JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

93
PROBLEMATIKA KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV DI WILAYAH JAWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) oleh : Lisa Junia NIM: 11160183000028 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

PROBLEMATIKA KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

KELAS IV DI WILAYAH JAWA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh :

Lisa Junia

NIM: 11160183000028

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

i

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

ii

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

iii

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

iv

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

v

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

vi

ABSTRAK

Lisa Junia (11160183000028). Problematika Keterampilan Berbicara Siswa

Kelas IV di Wilayah Jawa. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan problematika keterampilan

berbicara yang dialami oleh siswa kelas IV di wilayah Jawa dan solusi dalam

mengatasi problematika tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa

dan bagaimana solusi dalam mengatasi problematika tersebut. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian studi pustaka. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan masalah penelitian dapat berupa catatan, buku, makalah, artikel,

jurnal, dan lain sebagainya. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti

menggunakan metode analisis isi.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat beberapa problematika

keterampilan berbicara yang dialami siswa kelas IV di wilayah kota dan kabupaten

yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Problematika

tersebut dikelompokkan ke dalam problem linguistik dan non linguistik di

antaranya: kurangnya minat siswa dalam berbicara, kurangnya rasa percaya diri dan

keberanian siswa dalam berbicara, guru belum menerapkan model dan metode

pembelajaran yang menarik, pembelajaran berpusat kepada guru, penyajian materi

yang kurang bervariasi, siswa belum memahami kebahasaan keterampilan

berbicara, penggunaan media pembelajaran yang kurang efektif, dan interaksi yang

terjadi antara guru dengan peserta didik belum terjalin dengan baik. Adapun solusi

yang dapat dilakukan adalah siswa harus membiasakan diri untuk bercakap sesama

teman dan aktif dalam proses pembelajaran, guru harus melakukan pelatihan

berbicara dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered learning, dan

sekolah harus menyediakan fasilitas serta media untuk menunjang terjadinya proses

pembelajaran.

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Problematika, Siswa Kelas IV, Solusi.

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

vii

ABSTRACK

Lisa Junia (11160183000028). The Problems of Class IV Student Speaking Skills

in Java. Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Study Program, Faculty of

Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta, 2020.

This study aims to describe the speaking skill problems experienced by

grade IV students in the Java region and the solutions in overcoming these

problems. The formulation of the problem in this study is how the problematic

speaking skills of fourth grade students in the Java region and how to solve these

problems. This research uses literature study research method. The data collection

technique in this research is documentation, which is looking for data on matters

related to research problems in the form of notes, books, papers, articles, journals,

and so on. The data analysis technique in this research is that the researcher uses

the content analysis method.

The results obtained were that there were several speaking skill problems

experienced by fourth grade students in cities and districts in West Java, Central

Java and East Java Provinces. These problems are grouped into linguistic and non-

linguistic problems, including: lack of student interest in speaking, lack of self-

confidence and students' courage in speaking, teachers have not applied attractive

learning models and methods, teacher-centered learning, less varied material

presentation, students do not understand the language of speaking skills, the use of

learning media is less effective, and the interactions that occur between teachers

and students have not been well established. The solution that can be done is that

students have to get used to talking with their friends and be active in the learning

process, teachers must conduct speaking training and implement student centered

learning-based learning, and schools must provide facilities and media to support

the learning process.

Keywords: Speaking Skills, Problems, Students of 4th Grade, Solutions.

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan

kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya

yang telah menjadi Uswatun hasanah umat Islam yang akan memberikan

syafa’atnya di yaumil akhir.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

arahan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

2. Dr. Sururin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama proses perkuliahan;

4. Rohmat Widiyanto, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan motivasi dan arahan selama proses perkuliahan;

5. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, bantuan, arahan,

dukungan, motivasi, dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis;

7. Kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang yaitu Bapak Ali Sadikin

dan Ibu Dinah, serta segenap keluarga yang tidak pernah berhenti untuk

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

ix

memberikan do’a, bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penulis, semoga

Allah swt selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dunia akhirat, Aamiin;

8. Teruntuk kawan-kawan seperjuangan PGMI angkatan 2016, PGMI A dan B

yang telah berjuang bersama dan memberi dukungan sampai saat ini;

9. Staf perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan staf perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah;

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT Tuhan semesta Alam, oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi

ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 10 Agustus 2020

Penulis

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH........................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH ................................................................. iii

LEMBAR UJI REFERENSI ............................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACK......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5

D. Perumusan Masalah................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 8

A. Deskripsi Teoretis .................................................................................... 8

1. Problematika ....................................................................................... 8

a. Pengertian Problematika ................................................................ 6

2. Keterampilan Berbicara .................................................................... 10

a. Pengertian Keterampilan Berbicara ............................................. 10

b. Tujuan Keterampilan Berbicara ................................................... 13

c. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara .......................................... 15

d. Ketercapaian Keterampilan Berbicara ......................................... 15

e. Faktor-faktor Penghambat Keterampilan Berbicara .................... 16

f. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara.............................................. 18

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

xi

g. Urgensi Keterampilan Berbicara Bagi Peserta Didik................... 20

h. Karakteristik Peserta Didik Kelas IV MI/SD ............................... 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 26

C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 30

A. Objek dan Waktu Penelitian .................................................................. 30

B. Metode Penelitian .................................................................................. 30

C. Fokus Penelitian .................................................................................... 32

D. Teknik Pengunpulan Data ..................................................................... 32

E. Prosedur Penelitian ................................................................................ 32

BAB IV TEMUAN HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 34

A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif ............................................... 34

B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif ............................................. 45

C. Interpretasi Hasil Analisis ..................................................................... 51

D. Pembahasan ........................................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 58

A. Simpulan ................................................................................................ 58

B. Implikasi ................................................................................................ 59

C. Saran ...................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 66

BIODATA PENULIS ........................................................................................... 78

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 30

Tabel 4.1 Komparasi Problem Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten .......... 46

Tabel 4.2 Komparasi Problem Non Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten .. 48

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 29

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …
Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan,

pesan, dan informasi yang ada di dalam pikiran baik melalui lisan ataupun

tulisan kepada orang lain. Bahasa juga memiliki peran sentral demi

terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Penggunaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan empat keterampilan

berbahasa. Keterampilan dasar berbahasa tersebut mencakup keterampilan

mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca,

dan keterampilan menulis.1 Terampil berbahasa akan meningkatkan

kepercayaan diri untuk berbicara di hadapan orang lain.

Keterampilan berbahasa saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa

berdiri sendiri. Keterampilan tersebut juga hanya dapat dikuasai dengan jalan

praktik dan latihan yang berkelanjutan. Salah satu keterampilan berbahasa

yang sangat penting adalah keterampilan berbicara. keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang harus ada pada diri setiap manusia dengan

tidak mengabaikan keterampilan-keterampilan lainnya seperti menyimak,

membaca, dan menulis karena pada hakikatnya keterampilan berbicara sangat

diperlukan sebagai penunjang terjadinya proses komunikasi antar sesama dan

dengan adanya keterampilan berbicara seseorang dapat berkomunikasi

dengan baik kepada siapapun.

Keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran di sekolah sangat

diperlukan sebagai media untuk mengemukakan pendapat, ide, memberi

informasi atau menerima informasi.2 Untuk memiliki keterampilan berbicara

yang baik siswa perlu dilatih dalam segi pelafalan, pengucapan, intonasi,

pemilihan kata, dan penggunaan bahasa yang baik. Adapun empat komponen

1 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia (Ciputat: UIN Press, 2015). Cet. 1, h. 129. 2 Suwarti Ningsih, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita Siswa

Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali,” Jurnal Kreatif

Tadulako Online 2, no. 4 (2014): 243–256.

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

2

yang harus diperhatikan dalam keterampilan berbicara yaitu fonologi (bunyi),

struktur kalimat, kosakata, dan kelancaran.3

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola interaksi

antara peserta didik dengan pendidik. Seseorang dikatakan belajar apabila

dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Sebagai

seorang pendidik guru bertanggung jawab atas pembinaan keterampilan

berbicara pada siswa. Keterampilan berbicara sangat penting dimiliki oleh

peserta didik karena keterampilan berbicara akan mampu menghasilkan

generasi masa depan yang kritis karena memiliki kemampuan untuk

menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain dengan

runtut dan sistematis. Keterampilan berbicara juga mampu melahirkan

generasi yang berbudaya karena sudah terbiasa berkomunikasi dengan

lingkungannya sesuai konteks dan situasi tutur saat sedang berbicara.4

Sebagaimana reformasi pendidikan yang menginginkan adanya

peningkatan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini sejalan

dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke empat yang berbunyi

“mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban

dunia”. Hal tersebut kemudian dijabarkan dalam visi dan misi sistem

pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu

“terwujudnya sistem pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat

dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia

berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.5

Pembelajaran berbicara tidak boleh diabaikan dalam dunia pendidikan

karena melalui pembelajaran berbicara ini siswa diharapkan mampu

3 Mona Ardina, “Meningkatkan Keterapilan Berbicara Melalui Metode Karyawisata Pada

Anak Kelompok B Lab School PAUD UNIB Kota Bengkulu,” Jurnal Potensia 21, no. 1 (2017):

32–38. 4 Samsul, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang Melalui

Metode Latihan,” Jurnal Kreatif tadulako Online 4, no. 8 (2014): 173–192. 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007).

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

3

mengungkapkan dan menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau

perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran

berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dalam berkomunikasi dengan sesama dan dalam berbagai macam

situasi.6 Pada anak usia MI/SD khususnya kelas tinggi keterampilan berbicara

sangat penting dimiliki dan sangat perlu untuk dikembangkan karena kualitas

peserta didik di jenjang pendidikan selanjutnya bergantung pada kualitas

peserta didik di sekolah dasar. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah dasar

harus tercipta dengan penuh makna karena pendidikan di sekolah dasar

merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya.7

Adapun jika dilihat dari kemampuan kognitifnya pada usia kelas

tinggi, khususnya kelas IV, peserta didik sudah dapat belajar dan bekerja

sama dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat melatih mereka untuk

berkomunikasi, bertukar pendapat, dan menyelesaikan masalah bersama-

sama. Dengan hal ini tentunya peserta didik perlu memiliki keterampilan

berbicara yang baik.8 Namun, pada kenyataannya dalam dunia pendidikan

tidak semua peserta didik dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor fisik, faktor

linguistik dan faktor non linguistik (nada, irama, intonasi, dan gerak-gerik

tubuh), serta faktor psikologi yaitu kondisi jiwa partisipan komunikasi.9

Permasalahan mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV

MI/SD juga masih ditemukan di beberapa sekolah yang berada di wilayah

Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Kualitas pendidikan di wilayah Jawa sudah

6 Pandapotan Tambunan, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar,”

Jurnal Saintech 08, no. 04 (2016): 79–87. 7 Dias Septi Indriani, “Keefektifan Model Think Pair Share Terhadap Aktivitas Dan Hasil

Belajar IPS,” Journal Of Elementary Education 3, no. 4 (2014): 21–27. 8 Dian Andesta Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan

Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” Literasi IX, no. 1 (2018): 37–50. 9 Andi Mas Ani, “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas VIII SMP

Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017,” Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, no. 1

(2018): 95–119.

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

4

terbilang lebih maju dari daerah yang berada di luar Jawa. Namun, pada

kenyataannya pendidikan yang berada di wilayah Jawa baik kota maupun

kabupaten masih ditemukan beberapa masalah salah satunya ialah berkaitan

dengan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD. Masalah keterampilan

berbicara yang dialami siswa kelas IV MI/SD sebagian besar adalah ketika

siswa melatih keterampilan berbicaranya di depan kelas mereka merasa malu

dan tidak percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa ini

menyebabkan siswa menjadi kurang fokus terhadap apa yang

diungkapkannya. Selain itu, minimnya penguasaan aspek keterampilan

berbicara juga menyebabkan siswa menjadi kurang terampil dalam

mengemukakan pendapatnya kepada orang lain dan guru yang belum optimal

dalam mengajarkan keterampilan berbicara siswa serta penggunaan model

pembelajaran yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa

cenderung pasif.

Melihat banyaknya permasalahan tersebut, nampaknya perlu

dilakukan sebuah penelitian yang dapat mengidentifikasi problem-problem

yang terjadi pada keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa dan

upaya mengatasinya. Hal ini penting untuk dibahas karena penerapan

keterampilan berbicara untuk siswa jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai

pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian, keluwesan, dan kelancaran

dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa percaya diri siswa

ketika berbicara sehingga siswa dapat terampil berbicara baik di dalam

sekolah maupun di luar sekolah.10 Selain itu pengajaran keterampilan

berbicara pada jenjang sekolah dasar pun akan mampu membentuk generasi

masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan dan ujaran yang

komunikatif, jelas, dan mudah dipahami.

Penelitian serupa yang membahas tentang problem-problem yang

dihadapi siswa MI/SD dalam keterampilan berbicara juga telah dilakukan

10 Farida Yufarlina Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran

Berbicara Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,” Jurnal Inovasi Pembelajaran 1, no. 1 (2015): 25–

37.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

5

oleh Safri Mardison tahun 2016 yang berjudul “Perkembangan Bahasa Anak

MI/SD” serta penelitian yang dilakukan oleh Monica dan Nurbaeti tahun

2018 yang berjudul “Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Tinggi

Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penelitian-

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang dialami

oleh siswa sekolah dasar dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh perasaan takut dan malu pada saat

berbicara di depan kelas, adanya perasaan kurang pengalaman, perasaan

kurang percaya diri, kurangnya pelatihan berbicara di kelas, dan adanya

pengaruh bahasa di lingkungan keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu,

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan problematika keterampilan

berbicara pada siswa kelas IV perlu dilakukan untuk mengamati

perkembangan kesulitan belajar siswa dalam keterampilan berbicara saat ini.

