UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PUISI AL-GHAZAL...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PUISI AL-GHAZAL...
-
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PUISI AL-GHAZAL
KARYA BASYSYAR IBN AL-BURD
JURNAL ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora
Muhammad (0906527282)
Mengetahui
Dosen Mata Kuliah Pengkajian Puisi Arab
Dr. Maman Lesmana, M.Hum
NIP: 196110221987031002
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
AGUSTUS 2013
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
2
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan oleh
Nama : Muhammad
NPM : 0906527282
Program Srudi : Arab
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis Karya : Makalah Non-Seminar
Nama Mata Kuliah : Pengkajian Puisi Arab
Judul Karya Ilmiah : Analisis Puisi Al-Ghazal Karya Basysyar Ibn Al-Burd
Telah disetujui oleh dosen mata kuliah Pengkajian Puisi Arab untuk diunggah di
lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika Universitas
Indonesia.
Dosen Mata Kuliah : Dr. Maman Lesmana, M.Hum ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 28 Agustus 2013
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
3
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad
NPM : 0906527282
Program Studi : Arab
Departemen : Arab
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis karya : Makalan Non-Seminar
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS PUISI AL-GHAZAL KARYA BASYSYAR IBN AL-BURD beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 28 Agustus 2013
Yang menyatakan
( Muhammad )
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
4
Universitas Indonesia
Analisis Puisi Al-Ghazal Karya Basysyar ibn al-Burd
Muhammad &Maman Lesmana
Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, Depok 16424
Email: [email protected]
ABSTRAK
Nama : Muhammad
Program Studi : Arab
Judul : Analisis Puisi Al-Ghazal Karya Basysyar ibn al-Burd
Jurnal ini membahas tentang analisis puisi al-ghazal karya Basysyar ibn al-Burd. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik dari puisi Al-Ghazal. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Kesimpulan penelitian ini bahwa puisi al-Ghazal karya Basysyar
ibn al-Burd adalah ungkapan dan cermin dialog cinta yang terjadi antara dia dan wanita yang
dirindukannya.
Poetry Analyze Al-Ghazal By Basysyar ibn al-Burd
ABSTRACT
Name : Muhammad
Study Program: Arabic
Title : Poetry Analyze Al-Ghazal By Basysyar ibn al-Burd
This Thesis discusses about poetry analyze al-ghazal by Basysyar ibn al-Burd. The purpose of this
study desrcibe about intrinsic and extrinsic of poetry al-ghazal. This research use qualitative
methods. The conclusion of this analysis is that love the expression and makeup dialogue that took
place between him and the woman to his heart.
Keywords : Poetry Al-Ghazal, Basysyar ibn al-Burd, Intrinsic and Extrinsic Analyze
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
5
Universitas Indonesia
1.1 Latar Belakang
Dalam perajalanan sejarah kesusastraan Arab, zaman Abbasiyah (750-1258) merupakan
zaman yang sangat penting. Zaman ini tidak hanya berhubungan dengan pesatnya perluasan
wilayah pemerintahan Islam ke wilayah-wilayah luar Jazirah Arab, tetapi juga ditandai oleh
pesatnya perkembangan Islam, di mana umat Islam mempelajari dan menciptakan berbagai bidang
ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya bidang kesusastraan. Berbeda dengan periode
sebelumnya, yakni zaman awal datangnya Islam (622-662) dan zaman Umayah (662-750) yang
masing-masing berjalan dalam waktu kurang dari satu abad, zaman Abbasiyah berjalan selama
lebih dari lima abad. Dalam kurun waktu yang relatif lebih lama itu, telah banyak dihasilkan karya
sastra Arab, baik prosa maupun puisi yang hingga kini menarik untuk dibaca, mengalami cetak
ulang puluhan kali, dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Banyak pula nama sastrawan Arab pada masa itu yang gagasannya masih relevan untuk dikaji dan
dibicarakan.
Puisi pada zaman Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya setelah zaman awal
Islam dan zaman Bani Umayyah. Zaman Bani Abbasiyah memiliki masa atau jangka waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan zaman awal Islam. Zaman awal Islam hanya selama 53 tahun
yaitu dengan munculnya dakwah Islamiyah sampai berdirinya Bani Umayyah pada tahun 40 H.
Begitu juga dengan zaman Bani Umayyah yang berdiri selama 81 tahun sampai berdirinya Bani
Abbasiyah pada tahun 132 H sampai 656 H.1
Perkembangan zaman pemerintahan Bani Abbasiyah telah memberikan perubahan yang
besar dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan peradaban. Secara langsung dan tidak langsung,
semua perubahan tersebut telah memberikan kesan yang besar terhadap perkembangan puisi pada
zaman itu. Oleh karena itu, pada zaman Bani Abbasiyah banyak melahirkan penyair. Namun, empat
orang penyair yang dianggap memiliki keistimewaan serta aliran tersendiri dalam puisi zaman itu
adalah Basysyar ibn al-Burd, Abu al-Atahiyyah, al-Buhturi, dan Abu al-Ala al-Maarri.
Dalam makalah ini akan dibahas puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd yang ditujukan
kepada kekasihnya bernama Abdah. Puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd akan dianalisis dari segi
unsur-unsur ekstrinsik berupa biografi penyair serta hubungan dengan masyarakat. Selain itu, puisi
tersebut juga akan dianalisis dari segi unsur-unsur intrinsiks berupa tema, emosi, gaya bahasa, bahr
serta diksi atau pilihan kata.
1 Osman Haji Khalid, Kesusasteraan Arab Zaman Abbasiah, Andalus, dan Zaman Modern, hlm. 88.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
6
Universitas Indonesia
1.2 Ruang Lingkup Permasalahan
Penulisan makalah ini terfokus pada kajian puisi karya Basysyar ibn al-Burd. Fokus kajian
adalah puisi yang bertema gazal. Tema puisi ini akan dikaji dari segi nilai ekstrinsik dan intrinsik,
dengan harapan pembaca dapat memperoleh gambaran secara umum tentang puisi Arab pada zaman
Bani Abbasiyah, khususnya puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan puisi Arab pada zaman Bani
Abbasiyah, khususnya puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd serta untuk menganalisis puisi dari
segi ekstrinsik dan intrinsik yang terkandung dalam puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd.
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penulisan makalah ini dilakukan dengan cara studi literatur
kepustakaan. Penulis mengumpulkan informasi dan menganalisis mengenai puisi denga tema gazal
karya Basysyar ibn al-Burd melalui buku-buku kajian Sastra Arab, Balaghah, artikel, e-Book dan
data-data yang terdapat di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang, ruang lingkup permasalahan, tujuan penulisan, metode penelitian, serta sistematika
penyajian. Bab kedua berisikan tentang puisi gazal karya Basysyar ibn al-Burd. Kemudian bab
ketiga merupakan analisis puisi yang menjelaskan tentang unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik puisi
gazal karya Basysyar ibn al-Burd dan bab keempat merupakan kesimpulan dari penulisan makalah.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
BAB II
Gazal Karya Basysyar ibn al-Burd
2.1 Definisi Puisi Gazal
Dalam kesusastraan Arab, orang sudah mengenal berbagai jenis puisi, seperti al-Syiru al-
Wujdaniy (puisi monolog dan dialog), al-Syiru al-Qasasiy (puisi naratif), al-Syiru al-Tamsiiliy
(puisi dramatik) dan al-Syiru al-Taliimiy (puisi edukatif). al-Syiru al-Wujdaniy adalah puisi yang
mengungkapkan perasaan emosi dan sentimen pribadi, menampilkan masalah dalam sudut pandang
si penyair sesuai dengan perasaannya. Bangsa Arab sudah sejak lama mengenal puisi jenis ini.
Mereka meletakkan sebahagian besar energi seninya dalam puisi jenis ini dengan berbagai tema,
seperti al-Fakhr (membanggakan diri), al-Rissa (ratapan), al-Gazal (perasaaan cinta), dan al-
Madiih (pujian). Para penyair Arab zaman modern masih menggunakan puisi jenis ini dalam
sebahagian karya-karyanya. Puisi jenis ini akan menjadi lebih baik, kuat dan berkesan, jika memuat
unsur-unsur perasaan sentiment yang kuat dan jujur, imaji-imaji yang inovatif, kata-kata atau
ungkapan yang hidup dan estetis dan struktur yang asli2.
