SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ......

49
1 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 – 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertajam dan mengoptimalkan perencanaan kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup sampai dengan tahun 2014 dipandang perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap muatan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010- 2014; b. Bahwa Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014 perlu dilakukan perubahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010-2014.

Transcript of SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ......

Page 1: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

1

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 – 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertajam dan mengoptimalkan perencanaan kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup sampai dengan tahun 2014 dipandang perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap muatan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014;

b. Bahwa Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014 perlu dilakukan perubahan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014;

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010-2014.

Page 2: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

2

Pasal I

1. Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Tanggal 18 November 2011

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BALTHASAR KAMBUAYA

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 21 November 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 730

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak

Page 3: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI

NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 – 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

Sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) memiliki

peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sebagai penopang

sistem kehidupan. Paradigma umum yang berkembang saat ini lebih

menempatkan SDA dan LH sebagai sumberdaya ekonomis daripada

sumberdaya ekologis. Kondisi tersebut berdampak pada pola pemanfaatan

SDA dan LH yang lebih diarahkan pada kepentingan ekonomi semata dan

kurang mempertimbangkan manfaat dan dampak pengelolaan sumberdaya

alam secara ekologis.

Secara teoritis, ketersediaan air alami di Indonesia hampir mencapai

2 milyar m3, jauh di atas kebutuhan air yang pada tahun 2003

diperkirakan hanya berjumlah sekitar 112.275 juta m3, sementara proyeksi

kebutuhan total tahun 2020 diperkirakan mencapai 127.707 juta m3.

Secara nasional terdapat surplus air, namun kenyataan memperlihatkan

bahwa pada saat musim kemarau, di beberapa daerah terjadi defisit air.

Persoalan kelangkaan dan kesulitan air yang layak pakai yang terjadi sejak

lama belakangan ini makin memburuk di beberapa daerah di Indonesia,

terutama di kota-kota besar. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi suplai

air dan distribusinya amat tidak merata dan cenderung mengancam

kualitas kehidupan.

Persoalan sumber daya air juga mencakup persoalan penurunan

kualitas. Pemantauan yang dilakukan terhadap kualitas air di 30 sungai di

Indonesia, menunjukkan bahwa hampir seluruh sungai tersebut telah

tercemar dengan derajat yang berbeda-beda. Sungai-sungai yang masih

memenuhi baku mutu air sesuai dengan peruntukannya sudah sangat

sedikit jumlahnya, dan berada di daerah yang tingkat pembangunan serta

kepadatan penduduknya relatif rendah. Tingginya pencemaran air akibat

Page 4: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

2

limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya

kualitas sumber air.

Kondisi kualitas udara dan atmosfer di beberapa daerah di Indonesia,

khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang,

Bandung dan Medan mengindikasikan kecenderungan memburuk dan

secara rata-rata kurang baik. Jenis-jenis polutan utama yang dihasilkan

dari emisi kegiatan industri dan transportasi diantaranya adalah debu

(partikulat), sulfur dioksida (SO2), oksida nitrogen (NOx), timbal (Pb) dan

karbon monoksida (CO). Pemantauan kualitas udara yang dilakukan

dengan metode Air Quality Monitoring System (AQMS) selama periode 2001-

2007, misalnya, memperlihatkan bahwa sebagian kota-kota besar memiliki

kondisi kualitas udara pada tingkat berbahaya selama proses pemantauan.

Di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Bandung malah diketahui

memiliki tingkat keasaman air hujan dalam rentang variasi pH 4,4 dan 5,2;

indikasi bahwa gejala hujan asam telah terjadi di kota-kota tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara yang dikategorikan sebagai mega-

biodiversity, atau negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang

sangat tinggi. Keragaman jenis ekosistemnya mencapai 47 tipe ekosistem

utama yang tersebar mulai dari laut sampai dengan pegunungan. Indonesia

memiliki 10% tumbuhan berbunga, 12% mamalia, 16% reptil dan ampibi,

dan 17% dari jumlah jenis burung yang ada di dunia. Indonesia juga

mempunyai jenis binatang menyusui paling banyak di dunia (515 jenis)

dimana 35% di antaranya merupakan jenis endemik Indonesia. Kekayaan

luar biasa ini tengah menghadapi berbagai ancaman yang serius. Berbagai

aktivitas manusia --yang secara langsung maupun tidak langsung

menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat-- telah menyebabkan

penurunan kualitas dan bahkan kepunahan keanekaragaman hayati.

Kegiatan pembangunan, dengan tiga aspek utamanya; yaitu manusia

dengan berbagai kebutuhannya, pemanfaatan teknologi dengan berbagai

dampaknya, serta dinamika kondisi alam dengan berbagai resiko

kerentanan dan kebencanaan yang dimilikinya berkontribusi langsung pada

kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati.

Isu limbah padat, khususnya persoalan sampah di kawasan

perkotaan, merupakan salah satu persoalan lingkungan yang menonjol dan

semakin bermasalah pada periode tahun 2004-2009. Persoalan ini ditandai

dengan meningkatnya timbulan sampah, makin langkanya lahan yang

dapat digunakan sebagai tempat pembuangan/pengolahan akhir (TPA), dan

sistem teknologi pengelolaan sampah yang digunakan yang tidak mampu

mengatasi persoalan sampah. Pengelolaan TPA dengan sistem open dumping

pada kebanyakan kota di Indonesia telah menimbulkan masalah seperti

terjadinya bencana longsoran sampah. Tingginya volume timbulan sampah

dan pengelolaan yang secara umum belum memadai telah menimbulkan

Page 5: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

3

berbagai macam persoalan lingkungan seperti pencemaran tanah, air

tanah, air permukaan dan udara (bau dan gas methane).

Selain itu, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari

berbagai sektor seperti pertambangan, industri, dan pertanian termasuk

sektor domestik (rumah tangga) juga menunjukkan peningkatan volume,

yang bila tidak terkelola berpotensi meningkatkan resiko kerusakan

lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta

makhluk hidup lain. Persoalannya adalah pengelolaan B3 dan limbah B3

dipandang rumit dan mahal, sehingga bila disertai dengan rendahnya

pemahaman masyarakat menjadikan isu pengelolaan limbah B3 bertambah

serius dari tahun ke tahun.

Posisi geografis, kondisi geologis serta berbagai perubahan pada

tingkat global, regional maupun lokal telah menempatkan Indonesia sebagai

wilayah yang unik dan spesifik yang tidak dapat ditemukan pada wilayah-

wilayah lain di dunia. Disisi lain, keadaan tersebut telah membawa

berbagai konsekuensi yang cukup mendasar khususnya hal-hal yang

berkaitan bencana alam maupun perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup, upaya-upaya mitigasi

dan pengurangan dampak bencana terutama ditujukan pada jenis-jenis

bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan dan

lahan.

Fenomena kekeringan (El Nino) dan banjir (La Nina) yang terjadi

secara luas diindikasikan juga sebagai bukti adanya perubahan iklim

global. Dibandingkan 150 tahun lalu, suhu rata-rata permukaan bumi kini

meningkat 0,6 C dan diperkirakan tahun 2100 suhu rata-rata permukaan

bumi diperkirakan akan naik lagi sebesar 1,4-5,8 C. Hal ini menyebabkan

keseimbangan lingkungan global terganggu dan akan secara langsung

mempengaruhi pola pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Adaptasi terhadap perubahan iklim mutlak diperlukan, khususnya yang

terkait dengan strategi pembangunan sektor kehutanan, pertanian,

kelautan, infrastruktur sumberdaya air dan permukiman, kesehatan dan

pembangunan yang mengikuti prinsip perencanaan tata ruang.

Kebijakan lingkungan hidup sarat dengan aspek politik karena

kuatnya keragaman mazhab para pemangku kepentingan yang tata nilainya

sering bertolak belakang. Tipologi keputusan yang dihasilkannya akan

selalu diperangkap perdebatan etika, karena umumnya berkaitan dengan

pilihan-pilihan: mana yang harus dikorbankan-mana yang harus

diselamatkan, bagaimana mendistribusikan manfaat secara “adil”, atau

bahkan memperjuangkan nasib kelompok yang tidak akan pernah terwakili

dengan baik (misalnya spesies non manusia, atau bahkan generasi yang

akan datang). Kancah “pertempuran”-nya selalu berada di wilayah

Page 6: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

4

ekonomi, karena kebijakan lingkungan hidup berhubungan langsung

dengan tata kuasa, produksi, konsumsi, dan pelestarian sumber daya alam.

Pendek kata, Kementerian Lingkungan Hidup tidak bisa semata-mata

bergerak di area ekologis saja, tetapi juga harus menjembataninya dengan

isu-isu ekonomi maupun sosial.

1.2 Kinerja Pelaksanaan Program 2004-2009

Selama tahun 2004 sampai 2009, berbagai kegiatan Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH) mengarah kepada 4 (empat) program prioritas

yaitu: (1) Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan: (2)

Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam; (3) Pengembangan

Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; dan (4)

Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup.