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Problematika Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas IV di Wilayah Jawa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa

yang penting dimiliki oleh peserta didik

2. Keterampilan berbicara siswa pada proses pembelajaran belum optimal

3. Rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara rendah

4. Penguasaan siswa terhadap aspek keterampilan berbicara rendah

5. Guru belum optimal dalam mengembangkan pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti membatasi masalah pada problematika yang terjadi dalam

keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa baik kota maupun

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

6

kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

serta upaya dalam mengatasi permasalahan keterampilan berbicara tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan

masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah

Jawa?

2. Bagaimana upaya dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara

siswa kelas IV di wilayah Jawa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan problematika

keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa dan upaya

mengatasinya.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka

manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari 2 aspek yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan tentang permasalahan mengenai keterampilan berbicara

siswa dan upaya mengatasinya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menjawab wawasan ilmu pengetahuan tentang permasalahan

keterampilan berbicara siswa dan upaya mengatasinya.

b. Bagi Peserta Didik

Sebagai motivasi untuk lebih aktif dan antusias dalam meningkatkan

keterampilan berbicara pada proses pembelajaran.

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

7

c. Bagi Guru

Dapat menjadi masukan bagi guru dalam meningkatan keterampilan

berbicara siswa pada proses pembelajaran dan dapat menjadi hal

yang mendorong untuk lebih semangat dalam meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme guru.

d. Bagi Sekolah

Karya tulis ilmiah ini setidaknya bisa dijadikan sebagai referensi

untuk menambah dan memperkaya kepustakaan.

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretis

1. Problematika Keterampilan Berbicara

Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama

dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional. Melalui proses

belajar mengajar diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan

baik. Proses belajar ini memerlukan suatu bahasa yang

memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan

berkomunikasi serta dapat berbagi pengalaman. Namun dalam

penerapannya, proses belajar ini tidak terlepas dari problematika-

problematika yang terjadi di dalamnya. Problem adalah masalah atau

persoalan.11 Sedangkan yang dimaksud dengan problematika adalah

segala sesuatu yang menimbulkan masalah atau persoalan dalam

suatu keadaan.12

Problem atau permasalahan yang menjadi tantangan bagi guru

dalam pembelajaran salah satunya ialah permasalahan keterampilan

berbicara peserta didik yang perlu ditingkatkan. Permasalahan

pembelajaran merupakan permasalahan yang penting dan mendesak,

sehingga perlu untuk segera diatasi. Dalam proses pembelajaran tidak

sedikit peserta didik yang mengalami masalah dalam berbicara. Salah

satu permasalahan tersebut ialah keterampilan berbicara peserta didik

masih kurang dalam menyampaikan pendapat atau gagasannya di

kelas karena kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta didik

dalam berbicara. Selain itu pengembangan pembelajaran berbicara

yang belum optimal juga menyebabkan peserta didik menjadi jenuh

11 Susiana, “Problematika Pembelajaran PAI Di SMKN 1 Turen,” Jurnal Pendidikan

Agama Islam Al-Thariqah 2, no. 1 (2017): 73–88. 12 Muhammad Tri Ramdhani dan Siti Ramlah, “Problematika Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa Hampalit Kabupaten Katingan,” Hadratul Madaniyah 2, no. 2

(2015): 25–40.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

9

dan pasif sehingga proses pembelajaran menjadi kurang bermakna.13

Selain itu, permasalahan lainnya juga ditemukan pada aspek

keterampilan berbicara terutama pilihan kata dan kalimat yang

digunakan peserta didik kurang efektif, struktur tuturannya rancu dan

tidak komunikatif.14

Berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa

yang diperlukan seseorang dengan pelatihan yang dilakukan secara

intensif. Ada beberapa hambatan atau permasalahan yang biasa terjadi

ketika berbicara di antaranya yaitu:

1. Merasa malu saat berbicara di depan umum

2. Terbata-bata dalam berbicara

3. Lupa apa yang ingin disampaikan sebelumnya

4. Mengulang suatu perkataan yang sudah disampaikan

sebelumnya.15

Suatu problem dapat terjadi pada guru maupun peserta didik

dalam proses pembelajaran. Problematika tersebut dapat disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pengaruh budaya yang menghubungkan antar sesama

2. Pola pendidikan dan kurikulum pembelajaran

3. Hambatan dalam proses pembelajaran seperti terbatasnya jam

pertemuan, sumber belajar dan media yang kurang memadai

4. Kepribadian guru dan peserta didik

5. Kondisi psikis dan psikologis guru dan peserta didik.16

13 Endang M. Kurnianti Dhania Nur, “Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa

Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV A SDN

Kebon Jeruk 11 Jakarta,” Jurnal Edusciences 5, no. 1 (2019): 19–29. 14 Samsul, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang

Melalui Metode Latihan.” 15 Syihaabul Hudaa, Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (Sukabumi: CV

Jejak, 2018). h. 9. 16 Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta Sri Budyartati, Arni Gemilang Harsanti, Candra

Dewi, Dian Permatasari Kusuma Dayu, Problematika Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Magetan:

CV. AE Media Grafika, 2016). h. 4-6

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

10

Beberapa problem lainnya juga ditemukan dalam proses

pembelajaran yaitu problematika yang dihadapi guru yang bersumber

dari peserta didik, di antaranya ialah tingkat kecerdasan yang rendah,

gangguan kesehatan dan tidak menguasai cara-cara belajar yang baik.

Sedangkan problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari

lingkungan atau guru, di antaranya ialah kurikulum yang kurang

sesuai, guru yang kurang menguasai bahan pelajaran, metode

pembelajaran yang kurang sesuai, dan media pembelajaran yang

kurang memadai.17

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa problematika adalah segala sesuatu yang menimbulkan

masalah atau kesulitan dalam suatu keadaan dan situasi tertentu salah

satunya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Masalah tersebut

tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi dan harus

segera diatasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih

optimal, karena tanpa adanya suatu penyelesaian yang baik, maka

akan menghambat proses pembelajaran dan hal ini tentu berdampak

pada guru maupun peserta didik.

2. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk membina

kehidupan bersama. Selain itu, manusia juga dituntut untuk

mempunyai keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

orang lain. Manusia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi

untuk menjadi bagian yang berarti dalam sebuah sistem sosial yang

terdiri atas banyak orang. Manusia juga perlu melaksanakan tugasnya

di bumi. Karena hal itu berarti banyak pula keterampilan yang

17 Ramlah, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa

Hampalit Kabupaten Katingan.”

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

11

dibutuhkan untuk mengaktualisasikannya. Manusia juga perlu

menggali dan mengembangkan keterampilan.

Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.18

Materi atau bahan pembelajaran yang berhubungan dengan

kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan peralatan

dan bahan kerja juga merupakan definisi dari keterampilan.19

Keterampilan sangat penting dimiliki setiap orang karena dengan

keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara

efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan sangat

ditentukan oleh tingkat keterampilan yang dimiliki seseorang.

Semakin tinggi tingkat keterampilan, semakin efektif dan efisien

pekerjaan tersebut.

Sedangkan, berbicara adalah kecakapan dalam melafalkan

kata untuk mengungkapkan ide atau pesan kepada orang lain.20 Selain

itu, berbicara juga merupakan proses penyampaian informasi yang

dilakukan dengan lisan.21 Salah satu keterampilan berbahasa yang

bergerak meluas memasuki kehidupan anak setelah keterampilan

menyimak adalah keterampilan berbicara.22

Pendapat lain juga menyatakan bahwa Speaking is an

interactive process of constructing meaning that involves producing,

receiving and processing information, often spontaneous, open-ended

and evolving. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa berbicara

adalah suatu proses interaktif dalam membangun makna yang

18 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001). h. 1180. 19 Ridwanudin, Bahasa Indonesia. h. 127. 20Cicih Suarsih, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan

Menerapkan Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia,” Jurnal

Penelitian Guru FKIP Universitas Subang 1, no. 1 (2018): 1–15. 21 Sr. Maria Assumpta Rumanti, Dasar-Dasar Public Relations Teori Dan Praktik (Jakarta:

PT. Grasindo, 2002). h. 159. 22 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:

Angkasa, 2008). h. 3.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

12

melibatkan produksi, penerimaan, dan pemrosesan informasi,

seringkali spontan, terbuka dan berkembang.23

Merita dan Lumturije juga menyatakan bahwa Speaking is one

of the most commonly used skills for communication. People use it on

an everyday basis for exchanging their ideas, news, and information.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa berbicara adalah salah satu

keterampilan komunikasi yang paling umum digunakan. Orang

menggunakannya setiap hari untuk bertukar ide, berita dan

informasi.24

Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan setiap orang, baik

di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pendekatan di sekolah,

keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat menyatakan pendapat,

gagasan, dan eksistensi diri. Bahkan melalui keterampilan berbicara

orang dapat menggali informasi. Adapun di luar sekolah,

keterampilan berbicara diperlukan untuk menyatakan pendapat atau

menyatakan diri. Untuk mencapai keberhasilan di bidang pekerjaan

keterampilan berbicara sangat diperlukan.25

Sementara itu, Abdullah dan Parveen mengemukakan bahwa:

Speaking is required by people to interact among them. In

speaking activity, many things that should be paid attention, not

only related to what is being spoken, what the language is used,

but also who is our interlocutor. In addition, a good speaker

should pay attention what the topic is being spoken by him/her,

what the language that he/she uses in order to be understood

easily by his listener, and to whom he/she speaks. Pernyataan

tersebut dapat dipahami bahwa berbicara diperlukan oleh orang

untuk berinteraksi diantara mereka. Dalam kegiatan berbicara,

banyak hal yang harus diperhatikan, tidak hanya terkait dengan

apa yang sedang diucapkan, apa bahasa yang digunakan, tetapi

juga siapa teman bicara kita. Selain itu, seorang pembicara yang

23 Betty Kasita Bangun, “Improving Students ’ Speaking Skill By Using Show And Tell

Method : A Classroom Action Research,” International Journal of Language 2, no. 1 (2018): 41–

48. 24 Lumturije Bajrami Merita Ismaili, “Information Gap Activities to Enhance Speaking

Skills of Elementary Level Students,” Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences 232 (2016):

612–616. 25 Imam Koermen Budinuryanta Y, Kusuriyanta, Pengajaran Keterampilan Berbahasa

(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). h. 10.3 – 10.4.

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

13

baik harus memperhatikan topik apa yang sedang diucapkan

olehnya, apa bahasa yang digunakan agar dipahami dengan

mudah oleh pendengarnya dan kepada siapa dia berbicara.26

Pendapat lain juga menyatakan bahwa seseorang perlu berlatih

dalam mengembangkan keterampilan berbicara yang dimiliki agar

dapat menjadi pembicara yang baik dalam menyampaikan suatu pesan

di depan publik.27 Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan

seseorang dalam mengucapkan kata atau kalimat secara lisan untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,

dan perasaan, kepada orang lain. Keterampilan berbicara merupakan

salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki oleh

setiap individu. Dalam keterampilan berbicara banyak hal yang harus

diperhatikan salah satunya adalah bahasa yang kita gunakan dan

kepada siapa kita berbicara.

b. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi

yang disampaikan dari satu pihak ke pihak yang lain. Dengan

memahami apa yang disampaikan suatu informasi atau pesan akan

sampai kepada pendengar dengan efektif.28 Adapun menyampaikan

suatu gagasan, ide, atau pikiran merupakan tujuan dari berbicara

secara umum.29 Pendapat lain juga menyatakan bahwa tujuan

berbicara itu mencakup 2 (dua) hal yaitu agar siswa mendapatkan

kesempatan dalam mengasah keterampilan berbicara yang

dimilikinya sehingga mereka mendapatkan kemudahan dalam

26 Abdullah Rahimi et al., “Investigating EFL Students ’ Poor Speaking Skills at Kandahar,”

American International Journal of Education and Linguistics Research 2, no. 2 (2019): 1–9. 27Tambunan, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah Dasar.” h. 79-87. 28 Ningsih, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita Siswa Kelas

III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.” 29 Ridwanudin, Bahasa Indonesia. h. 162.

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

14

berkomunikasi dan agar siswa dapat mengucapkan kata-kata atau

kalimat dengan tepat dan jelas ketika berbicara.30

Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk

melatih siswa agar terampil dalam berbicara. Keterampilan berbicara

siswa dapat dilatih dengan cara memberi kesempatan kepada siswa

untuk menyampaikan pendapat secara lisan. Agar tujuan berbicara

dapat tercapai dengan baik maka ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan, diantaranya aspek kelancaran berbicara, keruntutan

berbicara, dan ketangkasan. Adapun tujuan berbicara menurut

Tarigan adalah untuk menghibur pendengar, menginformasikan suatu

hal, memberi stimulus, meyakinkan seseorang terhadap apa yang

disampaikan dan membangunkan perasaan seseorang.31

Pembelajaran berbicara untuk siswa sekolah dasar merupakan

salah satu hal yang penting. Hal ini dilaksanakan sebagai penanaman

dasar dalam diri siswa agar siswa memiliki keberanian dalam

menyampaikan suatu pendapat, kelancaran dalam berbicara, dan

memiliki rasa percaya diri dalam berkomunikasi.32 Berdasarkan

pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan keterampilan berbicara yang utama adalah untuk

komunikasi. Sedangkan tujuan keterampilan berbicara secara umum

ialah untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan, dan ide, serta

menstimulasi, menghibur, mengajak, mempengaruhi, dan

meyakinkan pendengar tentang suatu hal.

