila
dilihat dari kondisi guru, siswa, fisik dan fasilitas, dan faktor-faktor
pendukung lainnya kondisinya serba terbatas, untuk tidak mengatakan sangat
memprihatinkan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kondisi madrasah
sebagian besar menghadapi siklus negatif atau lingkaran setan tak
terpecahkan (unsolved problems): kualitas raw input (siswa, guru, fasilitas)
rendah, proses pendidikan tidak efektif, kualitas lulusan rendah, dan
kepercayaan stake holder terutama orangtua dan pengguna lulusan rendah.
Upaya apakah yang paling strategis atau kiat-kiat yang paling jitu
dalam mempercepat peningkatan mutu madrasah. Menurut Yahya Umar,
kalau madrasah diibaratkan mesin, maka ada tiga hal yang hendak dilakukan
direktoratnya: menyehatkan mesin, mengurangi beban dan merubah beban
menjadi energi. Pertama, menyehatkan mesin. Mesin dalam sebuah organisasi
pendidikan dapat berwujud budaya organisasi dan proses organisasi.
Madrasah yang sehat adalah yang memiliki budaya organisasi yang positip
dan proses organisasi yang efektif (Robins, 1996:289). Dalam mewujudkan
budaya madrasah yang baru, diperlukan konsolidasi idiil berupa reaktualisasi
doktrin-doktrin agama yang selama ini mengalami pendangkalan,
pembelokan dan penyempitan makna. Konsep tentang ihlas, jihad, dan amal
shaleh perlu direaktualisasikan maknanya dan dijadikan core values dalam
penyelenggaraan pendidikan madrasah. Dengan landasan nilai-nilai
fundamental yang kokoh, akan menjadikan madrasah memiliki modal social
(social capital) yang sangat berharga dalam rangka membangun rasa saling
percaya (trust), kasih sayang, keadilan, komitmen, dedikasi, kesungguhan,
kerja keras, persaudaraan dan persatuan. Dengan social capital yang baik,
akan memunculkan semangat berprestasi yang tinggi, terhindar dari konflik
yang seringkali menjadi "hama" bagi perkembangan madrasah. Lembaga
pendidikan madrasah juga perlu tampil dengan nama, semangat, semboyan
dan performen baru. Misalnya dengan nama baru seperti MI Putera Harapan,
MTs Tunas Bangsa, MA Insan Mulia, dan lain sebagainya.
Kedua, kurangi beban. Madrasah memang sarat beban, apabila dilihat
dari missi, muatan kurikulum, dan beban-beban sosial, budaya dan politik.
Penyelenggaraan kurikulum madrasah perlu diformat sedemikian rupa agar
tidak terpaku pada formalitas yang padat jam tetapi tidak padat misi dan isi.
Orientasi pendidikan tidak lagi pada "having" tetapi "being", bukan
"schooling" tetapi "learning", dan bukan "transfer of knowledge" tetapi
membangun jiwa melalui "transfer of values" lewat keteladanan. Metode
belajar yang mengarah pada, "quantum learning", "quantum teaching" dan
"study fun" dan sebagainya perlu dikritisi. Budaya Belajar Bangsa Indonesia
tidak harus mencontoh model Eropa seperti bermain sambil belajar, guru
hanya sebagai fasilitator, menekankan proses dari pada hasil, mengutamakan
alat belajar dan lain sebagainya. Budaya belajar Bangsa Indonesia yang
banyak berhasil membesarkan orang justru yang mengembangkan sikap
kesungguhan, prihatin (tirakat), ihlas (nrimo, qanaah), tekun dan sabar. Siswa
madrasah harus dididik menjadi generasi yang tangguh, memiliki jiwa
pejuang, seperti sikap tekun, ulet, sabar, tahan uji, konsisten, dan pekerja
keras. Multiple intelligence (intellectual, emotional dan spiritual quotient)
siswa dapat dikembangkan secara maksimal justru melalui pergumulan yang
keras, bukan sambil bermain atau dalam suasana fun semata.