Kegiatan dalam Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan telah mendorong penurunan beban pencemaran dari industri,

peningkatan pengelolaan sampah berbasis 3R, peningkatan pengawasan

penaatan terhadap sumber-sumber pencemar, peningkatan jumlah limbah

B3 yang terkelola, penghentian penggunaan bahan perusak ozon (BPO) di

beberapa kegiatan industri pengguna BPO utama, peningkatan jumlah

kasus perdata dan pidana lingkungan hidup yang ditangani, pelaksanaan

investasi prasarana pengendalian pencemaran sampai tingkat

Kabupaten/Kota melalui pendistribusian Dana Alokasi Khusus (DAK)

Bidang Lingkungan Hidup, semakin lengkapnya regulasi serta standar

terkait pengendalian pencemaran dan pemulihan akibat kontaminasi bahan

pencemar, dan tersusunnya rencana aksi lintas sektor dan lintas daerah

dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.

Kegiatan dalam Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya

Alam telah mendorong percepatan implementasi pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, perlindungan dan

pengendalian kerusakan ekosistem perairan dan gambut, perlindungan dan

pengendalian kerusakan ekosistem pesisir dan pulau kecil, perlindungan

dan pengendalian kerusakan ekosistem kars, perlindungan

keanekaragaman hayati, dan peningkatan pengawasan kinerja pemerintah

daerah di bidang pengendalian kerusakan lingkungan.

Kegiatan dalam Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup telah mendorong pelaksanaan

revitalisasi dan pengembangan standar pelayanan institusi lingkungan

hidup di daerah, peningkatan jumlah dan jenis Diklat terkait lingkungan

hidup, pembentukan kader masyarakat pelestari lingkungan hidup,

Page 7: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

5

pengembangan kemitraan strategis dengan LSM, parlemen, dan berbagai

komunitas masyarakat, termasuk sekolah dan pesantren, serta

pengembangan dan penyaluran dana lingkungan kepada usaha skala kecil.

Kegiatan dalam Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup telah menghasilkan rangkaian

Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia tahunan sepanjang tahun

2004 - 2008, basis data sumber daya alam dan lingkungan hidup, kajian-

kajian analisis data spasial dan kualitas lingkungan hidup, serta sarana

dan prasarana layanan informasi lingkungan hidup kepada masyarakat

secara multimedia.

Amanat RPJP 2005 – 2025 untuk mewujudkan Indonesia yang asri

dan lestari menetapkan fokus kegiatan pada pengelolaan sumber daya alam

secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan hidup (dengan penekanan

pada pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup). RPJP

untuk mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari mencakup upaya-

upaya: mendayagunakan dan mengelola SDA terbarukan maupun tak

terbarukan; menjaga dan melestarikan SDA air dan energi;

mengembangkan potensi kelautan; menjaga, mengelola, dan meningkatkan

nilai tambah SDA khas dan kehati; mitigasi bencana; mengendalikan

pencemaran dan kerusakan lingkungan; serta meningkatkan kapasitas

pengelolaan SDA dan LH. Secara umum upaya-upaya tersebut dapat

dikelompokkan dalam dua subyek besar, yaitu pengelolaan sumberdaya

alam dan pengelolaan lingkungan hidup dengan penekanan pada

pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini

mengimplikasikan diharuskannya kelembagaan di bidang lingkungan hidup

untuk menangani pengelolaan sumberdaya alam dan pengendalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan.

1.3 Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan yang terbentuk akibat perubahan

lingkungan strategis internal maupun eksternal adalah kunci dalam

menyusun perencanaan strategis. Perencanaan itu sendiri disusun dalam

batas dan lingkup mandat yang diterima oleh Menteri Negara LH, dengan

mengacu peraturan perundangan yang terkait secara substansial terkait

dengan perlindungan dan pengelolaan LH, maupun dalam kaitan tatakelola

kelembagaan.

Secara umum, permasalahan lingkungan hidup pada tahun 2010 –

2014, masih akan dihadapkan pada pencemaran air, udara, sampah, dan

limbah B3, terutama yang bersumber dari kegiatan industri dan jasa,

rumah tangga (limbah domestik) dan sektor transportasi; kerusakan

Page 8: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

6

lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ekosistem-ekosistem sensitif

lainnya; potensi bencana lingkungan, terutama akibat kebakaran hutan

dan lahan; serta memburuknya dampak yang dirasakan akibat fenomena

perubahan iklim.

Ada empat faktor peubah (change driver) dari luar KLH sendiri yang

akan membentuk kondisi lingkungan strategis dalam melaksanakan

mandat yang diberikan, yaitu faktor ekonomi, politik, sosial, dan

perkembangan teknologi. Pengaruhnya masing-masing dijelaskan dalam

matriks-matriks analisis berikut ini:

Tabel 1.1

Potensi dan Permasalahan yang Dipengaruhi Lingkungan Strategis

Eksternal

Lingkungan Strategis Eksternal : Kondisi Politik

Potensi Permasalahan

Tersedianya regulasi terkait

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

Otonomi daerah dan orientasi

pembangunan yang sektoral

mempersulit sinkronisasi kebijakan

pengelolaan lingkungan

Aspek lingkungan hidup masih belum

mainstream

Masih besar "gap" pengetahuan dan

rincian operasional antara komitmen

di tingkat internasional dengan

implementasi di tingkat lokal

Pendekatan "Ekonomi Hijau"

disepakati sebagai metoda

pendekatan pembangunan dan

diwujudkan terutama dalam

program prioritas terkait

pengelolaan sumber daya alam

dan perwujudan penurunan

emisi karbon sebanyak 26%

Isu perubahan iklim dan penanganan

bencana masih berupa "jargon" dan

cenderung lebih banyak dipolitisir.

Tingginya tekanan untuk

mengkonversi lahan pangan dan

hutan menjadi lahan "bio-fuel"

Kompleksnya benturan kepentingan

lokal, nasional, bahkan internasional

dalam opsi revitalisasi kebijakan

pangan dan posisi Indonesia sebagai

pemasok pangan utama dunia

Page 9: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

7

Lingkungan Strategis Eksternal : Kondisi Ekonomi

Potensi Permasalahan

Prioritas pemerintah terhadap

penyediaan infrastruktur juga

mencakup penyediaan

"Infrastruktur Hijau" (prasarana

pendukung pelestarian SDA dan

LH).

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

saat ini masih menguras sumber daya

alam dan lingkungan hidup dalam

tingkat mengkhawatirkan.

Pasar siap menerima energi

sumber terbarukan

Produksi sumber energi terbarukan

belum mencapai skala ekonomis

Pasar mulai siap menjalankan

skema "Payment for Ecosystem

Services", termasuk investasi

perlindungan hutan melalui

skema perdagangan karbon dan

REDD+

Tingkat kerusakan ekosistem sudah

pada tahap dimana skema-skema

berbasis mekanisme pasar mungkin

tidak optimal menanggulangi

masalah.

Upaya menangani krisis

finansial global justru membuka

kesempatan pengembangan

potensi pendanaan internasional

yang lebih ramah lingkungan

(“The Global Green New Deal”)

Kerugian ekonomi sekitar 6,7 persen

dari PDB per tahun sejak tahun 2020

akan ditanggung negara-negara Asia

Tenggara jika tidak ada upaya konkrit

untuk menanggulangi dampak emisi

karbon

Tingginya potensi investasi di

bidang sumber energi

terbarukan

Kecenderungan saat ini masih

mengkonversi lahan pertanian dan

hutan untuk pengembangan sumber

energi terbarukan Peningkatan pariwisata

berkonsep "Eco-tourism" di

daerah-daerah

Lingkungan Strategis Eksternal : Kondisi Sosial

Potensi Permasalahan

Atmosfir demokrasi dan otonomi

daerah membuka peluang

partisipasi masyarakat yang

lebih tinggi

Tingginya pencemaran pada media

tercemar (air, tanah dan udara) yang

berdampak pada menurunnya fungsi

dan kualitas lingkungan

Akses terhadap sumber air

bersih meningkat dan meluas

Tekanan kebutuhan akibat

pertumbuhan penduduk dan kegiatan

ekonomi terlalu tinggi

Page 10: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

8

Tabel 1.1

Potensi dan Permasalahan yang Dipengaruhi Lingkungan Strategis

Eksternal

Lingkungan Strategis Eksternal : Kondisi Politik

Potensi Permasalahan

Makin banyak masyarakat

Indonesia ikut serta dalam

gerakan dukungan penanganan

perubahan iklim dan gaya hidup

ramah lingkungan

Penanganan isu sosial terkait

persoalan dan bencana lingkungan

masih superfisial akibat rendahnya

pengetahuan dan kapasitas

masyarakat

Makin banyak organisasi

kemasyarakatan yang

memfasilitasi praktek

pengelolaan sumber daya alam

skala komunitas yang

berkelanjutan

Isu konflik pengelolaan sumber daya

alam masih dalam tingkat kritis

Keterbatasan akses terhadap SDA

masih tinggi

Lingkungan Strategis Eksternal : Perkembangan Teknologi

Potensi Permasalahan

Pesatnya perkembangan

teknologi ramah lingkungan

yang telah memiliki skala

ekonomis (terutama teknologi

yang menekan emisi dan

pemakaian energi)

Keterbatasan infrastruktur dan sistem

informasi lingkungan hidup dapat

menghambat akses terhadap

pengetahuan penerapan teknologi

ramah lingkungan

Limbah dan sampah sudah bisa

dimanfaatkan sebagai sumber

energi alternative

"Pasar" limbah dan sampah belum

terbentuk baik, sehingga masih rawan

isu sosial dan dapat berbalik menjadi

disinsentif

Perkembangan nanoteknologi

dan bioteknologi membuka

kesempatan pemanfaatan

sumber daya alam baru

Indonesia rentan terhadap bencana

dan dampak perubahan iklim

Tingginya minat kerjasama

internasional di bidang

pengembangan teknologi ramah

lingkungan

Kapasitas dalam negeri belum

optimal, sehingga rentan pencurian

kekayaan intelektual maupun

kekayaan genetika

Investasi riset pengembangan

pangan secara berkelanjutan

Investasi riset teknologi masih sangat

dipengaruhi kepentingan korporasi,

Page 11: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

9

Tabel 1.1

Potensi dan Permasalahan yang Dipengaruhi Lingkungan Strategis

Eksternal

Lingkungan Strategis Eksternal : Kondisi Politik

Potensi Permasalahan

tinggi sehingga tidak selalu alternatif yang

tersedia benar-benar ramah

lingkungan. Investasi global di bidang

pengembangan sumber energi

terbarukan tinggi dan akan

terus meningkat

1.4 Mandat Kelembagaan Kementerian Lingkungan Hidup

Dalam melaksanakan mandatnya, Kementerian Lingkungan Hidup

mengacu pada peraturan perundangan Undang-undang No 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , yang memuat

paradigma perlindungan dan pengelolaan LH, antara lain:

a. Tanggungjawab kelestarian dan pengelolaan lingkungan merupakan

tanggungjawab kolektif, yang dilaksanakan melalui kesadaran dan

penguatan kordinasi seluruh pihak, terutama dalam hal menyamakan

persepsi tentang definisi pencemaran lingkungan;

b. Pengaturan yang jelas antara kewenangan pusat dan daerah dalam hal

pengawasan LH;

c. Adanya pendayagunaan pendekatan ekosistem (eco region), yang dapat

menjadi jembatan antara perencanaan pembangunan, penataan ruang,

dan pertimbangan lingkungan hidup;

d. Adanya penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara

lebih jelas. Ditunjang pula dengan penguatan kelembagaan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan

responsif;

Selain UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Kementerian LH juga mengacu pada beberapa

peraturan perundangan sebagai berikut :

a. Peraturan Perundangan terkait substantif Lingkungan Hidup

b. Ratifikasi Undang-Undang Internasional

c. Peraturan Pemerintah dan Peraturan lain terkait upaya perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup.

Page 12: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

10

Dalam melaksanakan mandat tersebut Kementerian Lingkungan

Hidup, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010, tentang

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, Kementerian LH

menyelenggarakan fungsi : (a) perumusan dan penetapan kebijakan di

bidang lingkungan hidup; (b) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan

kebijakan di bidang lingkungan hidup; (c) pengelolaan barang

milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian LH; (d)

pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian LH; dan (e)

penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup sesuai dengan undang-undang di bidang lingkungan

hidup.

1.5 Alur Pikir dan Sistematika Rencana Strategis

1.5.1 Alur Pikir Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis disusun dalam batas dan lingkup mandat yang

diterima oleh Menteri Negara LH, dengan mengacu peraturan perundangan

yang terkait secara substansial terkait dengan perlindungan dan

pengelolaan LH, maupun dalam kaitan tatakelola kelembagaan.

Page 13: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

11

Gambar 1.1 Alur Pikir Perencanaan Strategis Kementerian LH

1.5.2 Sistematika Penulisan

Substansi Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun

2010-2014 dalam dokumen ini disajikan dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

KATA PENGANTAR

Merupakan pengantar dari Menteri Negara Lingkungan Hidup;

Page 14: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

12

BAB I. PENDAHULUAN

Memberikan penjelasan secara garis besar dasar-dasar dari

perencanaan strategis Kementerian Lingkungan Hidup. Bagian ini memuat

gambaran kondisi umum yang melatarbelakangi arah kebijakan lingkungan

hidup dalam periode 5 tahun ke depan, gambaran posisi KLH sendiri dalam

konteks melanjutkan kinerja pada periode tahun 2004-2009, serta

gambaran analisis lingkungan strategis internal-eksternal untuk

mengidentifikasi potensi-potensi yang dapat digali dan permasalahan-

permasalahan yang harus dihadapi dan akan mewarnai penyusunan

program dan kegiatan periode 2010 - 2014 dalam bab-bab selanjutnya;

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS,

Bab ini menyajikan rumusan pernyataan dan komitmen strategis

yang ingin dicapai dalam lima tahun kedepan, yang dimulai dari penetapan

pernyataan Visi dan Misi, perumusan Sasaran Strategis, serta target kinerja

dari masing-masing sasaran strategis;

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Bagian ini menjelaskan arahan kebijakan pada tingkat nasional,

maupun kebijakan dan strategi pada Kementerian LH. Selanjutnya

kebijakan-kebijakan tersebut dijabarkan dalam matriks program dan

kegiatan yang diikuti dengan perencanaan anggaran indikatif dalam bentuk

distribusi resource envelope tahun 2010-2014;

BAB IV. POLA PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Kementerian LH melaksanakan penataan dan penguatan kerangka

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

melalui mekanisme dana dekonsentrasi dan DAK serta menjadi “induk”dari

beberapa fungsi dan unit organisasi yang melaksanakan program dan

kegiatan baik secara mandiri maupun dalam koordinasi Kementerian LH.

Pada bagian ini akan diulas mengenai pola hubungan, peran dan tahapan

transformasi masing-masing fungsi tersebut.

PENUTUP

Pada bagian ini akan di kemukakan gambaran kondisi yang

diharapkan dapat dicapai pada akhir masa perencanaan strategis, yaitu

tahun 2014, serta prasyarat yang diperlukan dalam pelaksanaan rencana

strategis agar dapat memperoleh hasil yang optimal;

`

Page 15: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

13

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

2.1 Visi Kementerian Lingkungan Hidup 2010 – 2014

Visi Kementerian Lingkungan Hidup adalah visi bersama seluruh unit

di dalam organisasi ini, yaitu :

Untuk menjaga kesamaan persepsi dan keselarasan menuju arah

pengembangan strategis, dirasakan perlu untuk merumuskan pemahaman

atas pernyataan visi, sbb:

Makna kata kunci dalam pernyataan Visi Kementerian LH

i ii

Kata Kunci Makna dalam Perspektif Kementerian Lingkungan Hidup

Handal

a. Sumber pengetahuan dan pemberi solusi; khususnya dalam mengatasi permasalahan SDA-LH;

b. Pragmatis dan konkrit; khususnya dalam melaksanakan upaya perlindungan dan pengelolaan LH;

Proaktif Inisiator dan penentu; terutama dalam melaksanakan upaya penurunan pencemaran, pengendalian kerusakan lingkungan, dan peningkatan kapasitas pengelolaan LH.

Berperan

a. Memiliki daya tawar tinggi; menjadi persyaratan utama dalam rangka menjalankan fungsi koordinasi, penyusunan regulasi, pengawasan dalam kerangka penaatan hukum lingkungan, peningkatan kapasitas, dan pelaksanaan fungsi teknis;

b. Memberi kontribusi vital; terutama dukungan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan;

Pembangunan

Berkelanjutan

Meyakini bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat baik generasi saat ini maupun generasi mendatang, dengan berpegang pada keharmonisan ekonomi-sosial masyarakat-lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat

Ekonomi

Hijau

Bahwa perhitungan pertumbuhan ekonomi harus dapat menginternalisasikan seluruh biaya dampak-dampak lingkungan hidup yang muncul sebagai akibat aktivitas pembangunan, produksi dan konsumsi

Tabel 2.1 Makna Kata Kunci dalam pernyataan Visi Kementerian LH

TTeerrwwuujjuuddnnyyaa KKeemmeenntteerriiaann LLiinnggkkuunnggaann HHiidduupp yyaanngg hhaannddaall ddaann pprrooaakkttiiff,, sseerrttaa bbeerrppeerraann ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann ppeemmbbaanngguunnaann bbeerrkkeellaannjjuuttaann,, ddeennggaann mmeenneekkaannkkaann pada ekonomi hijau.

Page 16: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

14

2.2 Misi Kementerian Lingkungan Hidup 2010 – 2014

Dalam upaya mencapai visi tersebut diatas, Kementerian KLH

melaksanakan peran dan fungsi yang tergambar dalam pernyataan misi

sebagai berikut:

2.3 Tujuan Kementerian Lingkungan Hidup

Berdasarkan pernyataan visi dan misi tersebut, ditetapkan tujuan

yang ingin dicapai oleh Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014

adalah:

2.4 Sasaran Strategis Kementerian Lingkungan Hidup

Sasaran strategis merupakan gambaran ranah dalam pencapaian

tujuan. Penetapan sasaran strategis ini memperhatikan arahan sasaran

strategis nasional yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Secara umum

sasaran strategis dan target kinerja dapat dibagi dalam dua kelompok,

yaitu: sasaran strategis terkait substansi pengelolaan LH, dan sasaran

strategis terkait dengan praktek tatakelola pemerintahan yang baik.

Sasaran strategis terkait substansi lingkungan pengelolaan SDA dan

LH, meliputi:

a. Penurunan beban pencemaran lingkungan;

b. Pengendalian kerusakan lingkungan hidup;

c. Peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup.

Mewujudkan penurunan beban pencemaran, pengendalian kerusakan sumber

daya alam dan lingkungan hidup, dan peningkatan kapasitas dalam rangka

pelestarian fungsi lingkungan hidup, melalui :

1. Perumusan dan penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan

berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi hijau;

2. Melaksanakan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses

pembangunan untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan

ekologi dalam pembangunan berkelanjutan;

3. Melaksanakan praktek tatakelola pemerintahan yang baik serta

mengembangkan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan hidup secara terintegrasi.

Terwujudnya pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan berkelanjutan

dengan penekanan pada ekonomi hijau (green economy) untuk menahan laju

kemerosotan daya tampung, daya dukung, dan kelangkaan sumberdaya alam,

serta mengatasi bencana lingkungan.

Page 17: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

15

Sasaran Strategis ini selanjutnya juga dianggap sebagai Indikator

Kinerja Utama Kementerian Lingkungan Hidup.

Sasaran strategis terkait praktek tatakelola pemerintahan yang baik

meliputi :

a. Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar

tanpa pengecualian (WTP);

b. Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB).

2.5 Outcome/Hasil Keluaran Kementerian Lingkungan Hidup

Perbaikan kualitas lingkungan hidup melalui penurunan beban

pencemaran lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan hidup, dan

peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup.

Page 18: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

16

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran strategis sebagaimana

telah diuraikan dalam Bab II, ditetapkan kebijakan dan strategi

Kementerian Lingkungan Hidup, yang mengacu kepada arah kebijakan

nasional yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Logika substansi

RPJMN tersebut dan relevansinya masing-masing terhadap arah kebijakan

nasional yang selanjutnya menjadi acuan dalam penetapan kebijakan dan

strategi Kementerian Lingkungan Hidup di bidang pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Keterkaitan Buku I, II, III dalam RPJMN 2010-2014

3.1 Arah Kebijakan Nasional

Dasar dari arah kebijakan nasional adalah RPJMN 2010-2014 yang

ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Pada

prinsipnya untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan digunakan

pendekatan kelembagaan yang berlandaskan pada tatakelola yang baik,

bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan efisien;

Page 19: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

17

dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat;

dan bersifat merata ke seluruh wilayah. Berikut adalah arah kebijakan

nasional sesuai logika substansi RPJMN 2010-2014:

3.1.1 Arah Kebijakan Pembangunan Nasional

Kebijakan pembangunan nasional diarahkan untuk: 1) melanjutkan

pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera yang tercermin

diantaranya dari terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara

berkelanjutan; 2) memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan

yang bersifat kelembagaan; 3) memperkuat dimensi keadilan dalam semua

bidang termasuk pembangunan antar daerah. Arah kebijakan akan

diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari prioritas nasional yang

terkait dengan lingkungan hidup dan pengelolaan bencana sebagai berikut:

Substansi Inti Program Prioritas Nasional 9 : Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Program Aksi Penanggung-

jawab Peran KLH

Perubahan Iklim : Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut, peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 ha per tahun, dan penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh melalui kerjasama lintas kementerian

KLH

Kementerian Kehutanan

Mempersiapkan standar, kebijakan, dan melakukan koordinasi

Pengendalian Kerusakan Lingkungan :

• Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut;

• Penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan sebesar 20% per tahun dan penurunan tingkat polusi keseluruhan sebesar 50% pada 2014;

• Penghentian kerusakan lingkungan di 11 Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana mulai 2010 dan seterusnya;

KLH

Kementerian Kehutanan

Pelaksana teknis dalam penurunan beban pencemaran dan melakukan koordinasi dalam pencegahan kerusakan

Sistem Peringatan Dini : Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem

BMKG Mendorong edukasi dan pemberdayaan

Page 20: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

18

Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;

masyarakat

Penanggulangan Bencana : Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana melalui : 1) penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan di 33 provinsi, dan 2) pembentukan tim gerak cepat dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang memadai

KLH

BMKG

Kementerian Kehutanan

Melaksanakan peningkatan kapasitas terkait lingkungan hidup dan pengelolaan bencana

Tabel 3.1 Substansi Inti Program Prioritas Nasional

3.1.2 Arah Kebijakan Pembangunan Bidang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 merupakan

sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat menyeluruh sehingga

persoalan yang bersifat lintas bidang harus ditangani secara holistik, dan

dalam pelaksanaan pembangunannya terdapat prinsip pengarusutamaan

yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanan pembangunan.

Arah Kebijakan pembangunan Bidang Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup khusus pada bidang Perbaikan Kualitas Lingkungan

Hidup adalah sebagai berikut:

1. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat

yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan

konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai

dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat;

2. Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya

alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai

tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada

masa yang akan datang;

3. Mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta

penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;

Page 21: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

19

3.1.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan

Berdasarkan arahan umum pembangunan wilayah RPJPN 2005-

2025, dan prioritas dalam RPJMN 2010-2014, maka arah pengembangan

wilayah ditujukan untuk :

1. Mendorong terwujudnya kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan

secara adil dan merata di seluruh wilayah;

2. Mendorong pengembangan dan pemerataan pembangunan wilayah

secara terpadu sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi dan

budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya

dukung lingkungannya;

3. Menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan

berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan

perairannya;

4. Menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah darat, laut,

pesisir, dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan wilayah

kepulauan;

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan

lintas sektor dan lintas wilayah yang konsisten dengan kebijakan

nasional;

6. Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah bencana yang

lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan;

7. Menciptakan kesatuan dan keutuhan wilayah darat, laut dan udara;

8. Mengurangi gangguan keamanan;

9. Menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia

yang maju, mandiri dan adil.

Kebijakan pengembangan kewilayahan pada Buku III RPJMN 2010-

2014 pada prinsipnya memuat tema untuk memperkuat sinergi antara

pusat dan daerah dan daerah antar daerah dalam rangka mewujudkan visi

pembangunan nasional. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan

melalui penyusunan program dan kegiatan yang konsisten, terpadu dan

bersifat lintas sektor, dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang

wilayah, sistem hukum dan kelembagaan yang andal; serta koordinasi dan

kerjasama yang solid antara kementerian/lembaga dan satuan kerja

perangkat daerah dalam seluruh proses mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka

kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah.

Page 22: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

20

3.2 Kebijakan dan Strategi Kementerian Lingkungan Hidup

Kementerian LH menetapkan arah kebijakannya selaras dengan Arah

Kebijakan Nasional yang mengacu pada RPJMN 2010-2014 sebagai berikut:

3.2.1 Kebijakan Kementerian LH

Kementerian LH menetapkan kebijakannya yang menjadi landasan

operasional KLH dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya, untuk

dijadikan landasan implementasi program dan kegiatan dalam rangka

mewujudkan visi, misi, dan tujuan KLH, sebagai berikut:

3.2.1.1 Kebijakan Umum

1. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, seluruh jajaran

Kementerian LH harus memperhatikan azas ketaatan dengan

mengacu pada UU No 32 tahun 2009 mengenai Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

2. Melaksanakan sinergi antar Kementerian/Lembaga/Daerah untuk

menjamin implementasi program prioritas nasional;

3.2.1.2 Kebijakan Bidang SDA dan LH

1. Seluruh upaya pencapaian sasaran kinerja baik terkait dengan

prioritas nasional maupun prioritas bidang, harus dilaksanakan

secara sinkron dan terintegrasi;

2. Melaksanakan kemitraan strategis dengan Kementerian/Lembaga

maupun kerjasama bilateral dan multilateral yang berdasarkan

prinsip kesetaraan;

3. Kinerja diukur dengan pencapaian Sasaran Strategis atau Indikator

Kinerja Utama yaitu:

a. penurunan beban pencemaran,

b. pengendalian kerusakan lingkungan, dan

c. peningkatan kapasitas pengelolaan SDA & LH

3.2.1.3 Kebijakan Kewilayahan

1. Melaksanakan sinkronisasi pusat-daerah dan antar daerah dalam

pencapaian sasaran strategis dari masing-masing program prioritas

dengan memperhatikan potensi, fokus dan permasalahan tiap

daerah;

2. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh

proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran,

kelembagaan, dan pengembangan wilayah.

Page 23: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

21

3.2.2 Strategi Kementerian LH

Untuk mencapai visi dan menjalankan misi kelembagaan, dengan

memperhatikan arah kebijakan yang ditetapkan, maka ditetapkan strategi

yang penerapannya dilakukan sesuai dengan lingkup tugas pokok dan

fungsi unit-unit kerja, dengan peran dan tanggungjawab yang diemban,

sebagai berikut:

3.2.2.1 Strategi Umum Kementerian LH

1. Memberikan arah berkaitan dengan bentuk aktivitas yang dapat

dilakukan agar dapat memperolah hasil yang optimal, dengan

berpegang pada ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan LH

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum.