Adapun tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar adalah

untuk melatih peserta didik agar terampil dalam berbicara karena

pembelajaran berbicara di sekolah merupakan hal yang penting untuk

30Muhammad Usman, Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan

(Yogyakarta: Deepublish, 2015). h. 62 - 63 . 31Erwin Putera Permana, “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar,” Jurnal Profesi Pendidikan

Dasar 2, no. 2 (2015): 133–140. 32 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

15

diajarkan kepada siswa agar dapat memiliki kebenarian, kelancaran

dan rasa percaya diri dalam berkomunikasi. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa begitu pentingnya usaha pendidikan untuk

mengembangkan potensi dan melatih keterampilan yang dimiliki oleh

peserta didik sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’an surah Ar-

Ra’d ayat 11:

ل يغي ر ما بقوم حتى يغي روا ما بأنفسهم إن ٱلل

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri”.

c. Aspek–aspek Keterampilan Berbicara

Seseorang dapat dikatakan terampil dalam berbicara apabila ia

memperhatikan dan memenuhi aspek dari keterampilan berbicara itu

sendiri karena aspek-aspek tersebut akan menentukan berhasil atau

tidaknya kegiatan berbicara seseorang. Adapun aspek yang

menunjang keterampilan berbahasa adalah lafal, perbendaharaan kata,

struktur kalimat, kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh, dan

pemahaman isi pembicaraan.33

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa dalam keterampilan berbicara ada banyak aspek yang harus

diperhatikan. Agar seseorang dapat memiliki keterampilan berbicara

dengan baik maka harus memperhatikan beberapa aspek tersebut.

d. Ketercapaian Keterampilan Berbicara

Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik,

pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang

bersangkutan. Selain itu, menguasai isi pembicaraan dan memahami

isi percakapan dengan lawan bicara merupakan suatu hal yang

33 Sinta Diana Martaulina, Bahasa Indonesia Terapan (Yogyakarta: Deepublish, 2018). h.

4-5.

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

16

diperlukan.34 Seseorang dapat disebut pembicara apabila kegiatan

menghasilkan bahasa itu melalui kegiatan berbicara.35 Dalam konteks

penilaian otentik benar atau kurang benarnya bahasa siswa bukan

hanya dinilai dari ketepatan struktur dan perbendaharaan kata, tetapi

ketepatan atau kejelasan pesan yang disampaikan sebagaimana halnya

fungsi bahasa yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.36

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah

keterampilan berbicara siswa meningkat, dapat dilihat dari indikator

ketercapaian keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran.

Semakin siswa memenuhi indikator tersebut, maka siswa dapat

dikatakan terampil dalam berbicara. Adapun indikator yang dapat

dijadikan alat ukur keberhasilan siswa dalam berbicara adalah

kelafalan kata, intonasi, penggunaan diksi dan kalimat, isi

pembicaraan, kelancaran, dan gerak-gerik tubuh.37

e. Faktor-faktor Penghambat Keterampilan Berbicara

Pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya perubahan yang terjadi

pada peserta didik kearah yang lebih baik. Adapun faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan dan

cacat tubuh), dan faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan). Sedangkan faktor ekternal

terdiri atas faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.38

Namun, untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran siswa sering

34Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi

(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2017). Cet. 7, h. 441. 35Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2015). Cet. 2, h. 86 36 Ibid. h. 35. 37 Merlina Eliyanti Simbolon, Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan Metode

Reciprocal Teaching (Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019). h. 35. 38 Ahmad Subhan Roza Andri Wicaksono, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan

Singkat) (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016). h. 420.

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

17

dihadapkan pada hambatan-hambatan yang akan mempengaruhi

proses pembelajaran salah satunya pada pembelajaran keterampilan

berbicara. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

pembelajaran keterampilan berbicara kurang optimal antara lain:

1. Kurangnya rasa percaya diri

2. Kurang mahir berbicara di depan umum

3. Guru kurang terampil dalam mengajar di dalam kelas

4. Minimnya wawasan dan pemahaman sosial atau sistem sosial

5. Jarak fisik antara pembicara dengan pendengar

6. Persepsi yang berbeda

7. Minat membaca yang kurang.39

Permasalahan yang terjadi dalam keterampilan berbicara juga

disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu berasal dari faktor linguistik

maupun faktor non linguistik. Faktor linguistik berasal dari

penggunaan bahasa itu sendiri berupa kemampuan siswa dalam

mengucapkan dan melafalkan kalimat-kalimat, penggunaan struktur

kalimat yang kurang tepat serta perbendaharaan kata yang masih

sangat minim sehingga sulit bagi mereka untuk berbicara dengan

bahasa Indonesia yang baik. Adapun Faktor non linguistik lebih

dipengaruhi oleh faktor di luar dari bahasa itu sendiri, seperti

penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, media

pembelajaran yang kurang memadai, dan guru yang kurang

mengembangkan pembelajaran berbicara. Adapun faktor lainnya

berasal dari siswa itu sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri dan

motivasi siswa dalam berbicara.40

Selain dari faktor-faktor yang dikemukakan di atas ada

beberapa faktor juga yang dapat menjadi penyebab gangguan dalam

keterampilan berbicara yaitu faktor fisik, faktor media yang terdiri

39 Hazran, “Kemampuan Berbicara Siswa Di Kelas III SDN Nomor I Tulo Kecamatan Dolo

Kabupaten Sigi,” Kreatif Online 6, no. 3 (2018): 105–115. 40 Nurul Aini N. Pakaya Suharia Sarif, “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di

Perguruan Tinggi,” Journal of Humanity & Social Justice 1, no. 2 (2019): 96–115.

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

18

dari faktor linguistik dan faktor non linguistik (nada, irama, intonasi,

dan gerak-gerik tubuh), serta faktor psikologi yaitu kondisi jiwa

partisipan komunikasi.41 Ketidaksempurnaan alat ucap juga menjadi

salah satu hambatan internal dalam berbicara karena hal ini dapat

menyebabkan ketidakjelasan terhadap materi yang disampaikan oleh

pembicara.42 Pendapat lain juga menyatakan bahwa ada beberapa

faktor penyebab kesulitan belajar keterampilan berbicara yaitu

motivasi yang rendah, kebiasaan belajar yang kurang baik, minimnya

penguasaan komponen kebahasaan, kurangnya pemahaman

komponen isi, sikap mental yang tidak percaya diri, interaksi antar

guru dan siswa yang belum terjalin dengan baik, dan metode

pembelajaran yang kurang sesuai serta media pembelajaran yang

kurang memadai.43

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa ada banyak faktor yang dapat menghambat keterampilan

berbicara seseorang khususnya para peserta didik. Faktor tersebut

berasal dari faktor internal yaitu dari dalam diri peserta didik itu

sendiri dan faktor ekternal yaitu yang berasal dari lingkungan atau

guru. Adanya faktor-faktor tersebut tentunya harus segera diatasi demi

tercapainya keterampilan berbicara yang baik.

f. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara

Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis,

yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Adapun

berbicara di depan publik seperti menginformasikan, meyakinkan,

dan bermusyawarah, lalu diskusi kelompok, dan prosedur

41 Ani, “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas VIII SMP 4 Mataram Semester

Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.” 42 Armia Subhayni, Sa’adiah, Keterampilan Berbicara (Darussalam, Banda Aceh: Syiah

Kuala University Press, 2017). h. 108. 43 I Putu Mas Dewantara, “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara,”

Jurnal Santiaji Pendidikan 6, no. 1 (2016): 38–49.

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

19

parlementer, serta debat merupakan jenis-jenis dari kegiatan

berbicara.44 Pendapat ahli juga menyatakan bahwa ada 4 (empat) jenis

berbicara, yaitu:

1) Berbicara untuk Melaporkan

Berbicara dalam hal ini bertujuan untuk menyampaikan suatu

informasi dengan menerangkan atau menjelaskan suatu proses,

peristiwa, dan keadaan suatu hal.

2) Berbicara Secara Kekeluargaan

Hal umum yang menjamin serta memadukan perasaan

persahabatan adalah melalui obrolan hiburan. Menghibur yaitu

melakukan suatu hal yang dapat menyenangkan hati. Sasaran yang

dituju yaitu peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh lucuan

atau kegelian sederhana. Media yang paling digunakan adalah

bercerita atau mendongeng.

3) Berbicara untuk Meyakinkan

Meyakinkan pada dasarnya adalah membuat atau membujuk

seseorang akan kebenaran dan itu berbeda dari memaksakan.

Berbicara dalam hal ini bersifat persuasif misalnya penawaran

suatu barang, brosur, dan lain sebagainya.

4) Berbicara Merundingkan

Berbicara dalam hal ini pada dasarnya bertujuan untuk menemukan

sejumlah keputusan atau rencana yang tepat yang sebelumnya

dibicarakan dahulu dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan

atau keputusan. Dalam membuat keputusan para partisipan harus

menerima sebuah pendapat dan mempertimbangkan fakta-fakta

yang dikemukakan.45

Berdasarkan pernyataan di atas maka sudah jelas bahwa

keterampilan berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang

44Chatarina Jati Wuryaningtyas, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Pendekatan

Komunikatif-Integratif,” Jurnal Penelitian 19, no. 1 (2015): 102–108. 45 Lalita Melasarianti, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat Plus

Pada Mata Kuliah Berbicara,” Jurnal Ilmiah Lingua Idea 9, no. 1 (2018): 23–28.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

20

berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang

lingkupnya juga lebih luas. Sedangkan pada konferensi ruang

lingkupnya terbatas.

g. Urgensi Keterampilan Berbicara Bagi Peserta Didik

Berbicara adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara

bergantian (resiprokal) dan menjadi sarana untuk saling

menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Setiap individu dari bayi

hingga dewasa mewariskan bahasa yang beragam yang pada akhirnya

menghasilkan kata-kata dan kalimat yang bermakna. Kemampuan

berbicara akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan waktu

dan lingkungan. Selain itu, Penguasaan kosa kata juga menjadi cepat

meningkat ketika usia anak-anak, remaja, dan dewasa. Sebagaimana

penelitian Mujiyono Wiryoyotinoyo dalam disertasinya terhadap

kemampuan pragmatik anak usia sekolah dasar yang menyimpulkan

bahwa bentuk lingual interaksi personal anak usia sekolah dasar

ternyata cukup kompleks dan kemampuan berbicaranya pun

mengalami peningkatan yang luar biasa.46

Keterampilan berbicara adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengucapkan kata-kata, menyampaikan ide, gagasan, dan

pendapat serta perasaannya. Keterampilan berbicara juga merupakan

salah satu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang

khususnya para peserta didik. Sebagaimana pendapat ahli yang

menyatakan bahwa keterampilan berbahasa lisan sangat penting

dikuasai oleh peserta didik karena berbicara termasuk kemampuan

berbahasa yang bersifat produktif.47 Penerapan keterampilan

berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai

46 Pernyataan Mujiyono yang disebutkan oleh Agus Setyonegoro, “Hakikat, Alasan , Dan

Tujuan Berbicara (Dasar Pembangun Kemampuan Berbicara Mahasiswa),” Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra 3, no. 1 (2013): 67–80. 47 Purwadi Nanda Amri Wardhani, Sumarwati, “Upaya Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah Dasar : Penelitian Tindakan

Kelas,” Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya 4, no. 2 (2016): 128–144.

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

21

pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian, keluwesan, dan

kelancaran dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa

percaya diri siswa ketika berbicara.48

Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila

peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan

sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-

kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar

disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang

memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan

berbicaranya. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan awal tentu

harus lebih memperhatikan peserta didik khususnya dalam

kemampuan berbicaranya karena mereka akan tumbuh dewasa, hidup

bermasyarakat, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Dengan hal ini tentu peserta didik harus terampil berbicara dan

mereka juga harus mampu menjawab pertanyaan atau mengajukan

pertanyaan dengan baik serta mampu bercerita dan menyampaikan

pendapatnya di kelas karena berbicara bukan hanya sekedar

mengucapkan bunyi atau kata-kata saja, tetapi berbicara merupakan

realisasi pikiran, gagasan, atau perasaan yang disampaikan kepada

orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.49

Kemajuan zaman yang dipengaruhi oleh derasnya arus

globalisasi akan semakin berdampak di dalam kehidupan kita

khususnya pada perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Oleh

karena itu peran guru sangat diharapkan dapat mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

peserta didik agar peserta didik memiliki jiwa yang siap menghadapi

perkembangan zaman dengan pengetahuan dan keterampilan yang

48 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” 49 Desak Putu Parmiti Maya Hayatun Nupus, “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Melalui Penerapan Metode Show and Tell Siswa SD Negeri 3 Banjar Jawa,” Jurnal Ilmiah Sekolah

Dasar 1, no. 4 (2017): 296–303.

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

22

dimiliki. Dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara sangat

perlu dimiliki oleh peserta didik karena mampu membentuk generasi

yang kreatif, generasi yang mampu melahirkan tuturan atau ujaran

secara komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu

dengan menguasai keterampilan berbicara peserta didik juga akan

mampu mengekspresikan pikiran, gagasan, perasaan, dan

kreativitasnya secara cerdas sesuai dengan konteks, situasi, dan

keadaan.50

Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang tidak dapat dikuasai oleh peserta didik

secara cepat tanpa adanya pelatihan dan pengarahan. Pelatihan

tersebut dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal

ini didukung dengan pendapat Jujun yang menyatakan bahwa

“Language skills are not natural in themselves but must be learned,

language skills must be practiced with continuous training and there

should be an early formation as early as possible in primary

school”.51 Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Keterampilan

bahasa tidak dialami dalam diri peserta didik itu sendiri tetapi harus

dipelajari, keterampilan bahasa harus dipraktikkan dengan pelatihan

terus menerus dan harus ada pembentukan awal sedini mungkin di

sekolah dasar. Oleh karena itu sebagai seorang guru sangat perlu

memiliki dua peran sentral yaitu sebagai fasilitator dan motivator.

Fasilitas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap

kelancaran dan kemudahan siswa dalam proses pencapaian tujuan

pembelajaran. Selain itu, guru perlu memberikan rangsangan dan

dorongan sekaligus penguatan agar siswa semakin berani

memaksimalkan potensi, daya kreasi, dan daya cipta dalam proses

50 Yenni Fitra Surya Nura Rezeki, Syahrial, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan

Menggunakan Model Kooperatif Think Pair Share,” Jurnal Pendidikan Tambusai 3, no. 5 (2019):

946–954. 51 Ramandha Putra, Z Zulela, and Totok Bintoro, “Communicative Approach in Improving

Skill Speaking (Action Research on Grade V Students of SD Kitri Bakti Sub District North Cikarang

Bekasi Regency),” American Journal of Educational Research 6, no. 8 (2018): 1098–1101.