Ketiga, merubah beban menjadi energi. Pengelola madrasah baik
pimpinan maupun gurunya haruslah menjadi orang yang cerdik, lincah dan
kreatif. Pemimpin madrasah tidak sepatutnya hanya berperan sebagai
administrator, "pilot" atau "masinis" yang hanya menjalankan tugas sesuai
dengan ketentuan, melainkan harus diibaratkan seorang "sopir", "pendaki"
atau "entrepreneur" yang senantiasa berupaya menciptakan nilai tambah
dengan cara mendayagunakan kekuatan untuk menutupi kelemahan, mencari
dan memanfaatkan peluang yang ada, dan merubah ancaman menjadi
tantangan (analisis swot). Keterbatasan sumber daya (manusia, material,
finansial, organisasi, teknologi dan informasi) yang dimiliki madrasah bagi
pemimpin yang berjiwa entrepreneur dan pendaki (climber) justru menjadi
cambuk, lahan perjuangan (jihad) dan amal shaleh. Ibaratnya, beban berat di
sebuah mobil dapat dirubah menjadi energi apabila sopirnya cerdas dalam
memilih jalan yang menurun. Intinya, cara merubah beban menjadi energi
adalah dengan cara berfikir dan berjiwa besar, positif, kreatif dan tidak kenal
menyerah. Memang salah satu karakteristik madrasah adalah berkembang
secara evolutif, dimulai dari sebuah pengajian di mushallah/masjid kemudian
menjadi madrasah diniah dan akhirnya menjadi madrasah. Proses evolusi
madrash selama ini ada yang berlangsung dengan baik dan ada yang jalan
ditempat, tetapi sangat jarang yang mati. Semua itu tergantung pada orang-
orang yang ada di dalamnya.
Melihat kondisi madrasah di atas, pemerintah seharusnya tidak lagi
menomorduakan madrasah, melainkan memperlakukannya secara khusus
agar 36.105 madrasah dan 5,5 juta siswanya dapat mengejar
ketertinggalannya dan tidak lagi menjadi forgotten community. Mungkin
pemetintah selama ini berasumsi: "tanpa dibantu pun madrasah sudah dapat
hidup". Asumsi ini memang tidak terlalu salah, akan tetapi tidak seharusnya
menjadi alasan untuk tidak membantunya. Atas dasar itulah penulis sangat
mendukung kebijakan Dirjen Pendidikan Islam Prof. Dr. Yahya Umar yang
akan memberdayakan madrasah, terutama madrasah swasta dalam tiga hal:
memberdayakan murid, guru dan madrasah. Kita tunggu saja realisasinya.8
E. Ayat yang sesuai dengan artikel diatas adalah:
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
8 Online: Percepatan Mutu Madrasah, http://re-searchengines.com/drtobroni5-07.htm, Dilihat: 26 Desember 2012, 15:06
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Daftar Pustaka:
Online: Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia,
http://iwanrosadi.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-madrasah-
di.html, dilihat: 26 Desember 2012, 13:40
Online: Madrasah Sebagai The Centre Of Excellence,
www.ditpertais.net/.../Makalah%20Rahardjo.doc, dilihat: Rabu 26
Desember 2012, 13:15
Online: Sejarah Perkembengan Madrasah,
http://iwanrosadi.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-madrasah-
di.html. lihat : 26 Desember 2012, 13:14
Online: Sejarah Madrasah di indonesia,
http://amirsunankalijogo.wordpress.com/2011/06/18/sejarah-madrasah-di-
indonesia/. Lihat : 26 Desember 2012 , 13:25
Online: Sejarah Perkembengan Madrasah Ibtidaiyah Maasa Orde Baru,
http://abyreyhan.blogspot.com/2011/01/makalah-sejarah-perkembangan-
madrasah.html, 26 Desember 2012, 01:45
Online: makalah sejarah perkembangan Masdrasah, http://mial-
faat.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-perkembangan-madrasah.html
Lihat : 26 Desember 2012 pukul 13:37
Online: Madrasah Sebagai The Centre Of Excellence,
www.ditpertais.net/.../Makalah%20Rahardjo.doc, dilihat: Rabu 26
Desember 2012, 13:15
Online: Percepatan Mutu Madrasah,
http://re-searchengines.com/drtobroni5-07.htm, Dilihat: 26 Desember
2012, 15:06