SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

30
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD RS DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PRESENTASI KASUS 13 Oktober 2015 Oleh: Fanny Thresia Yunus Pembimbing : dr.Susantina, Sp.PD, KPTI Penilai : dr.Ria Bandiara, Sp.PD, KGH I. PENDAHULUAN Pada kasus ini akan dibahas seorang laki-laki berusia 35 tahun yang datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 2009 sebelum masuk Rumah Sakit . keluhan batuk berdarah ini dirasakan hilang timbul . Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat badan. Pasien dirujuk ke Rumah sakit lain untuk bronkoskopi.Karena fasilitas yang kurang memadai dirujuk ke RS. Hasan sadikin untuk dilakukan CT Scan Thoraks dengan kontras. Dari hasil CT scan pasien didiagnosis sebagai aspergiloma. Kasus ini menarik untuk dibahas karena akan digambarkan bagaimana penegakan diagnostik pasien ini. Apakah pasien ini memang benar aspergiloma ?. Sampai dalam pembuatan kasus ini pasien belum tegak diagnostik. II. LAPORAN KASUS 1

description

IPD

Transcript of SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Page 1: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD

RS DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

PRESENTASI KASUS

13 Oktober 2015

Oleh: Fanny Thresia Yunus

Pembimbing : dr.Susantina, Sp.PD, KPTI

Penilai : dr.Ria Bandiara, Sp.PD, KGH

I. PENDAHULUAN

Pada kasus ini akan dibahas seorang laki-laki berusia 35 tahun yang datang dengan

keluhan batuk berdarah sejak 2009 sebelum masuk Rumah Sakit . keluhan batuk berdarah ini

dirasakan hilang timbul . Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat badan.

Pasien dirujuk ke Rumah sakit lain untuk bronkoskopi.Karena fasilitas yang kurang memadai

dirujuk ke RS. Hasan sadikin untuk dilakukan CT Scan Thoraks dengan kontras. Dari hasil

CT scan pasien didiagnosis sebagai aspergiloma.

Kasus ini menarik untuk dibahas karena akan digambarkan bagaimana penegakan diagnostik

pasien ini. Apakah pasien ini memang benar aspergiloma ?. Sampai dalam pembuatan kasus

ini pasien belum tegak diagnostik.

II. LAPORAN KASUS

Seorang penderita laki-laki berusia 35 tahun datang ke Poli RSHS dengan keluhan

Batuk berdarah sejak 2 minggu SMRS. keluhan batuk berdarah ini dirasakan hilang timbul.

Tidak ada keluhan panas badan. Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat

badan. Tidak ada keluhan mual dan muntah. Tidak ada keluhan nyeri ulu hati. Tidak ada

keluhan BAB dan BAK

Sejak tahun 2009, Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah. Tidak ada keluhan

panas badan. Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat badan. Tidak ada

keluhan sesak nafas. Pasien direncanakan akan dilakukan bronkoskopi. Untuk melakukan

bronkoskopi . Pasien akan dilakukan CT Scan untuk memastikan diagnostik.

1

Page 2: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Tahun 2003 , Pasien datang keluhan batuk lama. Pasien dilakukan pemeriksaan Ro

thoraks dikatakan TB paru. Pasien mendapat pengobatan selama 6 bulan. Setelah 6 bulan

dilakukan Ro thoraks kembali, infiltrat yang ada tidak berkurang. Pasien dirujuk ke RS. lain

direncanakan CT scan dan bronkoskopi untuk memastikan diagnostik pasien

Pasien mempunyai riwayat merokok sekitar 3-4 tahun dengan 1 bungkus perminggu.

Pasien tidak mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit kencing manis. Kontak

dengan penderita TB paru tidak ada. Pasien mempunya keluarga dengan keluhan yang sama

tidak diketahui

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik di Poli RS Hasan Sadikin, tgl 10/09/15, didapatkan keadaan

umum sadar, kontak adekuat, sakit sedang, dengan tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg,

N=HR 98 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan kepala didapatkan

konjungtiva tak anemis, sclera tak ikterik, pernafasan cuping hidung (-), sianosis peri oral (-),

papilla lidah tidak atrofi, hipertrofi gusi(-). Pada leher tekanan vena jugularis tidak

meningkat, kelenjar getah bening tidak teraba. Pemeriksaan thorax, bentuk dan gerak

simetris, batas paru dan hepar intercostal space V kanan dengan peranjakan 2 cm. Ictus cordis

tidak tampak, teraba di intercostal space V kiri linea midclavicularis sinitra tidak kuat angkat,

batas kanan linea sternalis dextra, batas atas intercostalspace III kiri, bunyi jantung S1 S2

normal, S3 (-), S4 (-) tidak ada murmur. Pemeriksaan paru didapatkan vocal fremitus kiri

sama dengan kanan, vocal resonance kiri sama dengan kanan, perkusi sonor, vesicular breath

sound kanan=kiri, tidak ada ronkhi ataupun wheezing. Pemeriksaan abdomen datar lembut,

nyeri epigastrium ada, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba, ruang Traube

kosong, pekak samping (-). Pada pemeriksaan ektremitas, akral hangat, turgor cukup dan

tidak ditemukan edema, capillary refill time <2 detik, peteki/purpura -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaaan penunjang di UGD tgl 26/08/15: Hasil Pemeriksaan laboratorium dengan Hb

16,1/Ht 45/L7100/Tr 222000/MCV 78,5/MCH 28,3/MCHC 36,1/Diff.count 0/5/0/71/19/5,

LED 19, SGOT 18,SGPT 16, hasil pemeriksaan sputum BTA 3 kali negatif

2

Page 3: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Pemeriksaan EKG: irama sinus, HR : 78 x/m, axis : normal, gel. P : 0,08 dtk,PR int : 0,12 dtk,

QRS komp : 0,08 dtk, Q patologis (-), ST segmen : isoelektrik, T inverted (-), SV1+RV5 < 35

mm. SV3 + RaVL < 20 dengan kesan EKG : sinus rhytm

Pemeriksaan CT Scan (2/9/2015): Hasil CT Scan kepala didapatkan Kavitas multipel dengan

nodul bulat batas tegas, tepi relatif iregular dengan ukuran terbesar kurang 3,8 x 3,2 x 3,8

cm didalamnya yang membentuk air crescent sign di segmen superior, laterobasal dan

posterobasal lobus inferior paru kanan tampaknya belum mengecil (ukuran sebelumnya

kurang lebih 3,6 x 3,5 x 3,6 cm) disertai konsolidasi disekitarnya sugestif ec. infeksi jamur

(Aspergiloma). Tidak tampak pembesaran KGB, Tidak tampak kardiomegali

DIAGNOSIS KERJA

Penderita kemudian didiagnosis dengan:

● Suspek Aspergiloma

TERAPI : Konsul Bedah Thorak

Periksa PITC

R/ pengobatan Jamur selama 2 bulan

III. RESUME

Seorang penderita Laki-laki berusia 35 tahun datang ke Poli RSHS dengan Seorang

penderita laki-laki berusia 35 tahun datang ke Poli RSHS dengan keluhan Batuk berdarah

sejak 2 minggu SMRS. keluhan batuk berdarah ini dirasakan hilang timbul. Tidak ada

keluhan panas badan. Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat badan. Tidak

ada keluhan mual dan muntah. Tidak ada keluhan nyeri ulu hati. Tidak ada keluhan BAB dan

BAK

Sejak tahun 2009, Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah. Tidak ada keluhan

panas badan. Tidak ada keluhan keringat malam dan penurunan berat badan. Tidak ada

keluhan sesak nafas. Pasien direncanakan akan dilakukan bronkoskopi. Untuk melakukan

bronkoskopi . Pasien akan dilakukan CT Scan untuk memastikan diagnostik.

Paaien mempunyai riwayat pengobatan TB Tahun 2003, pasien mendapat pengobatan

6 bulan. Pasien mempunyai riwayat merokok 3-4 tahun dengan 1 bungkus perhari. Pasien

tidak mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit kencing manis. Kontak dengan

3

Page 4: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

penderita TB paru tidak ada. Pasien mempunyai keluarga dengan keluhan yang sama tidak

diketahui. Pasieen telah dilakukan CT Scan kepala dengan hasil sugestif aspergiloma

IV. PERMASALAHAN

1. Bagaimana penegakan diagnostik pada pasien ini?

2. Bagaimana penanganan pada pasien ini?

Untuk mengurai permasalahan di atas, berikut akan dilakukan pembahasan pada pasien diatas

sebagai berikut:

V. PEMBAHASAN

1. Bagaimana penegakan diagnostik pada pasien ini

Batuk adalah bentuk fungsi perlindungan saluran nafas dan paru pada manusia.Tanpa batuk reflek yang efektif. Kita akan mempunyai resiko sekresi saluran nafas dan aspirasi material yang mempredisposos ke infeksi, atelektasis kompensasi respirasi. Jika batuk yang berlebihan dapat komplikasi menjadi emesis, sinkop, muskular pain atau fraktur tulang rusuk dan dapat menaggregasi hernia inguinal dan inkontinensia urin. Batuk merupakan keluhan utama dari penyakit saluran nafas

Mekanisme batuk

Batuk spontan dicetuskan oleh stimulasi nervus sensoris yang berakhir reseptor dan fiber Keduanya Proses kimiawi dan mekanik dapat menimbulkan refleks batuk. Chanel ion kation merupakan reseptor tipe 1 vanilloid didapatkan pada reseptor dan fiber C adalah reseptor capsaicin dan meningkatan ekspresi pada pasien dengan batuk kronik. Nervus afferent berakhir dan menginervasi faring, laring dan saluran nafas yang berakhir pada bronkiolus terminalis dan meluas ke parenkim parenkim paru. Nervus aferent terletak juga di meatus auditorial eksternal dan ke esofagus. Sinyal sensoris di kirim melalui nervus laringeal superior dan nervus vagus ke area batang otak pada daerah nukleus traktus solitarius yang diidentifikasi sebgai pusat batuk. Refleks batuk melibatkan aksi muskular involunter dengan potensial untuk pathway cortikal. Vocal cords menginduksi ke oklusi salurana nafas atas transient. Kontraksi otot ekspiratori menyebabkan tekanan intratorakal positif dengan tekanan 300 mmhg. Ketika kontraksi laringeal , aliran ekspiratori secara cepat melebihi normal (aliran ekspiratori yang maksimal) . kontraksi otot halus bronkial bersama dengan kompresi dinamik terbatas pada lumen saluran nafas dan maksimal ekshalasi velociti. Nafas yang dalam mencetuskan batuk mengoptimalisasi fungsi dari otot ekpiratori.

4

Page 5: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

5

Page 6: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Hemoptisis adalah Batuk darah atau batuk yang disertai sputum dengan darah. Batuk biasanya disertai dengan jumlah edikit atau masif. Batuk darah masif dikatakan jika lebih dari 500 ml selama 24 jam. Pasien dengan hemoptisis mild to moderate dan pertukaran gas adekuat tidak memerlukan hospitalisasi dan evaluasi perdarahan yang lanjut. Hemoptisis masif memerlukan respon untuk menjamin ventilasi adekuat, melindungi saluran pernafasan dan mengotrl perdarahan.

Etiologi

No Penyebab1 Kardiovaskuler Penyakit jantung kongenital

Gagal jantungStenosis mitralEndokarditis Trikuspid

2 Infeksi Paru Abses paruMycetoma dan infeksi jamur lainPneumonia nekrotizingParasitik (paragonimus westermani)Penyakit Tuberkulosis dan Mikobakterial non tuberkulosisViral (herpes simpleks)

3. Hematologik (koagulapati)

DICIatrogenikDisfungsi plateletTrombositopeniaPenyakit Von Willebrand

4 Iatrogenik Stent airwayFistula aortabronkial berhubungan dengan stent/graft

6

Page 7: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Bronkoskopi dengan endobronkial atau tranbronkial atau aspirasi jarumErosi tube trakeal ke arteriAspirasi jarum TranstorakalKerusakan vaskular dari trauma arteri pulmonal

5. Neoplasma Adenoma bronkialCa bronkogenikMetastasis Ca bronkus sampai trakea

6. Vaskular pulmonary

Bronkiektasis termasuk kistik fibrosisEmfisema bullousHemoptisis catamenial(Endometriosis paru)Penyakit Dieulafoy (Arteri bronkial subepitel)Aneurisma aorta dengan erosi paruMalformation AV pulmonaryEmboli paru

7. Penyakit Rheumatik dan imunologi

AmiloidPenyakit GoodpasturePenyakit BehcetDefek kolagen genetikGranulomatous dengan poliangitis dan vaskulitis lainHemosiderosis pulmo idiopatikSLE

8. Obat-obatan dan toksin

Obat antiplatelet dan antikoagulanAlkaloid argemoneKokainPengobatan BevacizumabKeracunan NO2

9. Trauma Trauma dada (Kontusio paru, ruptur bronkial)Kerusakan parenkim paru

7

Page 8: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Penanganan pada pasien hemoptisis tergantung dari etiologi. Bagaimanapun jika hemoptisis maif yang mengancam hidup memerlukan intervensi lebih lanjut. Langkah –langkah yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi sumber perdarahan (sebagai contoh perdarahan lobus atas bermanifestasi wheezing, rhonki atau penyakit di lobus bawah yang berhubungan dengan darah pada lobus bawah), Memposisikan pasien (jika terdapat perdarahan di sebelah kanan, maka pasien diposisikan ke sebelah kanan begitu kalau disebelah kiri), Mempertahankan saluran nafas (Jika hemodinamik tidak stabil hemoptisis yang mengancam hidup, pasien akan diintubasi/ dipasang ETT untuk memindung darah ke paru-paru, Menjamin pertukaran udara secara adekuat (Jika pasien terdapat hipoxemia atau hiperkapni dapat menggunakan ventilator), Menjamin fungsi kardiovaskulaer secara adekuat(Pasien dengan takikardi dan hipotensi dapat diresusitasi dengan cairan kristaloid)., Mengontrol perdarahan dan koreksi koagulapati (ada banyak strategi untuk mengontrol perdarahan dapat dikategorikan non surgical dan surgical). Pendekatan nonpembedahan dapat dilakukan dengan Transfusi darah atau pemberian antikoagulan, Bronkoskopi (untuk ballon tamponade, pengobatan topikal, terapi laser dan elektrocauter). Arteriografi

Defenisi

Spesies fungi filamentous secara unik didapatkan pada tanah. Inhalasi spora menyebabkan infeksi. Spektrum klinikal dari kolonisasi,alergi (aspergilosis bronkopulmonary alergi), asma atau aspergiloma (fungal ball) untuk menginvasi penyakit. mempertahankan gangguan kekebalan imune.Fungsi Neutropeni dan T limfosit adalah kunci utama untuk predisposisi untuk mengivasi jaringan.

Epidemiologi

8

Page 9: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Spesies aspergillus adalah unik, basaya pada pasien dengan imunokompromise dan transplantasi. Aspergilossis biasanya pada :

- Transplantasi stem cell allogenic(25%)- Keganasan hematologi (28%)- Transplantasi organ(9%)- Penyakit pulmo(9%)- AIDS (8%)- Transplantasi sel autolog(7)- Terapi immunosupresive(6%)- Kondisi penyakit yang mendasari(6%)- Pasien yang imunokompromise(2%)

Berdasarkan studi penelitian nyata, insidensi aspergilosis 12 bulan setelah tranplantasi sel yaitu 0,5% pada resipien autplog, 2,3 % pada pasien resipien allogenic dengan HLA match related donor dan 3,9% yang tidak berhubungan donor. Insidensi meningkat 12% pada data yang dilaporkan . Mortaliti 1 tahun stelah transplantasi meningkat 50 sampai 80 % pada aspergillus dengan keterlibatan otak atau infeksi diseminata

Pada Transplantasi organ solid, insidensi 12 bulan setelah tranplantasi paru 2,4%, janttung 0,8%, liver 0,3% dan ginjal 0,1%. Survey prospektif pada pasien dengan keganasan hematologi . Pasien dengan leukimia mielogenik akut dengan kemoterapi adalah resiko tertinggi sekitar 8-10%. Insidensi sedikit pada pasien dengan leukimia limpositik akut dan limphoma. Mortality di US meningkat 35,7% antara tahun 1980 dan 1997. Berdasarkan studi 11% pasien dengan TB sekunder kavitas pulmo dengan bukti radilogical aspergiloma. Paling banyak kasus dengan stabil tanpa invasi pembuluh darah atau parenkim paru

Etiologi

Aspergillus tumbuh pada tanah organik. Organisme tumbuh sebgai tanah miselium (bentuk filamentous) dan bentuk batang hifa. Spora (konidia) diameter 2-10 mikrometer. Kemudian membentuk batang (konidiaspora ) oleh reproduksi aseksual. Konidia terbatas menginfeksi traktus respiratory atau membawa kepada kolonisasai atau infeksi yang bergantung pada status immun lokal atau general pada manusia.

Kira-kira 34 sampai 180 spesies aspergillus dikenal dapat menyebabakan penyakit pada manusia. Aspergillus fumigarus spesie patogen yang paling umum , dihitung 50-70% sindrom aspergilossis. Bagaimanapun aspergilosis disebabkan oleh spesise non fumigatus termasuk A flavus, A terreus, A niger dan A versikolor. A niger patogen yang encapai alveoli pulmonary,. A tereus tidak seperti spesies yang lain resisten terhadap amphotericin B. Karena ini aspergilosis disebakan oleh A tereus mempunyai prognosis buruk dan jarang dihubungkan

9

Page 10: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

dengan kultur darah positif. Sedangkan pada aspergiloma , A fumigatus adalah spesies yang paling sering

Patofisisologi

Invasif aspergilosis

1. Pada pasien dengan immunosupresif , terjadi inhalasi konidia yang menyerang traktus respiratory. Pertahanan kekebalan disebabkan oleh makrofag pulmonary untuk fagosit dan merusak konidia . ketika konidia bertahan, hifa menginvasi parenkim pulmo. leukosit PMN memfagosit konidia dan hifa.

2. Selama invasi interaksi antara ikatan aspergillus dan pola reseptor termasuk reseptor Toll dan dektin pada makrofag yang membawa produksi sitokin proinflamatory. demam adalah salah satu manifestasi klinis

3. Polimorfik TLR 4 pada manusia adalah faktor resiko aspergillus. hifa menginvasi pembuluh darah dan secara lokal mikrovaskulas dan menyebabkan pembentukan thrombus dan infark jaringan. Area yang terinfeksi paru berhubungan dengan infark pulmo dan inflamasi mnyebabkan manifestasi klinis batuk, sesak nafas dan nyeri pleuritik sampai fungsi paru menurun

4. Penyebaran dari paru-paru ke rute hematogen paling umum terjadi ke otak, kulit dan jaringan infark. Semua organ termasuk jantung, ginjal, hati/limfa, tulang, dan traktus gastrointestinal yang terinfeksi. Invasi langsung dari sinus paranasl ke orbit, sinus spenoidal dan parenkim otak dapat terjadi

Aspergiloma

Massa lesi intracavitas pada paru terdiri dari massa aspergilus mycella, sel inflamasi, fibrin, mukus dan jaringan debris. Pertumbuhan aspergillus pada dinding kavitas difasilitasi oleh drainase inadekuat. perdarahan adalah tidak umum, bagaimanapun hemoptisis berat terjadi erosi sekunder pada pembuluh darah bronkial yang sejajar dengan kavitas dan fungsi mekanik menyebabkan fungus ball pada pembuluh darah

Klasifikasi

Aspergilosis invasif

- Aspergilosis sino-pulmonary invasif, inhalasi konidia dengan melibatkan sinus dan pulmonary

- Penyebaran aspergilus, didapatkan pada pasien dengan imunokompromise, penyakit lokal yang menyebar ke semua organ

- Aspergilosis invasif satu organ termasuk kulit, tulang dan otakAspergilosisi nekrotizing kronik

10

Page 11: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

- Proses Destruyktif berhubungan dengan invasi aspergillu- Biasanya pada pasien dengan penyakit paru seperti COPD, pneumokoniasis, atau kistik

fibrosis dan pada pasien dengan imunosupresi ringanAspergilosis bronkopulmonary alergi

- Reaksi hipersentivitas berhubungan dengan A fumigatus- Secara tipikal pada pasien dengan asma dan kistik fibrosis-

Aspergiloma

● Terjadi pada pasien dengan Cavitas pada paru sebelumnya, secara umum penyebab TB sekunderPengobatan Aspergiloma Reseksi bedah digunakan untuk mencegah hemoptisi yang mengancam hidup. Pada pasien dengan fungsi respiratori yang baik. Tidak ada kontraindikasi yang signifikan yang jauh untuk thorakotomi.

Beberapa pasien seperti asimptomatik dan mempunyai radiologi stabil selama beberapa bulan, tidak memerlukan terapi. Bagaimanapun progresi aspergilosis cavitas pulmo khronik, Kadang dengan fibrosis ektensif adalah paling umum. Terapi antifungal untuk aspergiloma terjadi pada 10 pasien . Terapi antifungal untuk aspergiloma merupakan indikasi untuk pasien Yang tidak operasi. Pilihan terapi antifungal adalah sama untuk aspergilosis pulmo cavitas kronikAspergilosis pulmo cavitas, sebaliknya pasien dengan simple aspergiloma, mayoritas pasien dengan aspergilosis pulmo cavitas kronik dab aspergilosis pulmo fibrosing kronik memerlukan terapi antifungal. Hanya pasien asimptomatik secara radiological

Itrakonazole digunakan secara umum untuk penatalaksanaan aspergilosis pulmo kronik. Varikonazole melibatkan studi propektif. Varikonazole dapat digunakan pada pasien dengan penyakit kritis yang berat yang suspek terhadap infeksiaspergillus yang resisten.

Posakonazole dievaluasi pada studi retrospektif. Posakonazole mempunyai kefektifan yang sama dengan itrakonazole dan vorikonazole.

Amphotericin B untuk echinocandin seperti micafungin seharusnya digunakan pada pasien dengan penyakit yang berat dan yang gagal dengan azole . Hampir semua studi micafungin adalah sama efektif sebagai inisial terapi

Kriteria diagnostik

Anamnesis

11

Page 12: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Dari anamnesis pada kebanyakan kasus, aspergilloma tidak menunjukkaan gejala yangkhas. Dari anamnesis

yang didapatkan adanya keluhan berupa : batuk, sesak, demam,danhemoptisis. Dispnue, malaise, dan

penurunan berat badan adalah keluhan tambahan padaaspergilloma yang mungkin disebabkan oleh penyakit

paru yang mendasarinya, demamadalah temuan yang tidak biasa pada aspergilomma yang mungkin

disebabkan oleh infeksibakteri yang bersamaan, serta adanya hemoptisis yang masif.

2.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sputum kultur, pemeriksaan ini memerlukan waktu beberapa hari untuk tumbuhnya jamur

sehingga bisa teridentifikasi. Pemeriksaan Aspergillus IgG presipitin. Kadar IgG presipitin pada kasus

aspergilloma sering lebih tinggi dari pada yang terlihatpada penyakit aspergillus lain.

3 Pemeriksaan Radiologi

Foto polos

Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak bulat atau bulatlonjong yang terletak di

dalam sekitar kavitas dan digariskan oleh suatu c r e c e n t o f a i r  

.Dengan mengubah posisi pasien biasanya menunjukkan bahwa massa tersebutdapat bergerak, sehingga

dapat mengkonfirmasikan diagnosis.

 

 Gambar 1.1 : Tuberkulosis dengan gambaran kavitas terkait dengan aspergilloma,menunjukkan rongga di

lobus atas kiri (panah hitam) dengan area jaringan lunak opag(panah putih solid). Hiperlusen pada area bulan

sabit (panah terbuka) merupakan sisa udaradalam rongga dan disebut sebagai

the air crescent sign

(tanda bulan sabit udara).

12

Page 13: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Gambar 1.2 : Foto Thorax posisi postero-anterior memperlihatkan aspergilloma di apex kiri paru.

 

 

Gambar 1.3 : Foto Thorax posisi antero-posterior menunjukkan lesi kavitas di lobus atasparu bagian kanan

dengan gambaran air crescent sign

 

13

Page 14: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

 

.

Gambar 1.4 .Foto Thorax posisi postero-anterior memperlihatkan kavitas di lobus ataskanan paru yang berisi

massa intrakavitas

 

CT Scan

Gambaran pada CT scan berupa kavtias yang terbentuk dengan baik dengan massa jaringan lunak bulat

tipis yang ditengahnya dikelilingi olehair crescent signataumonod sign

. Massa ini berbentuk bola atau bulat telur dan dapat bergerak jika terjadi perubahanposisi. Massa tersebut

dapat sepenuhnya mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk 

 

kavitas tersebut dan gambaran crecent of air disekitarnya dapat menghilang dan massatidak dapat bergerak

lagi. Kalsifikasi tidak jarang terjadi, yang bisa berkisar dari tidak ada hingga keadaan yangberat. Karena

peradangan dan pembentukan jaringan granulasi vaskular, arteri bronchialyang mensuplai dinding kadang

kadang dapat dilihat sebagai pembesaran yang nyata.Pleura yang berdekatan mungkin akan menebal.

14

Page 15: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Gambar 1.7 : CT Scan Thorax normal.

 

 Gambar 1.5 : Aspergilloma di dalam kavitas. Udara yang berbentuk bulan sabityang mengelilingi

aspergilloma yang dikenal sebagai the Monod sign.

Gambar 1.6 : CT Scan Thorax, kavitas bilateral dengan fungus ball yang bergantung padaposisi.

15

Page 16: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

 

 Gambar 2.0 : CT Scan Thorax, memperlihatkan fungus ball diantara ruang kosong

Gambar 2.1 : CT Scan Thorax posisi prone memperlihatkan massa solid yang bergerak didalam kavitas.

Gambar 2.2: CT Scan Thorax memperlihatkan air crescent sign dan invasi ke parenkimdan pleura

Diagnosis Banding

 

16

Page 17: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

1.Abses Paru

Abses paru merupakan kematian jaringan paru dan pembentukan rongga yangberisi sel mati atau cairan akibat

infeksi bakteri. Abses paru kebanyakan muncul sebagaikomplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri

anaerob di mulut. Penderita abses parubiasanya memiliki masalah periodontal. Sejumlah bakteri yang berasal

yang berasal daricelah gusi sampai ke saluran pernafasan bagian bawah dan menimbulkan infeksi.

Gambar 2.63: Foto Thorax posisi anterior posterior. Tampak kavitas berdindingtebal di lobus medial kiri

paru, disertai gambaran air fluid level didalamnya.

Gambar 2.4: CT Scan thorax potongan axial, tampak gambaran

Cavitas di lobuskiri bawah paru dengan permukaan dinding yang tebal,

17

Page 18: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

Cavitas mempunyai garis permukaan yang halus yang di dalamnya terdapat air fluid level Terdapat

reaksiinflamasi pada paru (panah kuning).

2.Kista Paru

Kista paru merupakan pertumbuhan abnormal berupa kantung yang tumbuh secaraabnormal di paru paru.

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, kemungkinanmerupakan suatu respon hipersensitivitas, keturunan,

infeksi, maupun bahan kimia.Biasanya muncul pada usia 30- 50 tahun dan sangat jarang ditemukan pada

anak. Gejalakista paru tergantung dari luas dan cara penyebarannya. Biasanya gejala utama adalahbatuk yang

menetap.

Gambar 2. 5: Kista echinococcal paru terdiri dari tiga lapisan :

exocyst yang merupakanmembran pelindung, endocyst  yang menghasilkan kista. Kista

echinococcal paru dibatasi olehmassa jaringan yang lembut dan tidak memiliki dinding

kalsifikasi. Jika kista ini pecah makaudara akan terlihat disekitar pinggiran kista dan

menghasilkan tanda meniscus sign atau tandabulan sabit sampai dengan air fluid level

18

Page 19: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

.

 Gambar 2.9 : CT Scan Thorax potongan axial memperlihatkan kista hydatid  dengan gambaran air fluid

level yang terlihat sebagai iceberg sign.

3.Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkanoleh Mycobacterium

tuberkulosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Gejala yang

timbul berupa demam, batuk, sesak nafas, nyeridada, malaise. Tanda-tanda yang ditemui berupa

penurunan berat badan, anoreksia, dispnue dan sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

Gambar 3.2 : Foto Thorax posisi antero-posterior memperlihatkan area konsolidasi,nodulcentrilobular, dan

kavitas.

38

19

Page 20: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

 

 

Gambar 3.3 : CT Scan Thorax memperlihatkan kavitas besar dengan dinding tipis dilobus atas paru kiri.

38

XI.

 

PENATALAKSANAAN

Sebagian besar kasus aspergilloma tidak memerlukan pengobatan. Pengobatanpenyakit yang meningkatkan

resiko aspergilloma, seperti : tuberkulosis, dapat membantumencegah terjadinya aspergilloma. Dalam kasus-

kasus yang rumit karena hemoptisis yangberat, jamur mungkin dapat dimatikan dengan suntikan

ketokenazole ke rongga paru, obatanti jamur oral atau parenteral jarang efektif seperti bola jamur yang tidak

mempunyaivaskularisasi. Adanya gejala hemoptisis yang masif pada aspergilloma, dengan

pemberianampoterisin B telah memberikan gambaran keberhasilan 50% , dan 75- 100% untuk kontrol akut

hemoptisis. Aspergilloma dapat berespon terhadap kemoterapi anti jamur

20

Page 21: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

2. Bagaimana penanganan pada pasien ini?

B anyak pasien

tidak pernah mengeluhkan gejala. Seringkali, tidak ada perawatan yang dibutuhkan, kecuali ada

batuk darah.

Kadang-kadang, obat antijamur dapat digunakan. Kadang-kadang, menyuntikkan pewarna ke dalam

pembuluh darah (angiografi) dapat digunakan untuk menemukan situs perdarahan. Perdarahan

dihentikan dengan menembak pelet kecil ke dalam pembuluh darah. Pembedahan menjadi pilihan

hanya jika ada perdarahan yang mengancam jiwa. Reseksi bedah adalah satu-satunya intervensi

yang menjanjikan untuk menyembuhkan aspergilloma, bagaimanapun, fungsi paru yang rendah

tidak memungkinkan operasi. Pengobatan antijamur dipilih bagi mereka yang berada di luar indikasi

operasi, tetapi efektivitas pengobatan anti jamur terhadap aspergilloma adalah kontroversial.

Beberapa pasien dengan aspergilloma menunjukkan bentuk progresif.6, 7

VI. KESIMPULAN

21

Page 22: SalinandariCASE FANNY Tn.susilo1.YH

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO Guidelines of DHF 2009, diunduh dari http://whqlibdoc.who.int/hq/

2003/WHO_CDS_CSR_EPH_2010.23.pdf.

2. Elisabeth LH Stephen BC, Elinor LB. Epidemiology, Microbiology, Clinical manifestation,

and diagnosis of Dengue fever. Uptodate 2014

3. Douglas SR, David SC, Jean EM. Dengue fever. Uptodate 2011.

4. Pallavi C, Ganesha JS. Unfurling the Rationale Use of Platelet Transfusion in Dengue

Feve. Journal of Indian J Hematol Blood Transfus (Apr-June 2011) 27(2):70–5. The stop

sepsis working group. guiideline dengue fever. Loma Linda University, 2006.

22