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

23

pembelajaran. Di samping itu, guru juga harus terampil dan kreatif

dalam mendesain pembelajaran dengan cara menyiapkan strategi,

model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan guru perlu

melakukan orientasi dengan memberikan kesempatan peserta didik

untuk mengembangkan potensi yang berkaitan dengan keterampilan

berbicara.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa

lisan yang sangat penting dikuasai oleh peserta didik karena berbicara

termasuk kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Penerapan

keterampilan berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar

dijadikan sebagai pondasi agar siswa dapat memiliki keberanian,

keluwesan, dan kelancaran dalam menyampaikan gagasan yang dapat

melahirkan rasa percaya diri siswa ketika berbicara.

3. Karakteristik dan Perkembangan Bahasa Peserta Didik Kelas IV

MI/SD

Pembelajaran di sekolah dasar menjadi pondasi utama untuk

melanjutkan pembelajaran di jenjang selanjutnya. Dengan demikian,

tentunya pembelajaran di sekolah dasar sangatlah penting. Oleh karena

itu sebagai pendidik tentulah harus memahami karakteristik peserta didik

sekolah dasar. Dalam psikologi perkembangan usia peserta didik sekolah

dasar berada dalam periode “late childhood” (akhir masa kanak-kanak)

yaitu berada dalam usia mulai dari enam atau tujuh tahun sampai tiga

belas tahun. Adapun pada peserta didik kelas IV sekolah dasar termasuk

ke dalam usia peserta didik kelas tinggi sekolah dasar yakni kisaran usia

9 atau 10 tahun.52 Berbicara mengenai karakteristik peserta didik tidak

terlepas dari perkembangannya. Adapun perkembangan tersebut

diantaranya adalah perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

52 Samiudin, “Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk Menyesuaikan Cara

Mengajar Yang Diberikan,” Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2017): 1–9.

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

24

a. Perkembangan Kognitif

Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan piaget

menjelaskan bahwa anak usia kelas IV sekolah dasar sudah memasuki

tahap operasional konkret yang dimana siswa sudah mampu berpikir

rasional.53 Kemampuan kognitif pada anak usia sembilan atau sepuluh

tahun (kelas empat MI/SD) memiliki daya kritis masalah secara

mendalam. Dalam taksonomi bloom kemampuan kognitif pada usia

ini sudah memasuki ranah C4 (menganalisis) yaitu kemampuan untu

menguraikan suatu hal atau keadaan dan mampu memahami

hubungan dari satu hal ke hal-hal yang lainnya. Dan pada tahap ini

juga anak sudah dapat belajar dengan sistem belajar kooperatif yaitu

sistem belajar dengan cara bekerja sama dalam kelompok-kelompok

kecil yang dapat melatih siswa untuk berkomunikasi dan

mengemukakan pendapatnya.54 Dengan demikian peserta didik usia

kelas tinggi sekolah dasar harus dibekali keterampilan berbicara yang

baik.

b. Perkembangan Afektif

Perkembangan afektif meliputi perkembangan sosial yaitu kondisi

emosi dan kemampuan penyesuaian diri anak. Emosi adalah suatu

kegiatan dalam mengelola pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan

mental yang hebat dan meluap-luap. Pada usia kelas tinggi sekolah

dasar anak sudah mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara

kasar tidaklah diterima atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh

karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol

ekspresi emosinya. Dan pada usia ini, anak mulai memiliki

kesanggupan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya.55

53 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” 54 Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam

Kegiatan Belajar Mengajar.” 55 Mufida Istati, “Perkembangan Psikologi Anak Di Kelas IV SDN Kebun Bunga 6

Banjarmasin,” Jurnal Tarbiyah Islamiyah 6, no. April (2016): 110–116.

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

25

c. Perkembangan Psikomotorik

Dalam perkembangan psikomotorik dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar meliputi

keteranpilan dalam menggerakkan otot-otot besar seperti lengan, kaki,

batang tubuh seperti berjalan, melompat, dan berlari sedangkan

motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada pada seluruh tubuh

seperti menyentuh, memegang, menulis, dan menggambar. Mulai dari

usia 8-12 tahun tangan anak dapat digunakan secara bebas, mudah,

dan tepat. Koordinasi motorik halus semakin berkembang, seperti

kemampuan menulis anak sudah mulai baik, anak mulai menulis rapih

dan anak mulai memperlihatkan keterampilan yang menghasilkan

karya kerajinan yang bermutu. Selain itu anak juga mampu

menggunakan tangannya secara lebih leluasa sehingga anak mampu

menulis huruf tegak bersambung.56

Adapun mengenai perkembangan bahasa anak selalu berkaitan

dengan salah satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan kognitif

yang dimilikinya, yang berarti faktor intelegensi sangat berpengaruh

terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Tingkat intelektual anak

belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin besar anak itu

tumbuh dan berkembang, kemampuan bahasanya mulai berkembang dari

tingkat yang sangat sederhana menuju yang kompleks. Kemampuan

berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah

berbicara. Adapun perkembangan bahasa dan berbicara anak usia 9-10

tahun atau pada kelas IV adalah sebagai berikut:

1. Anak senang berbicara dengan tiada henti dan tanpa alasan yang jelas

untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

2. Anak sering kali mengungkapkan ide dan perasaannya melalui kata-

kata secara efektif.

56 Suyadi Maulida Rizqia, Wahyu Iskandar, Nurzakiah Simangunsong, “Analisis

Psikomotorik Halus Siswa Ditinjau Dari Keterampilan Menggambar Anak Usia Dasar SD,” Journal

Of Islamic Primary Education 2, no. 2 (2019): 45–53.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

26

3. Anak sudah mulai memahami bahwa bahasa adalah alat untuk

berkomunikasi antar sesama.

4. Anak sering meniru ucapan-ucapan dari teman sebayanya.

5. Anak sudah dapat mengenali kata-kata yang memiliki makna ganda

misalnya “panjang tangan”.

6. Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal (permainan kata)

dalam lelucon dan tekan-teki sebagai sesuatu yang lucu.

7. Menunjukan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa;

mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat.57

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik peserta didik siswa kelas IV MI/SD dapat dilihat dari

perkembangannya. Perkembangan tersebut antara lain perkembangan

kognitif, perkembangan afektif, dan perkembangan psikomotorik.

Adapun pada perkembangan bahasa siswa selalu berkaitan dengan salah

satu perkembangan tersebut yaitu perkembangan kognitif yang

dimilikinya, yang berarti faktor intelegensi sangat berpengaruh terhadap

perkembangan kemampuan berbahasa. Tingkat intelektual anak belum

berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin besar anak itu tumbuh

dan berkembang, kemampuan bahasanya mulai berkembang dari tingkat

yang sangat sederhana menuju yang kompleks.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Yulismayanti dan Ahmad (2019) dalam jurnalnya yang

berjudul “Problematika Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa

Kelas XI SMA Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng”. Penelitian ini

merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian kuantitatif.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, angket,

dan wawancara. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pembelajaran berbicara bahasa Indonesia

57 Safri Mardison, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI),” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 02 (22016): 635–643.

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

27

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng yaitu dialek

daerah, perasaan takut dan malu pada saat berbicara di depan kelas,

adanya perasaan kurang pengalaman, kurangnya rasa percaya diri,

tingkat kekerapan membaca siswa masih kurang, faktor lingkungan

keluarga dan masyarakat yang kurang mendukung.

Perbedaan dengan rencana penelitian:

Perbedaan antara penelitian Yulismayanti dan Ahmad dengan penelitian

ini adalah pada penelitian tersebut menggunakan metode penelitian

kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan studi pustaka. Adapun problematika keterampilan

berbicara pada penelitian tersebut hanya fokus pada mata pelajaran

bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini akan lebih fokus pada

problematika keterampilan berbicara secara umum. Teknik pengumpulan

data pada penelitian tersebut menggunakan observasi, angket, dan

wawancara. Sedangkan pada penelitian ini teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan beberapa literatur seperti

buku, jurnal, dan lain sebagainya yang kemudian dianalisis.

2. Penelitian Nurul Dwi Lestari (2020), dalam jurnalnya yang berjudul

“Problematika Keterampilan Berbicara Bagi Pebelajar Multibahasa”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi bagi

pebelajar multibahasa adalah interfensi bahasa, campur kode dan alih

kode, dan sikap serta motivasi dalam berbicara.

Perbedaan dengan rencana penelitian:

Perbedaan antara penelitian Nurul dengan penelitian ini yaitu data yang

diperoleh pada penelitian tersebut melalui observasi partisipasi

sedangkan pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa

kepustakaan yaitu buku, jurnal, dan lain sebagainya

3. Penelitian Monica dan Nurbaiti (2018), dalam jurnalnya yang berjudul

”Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Tinggi Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penelitian ini

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

28

menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketyerampilan berbicara SDN 200111 yaitu faktor siswa, faktor guru, dan

faktor sarana dan prasarana

Perbedaan dengan rencana penelitian:

Pada penelitian tersebut masalah yang diangkat lebih kepada bagaimana

keterampilan berbicara siswa kelas tinggi secara umum dan apa saja

faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara tersebut.. Sedangkan

pada penelitian ini lebih kepada permasalahan-permasalahan yang

terdapat pada keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa baik

kota maupun kabupaten.

4. Penelitian Safri Mardison (2016), dalam jurnalnya yang berjudul

“Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah”.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak

berkaitan dengan perkembangan kognitifnya yang beraarti faktor

intelegensinya sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa yang

dimilikinya. Masalah perkembangan bahasa dipengaruhi oleh kurangnya

penguasaan keterampilan berbahasa, hambatan komunikasi, dan

penggunaan bahasa kedua (bahasa ibu)

Perbedaan dengan rencana penelitian:

Pada penelitian tersebut permasalahan yang dibahas lebih kepada

bagaimana perkembangan bahasa anak usia MI/SD dan hal-hal apa saja

yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Sedangkan pada

penelitian ini lebih kepada keterampilan berbicara siswa kelas IV secara

umum di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan berbicara sangat penting untuk dimiliki oleh setiap

orang khususnya peserta didik tingkat sekolah dasar. Keterampilan berbicara

yang dimiliki akan menunjang pengembangan bahasanya di tingkat belajar

selanjutnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara di kelas tentunya ada

banyak faktor yang menghambat proses pembelajaran berbicara menjadi

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

29

kurang optimal sehingga dampaknya akan dirasakan oleh peserta didik.

Dengan adanya hal ini tentunya guru harus mampu mengatasi permasalahan

yang terjadi di dalam kelas baik dalam proses pembelajaran maupun peserta

didik.

Problematika keterampilan berbicara juga dialami oleh siswa kelas IV

MI/SD di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Oleh karena itu penelitian ini

berusaha untuk menganalisis problematika keterampilan berbicara apa saja

yang terjadi pada siswa kelas IV MI/SD di wilayah Jawa dan upaya yang tepat

dalam mengatasinya. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir

Problematika

Keterampilan berbicara

Analisis

- Faktor Penghambat Keterampilan

Berbicara

- Faktor linguistik dan non linguistik

Upaya Mengatasi Problematika

Keterampilan Berbicara

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa

kelas IV di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun jadwal

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dari mulai penelitian hingga revisi

skripsi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

No. Kegiatan Bulan

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Observasi Awal √

2. Pengajuan Judul √

3. Penyusunan Proposal √ √

4. Seminar Proposal √

5. Penelitian √

6. Penyusunan

Bab IV-V

√ √ √

7. Ujian Munaqasah √

8. Revisi Skripsi √

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dan teknik

pengumpulan data dapat dilakukan secara triangulasi (gabungan) dan

analisis data bersifat kualitatif.58 Penelitian kualitatif lebih bersifat

deskriptif artinya dalam penulisannya data yang dihimpun berbentuk kata-

kata atau gambar daripada angka.59 Penelitian deskriptif bertujuan untuk

membuat deskripsi atau gambaran yang bersifat faktual mengenai fakta

58 Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta CV, 2018). h. 9 59 Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak,

2018). h. 10-11

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

31

permasalahan yang diselidiki.60 Dengan demikian metode deskriptif dalam

penelitian ini diarahkan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan

yang terdapat pada keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD di wilayah

Jawa.

Adapun proses utama yang dilakukan peneliti ialah mengumpulkan

data mengenai problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV dengan

teknik studi pustaka. Studi pustaka atau kepustakaan adalah kegiatan

penelitian yang menggunakan metode penelitian berupa pengumpulan data

yang berasal dari buku, jurnal, dokumen dan lain sebagainya, kemudian

membaca, mencatat, dan menghubungan informasi yang relevan dengan

penelitian.61 Penelitian studi pustaka juga merupakan suatu jenis penelitian

yang dilakukan secara objektif dan menggunakan berbagai macam literatur

sebagai sumber datanya serta pengumpulan datanya dengan cara kajian

kepustakaan.62

Dalam penelitian studi pustaka ada empat ciri utama yang peneliti

harus perhatikan di antaranya : Pertama, bahwa peneliti berhadapan

langsung dengan teks atau data angka, bukan dengan pengetahuan langsung

dari lapangan. Kedua, data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peneliti

tidak terjun langsung kelapangan karena peneliti berhadapan langsung

dengan sumber data yang ada di perpustakaan. Ketiga, bahwa data pustaka

umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh

bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari data pertama

di lapangan. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang

dan waktu.63 Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis

penelitian ini diambil dari data-data yang terdapat di dalam buku, jurnal,

ataupun terbitan-terbitan lainnya.

60 Tarjo, Metode Penelitian Sistem 3x Baca (Sleman: Deepublish, 2019). h. 28 61 Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar

Pustakawan,” Lentera Pustaka 2, no. 2 (2016): 83–93. 62 Usman Yahya, “Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun Di

Lingkungan Keluarga Menurut Pendidikan Islam,” Jurnal Islamika 15 (2015): 227–244. 63 Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar

Pustakawan.” Jurnal Lentera Pustaka 2. no. 2 (2016). h. 83-93.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

32

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam

penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini berfungsi sebagai titik pusat yang

membatasi peneliti sehingga peneliti terhindar dari pengumpulan data yang

tidak relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.64 Berdasarkan

pernyataan tersebut maka peneliti memfokuskan penelitian ini dengan

membatasi permasalahan mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV

di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi

yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah

penelitian dapat berupa catatan, buku, makalah, artikel, jurnal, dan lain

sebagainya.

