S TM 0606017 Chapter2 -...

33
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Mengajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Ada beberapa definisi tentang belajar, yaitu : a. Menurut Fauziah (Hilgard dan Bower dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam buku “Theories of Learning“ , mengemukakan bahwa : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”. b. Menurut Fauziah (Gagne dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam buku “The Conditions of Learning “, mengemukakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi” c. Menurut Fauziah (Morgan dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86), dalam bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan bahwa : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan pengalaman”.

Transcript of S TM 0606017 Chapter2 -...

Page 1: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar Mengajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara

relatif konstan dan berbekas. Ada beberapa definisi tentang belajar, yaitu :

a. Menurut Fauziah (Hilgard dan Bower dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 :

85), dalam buku “Theories of Learning“ , mengemukakan bahwa :

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.

b. Menurut Fauziah (Gagne dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam

buku “The Conditions of Learning “, mengemukakan bahwa :

“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya

(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”

c. Menurut Fauziah (Morgan dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86), dalam

bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan bahwa :

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan pengalaman”.

Page 2: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

12

d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

dalam buku “Educational Psychology” , mengemukakan bahwa :

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Pada gilirannya dapat dipaparkan ada beberapa elemen yang penting yang

mencirikan pengertian belajar itu sendiri, yakni:

a) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

b) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus

merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang.

d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : Perubahan

dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan,

kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

ada tiga pokok proses kerja dari belajar yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:

Page 3: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

13

1).Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual

maupun potensi).

2). Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3). Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

2. Pengertian Mengajar

Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu

taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic). Taecan, yang

berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Secara deskriptif

mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari

guru kepada siswa.

Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 51), bahwa “Mengajar adalah menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga pengetahuan ataupun keterampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang banyak tersebut. Mengenai pengertian mengajar, ada beberapa pandangan tentang

pengertian mengajar yang menonjol di antaranya sebagai berikut:

a. Mengajar adalah menanamkan atau menyampaikan pengetahuan kepada

siswa atau murid sekolah.

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga pendidikan sekolah.

c. Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga

menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

d. Mengajar adalah memberikan bimbingan kepada murid.

Page 4: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

14

e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga

Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

3. Proses Belajar Mengajar

Menurut Fauziah (Moh. Uzer Usman, 2001 : 1), proses belajar mengajar

adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu”.

Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 107), dalam proses pengajaran

ada empat hal yang harus dijadikan muatan aktivitas sekaligus, di mana guru

mempunyai peran sebagai berikut:

a. Guru sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar.

b. Guru sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi edukatif, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.

c. Guru sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.

d. Guru sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar siswa maupun guru. Menurut Fauziah (Abin Syamsudin Makmum,1990 :155), bahwa di dalam

proses belajar-mengajar kedudukan seorang guru sangatlah penting, agar para

guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, terlebih dahulu

hendaknya seorang guru dapat memahami hal-hal yang yang berkaitan dengan

proses belajar-mengajar, di antaranya:

Page 5: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

15

a) Siswa (dengan segala karakteristiknya), yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan yang dijalaninya.

b) Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar-mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa (seperti yang ditetapkan oleh siswa sendiri, guru atau masyarakat orang dewasa) yang semsetinya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan tang berencana dan dapat di evaluasi (terukur).

c) Guru (ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang sangat tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar dapat diartikan

suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai

tujuannya. Misalnya, guru menyampaikan materi pelajaran sistem digital kepada

siswa dan diharapkan siswa dapat menguasai dan memahami terhadap isi materi

tersebut.

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model pembelajaran

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu pola mengajar

yang menerangkan proses menyebutkan dan menghasilkan situasi lingkungan

tertentu yang menyebabkan para siswa berinteraksi dengan cara terjadinya

perubahan khusus pada tingkah laku mereka, dengan kata lain penciptaan suatu

situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Model-model

pembelajaran dapat dikembangkan antara lain melalui perbedaan pendekatan

Page 6: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

16

dalam proses pembelajarannya sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah

laku para siswa salah satunya adalah peningkatan hasil belajar.

Untuk maksud itulah, dikembangkan bermacam-macam model

pembelajaran untuk menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya

menyampaikan pelajaran yang dapat menjangkau lebih banyak siswa dan untuk

menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan lebih luas bagi mereka.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “model adalah pola,

contoh, acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan”. Menurut Fauziah

(Syaiful Sagala, 2007 : 175) mengatakan:

Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau immajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Suatu model pembelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri umum sebagai

berikut:

a. Memiliki Scientific prosedur. Suatu model pembelajaran harus memiliki

suatu prosedur yang sistematis untuk merubah tingkah laku para siswa.

b. Memiliki perincian dari hasil belajar (specification of learning outcome.

Semua model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara

mendetail mengenai penampilan siswa (student’s performance).

Page 7: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

17

c. Menyebutkan lingkungan belajar (specification of environment). Setiap

model pembelajaran menyebutkan secara pasti kondisi-kondisi lingkungan

dimana respon dari para siswa diobservasi.

d. Kriteria penampilan (criterion of performance). Suatu model pembelajaran

menunjukkan kriteria penempilan yang diharapkan dari para siswa. Model

pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari siswa yang

dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah pembelajaran tertentu.

e. Cara-cara pelaksanaannya (specification of operations). Semua model

pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi-reaksi

siswa dan interaksinya dengan lingkungan.

Model pembelajaran bermaksud menolong para guru dalam proses belajar

mengajar dan memegang peranan dalam beberapa hal :

a). Membimbing. Suatu model pembelajaran sangat berguna dalam menolong

guru menentukan apa yang harus dilakukannya dalam rangka pencapaian

tujuan pembelajaran.

b).Pengembangan kurikulum. Suatu model pembelajaran menolong

pengembangan kurikulum bagi kelas-kelas pada tingkat pendidikan yang

berbeda.

c). Penentuan materi pembelajaran. Suatu model pembelajaran menyebutkan

secara mendetail macam-macam jenis materi pengajaran yang akan

digunakan oleh guru demi terjadinya perubahan-perubahan pada

kepribadian para siswa.

Page 8: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

18

d). Peningkatan dalam mengajar. Suatu model menolong proses belajar

mengajar dalam hal peningkatan efektifitas mengajar.

2. Macam-Macam Model Pembelajaran

Menurut Fauziah (Joyce dan Weil dikutip oleh Syaiful sagala 2007 : 176),

“Model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang

menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran

dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku kerja, program multimedia,

dan bantuan belajar melalui program komputer”. Selanjutnya Joyce dan Weil

mengemukakkan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model

mengajar yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan model

tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya

oleh pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada

empat kelompok yaitu:

Model pembelajaran secara umum dapat diklasifikasikan antara lain : (1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. (2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tangguung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. (3) Model Sosial (Sosial Family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model ini adalah konsep synergy yaitu energi atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah

Page 9: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

19

satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk mamanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing pada siswa mendefinisikan masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. (4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan. a. Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Fauziah (Webster’s dikutip oleh Puji Apridiastuti,2008), kata

inquiry berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi

pendekatan inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak /

siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan

dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone

mendefinisikan inquiry sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari

peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Maksud

utama dari model mengajar ini ialah untuk menolong para siswa mengembangkan

keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific inquiry).

Model ini sangat menarik bagi siswa untuk menyelidiki sejumlah

informasi dalam rangka mencari pemecahannya. Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan inquiry dimulai dari suatu kejadian yang menimbulkan

teka-teki, hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaiannya, inquiry

sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang menantang sehingga

melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini sebelumnya dengan suatu bukti

Page 10: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

20

baru untuk mencapai pengalaman baru yang lebih spesifik, melalui proses

eksplorasi untuk mencapai gagasan baru.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry

a). Model pembelajaran inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran

inquiry ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran

melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari suatu materi pelajaran itu sendiri.

b). Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya (self belief). Dengan

demikian, model pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai

narasumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motifator belajar

siswa. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya

jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam

menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan

inquiry.

c). Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiry ini adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis,

atau mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai proses dari

kemampuan mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry

siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran saja akan

Page 11: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

21

tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Manusia yang hanya menguasai materi pelajaran belum tentu dapat

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal. Namun

sebaliknya, siswa akan dapat mengambangkan kemampuan berpikirnya

manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Model pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam

model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses

pembelajaran.

