s Pyogenes Jg

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Daun Katuk ( Sauropus androgunus ) Daun katuk termasuk tanaman merumpun, berbentuk perdu dengan ketinggian sekitar 3 – 5 meter. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batangnya dipangkas, akan tumbuh tunas – tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil – kecil merip daun kelor, berwarna hijau. Daun katuk kaya akan kandungan vitaminA, vitaninB1, dan vitaminC, saponin, falfonoid, mineral, alkaloid, papaverin, dan tanin yang mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sintesis protein sel kuman gram positif maupun gram negatif. ( Admin,2007 ). B. Streptococcus pyogenes 1. Klasifikasi Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai berfariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan, tidak berspora, dan bersifat anaerob fakultatif. Streptococcus pyogenes dapat tumbuh baik pada suhu optimum 37ºC. Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam media BAP. Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0,5% akan meningkatkan pertumbuhannya, tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar yang diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18 – 24 jam akan membentuk koloni

description

yy

Transcript of s Pyogenes Jg

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Klasifikasi Daun Katuk ( Sauropus androgunus )

    Daun katuk termasuk tanaman merumpun, berbentuk perdu dengan

    ketinggian sekitar 3 5 meter. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung

    batangnya dipangkas, akan tumbuh tunas tunas baru yang membentuk percabangan.

    Daunnya kecil kecil merip daun kelor, berwarna hijau. Daun katuk kaya akan

    kandungan vitaminA, vitaninB1, dan vitaminC, saponin, falfonoid, mineral, alkaloid,

    papaverin, dan tanin yang mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri dan

    sintesis protein sel kuman gram positif maupun gram negatif. ( Admin,2007 ).

    B. Streptococcus pyogenes

    1. Klasifikasi

    Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat,

    bersifat gram positif, tersusun berderet seperti rantai, panjang rantai berfariasi dan

    sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan, tidak berspora, dan bersifat

    anaerob fakultatif. Streptococcus pyogenes dapat tumbuh baik pada suhu optimum

    37C. Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam media BAP. Penambahan

    glukosa dalam konsentrasi 0,5% akan meningkatkan pertumbuhannya, tetapi

    menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam lempeng

    agar yang diinkubasi pada suhu 37C selama 18 24 jam akan membentuk koloni

  • kecil keabu abuan, bentuknya bulat, pinggir rata pada permukaan media, koloni

    tampak seperti setitik cairan. ( Mukti,AJ,2008 ).

    Sebagian besar Streptococcus pyogenes melepaskan sejumlah protein, diantaranya

    : a. Streptokinase, secara enzimatis mengaktifkan plasminogen, enzim

    proteolitik menjadi plasmid yang akhirnya mencerna fibrin atau protein lain.

    b. Hialuronidase, suatu enzim yang memecah asam

    hialuronat, suatu komponen penting bahan dasar jaringan

    ikat. Hialuronidase mambantu penyebaran jasad renik

    penginfeksi.

    c. C5a peptidase, membelah kemotoksin neutrofil kuat yang

    disebut C5a yang diproduksi oleh sistem komplemen.

    C5a peptidase diperlukan untuk meminimalisasi aliran

    neutrofil diawal infeksi.

    2. Patogenesis

    Infeksi Streptococcus pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam

    macam faktor, antara lain sifat biologis kuman dan cara host memberikan

    respon.

    Streptococcus pyogenes adalah penyebab infeksi pada luka. Salah

    satu infeksi luka yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes adalah

    impetigo krustosa. Pada impetigo krustosa lokalisasi infeksi sangat superfisial,

    dengan pembentukan vesicapustulai di bawah stratum korneum, terutama

    terdapat pada anak kecil. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh krusta

    yang berwarna kuning mada. ( Mukti,AJ,2008).

  • 3. Diagnosis Laboratorium

    Spesimen : dari luka kulit sesuai infeksi. Hapusan : coccus, gram

    positif, sering dilihat pada hapusan.

    Biakan : specimen ditanam pada media agar darah, dikultur dengan

    tambahan cakram antibiotik dan sensitifitas ( zona inhibisi sekitar cakram )

    antibiotik, lalu dilakukan uji katalase yang harus menunjukan reaksi negatif. (

    Wepedia ,2008 ).

    C. Mekanisme Kerja Anti Mikroba

    1. Hambatan sintesis dinding sel

    Dinding sel berperan sebagai pemberi bentuk pada sel dan melindungi

    sel terhadap proses osmotik. Apabila ada unsur unsur yang merusak dinding sel

    atau menghalangi sintesa normalnya ( misalnya tanin ) akan

    menyebabkan lisis sel sehingga akan mengakibatkan kematian sel bakteri.

    2. Hambatan sintesis protein

    Protein terdapat dalam keadaan dimensi terlipat yang ditentukan oleh

    hubungan disulfida kovalen intra molekuler dan sejumlah hubungan non kovalen

    seperti ionik, hidrofobik dan ikatan ikatan hidrogen. Langkah pertama

    penghambatan oleh zat antibiotik tersebut terhadap bakteri, adalah dengan

    perlekatan terhadap protein penerima khusus, kemudian dilanjutkan dengan

    pengikatan asam amino yang baru dibentuk, sehingga asam amino tersebut salah

    dalam penggabungannya, sehingga menghasilkan asam amino yang tidak

  • berfungsi, atau terjadi gangguan dalam penggabungan asam asam amino,

    sehingga protein tidak terbentuk.