E. Prosedur Penelitian

Tahap pengumpulan data dalam hal ini adalah proses mulai dari

persiapan peneliti untuk masuk ke situs penelitian hingga melakukan

aktivitas pengumpulan data. Adapun langkah-langkah pengumpulan data

dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan topik

Pada tahap ini peneliti menentukan topik yang akan dibahas terlebih

dahulu pada penelitian studi pustaka. Dalam penelitian ini peneliti

memilih topik yaitu terkait dengan permasalahan-permasalahan

keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah Jawa.

2. Eksplorasi Informasi

Pada tahap ini eksplorasi informasi dilakukan peneliti untuk

mendapatkan wawasan yang lebih luas untuk melakukan penelitian.

64 Rahel Widiawati Kimbal, Modal Sosial Dan Ekonomi Industri Kecil Sebuah Studi

Kualitatif (Yogyakarta: Deepublish, 2015). h. 65.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

33

selain itu pada tahap ini juga diperlukan peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan diperlukan terkait dengan masalah penelitian agar hasil

penelitian lebih mendalam.

3. Menentukan Fokus Penelitian

Fokus penelitian diperlukan peneliti agar pembahasan penelitian

lebih terarah. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah

permasalahan-permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV di

wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten.

4. Pengumpulan Sumber Data

Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan referensi-referensi

yang akan digunakan yang berkenaan dengan masalah penelitian. sumber

data tersebut antara lain buku, jurnal, dokumen-dokumen, dan lain

sebagainya.

5. Persiapan Penyajian Data

Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang didapat dari

berbagai macam referensi. Teknik analisis data dalam penelitian ini

adalah metode analisis isi yaitu memilih, membandingkan,

menggabungkan, dan memilah berbagai definisi hingga ditemukan yang

relevan. Adapun penyajian data dalam penelitian ini akan menggunakan

pola penyajian deskriptif.

6. Penyusunan Laporan

Pada penyusunan laporan ini peneliti akan mengikuti sistematika

penyusunan laporan skripsi dengan metode studi pustaka.65

65 Abdi Mirzaqon T. Budi Purwoko, “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori Dan

Praktik Konseling Expressive Writing,” Jurnal BK Unesa 8, no. 1 (2018): 1–8.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

34

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif

Penerapan proses belajar mengajar keterampilan berbicara tentunya

tidak terlepas dari suatu problematika yang dihadapi baik oleh guru maupun

siswa. Salah satu yang menjadi problematika saat ini dalam dunia

pendidikan sering dijumpai dalam tataran praksis pembelajaran terkait

dengan keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD. Permasalahan

tersebut ditemukan dari beberapa jurnal penelitian terkait dengan

keterampilan berbicara di beberapa sekolah yang berada di wilayah Jawa

baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa

keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD di wilayah tersebut berada

pada tingkat yang rendah. Sesuai dengan berbagai sumber yang menyatakan

bahwa ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan

siswa dalam berbicara di wilayah Jawa yaitu faktor internal dan eksternal.

Adapun problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV MI/SD yang

ditemukan di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai berikut:.

1. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Barat

Problematika mengenai keterampilan berbicara yang ditemukan

di wilayah yang berada di Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

a. Kota Bandung

Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV ditemukan

di salah satu sekolah yang berada di Kota Bandung. Keterampilan

berbicara di sekolah tersebut berada pada tingkat yang rendah.

masalah tersebut yaitu dalam proses pembelajaran ketika siswa

diminta untuk menyampaikan gagasannya atau hasil pekerjaannya di

depan kelas, sebagian besar siswa masih tersendat sendat dalam

mengucapkan kalimat atau isi pokok pembicaraan yang hendak

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

35

disampaikan sehingga tidak terdengar dengan jelas apa yang

sebenarnya sedang diucapkan oleh siswa. Kemudian, banyak siswa

yang tidak memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan

kelas karena volume suara siswa tersebut masih sangat rendah

sehingga tidak terdengar oleh seluruh siswa terutama siswa yang

duduk di barisan belakang kelas. Selain itu, isi pembicaraan siswa pun

belum dapat disimak dengan baik karena ketidakjelasan pelafalan

siswa.66

b. Kabupaten Majalengka

Keterampilan berbicara siswa kelas IV dalam proses

pembelajaran juga masih sangat rendah di salah satu sekolah yang

berada di Kabupaten Majalengka. Pada saat pembelajaran

berlangsung, siswa hanya diam memperhatikan apa yang dijelaskan

oleh guru mereka tidak banyak berbicara baik itu mengeluarkan

pendapat atau hanya sekedar bertanya. Dalam mengemukakan

pendapatnya ditemukan pelafalan siswa tersebut kurang jelas dalam

pengucapan, intonasi dalam menyampaikan pendapat masih kurang

baik, kosa kata yang digunakan tidak bervariasi, kelancaran siswa saat

berbicara masih terbata-bata, dan siswa kurang ekspresif

menyampaikan pendapatnya. Hanya terdapat 8 (35%) siswa yang

memiliki keterampilan berbicara cukup baik, 14 (65%) yang

keterampilan berbicaranya kurang dari keseluruhan siswa yang

berjumlah 22 siswa. Dengan demikian, aktivitas belajar dan

keterampilan berbicara siswa belum mencapai kriteria ketuntasan

75%.67

66 Dwi Heryanto Aqmarina Mar’atus Sholihah, Sandi Budi Iriawan, “Penerapan Model

Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,”

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 11, no. 1 (2017): 52–62. 67Budi Febriyanto, “Metode Cerita Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Siswa Pada Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Cakrawala Pendas 5, no. 2 (2019): 158–

166.

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

36

c. Kabupaten Sumedang

Problematika keterampilan berbicara pada siswa kelas IV

lainnya juga ditemukan di salah satu sekolah di Kabupaten Sumedang.

Masalah tersebut yaitu siswa kurang responsif dalam memberi

tanggapan terhadap materi, siswa kurang aktif dan merasa takut untuk

tampil di depan kelas, siswa kurang terampil berbicara dalam

menyampaikan kembali pesan yang diterima dengan lafal dan intonasi

yang tepat, dan siswa kurang fasih dalam melafalkan kata-kata bahasa

Indonesia.68

d. Kabupaten Garut

Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya

juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Garut.

Masalah tersebut ialah masih banyak peserta didik yang pasif dalam

berbicara ketika diberi pertanyaan mengenai materi yang telah mereka

pelajari sebelumnya.69

e. Kabupaten Subang

Pembelajaran keterampilan berbicara kelas IV berada pada

tingkat yang rendah juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada

di Kabupaten Subang. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya

siswa yang kurang aktif dalam berbicara, mayoritas siswa masih pasif

saat pelajaran berlangsung, siswa masih malu-malu dan sangat jarang

ada bertanya, mereka hanya diam saja ketika guru meminta mereka

untuk berbicara. Dalam berbicara mereka masih terbata-bata, malu

dan ragu-ragu. Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa mereka masih belum memiliki keterampilan

68Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara,” Jurnal Mimbar Sekolah Dasar 2, no. 1 (2015): 21–35. 69 Risma Nuriyanti Lisna sari, “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Learning

Dengan Menggunakan Media Kokamicabi Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas

IV Sekolah Dasar Negeri 02 Balewangi Tahun Pelajaran 2018/2019,” Jurnal Baleaksara 1, no. 1

(2020): 43–50.

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

37

berbicara dengan baik dan sulit untuk mengemukakan informasi yang

telah diperolehnya.70

f. Kota Bekasi

Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV juga

ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kota Bekasi. Di

sekolah tersebut dinyatakan bahwa keterampilan berbicara siswa

masih kurang baik. Ada beberapa masalah yang dihadapi siswa, siswa

pada umumnya mengalami kesulitan dalam berbicara di depan kelas

pada saat proses pembelajaran berlangsung, saat berbicara siswa

belum mampu melafalkan bunyi bahasa secara tepat sehingga

pendengar kurang memahami dan kurang tertarik dengan apa yang

disampaikan, siswa belum menguasai intonasi yang baik contohnya

yaitu siswa belum bisa mengatur volume suara atau tinggi rendahnya

suara sehingga volume suaranya tidak dapat terdengar oleh semua

pendengar, siswa belum mampu menggunakan kalimat yang jelas

contohnya yaitu siswa belum bisa berbicara disertai dengan alasan

yang mendukung dengan menggunakan kalimat yang singkat,

lengkap, dan mudah diterima pendengar.

Permasalahan selanjutnya yaitu masih banyak siswa yang belum

mampu menggunakan kata-kata dengan tepat contohnya yaitu siswa

belum bisa menyampaikan isi cerita secara berurutan dan tidak saling

berhubungan, dan siswa masih terputus-putus atau tidak lancar saat

berbicara contohnya yaitu siswa berbicara tidak lancar selalu terputus-

putus dan banyak menyisipkan bunyi “ee…” dan sejenisnya.

2. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Tengah

Selain wilayah yang berada di Provinsi Jawa Barat, problematika

mengenai keterampilan berbicara juga ditemukan di wilayah yang berada

di Provinsi Jawa Tengah antara lain:

70 Ghea Setyarini Asep Priatna, “Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap

Keterampilan Berbicara Kelas IV SD Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Ilmiah

Pendidikan Dasar IV, no. 2 (2019): 147–159.

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

38

a. Kabupaten Temanggung

Problematika mengenai keterampilan berbicara siswa kelas IV

juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Temanggung. Permasalahan tersebut ialah pembelajaran masih

berpusat pada guru. Kesempatan peserta didik untuk mengemukakan

pendapat secara lisan dengan berbicara sangat terbatas. Waktu

sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru untuk menjelaskan materi

pembelajaran. Peserta didik kurang terlatih untuk berbicara di dalam

kelas. Dalam pembelajaran tematik di kelas, peserta didik jarang

diminta untuk membuat rumusan masalah, peserta didik menjadi tidak

aktif untuk belajar, dan kurang berani untuk mengemukakan pendapat

secara lisan.71

b. Kabupaten Klaten

Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya

juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Klaten. Permasalahan tersebut ialah terdapat fenomena dimana siswa

menunjukan kecenderungan sulit menerima pembelajaran terutama

keterampilan berbicara. Selama ini pengajaran bahasa yang

berlangsung di kelas-kelas adalah lebih banyak memberikan

pengetahuan dan kaidah bahasa (stuktur) bukan keterampilan

berbahasa.72

c. Kabupaten Banyumas

Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih rendah di

salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Banyumas. Masalah

yang dihadapi siswa saat melatih keterampilan berbicaranya sebagian

besar adalah kurang terbiasa untuk berbicara di depan kelas. Hal ini

mengakibatkan saat siswa melatih keterampilan berbicaranya di

71 Dian Indah Suryani, Naniek Sulistya Wardani, and Tego Prasetyo, “Upaya Peningkatan

Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Melalui PI-MTPS Kelas IV SD,”

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 2, no. 1 (2018): 87–96. 72 Nugrananda Janattaka, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Metode

Kooperatif Jigsaw Di Kelas IV SDN 1 Jimbung Klaten,” Jurnal Prima Edukasia 2, no. 1 (2014):

90–101.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

39

depan kelas merasa malu-malu dan terlihat kurang percaya diri.

Kurang percaya diri dan malu-malu ini membuat berbicaranya kurang

fokus sehingga terkadang membuat siswa lupa dengan hal yang akan

diungkapkannya. Masalah selanjutnya yaitu ada beberapa siswa yang

masih takut dan tidak berani maju ke depan kelas untuk berbicara.

Siswa takut dan tidak berani maju berbicara di depan kelas karena

siswa tersebut takut salah dalam berbicara dan ditertawakan. Ada juga

siswa yang takut dan tidak berani maju untuk berbicara karena kurang

menguasai materi yang akan diceritakannya. Masalah seperti ini

membuat siswa tidak bisa melatih keterampilan berbicaranya karena

merasa takut dan tidak berani untuk mencoba.

Masalah berikutnya adalah faktor kebahasaan saat siswa

berbicara di depan kelas. Faktor kebahasaan yang masih harus

diperbaiki antara lain kejelasan ucapan. Saat siswa berbicara di depan

kelas kejelasan kata ataupun kalimat yang diucapkannya masih

kurang jelas, seperti kurang keras, mimiknya kurang tepat karena

tidak membuka mulutnya, dan sebagainya. Kejelasan ucapan yang

masih kurang jelas membuat pendengar kurang memahami pesan

ataupun cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Selain itu, intonasi

suaranya pun tidak beraturan. Siswa berbicara di depan kelas

menggunakan intonasi yang datar. Siswa tidak memilah kata atau

kalimat mana yang diucapkan menggunakan intonasi tinggi dan

kalimat mana yang menggunakan intonasi rendah. Intonasi suara yang

kurang beraturan ini membuat pendengar bosan dengan pesan atau

cerita yang diungkapkan oleh pembicara. Masalah selanjutnya yang

dihadapi siswa adalah sikap dan bahasa tubuh saat berbicara di depan

kelas. Sikap siswa saat berbicara di depan kelas masih kurang, karena

masih banyak siswa saat berbicara tidak melihat audiens di depannya.

Masih banyak siswa yang menundukkan kepalanya saat berbicara di

depan kelas. Seharusnya sikap yang baik saat berbicara adalah melihat

audiens dan menggunakan bahasa tubuh yang baik,seperti badan

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

40

tegak, pandangan mata menyeluruh ke audiens, tangan dan gerakan

badan menyesuaikan dengan topik yang akan dibicarakannya.73

3. Problematika Keterampilan Berbicara di Provinsi Jawa Timur

Selain wilayah yang berada di Provinsi Jawa Tengah,

problematika mengenai keterampilan berbicara juga ditemukan di

wilayah yang berada di Provinsi Jawa Timur antara lain:

a. Kota Madiun

Problematika keterampilan berbicara kelas IV berada pada

tingkat yang rendah juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada

di Kota Madiun. Permasalahan tersebut ialah masih banyak siswa

yang belum berperan aktif baik untuk mengungkapkan pendapat,

bertanya, ataupun menjelaskan kembali pelajaran yang telah

didapatnya. Selain itu masih banyak siswa yang kesulitan dalam

mengungkapkan sebuah ide dan siswa lebih sering mengabaikan

ketika guru mengajarkan keterampilan berbicara hal ini karena siswa

menganggap keterampilan berbicara sangat mudah sehingga tidak

perlu dipelajari dan karena guru yang tidak memiliki materi yang

bervariasi dalam mengajarkan keterampilan berbicara kepada peserta

didik.74

b. Kota Malang

Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih rendah di

salah satu sekolah yang berada di Kota Malang. Hal ini dikarenakan

masih banyak siswa yang kurang berhasil mendapatkan nilai yang

masih cukup rendah dan dibawah rata-rata dalam pembelajaran. Dari

pengamatan tersebut terlihat ada beberapa faktor yang memengaruhi

ketidakberhasilan siswa dalam terampil berbicara. Terlihat dari cara

siswa tersebut dalam berekspresi di depan kelas masih terlihat ragu-

73 Nirmala Ratna Sari, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita

Berantai Siswa Kelas IV,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. 2 (2017): 157–165. 74 Rosita, “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Berbicara Bagi

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

41

ragu, ada ketakutan, dan rasa malu ketika diberikan kesempatan untuk

maju di depan kelas. selain itu, masih banyak siswa yang tidak mau

mencoba untuk maju didepan kelas atau pun mengajukan pertanyaan

maupun pendapatnya mengenai cerita yang ada di buku siswa yang

diceritakan kembali menggunakan bahasanya sendiri. Masalah

selanjutnya yang terjadi ialah guru masih monoton dalam

menyampaikan materi pembejaran, belum adanya penggunaan media

pembelajaran, dan pemahaman murid yang masih rendah, serta

interaksi yang terjadi antara guru dan siswa masih kurang terjalin

baik.75

c. Kabupaten Pacitan

Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya

juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Pacitan. Permasalahan tersebut adalah keterampilan berbicara kurang

diasah oleh guru, siswa kurang memahami kosakata Bahasa Indonesia

yang baku dan malas mengungkapkan gagasan atau ide akibat

kurangnya rasa percaya diri. Selain itu, model pembelajaran yang

dilakukan guru pun masih bersifat konvensional.76

d. Kabupaten Sidoarjo

Keterampilan berbicara siswa kelas IV juga masih berada pada

tingkat yang rendah di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dengan adanya permasalahan pada materi

bercerita bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menceritakan

kembali apa yang telah dibacanya dan siswa sulit untuk memahami

75 Elwi Nailul Muna, I Nyoman Sudana Degeng, and Fattah Hanurawan, “Upaya

Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas IV SD,” Jurnal

Pendidikan 4, no. 11 (2019): 1557–1561. 76 Zuniar Kamaluddin Mabruri and Ferry Aristya, “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan Strategi Role Playing SD Negeri Ploso

1 Pacitan,” Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (2017): 112–117.

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

42

apa yang telah dibaca sehingga mereka merasa kesulitan jika diminta

untuk menceritakan apa yang telah dibaca.77

e. Kabupaten Jember

Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV lainnya

juga ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Jember. Masalah tersebut yaitu masih banyak siswa yang kurang

mampu mengekpresikan diri lewat kegiatan berbicara. Setiap ada

pembelajaran terkait kemampuan berbicara siswa kurang antusias dan

tidak memperhatikan dengan baik. Sikap siswa ketika berbicara dalam

kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang rileks. Siswa tidak

terbiasa terlatih kemampuan bicaranya terutama di depan kelas dan

ketepatan siswa dalam mengunakan bahasa masih kurang. Selain itu,

siswa kurang mampu mengorganisasi perkataannya sehingga

pembicaraan ternilai kurang runtut (sistematis) dan masih terbata-

bata. minat dan antusias bagi siswa, pembelajaran berbahasa pada

keterampilan berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi

siswa.78

f. Kabupaten Gresik

Permasalahan keterampilan berbicara siswa kelas IV juga

ditemukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Gresik.

Permasalahan tersebut adalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

keterampilan berbicara dari 18 peserta didik, ada 9 peserta didik

kurang maksimal dalam keterampilan berbicara saat bercerita didepan

teman-temannya, dan 2 peserta didik masih terbata-bata dalam

mengucapkan kalimat yang terlalu panjang. Pada proses pembelajaran

guru belum menggunakan media untuk digunakan dalam proses

pembelajaran, guru hanya menggunakan buku paket sebagai sumber

77 Hendratno Ikrimatuz Zulfa, “Pengaruh Metode Mendongeng Terhadap Keterampilan

Berbicara Pada Siswa Kelas IV Di Kecamatan Sukodono,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar

7, no. 5 (2019): 3295–3306. 78 Rita Zahara Lutfi Muhammad Hidayat, Erliany Syaodih, “Efektivitas Metode Role

Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Sumbersari,” Jurnal Educare 14, no. 2 (2016): 18–29.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

43

belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media

pembelajaran pada keterampilan berbicara materi bercerita kurang

maksimal hanya menggunakan buku paket sebagai sumber

belajarnya, sehingga peserta didik merasa kesulitan dalam memahami

materi yang disampaikan oleh guru.79

Melihat banyaknya problematika yang terjadi di beberapa wilayah

tersebut, maka dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara siswa kelas

IV di beberapa wilayah baik kota maupun kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masih dihadapkan

dengan berbagai tantangan dan kendala. Problematika yang dihadapi siswa

dalam keterampilan berbicara dapat digolongkan menjadi dua yaitu problem

linguistik dan problem non linguistik. Problem linguistik berasal dari

penggunaan bahasa itu sendiri berupa pelafalan, kosa kata, tata bahasa,

kelancaran, dan pemahaman. Sedangkan Problem non linguistik lebih

dipengaruhi oleh faktor di luar dari bahasa itu sendiri, seperti penggunaan

metode pembelajaran, media, guru, lingkungan, motivasi, dan percaya diri

siswa.

1. Problem Linguistik

Problematika keterampilan berbicara yang dihadapi siswa kelas IV

di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dapat disebabkan oleh faktor

linguistik. Faktor linguistik yaitu faktor yang berasal dari penggunaan

bahasa itu sendiri berupa pelafalan, kosa kata, tata bahasa, kelancaran,

dan pemahaman. Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV

yang ditemukan berdasarkan hal tersebut adalah pada faktor linguistik

siswa cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan aspek

pelafalan. Pelafalan bukan hanya kemampuan untuk melafalkan kata

perkata, tetapi juga bahasa itu sendiri sehingga memiliki arti yang

79 Nanang Khoirul Umam Siti Fatimah Abdilah, “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Melalui Media Wayang Berbasis Budaya Lokal Pada Materi Bercerita Di Kelas IV UPT SD Negeri

100 Gresik,” Journal of Teaching in Elementary Education 4, no. 1 (2020): 1–9.

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

44

diinginkan untuk dinyatakan. Adapun masalah pelafalan yang ditemukan

di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah pada saat berbicara,

siswa belum mampu melafalkan bunyi bahasa secara tepat dan jelas

sehingga pendengar kurang memahami dan tidak dapat menyimak

dengan baik apa yang disampaikan.

Problematika juga muncul pada aspek kosa kata dan kalimat yaitu

minimnya penguasaan kosa kata siswa sehingga pada saat berbicara kosa

kata yang digunakan tidak bervariasi dan siswa belum mampu

menggunakan kata-kata dengan tepat sehingga pembicaraannya terkesan

kurang sistematis. Selain itu, dalam berbicara siswa juga belum mampu

menggunakan kalimat yang singkat, lengkap, dan mudah diterima

pendengar. Problematika selanjutnya yaitu pada aspek kelancaran, masih

banyak siswa yang pada saat berbicara mereka terbata-bata atau tidak

lancar dan banyak menyisipkan bunyi “eee…” dan sejenisnya. Hal ini

dapat disebabkan oleh rasa grogi, kurang percaya diri, dan kurangnya

persiapan siswa.

2. Problem Non Linguistik

Problematika ini berkaitan dengan faktor non linguistik. Faktor

non linguistik juga menjadi faktor pendukung munculnya problem

linguistik yang dihadapi siswa kelas IV MI/SD di wilayah Jawa baik kota

maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

dan Jawa Timur. Adapun problematika yang ditemukan dalam hal ini

yaitu pertama, siswa merasa takut dan malu ketika diberi kesempatan

untuk berbicara di depan kelas. Kurangnya rasa percaya diri dan

keberanian siswa ini membuat siswa kurang fokus dalam berbicara

sehingga terkadang membuat mereka lupa apa yang akan disampaikan.

Kedua, pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang antusias dan

pasif dalam mengemukakan pendapatnya, mereka hanya diam

memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Ketiga, guru belum

menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran keterampilan

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

45

berbicara dan guru masih menitikberatkan pada metode ceramah dalam

penyampaian materi sehingga siswa cenderung lebih pasif selama

pembelajaran. Keempat, penggunaan media yang kurang memadai.

Kelima, pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru dan model

pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional. Kelima, penyajian

materi yang disampaikan guru kurang bervariasi. Keenam, kurangnya

pelatihan berbicara di kelas dan ketujuh, interaksi yang terjalin antara

siswa dengan guru belum terjalin dengan baik hal ini menyebabkan

interaksi proses pembelajaran menjadi satu arah.

B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif

Analisis komparatif adalah analisis yang bersifat membandingkan.

Analisis ini dilakukan untuk membandingan persamaan dan perbedaan dua

atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat obyek yang diteliti berdasarkan

kerangka pemikiran tertentu.80 Temuan hasil analisis kritis komparatif

dalam penelitian ini didapatkan dari beberapa temuan penelitian terkait

dengan problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV yang telah

dianalisis dan kemudian dikomparasikan. Dalam penelitian ini,

problematika keterampilan berbicara yang ditemukan dikomparasikan

berdasarkan problem linguistik dan non linguistik yang terjadi di wilayah

Jawa baik kota maupun kabupaten.

1. Komparasi Problem Linguistik

Berdasarkan pada temuan hasil analisis, problematika

keterampilan berbicara siswa kelas IV yang dipengaruhi oleh faktor

linguistik, pada Provinsi Jawa Barat terjadi di wilayah kota dan

kabupaten. Sedangkan, pada Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur

problematika linguistik hanya ditemukan di wilayah kabupaten saja. Hal

ini menunjukkan bahwa problematika linguistik yang dihadapi siswa

kelas IV dalam keterampilan berbicaranya lebih banyak terjadi di

80 Febri Endra, Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis) (Taman Sidoarjo:

Zifatama Jawara, 2017). h. 154.

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

46

wilayah kabupaten dibandingkan dengan wilayah kota, sehingga perlu

untuk segera diatasi agar pembelajaran keterampilan berbicara di kelas

menjadi lebih optimal. Adapun dalam problematika linguistik ini tidak

ditemukan perbedaan yang terjadi antara wilayah kota dan kabupaten.

Permasalahan yang dihadapi siswa dalam hal kebahasaan baik di wilayah

kota maupun kabupaten hampir sama yaitu berkenaan dengan pelafalan

yang kurang jelas, kosa kata yang kurang bervariasi, intonasi yang tidak

beraturan dan terbata-bata dalam berbicara. Adapun persamaan problem

linguistik yang terjadi di wilayah kota dan kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Komparasi Problem Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten

PROBLEM LINGUISTIK

Provinsi Wilayah Kota Wilayah Kabupaten

Jawa Barat

Siswa masih terbata-bata

dan tidak lancar pada saat

berbicara.

Kelancaran siswa pada

saat berbicara masih

terbata-bata.

Siswa belum mampu

melafalkan bunyi bahasa

secara tepat dalam

berbicara.

Pada saat berbicara

pelafalan siswa masih

kurang jelas dalam

pengucapannya.

Siswa belum mampu

menggunakan kata-kata

dengan tepat.

Kosa kata yang

digunakan siswa tidak

bervariasi.

Siswa belum dapat

menggunakan kalimat

yang jelas, singkat, dan

mudah dipahami oleh

pendengar.

Siswa belum dapat

berbicara dengan

menggunakan kalimat

yang runtut dan

sistematis.

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

47

Siswa belum menguasai

intonasi yang baik,

contohnya yaitu siswa

belum bisa mengatur

tinggi rendahnya suara

pada saat berbicara.

Intonasi dalam

menyampaikan suatu

gagasan masih kurang

baik..

Jawa Tengah

-

Kejelasan kata atau

kalimat yang diucapkan

siswa masih kurang jelas

dalam berbicara.

Intonasi suara pada saat

berbicara tidak beraturan.

Jawa Timur

-

Siswa masih terbata-bata

pada saat berbicara.

Ketepatan siswa dalam

menggunakan bahasa

masih kurang.

Siswa kurang mampu

mengorganisasi

perkataannya secara baik

dan sistematis.

2. Komparasi Problem Non Linguistik

Berdasarkan pada temuan hasil analisis, problem keterampilan

berbicara siswa kelas IV yang dipengaruhi oleh faktor non linguistik

hanya ditemukan di wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan pada Provinsi Jawa Timur, problem

non linguistik ditemukan di wilayah kota dan kabupaten. Adapun

komparasi problematika keterampilan berbicara dalam faktor non

linguistik yang ditemukan di wilayah kota dan kabupaten yang berada di

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

48

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Komparasi Problematika Keterampilan Berbicara dalam Faktor Non

Linguistik di Wilayah Kota dan Kabupaten

PROBLEM NON LINGUISTIK

Provinsi Wilayah Kota Wilayah Kabupaten

Jawa Barat

-

Masih banyak peserta didik

yang kurang aktif dalam

mengemukakan

pendapatnya pada proses

pembelajaran.

Siswa kurang antusias dan

responsif dalam memberi

tanggapan terhadap materi

yang disampaikan.

Siswa merasa takut dan

malu untuk tampil di depan

kelas.

Jawa Tengah

-

Pembelajaran di dalam

kelas masih berpusat pada

guru.

Peserta didik kurang terlatih

untuk berbicara di kelas.