Model pembelajaran inquiry akan efektif manakala :

1). Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari semua

permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model

inquiry penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama

pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses

belajarnya.

2). Jika bukan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep

yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3). Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap

sesuatu.

4). Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki

kemauan dan kemampuan berpikir. Model inquiry akan kurang berhasil

diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk

berpikir.

Page 12: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

22

5). Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa

dikendalikan oleh guru.

6). Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan

yang berpusat pada siswa.

c. Macam-Macam Tipe Pembelajaran Inquiry

Menurut Fauziah (Pieget dikutip oleh Gani, 2007 : 97) Beberapa macam

model pembelajaran inquiry diantaranya :

a). Inquiry Terbimbing ( Guide Inquiry ) Pembelajaran guide inquiry merupakan suatu model pembelajaran inquiry yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.

b). Inquiry Yang Dimodifikasi ( Modified Inquiry ) Model pembelajaran tipe ini memiliki ciri, guru tidak memberikan permasalahan, kemudian siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperooleh jawabannya. Disamping itu buru memperoleh narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.

c). Inquiry Bebas ( Free Inquiry ) Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang dipelajari dandipecahkan. Jenis model inquiry ini lebih bebas dari pada yang kedua jenis sebelumnya.

d). Inquiry Pendekatan Peranan ( Inquiry Role Approach ) Model pembelajaran inquiry pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.

e). Mengundang Ke Dalam Inquiry ( Invitation Into Inquiry ) Model inquiry jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuwan, suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan / kalau ini mungkin semua kegiatan berikut ini.

Page 13: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

23

f). Teka-Teki Bergambar ( Pictorial Riddle Inquiry ) Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil / besar. Gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkanh cara berpikir kritis atau kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar dipapan tulis, poster, atau proyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.

g). Kiasan ( Synectic Lesson ) Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berpikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

h). Kejelasan Nilai-Nilai ( Value Clarification ) Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang lebih difokuskan pada pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan/nilai-nilai pada suatu proses-proses pembelajaran. Menurut Fauziah (Jerome Bruner) seorang professor psikologi dari

Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan

model Inquiry jenis kejelasan nilai-nilai sebagai berikut :

1). Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik 2). Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi -

situasi proses belajar yang baru 3). Mendorong siswa agar dapat berpikir 4). Mendorong siswa untukberpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya

sendiri. 5). Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik 6). Situasi proses belajar menjadi lebih menantang

Model pembelajaran inquiry berasal dari sebuah keyakinan

bahwa siswa memiliki kebiasaan dalam belajar. Model pembelajaran

ini menuntut partisipasi siswa aktif dalam proses “menemukan” dan

penyelidikan ilmiah. Siswa memiliki rasa keingintahuan dan ingin

berkembang, dan model inquiry menekankan pada sifat-sifat siswa ini.

Page 14: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

24

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

Beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Inquiry

secara umum, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a). Keunggulan

1). Model Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,

psikomotor dan afektif secara seimbang, sehingga pembelajaran

melalui metode ini dianggap cukup lebih bermakna.

2). Model inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajar manusia.

3). Model inquiry merupakan metode yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman.

4). Model inquiry ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki

kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang

lemah dalam belajarnya.

b). Kelemahan

1). Jika model ini digunakan maka akan sulit mengontrol kegiatan dan

keberhasilan siswa.

2). Model ini sulit merencanakan pembelajaran karena terbentur oleh

kebiasaan siswa dalam belajar.

Page 15: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

25

3). Kadang-kadang dalam pengimplementaskannya, memerlukan

waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya

dengan waktu yang ditentukan.

4). Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pelajaran, maka model inquiry akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

C. Model Pembelajaran Tipe Guide Inquiry

Inquiry terbimbing merupakan suatu pendekatan inquiry dimana guru

mempuyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahap-tahap

penyelesaiannya. Maksud guru lebih aktif disini adalah bahwa guru membuat

sebagian besar perencanaannya. Inilah yang menjadi ciri khusus yang

membedakan guide inquiry dari jenis inquiry lainnya. Selain itu guru

menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup

luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, guru memberikan pengarahan

dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan inquiry. Pada

tahap awal pembelajaran, siswa lebih banyak diberikan bimbingan berupa

pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-

tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh

guru.

Page 16: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

26

1. Langkah Pelaksanaan Guide Inquiry

Inquiry terbimbing memiliki aspek-aspek penting menurut Fauziah

(Trowbridge) sebagai berikut:

a. Siswa diberi petunjuk seperlunya, berupa pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat membimbing.

b. Digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman

inquiry.

c. Pada tahap awal pembelajaran diberikan bimbingan lebih

banyak yaitu pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa dapat

menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan

untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan guru.

d. Untuk memecahkan masalah yang disodorkan oleh guru, siswa

dapat mengerjakan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.

e. Bimbingan dan pengarahan guru lambat laun dikurang seiring

pengalaman siswa dalam belajar belajar inquiry.

Adapun cara/teknis pelaksanaan guide inquiry adalah sebagai berikut:

a). Pada kegiatan inti pembelajaran, mula-mula guru mengajukan

sebuah permasalahan kepada siswa yang berupa pertanyaan

pengarah.

b). Kemudian guru meminta siswa untuk membuat jawaban sementara

dari masalah yang diajukan itu.

c). Untuk membuktikan hipotesis yang mereka buat, siswa melakukan

eksperimen dengan panduan dari guru.

Page 17: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

27

d). Selama eksperimen berlangsung, guru membimbing dan

mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.

e). Setelah melakukan eksperimen, siswa menkomunikasikan hasil

pengamatannya dengan cara mempresentasikannya di hadapan

siswa lainnya.

f). Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi hasil

eksperimen.

g). Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi

hipotesis yang mereka buat sebelumnya dan membandingkannya

dengan hasil eksperimen yang diperoleh.

Tahapan pembelajaran guide inquiry dapat ditunjukkan pada

gambar 2.1

Gambar 2.1. Tahapan Model Guide Inquiry

Penyajian Masalah

Pengumpulan dan Verifikasi Data

Eksperimen dan Pengumpulan Data

Mengorganisir Data dan Merumuskan Penjelasan

Menarik Kesimpulan

Page 18: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

28

D. Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran biasa yang sering disebut dengan pembelajaran

konvensional, yang ada di dalamnya biasanya menggunakan pendekatan

ekspositori. Di mana guru menyampaikan informasi berupa materi pembelajaran

secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah atau ceramah. Komunikasi yang

digunakan guru dalam proses belajar mengajar yaitu komunikasi satu arah.

Menurut Syarifah (Syaiful Sagala, 2007:78) menjelaskan mengenai pendekatan

ekspositori sebagai berikut:

Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajarnya yaitu menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan kepada siswa, di mana siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan materi secara lisan (ceramah) dan hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu antara guru dan siswa.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang masih sering

dilakukan di sekolah-sekolah oleh setiap guru atau instruktur. Pembelajaran secara

konvensional menuntut kemampuan dari guru untuk menggunakan teknik-teknik

penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan karena

dalam pembelajaran konvensional ini selain melakukan pembelajaran, guru pun

melakukan kegiatan mengelola kelas. Pengelolaan kelas disini dimaksudkan untuk

menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan

pembelajaran secara baik dan dibimbing oleh seorang guru. Dengan kata lain

sistem pembelajaran ini lebih bersifat teacher center (berpusat pada guru), karena

guru yang memegang peran utama didalam kelas.

Page 19: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

29

Konvensional sendiri menurut kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Alwi,

H (2002 : 715), adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”. Dasar dari

pemikiran sistem pembelajaran konvensional ini adalah karena belajar dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional cenderung menempatkan siswa

dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Kegiatan-kegiatan yang bersifat

menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasikal. Siswa yang

berjumlah 30-40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama,

umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dasar pemikiran model

pembelajaran konvensional adalah karena adanya anggapan bahwa kelas yang

terdiri dari anak-anak sebaya, maka mereka relatif memiliki perhatian, minat,

pengalaman, dan kemampuan yang sama pula, sehingga mereka diberikan

pembelajaran yang sama, siswa dianggap pasif dan sepenuhnya sebagai objek

pembelajaran.

Pembelajaran ini lebih bersifat teacher center, karena guru lah yang

memegang penanan utama. Berdasarkan karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi karena salah

satu karakteristiknya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,

dan kepentingan siswa dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya, dengan kegiatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk meningkatkan upaya untuk

mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi,

diskusi dan lain-lainnya yang sesuai bagi para siswanya. Pembelajaran

Page 20: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

30

konvensional dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang biasa diterapkan

secara umum antara lain ceramah, diskusi dan penugasan. Langkah-langkah

pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan di sekolah-sekolah

ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Langkah Pembelajaran Konvensional

1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Konvensional

Beberapa kekurangan model pembelajaran konvensional, dengan

menggunakan ceramah sebagai model pembelajarannya, menurut Syaiful Bahri

Djaramah (http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-macam-metode-

pembelajaran.html ) adalah sebagai berikut :

a. Membuat siswa pasif b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

Guru menjelaskan materi pembelajaran

Guru dan siswa menyimpulkan materi

Guru membuka pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

Guru mengulang materi pembelajaran sebelumnya dikaitkan dengan materi yang akan dibahas

Page 21: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

31

c. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

d. Bila terlalu lama membosankan e. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

Menurut Syarifah (Suryosubroto, 2002:166) mengatakan beberapa

kelemahan model ceramah yaitu “Guru sukar mengetahui sampai dimana

siswa mengerti pembicaraanya dan siswa sering kali memberi pengertian

lain dari pembicaraan guru “.

Di samping kelemahan dari model pembelajaran konvensional, dengan

menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, model pembelajaran

konvensional ini juga memiliki beberapa kelebihan. Hal tersebut diutarakan oleh

Syaiful Bahri Djaramah (http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-

macam-metode-pembelajaran.html ) sebagai berikut :

a. Guru mudah menguasai kelas b. Guru mudah menerangkan bahan pembelajaran berjumlah besar c. Mudah diikuti anak didik dalam jumlah besar d. Mudah dilaksanakan

E. Perbedaan Model Pembelajaran Guide Inquiry dengan Model

Pembelajaran Konvensional

1. Kegiatan pembelajaran model guide inquiry bersifat student center karena

siswa memegang peranan sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan menjaga agar kegiatan berjalan

sesuai dengan langkah pembelajaran, sedangkan untuk model

pembelajaran konvensional guru berperan aktif (teacher center) siswa

diposisikan dalam posisi pasif dan hanya mendengarkan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

Page 22: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

32

2. Pada model pembelajaran guide inquiry siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok diskusi yang belajar untuk memecahkan masalah secara

berkelompok, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa

belajar dari mendengarkan guru yang menyampaikan materi secara

langsung.

3. Pada model pembelajaran guide inquiry salah satu atau semua kelompok

mempersentasikan hasil diskusi berkaitan dengan pertanyaan yang

diberikan oleh guru, sedangkan pada model pembelajaran konvensional

siswa menjawab langsung pertanyaan yang diberikan oleh guru.

F. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain

variabel lainnya yaitu: karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal

ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “ada tiga

variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni : karakteristik individu,

kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. Fauziah (Nana Sudjana, 1996 : 40).

Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana

proses belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah

pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kamampuan yang ditunjukan oleh

adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.

Page 23: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

33

Dari kutipan di atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada

proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses

belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar

mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa.

Sejalan dengan itu Fauziah (Abin Syamsudin Makmun, 1990 : 90) berpendapat

bahwa “Hasil belajar adalah perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan

pribadi siswa setelah mengalami pengalaman proses belajar”.

Ciri terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa ditunjukkan sejumlah

kemampuan memahami dan menguasai hubungan-hubungan antara bekal

kemampuan siswa dengan materi pelajaran yang diajarkan dalam proses kegiatan

belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fauziah

(Herman Hudojo, 1990 : 14) bahwa “orang menjadi memahami dan menguasai

hubungan-hubungan tersebut sehingga akan dapat menampilkan pemahaman dan

penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, itulah hasil belajar “.

Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa

setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman

pelajaran yang dipelajarinya.

