BAB II Sinopsis SASTRAWAN PRAMOEDYA
description
Transcript of BAB II Sinopsis SASTRAWAN PRAMOEDYA
17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sinopsis Tentang Karya-karya Pramoedya Ananta Toer
1) Sinopsis Novel “ Midah Si Manis Bergigi Emas”
Buku pramoedya ini menggambarkan perjalanan hidup seorang
wanita (Midah) yang begitu menyentuh. Midah adalah seorang gadis
manis anak Haji Abdul dari kampung Cibatok, tetapi sudah tinggal di
Jakarta. Kehadirannya ini begitu dinantikan oleh kedua orang tuanya,
sebelum lahir adik-adiknya, Midah begitu dimanja dan dikasihi orang
tuanya. Tetapi begitu adik-adiknya lahir, kasih sayang dan kemanjaan
yang dulu sempat dikecapnya tak peernah dirasakannya lagi hingga pada
akhirnya ia mencari sendiri kebahagiaan diluar rumah. Kesenangannya
dengan musik, juga berubah jalur, dimana sejak kecil ayahnya sering
mendengarkan musik-musik Umi Kalsum. Midah pun mulai menyukai
lagu-lagu keroncong yang lebih mengena di hatinya.
Sang ayah yang merasa tidak sesuai dengan selera musik midah,
merusak koleksi piringan hitam lagu-lagu keroncong midah. Hal itu
menorehkan luka dihati midah. Beranjak dewasa, midah dijodohkan oleh
ayahnya yang seorang dengan kenalannya haji pula. Akhirnya midah
dikawinkan dengan seorang haji, yaitu Haji Terbus dari kampung Cibatok.
Orangnya gagah, makmur, tegap, berkumis lebat dan bermata tajam.
Sayang Midah baru tahu istrinya sudah banyak, ketika Midah mengandung
3 bulan. Midahpun lari dari suaminya. Merasa tidak menemukan
kedamaian dalam pernikahannya, Midah pun melarikan diri dengan
membawa buah hatinya yang masih dalam kandungan.
Disinilah konflik bermula, ketika midah sudah terbiasa hidup
berkecukupan. Sekarang meninggalkan kemewahannya dan hidup
melalang buana tanpa tahu harus tinggal dimana. Tak berani kerumah
orang tuanya, Midah menuju kerumah Riah, pembantunya dulu.riah
18
menyampaikan kabar ini kepada Haji Abdul. Reaksinya marah sehingga
midah terpaksa pergi. Dia lantas bertemu dan bergabung dengan kelompok
pengamen keroncong.
Dalam keadaan hamil, Midah yang dipanggil si manis ikut
berkeliling untuk menyanyi. Ditengah kesulitan, tidak punya uang dan
tidak punya suami. Midah melahirkan anaknya bidan dan karyawan rumah
sakit mempelakukan midah dengan sinis dan kejam. Ketika mau keluar,
bayinya trelanjang tidak diberi pakaian apapun.di penginapan tempat
rombongan keroncong tersebut, Midah dismbut dengan cuaca yang dingin.
Kepala rombongan itu mau mengawininya, tetapi midah menonalk, karena
belum resmi bercerai. Dia menolak, sehingga midah pun dibenci.
Ketika sedang menyusiui anaknya, Midah bertemu dengan Riah.
Midah tak mau diajak pulang. Riah m,engikuti dan melihat midah ngamen
berkeliling kampung. Untuk memenangkan persaingan dengan Nini
penyanyi lain dari rombongan, Midah memasang gigi emas. Akibatnya
konflik semakin menajam dan midah ditinggalkan oleh rombongan. Midah
sangat menyayangi anaknya, tidak sampai disitu, perjuangan Miidah terus
berlangsung, sampai berita itu terdengar oleh Ayahnya Haji Abdul. Haji
abdul hatinya terguncang, dan terus tenggelam dalam zikirnya.
