Diskusi Kasus Farmasi-Faringitis (Fanny).docx

download Diskusi Kasus Farmasi-Faringitis (Fanny).docx

of 29

Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-Faringitis (Fanny).docx

REFRAT

MAKALAH DISKUSI KASUSLABORATORIUM ILMU FARMASI

FARINGITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Oleh:Alfiani Rosyida Arisanti209.121.0013

KEPANITERAAN KLINIK MADYAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANGRUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Makalah Diskusi Kasus Laboratorium Ilmu Farmasi yang berjudul Faringitis ini dapat terselesaikan sesuai harapan.Tujuan penyusunan diskusi kasus ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya serta guna menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan penyakit khususnya dalam aspek farmakoterapinya misalnya pada penyakit Faringitis. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pembimbing kami atas segenap waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada kami selama proses pembuatan makalah diskusi kasus ini.Penyusun menyadari bahwa makalah diskusi kasus ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.Semoga makalah diskusi kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

Surakarta, September 2014Penyusun

Alfiani Rosyida Arisanti

DAFTAR ISI

Halaman Judul iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiBab I: PendahuluanLatar Belakang1Rumusan Masalah2Tujuan2Manfaat2Bab II: Tinjauan Pustaka Anatomi Faring3Fisiologi Faring5FaringitisDefinisi7Etiologi7Epidemiologi8Patofisiologi8Klasifikasi9Gambaran Klinis11Pemeriksaan Penunjang12Penatalaksanaan 12Prognosa14Komplikasi14Bab III: Ilustrasi Kasus Identitas Pasien15Anamnesa15Pemeriksaan Fisik17Resume21Diagnosis21Tujuan Penatalaksanaan 21Penatalaksanaan 21Resep22Prognosis22Bab IV: Pembahasan ObatKerangka Berpikir Penggunaan Obat 23Pembahasan Obat24Bab V: Penutup Kesimpulan 25Daftar Pustaka26

22

MAKALAH DISKUSI KASUS LABORATORIUM ILMU FARMASI

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTraktus respiratorius atas memanjang dari trakea. Region ini merupakan pintu gerbang ke paru dan batasnya disekitar mulut yang mengandung berbagai mikroorganisme komensal dan apparatus pulmoner yang steril. Infeksi pada region ini adalam umum, namun biasanya sembuh sendiri.Faring atau tenggorokan adalah salah satu bagian saluran pencernaan. Faring merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan esofagus. Bagian bawah faring berfungsi sebagai saluran udara dan makanan. Faring memegang peranan penting dalam proses menelan makanan.Berbagai jenis gangguan bisa saja terjadi pada tenggorokan/faring. Gangguan yang terjadi pada tenggorokan pada umumnya berupa peradangan tenggorokan (faringitis).Faringitis adalah inflamasi pada faring yang menyebabkan sakit tenggorok (Medical ensiklopedi). Faringitis akut merupakan salah satu penyakit tersering pada anak-anak yang berkunjung ke dokter umum. Di Amerika, per tahun lebih dari 10 juta pasien yang terdiagnosa sebagai faringitis akut. Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak. Insidensi puncak faringitis adlah pada usia sekolah antara umur 4-7 tahun.Kasus faringitis termasuk dalam kasus dengan area kompetensi 4A, dimana dokter umum atau dokter pada tingkat layanan primer pada saat lulus dokter harus mampu membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan (misalnya laboratorium sederhana atau X-Ray) serta dapat memutuskan dan memberikan terapi secara mandiri dan tuntas . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mengangkat kasus ini sebagai bahan pembelajaran dalam upaya penanganan pasien dengan Faringitis.

1.2. Rumusan Masalah1.2.1. Bagaimana karakteristik, penegakan diagnosa, serta pertimbangan penatalaksanaan pasien dengan Faringitis?1.2.2. Bagaimana pengertian, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinis, patogenesis, tata laksana, komplikasi, dan prognosis Faringitis?

1.3. Tujuan1.3.1. Mengetahui dan memahami karakteristik, penegakan diagnosa, serta pertimbangan penatalaksanaan pasien dengan Faringitis.1.3.2. Mengetahui dan memahami pengertian, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinis, patogenesis, tata laksana, komplikasi, dan prognosis Faringitis.

1.4. ManfaatMakalah diskusi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang Faringitis serta penatalaksanaan dan dasar pemilihan terapinya baik secara umum maupun individual, sehingga dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dalam memberikan penatalaksanaan secara rasional pada pasien dengan Faringitis.

3MAKALAH DISKUSI KASUS LABORATORIUM ILMU FARMASI

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI FARINGFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.1,7Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa 14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M. konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,2,7Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring). Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini antara lain : - batas atas: Basis Kranii - batas bawah: Palatum mole- batas depan: Rongga hidung- batas belakang: Vertebra servikalNasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus, Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 1,2,7Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring. Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : - batas atas: palatum mole- batas bawah: tepi atas epiglottis- batas depan: rongga mulut - batas belakang: vertebra servikalisStruktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. 1,7Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglottis- batas bawah : kartilago krikodea- batas depan : laring- batas belakang : vertebra servikalis

Gambar 2.1: Otot Faring dan Esofagus serta Bagian-bagian Faring

Gambar 2.2: Anatomi Nasofaring, Orofaring dan Hypoparing

II. FISIOLOGI FARINGFungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan artikulasi. 1,2II.1. Fungsi MenelanMenurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body through the mouth. Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan. Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 1,2

Gambar 2.3: Proses MenelanII.2. Fungsi Faring dalam Proses BicaraPercakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara. 1,2

III. FARINGITISIII.1. Definisi 1,2,9Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan atau faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

III.2. Etiologi 1-3,9Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (20%) dan coronaviruses (5%). Selain itu juga ada Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A, cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia