SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

11
SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN Sejalan dengan perkembangan sastra modern, peranan perempuan dalam perkembangan sastra ternyata bisa dikatakan sedikit jumlahnya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sastrawan perempuan Arab tidak banyak bila dibandingkan dengan sastrawan laki-laki Arab, antara lain: 1. Meskipun tabiat penguasaan bahasa dapat dikatakan sama antara wanita dan laki-laki, namun diakui bahwa taraf penguasaannya bagi wanita lebih rendah dalam perkataan puisi. 2. Sepanjang sejarah, tidak pernah tampak seorang penyair atau penulis perempuan Arab yang terkenal pada zamannya yang melebihi penyair laki-laki. Seolah-olah ada tirai pemisah yang menjauhkannya sebelum ia dilindungi oleh hijab dibalik hijab rumah tangga. 3. Perempuan biasanya dilindungi dengan pedang dan dijadikan sebagai saksi sejarah untuk kejadian-kejadian yang menimpa bangsanya. 4. Perempuan tidak pernah lepas dari tabiat atau tugas yang diberikan kepadanya di tengah-tengah masyarakat, dia sebagai ibu dari orang yang mati dalam perang, dia pula yang mengingatkan untuk membalas kematian anaknya atau suaminya. Meskipun perkataan puisi-puisinya sedikit, namun perbuatan dan ajakannya lebih banyak mendorong untuk beraksi dalam perkobaran perang.

Transcript of SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

Page 1: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN

Sejalan dengan perkembangan sastra modern, peranan perempuan dalam perkembangan

sastra ternyata bisa dikatakan sedikit jumlahnya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

sastrawan perempuan Arab tidak banyak bila dibandingkan dengan sastrawan laki-laki Arab,

antara lain: 

1. Meskipun tabiat penguasaan bahasa dapat dikatakan sama antara wanita dan laki-laki,

namun diakui bahwa taraf penguasaannya bagi wanita lebih rendah dalam perkataan

puisi.

2. Sepanjang sejarah, tidak pernah tampak seorang penyair atau penulis perempuan Arab

yang terkenal pada zamannya yang melebihi penyair laki-laki. Seolah-olah ada tirai

pemisah yang menjauhkannya sebelum ia dilindungi oleh hijab dibalik hijab rumah

tangga.

3. Perempuan biasanya dilindungi dengan pedang dan dijadikan sebagai saksi sejarah untuk

kejadian-kejadian yang menimpa bangsanya.

4. Perempuan tidak pernah lepas dari tabiat atau tugas yang diberikan kepadanya di tengah-

tengah masyarakat, dia sebagai ibu dari orang yang mati dalam perang, dia pula yang

mengingatkan untuk membalas kematian anaknya atau suaminya. Meskipun perkataan

puisi-puisinya sedikit, namun perbuatan dan ajakannya lebih banyak mendorong untuk

beraksi dalam perkobaran perang.

Adapun faktor yang paling dominan dalam kurang munculnya sastrawan perempuan atau

penyair perempuan adalah permasalahan menjadi juru bicara kaumnya atau bangsanya yang

selalu diberikan kepada pihak laki-laki, kedudukan menjadi juru bicara ini tidak mungkin

diberikan kepada seorang wanita, sebagaimana pun hebatnya sebagai seorang sastrawan atau

penyair. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangsa Arab tidak melihat kemungkinan seorang

perempuan akan menjadi juru bicara betapapun hebatnya perkataan puisinya.  

Sastrawan Arab yang akan dibahas disini ialah Nawal El-Sa'dawi. Nawal banyak

ditonjolkan oleh media Barat karena kritik-kritik sosialnya dan perannya sebagai feminis. Dalam

kritik sastra Mesir sendiri karya-karyanya dinilai kurang memiliki bobot sastra. Dalam bahasa

Indonesia, novel karya Nawal sudah banyak diterbitkan baik dari naskah berbahasa Arab

maupun bahasa Inggris.

Page 2: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

BIOGRAFI NAWAL EL SAADAWI

Nawal El Saadawi, Lahir 27 Oktober 1931 adalah seorang penulis feminis Mesir, aktivis,

dokter dan psikiater. Dia menulis lebih dari empat puluh buku fiksi dan non fiksi. Dia merupakan

seorang penulis yang handal. Tulisannya dikenal oleh banyak orang di berbagai negara, hingga

banyak karyanya yang diterjemahkan ke dalam dua belas bahasa. Dia menulis dalam bahasa

Arab dan tinggal di Mesir. Novel dan buku-bukunya berisi tentang perempuan (feminisme)

memiliki efek mendalam pada generasi ke generasi secara berturut-turut baik generasi muda

perempuan dan laki-laki.

Dia adalah pendiri dan presiden dari Wanita Arab Solidaritas Association dan salah satu

pendiri dari Asosiasi Arab untuk Hak Asasi Manusia. Dia juga Pemimpin Redaksi Majalah

Kesehatan di Editor Kairo, Mesir dan Majalah Medical Association. Nawal telah dianugerahkan

gelar kehormatan di tiga benua. Pada tahun 2004, dia memenangkan hadiah Utara-Selatan dari

Dewan Eropa. Pada tahun 2005, Hadiah Internasional Inana di Belgia.

Nawal el Saadawi telah memegang posisi Penulis untuk Majelis Tinggi Seni dan Ilmu

Sosial di Kairo. Direktur Jenderal Pendidikan Kesehatan, Departemen Kesehatan di Kairo,

Sekjen Asosiasi Medis di Kairo, Mesir, dan Dokter Rumah Sakit Universitas.

MASA KECIL

Nawal El Saadawi lahir pada 27 0ktober 1931 di Kafr Tahla, sebuah desa kecil di luar

Kairo. Nawal dibesarkan dalam keluarga besar dengan delapan bersaudara. Keluarganya relatif

tradisional, religius, dan hidup berkembang dalam kondisi negara yang berada dalam tekanan

kolonial. Ayahnya adalah seorang sarjana perguruan tinggi, terdidik dan menghargai pendidikan,

Pada tahun 1937 ayahnya ditunjuk sebagai Pengawas Umum Pendidikan untuk Provinsi Minufia

di daerah Delta di Utara Kairo. Ibunya juga seorang perempuan terdidik, pernah diajar di

sekolah-sekolah Perancis oleh ayahnya yang waktu itu menjabat Direktur Umum Rekrutasi

Tentara. Nawal menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah di dalam negeri, kemudian

meneruskan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Cairo. Ini berarti Nawal menempuh

seluruh pendidikan formalnya di negerinya sendiri, yang menggunakan bahasa Arab sebagai

bahasa pengantarnya. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan intelektual Mesir yang lain

sezamannya, mereka kebanyakan menghabiskan masa studinya di luar negeri, dan menggunakan

bahasa asing sebagai bahasa pengantarnya.

Page 3: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

MASA USIA DEWASA DAN KARIR

Pada tahun 1955, Nawal lulus dari Fakultas Kedokteran dan dinyatakan sebagai lulusan

terbaik dari ratusan mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Nawal mengambil spesialisasi

dalam bedah penyakit dada dan psikiatri. Melalui praktek medis dia mengamati masalah

perempuan fisik dan psikologis dan menghubungkan mereka dengan praktik budaya yang

menindas, penindasan patriarkal, penindasan kelas dan penindasan imperialis. Ketika bekerja

sebagai dokter di tempat kelahirannya dari Kafr Tahla, ia mengamati kesulitan dan kesenjangan

yang dihadapi oleh perempuan pedesaan. Setelah mencoba untuk melindungi salah satu

pasiennya dari kekerasan dalam rumah tangga, Saadawi dipanggil kembali ke Kairo. Dia

akhirnya menjadi Direktur Kesehatan Masyarakat dan bertemu dengan suami ketiga, Sheriff

Hetata,yang juga seorang dokter dan penulis, dan pernah menjadi tahanan politik selama tiga

belas tahun. Mereka menikah pada tahun 1964 dan memiliki seorang putra dan seorang putri.

Pada tahun 1977, ia menerbitkan karya yang paling terkenal, The Hidden Face Hawa,

yang meliputi sejumlah topik relatif terhadap wanita Arab seperti agresi terhadap anak-anak

perempuan dan pemotongan alat kelamin perempuan, prostitusi, hubungan seksual, perkawinan

dan perceraian dan fundamentalisme Islam. Dari 1979-1800, Nawal menjabat sebagai penasehat

PBB untuk Program Perempuan di Afrika (ECA) dan Timur Tengah (ECWA).

Kemudian pada tahun 1980, sebagai puncak dari agresinya, ia berjuang untuk

kemerdekaan perempuan Mesir dalam segala aspek, terutama dalam aspek sosial dan intelektual.

semua kegiatan/ekspresi perempuaan telah ditutup, perempuan tidak mempunyai hak dan

peranannya dalam membangun negara karena tempatnya hanya dirumah untuk menjadi ibu

rumah tangga, perempuaan dipenjarakan di bawah rezim Sadat, atas tuduhan "kejahatan terhadap

negara. Nawal menyatakan “Saya ditangkap karena saya percaya Sadat, Dia mengatakan ada

demokrasi dan kami memiliki sistem multi-partai dan Anda bisa mengkritik.. Jadi saya mulai

mengkritik kebijakannya dan saya mendarat di penjara”. Meskipun dalam penjara, El Saadawi

terus melawan penindasan.

Pada tahun 1981 El Saadawi membentuk AWSA (Solidaritas Perempuan Arab

Association). AWSA (Arabic Women's Solidarity Association) adalah hukum pertama,

organisasi feminis independen di Mesir. Organisasi ini memiliki 500 anggota lokal dan lebih dari

2.000 anggota secara internasional. Asosiasi ini menyelenggarakan konferensi internasional dan

seminar, menerbitkan majalah dan telah mulai menghasilkan pendapatan proyek untuk

Page 4: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

perempuan di daerah pedesaan. Para AWSA dilarang pada tahun 1991 setelah mengkritik

keterlibatan AS dalam Perang Teluk. Nawal merasa konflik irak dan libanon (perang teluk)

seharusnya diselesaikan di antara orang Arab. Tujuaan dari didirikannya organisasi ini adalah

untuk mengupayakan kekuatan politik yang memperjuangkan kepentingan dan apresiasi kaum

perempuan. Pada tahun 1985, organisasi AWSA telah mendapatkan pengakuaan resmi dari

Dewan Ekonomi dan Sosial PBB sebagi organisasi non Pemerintahan (NGO) Arab.

Nawal dirilis bebas pada tahun 1982, dan pada tahun 1983 ia menerbitkan Memoirs dari

Penjara Wanita, di mana ia melanjutkan serangan kritiknya pada pemerintah Mesir represif.

Dalam kata penutup memoarnya, dia mencatat banyak sifat korup pemerintah negaranya. Bahkan

setelah dia dibebaskan dari penjara, kehidupan El Saadawi itu terancam oleh orang-orang yang

menentang pekerjaannya, terutama kaum Islam Fundamentalis dan penjaga bersenjata yang

ditempatkan di luar rumahnya di Giza selama beberapa tahun sampai dia meninggalkan negara

untuk menjadi profesor tamu di universitas di Amerika Utara. Nawal adalah penulis yang tinggal

di Asia dan Afrika Departemen Bahasa Duke University dari tahun 1993-1996. Dia juga

mengajar di Washington State University di Seattle.

Pada tanggal 15 Juni 1991, pemerintah mengeluarkan dekrit yang menutup AWSA

(Arabic Women's Solidarity Association) atas nama ia sebagai pemimpinnya. Kemudian Nawal

mencari keadilan dengan memeja hijaukan pemerintah Mesir. Akan tetapi usahanya sia-sia dan

gagal total. Enam bulan sebelum Keputusan ini pemerintah menutup dan menjegal Zuhur

majalahnya, yakni majalah Nun yang menjadi poros suara para aktivis AWSA. Dia adalah

editor-in-chief dari majalah tersebut. Detik-detik berakhirnya organisasi tersebut, Nawal El

Saadawi menulis karyanya pada sebuah buku yang berjudul “Ma'rakah jadidah fi qadhiyatil

mara'h” (medan baru bagi persoalan-persoalan perempuaan). Pada karya ini ia ingin menunjukan

kepada masyarakat terutama pemerintahan mesir bahwa organisasinya tersebut banyak didukung

oleh mayarakat dunia.

Selama musim panas 2001, tiga buku-bukunya dilarang terbit di Kairo. Dia dituduh

murtad pada tahun 2002 oleh seorang pengacara fundamentalis yang mengangkat kasus

pengadilan terhadapnya. Dia secara paksa bercerai dari suaminya Dr Sheriff Hetata. Dia

memenangkan kasus karena di dukung asosiasi perempuaan Mesir, Arab dan solidaritas

internasional. Pada tanggal 28 Januari 2007, Nawal El Saadawi dan putrinya Mona Helmy,

Page 5: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

seorang penyair dan penulis, dituduh murtad dan diinterogasi oleh Jaksa Penuntut Umum di

Kairo karena tulisan-tulisan mereka yang kemudian memenangkan kasus pada tahun 2008.

KONSEP PEMIKIRAN

Sebagai seorang tokoh yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak perempuaan

dan aktivis pergerakan pembebasan kaum perempuaan, Nawal bahu membahu untuk

mengadvokasikan kepada kaum perempuaan di dunia bahwa pembebasan kaum perempuan dari

patriarki budaya masyarakat dan belenggu sistem sosial yang ada hanya bisa dilakukan oleh

kaum perempuaan itu sendiri. Perempuaan harus kuat di mulai dari pribadinya masing-masing.

Menurut beliau perempuaan harus bisa terbebaskan dan berani menyikap tabir pikiran mereka,

yaitu kesadaran palsu, kesan-kesan minor, dan sikap lemah yang selama ini melekat pada kaum

perempuan. sehingga nantinya akan muncul sebuah kesadaran baru pada diri mereka bahwa

sesungguhnya tidak ada perbedaan berarti antara dirinya dan kaum lelaki.

Konsep pemikiran Nawal El Sadaawi tentang feminisme bisa dilihat dari tujuan ia

mendirikan organisasi perempuan yang ia dirikan AWSA (Arabic Women's Solidarity

Association). Menurut asumsinya, feminisme adalah penyikapan tabir yang menyelimuti pikiran

kaum perempuaan. Nawal dalam mengungkapkan pemikirannya tidak jarang harus menolak

norma-norma yang telah ada. Bahkan ia berani bersebrangan dengan pemerintahan Mesir dan

menjadikannya sebagai oposisinya terhadap segala kebijakan pemerintah, tradisi masyarakat

yang bertentangan dengan nalar dan keyakinannya beserta tidak menguntungkan bagi perjuangan

kaum perempuan. Tentu itu semua harus dibayar dengan harga mahal dan banyak

pengorbanannya, ia sering keluar masuk penjara dan banyak sekali teror dan ancaman

pembunuhan terhadap dirinya.

Nawal El Saadawi telah diberikan beberapa hadiah sastra nasional dan internasional,

mengajar di banyak universitas, dan berpartisipasi dalam konferensi internasional dan nasional.

Pada tanggal 3 Mei 2009, di New York ia mempresentasikan Kuliah Arthur Miller di Festival

Sastra Pena Internasional. Nawal terus mencurahkan waktunya untuk menjadi pembicara,

penulis, wartawan di seluruh dunia pada isu-isu perempuan. Proyeknya saat ini adalah menulis

otobiografinya, bekerja lebih dari itu 10 jam selama sehari. Kini Nawal menghabiskan sisa

hidupnya di Eropa dan Amerika dan sesekali berkunjung ke tanah kelahirannya di Mesir.

Page 6: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

KARYA-KARYA NAWAL

Nawal El-Saadawy, barang kali sekarang ini sebagai seorang feminist Mesir paling

produktif yang dimilki oleh Mesir. Pikiran-pikirannya dituangkan dalam beberapa karya

yang berbeda-beda, kadang lewat fiksi dan pada kesempatan lain juga melewati karya

non-fiksi.

Karyanya dalam bentuk novel antara lain: Memoirs of a Woemen Doctor (1958),

The Absen One (1969), Two Women in One (1971), Women at Point Zero (1973), The

Death of The Only Man on Eart (1975), The Children’s Circling Song (1976), God Dies

bu The Nile (1984), The Fall of The Imam (1987), searching (1988), Ganat and The

Devil (1991), dan Love in The Kingdom of Oil (1993).

Karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen antara lain: I Learnt Love (1975), A

Moment of Truth (1959), Little Tenderness (1960), The Thread and the Wall (1972), Ain

El-Hayat (1976), She was The Weaker (1977), Death of the Ex-Minister (1978), dan She

has no Place in Paradise (1987).

Sedangkan karyanya dalam bentuk naskah drama antara lain: Twelve Women in

Call (1984) dan Isis (1985). Kemudian dalam bentuk autobiografi (riwayat hidup) antara

lain: Memoirs in a Women’s Prison (1983), My Travel Around the World (1986),

Memoirs of a Child Called Soad (1990). Dan dalam bentuk tulisan ilmiah antara lain:

Women and Sex (1969), Women is the Origin (1971), Man and Sex (1973), The Naked

face of Arab Women (1974), Women and Neurosis (1975), The Hidden face of Eva

(1980), On Women (1986), dan A New Battle in the Liberation of Arab Women (1993).

Beberapa karya Nawal El-Saadawy tersebut telah diterjemahkan kedalam bahasa

Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Purtugis, Swedia, Norwegia, Denmark, Italia,

Belanda, Finlandia, Indonesia, Iran, Turki, dan Urdu.

Page 7: SASTRAWAN PEREMPUAN ARAB MODERN.docx

DAFTAR REFERENSI

Purkonudin, Ukon. 2012. Biografi Nawal el Saadawi Feminis Arab. (Online),

(http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2011/07/biografi-feminis-arab-nawal-el-

saadawi.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2012)

Rahayu, Rizqi. 2012. Novel Sastra-terjemahan Matinya Seorang Mantan Menteri Nawal el

saadawi. (Online), (http://rizqi-rahayu.blog.ugm.ac.id/2012/06/19/novel-sastra-

terjemahan-matinya-seorang-mantan-menteri-nawal-el-saadawi/, diakses pada tanggal

22 Oktober 2012)

e-Book - Bahrudin Achmad - http://bahrudinblog.wordpress.com/