Pembelajaran yang

dilakukan guru kurang

dikembangkan

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

49

Siswa merasa takut dan

malu ketika berbicara di

depan kelas.

Peserta didik kurang aktif

dalam proses pembelajaran

baik dalam hal bertanya atau

mengemukakan pendapat.

Jawa Timur

Siswa belum berperan

aktif dalam hal

mengemukakan

pendapatnya di dalam

kelas

Siswa kurang antusias dan

tidak aktif dalam

menyampaikan

pendapatnya pada proses

pembelajaran

Siswa merasa malu

ketika diberi

kesempatan untuk

berbicara di depan kelas

Sikap siswa dalam berbicara

terlihat tegang dan tidak

rileks.

Pembelajaran yang

diterapkan kurang

inovatif dan kreatif

sehingga terkesan

monoton bagi siswa

Model pembelajaran yang

diterapkan guru masih

bersifat konvensional

Belum adanya

penggunaan media

dalam proses

pembelajaran

Pemanfaatan media

pembelajaran kurang

maksimal.

-

Guru tidak memiliki materi

pembelajaran yang

bervariasi

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

50

-

Penyampaian materi

pembelajaran kurang

menarik

-

Guru masih

menitikberatkan pada

metode ceramah dalam

menyampaikan materi

-

Interaksi antara guru dan

siswa masih kurang terjalin

dengan baik.

Berdasarkan tabel komparasi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa

terdapat persamaan dan perbedaan mengenai problem non linguistik

yang terjadi di wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat

dan Jawa Tengah dengan problem non linguistik yang terjadi di wilayah

kota dan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Adapun

problem non linguistik yang ditemukan di wilayah kabupaten yang

berada di Provinsi Jawa Barat lebih kepada faktor yang berasal dari diri

siswa itu sendiri, seperti siswa kurang antusias dan pasif dalam

mengemukakan pendapatnya di dalam kelas dan siswa merasa takut serta

tidak percaya diri ketika berbicara di depan kelas.

Sedangkan, problem non linguistik yang ditemukan di wilayah

kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah lebih beragam yaitu

berasal dari internal dan eksternal. Masalah internal seperti, kurangnya

rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara dan siswa

cenderung pasif dalam hal bertanya atau mengemukakan pendapatnya.

Sedangkan, masalah eksternalnya yaitu pembelajaran yang dilakukan

masih berpusat pada guru dan kurangnya pelatihan berbicara di kelas

menyebabkan siswa kurang terampil dalam berbicara. Kemudian, pada

provinsi Jawa Timur problem non linguistik ditemukan di wilayah kota

dan kabupaten. Masalah yang terjadi pun sangat beragam yaitu berasal

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

51

dari internal dan eksternal. Adapun persamaan problem non linguistik

yang ditemukan baik di wilayah kota maupun kabupaten adalah siswa

merasa malu dan terlihat tegang ketika berbicara di depan kelas, model

pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional, dan

pemanfaatan media dalam pembelajaran kurang maksimal. Sedangkan,

di wilayah kabupaten ditemukan problem non linguistik lainnya yaitu

penyajian materi yang disampaikan guru kurang bervariasi, penggunaan

metode pembelajan belum optimal, dan interaksi antara guru dengan

siswa belum terjalin dengan baik.

Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa antara

problem linguistik dan non linguistik saling mempengaruhi dalam hal

sebab-akibat. Apabila dalam keterampilan berbicara terdapat masalah

yang berkaitan dengan non linguistik, maka akan menimbulkan masalah

linguistik lainnya yang dialami oleh peserta didik. Hal ini tentunya, dapat

menimbulkan problem-problem yang menyebabkan siswa kurang

terampil dalam berbicara di kelas.

C. Interpretasi Hasil Analisis

Keterampilan berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam

menyampaikan suatu gagasan atau pendapat dan perasaannya kepada orang

lain dengan baik dan benar. Keterampilan berbicara ini menjadi salah satu

keterampilan berbahasa yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik

khususnya kelas IV MI/SD karena dengan adanya keterampilan berbicara,

maka peserta didik akan menjadi generasi masa depan yang kritis karena

memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya

kepada orang lain dengan runtut dan sistematis. Penerapan keterampilan

berbicara untuk peserta didik jenjang sekolah dasar dijadikan sebagai

pondasi agar mereka dapat memiliki kelancaran, keluwesan, dan kelancaran

dalam menyampaikan gagasan yang dapat melahirkan rasa percaya diri

siswa ketika berbicara.

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

52

Berdasarkan hasil temuan dari beberapa jurnal penelitian dinyatakan

bahwa keterampilan berbicara memiliki banyak problematika dalam

penerapannya di kelas IV. Problematika keterampilan berbicara tersebut

ditemukan di beberapa wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang

berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi

tersebut, problematika keterampilan berbicara di kelas IV lebih banyak

ditemukan di wilayah kabupaten dibandingkan dengan wilayah kota.

Adapun pada Provinsi Jawa Barat problematika keterampilan berbicara

terjadi di wilayah kota yaitu Bandung dan Bekasi. Kemudian, pada wilayah

kabupaten terjadi di Kabupaten Majalengka, Sumedang, Garut, dan Subang.

Sedangkan, pada Provinsi Jawa Tengah problematika keterampilan

berbicara siswa kelas IV hanya ditemukan di wilayah kabupaten yaitu

Kabupaten Temanggung, Klaten, dan Banyumas. Lalu, pada Provinsi Jawa

Timur, problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV juga ditemukan

di wilayah kota yaitu Madiun dan Malang. Sedangkan, di wilayah

kabupaten ditemukan di Pacitan, Sidoarjo, Jember, dan Gresik.

Problematika keterampilan berbicara yang terjadi di wilayah

tersebut, kemudian dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu problem

linguistik dan problem non linguistik. Adapun problem linguistik yang

terjadi secara garis besar yaitu:

1. Penggunaan struktur bahasa yang kurang tepat, dan

2. Penyebutan lafal kata yang belum sesuai.

Sedangkan, pada problem non linguistik yang terjadi secara garis besar

yaitu:

1. Kurangnya minat siswa dalam berbicara,

2. Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara,

3. Kurangnya pelatihan berbicara di dalam kelas,

4. Proses pembelajaran yang diterapkan belum optimal, dan

5. Interaksi antara guru dan siswa belum terjalin dengan baik.

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

53

D. Pembahasan

Penerapan keterampilan berbicara pada peserta didik memerlukan

pelatihan dan proses pembelajaran yang sesuai serta dengan upaya-upaya

yang sesuai agar tidak terjadi problematika dalam pengajarannya. Guru

harus mampu mengembangkan keterampilan berbucara yang dimiliki oleh

peserta didik, khususnya di kelas IV karena jika dilihat dari perkembangan

bahasanya, pada usia MI/SD di kelas tinggi sudah mampu menggunakan

banyak kata-kata dalam berbicara kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Safri Mardison bahwa pada anak usia MI/SD

di kelas tinggi, mereka sering kali mengungkapkan ide dan perasaannya

melalui kata-kata secara efektif.81 Dengan demikian, pelatihan keterampilan

berbicara perlu dilakukan secara optimal.

Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa penerapan

keterampilan berbicara di kelas IV tidak terlepas dari problematika yang

terjadi di dalamnya, khususnya yang ditemukan di wilayah Jawa baik kota

maupun kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Jawa Timur. Problematika tersebut disebabkan oleh faktor linguistik dan

non linguistik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suharia

dan Nurul yang menyatakan bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam

keterampilan berbicara siswa yaitu faktor linguistik yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa itu sendiri dan faktor non linguistik yang berkaitan

dengan penggunaan metode yang kurang tepat, media yang kurang

memadai, dan pembelajaran berbicara yang kurang dikembangkan oleh

guru.82

Melihat adanya problematika yang terjadi pada keterampilan

berbicara tersebut, maka diperlukan upaya-upaya dalam mengatasinya.

Adapun upaya dalam mengatasi problematika keterampilan berbicara di

kelas IV adalah sebagai berikut:

81 Mardison, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI).” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 2, (2016). h. 635-643. 82 Suharia Sarif, “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di Perguruan Tinggi.” Journal

Humanity and Social Justice 1, no. 2, (2019). h. 96-115.

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

54

1. Upaya yang dilakukan Peserta Didik

Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh peserta didik adalah

sebagai berikut:

a. Selalu berusaha membiasakan diri untuk tampil berani dan penuh

percaya diri pada saat berbicara di depan kelas.

b. Selalu aktif mengikuti pembelajaran di kelas, baik mengungkapkan

pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan.

c. Selalu menyempatkan diri untuk terus berlatih berbicara dalam

menggunakan kalimat yang runtut, kosa kata yang bervariasi, dan

intonasi yang tepat.

2. Upaya yang dilakukan Guru

Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai

berikut:

a. Dapat menumbuhkan motivasi peserta didik yaitu dengan cara:

1) Menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya keterampilan

berbicara baik di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.

2) Mendorong siswa agar tidak mengganggap keterampilan berbicara

sebagai beban.

3) Guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan.

b. Dapat mengatasi kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta

didik dalam berbicara yaitu dengan cara melakukan pelatihan

berbicara di kelas dan memberi pengetahuan tentang aspek-aspek

keterampilan berbicara yaitu lafal, kosa kata, struktur kalimat,

kelancaran, isi pembicaraan, gerak-gerik tubuh dan pemahaman,

karena apabila siswa hanya ditekankan untuk menguasai tentang

bahasa, maka akan sulit bagi mereka dalam menerapkannya.

Kurangnya rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara ini

dapat disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka tentang aspek

berbahasa dan kurangnya pelatihan berbicara di kelas sehingga

mereka merasa kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya. Oleh

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

55

karena itu, guru harus mengarahkan peserta didik untuk pandai

berbicara bukan hanya sekedar mempelajari teori tentang berbahasa.

Dengan adanya pelatihan, maka siswa akan terbiasa berbicara di

depan umum dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri.

c. Menerapkan Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning

Pembelajaran berbasis student centered learning merupakan

pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif dalam

membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam

menerapkan pembelajaran tersebut, guru perlu menyiapkan

pembelajaran dengan strategi dan metode yang tepat serta

pemanfaatan media pembelajaran yang memadai. Hal ini pun berlaku

dalam mengajarkan peserta didik tentang keterampilan berbicara.

Penyajian materi yang monoton dan metode ceramah yang digunakan

guru serta tidak adanya penggunaan media pembelajaran akan

membuat pembelajaran menjadi monoton dan siswa menjadi kurang

aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi

kurang berkesan bagi siswa.

Salah satu penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran

keterampilan berbicara yaitu strategi pembelajaran yang bersifat

heuristik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan salah satu

strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan

keterampilan berbicara siswa. Strategi ini diterapkan melalui metode

penugasan, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi dengan teknik

storrytelling dibantu media personal photograph (foto pribadi).83 Foto

pribadi ini dapat mengarahkan siswa untuk mengingat kejadian-

kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan dirinya sendiri,

sehingga mereka lebih banyak mengatakan dan bercerita tentang

dirinya sendiri. Hal ini tentu dapat melatih siswa agar terampil dalam

mengungkapkan pendapat dan perasaannya kepada orang lain.

83 Dewantara, “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara.” Jurnal Santiaji

Pendidikan 6, no, 1 (2016). h. 38-49.

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

56

Sedangkan, salah satu penggunaan metode lain yang tepat

dalam pembelajaran berbicara yaitu metode bermain peran. Metode

tersebut merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan

keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Metode bermain peran

adalah metode bermain yang sifatnya kerja sama antara dua orang atau

lebih. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran dapat

melatih siswa untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu

memainkan perannya, para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang disediakan guru. Dengan

adanya hal ini, tentu akan membantu siswa untuk berlatih berbicara di

depan teman-temannya.84

3. Upaya yang dilakukan Sekolah

Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah sebagai

berikut:

a. Berusaha menyediakan lingkungan berbahasa yang tepat bagi peserta

didik.

b. Menyediakan fasilitas yang cukup lengkap untuk membantu para guru

dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

kelas.

c. Menyediakan media untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran

yang menyenangkan dan berkesan bagi peserta didik.

d. Memberikan sosialisasi pengetahuan kepada guru tentang metode-

metode yang tepat dalam mengembangan keterampilan berbicara

siswa.

Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui bahwa hal ini

menjadi tanggung jawab para pendidik untuk segera mengatasi

problematika keterampilan berbicara siswa. Guru yang dikatakan telah

berhasil mengajar apabila ia telah membantu peserta didik untuk

memperoleh keberhasilan dan perubahan lebih baik di dalam dirinya.

84 Hayani, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Di

Sekolah Dasar,” Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 2, no. 2 (2019): 221–230.

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

57

Oleh karena itu, banyaknya faktor yang menyebabkan problematika

keterampilan berbicara siswa kelas IV menuntut guru untuk lebih dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu

merancang kembali pembelajaran yang lebih menarik dan dapat

meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. Selain itu, guru

harus lebih banyak memberikan pelatihan berbicara siswa ketika di

dalam kelas, misalnya dengan memberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapatnya terhadap suatu hal, bertanya, dan lebih

sering diperintahkan untuk berbicara di depan kelas. Hal ini akan melatih

mental siswa sehingga siswa menjadi terbiasa dan berhasil memiliki

keterampilan berbicara yang baik.

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas IV

di wilayah Jawa baik kota maupun kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur belum efektif dan efesien

karena masih ditemukan berbagai problematika dalam penerapannya.

2. Problematika keterampilan berbicara siswa kelas IV di wilayah tersebut

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu problem linguistik dan non

linguistik. Namun, pada hasil penelitian problematika yang lebih banyak

ditemukan ialah problem yang dipengaruhi oleh faktor non linguistik.

Problem non linguistik yang dirasakan paling menonjol terjadi pada

lembaga pendidikan formal di wilayah kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

3. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika

keterampilan berbicara terdiri dari upaya yang dilakukan siswa, guru, dan

sekolah. Upaya yang dilakukan siswa yaitu dengan cara berusaha

membiasakan diri untuk bercakap sesame teman dan aktif dalam

mengemukakan pendapat atau sekedar mengajukan pertanyaan kepada

guru dalam pembelajaran. kemudian, upaya yang dilakukan guru yaitu

menumbuhkan motivasi siswa, mengatasi kurangnya percaya diri dan

keberanian siswa dalam berbicara dengan cara sering melakukan

pelatihan dan menerapkan pembelajaran berbasis student centered

learning. Adapun upaya yang dilakukan sekolah yaitu berusaha

menyediakan lingkungan berbahasa yang tepat, menyediakan fasilitas

yang cukup lengkap, menyediakan media untuk menunjang terjadinya

proses pembelajaran, dan memberikan sosialisasi pengetahuan kepada

guru tentang metode yang tepat dalam mengembangkan keterampilan

berbicara siswa.

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

59

B. Implikasi

Dengan adanya penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa

implikasi penelitian sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan dan mengatasi problematika pembelajaran

keterampilan berbicara, diperlukan ketekunan dan perhatian yang serius

dari semua pihak terutama para guru. Untuk itu direkomendasikan

kepada para guru untuk lebih meningkatkan perhatian dan upaya untuk

memotivasi para peserta didik serta didik serta mencarikan solusi agar

mereka aktif dalam mengemukakan pendapatnya pada proses

pembelajaran dengan bahasa yang tepat dan penuh rasa percaya diri.

2. Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan untuk guru dalam mengenali

problematika yang terjadi dalam keterampilan berbicara siswa. Selain itu

dapat menjadi masukan kepada guru untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang lebih inovatif. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

yang demikian dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berbicara siswa.

Mengingat keterampilan berbicara sangat penting dimiliki peserta didik,

maka guru harus lebih banyak melakukan pelatihan secara berulang-

ulang. Dengan demikian, semakin banyak melakukan latihan, maka

peserta didik akan semakin terampil.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, maka

disampaikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan antara lain:

1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memperluas objek penelitiannya

melalui metode field research agar penelitian dapat lebih mendalam.

2. Bagi Peserta didik

a. Dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya lebih memanfaatkan

kegiatan untuk berdiskusi, kerjasama dalam memahami materi. Hal

ini tentu melatih aspek-aspek keterampilan berbicara.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

60

b. Siswa sebaiknya harus lebih aktif, berani, dan tidak perlu malu dalam

menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Guru

a. Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut pada pembelajaran

berbicara dengan menerapkan model pembelajaran dan menggunakan

metode serta media untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

dan keterampilan berbicara siswa.

b. Guru sebaiknya meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan

merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga

dapat menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan hasil

belajar yang optimal.

4. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya mengupayakan pelatihan bagi guru agar mampu

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model-model

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa.

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

61

DAFTAR PUSTAKA

Andri Wicaksono, Ahmad Subhan Roza. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu

Catatan Singkat). Yogyakarta: Garudhawaca, 2016.

Ani, Andi Mas. “Penggunaan Media Kartu Gambar Berwarna Sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di

Kelas VIII SMP 4 Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.”

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, no. 1 (2018).

Aqmarina Mar’atus Sholihah, Sandi Budi Iriawan, Dwi Heryanto. “Penerapan

Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 11,

no. 1 (2017).

Ardina, Mona. “Meningkatkan Keterapilan Berbicara Melalui Metode Karyawisata

Pada Anak Kelompok B Lab School PAUD UNIB Kota Bengkulu.” Jurnal

Potensia 21, no. 1 (2017).

Asep Priatna, Ghea Setyarini. “Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing

Terhadap Keterampilan Berbicara Kelas IV SD Pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar IV, no. 2 (2019).

Asiah. “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara.” Jurnal Mimbar Sekolah Dasar 2, no.

1 (2015).

Bangun, Betty Kasita. “Improving Students ’ Speaking Skill By Using Show And

Tell Method : A Classroom Action Research.” International Journal of

Language 2, no. 1 (2018).

Budinuryanta Y, Kusuriyanta, Imam Koermen. Pengajaran Keterampilan

Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.

Bujuri, Dian Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan

Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar.” Literasi IX, no. 1 (2018).

Dewantara, I Putu Mas. “Alternatif Strategi Pembelajaran Keterampilan

Berbicara.” Jurnal Santiaji Pendidikan 6, no. 1 (2016).

Dhania Nur, Endang M. Kurnianti. “Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi

Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siswa Kelas IV A SDN Kebon Jeruk 11 Jakarta.” Jurnal Edusciences 5, no. 1

(2019).

Endra, Febri. Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Taman

Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2017.

Febriyanto, Budi. “Metode Cerita Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Siswa Pada Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Jurnal

Cakrawala Pendas 5, no. 2 (2019).

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

62

Hayani. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Di

Sekolah Dasar.” Pedagogik Journal of Islamic Elementary School 2, no. 2

(2019).

Hazran. “Kemampuan Berbicara Siswa Di Kelas III SDN Nomor I Tulo Kecamatan

Dolo Kabupaten Sigi.” Kreatif Online 6, no. 3 (2018).

Hudaa, Syihaabul. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia.

Sukabumi: CV Jejak, 2018.

Ikrimatuz Zulfa, Hendratno. “Pengaruh Metode Mendongeng Terhadap

Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas IV Di Kecamatan Sukodono.”

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 7, no. 5 (2019).

Indriani, Dias Septi. “Keefektifan Model Think Pair Share Terhadap Aktivitas Dan

Hasil Belajar IPS.” Journal Of Elementary Education 3, no. 4 (2014).

Istati, Mufida. “Perkembangan Psikologi Anak Di Kelas IV SDN Kebun Bunga 6

Banjarmasin.” Jurnal Tarbiyah Islamiyah 6, no. April (2016).

Kimbal, Rahel Widiawati. Modal Sosial Dan Ekonomi Industri Kecil Sebuah Studi

Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Lisna sari, Risma Nuriyanti. “Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative

Learning Dengan Menggunakan Media Kokamicabi Terhadap Keterampilan

Berbicara Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Balewangi Tahun

Pelajaran 2018/2019.” Jurnal Baleaksara 1, no. 1 (2020).

Lutfi Muhammad Hidayat, Erliany Syaodih, Rita Zahara. “Efektivitas Metode Role

Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2

Sumbersari.” Jurnal Educare 14, no. 2 (2016).

Mabruri, Zuniar Kamaluddin, and Ferry Aristya. “Peningkatan Keterampilan

Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan

Strategi Role Playing SD Negeri Ploso 1 Pacitan.” Jurnal Kajian Penelitian

Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (2017).

Mardison, Safri. “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI).” Jurnal Tarbiyah Al-Awlad VI, no. 02 (2016).

Martaulina, Sinta Diana. Bahasa Indonesia Terapan. Yogyakarta: Deepublish,

2018.

Maulida Rizqia, Wahyu Iskandar, Nurzakiah Simangunsong, Suyadi. “Analisis

Psikomotorik Halus Siswa Ditinjau Dari Keterampilan Menggambar Anak

Usia Dasar SD.” Journal Of Islamic Primary Education 2, no. 2 (2019).

Maya Hayatun Nupus, Desak Putu Parmiti. “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Melalui Penerapan Metode Show and Tell Siswa SD Negeri 3 Banjar Jawa.”

Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 1, no. 4 (2017).

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

63

Melasarianti, Lalita. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat

Plus Pada Mata Kuliah Berbicara.” Jurnal Ilmiah Lingua Idea 9, no. 1 (2018).

Merita Ismaili, Lumturije Bajrami. “Information Gap Activities to Enhance

Speaking Skills of Elementary Level Students.” Jurnal Procedia Social and

Behavioral Sciences 232 (2016).

Muna, Elwi Nailul, I Nyoman Sudana Degeng, and Fattah Hanurawan. “Upaya

Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Gambar Siswa

Kelas IV SD.” Jurnal Pendidikan 4, no. 11 (2019).

Nanda Amri Wardhani, Sumarwati, Purwadi. “Upaya Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah

Dasar : Penelitian Tindakan Kelas.” Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra

Indonesia dan Pengajarannya 4, no. 2 (2016).

Ningsih, Suwarti. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercerita

Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten

Morowali.” Jurnal Kreatif Tadulako Online 2, no. 4 (2014).

Nugrananda Janattaka. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan

Metode Kooperatif Jigsaw Di Kelas IV SDN 1 Jimbung Klaten.” Jurnal Prima

Edukasia 2, no. 1 (2014).

Nura Rezeki, Syahrial, Yenni Fitra Surya. “Peningkatan Keterampilan Berbicara

Dengan Menggunakan Model Kooperatif Think Pair Share.” Jurnal

Pendidikan Tambusai 3, no. 5 (2019).

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.

———. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta, 2017.

Permana, Erwin Putera. “Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar.”

Jurnal Profesi Pendidikan Dasar 2, no. 2 (2015).

Purwoko, Abdi Mirzaqon T. Budi. “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori

Dan Praktik Konseling Expressive Writing.” Jurnal BK Unesa 8, no. 1 (2018).

Putra, Ramandha, Z Zulela, and Totok Bintoro. “Communicative Approach in

Improving Skill Speaking (Action Research on Grade V Students of SD Kitri

Bakti Sub District North Cikarang Bekasi Regency).” American Journal of

Educational Research 6, no. 8 (2018).

Rahimi, Abdullah, English Language, Parveen Quraishi, and English Language.

“Investigating EFL Students ’ Poor Speaking Skills at Kandahar.” American

International Journal of Education and Linguistics Research 2, no. 2 (2019).

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

64

Ramlah, Muhammad Tri Ramdhani dan Siti. “Problematika Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Sdn-3 Telangkah Desa Hampalit Kabupaten

Katingan.” Hadratul Madaniyah 2, no. 2 (2015).

Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.

Rosita, Farida Yufarlina. “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk

Pembelajaran Berbicara Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Jurnal Inovasi

Pembelajaran 1, no. 1 (2015).

Rumanti, Sr. Maria Assumpta. Dasar-Dasar Public Relations Teori Dan Praktik.

Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Samiudin. “Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk Menyesuaikan

Cara Mengajar Yang Diberikan.” Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (2017).

Samsul. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang

Melalui Metode Latihan.” Jurnal Kreatif tadulako Online 4, no. 8 (2014).

Sari, Nirmala Ratna. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita

Berantai Siswa Kelas IV.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. 2

(2017).

Setiawan, Albi Anggito & Johan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV

Jejak, 2018.

Setyonegoro, Agus. “Hakikat, Alasan , Dan Tujuan Berbicara (Dasar Pembangun

Kemampuan Berbicara Mahasiswa).” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

3, no. 1 (2013).

Simbolon, Merlina Eliyanti. Tuturan Dalam Pembelajaran Berbicara Dengan

Metode Reciprocal Teaching. Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019.

Siti Fatimah Abdilah, Nanang Khoirul Umam. “Peningkatan Keterampilan

Berbicara Melalui Media Wayang Berbasis Budaya Lokal Pada Materi

Bercerita Di Kelas IV UPT SD Negeri 100 Gresik.” Journal of Teaching in

Elementary Education 4, no. 1 (2020).

Sri Budyartati, Arni Gemilang Harsanti, Candra Dewi, Dian Permatasari Kusuma

Dayu, Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta. Problematika Pembelajaran Di

Sekolah Dasar. Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016.

Suarsih, Cicih. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan

Menerapkan Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra

Indonesia.” Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang 1, no. 1 (2018).

Subhayni, Sa’adiah, Armia. Keterampilan Berbicara. Darussalam, Banda Aceh:

Syiah Kuala University Press, 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta CV, 2018.

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

65

Suharia Sarif, Nurul Aini N. Pakaya. “Problematika Pembelajaran Muhadasah Di

Perguruan Tinggi.” Journal of Humanity & Social Justice 1, no. 2 (2019).

Supriyadi. “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan

Antar Pustakawan.” Lentera Pustaka 2, no. 2 (2016).

Suryani, Dian Indah, Naniek Sulistya Wardani, and Tego Prasetyo. “Upaya

Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Melalui PI-MTPS Kelas IV SD.” Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran

2, no. 1 (2018).

Susiana. “Problematika Pembelajaran PAI Di SMKN 1 Turen.” Jurnal Pendidikan

Agama Islam Al-Thariqah 2, no. 1 (2017).

Tambunan, Pandapotan. “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Di Sekolah

Dasar.” Jurnal Saintech 08, no. 04 (2016).

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa, 2008.

Tarjo. Metode Penelitian Sistem 3x Baca. Sleman: Deepublish, 2019.

Usman, Muhammad. Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan.

Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Wuryaningtyas, Chatarina Jati. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan

Pendekatan Komunikatif-Integratif.” Jurnal Penelitian 19, no. 1 (2015).

Yahya, Usman. “Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun Di

Lingkungan Keluarga Menurut Pendidikan Islam.” Jurnal Islamika 15 (2015).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, 2001.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional &

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta:

Visimedia, 2007.

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

66

LAMPIRAN

Lampiran 01

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

67

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

68

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

69

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

70

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

71

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

72

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

73

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

74

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

75

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

76

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

77

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH …

78

BIODATA PENULIS

Lisa Junia, lahir di Jakarta pada tanggal 13 Juni 1999

adalah anak pertama dari Bapak Ali Sadikin dan Ibu

Dinah yang bertempat tinggal di Jl. Kapuk Kebon Jahe

Rt 011/03 No. 59 Kapuk Cengkareng Jakarta Barat

11720.

Penulis mengawali pendidikannya di TPA Al-

Makmur pada tahun 2003 – 2004. Lalu melanjutkan

pendidikan di MI Al-Munawwarah 1 Jakarta Barat

pada tahun 2004 – 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di MTs.N

36 Jakarta pada tahun 2010 – 2013. Penulis melanjutkan pendidikan ke MAN 17

Jakarta pada tahun 2013 – 2016 dan melanjutkan pendidikan di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah melalui jalur UM-PTKIN pada tahun 2016.

Melalui penelitian skripsi yang berjudul “Problematika Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas IV” di bawah bimbingan Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd, penulis

berusaha mendeskripsikan problematika apa saja yang terjadi pada keterampilan

berbicara siswa kelas IV di wilayah jawa. Penulis berharap semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya terkhusus bagi penulis sendiri.

Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.