2. Melaksanakan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Daerah

terkait dalam upaya pencapaian program aksi prioritas nasional di

bidang perubahan iklim, pengendalian kerusakan lingkungan,

sistem peringatan dini, dan penanggulangan bencana.

3.2.2.2 Strategi Bidang SDA dan LH

1. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan intra organisasi

baik dengan unit organisasi struktural maupun organisasi afiliasi di

bawah naungan Kementerian LH dalam upaya pencapaian sasaran

strategis/Indikator Kinerja Utama;

2. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi inter organisasi dalam

upaya pencapaian sasaran strategis/Indikator Kinerja Utama.

3.2.2.3 Strategi Kewilayahan

1. Upaya pencapaian sasaran strategis dalam perlindungan dan

pengelolaan LH berbasis pada asas ekoregion dengan

memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekositem kondisi

geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan local;

2. Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) menjalankan peran dan

tanggungjawab sebagai extended value chain bagi Kementerian LH,

khususnya dalam peningkatan kapasitas stakeholders di daerah;

3. Mempertajam dan merampingkan implementasi kegiatan dengan

memfokuskan penyusunan kebijakan dan pelaksanaan bimbingan

teknis oleh KLH, dan mendorong pelaksanaan teknis di lapangan

kepada instansi lingkungan hidup Propinsi/Kabupaten/Kota;

4. Memberikan arahan pengembangan Infrastruktur Hijau dan

Kegiatan Fisik di Daerah

5. Sinergi pusat-daerah dan antar daerah dilakukan melalui upaya:

Page 24: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

22

a. Mewujudkan sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan

daerah dengan memperhatikan aspirasi daerah;

b. Mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan;

c. Mendorong penataan dan penguatan kerangka perimbangan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

melalui instrumen pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK), dan

dana Dekonsentrasi untuk menjaga harmonisasi kepentingan

nasional dan kebutuhan daerah dengan usulan program dan

kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis Kementerian LH;

d. Menyempurnakan pengaturan kewenangan antartingkat

pemerintahan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja

secara bertanggung jawab dan meningkatkan kapasitas aparatur

daerah.

Berikut merupakan arahan pengembangan insfrastruktur hijau dan

kegiatan fisik di daerah yang disesuaikan dengan kondisi wilayah :

Gambar 3.2. Infrastruktur Hijau dan Kegiatan Fisik di ekoregion

Page 25: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

23

3.2.3 Strategy Map Kementerian LH

Gambar 3.3 Strategy Map Kementerian LH

3.3 Program dan Kegiatan

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kementerian

Lingkungan Hidup menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode

2010-2014. Perencanaan program dan Kegiatan dilakukan dengan

mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Strategis K/L.

3.3.1 Program Teknis: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup

Dengan mengacu pada Pedoman penyusunan Rencana Strategis K/L,

maka program teknis pada Kementerian LH untuk periode perencanaan

2010-2014, dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 26: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

24

Tujuan program :

Program ini bertujuan untuk meningkatkan perbaikan fungsi lingkungan

hidup dan pengelolaan sumber daya alam dalam upaya mengendalikan

perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup pada air, lahan, udara,

dan keanekaragaman hayati.

Sasaran strategis/Outcomes :

a. Penurunan beban pencemaran

b. Pengendalian kerusakan lingkungan hidup

c. Peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup

Pengelompokan Fungsi berdasarkan Sasaran Strategis :

Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Teknis berdasarkan Sasaran Strategis

Program Sasaran Strategis Kelompok Kegiatan

Menurut Fungsi Eselon I Pelaksana

i ii iii iv

Program Pengelolaan

Sumber Daya Alam

dan Lingkungan

Hidup

1. Penurunan beban pencemaran

2. Peningkatan kapasitas PSDA dan LH

Pengendalian pencemaran lingkungan hidup

Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Pengelolaan B3, limbah B3, dan sampah

Deputi Bidang Pengelolaan B3, Limbah B3, dan Sampah

1. Pengendalian kerusakan lingkungan

2. Peningkatan kapasitas PSDA dan LH

Penataan lingkungan

Deputi Bidang Tata Lingkungan

Pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan perubahan iklim

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Peningkatan kapasitas PSDA dan LH

Penaatan hukum lingkungan

Deputi Bidang Penaatan Hukum Lingkungan

Pengembangan komunikasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat

Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

Page 27: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

25

Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Teknis berdasarkan Sasaran Strategis

Program Sasaran Strategis Kelompok Kegiatan

Menurut Fungsi Eselon I Pelaksana

i ii iii iv

Pembinaan sarana teknis lingkungan hidup

Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan Hidup

Tabel 3.2

Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Teknis berdasarkan

Sasaran Strategis

Kegiatan :

Kegiatan yang termasuk dalam program ini di cluster berdasarkan

kelompok sasaran strategis (Indikator Kinerja Utama) dan Fungsi Eselon I

sebagai berikut:

1. Kegiatan yang termasuk dalam upaya Penurunan Beban Pencemaran,

meliputi :

a. Pengendalian pencemaran manufaktur, prasarana dan jasa (Prioritas

Nasional)

b. Pengendalian pencemaran pertambangan, energi dan migas (Prioritas

Nasional)

c. Pengendalian pencemaran agroindustri dan usaha skala kecil

(Prioritas Nasional)

d. Pengendalian pencemaran udara sumber bergerak (Prioritas Nasional)

e. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) (Prioritas Nasional)

f. Peningkatan verifikasi pengelolaan limbah B3 (Prioritas Nasional)

g. Pengelolaan limbah B3 dan pemulihan kontaminasi limbah B3

(Prioritas Nasional)

h. Pengelolaan sampah bidang lingkungan hidup

2. Kegiatan yang termasuk upaya Pengendalian Kerusakan Lingkungan,

meliputi :

a. Pengendalian kerusakan ekosistem perairan darat (Prioritas Nasional)

b. Keanekaragaman hayati dan pengendalian kerusakan lahan (Prioritas

Nasional)

c. Mitigasi dan pelestarian fungsi atmosfir (Prioritas Nasional)

d. Kajian kebijakan wilayah dan sektor (Prioritas Nasional)

e. Peningkatan instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan hidup

(Nasional)

f. Adaptasi perubahan iklim

Page 28: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

26

g. Pengendalian kerusakan lingkungan pesisir dan laut

h. Perencanaan pemanfaatan SDA dan LH

i. Peningkatan pelaksanaan kajian dampak lingkungan

3. Kegiatan yang termasuk upaya Peningkatan Kapasitas, meliputi :

a. Pengaduan dan penaatan hukum administrasi lingkungan (Prioritas

Nasional)

b. Penyelesaian sengketa lingkungan (Prioritas Nasional)

c. Penegakan hukum pidana lingkungan (Prioritas Nasional)

d. Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup di daerah (Prioritas

Nasional)

e. Peningkatan data, informasi, dan infrastruktur sistem informasi

lingkungan hidup

f. Pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup

g. Peningkatan peran masyarakat

h. Peningkatan kebijakan standarisasi, teknologi dan produksi bersih

i. Peningkatan sarana teknis pengendalian dampak lingkungan

j. Peningkatan komunikasi lingkungan

k. Peningkatan peran organisasi kemasyarakatan

l. Penguatan inisiatif masyarakat

m. Perjanjian internasional lingkungan

n. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan

lingkungan hidup

o. Pengelolaan Ekoregion Sumatera

p. Pengelolaan Ekoregion Jawa

q. Pengelolaan Ekoregion Bali-Nusatenggara

r. Pengelolaan Ekoregion Kalimantan

s. Pengelolaan Ekoregion Sulawesi, Maluku, dan Papua

Jenis Output yang Dihasilkan :

Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana eselon II kecuali Unit

Pengelola Teknis mandiri dan Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan

kategori-kategori output yang secara garis besar dapat dirangkum sebagai

berikut :

1. Penyusunan rekomendasi kebijakan, peraturan, regulasi, metodologi,

konsep, dan kajian

2. Pelayanan publik (perijinan, pengaduan, penyelesaian kasus,

pengembangan dan pelayanan informasi)

3. Pembinaan (pengawasan, pembinaan, insentif/disinsentif, asistensi

terhadap pemerintah daerah atau masyarakat) dan monitoring-evaluasi

(monev)

Page 29: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

27

Proses Penajaman dan Perampingan Output 2010-2014 Unit Kerja Eselon II

Kelompok Kegiatan Menurut Fungsi

Jumlah Output

T.A 2011

Jumlah Output

T.A 2012

Jumlah Output

T.A 2013

Jumlah Output

T.A 2014 I ii iii iv v

Penataan lingkungan 23 10 10 10

Pengendalian pencemaran

23 14 14 14

Pengendalian kerusakan dan perubahan iklim

23 10 10 10

Pengelolaan limbah B3 dan sampah

17 10 10 10

Penaatan hukum lingkungan

30 12 12 12

Pengembangan komunikasi dan pemberdayaan masyarakat

9 8 8 8

Pembinaan sarana teknis LH

12 6 6 6

JUMLAH 137 70 70 70

Tabel 3.3

Proses Penajaman dan Perampingan Output 2011-2014 Unit Kerja Eselon II

Kegiatan yang dilaksanakan Unit Pengelola Teknis mandiri dan Pusat

Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori output yang secara garis

besar dapat dirangkum sebagai berikut :

