Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

26
Komunikasi dalam organisasi bisnis Menurut Wiryanto di dalam buku karangan Khomsahrial Romli tahun 2011 menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara individual. (Romli, 2011: 2). Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah, fungsi relasional, fungsi manajemen ambigu (Romli, 2011: 2-3). 1. Fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut. 2. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. 3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan 1

Transcript of Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Page 1: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Komunikasi dalam organisasi bisnis

Menurut Wiryanto di dalam buku karangan Khomsahrial Romli tahun 2011

menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai

pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.

Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya

berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,

produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Komunikasi

informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada

organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara individual. (Romli, 2011: 2).

Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga komunikasi

organisasi sebagai berikut: fungsi perintah, fungsi relasional, fungsi manajemen ambigu

(Romli, 2011: 2-3).

1. Fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota organisasi mempunyai hak dan

kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah.

Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang

bergantung dalam organisasi tersebut.

2. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota

menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota

organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job

performance) dalam berbagai cara.

3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering

dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi

dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota

berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi

baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.

Menurut M.Kh. Rahman dari enam elemen penting organisasi yaitu :

1. Ukuran organisasi (size)

2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions)

3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and duration)

4. Kondisi sumber daya (input of resources)

5. Komunikasi (communication)

1

Page 2: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

6. Target hasil (output of organization)

komunikasi dipandang sebagai sentral elemen-elemen lainnya dalam kegiatan manajemen

organisasi. Alasan pertama, komunikasi memiliki fungsi untuk mempertemukan antara

tujuan organisasi dengan terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk

mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina hubungan antar

anggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban kerja) organisasi. Untuk itu,

kemampuan komunikasi yang efektif menjadi hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang

pelaku organisasi.

Keberhasilan komunikasi dalam suatu organisasi bisnis merupakan aset penting bagi

pencapaian sasaran atau tujuan organisasi tersebut. Keberhasilan komunikasi yang

tercermin dalam efektifitas dan efisiennya merupakan alat perekat organisasi, yang juga

mempegaruhi nama baik (goodwill) organisasi yang bersangkutan.

Melalui proses komunikasi anggota organiaasi dapat saling bertukar informasi

dengan menggunakan suatu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan. Dalam

organisasi komunikasi mempunyai dua fungsi penting yaitu :

1. Dengan komunikasi memungkinkan pertukaran informasi

2. Dengan komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi

dengan anggota lainnya

Berbagai bentuk pertukaran informasi dapat dilaksanakan seperti :

Menetapkan tujuan

Membuat dan mekasanakan keputusan

Mengukur hasil

Merekrut dan mengembangkan staf

Berurusan dengan konsumen

Melakukan negoisasi dengan pemasok dan pemberi pijaman

Memproduksi produk

Berinteraksi dengan peraturan yang ada

2

Page 3: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

POLA KOMUNIKASI

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak

untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan

organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin

pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk perusahaan besar yang memiliki ribuan

karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup

rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi

merupakan suatu keharusan. Secara umum pola komunikasi dikelompokkan menjadi

saluran komunikasi formal dan nonformal.

1. Saluran Komunikasi Formal

Ciri  saluran komunikasi formal yang khas, sebagaimana dikatakan oleh Shibutani (1966),

adalah bahwa saluran itu berfungsi sebagai standar bagi semua laporan yang datang dari

semua sumber agar dapat diperiksa kebenarannya. Ciri kedua adalah dalam saluran

(formal) itu sumber pesan dapat dikenali, dan tentunya dapat dipercaya. Seperti yang

dikatakan Lang dan Lang (1968 : 60), “Para redaksi dan komentator tidak dapat melepaskan

diri dari tanggung jawab melakukan evaluasi berita-berita yang disampaikan.” Jadi, informasi

yang disampaikan itu memiliki “jaminan dari seluruh organisasi berita, yang selalu harus

menghadapi tuntutan salah langkah”.

Saluran komunikasi formal adalah saluran yang terorganisasi dengan baik. Seperti lembaga

sosial lainnya, saluran komunikasi formal bercirikan aturan-aturan yang stabil, pejabatnya

melakukan pekerjaan yang benar-benar jelas, aturan pekerjaannya disusun dengan baik

dan dapat diikuti oleh orang yang berbeda-beda, dan adanya sanksi yang jelas. Dalam

organisasi itu ada ukuran penerimaan, jalur pengiriman yang terencana, prosedur verifikasi,

dan kode etik perilaku. Karena peserta dalam organisasi itu dapat dikenali maka mereka

secara pribadi dapat dipercaya dalam pekerjaannya.

Kepastian tanggungjawab, pertimbangan kebanggaan pribadi, dan perhatian kepada

reputasi individu dalam organisasi cenderung untuk meningkatkan pemenuhan kegemaran

pribadi melalui jalur komunikasi yang akurat (Shibutani 1966: 21)

Saluran formal juga disebut sebagai saluran yang melembaga. Sifat saluran komunikasi

formal beragam sesuai dengan jenis masyarakat di mana saluran itu berada. Pandangan ini

dinyatakan dalam skema di atas, yang membandingkan saluran formal dalam masyarakat

massa dan masyarakat tradisional. Dikutip dari Daniel Lerner, 1960.

3

Page 4: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau

kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewnangnya.

Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan

ataupun dari para manajer kepada karyawannya, pola transformasinya dapat berbentuk

downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal

communication.

Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan,

dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu

organisasi. Menurut Katz dan Kahn, ada lima tujuan pokok yaitu :

1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja

2. Memberin informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan

3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional

4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan

5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi

menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu kelemahan saluran komunuikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan

informasi atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan.

Untuk komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses

pengambilan keputusan akans angat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara

untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini para manajer harus memiliki rasa

percaya kepada para bawahannya.

Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang

memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan saluran

komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi

kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer

suka melakukan tukar menukar informasi dengan paratemanya yang berbeda departemen

terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.

Sementara untuk komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua level (tingkat)

organisasi yang berbeda. Jenis ini mempunyai keuntungan yaitu :

1. Penyebaran informasi bisa lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi

tradisional/konservatif

4

Page 5: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

2. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu

menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Tapi jenis saluran ini mempunyai kelemahan yaitu dapat mengganggu jalur komunikasi yang

rutin dan telah berjalan normal dalam suatu organisasi. Di samping itu komunikasi diagonal

dalam organisasi yang berskala besar sulit dikendalikan secara efektif.

Pola saluran komunikasi formal ini sangat penting bagi organisasi namun bila proses

pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering

menbuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk

masuk ke dalam proses penmgambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus

dimasuki/dilewati sebelum langsung ke pengambil keputusan. Dari sisi perusahaan

kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih

tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu

kemungkinan munculnya kesalah pahaman.

2. Saluran Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik

secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa.

Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali

kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya

lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Beberapa ketrampilan komunikasi khusus yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis

adalah :

Membaca

Mendengarkan

Membuat atau melakukan percakapan yang manarik

Melakukan wawancara

Berhubungan dengan kelompok-kelompok kecil

Berpidato dan melakukan presentase

Menulis surat, memo dan laporan

5

Page 6: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih

menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta

komunikasi yang berbeda kebudayaan.

Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya

sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam

tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.

Banyak pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku

komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan sebagai berikut:

1. Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial

dan fisik terhadap pembentukan persepsi

2. Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan

cara berpikir.

3. Sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas,

tujuantujuan institusionalisasi; dan

4. Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi

karakter atau watak bangsa.

PERBEDAAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DENGAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA,

KOMUNIKASI TRANSRASIAL DAN KOMUNIKASI INTERNASIONAL.

Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi

antarpribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi

antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya. Aspek utama dari

komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan

komunikan yang kebudayaannya berbeda. Dari gambar satu di atas terlihat bahwa

komunikasi antar budaya merupakan komunikasi antar pribadi dari kebudayaan yang

berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam satu bangsa atau antar bangsa

yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.

Selanjutnya untuk menghindari ketumpangtindihan yang sering terjadi maka selanjutnya kita

akan membicarakan kajian komunikasi internasional. Komunikasi internasional merupakan

komunikasi yang bersifat interaktif yang menggunakan media. Objek formal komunikasi

internasional senantiasa berhubungan dengan media massa yang dianggap sebagai agen

penyebaran berita-berita internasional dari media “sumber” di satu negara kepada

“penerima” di negara lain.

