Sap Difteri Gabung Kurang Dapus
-
Upload
dwi-kristina -
Category
Documents
-
view
23 -
download
10
description
Transcript of Sap Difteri Gabung Kurang Dapus
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT DIFTERI
DI RT 1, 2, 3 / RW 4, Kelurahan Kedung Kandang
Malang
Oleh:
Kelompok 6 - Profesi PSIK A 2010
1. M. Choirul Anam105070200111046
2. Hendra Dwi Cahyono105070201111016
3. Stefani Yunita S.105070201111012
4. Arinta Novia H.105070207111005
5. Monika Sinta D.105070200111030
6. Marifatul Kisabana105070201111004
7. Dini Widya A105070200111006
8. Fitri Ayuning U105070200111039
9. Ana Istiqomah105070207111003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Difteri merupakan penyakit akut yang mengancam nyawa yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae. Difteri sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat sumbatan di daerah tenggorokan. Penularan penyakit ini sangat cepat melalui udara dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja, namun juga kaerier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang- orang di sekitarnya, sehingga penanganannya disesuaikan dengan usia penderita. Hal tersebut menimbulkan risiko penularan penyakit difteri ini dapat cukup cepat di lingkungan masyarakat dan risiko komplikasi dari penyakit ini juga membahayakan kondisi kesehatan tubuh, Gejala difteri diawali dengan adanya nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan daerah tenggorokan tampak membran putih keabu-abuan disekitarnya sering terjadi (Ditjen P2PL Depkes, 2003. Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit difteri dan kematian akibat penyakit ini adalah dengan megimunisasikan anak dan berperilaku hidup bersih dan sehat).
Kejadian luar biasa yang terjadi di Jawa Timur dan secara sporadik di daerah lain (Pontianak dan Banjarmasin) merupakan indikator bahwa program imunisasi nasional tidak mencapai sasaran. Pada pengakjian yang dilakukan pada RT 1, 2 dan 3 di RW 04 Kelurahan Kedung Kandang, daerah ini sedang terjadi KLB difteri. Didapatkan data bahwa ada 3% dari 67 responden anak terdapat bercak putih di tenggorokan. Didapatkan juga data bahwa 5 responden (7%) dari 67 anak tidak dilakukan imunisasi. Sebanyak 20% 33% warga tidak memiliki tempat sampah dalam rumah. 20% warga memiliki sistem ventilasi yang buruk, 25% warga memiliki pencahayaan yang kurang serta 33% warga tidak memiliki tempat sampah dalam rumah. Dimana perilaku hidup bersih dan sehat juga memberikan andil dalam penyebaran penyakit difteri. Oleh sebab itu penting bagi masyarakat RT 1,2 dan 3 RW 04 Kelurahan Kedung Kandang untuk mengetahui tentang penyakit difteri lebih awal sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan yang tepat.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami materi tentang Penyakit Difteri.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan peserta mampu melakukan:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian Penyakit Difteri.
2. Peserta mampu menjelaskan etiologi Penyakit Difteri.
3. Peserta mampu menjelaskan faktor risiko Penyakit Difteri.
4. Peserta mampu menjelaskan manifestasi klinis Penyakit Difteri.
5. Peserta mampu menjelaskan pemeriksaan awal pada pasien Difteri
6. Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan Penyakit Difteri.
7. Peserta mampu menjelaskan cara deteksi dini dan pencegahan Penyakit Difteri.
C. SUB POKOK BAHASAN
Adapun sub pokok bahasan yang akan dibahas pada kegiatan penyuluhan, antara lain:
a. Pengertian Penyakit Difteri
b. Etiologi Penyakit Difteri
c. Faktor risiko Penyakit Difteri
d. Manifestasi Klinis Penyakit Difteri
e. Penatalaksanaan Penyakit Difteri
f. Deteksi dini Penyakit Difteri
g. Pencegahan penularan Difteri
D. RENCANA KEGIATAN
1. Ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab
2. Media dan alat bantu
a. LCD
b. Leaflet
3. Waktu dan tempat
a. Waktu: - (Terlampir)
b. Pukul: - (Terlampir)
c. Tempat: - (Terlampir)
4. Materi: Penyakit Difteri
5. Peserta: Warga RT 1, 2, 3
6. Kegiatan Penyuluhan : (lihat tabel 1)
7. Materi
a. (terlampir)
Tabel 1. Kegiatan penyuluhan
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Metode
Media
Pembukaan
5 menit
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
3. Menggali pengetahuan tentang Penyakit Difteri
4. Melakukan kontrak waktu dengan peserta
5. Melakukan kontrak bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji
Ceramah
-
Pelaksanaan
15 menit
1. Menjelaskan pengertian Penyakit Difteri
2. Menjelaskan etiologi Penyakit Difteri
3. Menjelaskan faktor risiko Penyakit Difteri
4. Menjelaskan manifestasi klinis Penyakit Difteri
5. Menjelaskan penatalaksanaan Penyakit Difteri
6. Menjelaskan deteksi dini Difteri
7. Menjelaskan pencegahan penularan pasien dengan Penyakit Difteri
8. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau berdiskusi tentang materi yang telah disampaikan
1. Mendengarkan dan memperhatikan
2. Mengajukan pertanyaan bila kurang mengerti
Ceramah
dan
tanya jawab
LCD
Penutup
10 menit
1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
2. Menyimpulkan tentang materi yang telah disampaikan
3. Menutup dan mengucapkan salam
1. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan
2. Menjawab salam
Ceramah
E. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan
Kesiapan peserta penyuluhan meliputi kesiapan menerima penyuluhan
b. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan
Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum kegiatan selesai
Peserta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan penyuluh
Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan suasana yang rileks.