1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, inventarisasi data(dilakukan

melalui monev), konsep, dan kajian

2) Pelayanan publik

3) Pembinaan dan peningkatan kapasitas

4) Layanan perkantoran

Page 30: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

28

Proses Penajaman dan Perampingan Output 2010-2014 UPT Mandiri dan PPE

Kelompok Kegiatan

Menurut Fungsi

Jumlah Output

T.A 2011

Jumlah Output

T.A 2012

Jumlah Output

T.A 2013

Jumlah Output

T.A 2014 Pengembangan Sumberdaya Manusia/Diklat

3 3 3 3

Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan

7 4 4 4

Pusat Pengelolaan Ekoregion

7 4 4 4

Tabel 3.4

Proses Penajaman dan Perampingan Output 2011-2014 UPT Mandiri dan

PPE

Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah

dilaksanakan oleh SKPD institusi lingkungan hidup di tingkat Provinsi,

yang menghasilkan output sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengendalian pencemaran Provinsi

2. Pelaksanaan pengendalian kerusakan Provinsi

3. Pelaksanaan peningkatan kapasitas PSDA dan LH Provinsi

3.3.2 Program Generik: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya KLH

Dengan mengacu pada Pedoman penyusunan Rencana Strategis K/L,

maka program generik pada Kementerian LH untuk periode perencanaan

2010-2014, dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tujuan Program :

Program ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola

pemerintahan yang baik melalui pelaksanaan dukungan manajemen dan

tugas teknis lainnya di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup.

Sasaran Strategis/Outcomes :

1. Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar

tanpa pengecualian (WTP);

2. Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB)

Page 31: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

29

Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan Sasaran Strategis

Program Sasaran Strategis Kelompok Kegiatan

Menurut Fungsi Eselon I

Pelaksana

i ii iii iv

Program Dukungan Manajemen

1. Pengelolaan keuangan kementerian

2. Percepatan implementasi reformasi birokrasi

Pemberian dukungan manajemen dan penyediaan sarana dan prasarana

Sekretariat Kementerian

LH

Tabel 3.5

Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Generik berdasarkan

Sasaran Strategis

Indikator :

1. Pelaksanaan RB merupakan komponen dari sistem penilaian kinerja unit

kerja, maupun kinerja para pejabat/pimpinan unit kerja, pegawai;

2. Peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan

minimal;

3. Pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara akuntabel dengan menaati

perundangan : Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem

Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP), Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah;

4. Peningkatan efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program,

pendanaan dan akuntabilitas kinerja;

Kegiatan:

Kegiatan yang termasuk dalam program ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan perencanaan dan kerjasama luar negeri

2. Peningkatan kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim

3. Pengendalian internal

4. Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum, rumah tangga,

keuangan dan kepegawaian

5. Pengembangan telaahan kebijakan

6. Pengembangan perundang-undangan dan hubungan masyarakat

3.4 Anggaran Indikatif Kementerian LH Tahun 2010-2014

Indikatif alokasi anggaran dalam Rencana Strategis Kementerian

Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014 bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sebesar Rp.

Page 32: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

30

4.035.800.000.000 (empat trilyun tiga puluh lima milyar delapan ratus juta

rupiah), dengan perincian sebagaimana pada Tabel 3.5

No. Program

Alokasi Anggaran Baseline (Rp Milyar)

Total Alokasi 2010 –

2014 (Rp Milyar)

2010 2011 2012 2013 2014

i ii iii iv v vi vii viii

1 Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

213.78

618.95

703.3

733.35

743.35

3012.73

2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup

186.6

241.37

182.1

200 190 1000.07

3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian Lingkungan Hidup

2 19 - - - 21

Jumlah 404.

38 879.

32 885.

4 933.

35 933.3

5 4035.8

Tabel 3.5

Anggaran Indikatif Baseline Program 2010 - 2014 Kementerian Lingkungan

Hidup

Pemanfaatan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) diatas diselenggarakan dengan prinsip-prinsip

berikut :

1. Memperbesar porsi distribusi kepada kegiatan Peningkatan Pengelolaan

Lingkungan Hidup di Daerah dalam bentuk penyaluran Dana

Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan kepada SKPD Lingkungan

Hidup di Provinsi maupun Kabupaten/Kota

2. Mengutamakan porsi pagu kepada kegiatan-kegiatan yang menjadi

prioritas nasional

3. Menggeser pola belanja menjadi lebih banyak belanja modal sejalan

dengan semakin besarnya porsi distribusi dalam bentuk Dana

Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan, bahkan juga Dana Alokasi

Khusus.

Page 33: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

31

BAB IV POLA PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Pola pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya berfokus pada

pengelolaan kegiatan melalui pengorganisasian satuan kerja lingkungan

hidup dan mekanisme-mekanisme Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP), Dana Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan, dan Dana Alokasi

Khusus (DAK).

4.1 Pola Pengorganisasian dan Pengelolaan Satuan Kerja Lingkungan

Hidup

Satuan kerja Lingkungan Hidup terdiri atas dua jenis satker, yaitu:

(1) Satuan kerja mandiri lingkungan hidup (satker mandiri LH) yang

(a) secara struktur masuk ke dalam struktur organisasi KLH

dibawah Eselon II dan bertanggung jawab secara langsung kepada

Menteri Lingkungan Hidup yang diatur melalui Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup tentang Organisasi dan Tata Kerja

KLH, (b) secara teknis kegiatan satker mandiri LH menyerap

sebagian dari kegiatan KLH dan diukur oleh IKU KLH, (c) secara

administrative, memiliki wewenang dalam melaksanakan kegiatan

administrative pusat, dan (d) alokasi anggaran satker mandiri

masuk kedalam system APBN dan dialokasikan kedalam

anggaran KLH;

(2) Organisasi afiliasi lingkungan hidup yang (a) secara struktur

berada di luar struktur organisasi KLH dan diatur oleh peraturan

perundangan yang berlaku, (b) secara teknis kegiatan satker

mandiri LH memiliki IKU tersendiri, (c) secara administrative,

memiliki wewenang dalam melaksanakan kegiatan administratif

termasuk fungsi perencanaan dan penganggaran, dan (d) alokasi

anggaran satker mandiri LH dititipkan melalui sistem anggaran

KLH.

4.1.1 Pola Hubungan dan Peran dalam pengelolaan Pusat Pengelolaan

Ekoregion (PPE)

Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) adalah unsur pendukung yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Negara

Lingkungan Hidup melalui Sekretaris Kementerian. Pusat Pengelolaan

Ekoregion mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan kegiatan

perlindungan dan pengelolaan wilayah ekoregion. Pola hubungan dan peran

PPE diilustrasikan pada gambar 4.1 dan dijelaskan pada table 4.1.

Page 34: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

32

Gambar 4.1: Pola pengorganisasian dan pengelolaan PPE

No Unit Kerja Peran Sebagai Satuan Kerja Mandiri LH

i ii Iii 1 PPE 1. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan

inventarisasi dan pengembangan sistem informasi lingkungan hidup;

2. Penyiapan koordinasi dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya alam;

3. Penyiapan koordinasi dan peningkatan kapasitas perlindungan dan pengelolaan wilayah ekoregion;

4. Pelaksanaan administrasi pusat.

2 Sekretariat Kementerian LH

1. Koordinasi dukungan administrasi

2. Koordinasi dukungan dalam penyusunan rencana, program, dan anggaran

3. Pemantauan, analisis, dan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran.

3 Eselon I c.q. Unit Eselon II terkait

1. Koordinasi kegiatan teknis

2. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan kegiatan teknis

4 Referensi Dasar

Permen LH no 16 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup

Tabel 4.1: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan PPE

4.1.2 Pola Hubungan dan Peran dalam Pengelolaan Satuan Kerja Badan

Layanan Umum

Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip

Page 35: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

33

ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Yang

dimaksud dengan praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi

organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka

pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka, pendirian BLU adalah sebagai

alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan

manajemen keuangan berbasis pada hasil, dan bukanlah semata-mata

sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Bentuk

peningkatan pelayanan kepada masyarakat/publik berupa tarif/ harga

layanan yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik,

cepat, efisien dan efektif. Pola hubungan dalam pengelolaan satker BLU di

KLH diilustrasikan pada gambar 4.2 dengan peran dalam pengelolaan BLU

dijelaskan pada table 4.2.

Gambar 4.2: Pola pengorganisasian dan pengelolaan Satker BLU LH

Penyusunan RKA-KL untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

oleh satker BLU, disamping mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku tentang Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) serta

Pelaksanaan Anggaran BLU, juga mengacu pada PMK tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan RKA-KL tahun berjalan.

Dalam rangka penyusunan anggaran BLU dimaksud supaya

memperhatikan hal–hal sebagai berikut :

a. Satker BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada strategi bisnis;

Page 36: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

34

b. RBA BLU memuat seluruh program, kegiatan, anggaran penerimaan/pendapatan, anggaran pengeluaran/belanja, estimasi saldo awal dan estimasi saldo akhir kas BLU;

c. RBA disusun berdasarkan :

i). Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya; dan

ii). Kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat.

d. Satker BLU yang telah menyusun RBA menurut jenis layanannya dan selanjutnya menyusun standar biaya, serta menggunakan standar biaya tersebut;

e. Pagu dana pada ikhtisar RBA pada komponen PNBP dan Rupiah Murni (RM) harus sama dengan alokasi anggaran pada pagu sementara.

No Unit Kerja Peran i ii iii

1 Menteri Keuangan

1. Menetapkan instansi pemerintah yang telah memenuhi persyaratan substantive, teknis, dan administrative untuk menerapkan Pola Pengelolaan (PPK) BLU.

2. Memberi keputusan penetapan atau surat penilakan terhadap usulan penetapan BLU

3. Membuat penetapan pencabutan penerapan PPK BLU

4. Menunjuk suatu tim penilai usulan penetapan dan pencabutan PPK BLU

5. Menetapkan usul tariff layanan dari Menteri LH 6. Mengkaji kembali standar biaya dan anggaran BLU

dalam rangka pemrosesan RKA-KL 7. Mengesahkan doumen pelaksanaan anggaran BLU 8. Pembinaan dan pengawasan keuangan

2 Menteri Lingkungan Hidup

1. Mengusulkan instansi KLH yang memenuhi persyaratan substantive, teknis, dan administrative untuk menerapkan Pola Pengelolaan (PPK) BLU kepada Menteri Keuangan

2. Menetapkan standar pelayanan minimum PPK BLU 3. Mengusulkan tarif layanan kepada Menteri

Keuangan 4. Mengusulkan RBA BLU yang telah disetujui kepada

Menteri Keuangan 5. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran BLU

untuk diajukan kepada Menteri Keuangan 6. Menetapkan perjanjian kinerja dengan pimpinan

BLU 7. Menentukan kebijakan pengelolaan barang yang

Page 37: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

35

No Unit Kerja Peran

i ii iii meliputi pengadaan barang/jasa dan inventarisasi aset

8. Pembinaan dan pengawasan teknis 9. Mengkonsolidasikan laporan keuangan BLU dengan

laporan keuangan KLH 3 Satker BLU 1. Memenuhi persyaratan substantive, teknis, dan

administrative untuk pola pengelolaan keuangan BLU

2. Menyampaikan dokumen persyaratan administrative kepada Menteri Lingkungan Hidup untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan

3. Mengusulkan standar pelayanan minimum kepada Menteri LH

4. Mengusulkan tariff layanan kepada Menteri LH 5. Menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan

dengan mengacu kepada Renstra KLH 6. Menyusun RBA tahunan dengan mengacu pada

Renstra Bisnis 7. Mengusulkan RBA kepada Menteri KLH untuk

dibahas sebagai bagian dari RKA-KL 8. Mengelola Kas, Piutang dan Utang, Barang/Jasa 9. Menerapkan sisten informasi manajemen

keuangan 10. Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat

teknis 11. Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja

operasional dan keuangan BLU 4 Referensi

Dasar 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara 2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbedaharaan

Negara 3. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan BLU 4. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang berlaku

tentang Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan PMK tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKA-KL tahun berjalan

Tabel 4.2: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan BLU LH

4.1.3 Pola Hubungan dan Peran dalam Pengelolaan Organisasi Afiliasi LH

Organisasi afiliasi KLH adalah satuan kerja pemerintah pusat baik

berupa komisi nasional maupun dewan nasional yang dibentuk dari hasil

komitmen nasional maupun internasional yang telah diratifikasi ke dalam

hirarki perundangan, yang dimana kegiatannya berfokus pada bidang SDA

LH dan penganggarannya masuk kedalam system APBN dengan mekanisme

alokasi anggarannya dititipkan melalui KLH. Pola hubungan dalam

Page 38: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

36

pengelolaan Organisasi Afiliasi di KLH diilustrasikan pada gambar 4.3

dengan peran dalam pengelolaan Organisasi Afiliasi dijelaskan pada tabel

4.3.

Gambar 4.3: Pola pengorganisasian dan pengelolaan Organisasi Afiliasi LH

No Unit Kerja Peran i ii iii

1 Presiden RI 1. Membentuk Dewan Nasional dan/atau Komisi Nasional melalui Peraturan Presiden.

2 KLH c.q. Sekretaris Menteri LH

1. Mengalokasikan anggaran untuk Organisasi Afiliasi

3 KLH c.q. Eselon II

1. Menyediakan sekretariat untuk organisasi afiliasi terkait

2 Organisasi Afiliasi LH

1. Merumuskan kebijakan nasional, strategi, program dan kegiatan di bidang LH terkait

2. Mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas terkait

3. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan terkait

4. Menjalankan tugas lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangan terkait

3 Referensi Dasar

Komitmen Nasional dan Internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Pusat, antara lain: 1. PP Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan

Hayati Produk Rekayasa Genetik 2. Perpres Nomor 46 Tahun 2008 tentang Dewan

Nasional Perubahan Iklim 3. Permen LH Nomor 76 Tahun 2006 Tentang

Page 39: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

37

Komite Pengarah Pusat Produksi Bersih Nasional direvisi dengan Permen LH Nomor 90 Tahun 2006

Tabel 4.3: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan Organisasi Afiliasi LH

4.2 Pola Hubungan dan Peran dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan

Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:

a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;

b. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang

dipisahkan;

d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

Pemerintah;

e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal

dari pengenaan denda administrasi;

f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;

g. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pola hubungan dalam pengelolaan PNBP di KLH diilustrasikan pada

gambar 4.4 dengan peran dalam pengelolaan PNBP dijelaskan pada tabel

4.4.

Gambar 4.4: Pola pengorganisasian dan pengelolaan PNBP

Page 40: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

38

No Unit Kerja Peran

i ii iii 1 Menteri

Keuangan 1. Menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih dan

atau memungut PNBP terutang 2. Persetujuan penggunaan PNBP untuk kegiatan

kementerian teknis 3. Meminta instansi yang berwenang untuk memeriksa

K/L

2 Menteri Negara Lingkungan Hidup c.q. Sekretaris Menteri

1. Menyetor langsung PNBP ke Kas Negara 2. Menyampaikan rencana dan laporan realisasi PNPB

kepada Menteri Keuangan 3. Mengajukan kepada Menteri Keuangan rencana

penggunaan sebagian dari PNBP untuk penggunaan kegiatan KLH sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

4. Menetapkan jumlah PNPB yang Terutang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

5. Memberukan persetujuan kepada Wajib Bayar untuk mengangsur atau menunda PNBP yang Terutang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

6. Bersama dengan Wajib Bayar PNBP mengadakan pencatatan yang dapat menyajikan keterangan yang cukup untuk dijadikan dasar penhgitungan PNBP

7. Meminta instansi yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar

3 Wajib Bayar PNBP

1. Menhitung PNBP yang Terutang kepada KLH 2. Membayar jumlah PNBP yang Terutang

4 Referensi Dasar

1. UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP 2. PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan

Penyetoran PNBP 3. PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara

Penggunaan PNBP yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu

Tabel 4.4: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan PNBP

4.3 Pola Hubungan dan Peran dalam Pengelolaan Dekonsentrasi (DK) dan

Tugas Pembantuan (TP)

Dekonsentrasi (DK) adalah dana yang berasal dari Angaran dan

Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh gubernur

sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan

pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi (DK), tidak

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

Sedangkan Dana Tugas Pembantuan (TP) adalah dana yang berasal dari

APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka tugas pembantuan.

Page 41: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

39

Pengalokasian anggaran melalui kedua mekanisme tersebut diatas

bertujuan untuk meningkatkan pencapaian kinerja, efisiensi dan efektivitas

dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan

pembangunan di daerah, serta menciptakan keselarasan dan sinergitas

secara nasional antara program dan kegiatan DK dan TP yang didanai dari

APBN dengan program dan kegiatan desentralisasi yang didanai dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu,

pengalokasian DK dan dana TP juga dimaksudkan untuk lebih menjamin

tersedianya sebagian anggaran K/L bagi pelaksanaan program dan kegiatan

yang sudah ditetapkan dalam Renja-KL yang mengacu pada Rencana Kerja

Pemerintah (RKP).

Pengalokasian anggaran dalam RKA-KL untuk kegiatan-kegiatan K/L

yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui

mekanisme DK dan TP, disamping mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan

Dana Tugas Pembantuan, juga mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL .

Pengalokasian anggaran dalam rangka penyusunan RKA-KL dengan

menggunakan mekanisme DK dan/atau TP perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Program dan kegiatan yang didanai tertuang dalam RKA-KL, dan sepenuhnya dari APBN melalui RKA-KL/DIPA;

b. K/L tidak diperkenankan mensyaratkan dana pendamping;

c. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan;

d. Dana Dekon dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui K/L kepada Gubernur;

e. Dana TP dilaksanakan setelah adanya penugasan wewenang Pemerintah melalui K/L kepada Gubernur/Bupati/Walikota;

f. Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, K/L juga harus memperhitungkan kebutuhan anggaran:

i). Biaya penyusunan dan pengiriman laporan oleh SKPD;

ii). Biaya operasional dan pemeliharaan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang belum dihibahkan;

iii). Honorarium pejabat pengelola keuangan dana dekonsentrasi dan/atau dana tugas pembantuan;dan

iv). Biaya lainnya dalam rangka pencapaian target pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

g. Pengalokasian Dana Dekon dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di

Page 42: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

40

daerah (besarnya transfer ke daerah dan kemampuan keuangan daerah),dan kebutuhan pembangunan di daerah

h. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan

i. Karakteristik DK

i). Sifat kegiatan non-fisik yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap

ii). Kegiatan non-fisik, antara lain berupa: sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi,bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian dan survei, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian.

j. Karakteristik TP

i). Sifat kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap;

ii). Kegiatan fisik, antara lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta dapat berupa kegiatan yang bersifat fisik lainnya;

iii). Kegiatan bersifat fisik lainnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

Gambar 4.5: Pola pengorganisasian dan pengelolaan Dekonsentrasi (DK)

Page 43: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

41

Gambar 4.6: Pola pengorganisasian dan pengelolaan Tugas Pembantuan (TP)

No Unit Kerja Peran dalam

Penyelenggaraan DK Peran dalam

Peneyelenggaraan TP

i ii Iii iv

1 Menteri LH 1. Memberitahukan kepada Gubernur mengenai lingkup kegiatan yang akan dilimpahkan, yang ditetapkan kedalam Peraturan Menteri LH

2. Peraturan Menteri LH disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Bappenas

3. Menyampaikan kepada Gubernur RKA-KLH yang telah ditetapkan menjadi Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SPASK)

4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang kepada Presiden melalui Menteri

1. Memberitahukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota/ Kapala Desa mengenai lingkup kegiatan yang akan dilimpahkan, yang ditetapkan kedalam Peraturan Menteri LH

2. Menyampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota RKA-KLH yang telah ditetapkan menjadi Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SPASK)

Page 44: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

42

No Unit Kerja Peran dalam Penyelenggaraan DK

Peran dalam Peneyelenggaraan TP

i ii Iii iv

Keungan 2 KLH c.q.

EselonI/II/ Satker Mandiri

1. Memprakarsai dan merumuskan kegiatan yang akan dilimpahkan kepada Gubernur, yang dituangkan kedalam rancangan Renja KLH

2. Bersama dengan Bappenas melakukan penelaahan Renja KL yang memuat rumusan tentang kegiatan yang akan dilimpahkan kepada Gubernur yang hasilnya dituangkan kedalam bahan penyusunan Renja KLH dan RKP

3. Menuangkan penganggaran DK kedalam RKA-KLH

1. Memprakarsai dan merumuskan kegiatan yang akan dilimpahkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota/Kepala Desa, yang dituangkan kedalam rancangan Renja KLH

2. Menyampaikan rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kapada Gubernur/ Bupati/ Walikota/Kepala Desa kedalam Renja KLH dan disampaikan kepada Bappenas dalam Musyawarah Pembangunan Nasional (Musrenbangnas)

3. Bersama dengan Bappenas melakukan penelaahan Renja KL yang memuat rumusan tentang kegiatan yang akan dilimpahkan yang hasilnya dituangkan kedalam bahan penyusunan Renja KLH dan RKP

3 Gubernur (untuk DK) Gubernur/ Bupati/ Walikota (untuk TP)

1. Sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah

2. Penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan kegiatan DK

3. Menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah

1. Sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah

2. Penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan kegiatan TP

3. Membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan

Page 45: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

43

No Unit Kerja Peran dalam Penyelenggaraan DK

Peran dalam Peneyelenggaraan TP

i ii Iii iv

Membayar, dan Bendahara Pengeluaran serta menyampaikan kepada Menteri LH dan Menteri Keuangan

4. Membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan

5. Memeberitahukan kepada DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan

6. Koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan dan pelaporan

7. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan DK kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Bappenas

penyelenggaraan urusan pemerintahan

4. Memeberitahukan kepada DPRD menngenai RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK pada saat pembahasan RAPBD

5. Mengusulkan pejabat pengelola keuangan TP untuk ditetapkan oleh KLH

6. Menugaskan SKPD dalam pelaporan TP

7. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan TP kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Bappenas

4 SKPD 1. Melakukan penatausahaan barang milik Negara dari pelaksanaan DK

2. Pelaksanaan DK 3. Meneyelenggarakan

akuntansi dan penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban

1. Melakukan penatausahaan barang milik Negara dari pelaksanaan TP

2. Pelaksanaan TP 3. Meneyelenggarakan

akuntansi dan penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban

Page 46: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

44

No Unit Kerja Peran dalam Penyelenggaraan DK

Peran dalam Peneyelenggaraan TP

i ii Iii iv

keuangan dan barang keuangan dan barang 5 Kapala

Desa 1. Kepala Desa melakukan

persiapan dan koordinasi dengan badan permusyawaratan desa, kecamatan dan pemerintah kabupaten/kota

2. Kepala Desa melaksanakan TP dan bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan TP

3. Pelaporan kegiatan TP dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi pemerintah desa

6 Referensi Dasar

1. PP Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

2. Renstra KLH 2010 – 2014

Tabel 4.5: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan Dekonsentrasi (DK)

4.4 Pola Hubungan dan Peran dalam Pengelolaan Dana Alokasi Khusus

(DAK)

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas:

a. Dana Bagi Hasil; b. Dana Alokasi Umum; dan c. Dana Alokasi Khusus.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan

daerah dan sesuai dengan prioritas nasioanl. Besaran DAK ditetapkan

setiap tahun dalam APBN. Dasar hukum DAK adalah UU Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemeritah Pusat dan

Pemerintah Daerah; dan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan.

DAK Lingkungan Hidup diarahkan untuk meningkatkan kinerja

daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang lingkunagan

hidup melalui peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kelembagaan

dan system informasi pemantauan kualitas air, pengendalian pencemeran

Page 47: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

45

air, serta perindungan sumber daya air di luar kawasan hutan. Pola

hubungan dalam pengelolaan DAK di KLH diilustrasikan pada gambar 4.7

dengan peran dalam pengelolaan DAK dijelaskan pada tabel 4.6.

Gambar 4.7: Pola pengorganisasian dan pengelolaan DAK

No Unit Kerja

Peran Dalam Mekanisme Pengalokasian DAK

Peran Dalam Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi

i ii iii iv

1 Menteri Negara Lingkungan Hidup c.q. Eselon I/II

1. Menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada Menteri Keuangan

2. Memberikan masukan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan pertimbangan perumusan criteria khusus DAK

3. Menyusun criteria teknis berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus DAK yang dirumuskan melalui index teknis.

4. Menyampaikan criteria teknis kepada Menteri Keuangan.

5. Menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK

1. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri

2. Bersama-sama dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK

Page 48: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

46

No Unit Kerja

Peran Dalam Mekanisme Pengalokasian DAK

Peran Dalam Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi

i ii iii iv

berdasarkan penetapan alokasi DAK per daerah oleh Peraturan Menteri Keuangan

3 Pemerintah Daerah (Guberner/ Bupati/ Walikota) c.q. SKPD

1. Mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK di dalam APBD

2. Menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang diterimanya

1. Menyampaikan pelaporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada Menteri Keuangan, Menteri Teknis, dan Menteri Dalam Negeri

4 Referensi Dasar

1. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Dana Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

2. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Tabel 4.6: Peran dalam pengorganisasian dan pengelolaan DAK

Page 49: SALINAN - blhmuaraenim.com · limbah industri, pertanian dan rumah tangga menyebabkan turunnya ... bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 dari ... penanggulangan kebakaran

47

BAB V

PENUTUP

Penyempurnaan Perencanaan Strategis Kementerian Lingkungan

Hidup (RENSTRA KLH) 2010 – 2014 merupakan acuan bagi seluruh Unit

Kerja yang ada di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dalam

menjalankan tugas dan fungsi organisasi sehingga diharapkan dapat

tercapai sinergitas dalam pelaksanaannya, terutama dalam mendukung

sasaran pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJPN Tahun 2025

dan RPJMN 2010 – 2014.

RENSTRA merupakan dokumen strategis yang disusun dan

dirumuskan setiap lima tahun yang secara sistematis mengedepankan isu-

isu lingkungan hidup dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bentuk

kebijakan strategis serta rencana dan program pengelolaan dan

perlindungan LH yang terarah dan berkesinambungan.

Dengan penyempurnaan RENSTRA 2010 – 2014 ini maka diharapkan

pencapaian sasaran strategis KLH, berupa :

1. Penurunan beban pencemaran lingkungan ;

2. Pengendalian kerusakan lingkungan hidup;

3. Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH;

4. Pengeloaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini

wajar tanpa pengecualian (WTP);

5. Percepatan implementasi Reformasi Birokrasi (RB)

dapat dilakukan secara lebih optimal. Namun patut diingat bahwa untuk

menjalankan RENSTRA ini dibutuhkan kerjasama lintas fungsi baik intra-

organisasi KLH maupun inter-organisasi.

MENTERI NEGARA

LINGKUNGAN HIDUP

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BALTHASAR KAMBUAYA

Salinan sesuai dengan aslinya

Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak