Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

37
Pengambaran dan Pengartian Cinta di Masa Revolusi Melalui Pandangan Tokoh Utama; Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer Bagaimana novel Larasati menggambarkan dan mengartikan cinta di masa revolusi melalui pandangan tokoh utama? Name : Putri Hardiman Alamsyah School : Pelita Harapan Sentul City Candidate Number :001164-011 Subject : Bahasa Indonesia 1

description

to all those IB students in need, I feel your pain, here is mine :D hope it helps

Transcript of Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Page 1: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Pengambaran dan Pengartian Cinta di Masa Revolusi Melalui Pandangan Tokoh Utama; Kajian Novel Larasati

Karya Pramoedya Ananta Toer

Bagaimana novel Larasati menggambarkan dan mengartikan cinta di masa revolusi melalui pandangan tokoh utama?

Name : Putri Hardiman Alamsyah

School : Pelita Harapan Sentul City

Candidate Number :001164-011

Subject : Bahasa Indonesia

Assignment : Extended Essay

Supervisor : Ibu Helmy Pardede

Word Count : 3632 words

1

Page 2: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

DAFTAR ISI

Abstrak------------------------------------------------------------------------------1

Bab I.Pendahuluan----------------------------------------------------------------2

1.1 Latar Belakang Masalah---------------------------------------------2

1.2 Tujuan------------------------------------------------------------------3

Bab II. Novel dan Pengarang----------------------------------------------------42.1 Sinopsis Novel---------------------------------------------------------42.2 Latar Belakang Pengarang-------------------------------------------5

Bab III. Analisa--------------------------------------------------------------------63.1. Analisa Penokohan Larasati----------------------------------------63.2 Analisa Pengartian dan Pengartian Cinta Tanah Air Melalui Tokoh Larasati-------------------------------------------------------123.3 Analisa Konflik Internal dan Eksternal Tokoh Larasati--------17

Bab IV. Kesimpulan-------------------------------------------------------------21

Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------23

2

Page 3: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

ABSTRAK

‘Revolusi pasti menang,’ Ara menjerit menjawab. ” tetapi di saat orang sekelilingnya

merendahkan dia “Mata piket itu nampak bertanya-tanya menyelidiki: Apa akan kau

kerjakan? Dan segera ia menjerit untuk kedua kalinya. “Aku juga berjuang dengan

caraku sendiri.” (Toer 25)

Pertanyaan yang akan dijawab dalam esai ini adalah bagaimana novel

Larasati menggambarkan dan mengartikan cinta di masa revolusi melalui

pandangan tokoh utama? Extended Essay ini akan menjelaskan arti cinta pada masa

Revolusi di dalam novel roman Larasati ini. Setelah menggunakan penelitian, analisa

penokohan Larasati, analisa konflik internal dan eksternal, dan analisa penggambaran

dan pengartian cinta Tanah Air, dapat disimpulkan bahwa Larasti adalah salah satu

tokoh wanita pejuang revolusi yang tangguh berhati lapang.

Larasati adalah tokoh utama wanita yang sangat bersemangat untuk

mendukung revolusi walaupun tidak secara langsung terjun ke medan perang tetapi

dengan menggunakan apapun yang bisa dia pergunakan. Dia adalah seorang seniwati,

seorang artis yang memakai status pekerjaannya untuk menyebarkan semangat

revolusi kepada orang-orang yang dia temui.

Kesimpulan dari Extended Essay ini akan memberikan gambaran dan

pengertian kepada para pembaca akan apa sebenarnya arti cinta di masa-masa

Revolusi.

Word Count :180

3

Page 4: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam novel ini Pramoedya begitu gampangnya menyampaikan amarahnya,

perasaannya, dan juga kritiknya secara tidak langsung terhadap para inlander,

penjajah, bahkan pemimpin Indonesia sendiri yang menurutnya banyak korup dan

terkadang omong kosong. Dari konflik, deskripsi, dan berbagai dialognya, terlihat

bahwa dia begitu menonjolkan semangat dan kesungguhan kaum muda.

Pertama kali membaca buku Larasati, hanya satu yang berkesan kepada

penulis yaitu moral dari bukunya. Karena sang penulis tidak dapat menangkap pesan

moralnya pada sekali baca, buku ini harus dibaca berulang-ulang kali untuk

mendapatkan maknanya. Dan pada akhirnya yang berkesan adalah semangat revolusi

yang terdapat di dalam tokoh Larasati. Hidup Larasati yang terombang-ambing akibat

Revolusi yang sangat dia nanti-nantikan. Seorang wanita tidak memiliki hidup yang

sempurna tanpa cinta. Larasati selalu didambakan oleh banyak orang saat menjadi

seorang artis layar lebar tetapi karena kolonisasi Belanda dia menjadi kurang laku.

Dalam buku Larasati diceritakan betapa rumitnya Negara Indonesia di masa

revolusi. Setiap orang mempunyai masalah masing-masing, dan setiap orang terpaksa

harus mengorbankan hal-hal tertentu untuk dirinya sendiri. Ada seorang republiken

yang mencoba membela negaranya karena cintanya kepada tanah airnya, ada juga

seorang lelaki yang menjadi seorang inlander, yang rela menghianati bangsanya

sendiri untuk hidup enak dan bercukupan. Apakah cinta berasal dari diri sendiri? Apa

4

Page 5: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

bila kita datang dari negara yang dijajah oleh bangsa asing, haruskah kita merelakan

cinta kita untuk negara kita dijajah juga?

1.2 Tujuan

‘Revolusi pasti menang,’ Ara menjerit menjawab. ” tetapi di saat orang sekelilingnya

merendahkan dia “Mata piket itu nampak bertanya-tanya menyelidiki: Apa akan kau

kerjakan? Dan segera ia menjerit untuk kedua kalinya. “Aku juga berjuang dengan

caraku sendiri.” (Toer 25)

Bila diperhatikan sepintas ada sedikit hal yang berbau cinta di dalam buku ini,

tetapi apabila dianalisa lebih dalam, banyak hal yang bersangkut paut dengan cinta di

dalamnya. Seperti cinta Larasati terhadap Ibunya, cintanya terhadap revolusi ,

cintanya terhadap seorang lelaki, dan terutama cintanya kepada Tanah Airnya. Novel

ini telah meninggalkan kesan yang mendalam terhadap penulis. Suatu kesan yang

telah menyadarkan penulis tentang peranan wanita dalam masa revolusi yang

berjuang dengan caranya masing-masing. Seorang wanita di masa lalu dipandang

sebagai seseorang yang netral, lemah lembut dan juga makhluk yang penuh dengan

cinta. Wanita gampang untuk mencintai sesuatu karena mereka adalah makhluk yang

berpegang teguh kepada logik dan emosi. Penulis memilih untuk mengangkat topik

cinta karena tersadar betapa seberapa besarnya rasa cinta tokoh Larasati kepada

negaranya.

Melalui makalah ini akan menjawab pertanyaan, Bagaimana novel Larasati

menggambarkan dan mengartikan cinta di masa revolusi melalui pandangan

tokoh utama?

5

Page 6: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Bab II

Novel dan Pengarang

2.1 Sinopsis Novel

Biasanya pada buku jaman dulu menceritakan perjuangan dari sisi orang-

orang besar ataupun tentara yang sehari-hari berada di medan perang, tetapi buku ini

berpusat pada kehidupan seorang aktris cantik jelita, namanya Larasati. Dia biasa

tampil di panggung-panggung maupun berakting dalam berbagai film. Kadang

dunianya dipenuhi kesenangan, termasuk dikelilingi para pria-pria yang senantiasa

berebut ingin memiliki dirinya. Pada suatu hari dia pergi meninggalkan Yogya

menuju Jakarta untuk meraih impiannya untuk bermain film lagi karena, setelah

beberapa tahun sintuasi politik yang tak membaik membuat seakan-akan setiap hari

orang lupa dan tak butuh seni. Namun ternyata apabila Larasati ingin bermain film,

dia harus bermain film di bawah kendali NICA (Netherlands-Indie Civil

Administration). Di Jakarta, pada saat itu telah dikuasai NICA, dia pun melihat

kenyataan betapa pahitnya penindasan yang dilakukan NICA terhadap kaum republik.

Bahkan ternyata di sana banyak pula dia temui tentara inlander, orang-orang

Indonesia yang rela mengkhianati bangsanya sendiri demi mendapatkan hidup enak

dan berkecukupan. Keyakinan dan kecintaan Larasati terhadap revolusi makin

mengurang. Dalam keadaan yang semakin terasa tidak mudah, Larasati terus berusaha

agar dirinya dapat berguna bagi revolusi, walupun harus menghadapi segala halangan.

6

Page 7: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

2.2 Latar Belakang Pengarang

Pramoedya dilahirkan di sebuah desa bernama Blora, dibesarkan oleh Ayah

yang seorang guru sekolah pemerintahan akan tetapi meninggalkannya demi

membangun sekolah Budi Utomo (sekolah liar), yang akhirnya mendampak kepada

keuangan keluarga. Sang Ayah dari Pramoedya terlibat dalam perjudian dan

berdampak terhadap keluarganya terutama sang Ibunya, yang meninggal karena TBC.