Hati Midah yang kosong akan kehadiran sosok laki-laki, akhirnya
menemukan sosok puajaan hatinya, seorang polisi bernama Ahmad. Dia
yang membela Midah ketika ada permasalahan-permasalahan didalam
rombongan keroncongnya.
Suatu hari Midah menyampaikan kepada Ahmad bahwa dia sudah
hamil. Saat midah positif mengandung anak dari sang polisi ini. Ia pun
meminta pengakuan atas si jabang bayi yang sedang dikandungnya kepada
sang polisi. Tak disangka reaksi sang pujaan hatinya, dia menuduh bahwa
Midah telah menjebak dirinya dan mengatakan bahwa janin yang sedang
dikandungnya bukanlah dari dirinya, melainkan dari laki-laki lain.midah
dituduhnya yang tidak-tidak.
19
Kekecewaan midah terhadap sang pujaan hati membawa Midah
untuk mencari pelampiasan cintanya dari satu laki-laki ke laki-laki
lainnya. Ironi sekali nasib yang dialami Midah.
2) Sinopsis Buku " Jalan Raya Pos, Jalan Daendels "
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, membentang 1.000 km sepanjang
utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan, tepatnya jalan ini hanya
dilebarkan di bawah pimpinan Maarschalk en Gouverneur General, Mr.
Herman Willem Daendels. Digunakan pada tahun 1809. Mr. Herman
Willem Daendels, memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos melalui
penjatahan pada para bupati yang kabupatennya dilalui jalan ini.
Penanggungjawab teknis pengerahan rodi, yang tak dapat menyelesaikan
jatah yang telah ditentukan, digantung sampai mati pada dahan-dahan
pohon sekitar proyek. Di sepanjang Jalan Raya Pos-Jalan Daendels
terdapat kuburan-kuburan terluas di Pulau Jawa. Dan hal yang demikian
bukan yang pertama kali dialami oleh penduduk kecil Pribumi.
Genosida pertama yang dilakukan Belanda dipimpin oleh Jan
Pietersz Coen tahun 1621 di Bandaneira. Genosida yang hampir-hampir
tak pernah di ungkit adalah yang dilakukan Jepang di Kalimantan Barat.
Sama sekali tak ada angka yang disebutkan. Juga sama sekali tak pernah
ada niat untuk membentuk komisi penyelidikan, sampai sekarang.
Genosida terakhir yang dilakukan Belanda terjadi pada 1947, di Sulawesi
Selatan, oleh pasukan Kapten Westerling dan menelan korban 40.000
orang. Genosida terakhir sampai sekarang , salah satu yang terbesar dalam
sejarah umat manusia dalam abad ini, justru dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri. Dan sekali ini ada kemauan sungguh-sungguh untuk
menyelidiki jumlah korban. Tidak lain dari Presiden Soekarno yang
memerintahkan adanya sebuah Fact-Finding Commission, terdiri dari
beberapa pejabat tinggi dan mentri. Di daerah yang didatangi mereka
hanya mendapatkan angka-angka kibulan. Dan Soekarno tidak percaya,
sedang genosida berjalan terus dan semakin hebat.
Adapun kota-kota yang dilalui oleh pembangunan Jalan Raya Pos
adalah Blora-Rembang, Lasem, Anyer, Cilegon, Banten, Serang,
20
Tangerang, Batavia, Meester Cornelis/Jatinegara, Depok,
Buitenzorg/Bogor, Priangan, Cianjur, Cimahi, Bandung, Sumedang,
Karangsembung, Cirebon, Losari, Brebes, Tegal, Pekalongan, Batang,
Waleri, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Juwana, Rembang,
Tuban, Gresik, Surabaya, Wonokromo, Sidoarjo, Porong, Bangil,
Pasuruan, Probolinggo, Kraksaan, Besuki, Panarukan.
