KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range

description

Transkultural

Transcript of KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

Page 1: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh

perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,

perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi

perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk

menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak

terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan

itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat

fleksibel di lingkungan yang tepat.

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,

termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar.

Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)

dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat

dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan teori

keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,

middle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle

range theory adalahTranscultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu

antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.

Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang

adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger

beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-

nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh

perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh

klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai

budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,

ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.

Page 2: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

2

Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami

nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan

rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan

bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap

tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat

akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah

memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang

dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan

yang diberikan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu

Keperawatan Dasar dalam masalah keperawatan lintas budaya

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari Ilmu Keperawatan Dasar dalam masalah keperawatan

lintas budaya diharapkan mahasiswa memahami :

a. Pengertian dan tujuan keperawatan lintas budaya

b. Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan lintas budaya

c. Paradigma keperawatan lintas budaya

d. Asuhan keperawatan lintas budaya

Page 3: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian dan Tujuan Keperawatan Lintas budaya

Keperawatan Lintas Budaya (transcultural nursing) adalah suatu area/wilayah

keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang

perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit

didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan

untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada

manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. Caring

adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan

keperawatan.

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan lintas budaya, perlu kita ketahui apa

arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil

karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.

(koentjoroningrat, 1986)

Wujud-wujud kebudayaan antara lain :

a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

b. Kompleks aktivitas atau tindakan

c. Benda-benda hasil karya manusia

Teori lintas budaya dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan

dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep

keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural

yang melekat dalam masyarakat.

Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai

dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh

perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh

klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai

budaya.

Page 4: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

4

Keperawatan lintas budaya adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan

pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan

perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.

Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan lintas budaya adalah suatu pelayanan

keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.

Tujuan  dari perawatan lintas budaya adalah untuk mengidentifikasi, menguji,

mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural  dalam

meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah

berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta

mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan  kepada manusia sejak

lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,

ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara  kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.2.  Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Lintas budaya

a. Konsep dalam perawatan lintas budaya adalah :

1) Budaya

Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,

dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil

keputusan.

2) Nilai budaya

Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu

tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi

tindakan dan keputusan

3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan

keperawatan

4) Etnosentris

Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang

dimiliki individu  menganggap budayanya adalah yang terbaik

Page 5: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

5

5) Etnis

Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang

digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

6) Ras

Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan

asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.

7) Etnografi: Ilmu budaya

Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan

perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan

budaya setiap individu.

8) Care

Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian

untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia

9) Caring

Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung

dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata

atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

10) Culture care

      Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola

ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member

kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan

kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan

mencapai kematian dengan damai

11) Cultural imposition

      Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,

praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih

tinggi dari kelompok lain.

Page 6: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

6

a. Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Lintas budaya adalah :

Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan

bimbingan kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi.

1) Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk

kepentingan kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga,

kelompok, dan lembaga.

2) Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola

kepedulian dan penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan

digunakan dalam merawat orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau

mirip.

3) Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang

imperatif untuk memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan

praktek perawatan kesehatan.

4) Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai

peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan

merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.

5) Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan

praktek-praktek kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat

berubah dari waktu ke waktu.

6) Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola

budaya perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk

menuntun keputusan menyusui.

7) Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik

perawatan sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar

yang perlu dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam

perawatan klien.

8) Pengetahuanyang  holistik dan komprehensif keperawatan transkultur

membutuhkan pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan

pandangan dunia, bahasa, ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas),

teknologi, ekonomi dan faktor-faktor politik, dan nilai-nilai budaya tertentu,

Page 7: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

7

keyakinan, dan praktik atas ketegasan perawatan, penyakit, dan

kesejahteraan.

9) Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan

dan kesehatan siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan,

penelitian, dan praktik keperawatan transkultur.

10) Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri

sendiri, satu budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan

membantu orang lain.

11) Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada

kedua universal untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan

pengetahuan baru dan bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan

praktek perawatan ilmiah.

12) Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan

terutama pada perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang

diperoleh dari studi yang mendalam tentang budaya dan penggunaan

pengetahuan ini dalam merawat profesional.

2.3 Paradigma Transcultural Nursing

      Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,

nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai  latar belakang budaya,

terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-

nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan

danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan

untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger

and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi

kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu

keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk

Page 8: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

8

menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam

aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin

mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and

Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang

mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan

dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling

berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti

daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah

Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang

tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan

dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih

luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan

yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan

bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu

seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang

budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan

budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan

mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

2.4 Asuhan Keperawatan Lintas Budaya

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise

Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat

sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and

Page 9: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

9

Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam lintas budaya nursing yaitu menjembatani antara sistem

perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui

asuhan keperawatan.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and

Davidhizar, 1995).

Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise

Model” yaitu:

1) Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau

mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.

Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau

mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien

memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan

pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang

amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang

sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas

kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:

agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab

penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif

terhadap kesehatan.

3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,

nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe

keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan

kepala keluarga.

Page 10: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

10

4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma

budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada

penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan

jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,

kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi

sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan

diri.

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal

factors )

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala

sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan

lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini

adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,

jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien

yang dirawat.

6) Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber

material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor

ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber

biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber

lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar

anggota keluarga.

7) Faktor pendidikan ( educational factors )

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam

menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien

maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang

rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang

sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini

adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk

Page 11: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

11

belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak

terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

1) Jangan menggunakan asumsi.

2) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang

pelit,orang Jawa halus.

3) Menerima dan memahami metode komunikasi.

4) Menghargai perbedaan individual.

5) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

6) Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

Instrumen Pengkajian Budaya

Sejalan berjalannya waktu, Lintas budaya in Nursing mengalami

perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:

1) Sunrise model (Leininger)

Yang terdiri dari komponen:

a) Faktor teknologi (Technological Factors)

-      Persepsi sehat-sakit

-          Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

-          Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

-          Alasan memilih pengobatan alternative

-          Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam

mengatasi masalah kesehatan

b) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical

factors)

-     Agama yang dianut

-     Status pernikahan

-   Cara pandang terhadap penyebab penyakit

-   Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif

terhadap kesehatan

Page 12: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

12

c) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social

Factors)

-          Nama lengkap & nama panggilan

-          Umur & tempat lahir,jenis kelamin

-          Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga

-          Pengambilan keputusan dalam keluarga

d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and

lifeways)

-       Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan

komunitas

-        Bahasa yang digunakan

-       Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola

makan

-          Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas

kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal

Factors)

Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah

segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya,meliputi:

-          Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

-          Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu

-          Cara pembayaran

f) Faktor ekonomi (Economical Factors)

-          Pekerjaan

-          Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

-          Sumber biaya pengobatan

-          Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.

-          Patungan antar anggota keluarga

Page 13: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

13

g) Faktor Pendidikan (Educational Factors)

-          Tingkat pendidikan klien

-          Jenis pendidikan

-          Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif

-          Pengetahuan tentang sehat-sakit

2) Keperawatan lintas budaya model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari

suatu kebudayaan, pengkajian keperawatan lintas budaya model ini meliputi:

a) Komunikasi (Communication)

Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan

(pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’

b) Space (ruang gerak)

Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi

tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.

c) Orientasi social (social orientastion)

Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu

luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan.

d) Waktu (time)

Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk

bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa

lalu dan yang akan datang.

e) Kontrol lingkungan (environmental control)

Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan

dengan sehat-sakit.

f) Variasi biologis (Biological variation)

Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti;

eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi

terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola

makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.

Page 14: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

14

3) Keperawatan lintas budaya model Andrew & Boyle

Komponen-komponenya meliputi:

a. Identitas budaya

b. Ethnohistory

b) Nilai-nilai budaya

c) Hubungan kekeluargaan

d) Kepercayaan agama dan spiritual

e) Kode etik dan moral

f) Pendidikan

g) Politik

h) Status ekonomi dan social

i) Kebiasaan dan gaya hidup

j) Faktor/sifat-sifat bawaan

k) Kecenderungan individu

l) Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self

assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan

kompetensi lintas budayanya melalui media: verbal, non verbal & teknologi,

untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan

kesejahteraan klien.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya

yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger

and Davidhizar, 1995).

Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan

keperawatan lintas budaya yaitu :

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural

3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai

yang diyakini.

Page 15: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

15

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu

proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses

memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang

sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan lintas budaya

(Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

1) Cultural care preservation/maintenance

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak

bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan

diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien

sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status

kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi

dengan klien

c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan

perawat

2) Cultural careaccomodation/negotiation

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan

untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan

menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,

misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,

maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain

a) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

b) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

c) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan

standar etik.

Page 16: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

16

3) Cultual care repartening/reconstruction

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki

merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup

klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup

yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan

keyakinan yang dianut.

a) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang

diberikan dan melaksanakannya

b) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari

budaya kelompok

c) Gunakan pihak ketiga bila perlu

d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa

kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan

kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-

masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan

dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya

mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa

tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien

akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas

keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat

terapeutik.

d. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan lintas budaya dilakukan terhadap keberhasilan

klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi

budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya

baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui

evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang

budaya klien.

Page 17: KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

17

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang

difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku

sehat sesuai dengan latar belakang budaya.

Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan

untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.

Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi

tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,

membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang

tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.

Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu

saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien

sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan

pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

3.2 Saran

Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan lintas budaya hendaknya setiap perawat

harus mengetahui dan memahami budaya klien sehinggaperawatanyang diberikan dapat

dimengerti dan diterima oleh klien.