Kehidupan remaja Pramoedya sangat mempengaruhinya saat pembuatan sebuah

karya. Terutama dari Ibu dan Neneknya dari pihak Ibu, Neneknya adalah Ibu tiri dari

Ibunya dan juga inspirasi karya Gadis Pantai.

7

Page 8: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Bab III

ANALISA

3.1. Analisa Penokohan Larasati

Tokoh Larasati digambarkan sebagai perempuan kuat yang setia terhadap

revolusi, rela berkorban dan melakukan perjuangan yang besar. Larasati sangat

berpegang teguh dengan semangat revolusi sama dengan berbagai orang revolusionis

lainnya di Indonesia. Akan tetapi Larasati bukan hanya seorang wanita, dia adalah

seorang artis yang laku sebelum masa penjajahan Belanda. Dia sangatlah mencintai

Tanah Airnya yaitu Indonesia yang pada saat itu sedang dijajah negara Belanda.

Karakter Larasati berbeda dengan tipikal wanita-wanita lainnya, dia akan melakukan

berbagai cara untuk menunjukan rasa cintanya kepada Tanah Airnya.

Setiap orang pasti diuji kesetiaannya dengan berbagai macam cobaan. Untuk

memastikan kesetiaannya terhadap hal-hal tertentu, tentunya di dalam buku ini

Larasati telah teruji kesetiaannya oleh berbagai macam pihak.

… “Apa keuntunganku? Dengan bangsaku sendiri aku merasa lebih terjamin.

Belanda tidak nonton aku di film. Dan sekiranya mau masuk Nica, bukan main goblok

aku ini kalau mengabarkan pada orang lain.” (Toer 21)

Larasati hanya bisa mendukung dengan memakai status seniman yaitu seorang artis,

dengan cara bermain film republiken. Akan tetapi dia hanya ditawarkan untuk

bermain film dibawah kendali NICA, dan pastinya dia menolak tawaran itu. Tak

pernah sedikitpun dia berpikir untuk mengkhianati negaranya sendiri, Tanah Airnya.

8

Page 9: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

“Akirnya berkata menghiba dengan nada menyerah kalah, “Kalau mau bunuh aku,

bunuhlah. Tapi aku bukan Nica”. (Toer 75)

Setelah sampai ke Cikampek diceritakan bahwa Larasati telah dikira seorang

NICA oleh seorang kakek yang merupakan tetangga ibunya mengira bahwa Larasati

adalah seorang NICA. Dengan demikian, sang kakek memukul Larasati dengan

tongkatnya, sehingga dada Larasati terasa sakit. Telah disampaikan dengan berbagai

macam cara untuk menunjukan bahwa dia bukanlah seorang inlander tetapi tetap saja

tak berguna. Dan pada akhirnya sang kakek berhenti sewaktu melihat uang ORI

(Oeang Republik Indonesia). Saat Larasati bertemu dengan Ibunya yang bernama

Lasmidjah, dipertanyakan status kekeluargaannya dengan Lasmidjah; “Kau bukan

bermaksud kerjasama Belanda?” Ara menggeleng “ Tidak jadi makan apa

nanti?”(Toer 82).

Tidak pernah terpikirkan di dalam benak Larasati sebelumnya pertanyaan itu,

dan pada saat itu juga barulah dia khawatir. Tidak mungkin Larasati meminta makan

dari Ibunya yang juga kelaparan, dan tidak mungkin juga dia merelakan cintanya

kepada revolusi hanya untuk kepuasan pribadinya dengan menyerahkan dirinya

menjadi seorang inlander. Tetap dengan kokohnya memegang revolusi, Larasati tetap

maju untuk mendukung revolusi.

… “Malam ini kami ikut bertempur. Mengapa diam semua?”

“Ara!.” Seru Ibunya.

9

Page 10: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

“Apa yang ditakuti, bu? Kita semua hidup terus menerus dalam ketakutan. Apa kalian

biasanya ketakutan? Tidak ada. Kalau revolusi menang, tidak seorang pun perlu

takut lagi. Mari berangkat!” (hal 93)

Pada kutipan diatas bisa dilihat seberapa besarnya Larasati rela berkorban

untuk revolusi. Walaupun Larasati adalah seorang wanita, tetapi hal tidak

menghalangi dirinya untuk mengikuti perang melawan tentara Belanda. Dia

menyadari ajal mungkin akan menjemputnya bila dia mengikuti perang ini, akan

tetapi Larasati tetap berani untuk mengikuti perang tersebut. Dan pada saat itu juga

Larasati dipenuhi dengan ketakutan dan kebingungan akan keberadaanya di medan

perang. Akhirnya dia pun melepaskan semua kekhawatiran dan ketakutannya, ketika

dirinya terjun ke medan perang itu. “Husy,” sentak Larasati. “Aku menghadapi

manusia, bukan hewan. Kalau kau sendiri begini juga aku akan tolong, Djohan.”

(Toer 61).

Saat Larasati ditahan oleh Djohan, dia diperlihatkan sel-sel tempat orang

tahanan dan Larasati diancam apabila dia memberontak maka hal yang sama akan

menimpa dirinya. Tetapi Larasati bersikeras memberontak dengan memasuki salah

satu tahanan sel yang berisi seorang kakek tua yang telah disiksa oleh para Nica. Saat

dihampiri sang kakek tua yang sakit-sakitan itu, Larasati melontarkan beberapa

pertanyaan. Walaupun tidak banyak komunikasi diantara mereka hati Larasati

tersentuh dan meninggalkan kesan yang dalam saat melihat saat itu. Meskipun

Larasati tidak mengenal sang kakek itu, Larasati dengan berbesar hati telah

mengesampingkan ancaman Djohan untuk lebih memberikan perhatian kepada sang

kakek itu sekecil apapun.

10

Page 11: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

… “kau sayang pada Ibumu nak?.” Larasati mengangguk. “Kalau begitu kau

mestinya datang. Aku hanya bisa berdoa untuk keselematanmu.”

“Kalau aku ditahan disana?” Nenek itu tak menjawab… ( Toer 118)

Melalui kutipan ini tersirat bagaimana Larasati telah mempertimbangkan

ancaman si Arab dan keselamatan ibunya, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk

memenuhi keinginan si pemuda Arab itu. Pada saat dia berpisah dengan Chaidir,

teman Larasati yang bekerja sebagai penulis, Larasati bertemu dengan Jusman dan

ditahan di dalam kediaman Jusman sebagai “kekasihnya”. Larasati berkediaman di

rumah Jusman hanya karena ingin bersatu kembali dengan ibunya walaupun harus

merelakan badannya.

Diceritakan di dalam buku, bahwa Larasati datang jauh-jauh dari Yogyakarta

ke Cikampek untuk bertemu dengan ibunya yang sudah setahun lamanya tidak

bertemu dan sepanjang perjalanan dia selalu berdebat dengan dirinya sendiri tentang

revolusi. Kesetiannya yang tiada hentinya kepada Tanah Airnya telah menggambaran

kokohnya karakteristik Larasati kepada para pembacanya. Walaupun banyak halangan

terjadi di perjalanannya ke Cikampek tetap saja dia teguh untuk membela Tanah

Airnya, “Salvo buat Ara yang setia!” seseorang memekik (Toer 29). Sewaktu dia

berangkat menaiki kereta, banyak lelaki-lelaki yang berteriak “Merdeka” ataupun

namanya “Ara!”

11

Page 12: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

“Untuk pertama kali ini Ara menangis begitu lama, seorang diri. Ia menangisi jiwa-

jiwa muda yang begitu rela, yang begitu tanpa dosa. Dan, katanya dalam hati, aku

adalah penjelmaan dari dosa ini sendiri” (Toer 29)

Kalimat diatas mengartikan seberapa dia memikirkan orang-orang lain yang

telah berkorban untuk revolusi, dan seberapa mudanya dan tanpa dosanya mereka.

Tak pernah terlintas bahwa Larasati sendiri mempunyai kesulitan untuk

mengekspresikan seberapa besar cintanya terhadap Tanah Airnya. Apabila dia lelaki

gampang sekali Larasati untuk memberontak para penjajah Belanda dan mendukung

revolusi. Akan tetapi dia adalah seorang wanita dan seniman, maka dia hanya bisa

mendukung dengan cara yang lain. Dia menggunakan kejuruannya sebagai mana

seorang seniman yang mendukung revolusi.

Perjalanan Larasti untuk mendukung revolusi menjadi hal yang penuh dengan

hambatan dan tantangan. Semangat dan juga daya juang yang ditunjukkan oleh

Larasati terlihat jelas dimulai dari perjalanannya dari Yogyakarta hingga akhir roman

kehidupannya. Larasti tak pernah sekali pun mengeluh akan perjalanannya dari

pertama kali menginjak kakinya di Cikampek dan menghadapi nasibnya itu. Larasati

mengikuti hatinya dan menjalani semuanya dengan tulus ikhlas. Dengan

mengorbankan apa yang dia bisa korbankan, tetap saja tak memutuskan semangatnya

untuk mendukung revolusi sampai akhirnya dia terlibat dengan majikan ibunya.

Saat Larasati pertama kali bertemu dengan Jusman, adalah saat dimana

Larasati ingin menjemput dan membawa pulang ibunya agar cepat kembali ke rumah

pondok mereka. Tetapi setelah bertemu dengan Jusman, Larasati menghadapi

12

Page 13: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

tantangan untuk tetap hidup sebagai republiken. Agar dia bisa hidup Larasati harus

mencoba untuk menghidupkan dirinya sendiri dan juga ibunya. Tak pernah muncul

dibenaknya sebelumnya bagaimana Larasati harus menghidupi hidupnya ini tanpa

bantuan dari Belanda pada saat penjajahan Belanda itu. Pada akhirnya dia harus

berjuang hidup untuk dirinya sendiri dan ibunya, di rumah Jusman sebagai

kekasihnya.

Tanpa melepaskan semangatnya sebagai republiken dia merelakan dirinya

untuk menjadi kekasih Jusman. Walaupun dibatasi kebebasannya Larasati tetap ingin

mengikuti perkembangan Revolusi. Maka dengan cara dia meminta Koran harian dan

radio untuk mengikuti perkembangan revolusi Indonesia.

Telah sebulan Ara tinggal dalam genggaman kekuasaan pemuda Arab itu. Ia tak

dapat merasakan lagi dirinya mati atau hidup hanya masih ada satu keiinginan

tinggal : ia ingin mendapatkan hubungan dengan dunia luar. Ia ingin tahu tentang

nasib Revolusi. (Toer 145)

13

Page 14: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

3.2 Analisa Penggambaran dan Pengartian Cinta Tanah Air Melalui Tokoh

Larasati.

Setiap orang pasti mempunyai makna cinta pada diri mereka sendiri, kadang

ada yang berbau romantis dan terkadang juga sadis, pada akhir cerita cinta masing-

masing. Cinta itu bisa dibilang sebagai perasaan yang paling terdalam di dalam hati

manusia, tak pernah ada orang yang bisa mengartikan cinta dalam satu kalimat

ataupun hal lainnya. Cinta itu sebenarnya tidak boleh terlalu general karena sudah

pasti bahwa setiap individu itu berbeda dan hal-hal yang terlalu general.

Kemungkinan bisa saja melenceng menjadi hal yang berbeda jauh pada diri kita

sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Revolusi adalah peralihan sistem

pemerintahan dengan mengandalkan ataupun menggunakan kekuatan senjata ataupun

paksaan. Bagi Larasati Revolusi itu dimulai saat dia bertemu dengan seorang letnan

Jepang bernama Nisjizumi yang menawarkan sebuah peran di dalam film propaganda

Jepang, namun sampai dengan waktu yang cukup lama belum juga dia menerima

kabar dari Nisjizumi. Dan sejak itu Larasati tersadarkan akan segala macam

kemunafikan kaum revolusioner, keloyoan, omong kosong dari pemimpin-pemimpin,

penghianatan dan berbagai kisah cinta. Dari perjalanan Yogyakarta ke Cikampek,

Larasati telah bertemu dengan berbagai macam orang-orang yang memandang

revolusi dengan caranya mereka masing-masing dan begitu pula dengan dirinya

sendiri.

14

Page 15: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Hal yang diangkat disini adalah bagaimana revolusi itu bukanlah hal yang

jahat atau penuh dengan kebencian. Pernahkah terlintas tentang betapa cintanya kita

kepada Negara kita? Tanah Tumpah darah kita? Mengapa orang-orang selalu merasa

terhina apabila negaranya dicela? Mereka merasa terhina karena yang dihina

sebenarnya adalah sesuatu yang dicintainya, bagian dari hidupnya yaitu bangsanya.

Beberapa manusia mungkin berperang karena tujuannya adalah uang ataupun hal

material lainnya. Tetapi apabila diperhatikan, ada juga beberapa orang yang membela

negaranya dalam berperang karena ingin membela negaranya dari ancaman-ancaman,

jajahan negara lain. Salah satu contohnya adalah Larasati. “Aku juga punya Tanah

Air. Jelek-jelek tanahairku sendiri, bumi dan manusia yang menghidupi aku selama

ini. Cuma binatang ikut Belanda” (Toer 13).

Larasatipun mengakui seberapa jeleknya Tanah Airnya akan tetapi dia juga

tersadarkan seberapa dia berhutang terhadap Tanah Airnya yang telah menghidupi dia

selama ini dan hanyalah binatang yang merelakan menjual cinta mereka NICA atau

Belanda untuk hidup yang berkecukupan.

Di mata Larasati hanyalah binatang yang tega menyerah kepada para penjajah,

dan apalagi bila tujuannya adalah karena kepuasaan tersendiri atau barang-barang

material yang ditujunya. Penulis menunjuKkan bahwa seorang penghianat adalah

manusia-manusia yang tidak mencintai dirinya sendiri, mereka lebih memilih menjual

cinta negaranya kepada pejajahan Belanda daripada membelanya.

Larasatipun akhirnya mendukung revolusi dengan caranya sendiri yaitu

sebagai artis atau seniman. Dia menyebarkan semangat revolusi kepada berbagai

15

Page 16: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

macam orang yang dia temui di jalannya dan juga menggunakan status artisnya dia

untuk memperkuat dukungan revolusi.

Bagi Larasati revolusi adalah sesuatu yang berhak didukung, apalagi apabila

revolusi untuk negaranya sendiri. Apabila seseorang jatuh cinta pasti, seseorang itu

akan berjuang mati-matian mencintai hal yang dia cintai itu. Sama saja seperti cinta

pada Tanah Air kita, pasti setiap sersan, prajurit dan letnan yang telah merelakan

hidupnya untuk menjadi prajurit Negara pasti mencintai negeri mereka. Secara refleks

manusia pasti mencintai negaranya mereka sendiri, walaupun ditujukan secara

langsung maupun tidak langsung. Setiap orang pasti menunjukan rasa cintanya

dengan cara yang berbeda-beda.

Rasa cinta Larasati terhadap negaranya terlihat jelas melalui setiap hal yang

bersentuhan dengan hidupnya. Kesederhanaanya dengan pakaian kebaya yang

menyimbolkan kekhasan tanah jawa, uang ORI yang dia simpan walaupun pada saat

itu beredar uang Jepang dan uang merah, statusnya yang tidak bersuamikan orang

Jepang ataupun Belanda pada saat itu dan tetap memilih Oding yang adalah seorang

pribumi tulen, dan juga ketidak inginannya mendapat sebutan miss yang layaknya

dipakai oleh orang-orang Belanda.

Pada saat itu uang yang beredar adalah uang merah (mata uang Belanda) dan

juga YEN (uang Jepang). Dan pada saat itu uang ORI sangatlah tidak berarti. Larasati

di dalam buku, menyimpan uang ORI (Oeang Republik Indonesia) itu menunjukan

betapa cintanya dia terhadap mata uang Negara sendiri. Meskipun uang untuk

membeli barang-barang material sangatlah dibutuhkan untuk dia dan Ibunya tetapi dia

16

Page 17: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

hanya mempunyai uang ORI dan tidak mempedulikan ketidak berartian uang ORI.Dia

mengangap statusnya sebagai bangsa pribumi dengan tetap menyimpan uang ORI itu.

Layaknya wanita Jawa pada umumnya, Larasati menggunakan kebaya sebagai

pakaian yang dikenakannya. Pada saat perjalanan Larasti dari Yogyakarta menuju

Cikampek, apabila diperhatikan di dalam novel, dia memakai baju kebaya.

Seharusnya dimasa penjajahan Belanda, wanita-wanita mengenakan baju-baju barat,

kecuali Larasati. Dia tidak merasa risih dan juga malu untuk mengenakan kebaya

bahkan diapun tidak merasa disulitkan dengan pakaian itu. Hal ini menjadi cerminan

untuk memperlihatkan betapa dia mencintai Tanah Airnya di dalam berbagai macam

hal.

Walaupun beberapa orang memanggil dia dengan sebutan “miss” tetapi

Larasati menolaknya dan tidak menyukai menggunakan status “Miss”, karena dia

adalah orang Indonesia bukanlah orang Belanda atau Barat. Larasati lebih memilih

dipanggil dengan sebutan “Ara” yang adalah potongan dari namanya Larasati. Ara

sendiri berarti cantik.

Cinta Larasti kepada Tanah Airnya memang telah diceritakan dengan bebagai

macam daya juang yang telah dia lewati. Dan akhirnya dia mendapatkan apa yang dia

pantaskan, yaitu cintanya kepada seorang Pribumi, seorang republiken juga Kapten

Oding. Larasati telah dideskripsikan di dalam buku sebagai perempuan yang

sangatlah cantik dan unik, dengan figur seperti itu dia bisa saja memilih lelaki-lelaki

Barat yang kaya ataupun tampan, tetapi dia lebih memilih lamaran Kapten oding

daripada Jusman.