3) Sinopsis Novel “Arus Balik”
Novel ini mengisahkan sebuah arus yang berbalik, setelah
keruntuhan kerajaan Majapahit (1478 M) membuat Nusantara yang
dahulunya merupakan mercusuar dari Selatan dan membawa arus ke arah
Utara, akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus telah berbalik.
Hingga pada akhirnya Indonesia dan sekitarnya (Nusantara saat itu) harus
menerima kenyataan sekian abad lamanya terjajah.
Nusantara menjadi saksi bisu, kehebatan kerajaan besar penguasa
arus selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit,
menjadi kekuatan maritim terbesar pada abad nya (1350 - 1389 M),
mengusai hampir seluruh bagian dari negara Indonesia saat ini, hingga
Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaya), dan beberapa negera ASEAN
lainya. Tapi, itu hanya kisah dongeng masa lalu bagi masyarakat desa saat
itu. Kerajaan Majapahit sudahlah hancur dalam perang saudara tak
berkesudahan, wafatnya sang Mahapatih Gajah Mada menjadi titik awal,
kemudian berturut-turut peristiwa menggrogoti kerajaan ini, dan akhirnya
lenyap setelah kedatangan agama Islam.
Setelah itu Arus pun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dahulunya
berada dalam kekuasaan Majapahit akhirnya melepaskan diri. Para
keturunan bangsawan Majapahit pun lebih memilih berkonsentrasi kepada
kekusaaan yang tersisa, termasuk Raja Tuban Wilwatika. Tidak seperti
nenek moyangnya, Wilwatika tidaklah berhasrat untuk menguasai atau
memperluas kekuasaanya,"Perdamaian jauh lebih berarti buat rakyat,
ucapnya. Tapi, hidupnya akan berubah drastis bukan saja bergeraknya arus
dari eksternal (kedatangan Portugis) dan internal (munculnya Demak),
21
namun yang lebih penting munculnya sosok Galeng pemuda desa yang
muncul dalam hingar bingar arus tersebut.
Galeng adalah pemuda desa yang memiliki ketangkasan,
kecerdasaan, dan keberanian dibandingkan pemuda lain. Kemampuan nya
itu pun di tambah selama masih tinggal di desa, dia sering mendengar
"ocehan" dari Rama Cluring yang katanya pernah merasakan kehebatan
Majapahit. Kemampuan fisik disertai luasnya wawasan, menjadi modal
penting Galeng untuk masuk sebagai pemeran dalam arus balik Nusantara
saat itu. Hasilnya babak itu di mulai saat Galeng menghadiri kejuaraan di
Tuban bersama kekasihnya Idayu.
Kemenengan Galeng sebagai juara dalam kejuaran itu menjadi titik
awal pergulatan pemuda desa itu. Munculnya konflik seperti
pengkhianatan, kehidupan feodal, munculnya para "penjilat", menambah
konflik dalam kerajaan Tuban. Kedatangan Portugis menguasai Kerajaan
Malaka menjadi babak awal Galeng sebagai duta Tuban dalam peperangan
merebut Malaka, yang di pimpin oleh Adipati Unus (Laksamana Demak),
walau akhirnya pasukan Nusantara kalah karena belum bersatunya
pasukan kerajaan tersebut.
Selain kisah peperangan, dalam novel ini Pram pun mengisahkan
bagaimana akulturasi budaya masyarakat Jawa yang dahulunya Hindu-
Buddha menjadi Islam. Walau peran Wali Songo tidak terlalu ditonjolkan
tapi sosok Muhammad Firman (Pada) menjadi rujukan bagaimana Islam
mulai masuk ke masyarakat Jawa. Muncullah drama di sini, bagaimana
Firman berperang melawan budaya Hindu -Buddha yang masih kental saat
itu. Akhirnya sangat sedikit dari masyrakat jawa pedalaman yang me
ameluk agama Islam.