2. Klasifikasi Hasil Belajar

Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah

kemampuan yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar.

Untuk itu, hasil belajar diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut:

Page 24: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

34

a. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,

yaitu : a). keterampilan dan kebiasaan, b). pengetahuan dan

pengertian, dan c). sikap dan cita-cita. Fauziah (Nana Sudjana, 1996

: 22)

b. Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar

sebagai berikut : a). keterampialn motorik, b). sikap, c). informasi

verbal, d). strategi kognitif dan e). keterampilan intelektual. Fauziah

(Moch Ali, 1993 : 109)

Pada Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin

S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Bloom membagi masing-masing

ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah

taksonomi Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom) seperti berikut:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau

prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi ranah

kognitif ke dalam 6 jenjang kemampuan yaitu:

(1) Hafalan

Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip,

prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tingkatan

yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.

Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi tersebut

Page 25: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

35

tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu

menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan.

(2) Pemahaman

Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi

intruksi (pengarahan) dan masalah. Fauziah (Syambasri Munaf, 2001 : 69)

mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan

dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami, mengetahui

sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain

hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat

menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram

serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata

kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan.

(3) Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru

atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari

pemahaman. Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan

prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru.

Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjuk.

(4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke

dalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dipahami. Dengan analisis

diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian tersebut

Page 26: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

36

satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa,

membandingkan, mengklarifikasikan.

(5) Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian

yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Fauziah (Syambasri

Munaf, 2001 : 73) menyatakan bahwa kemampuan sintesis merupakan

kemampuan menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga membentuk

pola yang berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-

peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini

misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun kerangka, menggabungkan

objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja

yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan.

(6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk memuat pertimbangan (penilaian)

terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan

kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian

keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,

cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian,

seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis

terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan,

menaksir, memutuskan.

Page 27: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

37

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu

misalnya sikap, apersepsi, dan motivasi. Bloom membagi ranah afektif dalam

lima kategori, yaitu :

(1). Penerimaan

Penerimaan mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan

terhadap stimulus yang tepat. Misalnya siswa mampu mendengarkan penjelasan

dari guru secara seksama tanpa memberikan respons yang lebih dari itu.

(2) Pemberian Respon

Pemberian respon mengacu pada partisipasi aktif dalam pembelajaran.

Kemampuan ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus.

Misalkan dalam pembelajaran, siswa memberikan pertanyaan terhadap hal-hal

yang belum dipahaminya, siswa menjawab pertanyaan guru dan mau bekerjasama

dalam penyelidikan.

(3) Penilaian

Penilaian mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak

atau tidak menghiraukan. Contoh sikap yang ditunjukkan misalnya siswa dapat

bertanggung jawab terhadap alat-alat penyelidikan dan bersikap jujur dalam

kegiatan pembelajaran.

(4). Pengorganisasian

Pengorganisasian meliputi konseptual nilai-nilai menjadi suatu sistem

nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-

Page 28: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

38

konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang

ditunjukkan misalnya kemampuan dalam menimbang dampak positif dan negatif

dari suatu perlakuan.

(5). Karakteristik

Karakteristik mengacu pada keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian atau tingkah lakunya. Misalnya

mau mengubah pendapatnya jika pendapat tersebut tidak sesuai dengan bukti-

bukti yang ditunjukkan.

c. Ranah Psikomotor

Adapun ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan manual fisik

(skills). Ranah psikomotor dikemukakan oleh Fauziah (Dave dalam Clark, 1999)

menjadi lima kategori sebagai berikut:

(1). Kesiapan

Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian

memberikan respon serupa dengan yang diamati. Misalnya kemampuan

menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan cara menggunakannya.

(2). Manipulasi

Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan (instruksi).

Penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan,

misalkan mampu melakukan kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang

dibacanya.

Page 29: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

39

(3). Ketetapan

Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan

kepastian yang lebih tinggi. Misalkan pada saat menggunakan alat ukur,

memperhatikan skala alat ukur dan satuan yang digunakan dalam mengambil data.

Orang yang memiliki ketetapan biasanya melakukan pengamatan berulang kali

untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti.

(4). Artikulasi

Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan

membuat urutan yang tepat dan tercapai apa yang diharapkan atau konsistensi

internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh yang ditunjukkan yaitu

menulis dengan rapih dan jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dengan

menggunakan alat sesuai dengan ketentuan.

(5). Pengalamiahan

Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga

gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran

terlebih dahulu.

G. Deskripsi Mata Pelajaran Dasar Teknik Otomotif

(DTO)

Berdasarkan kurikulum pada jurusan otomotif di SMKN 8 Bandung. Mata

pelajaran DTO mempunyai bobot 2 jam mata pelajaran. DTO adalah salah satu

materi pembelajaran yang termasuk ke dalam salah satu program produktif yang

memberikan konsep mendasar berpikir tentang cara kerja serta pengetahuan dasar

Page 30: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

40

teknik suatu mesin seperti pengenalan ilmu statika dan tegangan, material suatu

mesin dan macam-macam teknik pembentukan serta lainnya. Materi pembelajaran

ini sebagai dasar untuk mempelajari materi yang sama atau berhubungan pada

tingkat yang lebih tinggi. Materi DTO ini diberikan kepada siswa pada rumpun

teknik mekanik otomotif di SMKN 8 Bandung. Adapun silabus atau rencana

pengajaran DTO ini ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Daftar Silabus DTO

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami dasar-dasar mesin - Menjelaskan dasar ilmu statika dan tegangan

- Menerangkan komponen/elemesn mesin

- Menerangkan material dan kemampuan proses

2. Memahami proses-proses dasar pembentukan logam

- Menjelaskan proses pengecoran

- Menjelaskan proses pembentukan

- Menjelaskan proses permesinan

3. Memahami dasar-dasar mesin konversi energi

- Menjelaskan konsep motor bakar

- Menjelaskan konsep motor listrik

- Menjelaskan konsep generator listrik

- Menjelaskan konsep pompa fluida

- Menjelaskan konsep kompressor

- Menjelaskan konsep refrigerasi

Page 31: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

41

4. Menginterpretasikan gambar teknik - Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan

- Menjelaskan simbol-simbol kelistrikan

- Membaca wiring diagram

- Menginterpretasikan gambar teknik dan rangkaian

5. Menggunakan peralatan dan

perlengkapan ditempat kerja

- Merawat peralatan dan perlengkapan perbaikan di tempat kerja

- Menggunakan peralatan dan perlengkapan perbaikan

- Menggunakan fastener

6. Menggunakan alat-alat ukur - Mengidentifikasi alat-alat ukur

- Menggunakan alat-alat mekanik

- Menggunakan alat-alat ukur pneumatik

- Menggunakan alat-alat ukur elektrik/elektronik Merawat alat-alat ukur

7. Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja

- Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

- Melaksanakan prosedur K3

- Mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja

- Mengontrol kontaminasi

- Mendemonstrasikan pemadam kebakaran

- Melakukan pengangkatan benda kerja secara manual

- Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP

Page 32: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

42

( Sumber : Silabus Mata Pelajaran DTO Tahun 2010-2011 SMK N 8 Bandung )

H. Asumsi

Asumsi / anggapan dasar titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keragu-

raguan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan pernyataan di atas maka yang menjadi anggapan dasar yaitu :

1. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat

membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang

optimal.

3. Guru telah memahami model mengajar pembelajaran guide inquiry

dan model pembelajaran konvensional.

I. Hipotesis

Menurut Fauziah (Nazir M., 1999 : 182) mengungkapkan tentang

pengertian hipotesis yaitu sebagai berikut:

“ Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis juga merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja panduan dalam verifikasi”

Hipotesis dapat juga diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Hipotesis bukan merupakan kesimpulan akhir yang telah pasti

kebenarannya, tetapi hal ini perlu diuji dengan cara mengumpulkan data dan

Page 33: S TM 0606017 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tm_0606017_chapter2(1).pdf · d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),

43

pengolahan data sehingga diterima kebenarannya atau bahkan ditolak

kebenarannya

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa

yang menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan

model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar

Teknik Otomotif (DTO)

Ha : µ1 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar Teknik

Otomotif (DTO)