17

Page 18: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Dari pribadi seorang Larasati tergambarkan bagaimana suatu revolusi yang

membutuhkan kekerasan senjata tidak selamanya menjadi suatu hal yang keji karena

memakan banyak jiwa tetapi perjuangan tersebut didasari suatu kecintaanyang luhur

untuk tanah air. Perubahan menuju kebaikan dan kesejahteraan. Perubahan menuju

kemerdekaan dan bebas dari keterjajahan. Perubahan dengan semangat kesatuan demi

solidaritas sesama rakyat karena kecintaan akan tanah air. Ketidak relaan diri akan

tertindasnya cinta. Oleh cinta dan karena cinta revolusi terjadi dan cita-cita tercapai.

18

Page 19: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

3.3 Analisa Konflik Internal dan Eksternal Tokoh Larasati

INTERNAL

‘Revolusi pasti menang,’ Ara menjerit menjawab. ” tetapi di saat orang sekelilingnya

merendahkan dia “Mata piket itu nampak bertanya-tanya menyelidiki: Apa akan kau

kerjakan? Dan segera ia menjerit untuk kedua kalinya. “Aku juga berjuang dengan

caraku sendiri.” (Toer 25)

Salah satu konflik internal yang terdapat di dalam buku Larasati ini adalah

konfliknya sebagai pejuang revolusi dengan gendernya sebagai seorang wanita.

Sebagai seorang wanita di jaman dahulu, dia tidak mempunyai derajat yang sama

dengan para lelaki. Wanita selalu digambarkan sebagai seseorang yang selalu berkerja

rumah tangga dan sedangkan lelaki selalu digambarkan sebagai yang terjun ke dunia

luar untuk menghidupi keluarganya.

Apabila seorang istri ditinggalkan oleh suaminya, sang pencari nafkah,

seseorang yang selalu digambarkan menghidupi keluarganya, maka istrinya tidak

mampu untuk hidup sendiri? Wanita selalu dianggap manusia yang harus tinggal

dirumah tidak boleh keluar kecuali mendapatkan ijin suaminya. Akan tetapi buku

Larasati telah membuat gambaran wanita yang baru dimasanya.

Karakter Larasati adalah seorang pejuang revolusi dan seseorang yang sangat

mencintai Tanah Airnya. Dia akan melakukan berbagai hal untuk bisa mendukung

19

Page 20: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

revolusi, dan walaupun Larasati adalah seorang wanita dia akan mengubah cara

gambaran hidup seorang wanita pada biasanya.

Sebagai wanita jaman sekarang, pasti tidak akan diam saja apabila dibilang

derajatnya lebih bawah daripada lelaki. Dan semangat yang sama ada juga di dalam

Larasati, walupun banyak hambatan-hambatan karena dia seorang wanita tidak pernah

sekalipun alasan itu mengekang dia untuk mendukung revolusi. Pada saat desa kecil

dimana Larasati dan Ibunya tinggal diserang, Larasati tidak bersembunyi dia malah

berikut serta mengikuti perangnya dengan night gown nya. Walaupun merasa

ketakutan sewaktu menginjak medan perang tetapi Larasati akhirnya menyerang juga

mengikuti letnan-letnan yang adalah teman-temannya.

Dapat ditemukan bahwa umur Larasati adalah 28 di dalam buku, dan belum

menikah. Kebiasaan orang Jawa pada jaman dahulu adalah untuk wanita sebisanya

menikah cepat setelah menginjak umur 16, tetapi Larasati berumur 28 tetapi masih

belum menikah.

20

Page 21: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

EKSTERNAL

Setelah menyetujui untuk tinggal di rumah Jusman, Larasati barulah tersadar

bahwa hal itu menghambat pendukungan revolusi Larasati. Setelah tinggal beberapa

lama di rumah Jusman, dia merasa berada di ombang-ambing emosi, saat mengetahui

Yogya telah jatuh dia pun berbisik pada dirinya sendiri bahwa dia juga telah jatuh.

Semangat Larasati saat itu telah padam tapi kembali berapi-api saat dia

tersadarkan akan satu keinginannya yaitu, hubungan dengan dunia luar, sejak dia

tidak diperbolehkan keluar dari rumah oleh Jusman. Larasati juga tersadar bahwa

selama sebulan tinggal dirumah Jusman tak pernah sekalipun ada Koran harian

masuk, surat ataupun buku di dalam rumah itu. Pada akhirnya Larasatipun meminta

kepada Jusman untuk dibelikan sebuah radio untuk mendengarkan musik dan juga

mendengarkan berita-berita terbaru tentang revolusi Negara. Sebisa mungkin Larasati

ingin mendapatkan kabar terbaru dari dunia luar untuk menenangkan hatinya itu.

Dengan demikian Larasati bisa juga membaca kejadian-kejadian yang telah dia

lewati.

Perjalanan jauh Larasti pergi dari Yogyakarta ke Cikampek adalah untuk

menyebarkan semangat revolusi dan juga untuk bertemu dengan Ibunya yang sudah

setahun lamanya tidak bertemu. Walaupun terkesan sebagai Ibu dan anak yang

mempunyai hubungan yang baik, apabila diperhatikan lagi maka akan mendapatkan

kesan bahwa ibunya selalu cenderung tidak memihak akan pilihan Larasati.

21

Page 22: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Pada saat perang terjadi di desa, dimana Larasati dan Ibunya tinggal. Larasti

memilih untuk mengikuti perang, dan pada saat dia bersemangat untuk mengikuti

perang, sang Ibu cenderung tidak menyetujui pilihan Larasati itu. Ibunya menganggap

bahwa Larasati adalah seorang wanita dan sangatlah tidak wajar untuk turun ke

medan perang. Pada saat Jusman telah terluka di rumah sakit dan potongan tangan

Jusman dikirim kerumah, Larasati terkena sedikit darah Jusman di tangannya akan

tetapi pada saat dia mendengar kabar tentang revolusi, dia tidak menkhwatirkan

Jusman ataupun membersihkan noda darahnya yang terdapat di dirinya tetapi Larasati

lebih memilih untuk melanjutkan membaca Koran untuk mencari-cari berita terbaru

tentang revolusi yang sedang terjadi. Ketika di masa itu, Lasmidjah Ibunya Larasati,

meneriaki Larasati akan ketidakpeduliannya pada Jusman yang sedang terluka, secara

tidak langsung Lasmidjah ingin Larasati menjenguk Jusman dan merawatnya, dan

untuk melupakan semua-muanya tentang revolusi.

22

Page 23: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

Bab IV

Kesimpulan

Tujuan dari esai ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana novel

Larasati menggambarkan dan mengartikan cinta di masa revolusi melalui

pandangan tokoh utama? Dengan menganalisa buku karya Pramoedya, Larasari.

Telah terjawab, dengan melalui tokoh Larasati kita bisa melihat satu gambaran

roman kehidupan cinta di masa Revolusi. Cintanya menggapai kebahagiaan pribadi

dan juga kebahagiaan akan tanah airnya. Dari Buku Larasati ini juga, telah

memberikan berbagai macam contoh penggambaran dan pengartian cinta di masa

revolusi, seperti sewaktu Mahdjohan lebih memilih merelakan cintanya kepada Tanah

Airnya, untuk ditukarkan dengan hal-hal material, atau seperti Larasati yang selalu

mempunyai semangat yang membara untuk mendukung revolusi, dan tiadalah lagi

yang bisa memberikan contoh inspirasi Pramoedya selain tokoh-tokoh wanita seperti

Larasati.

Biasanya Revolusi pasti penuh dengan cerita-cerita yang menyedihkan,

bagaimana setiap kali ada tembakan terbayang akan pertumpahan darah dan kesan

yang tertinggal adalah kesedihan atau penyesalan. Tetapi setelah perang berakhir

selalu saja terlupakan kesedihan atau penyesalan, sebaliknya yang tumbuh adalah

kebahagiaan akan kemenangan yang selama ini diperjuangkan.

Sebenarnya Buku Larasati bisa menyimpulkan berbagai macam kesimpulan,

akan tetapi yang disimpulkan disini adalah bahwa revolusi membutuhkan suatu sikap

23

Page 24: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

rela berkorban, kesetiaan dan juga daya juang yang didasari oleh cinta dan secara

khusus dalam novel Larasati ini mengangkat topik cinta kepada Tanah Air. Dan untuk

mencari perihal tentang cinta di masa-masa revolusi membutuhkan analisa lebih

lanjut.

24

Page 25: Kajian Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

DAFTAR PUSTAKA

1.) Toer, Pramoedya Ananta. Larasati. Jakarta: Lentera Dipantara, 2003.

2.) Boef, August Hans den dan Snoek, Kees. Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir:

Esei dan Wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer. Jakarta: Komunikasi Bambu,

2008

3.) “The Beginning Of Dutch Colonialism”. Indonesia's History and Background.

2000 AsianInfo.org. 10 Nov 2008 <http://www.asianinfo.org/asianinfo/indonesia/pro-

history.htm>.

4.) Allen, Pam. “Reading Pramoedya”. Inside Indonesia. 2007 © Inside Indonesia. 10

Nov 2008 <http://insideindonesia.org/content/view/41/29/>

5.) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

25