Sosok Firman ini menjadi sosok penting karena merupakan
Musafir yang langsung diutus oleh Sunan Bonan untuk menyebarkan
agama Islam. Namun, setelah wafatnya Adipati Unus dan digantikan
Raden Trenggono mengubah arus politik Demak. Arus yang tadinya
mengarah ke peperangan terhadap Portugis (Peranggi) berubah setahap
22
demi setahap ke arah perluasan wilayah oleh Raden Trenggono. Hal yang
menggugurkan cita-cita Adipati Unus.
Pram pun menyungguhkan, bagaimana bangsa-bangsa Nusantara
saat itu bisa berkerja sama dengan pasukan Portugal (Peranggi). Mulai dari
Kerajaan Blambangan dan para pasukan pemberontak Ki Aji Benggala,
membuat kita mengetahui cara para penjajah setahap demi setahap
mendapat peluang untuk menaklukan Nusantara. Tapi disini, kemampuan
Galeng sebagai tokoh Protagonis akhirnya muncul dan daya karismanya
mengalahkan aura Raja Walwatika. Akhirnya peperangan demi
peperangan pun bermunculan di tanah Jawa, pulau yang tenang itu
berubah menjadi daerah peperangan. Galeng, nantinya menjadi
Wiragaleng akhirnya menjadi tokoh yang ditunggu untuk mengusir
penjajah, menghentikan peperangan saudara, mempersatukan Nusantara
layaknya Gajah Mada. Tapi, seperti kata Pram bahwa Arus saat itu sudah
berbalik, apakah Galeng mampu membalikan arus itu seperti dahulu kala?
Atau tentu Arus -nya tetap Balik?.
4) Sinopsis Novel: "RUMAH KACA"
Inilah puncak dari tetralogi pulau buru, Rumah Kaca. Inilah klimak
dari perjalanan seorang Raden Mas Minke, seorang yang menjadikan
tulisan tulisannya sebagai alat perjuangan. Memperjuangkan harga diri
pribumi yang belum lagi mengenal Indonesia saat itu. Di bukunya yang
keempat ini Pramoedya memberikan kejutan dengan menggeser tokoh
sentral dari Minke ke Pangemanann, yang tak lain adalah agen Gubermen
yang berhasil menyingkirkannya sehingga dibuang ke Ternate!
Pangemanann seorang Indo Menado didikan Perancis yang akhirnya
mengabdikan diri sebagai Polisi Hindia.
Penugasan pertamanya di Hindia dianggap berhasil dalam
memadamkan pemberontakan si Pitung di Cibinong, Bogor sekarang.
Sekretariat Negara memberikan tugas yang lebih menantang : melakukan
apapun yang dianggap perlu untuk membendung makin berkibarnya
Minke dengan Harian Medan dan Syarikat Dagang Islam-nya.
23
Buku ini seolah mengisahkan kilas balik kejadian dalam 'Jejak
Langkah' dalam perspektif Pangemanann. Dengan kelicinannya sebagai
agen rahasia, dia tak berhenti dengan pembuangan Minke. Dirancangnya
kerusuhan rasial yang mengadu dombakan antara pribumi dengan kaum
Tionghoa, dimulai dari kota Sukabumi, disambung dengan kota kota
lainnya di seluruh pulau Jawa. Sebuah operasi yang gilang gemilang untuk
mendiskreditkan SDI yang kemudian bertransformasi menjadi Syarikat
Islam. Buku ini seolah mengisahkan kilas balik kejadian dalam 'Jejak
Langkah' dalam perspektif Pangemanann. Dengan kelicinannya sebagai
agen rahasia, dia tak berhenti dengan pembuangan Minke. Dirancangnya
kerusuhan rasial yang mengadu dombakan antara pribumi dengan kaum
Tionghoa, dimulai dari kota Sukabumi, disambung dengan kota kota
lainnya di seluruh pulau Jawa. Sebuah operasi yang gilang gemilang untuk
mendiskreditkan SDI yang kemudian bertransformasi menjadi Syarikat
Islam.
Namun angin perubahan tak dapat dilawan. Alih alih organisasi
kemasyarakatan makin surut, malah berdiri partai pertama di Hindia ini :
Indische Partij, yang didirikan trio DWT. Keranjingan atau kesadaran
berorganisasi tumbuh deras kala itu. Sampailah jaman pada tahun 1914,
dimana berkobar perang dunia pertama di Eropa. Gubernur Jenderal
Idenburg mengakhiri masa jabatannya.
Penggantinya mulai mengubah sikap terhadap para pembangkang.
Raden Mas Minke dibebaskan dari pembuangannya di Maluku. Dia
kembali ke Batavia. Hanya untuk menemui kenyataan semua asetnya telah
disita. Dan Syarikat yang dilahirkan dan dibesarkannya telah
mengacuhkanya.
Minke mati menderita. Sebuah potret sejarah dimana bangsa ini
memang mudah lupa. Mudah melupakan jasa orang orang yang
memberikan jiwa dan raganya untuk kemajuan. Sebuah bangsa yang tak
pandai berterima kasih. Terima kasih kepada Paramoedya yang masih mau
mengingatkan.
24
5) Sinopsis Novel: "BUMI MANUSIA"
Penjajahan hampir selalu diartikan dengan penjarahan kekayaan
oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Penjarahan suku Maya oleh
bangsa Spanyol. Penjarahan Nusantara oleh Belanda, sehingga mereka
bisa membangun Roterdam yang luar biasa itu. Tetapi ada jenis penjarahan
yang lebih dahsyat. Itu menyangkut penjarahan sosial dan budaya.
Penduduk Indonesia kala itu diklasifikasi dalam kelas kelas sosial yang
berbeda. Hasilnya adalah kepedihan pribumi yang dengan menusuk di
angkat Pramoedya dalam Bumi Manusia.
Minke. Pribumi asli, namun karena keturunan ningrat Jawa
diperbolehkan bersekolah di HBS Surabaya. Hanya dia pribumi totok yang
bersekolah disana. Selebihnya adalah warga negara kelas 1, orang Eropa,
kelas 2 : Indo dan Tionghoa. Karena pertemanan di sekolah, dia
berkesempatan berjunjung ke sebuah rumah Tuan Belanda, Herman
Mellema. Sebuah Kunjungan yang merubah hidup Minke selamanya.
Tak disangka, Noni belanda, Annelies Mellema, putri sang tuan
rumah jatuh cinta pada Minke. Cinta sang putri mendapat dukungan dari
sang bunda, Nyai Ontosoroh. Minke memasuki kehidupan keluarga itu,
bahkan dipersilahkan untuk tinggal seatap dengan mereka. Dan terjadilah
hal hal pelik dalam hidupnya.
Tentangan pertama datang dari keluarganya sendiri yang tak sudi
Minke tinggal dalam rumah seorang Nyai, yang berarti gundik seorang
Tuan Belanda. Ayahnya tak mau mengakui anak lagi. Bencana kedua
datang dari pihak sekolah yang karena alasan moral memberhentikannya
sebagai siswa. Tetapi bencana sesungguhnya datang dari sepucuk surat
dari pengadilan Belanda. Seusai kematian Herman Mellema yang
misterius di rumah pelesiran Ah Tjong. Anak Mellema dari istri
Belandanya menggugat harta kekayaan yang dengan susah payah
dipelihara dan dikembangkan Nyai Ontosoroh. Sebagian besar berupa
perusahaan peternakan sapi dan susu olahan. Bukan perusahaan kecil,
asetnya besar.
25
Bukan itu saja. Annelies yang telah dinikahi Minke secara syah,
harus memenuhi panggilan pengadilan untuk 'kembali' ke tanah
leluhurnya, Belanda. Sebuah tindakan yang jauh dari rasa keadilan.
Penjajahan, pengkelasan, telah menghancurkan sebuah cinta dan mahligai
rumah tangga. Bangsa jajahan memang dinistakan.
2.1 Sinopsis Tentang Karya-karya Buya Hamka
6) Sinopsis : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebuah film dari buku karya
Buya Hamka. Berkisah pada Nusantara 1930, dari tanah kelahirannya
Makasar, Zainuddin berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh,
Padang Panjang. Diantara keindahan ranah negeri Minangkabau ia
bertemu Hayati, gadis cantik jelita, bunga di persukuannya. Kedua muda
mudi itu jatuh cinta. Apa daya adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan
cinta suci mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat tak berbangsa,
sementara Hayati perempuan Minang keturunan bangsawan.
Lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa
menikah dengan Aziz, lakilaki kaya berbangsa yang ingin menyuntingnya.
Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah minang dan
merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya.
Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai
akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya mashyur dan
diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Tetapi sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang
Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalam sebuah
pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama
Aziz, suaminya. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta
suci yang tak lekang waktu. Pada akhirnya kisah cinta Zainuddin dan
Hayati menemui ujian terberatnya, dalam sebuah tragedi pelayaran kapal
Van Der Wijck.
26
7) Sinopsis Novel “Terusir”
novel ini bertemakan kehidupan seorang perempuan yang tinggi
budinya yang terdesak oleh keadaan serta tiada tempat untuk bergantung
harapan yang akhirnya terjerat ke kancah pelacuran. Watak utamanya
Mariah yang telah diceraikan tanpa usul periksa oleh suaminya, Azhar,
setelah dia ditangkap bersama seorang lelaki, Hamzah, yang tiba-tiba
masuk ke kamar biliknya.
Mariah meninggalkan anaknya Sofyan yang masih kecil dengan
berat hati setelah dicerai dan diusir oleh suaminya. Dimintanya untuk
berjumpa atau menjaga anaknya daripada Azhar tiada dilayan. Setelah
diceraikan terpaksalah Mariah lari dan menumpang di rumah bapa
angkatnya yang juga rakan baik arwah ayahnya. Namun atas sikap buruk
emak angkatnya, Mariah terpaksa meninggalkan rumah itu dan lari tanpa
hala tujuan. Atas tekad dirinya, Mariah berjaya mendapatkan kerja sebagai
orang gaji di sebuah rumah orang kaya dari Eropah, Tuan Van Oost.
Namun, kesenangan hidup Mariah tidak lama kerana setelah beberapa
lamanya tuannya ingin pulang bersara ke kampung halamannya yang
menyebabkan Mariah terpaksa diberhentikan.
Selepas berhenti kerja sebagai orang gaji, Mariah akhirnya
berkahwin dengan rakan sekerjanya semasa bekerja di rumah Tuan Van
Oost, Yasin. Tidak berapa lama Mariah diceraikan suaminya itu kerana
Yasin bukanlah ikhlas mengahwininya melainkan untuk mengaut laba
daripada harta dan barang kemas Mariah untuk dirinya jua. Dihabiskanlah
wang gadaian barang kemas Mariah di meja judi.
Semenjak bercerai buat kali kedua inilah, hidup Mariah mula
terumbangambing. Sudah jenuh dia mencari pekerjaan yang halal namun
tiada ketemu jua. Mariah akhirnya terjerumus ke lembah kehinaan, suatu
lembah yang dirinya sendiri tidak mahu masuk namun apakan daya dirinya
yang tiada terdaya ditambah dengan hutang rumah sewa yang tidak
terbayar beserta keinginan untuk mencari sesuap nasi untuk pagi dan
petang hari. Di samping tiada pula orang yang sanggup menerimanya
27
untuk bekerja. Mariah yang dahulunya sudah tiada lagi, kini sudah
menjadi Neng Sitti, perempuan lacur yang terkenal di Jakarta.