c. Evaluasi Hasil
Sebanyak 70% peserta didik dapat menjawab benar pertanyaan post test terkait Penyakit Difteri dengan nilai benar minimal 75%.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Materi
Penyakit Difteri
A. Pengertian
Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh bakteri seperti Corynebacterium diphteriae dan Corynebacterium ulcerans melalui udara atau benda yang terkontaminasi sehingga menyebabkan seseorang sakit terutama pada saluran pernapasan bagian atas dengan tanda khas bercak putih (pseudomembran), bisa juga menyerang kulit yang terluka (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007; Infeksi dan Tropis Pediatrik IDAI, 2008; Acang, 2008).
B. Etiologi
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dan Corynebacterium ulcerans (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007; Infeksi dan Tropis Pediatrik IDAI, 2008; Acang, 2008). Bakteri ini ditularkan secara droplet, yaitu:
Dari batuk penderita atau
Benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri.
Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 600C selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
C. Faktor Risiko
Kerentanan terhadap infeksi tergantung pernah terpapar difteri sebelumnya dan kekebalan tubuh rendah. Beberapa faktor lain yang mempermudah terinfeksi difteri :
a. Cakupan imunisasi kurang, yaitu pada bayi yang tidak mendapat imunisasi DPT secara lengkap. Berdasarkan penelitian bahwa anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang tidak lengkap beresiko menderita difteri 46 kali lebih besar daripada anak yang status imunisasi DPT dan DT lengkap.
b. Kualitas vaksin tidak bagus, artinya pada saat proses pemberian vaksinasi kurang menjaga Coldcain secara sempurna sehingga mempengaruhi kualitas vaksin.
c. Faktor lingkungan tidak sehat, artinya lingkungan yang buruk dengan sanitas yang rendah dapat menunjang terjadinya penyakit difteri. Letak rumah yang berdekatan sangat mudah menyebarkan penyakit difteri bila ada sumber penular.
d. Tingkat pengetahuan ibu rendah, dimana pengetahuan akan pentingnya imunisasi rendah dan kurang bisa mengenali secara dini gejala penyakit difteri.
e. Akses pelayanan kesehatan kurang, dimana hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan imunisasi di beberapa daerah tertentu.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis penyakit difteri ini yang umum terjadi pada masa awal infeksi (Ditjen P2PL Depkes,2003), adalah:
Panas lebih dari 38 C hingga kadang menggigil
Ada bercak putih (pseudomembrane) bisa di faring, laring atau tonsil
Nyeri tenggorokan ringan hingga sakit waktu menelan
Pilek
Sakit kepala
Mual muntah
Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher.
Tampak lemah
Pada kondisi gejala semakin parah bisa disertai sesak nafas dan suara nafas tambahan seperti menggorok.
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, otak, atau ginjal hingga menyebabkan kematian.
Difteria kulit, difteria vulvovaginal, diftera konjungtiva dan difteri telinga merupakan tipe difteri yang tidak lazim. Difteri kulit berupa tukak di kulit, tetapi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Difteri pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dan sekret purulen dan berbau.
E. Pemeriksaan Penunjang dan Deteksi Dini
Tidak semua gejala-gejala klinik ini tampak jelas, maka setiap anak panas yang sakit waktu menelan harus diperiksa faring dan tonsilnya apakah ada psedomembrane. Jika pada tonsil tampak membran putih keabu-abuan disekitarnya, walaupun tidak khas rupanya, sebaiknya diambil sediaan (spesimen) berupa apusan tenggorokan (throat swab) untuk pemeriksaan laboratorium.
F. Penatalaksanaan
Secara umum, tujuan penatalaksanaan difteri adalah mencegah terjadinya komplikasi, mempertahankan atau memperbaiki keadaan umum dan mengatasi gejala dan akibat yang timbul. Jenis tindakan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Perawatan tirah baring selama 2 minggu dalam ruang isolasi.
2. Jamin intake cairan dan makanan. Bentuk makanan disesuaikan dengan toleransi, untuk hal ini dapat diberikan makanan lunak, saring/cair, bilaperlu sonde lambung jika ada kesukaranmenelan (terutama pada paralysisis palatum molle dan otot-otot faring).