6

Page 7: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Komunikasi internasional pada umumnya melibatkan dua atau lebih negara di mana produk

komunikasi massa disebarkan melintasi batas negara melalui struktur jaringan komunikasi

tertentu.Secara lebih spesifik, studi-studi komunikasi internasional dapat dikategorikan atas

pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:

1. Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun,

liputan internasional pada bangsa atau negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup

dunia, disamping antar wilayah.

2. Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui satu

medium atau multi media.

3. Pendekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji satu peristiwa lewat medium.

4. Pendekatan ideologis (ideological approach), yang membandingkan sistem persantar

bangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.

Selanjutnya kita akan membicarakan tentang komunikasi transrasial. Transrasial berarti

melintasi batas rasial. Dalam antropologi, konsep transrasial ini sama dengan konsep antar

etnik. Smith (1973) mengatakan bahwa kelompok etnik adalah sekelompok orang yang

dipersatukan oleh kesamaan warisan sejarah, kebudayaan, aspirasi, cita-cita dan harapan,

tujuan, bahkan kecemasan dan ketakutan yang sama. Komunikasi transrasial dilakukan

antara dua orang yang berbeda etnik/ras. Dimana masing-masing inisiator mengirimkan

pesan melintasi suatu “ambang” batas simbol-simbol yang dapat dipahami bersama.

Komunikasi transrasial sebenarnya memiliki kemiripan dengan komunikasi lintas budaya,

hanya saja dalam komunikasi transrasial lebih diarahkan pada proses komunikasi

internasional yang meliputi komunikasi diantara mereka yang berbeda etnik dan ras.

Komunikasi transrasial bisa berbentuk diadic dan bisa juga berbentuk komunikasi massa.

Ada empat kategorisasi komunikasi transrasial “diadic” yang didasarkan pada:

1) Kesamaan kodifikasi, yang meliputi proses pembakuan kode-kode komunikasi/simbol

dan “sign” yang tumpang tindih

2) Kedekatan pengirim dan penerima

3) Masalah perspektif; dan

4) Keterampilan umum berkomunikasi.

7

Page 8: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

MEMAHAMI DAN MENDEFINISIKAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA

Komunikasi lintas budaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan

penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya yang lain. Oleh karena itu, sebelum

membicarakan Komunikasi Lintas Budaya lebih lanjut kita akan membahas konsep

komunikasi dan budaya dan hubungan diantara keduanya terlebih dahulu.

Pembicaraan tentang komunikasi akan diawali dengan asumsi bahwa komunikasi

berhubungan dengan kebutuhan manusia dan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan

manusia-manusia lainnya. Kebutuhan berhubungan sosial ini terpenuhi melalui pertukaran

pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang

tanpa berkomunikasi akan terisolasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian

pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Dan proses berkomunikasi itu

merupakan sesuatu yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh seseorang karena setiap

perilaku seseorang memiliki potensi komunikasi. Proses komunikasi melibatkan unsur-unsur

sumber (komunikator), Pesan, media, penerima dan efek. Disamping itu proses komunikasi

juga merupakan sebuah proses yang sifatnya dinamik, terus berlangsung dan selalu

berubah, dan interaktif, yaitu terjadi antara sumber dan penerima.Proses komunikasi juga

terjadi dalam konteks fisik dan konteks sosial, karena komunikasi bersifat interaktif sehingga

tidak mungkin proses komunikasi terjadi dalam kondisi terisolasi. Konteks fisik dan konteks

sosial inilah yang kemudian merefleksikan bagaimana seseorang hidup dan berinteraksi

dengan orang lainnya sehingga terciptalah pola-pola interaksi dalam masyarakat yang

kemudian berkembang menjadi suatu budaya. Adapun budaya itu sendiri berkenaan dengan

cara hidup manusia. Bahasa, persahabatan,kebiasaan makan, praktek komunikasi,

tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi semuanya

didasarkan pada pola-pola budaya yang ada di masyarakat.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya

didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna,

hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi

dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha

individu dan kelompok.(Mulyana, 1996:18)

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan satu sama lain, karena budaya tidak hanya

menentukan siapa bicara dengan siap, tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan,

makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan

8

Page 9: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

dan menafsirkan pesan. Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya

beraneka ragam maka beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi yang berkembang.

MEMAHAMI PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu

yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lainnya.

– budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian seharusnya budaya menjadi

salah satu faktor pemersatu. Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau

lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis

mereka. Individu-individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang

dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat

dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan

dan penanaman budaya ini pada dirinya. Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau

menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran” cultural atau bertentangan dengan

kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang seringkali merupakan landasan bagi prasangka

yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan untuk berubah ketika

gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi tantangan.

Setiap budaya memberi identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika kita ingin

lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya

tersebut paling tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing

budaya tersebut yang antara lain terlihat pada:

♦ Komunikasi dan Bahasa

Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok

lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian pula bahasa

nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun

perwujudannya sering berbeda secara lokal.

♦ Pakaian dan Penampilan

Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang

cenderung berbeda secara kultural.

♦ Makanan dan Kebiasaan Makan

Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara

budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis

9

Page 10: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

dari perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh

wanita,dan restoran vegetarian.

♦ Waktu dan Kesadaran akan waktu

Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian

orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.

♦ Penghargaan dan Pengakuan

Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode

memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau

bentukbentuk lain penyelesaian tugas.

♦ Hubungan-Hubungan

Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi

berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan

kebijaksanaan.

♦ Nilai dan Norma

Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan norma-norma perilaku

bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai

dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak;

dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara total.

♦ Rasa Diri dan Ruang

Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh

masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya

lininya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat

seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan berubah.

♦ Proses mental dan belajar

Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya

sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-

orang berpikir dan belajar.

♦ Kepercayaan dan sikap

10

Page 11: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas

dalam agama-agama dan praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.

MAKNA PERSPEKTIF TEORITIS

Teori-teori Komunikasi Lintas Budaya merupakan teori-teori yang secara khusus

menggeneralisasi konsep komunikasi diantara komunikator dengan komunikan yang

berbeda kebudayaan, dan yang membahas pengaruh kebudayaan terhadap kegiatan

komunikasi.

DR. Alo Liliweri mengatakan bahwa paling tidak ada tiga sumber yang bisa digunakan untuk

menggeneralisasi teori komunikasi lintas budaya, yakni:

1. Teori-teori komunikasi antar budaya yang dibangun akibat perluasan teori komunikasi

yang secara khusus dirancang untuk menjelaskan komunikasi intra/antar budaya.

2. Teori-teori baru yang dibentuk dari hasil-hasil penelitian khusus dalam bidang komunikasi

antar budaya.

3. Teori-teori komunikasi antar budaya yang diperoleh dari hasil generalisasi teori ilmu lain,

termasuk proses sosial yang bersifat isomorfis.

MAKNA PERSPEKTIF SUBJEKTIF/EMIK

Pada prinsipnya dalam penelitian yang menggunakan perspektif ini maka peneliti

“menjadikan dirinya” sebagai bagian dari kebudayaan yang dia teliti, atau dengan kata lain,

peneliti bertindak sebagai partisipan penuh karena dia masuk dalam suatu struktur budaya

tertentu.(Liliweri, 2001:34)

Dalam penelitian berperspektif subjektif ini biasanya peneliti akan menolak masukan

variabel kebudayaan lain ke dalam kebudayaan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, para

peneliti yang menggunakan perspektif ini kerap kali mendapat kritik karena gambaran yang

diberikan tentang kebudayaan yang ditelitinya terlalu sedikit. Pendekatan subjektif pun

sering mengkritik peneliti yang menarik kesimpulan tentang suatu budaya tertentu

berdasarkan ukuranukuran yang berlaku pada kebudayaan lain.

MAKNA PERSPEKTIF OBJEKTIF/ETIK

Dalam penelitian yang menggunakan perspektif objektif ini seorang peneliti akan

menggunakan dua pendekatan kebudayaan yang berbeda terhadap objek tertentu.

Penggunaan perbedaan kebudayaan dilakukan untuk menunjukkan dimensi dan variabilitas

11

Page 12: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

kebudayaan dan untuk menunjukkan bahwa teori-teori komunikasi antar budaya tidak

dimaksudkan untuk meneliti perbedaan budaya.

TEORI-TEORI BERDASARKAN PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

1. Teori Komunikasi berdasarkan analisis kebudayaan implisit .

Kebudayaan implisit adalam kebudayaan immmaterial, kebudayaan yang bentuknya tidak

nampak sebagai benda namun dia “tercantum” atau “tersirat” dalam nilai dan norma budaya

suatu masyarakat, misalnya bahasa. Pendekatan kebudayaan implisit mengandung

beberapa asumsi yaitu:

1). Kebudayaan mempengaruhi skema kognitif

2). Kebudayaan mempengaruhi organisasi tujuan dan strategi tindakan

3). Kebudayaan mempengaruhi pengorganisasian skema interaksi; dan

4). Kebudayaan mempengaruhi proses komunikasi.

2. Teori Analisis Kaidah Peran.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa telah terjadi beragam variasi

penerapan prinsip-prinsip teori “kaidah peran”. Beberapa isu yang menonjol misalnya:

1). apa saja sifat dasar yang dimiliki suatu masyarakat

2). Apa yang dimaksudkan dengan kaidah peran?

3). Apa hubungan antara aktor dan kaidah persan? Apakah setiap kaidah peran mampu

menerangkan atau mengakibatkan perilaku tertentu?

3. Teori analisis Interaksi antar budaya

Ada beberapa pendektan ilmu komunikasi yang sering digunakan untuk menerangkan

interaksi antar budaya, yakni:

1). Pendekatan jaringan metateoritikal, yaitu studi tentang bagaimana derajat hubungan

antar pribadi

12

Page 13: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

2). Teori Pertukaran. Inti teori ini mengatakan bahwa hubungan antarpribadi bias diteruskan

dan dihentikan. Makin besar keuntungan yang diperoleh dari hubungan antarpribadi maka

makin besar peluang hubungan tersebut diteruskan. Sebaliknya makin kecil keuntungan

yang diperoleh, maka makin kecil peluang hubungan tersebut diteruskan.

Wood (1982) dalam Liliwer (1994) mengidentifikasi 12 karakteristik pendekatan pertukaran

tersebut:

1) Prinsip individual, 2) Komunikasi Coba-coba, 3) Komunikasi eksplorasi, 4) Komunikasi

euphoria, 5) Komunikasi yang memperbaiki, 6) komunikasi pertalian, 7) Komunikasi sebagai

pengemudi, 8) komunikasi yang membedakan, 9) Komunikasi yang disintegratif, 10)

Komunikasi yang macet, 11) Pengakhiran komunikasi, 12) Individualis.

4. Teori pengurangan tingkat kepastian

Berger (1982) menyatakan bahwa salah satu dari fungsi utama komunikasi adalah fungsi

informasi yaitu untuk mengurangi tingkat ketidakpastian komunikator dan komunikan. Setiap

individu memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi tertentu tentang pihak

lain.

Berger merekomendasikan strategi pencarian informasi sebagai berikut:

1) Mengamati pihak lain secara pasif,

2) Menyelidiki atau menelusuri pihak lain,

3) menanyakan informasi melalui pihak ketiga,

4) penanganan lingkungan kehidupan pihak lain,

5) Interogasi,

6) Membuka diri.

PERSPEKTIF TEORITIS, PENGEMBANGAN TEORI BARU

Pendekatan perspektif teoritis terhadap komunikasi lintas budaya juga bisa bersumber dari

penelitian khusus dalam bidang komunikasi lintas budaya. Teori-teori yang muncul.

13

Page 14: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Terdapat lima pendekatan dalam ilmu komunikasi yang diasumsikan dapat menerangkan

komunikasi lintas (antar) budaya. Kelima pendekatan tersebut adalah:

A1. Teori Tiple M

Menurut Mowlana (1989) ada tiga unsur penting dalam teori ini yaitu masyarakat massa,

media massa, dan budaya massa. Ketiganya berhubungan satu sama lain.

2. Model Determinisme Teknologi

Masih menurut Mowlana, dikatakan bahwa media massa yang berkaitan dengan budaya

suatu masyarakat itu sebagian besar ditentukan oleh teknologi. Apabila teori determinisme

teknologi ini dikaitkan dengan media massa dan kebudayaan, maka teori ini memiliki 2

kelemahan yaitu:

a. Teori determinisme teknologi hanya memandang satu aspek tertentu dari media yaitu

bentuk material atu teknologi sebagai karakter pokok yang berarti dan sangat menentukan.

b. Banyak pandangan teori ini yang hanya berdasarkan peristiwa historis dan pengalaman

yang dialami oleh dunia barat.

3. Teori Ekonomi Politik

Teori ini mempertanyakan hubungan antara masyarakat massa, media massa, budaya

massa sebagaimana yang ada dalam Teori M. Menurut teori ini, media massa tidak selalu

menjadi sebab atau pembentuk budaya massa, melainkan hanya bertindak sebagai saluran

penyampaian isi budaya saja.

4. Teori Cultural Studies dan Post Modernism

Perspektif ini meletakkan kerangka bagi suatu interpretasi budaya mengenai peranan

teknologi komunikasi dan sistem media yang berkembang tahun 1970-an. Hall memandang

media massa merupakan instrumen yang penting dari kapitalisme abad ke-20 yang

berfungsi memelihara hegemoni ideologi. Media massa dianggap mampu menetapkan

kerangka budaya massa.

5. Teori integratif

Teori ini memunculkan konsep dan fenomena pluralisme budaya dalam kajiannya.

14

Page 15: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

PERSPEKTIF TEORITIS, KONTRIBUSI DARI DISIPLIN LAIN

Kebudayaan dan proses atribusi, analisis faktor penghambat efektivitas komunikasi.

Hubungan kebudayaan dan proses atribusi dengan efektivitas komunikasi antarmanusia

akan dijawab melalui teori proses atribusi dan kebudayaan.

Teori atribusi dimulai dengan mempersoalkan bagaimana cara individu mengorganisir dan

memahami makna informasi dari setiap peristiwa dan tindakan tersebut sebagaimana yang

dia alami. Proses atribusi biasanya dimulai dengan tindakan individu mengamati objek

secara langsung, sehingga dia bisa mendapatkan informasi tentang objek (individu) tersebut

dan memahaminya. Freedle dalam Gundykunst (1983) menyebutkan bahwa kualitas atribusi

dipengaruhi oleh budaya atributor.

BEBERAPA ASPEK TERAPAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Dalam kajian ilmu komunikasi, yang dimaksudkan dengan aspek-aspek komunikasi adalah

semua ihwal yang menjadi objek material ilmu komunikasi. Yaitu: 1) Bentuk-bentuk

komunikasi; 2) Sifat-sifat; 3) metode; 4)teknik; 5)fungsi; 6) tujuan; 7) model; 8) bidang-

bidang; 9) sistem komunikasi.

PRINSIP DAN STRATEGI PELAKSANAAN

Dalam menyusun perencanaan komunikasi lintas budaya ada beberapa prinsip yang harus

diperhatikan, yakni:

1. Prinsip keselarasan (compatible)

2. Prinsip kesesuaian dengan kebutuhan (need) sasaran, terutama menjawab masalah

need berdasarkan tahap-tahap kebutuhan dari Maslow (kebutuhan biologis, sosiologis

dan psikologis).

3. Prinsip pelaksanaan suatu proses belajar mengajar, yang efektivitasnya dipengaruhi

oleh sifat atau ciri sasaran masyarakat di desa, tenaga pengajar, fasilitas, materi dan

kondisi lingkungan.

4. Prinsip pelaksanaan yang bertujuan mengembangkan sikap,

pengetahuan,keteranpilan

15

Page 16: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

dan sikap serta kemampuan masyarakat di desa sasaran.

Selanjutnya perencanaan komunikasi tersebut dilakukan dengan strategi sebagai berikut:

A. Konsolidasi, yaitu memantapkan dan mengembangkan ketenagaan dan kelembagaan

yang tangguh dan mendukung kerja “proses komunikasi”.

B. Integrasi, yaitu menggalang keterpaduan kerja dengan lembaga atau pihak lain yang

potensial untuk meningkatkan, daya guna dan hasil guna perencanaan proses komunikasi.

C. Implementasi, yaitu menerapkan metode dan teknik perencanaan proses komunikasi

termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta materi perencanaan.Sesuai dengan

aspek-aspek yang terlibat dalam suatu proses komunikasi maka kita harus menentukan:

1. Sasaran/komunikan. Seorang perencana komunikasi lintas budaya harus bias

mengidentifikasi masalah sasaran dengan cermat. Untuk memudahkan pendekatan

terhadap sasaran yang jumlahnya banyak, beragam dan sukar dijangkau, maka perencana

komunikasi harus mensegmentasikan sasaran ke dalam kelompokkelompok yang lebih

homogen.

2. Komunikator. Komunikator yang handal adalah komunikator yang memiliki kredibilitas

tertentu. Ada tiga jenis kredibilitas yaitu ethos, pathos dan logos.

3. Pesan. Dalam konteks komunikasi lintas budaya, pesan merupakan tema-tema yang

dibicarakan bersama oleh peserta komunikasi. Dalam hal ini seorang komunikator

membutuhkan:

a. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk pesan verbal masyarakat sasaran.

b. Pengetahuan terhadap isi pesan.

4. Media. Merupakan alat bantu demi tercapainya efektivitas komunikasi. Beberapa bentuk

media yang sifatnya hardware dan software, yaitu:

a. Sarana komunikasi, seperti radio komunikasi, radio kaset, slide, tv, dan lain-lain.

b. Sarana transportasi

c. Alat bantu komunikasi yang biasa dipakai dalam penyuluhan, misalnya media unit-unit

percontohan, produk hasil teknologi, dan lain-lain.

d. Gedung, balai pertemuan atau tempat terbuka untuk pertemuan.

5. Metode dan teknik. Ada beberapa metode yang bisa dipilih, yaitu:

16

Page 17: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

a. metode penyampaian atau memperoleh pesan yang bersifat informatif

b. membujuk

c. instruktif.

Sementara untuk teknik yang digunakan adalah teknik dialogis, yang dilakukan dengan dua

cara, yaitu:

a. Sikap mendengarkan

b. Bertanya kepada kelompok sasaran.

6. Konteks. Yaitu situasi dan kondisi yang bersifat lahir dan batin yang dialami para peserta

komunikasi sehingga diharapkan bisa mempengaruhi setiap proses komunikasi.

RUANG LINGKUP PENELITIAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Penelitian komunikasi lintas budaya memfokuskan perhatian pada bagaimana

budayabudaya yang berbeda berinteraksi dengan proses komunikasi; bagaimana

komponen-komponen komunikasi berinteraksi dengan komponen-komponen budaya.

Komponen-komponen Budaya

Disiplin yang menelaah komponen-komponen budaya adalah antropologi budaya, sehingga

penelitian komunikasi lintas budaya harus mengacu pada disiplin tersebut dalam

mengidentifikasi dan mendeskripsikan komponen budaya. Asante mengemukakan enam

komponen budaya yang penting:

1. Komponen Pandangan Dunia.

Setiap budaya punya caranya yang khas dalam memandang dunia-dalam memahami,

menafsirkan dan menilai dunia. Ketika komunikasi lintas budaya terjadi, pandangan dunia

akan mempengaruhi proses penyandian dan pengalihasandian. Pandangan dunia juga

dapat dipakai untuk memdiagnosis “noise” yang terjadi dan menunjukkan “terapi”-nya.

2. Komponen Kepercayaan (beliefs).

Salah satu unsur kepercayaan yang sangat penting dalam komunikasi lintas kultural adalah

citra (image) kita dengan komunikasi dari budaya lain. Citra mempengaruhi perilaku kita

dalam hubungannya dengan orang yang citranya kita miliki. Citra menentukan desain pesan

komunikasi kita.

3. Komponen nilai.

17

Page 18: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Sistem nilai masyarakat dalam budaya tertentu mempengaruhi cara berpikir

anggotaanggotanya. Spranger mengemukakan kategori nilai yang terkenal antara lain: nilai

ilmiah, nilai religius, nilai ekonomis, nilai estetis, nilai politis dan nilai sosial.

4. Nilai sejarah

Lewat sejarah yang mereka ketahui, anggota masyarakat saling bertukar pesan dalam

komunikasi lintas budaya.

5. Komponen Mitologi.Mitologi suatu kelompok budaya memberikan pada kelompok

pemahaman hubunganhubungan, yakni, hubungan orang dengan orang, orang dengan

kelompok luar, dan orang dengan kekuatan alami.

6. Komponen otoritas status.

Setiap budaya mempunyai caranya sendiri dalam mendiskusikan otoritas status. Bersamaan

dengan otoritas status ada permainan peran yang ditentukan secara normatif.

BAGAIMANA PENELITIAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DILAKUKAN?

Selama ini penelitian komunikasi lintas budaya memiliki kelemahan yang diakibatkan oleh

karena penelitian komunikasi yang dilakukan selama ini telah melanggar asas perbedaan.

Ada lima kelemahan penelitian komunikasi lintas budaya menurut Tulsi B. Saral (1979),

yaitu:

1. Dalam budaya Barat, tekanan terlalu banyak pada penggunaan indera visual dan auditif;

padahal setiap bangsa berbeda dalam mengindera stimuli.

2. Hampir semua studi komunikasi lintas budaya terbatas pada apa yang dapat dipersepsi

atau diekspresikan.

3. Penelitian juga bertumpu pada apa yang dianggap sebagai objektif truth. Pandangan

dunia tentang realitas tunggal menguasai asumsi-asumsi penelitian

4. Para teoritisi barat, cenderung memisahkan jiwa dari tubuh, individu dari lingkungan,

kesadaran individu dari kesadaran kosmis.

5. Kebanyakan studi komunikasi didasarkan pada model linear yang mekanistis. Model ini

sangatlah tidak cocok untuk melukiskan komunikasi lintas budaya yang holistik.

Pemilihan Paradigma: Positivistik atau Naturalistik

18

Page 19: Saluran Komunikasi Informasi & Lintas Budaya

Positivisme ditegakkan pada logiko – empirisme. Dimana sesuatu dipandang ada bila dapat

diukur; bila dapat dihitung dengan bilangan. Untuk komunikasi lintas budaya pengukuran

misalnya bisa dilakukan dengan menggunakan skala world minded attitudes dari Sampson

dan Smith atau internasionalism dari Free dan Cantrill.

Paradigma positivisme – yang mengasumsikan realitas tunggal, objektif dan identik – sangat

bertentangan dengan asumsi perbedaan dalam komunikasi lintas budaya. Dalam

positivisme realitas dikonstruksi seperti yang dikehendaki peneliti bukan seperti yang

dikehendaki responden.

Dalam perkembangannya kemudian muncul paradigma naturalistik sebagai reaksi terhadap

paradigma positivisme. Paradigma ini beranggapan bahwa realitas adalah hasil konstruksi

kita; karena setiap orang mengkonstruksi realitas kita mengenal banyak realitas. Pengamat

dan yang diamati berhubungan secara interaktif, saling mempengaruhi.

Tujuan penelitian tidak lagi memperoleh pengetahuan nomothetik (hukum-hukum yang

dapat digeneralisaikan) tetapi mencari dan mengembangkan pengetahuan idiografik

(penjelasan tentang kasus-kasus. Terakhir, penelitian naturalistik selalu terikat dengan nilai-

nilai (valuebound). Paradigma naturalistik lebih relevan lagi dengan penelitian komunikasi

yang melihat komunikasi sebagai proses. Dan juga sangat relevan untuk digunakan dalam

penelitian komunikasi lintas budaya.

Dalam suatu organisasi, saluran formal “berwujud jalur komunikasi resmi seperti yang

tertampung pada peta organisasi dan disebutkan dalam deskripsi jabatan” (Redding dan

Sanborn, 1964 : 60). Pad a tingkat masyarakat luas, salman formal pada dasarnya

disamakan dengan media massa apakah komunikasi itu terjadi melalui kontak pribadi, alat

elektronik atau cetak. Tetapi, apakah saluran itu sendiri dianggap punya otoritas atau tidak.

19