Puisi gazal adalah suatu bentuk puisi yang di dalamnya menyebutkan wanita dan
kecantikannya.3 Misalnya menyebutkan tentang kekasih, tempat tinggalnya dan segala apa saja
yang berhubungan dengan kisah percintaan. Puisi-puisi ini bertujuan untuk mengungkapkan serta
menggambarkan kecantikan seorang wanita atau kekasih.
Jika membaca sekilas tentang definisi diatas, maka gazal tidaklah selalu mengandung
tentang wanita atau kecantikan, bahkan keindahan tempat pun termasuk dalam puisi bertema gazal
ini.
2.2. Profil Basysyar bin al-Burd
Basysyar ibn Burd (710-782 M) dilahirkan di kota Basrah, dari keturunan campuran Persia-
Arab. Ayahnya dari keturunan budak dari Khurrasan, sedangkan ibunya adalah orang Arab, dari
keturunan Uqail. Ia termasuk penyair muhadramain (hidup dalam dua zaman, zaman dinasti
Umayah dan Abbasiyah). Pada usia anak-anak, ia mengalami cacat mata, hingga buta. Dibesarkan
dalam keluarga miskin, ayahnhya hidup sebagai tukang membuat batu bata.
Walaupun bukan keturunan Arab, Basysyar sejak kecil gemar mempelajari bahasa, sehingga
ia pandai menulis puisi. Ia senantiasa menghadiri majlis-majlis penyair dan ilmu bahasa Arab,
yang diadakan di masjid-mesjid maupun di pasar-pasar, yang merupakan pusat bahasa dan sastra
pada zaman itu.
2 Maman Lesmana. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: FIB Universitas Indonesia, 2010. Hlm: 88.
3 Wildana Wargadinata. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Hlm. 93.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
8
Universitas Indonesia
Pada zaman Abasiah, puisi sering digunakan sebagai alat untuk mendapatkan kedudukan dan
harta dari orang kaya atau para penguasa. Karena itu merupakan hal yang umum jika setiap penyair
pernah menulis puisi untuk memuji orang-orang kaya atau para penguasa pada zamannya. Semakin
tinggi nilai pujian itu, semakin tinggi pula kedudukan dan harta yang diberikan kepada penyair.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
BAB III
ANALISIS PUISI
3. 1. Unsur Intrinsik Puisi
b. Tema (Mana/Fikrah)
Al-Mana adalah tema yang ditampilkan dalam teks. Kadang-kadang berupa satu pikiran,
kadang-kadang berupa satu masalah, berupa satu perasaan tertentu yang dialami oleh si penulis.
Tema yang dapat diambil bisa berupa sikap dari kehidupan yang dilaluinya, yang dilihatnya, dan
yang dikhayalkannya, atau pemikiran filsafatnya yang ditulis dalam bentuk sastra, yang merupakan
campuran antara pemikiran dan perasaan, dan dipoles dengan berbagai imajinasi, bukan dalam
bentuk filsafat yang dingin dan pikiran yang berat4.
Puisi Basysyar ibn al-Burd di atas bertemakan percintaan. Sesuai dengan tema gazal yang
berarti menggambarkan kecantikan wanita, ia pun menggambarkan kekasihnya yang bernama
Abdah.
*
*
*
*
Malam tidaklah panjang, namun aku tidak dapat tidur, rasa mengantuk hilang seiring
bayangan yang menjelma
Jika aku bisikkan padanya sambutlah cintaku, dia berdiam diri tidak mengiyakan juga
menafikan
Lapangkan perasaanku oh Abdah, sadarilah aku ini manusia memiliki daging dan
darah
Di bawah pakaianku terdapat rangka yang kurus, jika engkau bersandar di atasnya,
robohlah ia.