3. Jamin kemudahan defekasi. Jika perlu berikan obat-obat pembantu defekasi (klisma, laksansia, stool softener) untuk mencegah mengedan berlebihan.
4. Bila anak gelisah beri sedative: diazepam/luminal
5. Pemberian antitusif untukmengurangi batuk (difteri laring)
6. Aspirasi sekret secara periodic terutama untuk difteri laring.
7. Bila ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas:
a. Berikan Oksigen
b. Trakeostomi, yang mana disesuaikan dengan tingkat dispneu laryngeal menurut Jackson, yaitu:
Penderita tenang dengan cekungan ringal suprasternal
Retraksi suprasternal lebih dalam + cekungan epigastrium dan penderita gelisah
Retraksi supra dan infrasternal, penderita gelisah
Penderita sangat gelisah, ketakutan, muka pucat kelabu dan akan kehabisan tenaga, lalu tampak seolah-olah tenang, tertidur dan akhirnya meninggal karena asfiksia
Trakeostomi hanya diindikasikan pada tingkat II dan III.
Secara spesifik penatalaksanaan difteri bertujuan untuk menetralisir toksin, eradikasi kuman, dan menanggulangi infeksi sekunder.Jenis tindakan penatalaksanaan difteri secara spesifik ada 3 jenis pengobatan, yaitu:
1. Serum Anti Difteri (SAD)
Dosis diberikan berdasar atas luasnya membrane dan beratnya penyakit.
a. 40.000 IU untuk difteri sedang, yakni luas membran menutupi sebagian/seluruh tonsil secara unilateral/bilateral.
b. 80.000 IU untuk difteri berat, yakni luas membran menutupi hingga melewati tonsil, meluas ke uvula, palatum molle dan dinding faring.
c. 120.000 IU untuk difteri sangat berat, yakni ada bull neck, kombinasi difteri laring dan faring. Komplikasi berupa miokarditis, kolaps sirkulasi dan kasus lanjut.
2. Antibiotik
a. Penicillin prokain 100.000 IU/kgBB selama 10 hari. Maksimal 3 gram/hari.
b. Eritromisin (bila alergi PP) 50 mg/kg BB secara oral 3-4 kali/hari selama 10 hari.
3. Kortikosteroid
Indikasi untuk difteri berat dan sangat berat (membran luas, komplikasi bull neck)
a. Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 3 minggu.
b. Dexamethazon 0,5-1 mg/kgBB/hari seca IV (terutama untuk toksemia)
G. Pencegahan Penularan
Setiap orang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan juga pada kekebalan tubuh. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan kekebalan pasif tetapi tak akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis sama sekali. Kekebalan tubuh juga bias didapat secara aktif melalui imunisasi. Upaya pencegahan timbulnya dan penularan difteri, antara lain:
Kebersihan Lingkungan
Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan meningkatkan kekebalan tubuh anak.
Imunisasi DPT
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu atau dua bulan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberi obat penurun panas. Seorang anak yang telah mendapat imunisasi difteria lengkap, mempunyai antibodi terhadap toksin difteria tetapi tidak mempunyai antibodi terhadap organismenya.
Pengobatan Profilaksis
Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria diperuntukkan untuk karier (pembawa) difteri yang tampak sehat. Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif (mungkin penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus diiakukan hapusan tenggorok. Jika ternyata ditemukan C. diphtheriae, penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
Hati-hati dalam menggunakan benda yang berisiko terkontaminasi bakteri
Etika batuk
Pasien yang batuk diinstruksikan untuk memalingkan kepala dan menutup mulut /hidung dengan tisu. Kalau tidak memiliki tisu maka mulut dan hidung ditutup dengan tangan atau pangkal lengan. Sesudah batuk, tangan dibersihkan, dan tisu dibuang pada tempat sampah yang khusus disediakan untuk ini.
Lampiran
PRE-POST TEST DIFTERI
1. Faktor risiko dari difteri yang benar, kecuali .
a. Cakupan imunisasi kurang
b. Kondisi lingkungan tidak sehat
c. Imunisasi sesuai usia
d. Kekebalan tubuh anak rendah
2. Tanda dan gejala dari munculnya difteri, kecuali .
a. Bercak putih di area mulut, sukar menelan
b. Panas, batuk, pilek, demam
c. Buang air besar berkali-kali
d. Pembengkakkan di leher
3. Apa saja upaya pencegahan munculnya dan menularnya difteri .
a. Batuk sekuat-kuatnya tanpa ditutup
b. Mencari pembawa (karier difteri) untuk diberi profilaksis atau peng-obatan
c. Alat makan digunakan bergantian
d. Memberikan imunisasi DPT segera setelah bayi lahir
4. Kapan imunisasi DPT pada bayi dilakukan .
a. 9 bulan
b. 2 bulan
c. 4 bulan
d. 6 bulan