Akhirnya, timbullah konflik yang cukup mengharukan kita,
anaknya Sofyan anak Mariah sudah besar panjang dan berjaya bergelar
seorang peguam. Namun, pertama yang akan dibelanya adalah kes seorang
perempuan lacur yang dituduh membunuh seorang pemuda bernama
Wirja. Ternyata perempuan tua yang dibelanya itu sememangnya ibu
kandung Sofyan, Mariah yang telah membunuh Wirja seorang musuh
kepada Sofyan. Bagi menghalang Wirja mengenakan anaknya Sofyan,
Mariah yang dikenali sebagai Neng Sitti telah nekad menikam musuh
anaknya itu.
8) Sinopsis Novel “ Merantau ke Deli”
Novel ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga antara
Leman dan Poeniem yang dipenuhi dengan suka duka yang sangat
menyentuh disetiap alur ceritanya. Buya HAMKA begitu pandai
menuliskan setip alur cerita pada Novel Merantau Ke Deli ini. Mengambil
Latar belakang tempat di Kota Deli, Sumatera. Yang saat itu merupakan
pusat perdagangan yang sangat masyhur.
Ketika Karcis Kereta Api telah dibelinya, tiba-tiba muncullah
Suyono dan Poeniem di stasiun. Leman dan anak istrinya telah berada
didalam kereta api. Dengan cepat datanglah Suyono dan Poeniem kedekat
mereka, mengulurkan tangan untuk berma’af – ma’afan pula. Ketika
Poeniem menjabat tangan Mariatun, dan Suyono menjabat tangan Leman,
samasama kelihatan suatu perasaan yang membendung hati dalam dada
yang sesak, tetapi ditekan keras. Ketika akan turun, dan kondektur telah
memberi ingat bahwa kereat akan berangkat dan disebutkannya stasiun-
stasiun tempat berhenti, Leman mengulurkan kepalanya dari jendela.
Waktu itulah Poniem menggegamkan sehelai uang kertas ke tangan anak
yang dalam pangkuan Mariatun itu.
Pluit kondektur berbunyi, pengantarpengantar turunlah kebawah,
dan dengan berangsur-angsur, perlahan mulanya, kencang dan bertambah
kencang, kereta apipun keluarlah dari stasiun. Suyono melambaikan
28
tangan dan senyum tapi air matanya menggelanggang. Poniem menggigit
ujung selendangnya menahan tangis, melihat kereta api bertambah jauh.
9) Sinopsis Novel “Dibawah Lindungan Ka’bah”
Seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah
ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid mula-mula ialah seorang yang kaya.
Karena itu banyak sanak saudara dan sahabatnya. Tetapi setelah
perniagaannya jatuh dan menjadi melarat, tak ada lagi sanak saudara dan
sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi oleh orang-
orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota
Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah
ayah Hamid meninggal. Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk
membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue
untuk dijajakan setiap pagi.
Di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang
berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang
Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih
tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak
lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang orang kaya yang bernama
Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang
perempuan saja yang bernama Zainab.
Setiap hari Hamid dipanggil oleh Mak Asiah karena hendak
membeli makanan yang dijualnya itu. Pad awaktu itu juga ia ditanya oleh
Mak Asiah tentang orang tuany6a dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid
menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar
ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak
Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid
beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Ketika Hamid
berumur tujuh tahun, ia pun atas biaya Haji Jakfar yang baik hati itu
disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda
daripada Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara
kakak dengan adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun
sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo.
29
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan
Zainab, karena menurut adat Zainab harus masuk pingitan, sedang Hamid
yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah
agama di Padangpanjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang
teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalanjalan di pesisir,
bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur
suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua
lainnya. Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan
Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting
yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan
harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak
Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan
kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa.
Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi
hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh
cinta kepada Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada
Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab.
Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi
hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka
dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang
ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak
Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan
selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat
kepada Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya
berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam
kesepian itu.
30
10)