Tema bawahan puisi tersebut ialah cinta yang tak berbalas. Bait-bait puisi di atas
menggambarkan bahwa ia sedang bercinta dengan kekasihnya Abdah. Namun, cintanya tak
berbalas dan ia merayunya dengan merendahkan dirinya sendiri.
c. Emosi (Atifah)
al-Aatifat merupakan unsur dasar dalam sastra. al-Aatifat adalah perasaan yang tumbuh
dalam diri manusia, seperti gembira, sedih, cinta, benci, sakit dan marah. al-Aatifat adalah
perasaan/emosional penulis yang terungkap dalam puisi tersebut5. al-Aatifat ada pada setiap
4 Lesmana, op. Cit. Hlm: 64.
5 Ibid, hlm: 66.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
10
Universitas Indonesia
manusia, tapi al-Aatifat seorang sastrawan lebih bergejolak dan kuat, karena seorang sastrawan
biasanya perasaannya sangat sensitive. al-Aatifat itulah yang bisa membangkitkan imajinasinya dan
menggerakan pengalaman perasaannya dan mendorongnya hingga tercipta karya sastra. Demikian
juga, al-Aatifat itulah yang mempengaruhi pandangan dan sikapnya menghadapi segala masalah.
Sastrawan memandang fenomena yang ada disekelilingnya melalui perasaannya. Ia
menggambarkan segala sesuatu sebagaimana yang ia rasakan secara mendalam. Ketika perasaan
sedihnya menguasainya, maka ia memandang sekelilingnya dengan pesimis dan pahit. Ketika
perasaan senang meliputi dirinya, ia memandang segala sesuatu dengan gembira. Perasaan/emosi
yang terkandung dalam contoh puisi di atas yaitu mengandung perasaan cinta yang sangat
mendalam terhadap seorang kekasih sehingga merayunya dengan bait puisi dan menggambarkan
dirinya sangat lemah. Dalam dialog Basysyar dangan sang kekasih tidak ditemukan kata-kata yang
menunjukkan emosi adanya kekaguman yang seimbang dan berbalas.
d. Bahr
Dari sisi arudiyyah, puisi Gazal karya Basysyar ibn al-Burd di atas bahrnya berbentuk
Bahr al-Khafiif. Pola dari bahr ini yaitu :
0/0/// 0//0// 0/0//0/ 0/0/// 0//0/0/ 0/0//0/
Jika diambil contoh satu bait dari puisi tersebut maka penilisan dalam al-Kitaabat al-Arudiyyahnya
akan terlihat sebagai berikut:
Kemudian diubah penulisannya kedalam al-Kitaabat al-Isyaarat (ar-Rumuuz) menjadi:
0/// 0/0//0/ 0/0/// 0//0/0/ 0//0/0/ /0//0/
Dan bait keempat puisi tersebut dalam al-Kitaabat al-Arudiyyahnya akan terlihat sebagai berikut:
Kemudian diubah penulisannya kedalam al-Kitaabat al-Isyaarat (ar-Rumuuz) menjadi:
//0/0/ 0/0//0/ /0//0/ 0//0/ 0/0/0/ 0/0//0/
Berdasarkan ilustrasi diatas kita perhatikan bahwa terdapat kesamaan pola antara puisi Basysyar ibn
al-Burd dengan pola bahr al-Khafiif. Puisi di atas terlihat jelas terdiri dari enam tafiilat sehingga
cara yang digunakan dalam penulisan puisi ini berupa Bahr al-Khafiif yang Taam (lengkap). Hanya
saja dalam beberapa bait berikutnya mungkin terdapat pengurangan dan penambahan huruf (Zihaaf
dan illat).
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
11
Universitas Indonesia
e. Imajinasi (Khayal)
Imajinasi adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk menggunakan
kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa. Imajinasi merupakan unsur dasar dalam sastra,
karena berkat imajinasinya yang kuat dan sistematislah para sastrawan dapat membuat karya sastra.
Kalau karya sastranya berupa cerita atau drama, dengan imajinasinya, pengarang menggambarkan
peristiwa-peristiwanya, dan menggerakannya dalam alur tertentu, menggambarkan tokoh-tokoh
dengan masing-masing sifatnya, serta dialog-dialog yang sesuai. Kalau karya sastranya berupa
puisi, dengan imajinasinya, pengarang membuat imaji-imajinya6. Pada contoh puisi di atas,
imajinasi si penyair sangatlah bagus. Ia merayu kekasihnya dengan merendahkan dirinya sendiri.
Seperti kata-kata di bawah ini:
*
*
*
*
Malam tidaklah panjang, namun aku tidak dapat tidur, rasa mengantuk hilang seiring
bayangan yang menjelma
Jika aku bisikkan padanya sambutlah cintaku, dia berdiam diri tidak mengiyakan juga
menafikan
Lapangkan perasaanku oh Abdah, sadarilah aku ini manusia memiliki daging dan
darah
Di bawah pakaianku terdapat rangka yang kurus, jika engkau bersandar di atasnya,
robohlah ia.
Dalam bait pertama ia menggambarkan bahwa malamnya terasa begitu panjang karena ia
tidak bisa tidur mengingat penderitaannya menjelma menjadi bayangan karena cintanya terhadap
Abdah tak terbalas.
Puisinya merupakan ungkapan dialog cinta yang terjadi antara dia dan wanita yang
dirindukannya, Abdah. Ia mengungkapkan bahwa ia pernah berbuat dosa dengan kekasihnya
dengan perumpamaan.
Puisinya juga mengungkapkan seolah-olah dialog Basysyar itu diucapkan oleh dua orang di
atas ranjang, pria-wanita sedang bercinta secara terang-terangan dan Basysyar tidak berusaha
menutupinya agar orang yang mendengarnya menjadi geram dan panas telinganya.
6 Ibid, hlm: 69.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
12
Universitas Indonesia
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu cara penyair dalam mengungkapkan pikiran dan imajinasinya melalui
kata-kata. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi di atas berupa perumpamaan. Dan makna
perumpaan puisi tersebut ialah:
Basysyar memiliki tubuh yang kurus langsing.
Sedang kekasihnya, Abdah, tubuhnya gemuk.
Basysyar yang bertubuh kurus itu dapat merasakan segala yang menghinggapinya, termasuk
pengaruh-pengaruh/sentuhan-sentuhan luar.
3. 1. Unsur Ekstrinsik Puisi
a. Sebab Pembuatan Puisi dan Hubungan dengan Masyarakat
Basysyar adalah orang yang tidak terlalu berpegang kepada agama atau longgar terhadap
ajaran agama, bahkan terkadang ia tidak menghiraukan ajaran agama. Ia juga tidak peduli
mencemooh orang lain atau menyinggung perasaan orang lain dan ia merasa tidak akan ada yang
memarahinya atas perlakuannya tersebut karena dia seorang tuna netra. Ia banyak mengeluarkan
puisi gazal, diantaranya ada yang sopan namun sebagian besar sangat seronok atau tidak sopan
sehingga membuat orang-orang, terutama yang kuat agama, mengadu kepada khalifah. Khalifah al-
Mahdi sempat melarang Basysyar untuk mengeluarkan puisi gazal yang terbuka namun ia tidak
menurutinya sepenuhnya, dan malah mencari jalan untuk tidak dimarahi.
Banyak wanita yang dipuja oleh Basysyar dalam puisinya, diantaranya Abdah atau
Ubayyah, Khasab, Safra, Hamdah, Khalidah.
Salah satu keistimewaan tema puisi Abbasiyah adalah Basysyar membawa satu pendekatan
baru dalam tema gazal, yaitu keindahan yang dinikmati melalui indra pendengaran, bukan dengan
mata. Ini selaras dengan keadaannya yang tidak dapat melihat kecantikan karena matanya buta.
b. Biografi Penulis
Nama asli Basysyar ibn al-Burd adalah Basysyar ibn Burd ibn Yarjukh. Ia dilahirkan di kota
Basrah pada tahun 91 H dan meninggal pada tahun 167 H. Ia merupakan penyair Mukhadram
yang sempat hidup dalam dua zaman yaitu zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Namun
kemahirannya dalam bidang puisi terlihat pada zaman Bani Abbasiyah.
Penglihatan Basysyar telah hilang sejak kecil dan ia dibesarkan oleh keluarga miskin.
Ayahnya bekerja sebagai pembuat batu bata. Basysyar memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu
Bisyr dan Basyir. Keduanya cacat dan bekerja sebagai penjual daging. Basysyar bukan keturunan
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
13
Universitas Indonesia
Arab, ayahnya merupakan keturunan Parsi dan ibunya keturunan Romawi. Meskipun begitu,
Basysyar mahir dan menguasai bahasa Arab karena ia dididik dan dibesarkan di kalangan suku
Arab Bani Uqayl yang terkenal dengna keunggulan bahasanya. Selain itu, ia juga banyak
menghabiskan waktu di daerah pedalaman (badiyah) bercampur dengan orang-orang dusun serta
menghadiri majelis-majelis ilmu dan sastra di masjid Basrah atau di pasar Mirbad yang merupakan
pusat kegiatan bahasa dan sastra pada saat itu.
Kemampuannya dalam bahasa Arab, membuat Basysyar mampu berpuisi sejak usia 10
tahun. Akan tetapi, kecacatan yang dimilikinya serta latar belakang keluarganya membuat dia
menjadi penyair yang ditakuti karena kelancangan lidahnya dan pedas kata-katanya. Ia suka
mengecam dan menyindir orang yang tidak disukainya. Justru tema itulah yang mula-mula
diabadikan dalam puisinya yaitu tema kecaman. Selain itu, kecacatannya juga menyebabkan ia
menjadi seorang yang kurnag sopan dengan tingkah lakunya yang suka mengusik wanita, terutama
melalu puisinya yang bertema ghazal. Banyak orang yang mengadukan kelancangan lidahnya
kepada ayahnya, namun Basysyar membacakan ayat Al-Quran yang artinya: tidak ada larangan
(dosa) bagi orang buta.7
7 Surat an-Nur, ayat 61.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
BAB IV
KESIMPULAN
Puisi Gazal karya Basysyar ibn al-Burd merupakan ungkapan dan cermin dialog cinta yang
terjadi antara dia dan wanita yang dirindukannya pernah berbuat dosa antara keduanya. Dengan itu
dia merasa sukses dan memang sesuai dengan keinginannya.
Dalam dialog Basysyar dengan sang kekasih tidak ditemukan kata-kata yang menunjukkan
adanya kekaguman yang seimbang dan berbalas antara dua insan yang sedang berkasih tersebut.
Seolah-olah, dialog Basysyar itu diucapkan oleh dua orang yang sedang bercinta di atas
ranjang, tidak jelas apakah mereka suami-isteri atau pezina, namun lebih kepada pria-wanita sedang
bercinta secara terang-terangan daripada tanpa ada usaha menutup-nutupinya, agar orang yang
mendengarnya menjadi geram dan panas telinganya.
Puisi gazal Basysyar dipengaruhi oleh berbagai, faktor: intern dan ekstern, fisik dan
psikologisnya yang merupakan seorang tuna netra.
Basysyar tidak sedikitpun terpesona dengan kecantikan, dia-pun seolah-olah tidak
merasakannya dan tak mau melihat siapa gerangan yang telah menyentuhnya. Oleh sebab itu, tidak
ada bedanya antara sentuhan wanita priyayi, cantik, budak hitam yang hina, yang penting bisa
membawa nikmat lain jenis, dan ia dapat menikmati wanita tersebut dan melampiaskan hasratnya.
Basysyar menggambarkan seolah-olah dirinyalah yang terusir dari wanita, bukan wanita
yang terusir darinya.
Basysyar pembuat puisi ghazal untuk merayu dirinya dirinya sebagai ganti daripada merayu
orang-orang yang dirindukannya.
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013
-
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Wargadinata, H. Wildana, Lc., M.Ag. dan Laily Fitriani, M.Pd,. Sastra Arab dan Lintas Budaya.
Malang: UIN Press, 2008.
Al-Tarim, Ali dan Musthafa Amin. Terjemahan Balaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011.
Khalid, Osman Haji. Kasusteraan Arab Zaman Abbasiah, andalun, dan Zaman Modern. Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1997.
Lesmana, Maman. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: FIB Universitas Indonesia, 2010.
INTERNET
http://bahrudinonline.netne.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=71 21
November 2011 pk.13.30
Analisis puisi ..., Muhammad, FIB UI, 2013