S TM 0606017 Chapter2 -...
Transcript of S TM 0606017 Chapter2 -...
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar Mengajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif konstan dan berbekas. Ada beberapa definisi tentang belajar, yaitu :
a. Menurut Fauziah (Hilgard dan Bower dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 :
85), dalam buku “Theories of Learning“ , mengemukakan bahwa :
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.
b. Menurut Fauziah (Gagne dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 85), dalam
buku “The Conditions of Learning “, mengemukakan bahwa :
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”
c. Menurut Fauziah (Morgan dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86), dalam
bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan pengalaman”.
12
d. Menurut Fauziah (Witherington dikutip oleh Chalidjah Hasan 1994 : 86),
dalam buku “Educational Psychology” , mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Pada gilirannya dapat dipaparkan ada beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian belajar itu sendiri, yakni:
a) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
b) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : Perubahan
dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
ada tiga pokok proses kerja dari belajar yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
13
1).Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual
maupun potensi).
2). Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3). Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
2. Pengertian Mengajar
Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu
taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic). Taecan, yang
berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Secara deskriptif
mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari
guru kepada siswa.
Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 51), bahwa “Mengajar adalah menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga pengetahuan ataupun keterampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang banyak tersebut. Mengenai pengertian mengajar, ada beberapa pandangan tentang
pengertian mengajar yang menonjol di antaranya sebagai berikut:
a. Mengajar adalah menanamkan atau menyampaikan pengetahuan kepada
siswa atau murid sekolah.
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
c. Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
d. Mengajar adalah memberikan bimbingan kepada murid.
14
e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga
Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
3. Proses Belajar Mengajar
Menurut Fauziah (Moh. Uzer Usman, 2001 : 1), proses belajar mengajar
adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Fauziah (Chalidjah Hasan, 1994 : 107), dalam proses pengajaran
ada empat hal yang harus dijadikan muatan aktivitas sekaligus, di mana guru
mempunyai peran sebagai berikut:
a. Guru sebagai fasilitator, ialah menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar.
b. Guru sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi edukatif, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
c. Guru sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.
d. Guru sebagai organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar siswa maupun guru. Menurut Fauziah (Abin Syamsudin Makmum,1990 :155), bahwa di dalam
proses belajar-mengajar kedudukan seorang guru sangatlah penting, agar para
guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, terlebih dahulu
hendaknya seorang guru dapat memahami hal-hal yang yang berkaitan dengan
proses belajar-mengajar, di antaranya:
15
a) Siswa (dengan segala karakteristiknya), yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan yang dijalaninya.
b) Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajar-mengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa (seperti yang ditetapkan oleh siswa sendiri, guru atau masyarakat orang dewasa) yang semsetinya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan tang berencana dan dapat di evaluasi (terukur).
c) Guru (ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang sangat tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar dapat diartikan
suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai
tujuannya. Misalnya, guru menyampaikan materi pelajaran sistem digital kepada
siswa dan diharapkan siswa dapat menguasai dan memahami terhadap isi materi
tersebut.
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model pembelajaran
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu pola mengajar
yang menerangkan proses menyebutkan dan menghasilkan situasi lingkungan
tertentu yang menyebabkan para siswa berinteraksi dengan cara terjadinya
perubahan khusus pada tingkah laku mereka, dengan kata lain penciptaan suatu
situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Model-model
pembelajaran dapat dikembangkan antara lain melalui perbedaan pendekatan
16
dalam proses pembelajarannya sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah
laku para siswa salah satunya adalah peningkatan hasil belajar.
Untuk maksud itulah, dikembangkan bermacam-macam model
pembelajaran untuk menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya
menyampaikan pelajaran yang dapat menjangkau lebih banyak siswa dan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan lebih luas bagi mereka.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “model adalah pola,
contoh, acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan”. Menurut Fauziah
(Syaiful Sagala, 2007 : 175) mengatakan:
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau immajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Suatu model pembelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri umum sebagai
berikut:
a. Memiliki Scientific prosedur. Suatu model pembelajaran harus memiliki
suatu prosedur yang sistematis untuk merubah tingkah laku para siswa.
b. Memiliki perincian dari hasil belajar (specification of learning outcome.
Semua model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara
mendetail mengenai penampilan siswa (student’s performance).
17
c. Menyebutkan lingkungan belajar (specification of environment). Setiap
model pembelajaran menyebutkan secara pasti kondisi-kondisi lingkungan
dimana respon dari para siswa diobservasi.
d. Kriteria penampilan (criterion of performance). Suatu model pembelajaran
menunjukkan kriteria penempilan yang diharapkan dari para siswa. Model
pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari siswa yang
dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah pembelajaran tertentu.
e. Cara-cara pelaksanaannya (specification of operations). Semua model
pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi-reaksi
siswa dan interaksinya dengan lingkungan.
Model pembelajaran bermaksud menolong para guru dalam proses belajar
mengajar dan memegang peranan dalam beberapa hal :
a). Membimbing. Suatu model pembelajaran sangat berguna dalam menolong
guru menentukan apa yang harus dilakukannya dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran.
b).Pengembangan kurikulum. Suatu model pembelajaran menolong
pengembangan kurikulum bagi kelas-kelas pada tingkat pendidikan yang
berbeda.
c). Penentuan materi pembelajaran. Suatu model pembelajaran menyebutkan
secara mendetail macam-macam jenis materi pengajaran yang akan
digunakan oleh guru demi terjadinya perubahan-perubahan pada
kepribadian para siswa.
18
d). Peningkatan dalam mengajar. Suatu model menolong proses belajar
mengajar dalam hal peningkatan efektifitas mengajar.
2. Macam-Macam Model Pembelajaran
Menurut Fauziah (Joyce dan Weil dikutip oleh Syaiful sagala 2007 : 176),
“Model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran
dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku kerja, program multimedia,
dan bantuan belajar melalui program komputer”. Selanjutnya Joyce dan Weil
mengemukakkan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model
mengajar yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan model
tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya
oleh pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada
empat kelompok yaitu:
Model pembelajaran secara umum dapat diklasifikasikan antara lain : (1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. (2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tangguung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. (3) Model Sosial (Sosial Family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model ini adalah konsep synergy yaitu energi atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah
19
satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk mamanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing pada siswa mendefinisikan masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. (4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan. a. Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Fauziah (Webster’s dikutip oleh Puji Apridiastuti,2008), kata
inquiry berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi
pendekatan inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak /
siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone
mendefinisikan inquiry sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Maksud
utama dari model mengajar ini ialah untuk menolong para siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific inquiry).
Model ini sangat menarik bagi siswa untuk menyelidiki sejumlah
informasi dalam rangka mencari pemecahannya. Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inquiry dimulai dari suatu kejadian yang menimbulkan
teka-teki, hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaiannya, inquiry
sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang menantang sehingga
melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini sebelumnya dengan suatu bukti
20
baru untuk mencapai pengalaman baru yang lebih spesifik, melalui proses
eksplorasi untuk mencapai gagasan baru.
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry
a). Model pembelajaran inquiry menekankan kepada aktifitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran
inquiry ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari suatu materi pelajaran itu sendiri.
b). Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya (self belief). Dengan
demikian, model pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai
narasumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motifator belajar
siswa. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya
jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inquiry.
c). Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiry ini adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai proses dari
kemampuan mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry
siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran saja akan
21
tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Manusia yang hanya menguasai materi pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal. Namun
sebaliknya, siswa akan dapat mengambangkan kemampuan berpikirnya
manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Model pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam
model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran inquiry akan efektif manakala :
1). Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari semua
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model
inquiry penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama
pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses
belajarnya.
2). Jika bukan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3). Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
4). Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berpikir. Model inquiry akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk
berpikir.
22
5). Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru.
6). Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
c. Macam-Macam Tipe Pembelajaran Inquiry
Menurut Fauziah (Pieget dikutip oleh Gani, 2007 : 97) Beberapa macam
model pembelajaran inquiry diantaranya :
a). Inquiry Terbimbing ( Guide Inquiry ) Pembelajaran guide inquiry merupakan suatu model pembelajaran inquiry yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
b). Inquiry Yang Dimodifikasi ( Modified Inquiry ) Model pembelajaran tipe ini memiliki ciri, guru tidak memberikan permasalahan, kemudian siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperooleh jawabannya. Disamping itu buru memperoleh narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.
c). Inquiry Bebas ( Free Inquiry ) Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang dipelajari dandipecahkan. Jenis model inquiry ini lebih bebas dari pada yang kedua jenis sebelumnya.
d). Inquiry Pendekatan Peranan ( Inquiry Role Approach ) Model pembelajaran inquiry pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
e). Mengundang Ke Dalam Inquiry ( Invitation Into Inquiry ) Model inquiry jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuwan, suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada para siswa dan melalui pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan / kalau ini mungkin semua kegiatan berikut ini.
23
f). Teka-Teki Bergambar ( Pictorial Riddle Inquiry ) Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil / besar. Gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkanh cara berpikir kritis atau kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar dipapan tulis, poster, atau proyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
g). Kiasan ( Synectic Lesson ) Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berpikir untuk memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
h). Kejelasan Nilai-Nilai ( Value Clarification ) Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang lebih difokuskan pada pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan/nilai-nilai pada suatu proses-proses pembelajaran. Menurut Fauziah (Jerome Bruner) seorang professor psikologi dari
Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan
model Inquiry jenis kejelasan nilai-nilai sebagai berikut :
1). Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik 2). Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi -
situasi proses belajar yang baru 3). Mendorong siswa agar dapat berpikir 4). Mendorong siswa untukberpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri. 5). Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik 6). Situasi proses belajar menjadi lebih menantang
Model pembelajaran inquiry berasal dari sebuah keyakinan
bahwa siswa memiliki kebiasaan dalam belajar. Model pembelajaran
ini menuntut partisipasi siswa aktif dalam proses “menemukan” dan
penyelidikan ilmiah. Siswa memiliki rasa keingintahuan dan ingin
berkembang, dan model inquiry menekankan pada sifat-sifat siswa ini.
24
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry
Beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Inquiry
secara umum, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Keunggulan
1). Model Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
psikomotor dan afektif secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui metode ini dianggap cukup lebih bermakna.
2). Model inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar manusia.
3). Model inquiry merupakan metode yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4). Model inquiry ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalam belajarnya.
b). Kelemahan
1). Jika model ini digunakan maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
2). Model ini sulit merencanakan pembelajaran karena terbentur oleh
kebiasaan siswa dalam belajar.
25
3). Kadang-kadang dalam pengimplementaskannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang ditentukan.
4). Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka model inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
C. Model Pembelajaran Tipe Guide Inquiry
Inquiry terbimbing merupakan suatu pendekatan inquiry dimana guru
mempuyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahap-tahap
penyelesaiannya. Maksud guru lebih aktif disini adalah bahwa guru membuat
sebagian besar perencanaannya. Inilah yang menjadi ciri khusus yang
membedakan guide inquiry dari jenis inquiry lainnya. Selain itu guru
menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.
Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup
luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, guru memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan inquiry. Pada
tahap awal pembelajaran, siswa lebih banyak diberikan bimbingan berupa
pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-
tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh
guru.
26
1. Langkah Pelaksanaan Guide Inquiry
Inquiry terbimbing memiliki aspek-aspek penting menurut Fauziah
(Trowbridge) sebagai berikut:
a. Siswa diberi petunjuk seperlunya, berupa pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat membimbing.
b. Digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman
inquiry.
c. Pada tahap awal pembelajaran diberikan bimbingan lebih
banyak yaitu pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa dapat
menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan guru.
d. Untuk memecahkan masalah yang disodorkan oleh guru, siswa
dapat mengerjakan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.
e. Bimbingan dan pengarahan guru lambat laun dikurang seiring
pengalaman siswa dalam belajar belajar inquiry.
Adapun cara/teknis pelaksanaan guide inquiry adalah sebagai berikut:
a). Pada kegiatan inti pembelajaran, mula-mula guru mengajukan
sebuah permasalahan kepada siswa yang berupa pertanyaan
pengarah.
b). Kemudian guru meminta siswa untuk membuat jawaban sementara
dari masalah yang diajukan itu.
c). Untuk membuktikan hipotesis yang mereka buat, siswa melakukan
eksperimen dengan panduan dari guru.
27
d). Selama eksperimen berlangsung, guru membimbing dan
mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
e). Setelah melakukan eksperimen, siswa menkomunikasikan hasil
pengamatannya dengan cara mempresentasikannya di hadapan
siswa lainnya.
f). Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi hasil
eksperimen.
g). Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi
hipotesis yang mereka buat sebelumnya dan membandingkannya
dengan hasil eksperimen yang diperoleh.
Tahapan pembelajaran guide inquiry dapat ditunjukkan pada
gambar 2.1
Gambar 2.1. Tahapan Model Guide Inquiry
Penyajian Masalah
Pengumpulan dan Verifikasi Data
Eksperimen dan Pengumpulan Data
Mengorganisir Data dan Merumuskan Penjelasan
Menarik Kesimpulan
28
D. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran biasa yang sering disebut dengan pembelajaran
konvensional, yang ada di dalamnya biasanya menggunakan pendekatan
ekspositori. Di mana guru menyampaikan informasi berupa materi pembelajaran
secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah atau ceramah. Komunikasi yang
digunakan guru dalam proses belajar mengajar yaitu komunikasi satu arah.
Menurut Syarifah (Syaiful Sagala, 2007:78) menjelaskan mengenai pendekatan
ekspositori sebagai berikut:
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajarnya yaitu menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan kepada siswa, di mana siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan materi secara lisan (ceramah) dan hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu antara guru dan siswa.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang masih sering
dilakukan di sekolah-sekolah oleh setiap guru atau instruktur. Pembelajaran secara
konvensional menuntut kemampuan dari guru untuk menggunakan teknik-teknik
penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan karena
dalam pembelajaran konvensional ini selain melakukan pembelajaran, guru pun
melakukan kegiatan mengelola kelas. Pengelolaan kelas disini dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
pembelajaran secara baik dan dibimbing oleh seorang guru. Dengan kata lain
sistem pembelajaran ini lebih bersifat teacher center (berpusat pada guru), karena
guru yang memegang peran utama didalam kelas.
29
Konvensional sendiri menurut kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Alwi,
H (2002 : 715), adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”. Dasar dari
pemikiran sistem pembelajaran konvensional ini adalah karena belajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional cenderung menempatkan siswa
dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Kegiatan-kegiatan yang bersifat
menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasikal. Siswa yang
berjumlah 30-40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama,
umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dasar pemikiran model
pembelajaran konvensional adalah karena adanya anggapan bahwa kelas yang
terdiri dari anak-anak sebaya, maka mereka relatif memiliki perhatian, minat,
pengalaman, dan kemampuan yang sama pula, sehingga mereka diberikan
pembelajaran yang sama, siswa dianggap pasif dan sepenuhnya sebagai objek
pembelajaran.
Pembelajaran ini lebih bersifat teacher center, karena guru lah yang
memegang penanan utama. Berdasarkan karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi karena salah
satu karakteristiknya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan siswa dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya, dengan kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk meningkatkan upaya untuk
mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi,
diskusi dan lain-lainnya yang sesuai bagi para siswanya. Pembelajaran
30
konvensional dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang biasa diterapkan
secara umum antara lain ceramah, diskusi dan penugasan. Langkah-langkah
pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan di sekolah-sekolah
ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Langkah Pembelajaran Konvensional
1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Konvensional
Beberapa kekurangan model pembelajaran konvensional, dengan
menggunakan ceramah sebagai model pembelajarannya, menurut Syaiful Bahri
Djaramah (http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-macam-metode-
pembelajaran.html ) adalah sebagai berikut :
a. Membuat siswa pasif b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
Guru menjelaskan materi pembelajaran
Guru dan siswa menyimpulkan materi
Guru membuka pembelajaran
Guru memberikan motivasi kepada siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Guru mengulang materi pembelajaran sebelumnya dikaitkan dengan materi yang akan dibahas
31
c. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
d. Bila terlalu lama membosankan e. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
Menurut Syarifah (Suryosubroto, 2002:166) mengatakan beberapa
kelemahan model ceramah yaitu “Guru sukar mengetahui sampai dimana
siswa mengerti pembicaraanya dan siswa sering kali memberi pengertian
lain dari pembicaraan guru “.
Di samping kelemahan dari model pembelajaran konvensional, dengan
menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, model pembelajaran
konvensional ini juga memiliki beberapa kelebihan. Hal tersebut diutarakan oleh
Syaiful Bahri Djaramah (http://info-rahman.blogspot.com/2010/07/macam-
macam-metode-pembelajaran.html ) sebagai berikut :
a. Guru mudah menguasai kelas b. Guru mudah menerangkan bahan pembelajaran berjumlah besar c. Mudah diikuti anak didik dalam jumlah besar d. Mudah dilaksanakan
E. Perbedaan Model Pembelajaran Guide Inquiry dengan Model
Pembelajaran Konvensional
1. Kegiatan pembelajaran model guide inquiry bersifat student center karena
siswa memegang peranan sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan menjaga agar kegiatan berjalan
sesuai dengan langkah pembelajaran, sedangkan untuk model
pembelajaran konvensional guru berperan aktif (teacher center) siswa
diposisikan dalam posisi pasif dan hanya mendengarkan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
32
2. Pada model pembelajaran guide inquiry siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok diskusi yang belajar untuk memecahkan masalah secara
berkelompok, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa
belajar dari mendengarkan guru yang menyampaikan materi secara
langsung.
3. Pada model pembelajaran guide inquiry salah satu atau semua kelompok
mempersentasikan hasil diskusi berkaitan dengan pertanyaan yang
diberikan oleh guru, sedangkan pada model pembelajaran konvensional
siswa menjawab langsung pertanyaan yang diberikan oleh guru.
F. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain
variabel lainnya yaitu: karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal
ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “ada tiga
variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni : karakteristik individu,
kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. Fauziah (Nana Sudjana, 1996 : 40).
Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana
proses belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kamampuan yang ditunjukan oleh
adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.
33
Dari kutipan di atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada
proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses
belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar
mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa.
Sejalan dengan itu Fauziah (Abin Syamsudin Makmun, 1990 : 90) berpendapat
bahwa “Hasil belajar adalah perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan
pribadi siswa setelah mengalami pengalaman proses belajar”.
Ciri terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa ditunjukkan sejumlah
kemampuan memahami dan menguasai hubungan-hubungan antara bekal
kemampuan siswa dengan materi pelajaran yang diajarkan dalam proses kegiatan
belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fauziah
(Herman Hudojo, 1990 : 14) bahwa “orang menjadi memahami dan menguasai
hubungan-hubungan tersebut sehingga akan dapat menampilkan pemahaman dan
penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, itulah hasil belajar “.
Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa
setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman
pelajaran yang dipelajarinya.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah
kemampuan yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar.
Untuk itu, hasil belajar diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut:
34
a. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu : a). keterampilan dan kebiasaan, b). pengetahuan dan
pengertian, dan c). sikap dan cita-cita. Fauziah (Nana Sudjana, 1996
: 22)
b. Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar
sebagai berikut : a). keterampialn motorik, b). sikap, c). informasi
verbal, d). strategi kognitif dan e). keterampilan intelektual. Fauziah
(Moch Ali, 1993 : 109)
Pada Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin
S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Bloom membagi masing-masing
ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah
taksonomi Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom) seperti berikut:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi ranah
kognitif ke dalam 6 jenjang kemampuan yaitu:
(1) Hafalan
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip,
prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tingkatan
yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.
Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi tersebut
35
tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan.
(2) Pemahaman
Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi
intruksi (pengarahan) dan masalah. Fauziah (Syambasri Munaf, 2001 : 69)
mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan
dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami, mengetahui
sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain
hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat
menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram
serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata
kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan.
(3) Penerapan
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru
atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari
pemahaman. Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan
prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru.
Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjuk.
(4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke
dalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dipahami. Dengan analisis
diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian tersebut
36
satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa,
membandingkan, mengklarifikasikan.
(5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Fauziah (Syambasri
Munaf, 2001 : 73) menyatakan bahwa kemampuan sintesis merupakan
kemampuan menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga membentuk
pola yang berkaitan secara logis atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-
peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini
misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun kerangka, menggabungkan
objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja
yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan.
(6) Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk memuat pertimbangan (penilaian)
terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan
kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,
cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian,
seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis
terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan,
menaksir, memutuskan.
37
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu
misalnya sikap, apersepsi, dan motivasi. Bloom membagi ranah afektif dalam
lima kategori, yaitu :
(1). Penerimaan
Penerimaan mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan
terhadap stimulus yang tepat. Misalnya siswa mampu mendengarkan penjelasan
dari guru secara seksama tanpa memberikan respons yang lebih dari itu.
(2) Pemberian Respon
Pemberian respon mengacu pada partisipasi aktif dalam pembelajaran.
Kemampuan ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus.
Misalkan dalam pembelajaran, siswa memberikan pertanyaan terhadap hal-hal
yang belum dipahaminya, siswa menjawab pertanyaan guru dan mau bekerjasama
dalam penyelidikan.
(3) Penilaian
Penilaian mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak
atau tidak menghiraukan. Contoh sikap yang ditunjukkan misalnya siswa dapat
bertanggung jawab terhadap alat-alat penyelidikan dan bersikap jujur dalam
kegiatan pembelajaran.
(4). Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi konseptual nilai-nilai menjadi suatu sistem
nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-
38
konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang
ditunjukkan misalnya kemampuan dalam menimbang dampak positif dan negatif
dari suatu perlakuan.
(5). Karakteristik
Karakteristik mengacu pada keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian atau tingkah lakunya. Misalnya
mau mengubah pendapatnya jika pendapat tersebut tidak sesuai dengan bukti-
bukti yang ditunjukkan.
c. Ranah Psikomotor
Adapun ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan manual fisik
(skills). Ranah psikomotor dikemukakan oleh Fauziah (Dave dalam Clark, 1999)
menjadi lima kategori sebagai berikut:
(1). Kesiapan
Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian
memberikan respon serupa dengan yang diamati. Misalnya kemampuan
menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan cara menggunakannya.
(2). Manipulasi
Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan (instruksi).
Penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan,
misalkan mampu melakukan kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang
dibacanya.
39
(3). Ketetapan
Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan
kepastian yang lebih tinggi. Misalkan pada saat menggunakan alat ukur,
memperhatikan skala alat ukur dan satuan yang digunakan dalam mengambil data.
Orang yang memiliki ketetapan biasanya melakukan pengamatan berulang kali
untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti.
(4). Artikulasi
Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan tercapai apa yang diharapkan atau konsistensi
internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh yang ditunjukkan yaitu
menulis dengan rapih dan jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dengan
menggunakan alat sesuai dengan ketentuan.
(5). Pengalamiahan
Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga
gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran
terlebih dahulu.
G. Deskripsi Mata Pelajaran Dasar Teknik Otomotif
(DTO)
Berdasarkan kurikulum pada jurusan otomotif di SMKN 8 Bandung. Mata
pelajaran DTO mempunyai bobot 2 jam mata pelajaran. DTO adalah salah satu
materi pembelajaran yang termasuk ke dalam salah satu program produktif yang
memberikan konsep mendasar berpikir tentang cara kerja serta pengetahuan dasar
40
teknik suatu mesin seperti pengenalan ilmu statika dan tegangan, material suatu
mesin dan macam-macam teknik pembentukan serta lainnya. Materi pembelajaran
ini sebagai dasar untuk mempelajari materi yang sama atau berhubungan pada
tingkat yang lebih tinggi. Materi DTO ini diberikan kepada siswa pada rumpun
teknik mekanik otomotif di SMKN 8 Bandung. Adapun silabus atau rencana
pengajaran DTO ini ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Daftar Silabus DTO
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami dasar-dasar mesin - Menjelaskan dasar ilmu statika dan tegangan
- Menerangkan komponen/elemesn mesin
- Menerangkan material dan kemampuan proses
2. Memahami proses-proses dasar pembentukan logam
- Menjelaskan proses pengecoran
- Menjelaskan proses pembentukan
- Menjelaskan proses permesinan
3. Memahami dasar-dasar mesin konversi energi
- Menjelaskan konsep motor bakar
- Menjelaskan konsep motor listrik
- Menjelaskan konsep generator listrik
- Menjelaskan konsep pompa fluida
- Menjelaskan konsep kompressor
- Menjelaskan konsep refrigerasi
41
4. Menginterpretasikan gambar teknik - Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan
- Menjelaskan simbol-simbol kelistrikan
- Membaca wiring diagram
- Menginterpretasikan gambar teknik dan rangkaian
5. Menggunakan peralatan dan
perlengkapan ditempat kerja
- Merawat peralatan dan perlengkapan perbaikan di tempat kerja
- Menggunakan peralatan dan perlengkapan perbaikan
- Menggunakan fastener
6. Menggunakan alat-alat ukur - Mengidentifikasi alat-alat ukur
- Menggunakan alat-alat mekanik
- Menggunakan alat-alat ukur pneumatik
- Menggunakan alat-alat ukur elektrik/elektronik Merawat alat-alat ukur
7. Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja
- Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
- Melaksanakan prosedur K3
- Mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja
- Mengontrol kontaminasi
- Mendemonstrasikan pemadam kebakaran
- Melakukan pengangkatan benda kerja secara manual
- Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP
42
( Sumber : Silabus Mata Pelajaran DTO Tahun 2010-2011 SMK N 8 Bandung )
H. Asumsi
Asumsi / anggapan dasar titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keragu-
raguan dalam penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan pernyataan di atas maka yang menjadi anggapan dasar yaitu :
1. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat
membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal.
3. Guru telah memahami model mengajar pembelajaran guide inquiry
dan model pembelajaran konvensional.
I. Hipotesis
Menurut Fauziah (Nazir M., 1999 : 182) mengungkapkan tentang
pengertian hipotesis yaitu sebagai berikut:
“ Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis juga merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja panduan dalam verifikasi”
Hipotesis dapat juga diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Hipotesis bukan merupakan kesimpulan akhir yang telah pasti
kebenarannya, tetapi hal ini perlu diuji dengan cara mengumpulkan data dan
43
pengolahan data sehingga diterima kebenarannya atau bahkan ditolak
kebenarannya
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa
yang menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan
model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar
Teknik Otomotif (DTO)
Ha : µ1 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran guide inquiry dengan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Dasar Teknik
Otomotif (DTO)