POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN … fileFolium) terhadap Streptococcus pyogenes dan Candida...
Transcript of POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN … fileFolium) terhadap Streptococcus pyogenes dan Candida...
POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
KEMBANG SEPATU (Hibisci rosa - sinensis Folium)
TERHADAP Streptococcus pyogenes DAN Candida albicans
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Wiria Sende Paiman
NIM : 088114025
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
KEMBANG SEPATU (Hibisci rosa - sinensis Folium)
TERHADAP Streptococcus pyogenes DAN Candida albicans
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Wiria Sende Paiman
NIM : 088114025
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan
(Yeremia 29 : 11)
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Bapa dan sahabat bagiku
Papa dan mama, sebagai ungkapan rasa hormat kasih dan baktiku
Kakak – kakakku tercinta, atas semua dukungan dan doanya
My beloved person Rocky, atas segala cinta dan semangat yang diberikan
Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Terpujilah nama Tuhan kita Yesus Kristus, karena begitu besar Kasih-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Potensi antimikroba ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis
Folium) terhadap Streptococcus pyogenes dan Candida albicans”.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa
adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua atas segala kasih sayang, dukungan dan doanya selama ini.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi dan
dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis,
memberi kritik dan saran yang membangun hingga terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt, selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji serta memberi kritik dan saran yang
membangun.
5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji serta memberi kritik dan saran yang
membangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
6. Ibu C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku Ketua Program Studi
atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
8. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku Dosen Pembimbing Penelitian
Mikrobiologi yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu penulis,
memberi kritik dan saran yang membangun hingga terselesainya skripsi ini.
9. Seluruh staf dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
10. Mas Sigit, Mas Andre, seluruh laboran dan karyawan Universitas Sanata
Dharma.
11. Ibu Darwani serta seluruh staf Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta atas
bimbingannya selama penulis melakukan penelitian ini.
12. Ketiga kakakku tercinta (kak Yusuf S. Sirupang, kak Esrani, kak Yafet Y.
Sirupang), keponakanku Fergie A. Sirupang atas segala dukungan dan doanya
selama ini.
13. Rocky Jaya Tambun, atas segala semangat, senyuman, doa serta dukunganmu
untukku.
14. Keluarga Bojonku : mbak Agatha Novita, Perthy Melati Kasih, Primaboti
Nurwidaningrum, Aditya Warman, Christina Putranti, Kartika Sari Senas,
Eureka Gracia Letitia, dan Ellen Sinaga serta teman seperjuangan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
semester 1 Efrida Tambunan. Kalian sangat berarti untukku. Terimakasih
untuk semangat anak muda yang kita nyalakan bersama – sama selama kuliah.
15. Teman – teman Kost Putri Aulia : Yudith Kase, Caroline Daat, Novi Salsinha,
Theresia, Agnes Yordan, Elvira Wangge, Theresia Wanga, Asrianti Massau
atas kebersamaan, dukungan dan doanya selama ini.
16. Teman – teman di FKK A 2008 atas kebersamaan yang telah terajut selama
ini.
17. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan skripsi ini sangat
penulis harapkan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
PRAKATA .............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
INTISARI ................................................................................................ xxi
ABSTRACT .............................................................................................. xxii
BAB I. PENGANTAR ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
1. Rumusan masalah........................................................................ 3
2. Keaslian penelitian ...................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ....................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................. 7
A. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa – sinensis L.) ................................ 7
1. Sistematika tanaman.................................................................... 7
2. Deskripsi daun kembang sepatu .................................................. 8
3. Kandungan kimia daun kembang sepatu..................................... 8
a. Flavonoid .............................................................................. 8
b. Saponin .................................................................................. 10
c. Polifenol ................................................................................ 11
B. Ekstraksi ............................................................................................ 12
C. Maserasi ............................................................................................ 13
D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Tanaman Dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...................................................... 14
E. Mikroba Uji ....................................................................................... 16
1. Streptococcus pyogenes .............................................................. 16
2. Candida albicans ........................................................................ 18
F. Potensi Antimikroba ......................................................................... 19
1. Metode difusi agar....................................................................... 20
2. Metode dilusi ............................................................................... 20
G. Landasan Teori .................................................................................. 21
H. Hipotesis ............................................................................................ 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 24
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Variabel penelitian ...................................................................... 24
2. Definisi operasional .................................................................... 25
C. Bahan Penelitian................................................................................ 26
D. Alat Penelitian ................................................................................... 27
E. Tata Cara Penelitian .......................................................................... 28
1. Identifikasi bahan tanaman ......................................................... 28
2. Pengumpulan bahan .................................................................... 28
3. Pengeringan dan pembuatan serbuk daun kembang sepatu ........ 28
4. Pembuatan ekstrak etanol daun kembang sepatu ....................... 29
5. Pembuatan stok mikroba uji ........................................................ 30
a. Streptococcus pyogenes ATCC 19615 .................................. 30
b. Candida albicans ATCC 10231 ............................................ 30
6. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji ................................... 30
7. Uji potensi antibakteri dan antifungi ekstrak etanol daun
kembang sepatu dengan metode sumuran ................................... 31
8. Uji kualitatif kandungan senyawa flavonoid, polifenol dan
saponin dalam ekstrak etanol daun kembang sepatu dengan
metode KLT ............................................................................... 32
F. Analisis Hasil .................................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 36
A. Identifikasi Bahan ............................................................................. 37
B. Pengumpulan Bahan.......................................................................... 38
C. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Daun Kembang Sepatu ........... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu dengan Metode
Maserasi ........................................................................................... 39
E. Uji Potensi Antibakteri dan Antifungi Ekstrak Etanol 70% Daun
Kembang Sepatu ............................................................................... 41
1. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun kembang sepatu
terhadap Streptococcus pyogenes ............................................... 43
2. Uji potensi antifungi ekstrak etanol daun kembang sepatu
terhadap Candida albicans ......................................................... 52
F. Uji Kualitatif Kandungan Senyawa Flavonoid, Polifenol dan
Saponin dalam Ekstrak Etanol 70% Daun Kembang Sepatu dengan
metode KLT ...................................................................................... 57
1. KLT flavonoid ............................................................................. 57
2. KLT polifenol.............................................................................. 60
3. KLT saponin ............................................................................... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 66
A. Kesimpulan ....................................................................................... 66
B. Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 67
LAMPIRAN ........................................................................................... 73
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji ................... 30
Tabel II. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Terhadap Streptococcus
pyogenes ......................................................................... 44
Tabel III. Hasil Uji Mann – Whitney Konsentrasi Ekstrak Etanol
Daun Kembang Sepatu terhadap Kontrol Negatif
(Aquadest Steril) dan Kontrol Positif (Amoksisilin 1
mg/ml) Terhadap Streptococcus pyogenes .................... 51
Tabel IV. Hasil Uji Mann – Whitney antar Konsentrasi Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Terhadap Streptococcus
pyogenes ........................................................................ 51
Tabel V. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Terhadap Candida
albicans ........................................................................... 53
Tabel VI. Hasil Identifikasi Kualitatif Kandungan Flavonoid
Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu Sebelum dan
Setelah Disemprot Pereaksi AlCl3 .................................. 59
Tabel VII. Hasil Identifikasi Kualitatif Kandungan Polifenol
Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu Sebelum dan
Setelah Disemprot Pereaksi FeCl3 .................................. 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel VIII. Hasil Identifikasi Kandungan Saponin Ekstrak Etanol
Daun Kembang Sepatu Sebelum dan Setelah Disemprot
Pereaksi Anisaldehid Asam Sulfat .................................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Kembang Sepatu ............................................. 7
Gambar 2. Struktur Flavonoid .......................................................... 9
Gambar 3. Struktur Saponin Steroid ................................................. 10
Gambar 4. Struktur Dasar Polifenol .................................................. 11
Gambar 5. Identifikasi Bahan Tanaman .......................................... 37
Gambar 6. Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Terhadap Streptococcus pyogenes ...... 44
Gambar 7. Mekanisme Reaksi Senyawa Flavonoid terhadap
Perusakan Fosfolipid pada Membran Sel Bakteri ........... 46
Gambar 8. Mekanisme Reaksi antara Fosfolipid dan Senyawa Fenol 47
Gambar 9. Mekanisme Reaksi Perusakan Senyawa Fosfolipid pada
Membran Sel Bakteri oleh Senyawa Saponin ................. 49
Gambar 10. Hasil Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Terhadap Candida albicans ................ 53
Gambar 11. Mekanisme Reaksi Kompleks Flavonoid – AlCl3 .......... 58
Gambar 12. Profil Kromatogram Senyawa Flavonoid dari Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Setelah Disemprot
dengan Pereaksi AlCl3..................................................... 59
Gambar 13. Mekanisme Reaksi Kompleks Polifenol – FeCl3 ............ 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 14. Profil Kromatogram Senyawa Polifenol dari Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Setelah Disemprot
dengan Pereaksi FeCl3..................................................... 62
Gambar 15. Profil Kromatogram Senyawa Saponin dari Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu Setelah Disemprot
dengan Pereaksi Anisaldehid Asam Sulfat ..................... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Kembang Sepatu ......................... 74
Lampiran 2. Prosedur Kerja Ekstraksi Daun Kembang Sepatu
dengan Metode Maserasi oleh LPPT UGM .................... 75
Lampiran 3. Certificate of Analysis Konsentrasi Senyawa Uji
Ekstrak Daun Kembang Sepatu oleh LPPT UGM .......... 76
Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode
Difusi Sumuran terhadap Sreptococcus pyogenes
Waktu Inkubasi 24 Jam Suhu 37°C ................................ 77
Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode
Difusi Sumuran terhadap Candida albicans Waktu
Inkubasi 5 Hari Suhu 37°C ............................................. 79
Lampiran 6. Foto Hasil KLT Flavonoid Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu ............................................................. 81
Lampiran 7. Foto Hasil KLT Polifenol Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu ............................................................. 82
Lampiran 8. Foto Hasil KLT Saponin Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu ............................................................. 83
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov –
Smirnov .......................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Uji Kruskal – Wallis dan Uji Mann –
Whitney terhadap Diameter Zona Hambat Ekstrak
Etanol Daun Kembang Sepatu terhadap Streptococcus
pyogenes .......................................................................... 85
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta ...................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) bermanfaat
untuk mengobati bisul, gondongan, mimisan, radang kulit, radang selaput lendir
hidung, radang selaput mata, radang usus, demam yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes dan sariawan yang disebabkan oleh Candida albicans.
Kandungan daun kembang sepatu yang diduga memiliki potensi antibakteri dan
antifungi, yaitu flavonoid, saponin dan polifenol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri dan
antifungi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap S. pyogenes dan C.
albicans. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Tahapan penelitian ini meliputi : tahap
persiapan; ekstraksi; uji potensi antibakteri dan antifungi dengan metode difusi
sumuran; serta uji kualitatif kandungan senyawa kimia dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia yang
terkandung dalam daun kembang sepatu yang berkhasiat sebagai antimikroba.
Hasil uji potensi antibakteri dan antifungi diuji secara statistik menggunakan uji
Mann – Whitney untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun kembang sepatu
memiliki potensi antibakteri dan antifungi terhadap S. pyogenes dan C. albicans.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) memiliki potensi sebagai
antibakteri terhadap S. pyogenes, tetapi tidak memiliki potensi antifungi terhadap
C. albicans. Hasil uji kualitatif kandungan senyawa kimia dengan metode KLT
menunjukkan bahwa daun kembang sepatu mengandung senyawa flavonoid,
polifenol dan saponin.
Kata kunci : daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium), Streptococcus
pyogenes, Candida albicans, antibakteri, antifungi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Hibiscus leaf (Hibisci rosa - sinensis Folium) is use to treat ulcer,
mumps, nosebleeds, dermatitis, rhinitis, conjungtivitis, colitis, fever that is caused
by Streptococcus pyogenes and oral ulceration that is caused by Candida albicans.
The active compound of Hibiscus leaves is expected have an antibacterial and
antifungal activity, that is flavonoids, saponins, and polyphenols.
This research was purposed to determine antibacterial and antifungal
potency ethanol extract of hibiscus leaves towards S. pyogenes and C. albicans.
This research was included of pure experimental study using one way model of
complete randomized design. Steps of this research included preparation;
extraction; antibacterial and antifungal potential test with well diffusion method;
we also checked the group of active compound qualitatively using Thin Layer
Chromatography (TLC). The results of antibacterial and antifungal potency were
analyzed statistically using Mann – Whitney test to find out whether the ethanol
extract of hibiscus leaves have antibacterial and antifungal potential activity
towards S. pyogenes and C. albicans.
The results of this research showed that the ethanol extract of Hibiscus
leaves (Hibisci rosa - sinensis Folium) had the potential activity as an
antibacterial towards the S. pyogenes, but it didn’t have antifungal potential
activity towards the C. albicans. The results of a qualitative test of chemical
compounds with TLC method showed that Hibiscus leaves contained flavonoid
compounds, polyphenols and saponins.
Key words : Hibiscus leaf (Hibisci rosa - sinensis Folium), Streptococcus
pyogenes, Candida albicans, antibacterial, antifungal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang
kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan
penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke
manusia. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai mikroba, seperti bakteri, virus,
ricketsia, fungi dan protozoa (Jawetz, Melnick dan Adelberg, 1996). Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit infeksi di Indonesia
mencapai 55,1% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Banyaknya penyakit yang disebabkan oleh mikroba mengakibatkan
tingginya penggunaan antimikroba dalam masyarakat. Antimikroba merupakan
senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan suatu mikroba
(Tjay dan Rahardja, 2007). Penggunaan antimikroba untuk terapi infeksi pada saat
ini tidak selalu efektif karena semakin meningkatnya resistensi mikroba. Semakin
tinggi penggunaan antimikroba, semakin tinggi pula tekanan selektif proses
evolusi dan proliferasi strain mikroba yang bersifat resisten (Pratiwi, 2008).
Selain itu, pengobatan dengan antimikroba tidak selalu efektif karena memiliki
efek samping yaitu dapat mengganggu sistem ekskresi tubuh yaitu gangguan
terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa antimikroba tertentu
bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem ginjal (Rahardjo, 2008). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menemukan antiinfeksi baru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
efektif dan memiliki efek samping yang minimum, bahkan tidak memiliki efek
samping, seperti menggunakan bahan tanaman untuk obat tradisional.
Kembang sepatu (Hibiscus rosa – sinensis L.) merupakan salah satu
bahan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, selain dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman hias di pekarangan dan taman (Dalimartha, 2006).
Salah satu bagian dari tanaman kembang sepatu yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional adalah daun kembang sepatu. Daun kembang sepatu mengandung
flavonoida, saponin, dan polifenol (Samsuharto dan Hartanto, 2006). Daun
kembang sepatu berkhasiat sebagai obat demam, obat batuk dan obat sariawan,
sebagai ekspektoran, emolliens (penyejuk kulit), mengeluarkan lendir sebagai
obat bronchitis, serta obat gonore dan sariawan (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991; Sastromidjojo, 2001).
Penelitian oleh Samsuharto dan Hartanto (2006) membuktikan bahwa
di antara ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol 70% daun kembang sepatu
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, ternyata ekstrak etanol 70%
mempunyai daya bunuh terhadap S. aureus ATCC 25923 yang paling baik dengan
KBM 0,79%. Penelitian Arullappan, Zakaria dan Basri (2009) menunjukkan
bahwa ekstrak daun kembang sepatu (H. rosa - sinensis L.) berpotensi sebagai
antimikroba terhadap infeksi methicillin-resistant S. aureus (MRSA).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan potensi antimikroba
ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap Streptococcus pyogenes dan
Candida albicans. Menurut Samsuharto dan Hartanto (2006) daun kembang
sepatu mengandung flavonoid, saponin dan polifenol yang dapat berfungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebagai antimikroba, maka dilakukan uji potensi ekstrak etanol daun kembang
sepatu terhadap S. pyogenes yang mewakili kelompok bakteri serta merupakan
bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan demam dan terhadap C. albicans
yang mewakili kelompok fungi serta merupakan fungi penyebab sariawan. Etanol
dipilih sebagai pelarut ekstraksi karena dapat melarutkan senyawa flavonoid,
saponin dan polifenol yang terkandung dalam daun kembang sepatu (Mursyidi,
1990; Robinson, 1995).
Pengukuran potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu dilakukan
dengan metode sumuran. Hal ini bertujuan untuk menentukan aktivitas
antimikroba ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap S. pyogenes dan C.
albicans. Hasil yang diamati yaitu adanya daerah jernih di sekitar sumuran (zona
hambat) yang menandakan daerah tersebut tidak ditumbuhi mikroba (Hugo dan
Russel, 1987; Ristanto, 1989).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, seperti formulasi suatu bentuk sediaan obat dari
ekstrak etanol daun kembang sepatu, serta dapat menunjang penggunaan obat
yang berasal dari bahan alam tanaman, sehingga sesuai dengan keinginan
masyarakat, yaitu menggunakan obat antimikroba dari bahan alam yang aman,
murah dan manjur.
1. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak etanol
daun kembang sepatu memiliki potensi antibakteri terhadap S. pyogenes dan
antifungi terhadap C. albicans?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Penelitian tentang aktivitas antibakteri daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa - sinensis L.) pernah dilakukan.
Penelitian tentang “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksan, Etil
Asetat, dan Etanol 70% Daun Kembang Sepatu Terhadap Staphylococcus
aureus ATCC 25923” (Samsuharto dan Hartanto, 2006) telah dilakukan dan
disimpulkan bahwa hasil ekstrak etanol 70% mempunyai daya bunuh terhadap
S. aureus ATCC 25923 yang paling baik dengan KBM 0,79%, dibandingkan
ekstrak n-heksan yang tidak memberikan hambatan dan ekstrak etil asetat
dengan KBM 6,25%.
Penelitian tentang “Preliminary Screening of Antibacterial Activity
using Crude Extracts of Hibiscus rosa – sinensis” dilakukan oleh Arullappan,
dkk., (2009), dan disimpulkan bahwa ekstrak daun kembang sepatu (H. rosa -
sinensis L.) berpotensi sebagai antibakteri terhadap infeksi methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Penelitian tentang “Antibacterial Potentiality of H. rosa - sinensis
Solvent Extract and Aqueous Extracts Against Some Pathogenic Bacteria”
telah dilakukan oleh Hena (2010), dan disimpulkan bahwa ekstrak dingin dan
ekstrak metanol daun kembang sepatu memiliki aktivitas antibakteri pada
bakteri Eschericia. coli dan S. aureus.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian tentang
potensi antibakteri dan antifungi ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibisci
rosa - sinensis Folium) terhadap S. pyogenes dan C. albicans belum pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dilakukan. Perbedaan dengan penelitian – penelitian di atas adalah asal
tanaman, kualitas tanaman/simplisia, dan jenis mikroba uji yang digunakan
dalam penelitian.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu
pengetahuan dalam bidang obat tradisional mengenai penggunaan daun
kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) sebagai antibakteri dan
antifungi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang kegunaan daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium)
sebagai antibakteri untuk mengobati demam yang disebabkan oleh infeksi
S. pyogenes dan antifungi untuk mengobati sariawan yang disebabkan oleh
infeksi C. albicans, serta dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasi
untuk memudahkan masyarakat dalam penggunaannya.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan obat antibakteri dan antifungi dengan senyawa
aktif dari ekstrak daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) yang
dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengobati demam dan sariawan yang
disebabkan oleh infeksi mikroba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun kembang sepatu
(Hibisci rosa - sinensis Folium) memiliki antibakteri terhadap S. pyogenes dan
potensi antifungi terhadap C. albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kembang Sepatu
1. Sistematika tanaman
Sistematika tanaman kembang sepatu adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus rosa – sinensis L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Gambar 1. Tanaman Kembang Sepatu (Ratnasari, 2007).
Tanaman kembang sepatu memiliki beberapa nama daerah, di
antaranya bungong raya (Aceh), soma – soma (Nias), bunga – bunga (Batak),
kembang wera (Sunda), bunga raya (Melayu), kembang sepatu, wara – wari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(Jawa), dan waribang (Bali). Di Cina tanaman ini dikenal dengan nama fu
sang, dan di Inggris dikenal dengan nama shoeflower (Dalimartha, 2006;
Hariara, 2008).
2. Deskripsi daun kembang sepatu
Pemerian daun kembang sepatu yaitu, tidak berbau, rasa agak asin, dan
berlendir. Helaian daun kembang sepatu merupakan daun tunggal berbentuk
bulat telur, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi bergerigi kasar, tulang
daun menjari, panjang 3,5 – 9,5 cm, lebar 2 – 6 cm, dan berwarna hijau
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989; Dalimartha, 2006).
Daun kembang sepatu digunakan sebagai obat demam, obat batuk dan
obat sariawan, sebagai ekspektoran, emolliens (penyejuk kulit), mengeluarkan
lendir sebagai obat bronkitis, obat gonore dan sariawan (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991; Sastromidjojo, 2001).
3. Kandungan kimia daun kembang sepatu
Daun kembang sepatu mengandung flavonoid, saponin dan polifenol
yang memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi (Widjayakusuma, Dalimartha
dan Wirian, 1994). Senyawa tersebut terdapat di sel epidermis, dan sebagian
besar terhimpun di vakuola sel tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
a. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol alam, terdiri dari struktur dasar 2-
fenil-benzo-δ-piren atau inti flavan, di mana dua cincin benzen
dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung oksigen (Silalahi, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 2. Struktur Flavonoid (Robinson, 1995).
Di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula
sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula disebut aglikon.
Adanya gula yang terikat pada aglikon akan meningkatkan sifat polaritas
dari flavonoid. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, oleh karena
itu flavonoid larut dalam pelarut polar. Pelarut polar yang biasa digunakan
untuk menyari glikosida flavonoid, yaitu air, metanol, etanol, butanol dan
aseton (Mursyidi, 1990).
Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yaitu antibakteri dan
antifungi. Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara
flavonoid dengan DNA bakteri (Robinson, 1995; Sabir, 2005). Sebagai
antifungi, flavonoid menghambat pembelahan atau proliferasi sel fungi.
Senyawa ini mengikat protein mikrotubulus dalam sel dan mengganggu
fungsi mitosis gelendong sehingga menimbulkan penghambatan
pertumbuhan fungi (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
b. Saponin
Senyawa saponin memiliki sifat mirip sabun dan mudah
membentuk busa, merupakan senyawa glikosida triterpen yang tersebar
luas dalam tanaman (Heinrich, Barnes, Gibbons dan Williamson, 2005).
Gambar 3. Struktur Saponin Steroid (Robinson, 1995).
Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika
dikocok dengan air. Pada konsentrasi rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba.
Saponin larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter (Robinson,
1995).
Saponin dapat melarutkan lipid pada membran sel bakteri
(lipoprotein), akibatnya dapat menurunkan tegangan permukaan lipid,
permeabilitas sel berubah, fungsi sel bakteri menjadi tidak normal, dan sel
bakteri lisis dan mati (Voight, 1995).
Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi.
Mekanisme kerja saponin sebagai antifungi berhubungan dengan interaksi
saponin dengan sterol membran yang menyebabkan terbentuknya pori dan
menyebabkan hilangnya integritas membran (Mert-Turk, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Polifenol
Senyawa fenol dapat didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu
cincin aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol)
substitusi hidroksil, termasuk derivat fungsionalnya. Polifenol adalah
kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki
tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya
(Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
Gambar 4. Struktur Dasar Polifenol (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu
pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada
senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan
polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.
Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Hattenschwiler dan
Vitousek, 2000).
Komponen polifenol dapat larut dengan baik dalam pelarut
organik, khususnya etanol (Voight, 1995). Polifenol bersifat merusak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
membran plasma bakteri, sehingga fungsi sel terganggu dan
menonaktifkan komponen intraseluler seperti protein dan asam nukleat
(Cano dan Colome, 1986). Senyawa polifenol dapat menghambat sintesis
kitin yang merupakan komponen penting dinding sel fungi, sehingga
pertumbuhan fungi terganggu (Gunawan dan Mulyani, 2004).
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut,
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cairan
pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang optimal dapat
melarutkan senyawa bioaktif. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter
atau campuran etanol dan air (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
Air atau etanol menjadi acuan cairan pengekstraksi, karena banyak bahan
tumbuhan larut dengan air atau etanol (Voight, 1995).
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979) yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2000). Tujuan pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat
berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai
kadar yang tinggi (Anief, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
C. Maserasi
Istilah maserasi berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya
“merendam” dan merupakan proses paling tepat di mana obat yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan
susunan sel, sehingga zat –zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi adalah proses mengekstrak simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2000).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dan digunakan
untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan
penyari. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang
pekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berlanjut sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1986).
Kelebihan metode maserasi ini adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kekurangan dari metode ini
adalah pengerjaan lama dan penyarian kurang sempurna (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cairan penyari yang digunakan pada metode maserasi dapat berupa air,
etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1986). Pemilihan penyari dalam penyarian merupakan hal yang harus
dipertimbangkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Pada
ekstraksi daun kembang sepatu ini digunakan cairan penyari etanol 70% yang
merupakan campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan kadar etanol
70%. Menurut Voight (1995), etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan
jumlah bahan aktif yang optimal. Hal ini dapat dikarenakan karena senyawa yang
terkandung dalam daun kembang sepatu (flavonoid, saponin dan polifenol) dapat
larut dalam etanol 70% (Mursyidi, 1990; Robinson, 1995).
D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Tanaman dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik pemisahan
komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh
fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia akan bergerak naik
mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen
kimia tidak sama, sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya yang menyebabkan terjadinya
pemisahan. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai
sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal, sedangkan fase diam merupakan
penyerap berukuran kecil dengan diameter antara 10 – 30 µm. Semakin kecil
ukuran rata – rata partikel fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensinya dan resolusinya. KLT banyak ditujukan untuk tujuan analisis yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen – komponennya
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Pemisahan komponen – komponen yang ada dapat digunakan
bermacam – macam pelarut dari polar sampai non polar, misal : air, metanol,
etanol, aseton, etil asetat, dietil eter, kloroform, atau beberapa campuran (Stahl,
1985).
Pada kromatografi lapis tipis (KLT), sampel dilarutkan dalam pelarut
organik, ditotolkan pada fase diam. Konstituen sampel dapat diidentifikasi dengan
membandingkan dengan standar. Senyawa standar merupakan senyawa yang
memiliki struktur dan sifat – sifat fisika yang mirip dengan sampel. Dasar plate
ditempatkan pada bejana yang berisi pelarut dan pelarut akan bergerak naik ke
atas secara kapiler. Ketika pelarut mencapai batas atas dari fase diam, plate
dipindahkan dalam bejana. Pemisahan tersebut dapat dilihat di bawah lampu UV
yang dipasang panjang gelombang emisi 254 nm atau 366 nm, atau dengan
ditempatkan pada bejana yang berisi uap iodium sehingga uap iodium dalam
wadah dapat bereaksi dengan bercak sehingga bercak menjadi jelas terlihat
(Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara
jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka (garis depan) pelarut dari titik
awal. Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya ditentukan dua desimal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
hRf ialah angka Rf dikali faktor 100 (h), dan menghasilkan nilai berjangka 0
sampai 100. Jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembang, maka jarak rambat
suatu senyawa (titik awal pusat bercak dalam cm) dikali 10 menghasilkan angka
hRf. Tetapi karena angka Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini harus
dianggap sebagai petunjuk saja.
(Stahl, 1985).
Pada uji KLT senyawa flavonoid hasil positif ditandai dengan
timbulnya bercak warna kuning atau kuning – coklat (Marliana, 2007). Pada
analisis dengan metode KLT, saponin tidak terdeteksi tanpa pereaksi semprot di
bawah sinar UV 254 nm atau 365 nm. Saponin dapat terdeteksi dengan pereaksi
semprot vanillin asam sulfat atau anisaldehid asam sulfat dan tampak berupa
bercak berwarna biru atau hijau kebiruan atau terkadang berupa bercak kuning,
sedangkan untuk polifenol hasil positif ditandai jika timbul bercak warna hitam
setelah penyemprotan pereaksi FeCl 10% (Wagner dan Bland, 1996).
E. Mikroba Uji
1. Streptococcus pyogenes
Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, nonmotil,
tidak berspora, membentuk kokus yang berbentuk rantai, berdiameter 0,6 - 1,0
µm dan fakultatif anaerob. Bakteri ini melakukan metabolisme secara
fermentasi. S. pyogenes digolongkan ke dalam bakteri hemolitik-β, sehingga
membentuk zona terang bila ditumbuhkan dalam media agar darah
(Cunningham, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
S. pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak menginfeksi
manusia. S. pyogenes dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang
menurun atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati
pertahanan inang yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang
rentan, maka infeksi supuratif (infeksi kronik) dapat terjadi. Infeksi ini dapat
berupa faringitis (radang tenggorokan), tonsillitis (radang amandel), impetigo
(infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi
nanah) dan demam scarlet (infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan,
demam tinggi, mual dan ruam pada tubuh, disebabkan oleh bakteri
streptokokus). S. pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit invasif seperti
infeksi tulang, radang otot, meningitis (radang membran pelindung yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang), dan endokarditis (infeksi pada
endokardium (selaput jantung) dan katup jantung) (Jawetz, dkk., 1996).
Infeksi S. pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam – macam faktor,
antara lain sifat biologis kuman dan cara inang memberikan respon. S.
pyogenes memiliki beberapa protein permukaan yaitu protein M, streptococcal
C5a peptidase dan reseptor immunoglobulin. Protein M dan streptococcal C5a
peptidase merupakan faktor virulensi utama dalam S. pyogenes. Protein M
memudahkan perlekatan pada sel – sel epitel inang dan menyebabkan infeksi.
Streptococcal C5a peptidase diperlukan untuk meminimalisasi aliran netrofil
pada awal terjadinya infeksi (Jawetz, dkk., 1996; Arnita, 2007).
S. pyogenes dapat tumbuh baik pada suhu optimum 37°C dan mudah
tumbuh dalam media BAP (Blood Agar Plate). Dalam lempeng agar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 – 24 jam akan membentuk koloni kecil
keabu – abuan, berbentuk bulat, pinggir rata pada permukaan media, koloni
tampak seperti setitik cairan (Tortora, 2002).
2. Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang
akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan
membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal
yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau
bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ (Tortora,
2002).
C. albicans merupakan mikrobiota selaput mukosa di saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Pada orang yang sistem
imunnya lemah, C. albicans dapat menyebabkan penyakit sistemik progresif
seperti menimbulkan invasi dalam aliran darah, tromboflebitis, endokarditis,
atau infeksi pada mata dan organ – organ lainnya (Jawetz, dkk., 1996).
Infeksi C. albicans dapat berlangsung secara endogen dan eksogen.
Interaksi endogen lebih sering terjadi karena C. albicans bersifat saprofit di
dalam traktus digestivus. Bila ada faktor predisposisi, C. albicans dapat lebih
mudah mengadakan invasi di sekitar mukokutan, anus, dapat menyebabkan
perianal kandidiasis, atau di sudut mulut menyebabkan perioral kandidiasis.
Interaksi eksogen atau berkontak langsung dapat terjadi bila sel – sel ragi
menempel pada kulit atau selaput lendir, sehingga dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kelainan – kelainan pada kulit seperti vaginitis, balanitis atau kandidiasis
interdigitalis (Siregar, 2005).
C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh
dalam perbenihan pada suhu 28-37o
C. Morfologi koloni C. albicans pada
medium padat agar Sabouraud Dekstrosa umumnya berbentuk bulat dengan
permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-
lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar
kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma
tape. Dalam medium cair ,seperti glucose yeast dan extract pepton, C.
albicans tumbuh di dasar tabung (Tortora, 2002).
F. Potensi Antimikroba
Potensi antimikroba adalah kemampuan suatu senyawa antimikroba
untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Pengukuran potensi antimikroba
merupakan pengukuran respon pertumbuhan mikroba terhadap agen antimikroba
dan berguna untuk menentukan suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien
(Pratiwi, 2008). Pengukuran potensi antimikroba digunakan tidak hanya untuk
mengevaluasi antimikroba yang baru ditemukan, tetapi juga untuk menentukan
apakah agen antimikroba berguna dalam pengobatan penyakit infeksi (Boyd,
1984).
Untuk mengukur potensi antimikroba dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode difusi agar dan metode dilusi. Metode difusi agar merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
metode uji potensi antimikroba secara kualitatif untuk menentukan aktivitas
antimikroba. Metode dilusi merupakan metode uji potensi antimikroba secara
kuantitatif untuk menentukan konsentrasi dari suatu senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba (KHM) atau membunuh mikroba (KBM)
(Boyd, 1984).
1. Metode difusi agar
Pengukuran potensi antimikroba dengan metode difusi agar yaitu
metode yang mengukur aktivitas antimikroba berdasarkan pengamatan luas
daerah hambatan pertumbuhan mikroba uji karena berdifusinya obat dari titik
awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, dkk., 1996).
Pada agar yang telah ditanam mikroba uji, diletakkan cakram kertas
(paper disk) yang mengandung zat uji di atas media agar atau dibuat sumuran
dengan garis tengah tertentu yang diberi larutan uji dan diinkubasikan pada
suhu 37°C selama 18-24 jam. Prinsip kerja metode difusi agar ini berdasarkan
pada kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam media tempat mikroba uji
dapat berkembang biak secara optimal. Hasilnya kemudian dibaca dengan
mengukur daerah hambatan yang terbentuk. Besarnya daerah difusi sesuai
dengan pertumbuhan atau hambatan mikroba uji dan sebanding dengan kadar
yang diberikan (Hugo dan Russel, 1987; Ristanto, 1989).
2. Metode dilusi
Metode dilusi dibagi menjadi dua, yaitu dilusi padat dan dilusi cair. Ke
dua metode ini pada prinsipnya sama, yang membedakan hanyalah media
yang digunakan (cair dan padat) (Pratiwi, 2008). Tahapan metode dilusi, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dibuat beberapa seri pengenceran antimikroba kemudian dicampurkan pada
media cair atau padat yang ditambahkan dengan mikroba, dan diinkubasi
(Jawetz, dkk., 1996).
Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada metode dilusi padat
dapat ditetapkan dari larutan uji dengan kadar terkecil yang terlihat jernih
tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji (Pratiwi, 2008). Untuk metode dilusi
cair, KHM ditentukan dengan mengukur Optical Density (OD) menggunakan
spektrofotometer UV. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang
menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya
kekeruhan atau konsentrasi di mana terjadi penurunan tajam absorbansi (OD
bakteri adalah ≤ 0), maka didapatkan KHM (Devienne dan Raddi, 2002).
Konsentrasi larutan uji yang telah ditetapkan sebagai KHM dikultur ulang
pada media baru dan diinkubasi selama 18-24 jam di mana jika media tersebut
tidak terdapat pertumbuhan mikroba setelah inkubasi maka ditetapkan sebagai
Kadar Bunuh Minimum (KBM) (Pratiwi, 2008).
G. Landasan Teori
Penyakit infeksi seperti demam dan sariawan disebabkan oleh infeksi
mikroba S. pyogenes dan C. albicans, di mana penyakit infeksi tersebut sering
terjadi di masyarakat. Ke dua penyakit infeksi tersebut dapat diobat menggunakan
daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) karena memiliki banyak
manfaat sebagai obat tradisional, di antaranya dapat digunakan untuk mengobati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
demam, obat batuk dan obat sariawan, sebagai ekspektoran, emolliens,
mengeluarkan lendir sebagai obat bronchitis, serta obat gonore dan sariawan.
Kandungan senyawa kimia dalam daun kembang sepatu, seperti
flavonoid, saponin dan polifenol memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi. Ke
tiga senyawa tersebut mengandung gugus fenol yang dapat menyebabkan
denaturasi protein dan merusak membran sel, sehingga sel bakteri lisis dan mati,
sedangkan fungi kehilangan integritas membrannya, sehingga pertumbuhan hifa
menjadi terhambat. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat berinteraksi dengan sterol
membran yang menyebabkan terbentuknya pori dan menyebabkan hilangnya
integritas membran pada fungi (Mert-Turk, 2006; Samsuharto dan Hartanto,
2006).
Ekstrak daun kembang sepatu terbukti memiliki aktivitas antibakteri
terhadap S. aureus, methicillin – resistant S. aureus (MRSA) dan E. coli
(Samsuharto dan Hartanto, 2006; Arullapan, dkk., 2009; Hena, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Arullapan (2009) dan Hena (2010) menunjukkan bahwa
proses ekstraksi tanaman kembang sepatu dengan pelarut organik memiliki
aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan dengan proses ekstraksi
menggunakan pelarut air, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Samsuharto
dan Hartanto (2006) menunjukkan bahwa di antara tiga pelarut organik yang
digunakan untuk proses ekstraksi daun kembang sepatu, yaitu etil asetat, n-
heksana, dan etanol 70%, proses ekstraksi daun kembang sepatu dengan pelarut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
etanol 70% mempunyai daya bunuh terhadap S. aureus yang paling baik
dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat dan n – heksan.
Pengujian potensi antibakteri dan antifungi ekstrak etanol daun
kembang sepatu dilakukan dengan metode difusi sumuran. Potensi antibakteri dan
antifungi diperoleh dengan mengukur diameter zona hambat, yaitu daerah jernih
yang timbul di sekitar sumuran dan dinyatakan dalam milimeter (mm). Uji
kualitatif kandungan senyawa kimia flavonoid, saponin dan polifenol yang
terkandung di dalam daun kembang sepatu dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil uji kualitatif berupa bercak yang tampak
pada plat KLT dibandingkan dengan standar dan dilakukan perhitungan
Retardation factor (Rf) yang terbentuk.
Penelitian ini diharapkan bahwa daun kembang sepatu dapat
dikembangkan menjadi suatu sediaan farmasi yang berfungsi sebagai agen
antimikroba dan dapat memudahkan penggunaannya dalam masyarakat untuk
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun fungi.
H. Hipotesis
Ekstrak etanol daun kembang sepatu memiliki potensi antibakteri
terhadap S. pyogenes dan potensi antifungi terhadap C. albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni menggunakan
rancangan acak pola searah. Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat
yang dinyatakan dalam millimeter (mm). Uji kualitatif dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia yang
terkandung di dalam daun kembang sepatu dengan melihat bercak yang tampak
pada plat KLT dan dilakukan perhitungan Retardation factor (Rf) yang terbentuk.
Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta,
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak etanol daun kembang sepatu yaitu :
50, 60, 70, 80, dan 90 mg/ml.
b. Variabel tergantung : diameter zona hambat, warna bercak, harga Rf.
c. Variabel pengacau terkendali : asal daun kembang sepatu (daerah
Kaliurang), cara ekstraksi daun kembang sepatu (maserasi dengan pelarut
etanol 70%), waktu inkubasi (24 jam dan 5 hari), suhu inkubasi (37° C),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan kepadatan suspensi bakteri uji setara dengan larutan standar Mc
Farland 0,5 (108 CFU/ml), volume larutan uji yang diinokulasikan dalam
sumuran (20 µl), jenis mikrobia uji (S. pyogenes dan C. albicans), fase
gerak ((butanol – asam asetat – air (3:1:1 v/v), etil asetat – asam formiat –
asam asetat – air (100:11:11:27 v/v), dan kloroform-metanol (95:5 v/v)),
fase diam (silica gel 60 F254).
d. Variabel pengacau tak terkendali : umur tanaman.
2. Definisi operasional
a. Daun kembang sepatu adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda yang masih segar dari tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa –
sinensis L.) dengan bunga yang berwarna merah yang diperoleh di daerah
Kaliurang.
b. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun kembang
sepatu dalam menghambat pertumbuhan S. pyogenes dibandingkan dengan
kontrol negatif/kontrol pelarut.
c. Potensi antifungi adalah kemampuan ekstrak etanol daun kembang sepatu
dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan dengan
kontrol negatif/kontrol pelarut.
d. Uji potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu adalah metode untuk
menentukan besarnya potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu dalam
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroba, yaitu C. albicans dan
S. pyogenes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
e. Metode difusi sumuran adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap C. albicans dan S.
pyogenes, dengan cara mengukur diameter zona hambat pada daerah
sekitar sumuran.
f. Streptococcus pyogenes ATCC 19615 merupakan bakteri uji yang
diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
g. Candida albicans ATCC 10231 merupakan fungi uji yang diperoleh dari
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
h. Ekstrak etanol daun kembang sepatu merupakan sediaan berupa ekstrak
yang diperoleh dengan cara maserasi berdasarkan prosedur dari LPPT
UGM Yogyakarta.
i. Zona hambat adalah daerah jernih yang timbul di sekitar sumuran yang
menandakan bahwa pertumbuhan mikroba uji di daerah tersebut terhambat
oleh ekstrak etanol daun kembang sepatu dan dinyatakan dalam milimeter
(mm).
C. Bahan Penelitian
a. Daun kembang sepatu diperoleh di daerah Kaliurang yang dipanen pada bulan
Februari 2012.
b. Aquadest steril sebagai kontrol negatif.
c. Amoksisilin (1 mg/ml) sebagai kontrol positif S. pyogenes dan Nistatin
(100.000 iu/ml) sebagai kontrol positif C. albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Mikroba uji kultur murni S. pyogenes ATCC 19615 dan C. albicans ATCC
10231 diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
e. Media pertumbuhan mikroba uji : Saboraud Dextrosa Agar (SDA), Brain
Heart Infusion (BHI) Broth, dan Blood Agar Plate (BAP).
f. Larutan standar Mc. Farland 0,5 (setara dengan kepadatan bakteri 108
CFU/ml).
g. Etanol 70% sebagai pelarut ekstraksi secara maserasi.
h. Silica gel 60 F254 sebagai fase diam.
i. Butanol – asam asetat – air (3:1:1 v/v), etil asetat – asam formiat – asam asetat
– air (100:11:11:27 v/v), dan kloroform-metanol (95:5 v/v) sebagai fase gerak.
j. Rutin, asam gallat dan saponin sebagai senyawa standar.
k. AlCl3, FeCl3 dan Anisaldehid asam sulfat sebagai pendeteksi bercak.
D. Alat Penelitian
Alat – alat gelas, cawan petri, jarum ose, pipet volume (Pyrex), vortex,
mikropipet (Socorex Swiss), sumuran no. 3, penggaris, kapas, plat KLT, chamber,
pipa kapiler, lampu UV, autoklaf (model : KT – 40 No. 108049 Midorigaoka
Japan), inkubator (Memmert, type BE 400, GmbH + COKG – D91126, Swhabach
FRG, Germany), timbangan analitik (Precition Balance Model AB – 204, Mettler
Toledo), Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), dan
Microbiological Safety Cabinet (MSC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
E. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi bahan tanaman
Identifikasi bahan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi –
Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Determinasi dilakukan secara makroskopis dengan mencocokkan tanda –
tanda serta ciri – ciri yang ada pada tanaman meliputi organ daun, batang dan
bunga dengan kunci determinasi yang ada dalam panduan determinasi
tumbuhan (Van Steenis, 1992).
2. Pengumpulan bahan
Bahan berupa daun kembang sepatu diperoleh di daerah Kaliurang.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda yang masih segar. Daun dipetik saat kondisi tanaman sedang
berbunga dan saat cuaca kering. Daun dikumpulkan pada bulan Februari 2012
sebanyak 1 kg.
3. Pengeringan dan pembuatan serbuk daun kembang sepatu
Daun yang telah dikumpulkan dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada daun, seperti debu dan serangga.
Daun dikeringkan di dalam oven pada suhu 45°C selama 48 jam. Setelah daun
kering dengan ciri daun mudah diremukkan, daun dibuat serbuk sampai halus
dengan mesin penyerbuk dan disaring dengan saringan berdiameter 1 mm.
Serbuk yang dihasilkan harus homogen (lolos saringan dengan diameter
lubang saringan 1 mm), kering atau tidak lembab sehingga hasil perolehan
ekstrak maksimal. Ukuran serbuk yang kecil akan memperluas permukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
serbuk yang kontak dengan cairan penyari sehingga cairan penyari dapat
masuk ke dalam sel – sel tumbuhan dan menarik senyawa aktif tumbuhan
dengan maksimal.
4. Pembuatan ekstrak etanol daun kembang sepatu
Pembuatan ekstrak etanol dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta
berdasarkan prosedur kerja dari LPPT UGM Yogyakarta. Serbuk daun
kembang sepatu disari untuk diambil zat aktifnya dengan cara maserasi,
menggunakan pelarut etanol 70% selama 3 x 24 jam, setiap 24 jam sekali
pelarut diganti dengan pelarut yang baru. Prosedur per harinya adalah bahan
dalam alat gelas (erlenmeyer) digojog dengan alat maserasi yang telah diatur
untuk menggojog selama 30 menit, kemudian alat dengan otomatis berhenti,
kemudian bahan didiamkan sampai 24 jam.
Filtrat ekstrak etanol daun kembang sepatu yang diperoleh
dipekatkan dengan vaccum evaporator dan diuapkan di atas water bath
dengan suhu 70°C, sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut
kemudian dituang dalam cawan porselen dan dipanaskan dengan water bath
sambil terus diaduk agar cairan penyari menguap semuanya sehingga
diperoleh ekstrak kental bebas etanol 70%. Ekstrak kental dibagi dua bagian,
bagian pertama untuk uji potensi bakteri dan bagian ke dua untuk uji kualitatif
KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
5. Pembuatan stok mikroba uji
a. Streptococcus pyogenes ATCC 19615
Pembuatan stok S. pyogenes dilakukan dengan
menginokulasikan S. pyogenes ke dalam media Brain Heart Infusion
(BHI) Broth dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.
b. Candida albicans ATCC 10231
Pembuatan stok C. albicans dilakukan dengan
menginokulasikan C. albicans ke dalam media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) miring dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 37°C selama
24 jam.
6. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji
Ekstrak kental daun kembang sepatu dilarutkan dengan aquadest
steril sehingga diperoleh konsentrasi 90 mg/ml, kemudian dilakukan
pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 50, 60, 70, dan 80 mg/ml (Tabel
I).
Tabel I. Pembuatan Konsentrasi Senyawa Uji
Konsentrasi
Senyawa Uji
(mg/ml)
Ekstrak 90 mg/ml
yang diambil (ml)
Pelarut yang
dilarutkan (ml)
Volume Ekstrak
(ml)
90 9 0 9
80 8 1 9
70 7 2 9
60 6 3 9
50 5 4 9
Sebagai kontrol negatif digunakan aquades steril dan sebagai
kontrol positif digunakan Amoksisilin (1 mg/ml) untuk S. pyogenes dan
Nistatin (100.000 iu/ml) untuk C. albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
7. Uji potensi antibakteri dan antifungi ekstrak etanol daun kembang
sepatu dengan metode difusi sumuran
Suspensi C. albicans dibuat dengan mengambil hasil biakan
dengan ose lalu diencerkan dengan NaCl 0,9% steril dan disetarakan dengan
larutan Mc Farland 0,5 (kepadatan sel mikroba setara dengan 108 CFU/ml).
Diambil 3 ml suspensi C. albicans yang telah disetarakan dengan larutan Mc
Farland 0,5 tersebut, diinokulasikan pada 30 ml media Saboraud Dextrosa
Agar (SDA) secara pour plate dan dibiarkan sampai media memadat.
Suspensi S. pyogenes dibuat dengan mengambil hasil biakan
dengan ose, dimasukkan dalam Brain Heart Infusion (BHI) Broth yang baru
dan telah disterilisasi, kemudian disetarakan dengan larutan Mc Farland 0,5
(kepadatan sel mikroba setara dengan 108 CFU/ml). Diambil 3 ml suspensi S.
pyogenes yang telah disetarakan dengan larutan Mc Farland 0,5 tersebut,
diinokulasikan pada 30 ml media Blood Agar Plate (BAP) secara pour plate
dan dibiarkan sampai media memadat.
Uji potensi antibakteri dan antifungi dilakukan dengan metode
difusi sumuran. Setelah media uji yang telah diinokulasikan C. albicans dan S.
pyogenes memadat, pada permukaan media dibuat sumuran dengan pelubang
sumuran berdiameter 6 mm sebanyak 5 lubang sebagai tempat diinokulasikan
20 µl ekstrak etanol daun kembang sepatu dengan berbagai konsentrasi.
Sebagai kontrol negatif digunakan aquadest steril dan kontrol positif
digunakan Nistatin (100.000 iu/ml) sebagai kontrol positif C. albicans dan
Amoksisilin (1 mg/ml) sebagai kontrol positif S. pyogenes. Diinkubasikan
pada suhu 37°C selama lima hari untuk C. albicans dan 24 jam untuk S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pyogenes. Setelah inkubasi, diukur potensi antibakteri dan antifungi dengan
mengukur diameter zona hambat, yaitu daerah jernih yang mungkin timbul di
sekitar sumuran dan dinyatakan dalam milimeter (mm). Nilai diameter zona
hambat diperoleh dari nilai diameter zona jernih yang terbentuk (mm)
dikurangi diameter sumuran (mm) (Damayanti, Sofyan, Julendra dan Untari,
2009). Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali.
8. Uji kandungan senyawa flavonoid, polifenol dan saponin dalam ekstrak
etanol daun kembang sepatu dengan metode KLT
Uji kandungan senyawa flavonoid fase diam yang digunakan adalah
silica gel 60 F254 dan fase gerak yang digunakan adalah butanol – asam asetat
– air (3:1:1 v/v), dan sebagai pembanding digunakan larutan pembanding
rutin, sedangkan untuk senyawa polifenol, fase diam yang digunakan adalah
silica gel 60 F254, fase gerak yang digunakan adalah etil asetat – asam formiat
– asam asetat – air (100:11:11:27 v/v), dan sebagai pembanding digunakan
larutan pembanding asam gallat. Untuk senyawa saponin, fase diam yang
digunakan adalah silica gel 60 F254, fase gerak yang digunakan adalah
kloroform-metanol (95:50 v/v), dan dan sebagai pembanding digunakan
larutan pembanding saponin.
Ekstrak kental daun kembang sepatu dilarutkan dengan etanol,
kemudian larutan uji ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada plat KLT.
Senyawa dielusi hingga batas tertentu (10 cm) dalam chamber yang berisi fase
gerak, kemudian plat dikeringkan dan diamati di bawah sinar UV dengan
panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Pereaksi yang digunakan, yaitu
AlCl3 dan hasil positif yang menunjukkan adanya flavonoid ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
timbulnya bercak warna kuning atau kuning – coklat, sedangkan untuk
senyawa polifenol digunakan pereaksi FeCl3 dan hasil positif ditandai dengan
timbulnya bercak berwarna hitam. Untuk saponin digunakan pereaksi
anisaldehid asam sulfat dan hasil positif ditandai dengan timbulnya bercak
berwarna biru atau hijau kebiruan atau terkadang berupa bercak kuning
(Wagner dan Bland, 1996).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan
antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka (garis depan) pelarut
dari titik awal.
(Stahl, 1985).
F. Analisis hasil
Hasil penelitian didapatkan dengan mengukur diameter zona hambat
pertumbuhan bakteri dan fungi di sekitar sumuran yang telah diinokulasikan
ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) dalam
berbagai variasi konsentrasi dan dibandingkan dengan kontrol. Pengukuran
potensi dilakukan dengan menggunakan penggaris dinyatakan dalam milimeter
(mm) dan dianalisis secara statistik.
Uji Kolmogorov – Smirnov dilakukan untuk mengetahui data
mempunyai distribusi normal atau tidak. Data terdistribusi normal jika P > 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan terdistribusi tidak normal jika P < 0,05. Untuk mengetahui perbedaan
bermakna diameter zona hambat yang terbentuk antar ke lima konsentrasi ekstrak
etanol daun kembang sepatu digunakan uji analisis varian (ANOVA) satu arah
jika data terdisribusi normal dilanjutkan dengan post – hoc LSD test untuk
mengetahui perbedaan bermakna diameter zona hambat yang terbentuk antar
konsentrasi maupun konsentrasi dengan kontrol. Untuk data yang terdistribusi
tidak normal digunakan uji Kruskal – Wallis dilanjutkan dengan uji Mann –
Whitney. Perbedaan bermakna diameter zona hambat yang terbentuk antar ke lima
konsentrasi maupun konsentrasi dengan kontrol dinyatakan bermakna bila P <
0,05 dan tidak bermakna bila P > 0,05.
Hasil uji kualitatif kandungan kimia daun kembang sepatu dilakukan
dengan mengamati bercak yang tampak pada plat KLT secara visual di bawah
lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Bercak yang ada pada
kromatogram yang merupakan hasil pemisahan senyawa dalam ekstrak etanol
daun kembang sepatu (Hibiscus rosa - sinensis) dihitung Retardation factor (Rf)
dengan rumus :
Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya ditentukan dua
desimal, hRf ialah angka Rf dikali faktor 100 (h), dan menghasilkan nilai
berjangka 0 sampai 100. Jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembang, maka jarak
rambat suatu senyawa (titik awal pusat bercak dalam cm) dikali 10 menghasilkan
angka hRf. Oleh karena angka Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini
harus dianggap sebagai petunjuk saja (Stahl, 1985). Data berupa harga Rf dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
warna bercak dibandingkan dengan standar pembanding. Apabila harga Rf dan
warna bercak sampel mendekati standar pembanding, menunjukkan bahwa
komponen senyawa kimia dalam sampel sama dengan standar pembanding. Data
dianalisis secara deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun kembang sepatu merupakan salah satu bagian dari tanaman
kembang sepatu yang berkhasiat karena mempunyai beberapa kandungan
senyawa penting untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti flavonoida,
saponin, dan polifenol. Daun kembang sepatu dapat digunakan sebagai obat
demam pada anak-anak, obat batuk dan obat sariawan, sebagai ekspektoran,
emolliens (penyejuk kulit), mengeluarkan lendir sebagai obat bronkitis, obat
gonore dan sariawan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Sastromidjojo, 2001;
Samsuharto dan Hartanto, 2006).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol daun
kembang sepatu dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes dan
Candida albicans di mana ke dua mikroba tersebut dapat menyebabkan demam
dan sariawan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan bahwa daun kembang sepatu dapat
dikembangkan menjadi sediaan farmasi yang berfungsi sebagai agen antimikroba
dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun
kembang sepatu sebagai obat tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
A. Identifikasi Bahan
Identifikasi bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memastikan kebenaran bahan yang akan digunakan dalam
penelitian. Identifikasi bahan dilakukan secara makroskopis dengan mencocokkan
ciri – ciri yang ada pada tanaman meliputi organ daun, batang dan bunga dengan
kunci determinasi yang ada dalam panduan determinasi tanaman. Ciri – ciri
tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa – sinensis L.) menurut Van Steenis
(1992) yang ditemukan pada bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
daun bertangkai, bulat telur, meruncing, kebanyakan tidak berlekuk, bergerigi
kasar, dengan ujung runcing dan pangkal bertulang daun menjari. Bunga berdiri
sendiri, di ketiak, tidak atau sedikit menggantung. Daun kelopak tambahan 6 – 9,
hampir selalu lebih pendek dari pada kelopak. Kelopak bentuk tabung, sampai
setengahnya bercangap 5. Daun mahkota berwarna merah.
Gambar 5. Identifikasi Bahan Tanaman
Dari hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka dapat dipastikan bahwa
tanaman yang digunakan adalah Hibiscus rosa – sinensis L. (Lampiran 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B. Pengumpulan Bahan
Sebanyak satu kg daun kembang sepatu dipetik dan dikumpulkan di
daerah Kaliurang, Yogyakarta pada bulan Februari 2012. Daun dipetik dan
dikumpulkan pada pagi hari, saat kondisi tanaman sedang berbunga dan saat
cuaca kering karena waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Pada kondisi tersebut,
fotosintesis berjalan maksimal, sehingga diharapkan pembentukan senyawa aktif
dalam keadaan maksimal. Daun yang dipetik adalah daun yang tidak terlalu muda
dan tidak terlalu tua. Bila daun yang dipetik masih terlalu muda dikhawatirkan
senyawa aktif yang terbentuk belum maksimal, sedangkan bila daun yang dipetik
terlalu tua, maka dikhawatirkan ada senyawa kimia yang sudah terurai
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
Daun yang dipanen dicuci di bawah air mengalir agar tanah dan
kotoran yang melekat pada daun dapat terlepas serta tidak menempel lagi. Daun
yang telah dikumpulkan dan dibersihkan ini telah siap untuk dikeringkan.
C. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Daun Kembang Sepatu
Proses pengeringan dan pembuatan serbuk daun kembang sepatu
dilakukan berdasarkan prosedur dari LPPT UGM (Lampiran 2). Daun kembang
sepatu yang telah selesai dicuci, kemudian dikeringkan. Proses pengeringan ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin kualitasnya yaitu tidak
mudah rusak karena mikroba dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, pengeringan juga berfungsi untuk menginaktifkan enzim – enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dalam tumbuhan sehingga mencegah terjadinya peruraian senyawa kimia dalam
daun oleh enzim – enzim tersebut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1985).
Pada penelitian ini proses pengeringan dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama daun diangin – anginkan untuk mengurangi kadar air, kemudian
tahap ke dua adalah proses pengeringan menggunakan alat pengering buatan,
yaitu dengan menggunakan oven suhu 45°C selama 48 jam karena dengan alat
tersebut suhu pengeringan, kelembaban udara, dan aliran udara dapat diatur,
sehingga akan diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik, karena proses
pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan yang lebih cepat, tanpa
dipengaruhi oleh keadaan cuaca (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1985).
Setelah daun kering, kemudian dilakukan proses pembuatan serbuk.
Dari 1 kg daun kembang sepatu diperoleh 500 g daun kering. Proses pembuatan
serbuk dilakukan dengan mesin penyerbuk dan disaring dengan saringan
berdiameter 1 mm. Ukuran serbuk yang kecil akan memperluas permukaan serbuk
yang kontak dengan cairan penyari sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam
sel – sel tumbuhan dan menarik senyawa aktif tumbuhan dengan maksimal. Berat
serbuk daun kembang sepatu yang diperoleh, yaitu 192,820 g (Lampiran 3).
D. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu dengan Metode
Maserasi
Proses pembuatan ekstrak etanol 70% daun kembang sepatu
berdasarkan prosedur dari LPPT UGM (Lampiran 2). Setelah dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
penyerbukan, serbuk yang didapat kemudian dilakukan penyarian dengan cara
maserasi. Tujuan penyarian, yaitu untuk mendapatkan ekstrak dari daun kembang
sepatu. Cara maserasi dipilih karena merupakan cara penyarian yang sederhana
dan digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut
dalam cairan penyari. Prinsip metode maserasi yaitu cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif.
Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang pekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berlanjut sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar dan di dalam sel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1986).
Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari (etanol 70%), kemudian diaduk selama 30 menit, didiamkan
selama 24 jam kemudian disaring. Proses tersebut berlangsung selama 3 x 24 jam,
dan setiap 24 jam cairan penyari diganti dengan yang baru untuk memperoleh
hasil ekstraksi yang maksimal dengan menghindari terjadinya kejenuhan cairan
penyari. Etanol digunakan sebagai larutan penyari karena lebih selektif, kapang
dan kuman sulit tumbuh, tidak beracun, netral, dan panas yang diperlukan untuk
pemekatan relatif lebih sedikit, tidak menyebabkan pembengkakan membran sel
dan mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1986; Voigt, 1995). Digunakan etanol konsentrasi
70%, yang merupakan campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan
kadar etanol 70%. Menurut Voight (1995), etanol 70% sangat efektif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, sehingga senyawa – senyawa
yang terkandung dalam serbuk daun kembang sepatu (flavonoid, saponin dan
polifenol) dapat terlarut dalam etanol 70% (Mursyidi, 1990; Robinson, 1995).
Proses pengadukan bertujuan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir
serbuk daun kembang sepatu, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga
adanya perbedaan konsentrasi yang sekecil – kecilnya antara larutan di dalam
dengan di luar sel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan dengan
vacuum rotary evaporator dan diangin – anginkan di atas waterbath pada suhu
70°C untuk memperoleh ekstrak kental daun kembang sepatu. Ekstrak kental
kemudian dituang dalam cawan porselen dan dipanaskan dengan waterbath sambil
terus diaduk dengan tujuan untuk menguapkan sisa etanol 70% yang masih
terkandung di dalam ekstrak daun kembang sepatu. Pemanasan ini dilakukan
hingga tidak ada bau ester yang khas dari etanol.
Pada proses maserasi ini, dari serbuk 192,820 g didapatkan ekstrak
daun kembang sepatu sebanyak 36,050 g (Lampiran 3). Dari ekstrak tersebut
dibuat seri konsentrasi 50, 60, 70, 80, dan 90 mg/ml yang digunakan untuk uji
potensi antibakteri dan antifungi, serta uji kualitatif kromatografi lapis tipis
(KLT).
E. Uji Potensi Antibakteri dan Antifungi Ekstrak Etanol 70% Daun
Kembang Sepatu
Uji potensi antibakteri dan antifungi bertujuan untuk mengetahui
apakah ekstrak daun kembang sepatu memiliki kemampuan untuk menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pertumbuhan bakteri maupun fungi. Suatu antibakteri atau antifungi dikatakan
memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri atau antifungi jika pada
konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang besar. Kriteria kekuatan
antimikroba menurut Nazri, dkk., (2011) adalah sebagai berikut : diameter zona
hambat 15-20 mm memiliki daya hambat kuat, diameter zona hambat 10-14 mm
memiliki daya hambat sedang, dan diameter zona hambat 0-9 mm memiliki daya
hambat lemah. Uji potensi antibakteri dan antifungi dilakukan terhadap ekstrak
etanol daun kembang sepatu (Hibisci rosa–sinensis Folium) dengan menggunakan
Streptococcus pyogenes yang mewakili kelompok bakteri dan Candida albicans
yang mewakili kelompok fungi.
Pemilihan ke dua mikroba ini sebagai mikroba uji didasarkan oleh
khasiat daun kembang sepatu sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk dan
obat sariawan, sebagai ekspektoran, emolliens (penyejuk kulit), mengeluarkan
lendir sebagai obat bronkitis, obat gonore dan sariawan (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991; Sastromidjojo, 2001). Infeksi S. pyogenes pada manusia dapat
menyebabkan faringitis (radang tenggorokan), tonsillitis (radang amandel),
impetigo (infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil
berisi nanah) dan demam scarlet (infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan,
demam tinggi, mual dan ruam pada tubuh, disebabkan oleh bakteri streptokokus)
(Jawetz, dkk., 1996). Infeksi C. albicans pada manusia dapat menyebabkan
penyakit kandidiasis selaput lendir, kandidiasis kutis, dan kandidiasis sistemik di
mana sariawan merupakan salah satu bentuk dari kandidiasis oral (Siregar, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Uji potensi antibakteri dan antifungi ekstrak etanol daun kembang
sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) dilakukan dengan menggunakan metode
difusi sumuran dengan seri konsentrasi ekstrak 50, 60, 70, 80, dan 90 mg/ml.
Metode difusi sumuran dipilih karena senyawa – senyawa yang terkandung dalam
daun kembang sepatu mempunyai kepolaran dari non polar hingga polar sehingga
diharapkan senyawa uji yang diduga berkhasiat sebagai antibakteri dan antifungi
dapat berdifusi dengan baik. Hasil yang diamati yaitu adanya daerah jernih yang
timbul di sekitar sumuran (zona hambat) yang menandakan bahwa daerah tersebut
tidak ditumbuhi oleh mikroba. Pengukuran zona hambat dinyatakan dalam
milimeter (mm). Nilai diameter zona hambat diperoleh dari nilai diameter zona
jernih yang terbentuk (mm) dikurangi diameter sumuran (mm) (Damayanti, dkk.,
2009).
1. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol 70% daun kembang sepatu
terhadap Streptococcus pyogenes
Pada uji potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap S.
pyogenes, untuk kontrol negatif digunakan aquadest steril karena merupakan
pelarut yang digunakan untuk membuat seri konsentrasi ekstrak, sedangkan
untuk kontrol positif digunakan amoksisilin (1 mg/ml). Amoksisilin
merupakan antibiotik spektrum luas dan merupakan antibiotik golongan
penisilin yang aktif terhadap berbagai kuman aerobik maupun anaerobik gram
positif dan gram negatif (Ganiswara, 1995).
Pengujian potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap S.
pyogenes pada konsentrasi 50, 60, 70, 80, dan 90 mg/ml menunjukkan potensi
antibakteri, yang ditandai dengan terbentuknya daerah jernih di sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sumuran (Gambar 4). Hal ini berarti bahwa ekstrak etanol daun kembang
sepatu mempunyai potensi antibakteri terhadap S. pyogenes.
Hasil pengukuran potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibisci
rosa - sinensis Folium) terhadap S. pyogenes tersaji pada Tabel II :
Tabel II. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu terhadap Streptococcus pyogenes Waktu Inkubasi 24 Jam
Suhu 37°C
Konsentrasi
(mg/ml)
Diameter zona hambat (mm) ̅ ± SD
I II III IV V VI
50 8 6 7 5 5 4 5,83 ± 1,47
60 9 9 9 9 8 7 8,50 ± 0,84
70 10 9 10 10 11 8 9,67 ± 1,03
80 10 9 10 10 11 8 9,67 ± 1,03
90 12 11 13 11 13 11 11,83 ± 0,98
Kontrol (+) 29 28 29 27 28 29 28,33 ± 0,82
Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
Gambar 6. Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kembang
Sepatu Terhadap Streptococcus pyogenes Waktu Inkubasi 24 Jam Suhu 37°C
Keterangan gambar :
A : Konsentrasi 50 mg/ml
B : Konsentrasi 60 mg/ml
C : Konsentrasi 70 mg/ml
D : Konsentrasi 80 mg/ml
E : Konsentrasi 90 mg/ml
K (+) : Kontrol positif amoksisilin (1 mg/ml)
K (-) : Kontrol negatif aquadest steril
Adanya aktivitas antibakteri yang ditandai adanya zona jernih yang
menghambat pertumbuhan S. pyogenes di sekitar sumuran yang diinokulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ekstrak etanol daun kembang sepatu disebabkan oleh adanya kandungan
senyawa flavonoid, saponin dan polifenol di dalam daun kembang sepatu.
Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel
bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid
dengan DNA bakteri (Robinson, 1995; Sabir, 2005). Senyawa flavonoid
termasuk dalam golongan fenol. Senyawa ini menganggu bakteri dengan cara
merusak membran sitoplasma bakteri yang tersusun oleh 60 % protein dan 40
% lipid yang umumnya berupa fosfolipid. Senyawa flavonoid dapat merusak
membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang
menginaktifkan sistem enzim bakteri. Senyawa flavonoid merupakan salah
satu antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran
sitoplasma. Pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang
menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim
bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran
sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Volk dan Wheller, 1990).
Pada perusakan membran sitoplasma, ion H+ dari flavonoid akan
menyerang gugus polar (gugus fosfat), sehingga molekul fosfolipida akan
terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini
mengakibatkan membran sitoplasma akan bocor dan bakteri akan mengalami
penghambatan pertumbuhan dan bahkan kematian. Kerusakan pada membran
sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang
diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya bakteri akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mengalami hambatan pertumbuhan bahkan kematian (Gilman, Rall, Nies dan
Taylor, 1991).
Gambar 7. Mekanisme Reaksi Senyawa Flavonoid terhadap Perusakan
Fosfolipid pada Membran Sel Bakteri (Gilman, dkk., 1991).
Senyawa polifenol bersifat merusak membran plasma bakteri sehingga
fungsi sel terganggu dan menonaktifkan komponen intraseluler seperti protein
dan asam nukleat (Cano dan Colome, 1986). Mekanisme yang menyebabkan
penghambatan dalam pertumbuhan bakteri disebabkan adanya interaksi
senyawa fenol dengan sel bakteri. Senyawa ini berikatan dengan protein pada
bakteri melalui ikatan non-spesifik membentuk kompleks protein-fenol. Pada
konsentrasi rendah terbentuk kompleks protein-fenol dengan ikatan yang
lemah dan segera mengalami peruraian. Fenol kemudian merusak membran
sitoplasma dan menyebabkan kebocoran isi sel, sehingga pertumbuhan bakteri
pun terhambat, sedangkan pada konsentrasi tinggi, fenol berkoagulasi dengan
protein seluler dan membran sitoplasma mengalami lisis. Senyawa fenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Volk
dan Wheller, 1990).
Pada perusakan membran sitoplasma, ion H+ dari senyawa fenol akan
menyerang gugus polar (gugus fosfat), sehingga molekul fosfolipida akan
terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini
mengakibatkan membran sitoplasma akan bocor dan bakteri akan mengalami
penghambatan pertumbuhan, bahkan kematian. Kerusakan pada membran
sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang
diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi, akibatnya bakteri akan
mengalami hambatan pertumbuhan bahkan kematian (Gilman, dkk., 1991).
Gambar 8. Mekanisme Reaksi antara Fosfolipid dan Senyawa Fenol (Gilman,
dkk., 1991)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Senyawa saponin dapat melarutkan lipid pada membran sel bakteri
(lipoprotein), akibatnya dapat menurunkan tegangan permukaan lipid,
permeabilitas sel berubah, fungsi sel bakteri menjadi tidak normal, dan sel
bakteri lisis dan mati (Voight, 1995). Dwidjoseputro (1994) menyatakan
bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan
molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik, sehingga dapat
menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran
bakteri. Saponin dapat menghambat kerja enzim proteolitik pada sistem
pencernaan manusia. Saponin memiliki molekul ampifatik (mengandung
bagian hidrofilik dan hidrofobik) yang dapat melarutkan protein membran.
Ujung hidrofobik saponin berikatan pada regio hidrofobik protein membran
sel dengan menggeser sebagian besar unsur lipid yang terikat. Ujung hidrofilik
saponin merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan
sebagai kompleks saponin-protein, mengganggu perkembangan bakteri
dengan ikatan tersebut pada permukaan membran sel bakteri menyebabkan
membran pecah, sel lisis dan mati. Jadi mekanisme kerja saponin termasuk
dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel
mikroba, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan ke
luarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein,
asam nukleat, nukleotida dan lain-lain (Ganiswara, 1995).
Senyawa saponin merusak membran sitoplasma yang menyebabkan
bocornya metabolit yang menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan
pada membran sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya
bakteri akan mengalami hambatan pertumbuhan bahkan kematian. Setiap sel
bakteri dikelilingi membran sitoplasma yang tersusun dominan oleh fosfolipid
yang merupakan senyawa penting dalam pembentukan membran sitoplasma
bakteri. Pada perusakan membran sitoplasma, senyawa saponin melepaskan
ion H+ yang akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) pada molekul
fosfolipid sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi gliserol, asam
karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipid tidak mampu
mempertahankan bentuk membran sitoplasma akibatnya membran sitoplasma
akan bocor sehingga zat-zat untuk metabolisme sel bakteri akan terbuang ke
luar dan bakteri akan mati (Gilman, dkk., 1991).
Gambar 9. Mekanisme Reaksi Perusakan Senyawa Fosfolipid pada Membran
sel bakteri oleh Senyawa Saponin (Gilman, dkk., 1991)
Data diameter zona hambat pada Tabel II kemudian dianalisis
perbedaannya secara statistik. Data pertama – tama dianalisis normalitas
distribusi data menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Hasil uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
distribusi data menunjukkan bahwa nilai probabilitas yang didapat adalah P =
0,006 (P < 0,05). Oleh karena itu, data terdistribusi tidak normal (Lampiran 9).
Analisis data dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal – Wallis untuk
mengetahui perbedaan bermakna diameter zona hambat antar ke lima
konsentrasi ekstrak etanol daun kembang sepatu dan dilanjutkan dengan uji
Mann – Whitney untuk mengetahui perbedaan bermakna diameter zona
hambat antar konsentrasi maupun antara konsentrasi dengan kontrol.
Berdasarkan uji nonparametrik Kruskal – Wallis yang dilakukan,
diperoleh perhitungan untuk S. pyogenes P = 0,000 (P < 0,05). Dari aturan
pengambilan keputusan pada Kruskal – Wallis jika P < 0,05 maka terdapat
perbedaan bermakna diameter zona hambat antar ke lima konsentrasi ekstrak
etanol daun kembang sepatu terhadap pertumbuhan S. pyogenes (Lampiran
10).
Dalam melakukan uji Mann – Whitney ini, setiap diameter zona
hambat pada konsentrasi yang berbeda dipasangkan satu dengan yang lain,
juga antara kontrol dengan setiap konsentrasi. Pemasangan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna diameter zona hambat antar
pasangan konsentrasi atau antara konsentrasi dengan kontrol. Hasil uji Mann –
Whitney diameter zona hambat antar pasangan konsentrasi atau konsentrasi
dengan kontrol terhadap pertumbuhan S. pyogenes disajikan pada Tabel III :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel III. Hasil Uji Mann – Whitney Diameter Zona Hambat pada Konsentrasi
Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu terhadap Kontrol Negatif (Aquadest
Steril) dan Kontrol Positif (Amoksisilin 1 mg/ml) terhadap Streptococcus
pyogenes
Konsentrasi
(mg/ml)
Kontrol Positif Kontrol Negatif
Phitung Perbedaan Phitung Perbedaan
50 0,004 Bermakna 0,002 Bermakna
60 0,003 Bermakna 0,002 Bermakna
70 0,003 Bermakna 0,002 Bermakna
80 0,003 Bermakna 0,002 Bermakna
90 0,003 Bermakna 0,002 Bermakna
Kontrol (+) - - 0,002 Bermakna
Kontrol (-) 0,002 Bermakna - -
Hasil uji Mann – Whitney menunjukkan bahwa diameter zona hambat
pada semua konsentrasi ekstrak etanol daun kembang sepatu memiliki
perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif dan positif. Hal ini berarti semua
konsentrasi ekstrak etanol daun kembang sepatu yang diuji mempunyai
potensi antibakteri terhadap S. pyogenes.
Hasil uji Mann – Whitney diameter zona hambat antar konsentrasi
ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap pertumbuhan S. pyogenes
disajikan pada Tabel IV :
Tabel IV. Hasil Uji Mann – Whitney Diameter Zona Hambat antar Konsentrasi
Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu terhadap Streptococcus pyogenes
Konsentrasi (mg/ml) Phitung Perbedaan
50 – 60 0,009 Bermakna
50 – 70 0,005 Bermakna
50 – 80 0,005 Bermakna
50 – 90 0,004 Bermakna
60 – 70 0,054 Tidak Bermakna
60 – 80 0,054 Tidak Bermakna
60 – 90 0,003 Bermakna
70 – 80 1,000 Tidak Bermakna
70 – 90 0,007 Bermakna
80 – 90 0,007 Bermakna
Hasil uji Mann – Whitney diameter zona hambat antar konsentrasi
menunjukkan perbedaan bermakna, kecuali antara konsentrasi 60 mg/ml terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
70 mg/ml, antara konsentrasi 60 mg/ml dan 80 mg/ml, dan antara konsentrasi 70
mg/ml dan 80 mg/ml. Perbedaan tidak bermakna ini menunjukkan bahwa
perbedaan potensi hambat yang terbentuk sangat kecil atau tidak bermakna
(besarnya potensi antibakteri ekstrak etanol daun kembang sepatu pada
konsentrasi 60, 70 dan 80 mg/ml sama).
2. Uji potensi antifungi ekstrak etanol 70% daun kembang sepatu terhadap
Candida albicans
Pada uji potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap C.
albicans, untuk kontrol negatif digunakan aquadest steril karena merupakan
pelarut yang digunakan dalam penelitian ini, sedangkan untuk kontrol positif
digunakan nistatin (100.000 iu/ml). Nistatin merupakan antifungi poliena,
yang bekerja dengan cara berikatan dengan ergosterol, komponen utama
dalam membran sel fungi. Saat berada pada konsentrasi yang cukup, nistatin
membentuk inti dalam membran yang mengarah pada K+ leakage dan
mematikan jamur (Arnita, 2007).
Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol daun kembang sepatu
terhadap C. albicans pada konsentrasi 50, 60, 70, 80, dan 90 mg/ml
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun kembang
sepatu tidak memberikan hasil penghambatan terhadap pertumbuhan C.
albicans. Hasil pengujian potensi ekstrak etanol daun kembang sepatu (Hibisci
rosa - sinensis Folium) terhadap C. albicans disajikan pada Tabel V :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel V. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu terhadap Candida albicans Waktu Inkubasi 5 Hari Suhu 37°C
Konsentrasi
(mg/ml)
Diameter zona hambat (mm) ̅ ± SD
I II III IV V VI
50 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
60 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
70 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
80 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
90 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
Kontrol (+) 9 7 8 9 10 8 8,50 ± 1,05
Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0 0 ± 0
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ekstrak etanol daun kembang
sepatu tidak memiliki potensi daya antifungi karena tidak dihasilkan diameter
zona hambat antifungi terhadap C. albicans, sehingga data tersebut tidak dapat
dilanjutkan dengan analisis statistik untuk melihat perbedaan bermakna
diameter zona hambat antar ke lima konsentrasi ekstrak etanol daun kembang
sepatu maupun perbedaan bermakna diameter zona hambat antar pasangan
konsentrasi atau konsentrasi dengan kontrol terhadap pertumbuhan C.
albicans.
Gambar 10. Hasil Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu
Terhadap Candida albicans Waktu Inkubasi 5 Hari Suhu 37°C
Keterangan gambar :
A : Konsentrasi 50 mg/ml E : Konsentrasi 90 mg/ml
B : Konsentrasi 60 mg/ml K (+) : Kontrol positif nistatin (100.000 iu/ml)
C : Konsentrasi 70 mg/ml K (-) : Kontrol negatif aquadest steril
D : Konsentrasi 80 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dilihat dari kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun
kembang sepatu (flavonoid, saponin dan polifenol), seharusnya daun kembang
sepatu memiliki potensi sebagai antifungi. Ada beberapa hal yang menentukan
kemampuan penghambatan suatu bahan ekstrak terhadap pertumbuhan fungi,
yaitu konsentrasi minimal yang diperlukan untuk penghambatan pertumbuhan
fungi, jumlah atau banyaknya mikroba yang akan dihambat dan resistensi
fungi (Nuryati, Rahman, dan Taukhid, 2005). Dilihat dari konsentrasi minimal
yang digunakan (50 mg/ml) dan jumlah atau banyaknya fungi yang akan
dihambat pada penelitian ini (108 CFU/ml), seharusnya pada konsentrasi
tersebut sudah menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan C. albicans.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan Rathi, Pathel, dan Bhaskar
mengenai aktivitas antibakteri dan antifungi beberapa tanaman herbal (2012),
menunjukkan bahwa pada ekstrak daun kembang sepatu dengan konsentrasi
25 mg/ml telah menunjukkan penghambatan pada pertumbuhan C. albicans
107 CFU/ml.
Tidak terdapatnya potensi antifungi pada penelitian ini diduga
disebabkan oleh resistensi fungi, di mana C. albicans memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dengan membentuk suatu
komunitas atau asosiasi koloni yang disebut dengan biofilm (Nobile dan
Mitchell, 2005). Biofilm adalah komunitas mikroba yang tertata di mana
organisme tersebut terikat pada permukaan dan menjadi tertanam dalam
matriks polimer ekstraseluler yang dihasilkan oleh selnya (Nett, Lincoln,
Marchillo, dan Andes, 2007). Biofilm ini melindungi C. albicans dari zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
antifungi, di mana matriks biofilm dapat menghambat penetrasi senyawa
kimia yang bersifat antifungi. Membunuh mikroba dalam biofilm akan
membutuhkan 1000 kali dosis antibiotika yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang sama dalam suspensi sel (Hetrick, Shin, Paul, dan Schoenfisch.
2009).
Douglas (2005) melaporkan susunan matriks polimer biofilm,
utamanya merupakan eksopolisakarida. Nett et al. (2007) melaporkan bahwa
dinding sel C. albicans tersusun atas karbohidrat 80 – 90% yang sebagian
besar berupa β-1,3 dan β-1,6 glukan 50 – 60%, mannoprotein 30 – 40%, dan
kitin 0.6 – 9%. Di samping terdapat pada dinding sel, β-1,3 glukan merupakan
penyusun utama matriks ekstraseluler yang mengelilingi biofilm. β-1,3 glukan
berperan menurunkan penetrasi antimikroba ke dalam sitoplasma sel dan
meningkatkan resistensi biofilm terhadap antibiotika dan antifungal.
Penggunaan daun kembang sepatu untuk pengobatan sariawan dalam
hal ini terkait dengan khasiatnya sebagai antiinflamasi. Hal ini berdasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Osuntoki, Oyede dan Otunba (2006),
yang menunjukkan bahwa kandungan flavonoid dan polifenol dalam daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) memiliki khasiat sebagai
antiinflamasi. Penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid dan
polifenol mempunyai aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat
beberapa enzim seperti aldose reduktase, xanthine oxidase,
phosphodiesterase, Ca2+
ATpase, lipooxygenase dan cyclooxygenase
(Narayana, Reddy, Chaluvadi, dan Krishna, 2001). Melalui jalur enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
cyclooxygenase dan lipooxygenase dari metabolisme asam arakidonat ini yang
memfasilitasi terbentuknya mediator proses inflamasi (Katzung, 2002).
Penyakit sariawan biasanya diawali dengan adanya luka atau inflamasi
di bagian dalam mulut. Mekanisme antiinflammasi flavonoid dan polifenol
terjadi melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidonat,
pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas "radical
scavenging" suatu molekul. Senyawa flavonoid dan polifenol menghambat
kerja enzim siklooksigenase sehingga mencegah perubahan asam arakhidonat
menjadi prostaglandin yang stabil (PGE2 dan PGIz/prostasiklin). Apabila
oksidasi asam arakhidonat dapat dihambat maka tidak terbentuk Reactive
Oxgygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan demam, nyeri, dan
peradangan (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, dan Elysabeth, 2007).
Pembentukan ROS dapat meningkatkan modifikasi molekuler
diberbagai jaringan sehingga menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Stres
oksidatif juga dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan endotel. Kerusakan
endotel antara lain dipicu oleh produksi •O2 yang bereaksi cepat dengan NO
dan menghasilkan ONOO-. Reaksi tersebut menyebabkan menurunnya
bioaktivitas NO, yang berakibat pada kerusakan endotel. Mekanisme
penangkapan radikal bebas oleh flavonoid dan polifenol diawali oleh
pelepasan hidrogen sehingga terjadi radikal flavonoid dan polifenol yang
reaktif. Selanjutnya, radikal flavonoid dan polifenol tersebut mengikat radikal
bebas (•O2) sehingga reaktivitasnya berkurang bahkan hilang. Penurunan atau
hilangnya reaktivitas •O2 tersebut mengakibatkan berkurangnya kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
untuk bereaksi dengan NO untuk menghasilkan ONOO, sehingga kerusakan
endotel berkurang (Suhartono, Bakhriansyah, dan Handayani, 2010).
F. Uji Kualitatif Kandungan Senyawa Flavonoid, Polifenol dan Saponin
dalam Ekstrak Etanol 70% Daun Kembang Sepatu dengan metode KLT
Pengujian dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk
mengetahui senyawa – senyawa yang terkandung di dalam daun kembang sepatu
(Hibisci rosa - sinensis Folium) yang berkhasiat sebagai antimikroba. Kandungan
daun kembang sepatu yang diduga memiliki aktivitas antimikroba, yaitu senyawa
golongan flavonoid, polifenol, dan saponin.
1. KLT Flavonoid
Fase diam yang digunakan adalah silica gel 60 F254 dan fase gerak
yang digunakan adalah butanol – asam asetat – air (3:1:1 v/v). Dipilih fase
gerak butanol – asam asetat – air (3:1:1 v/v) karena merupakan salah satu fase
gerak yang biasanya digunakan untuk analisis flavonoid (Markham, 1988).
Senyawa flavonoid dideteksi pada UV dengan panjang gelombang 254 nm
dan 365 nm karena flavonoid mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi (gugus
kromofor), sehingga dapat menunjukkan serapan kuat pada daerah spektrum
UV dan spektrum tampak (Harborne, 1987). Larutan pembanding yang
digunakan adalah rutin, karena menurut Harborne (1987) rutin merupakan
suatu glikosida flavonol yang pada umumnya terdapat dalam tanaman.
Setelah disemprot dengan AlCl3, pada pengamatan di bawah sinar UV
265 nm bercak berwarna kuning dan pada sinar UV 365 nm terlihat bercak
berfluoresensi ungu. Rf sampel yang dihasilkan 0,88, sedangkan Rf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pembandingnya 0,61 (Lampiran 6). Walaupun hasil Rf sampel dan
pembanding berbeda, namun dari hasil bercak yang timbul sebelum dan
setelah disemprot dengan pereaksi AlCl3 dapat mempertegas bahwa sampel
mengandung flavonoid, yaitu bercak sampel dan pembanding menghasilkan
warna kuning pada pengamatan dengan sinar tampak. Adanya warna yang
terbentuk ini disebabkan karena terjadinya reaksi antara AlCl3 dan flavonoid
membentuk kompleks antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga atau
dengan gugus hidroksil yang saling bertetangga (Markham, 1988).
AlCl3
O
OH
OH
OH O
OHO
O
O
O O
OH Al Cl
Al
Cl Cl
Flavonoid Kompleks Flavonoid - AlCl3
Gambar 11. Mekanisme Reaksi Kompleks Flavonoid - AlCl3 (Markham, 1988)
Menurut Marliana (2007), adanya flavonoid akan menghasilkan bercak
warna kuning atau kuning – coklat. Hal ini berarti dari hasil uji KLT flavonoid
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kembang sepatu mengandung
flavonoid. Hasil identifikasi kandungan flavonoid ekstrak etanol daun
kembang sepatu sebelum dan sesudah disemprot pereaksi AlCl3 disajikan pada
Tabel VI :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel VI. Hasil Identifikasi Kualitatif Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Sebelum dan Setelah Disemprot Pereaksi AlCl3
Senyaw
a uji
Harga
Rf
Sebelum disemprot AlCl3 Setelah disemprot AlCl3
Visual
UV
254
nm
UV 365
nm Visual
UV 254
nm
UV 365
nm
Sampel 0,88
Tidak
tampa
k
Tidak
tampa
k
Ber-
fluoresens
i ungu
Kuning
kecokla-
tan
Warna
kuning
kecokla-
tan
Ber-
fluoresens
i ungu
Rutin 0,61
Tidak
tampa
k
Tidak
tampa
k
Ber-
fluoresens
i ungu
Warna
kuning
Berwarna
kuning
Ber-
fluoresens
i ungu
Dari hasil KLT diperoleh kromatogram sebagai berikut :
A B C
Gambar 12. Profil Kromatogram Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Setelah disemprot dengan Pereaksi AlCl3
Keterangan gambar :
A : UV 254 nm
B : UV 365 nm
C : Sinar tampak
Fase diam : silica gel 60 F254
Fase gerak : butanol – asam asetat – air (3:1:1 v/v)
P : Pembanding rutin
S : Ekstrak etanol daun kembang sepatu
Jarak pengembangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. KLT Polifenol
Fase diam yang digunakan adalah silica gel 60 F254 dan fase gerak
yang digunakan adalah etil asetat – asam formiat – asam asetat – air
(100:11:11:27 v/v). Senyawa polifenol dideteksi pada UV dengan panjang
gelombang 254 nm dan 365 nm. Larutan pembanding yang digunakan adalah
asam gallat, karena menurut Salisbury dan Ross (1995), asam gallat
merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol
sederhana.
Setelah disemprot dengan FeCl3, pada pengamatan di bawah sinar UV
265 nm bercak berwarna hitam kelabu dan pada sinar UV 365 nm terlihat
bercak berfluoresensi ungu. Rf sampel yang dihasilkan 0,71, sedangkan Rf
pembandingnya 0,70 (Lampiran 7). Harga Rf antara sampel dan pembanding
hampir sama, hal ini berarti sampel mengandung senyawa polifenol. Hal ini
juga telah dipertegas dari hasil bercak yang timbul setelah dilakukan
penyemprotan dengan pereaksi FeCl3, yaitu bercak sampel dan pembanding
menghasilkan warna hitam pada sinar tampak. Terjadinya pembentukan warna
ini karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan polifenol.
Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara ion atau logam dengan atom non logam (Effendy, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 13. Mekanisme Reaksi Kompleks Polifenol - FeCl3 (Effendy, 2007)
Menurut Wagner dan Bland (1996), hasil positif yang menunjukkan
adanya senyawa polifenol adalah setelah penyemprotan dengan pereaksi FeCl3
timbul bercak warna hitam. Hal ini berarti dari hasil uji KLT polifenol
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kembang sepatu mengandung
senyawa polifenol. Hasil identifikasi kandungan polifenol ekstrak etanol daun
kembang sepatu sebelum dan sesudah disemprot pereaksi FeCl3 ditunjukkan
pada Tabel VII :
Tabel VII. Hasil Identifikasi Kualitatif Kandungan Polifenol Ekstrak Etanol
Daun Kembang Sepatu Sebelum dan Setelah Disemprot Pereaksi FeCl3
Senyawa
uji
Harga
Rf
Sebelum disemprot FeCl3 Setelah disemprot FeCl3
Visual
UV
254
nm
UV 365
nm Visual
UV 254
nm
UV 365
nm
Sampel 0,71 Tidak
tampak
Tidak
tampak
Ber-
fluoresensi
ungu
Hitam
kelabu
Warna
hitam
kelabu
Ber-
fluoresensi
ungu
Asam
Gallat 0,70
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Ber-
fluoresensi
ungu
Warna
hitam
Ber-
warna
hitam
Ber-
fluoresensi
ungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dari hasil KLT diperoleh kromatogram sebagai berikut :
A B C
Gambar 14. Profil Kromatogram Senyawa Polifenol dari Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Setelah disemprot dengan Pereaksi FeCl3
Keterangan gambar :
A : UV 254 nm P : Pembanding asam gallat
B : UV 365 nm S : Ekstrak etanol daun kembang sepatu
C : Sinar tampak Jarak pengembangan 10
Fase diam : silica gel 60 F254
Fase gerak : etil asetat – asam formiat – asam asetat – air (100:11:11:27 v/v)
3. KLT Saponin
Fase diam yang digunakan adalah silica gel 60 F254 dan fase gerak
yang digunakan adalah kloroform-metanol (95:50 v/v). Senyawa saponin
dideteksi pada UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Larutan
pembanding yang digunakan adalah saponin.
Setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat, pada pengamatan di
bawah sinar UV 265 nm dan pada sinar UV 365 nm bercak tidak terlihat. Hal
ini disebabkan karena senyawa saponin tidak memiliki ikatan rangkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
terkonjugasi, sedangkan sinar serapan UV hanya mampu menyerap suatu
ikatan yang terkonjugasi atau memiliki gugus kromofor (William dan
Fleming, 1989). Namun pada sinar tampak dapat terlihat jelas bahwa bercak
yang timbul berwarna hijau kebiruan. Rf sampel yang dihasilkan 0,46,
sedangkan Rf pembandingnya 0,42 (Lampiran 8). Harga Rf antara sampel dan
pembanding hampir sama, hal ini berarti sampel mengandung senyawa
saponin. Hal ini juga telah dipertegas dari hasil bercak yang timbul setelah
dilakukan penyemprotan dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat, yaitu
bercak sampel dan pembanding menghasilkan warna hijau kebiruan pada sinar
tampak. Pada penyemprotan dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat timbul
banyak bercak warna karena pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat tidak
spesifik untuk senyawa saponin karena anisaldehid asam sulfat dapat
mendeteksi semua senyawa terpenoid (Wagner dan Bland,1996), sehingga
semua senyawa yang memiliki gugus terpenoid akan menunjukkan hasil
positif terhadap anisaldehid asam sulfat. Menurut Wagner dan Bland (1996),
hasil positif yang menunjukkan adanya senyawa saponin adalah setelah
penyemprotan dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat timbul bercak
berwarna biru atau hijau kebiruan atau terkadang berupa bercak kuning.
Timbulnya bercak tersebut karena anisaldehid asam sulfat dapat mendegradasi
atau memecah senyawa tersebut sehingga menimbulkan bercak yang berwarna
(William dan Fleming, 1989). Hal ini berarti dari hasil uji KLT saponin
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kembang sepatu mengandung
senyawa saponin. Hasil identifikasi kandungan saponin ekstrak etanol daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kembang sepatu sebelum dan sesudah disemprot pereaksi anisaldehid asam
sulfat ditunjukkan pada Tabel VIII :
Tabel VIII. Hasil Identifikasi Kualitatif Kandungan Saponin Ekstrak Etanol
Daun Kembang Sepatu Sebelum dan Setelah Disemprot Pereaksi Anisaldehid
Asam Sulfat
Senyawa
uji
Harga
Rf
Sebelum disemprot
Anisaldehid Asam Sulfat
Setelah disemprot Anisaldehid
Asam Sulfat
Visual UV
254 nm
UV 365
nm Visual
UV 254
nm
UV 365
nm
Sampel 0,46 Tidak
tampak
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Warna
hijau
kebiruan
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Saponin 0,41 Tidak
tampak
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Warna
hijau
kebiruan
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Dari hasil KLT diperoleh kromatogram sebagai berikut :
A B C
Gambar 15. Profil Kromatogram Senyawa Saponin dari Ekstrak Etanol Daun
Kembang Sepatu Setelah disemprot dengan Pereaksi Anisaldehid Asam Sulfat
Keterangan gambar :
A : UV 254 nm P : Pembanding saponin
B : UV 365 nm S : Ekstrak etanol daun kembang sepatu
C : Sinar tampak Jarak pengembangan 10
Fase diam : silica gel 60 F254
Fase gerak : kloroform-metanol (95:50 v/v)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ekstrak etanol daun
kembang sepatu (Hibisci rosa - sinensis Folium) memiliki aktivitas antibakteri
terhadap S. pyogenes. Aktivitas antibakteri ini dikarenakan adanya kandungan
senyawa kimia di dalam daun kembang sepatu yang memiliki aktivitas antibakteri
yaitu senyawa flavonoid, polifenol dan saponin berdasarkan hasil uji kandungan
senyawa kimia dengan metode KLT. Aktivitas antifungi tidak ditemukan diduga
disebabkan oleh adanya resistensi fungi, di mana C. albicans membentuk biofilm
yang melindungi C. albicans dari zat antifungi, di mana matriks biofilm
menghambat penetrasi senyawa kimia yang bersifat antifungi.
Adanya efek antibakteri ini, maka daun kembang sepatu dapat
dimanfaatkan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Untuk melihat efek antifungi, maka dapat dilakukan pengujian ekstrak etanol daun
kembang sepatu pada fungi genus Candida lain yang juga dapat menyebabkan
kandidiasis oral seperti C. krusei, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. dubliniensis
dan C. lusitaniae, sehingga dapat dipastikan bahwa daun kembang sepatu
memiliki potensi antifungi.
Dari hasil penelitian ini maka daun kembang sepatu dapat dijadikan
sebagai salah satu obat tradisional dan dapat dikembangkan menjadi suatu sediaan
farmasi yang berguna sebagai obat antimikroba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak etanol daun kembang sepatu memiliki potensi antibakteri
terhadap S. pyogenes dan tidak memiliki potensi antifungi terhadap C. albicans.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji potensi daun kembang sepatu dengan menggunakan
metode ektraksi dan pelarut ekstraksi yang lainnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya antibakteri dan
antifungi ekstrak etanol daun kembang sepatu terhadap jenis bakteri dan jenis
fungi yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, Cetakan ke – 6, 169, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, 164 – 165, Lea
& Febiger, Philadelphia, USA
Arnita, 2007, Terapi Pilihan untuk Vaginal Candidiasis, Majalah Farmacia, 7 (1),
28
Arullappan, S., Zakaria, Z., and Basri, D.F., 2009, Pleminary Screening of
Antibacterial Activity using Crude Extracts of Hibiscus rosa – sinensis,
Tropical Life Sciences Research, 20(2), 109–118
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Monografi
Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 1, 51, 54, 122 – 123, Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Boyd, R.F., 1984, General Microbiology, 606 – 609, Times Mirror/Mosby
College Publishing, USA
Cano, R.J., and Colome, J.S., 1986, Microbiology, 167 – 168, West Publishing
Company, St. Paul
Chatim, A., dan Suharto, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi,
39-47, Binarupa Aksara, Jakarta
Cunningham, M.W., 2000, Phatogenesis of Group A Streptococcal Infection, Clin
Microbiol Rev., 13(3), 470-511
Dahlan, 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5,
75, 88, 102, 139, Salemba Medika, Jakarta
Dalimartha, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 4, 52 – 53, Puspa
Swara, Jakarta
Damayanti, E., Sofyan, A., Julendra, H., dan Untari, T., 2009, Pemanfaatan
Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai Agensia Anti –
Pullorum dalam Imbuhan Pakan Ayam Broiler, JITV, 14 (2), 83 – 89
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Materia Medika Indonesia,
Jilid III, 63, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 1 –
25, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, 1 – 16,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia,
Jilid V, xxix, 253 – 256, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tanaman Obat, Cetakan Pertama, 10 – 11, 16, 24 – 25, 28 – 29,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Riset Kesehatan Dasar :
Laporan Nasional 2007, xii – xiii, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Devienne, K.F., and Raddi, M.S.G., 2002, Screening for Antimicrobial Activity of
Natural Products Using a Microplate Photometer, Brazillian Journal of
Microbiology, 33, 166 – 168
Douglas, L.J., 2005, Prostaglandin Production During Growth of Candida
albicans Biofilms, J Med Microbiol, 54, 1001 – 1005
Dwidjoseputro, D., 1994, Dasar – Dasar Mikrobiologi, 97 – 99, Djambatan,
Jakarta
Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, 237 – 241, Bayumedia
Publishing, Malang
Gandjar, I.B., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 353 – 368, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 651 – 652, Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Gilman, A.G., Rall, T., Nies, A., and Taylor, P., 1991, The Pharmacological
Basic of Therapeutics, 84 – 121, Pengamon Press Inc., New York
Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I, 88
– 89, Penebar Swadaya, Surabaya
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, dan Elysabeth, 2007, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, 760 – 765, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Harborne, J.R., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, 58 – 68, ITB Press, Bandung
Hariara, A., 2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, 33 – 38, Niaga Swadaya,
Jakarta
Hattenschwiler, S., and Vitousek, P.M., 2000, The Role of Polyphenols
Interrestrial Ecosystem Nutrient Cycling, Review P II : S0169-
5347(00)01861-9 TREE, 15(6), 239 – 242
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, E.M., 2005, Farmakognosi
dan Fitoterapi, 103, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hetrick., E.M., Shin, J.H., Paul, H.S., and Schoenfisch, M.H., 2009, Anti-biofilm
Efficacy of Nitric Oxide-releasing Silica Nanoparticles, Biomaterials,
30(14), 2782 – 2789
Hena, J.V., 2010, Antibacterial Potentiality of Hibiscus rosa – sinensis Solvent
Extract and Aqueous Extracts Against Some Pathogenic Bacteria,
Research Article, 21 – 13
Hugo W.B., and Russel, A.D., 1987, Pharmaceutical Microbiology, 6th
Edition,
202 – 205, Blackwell Scientific Publication, London
Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, K.A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi 20, 218 – 228, 627 – 629, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi II, 671, 677 – 678,
Salemba Medika, Jakarta
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1- 117, ITB Press,
Bandung
Marliana, E., 2007, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Batang
Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth yang Berfungsi sebagai
Antioksidan, Jurnal Penelitian MIPA, 1, 23 – 29
Mert – Turk, F., 2006, Saponins versus Plant Fungal Pathogens, Journal of Cell
and Molecular Biology, 13 – 17
Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, 63, UGM Press, Yogyakarta
Narayana, K.R., Reddy, M.S., Chaluvadi, M.R., and Krishna, D.R., 2001,
Bioflavonoid Classification, Pharmacological, Biochemical Effects, and
Therapeutic Potential, Indian Journal of Pharmacology, 33, 2 – 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Nazri, N.A.A., Ahmat, N., Adnan, A., Syed, S.A., and Ruzaina, S.A., 2011, In
vitro antibacterial and radical scavenging activities of Malaysian table
salad, African Journal of Biotechnology, 10(30), 5728 – 5735
Nett, J., Lincoln, L., Marchillo, K., and Andes, D., 2007, Beta-1,3 Glucan as a
Test for Central Venous Catheter Biofilm Infection, J. Infect. Dis, 195(11),
1705 - 1712
Nobile, C.J., and Mitchell, A.P., 2005, Regulation of Cell – Surface Genes and
Biofilm Formation by the C. albicans Transcription Factor Bcr1p, Curr
Biol, 15(12), 1150 – 1155
Nuryati, S., Rahman, dan Taukhid, 2005, Kajian Potensi Antifungi Ketapang
(Terminalia cattapa L), Sirih (Piper betle L), Jambu Biji (Psidium guajava
L), dan Sambiloto (Andrographis peniculata (Burm. F) Ness) Terhadap
Pertumbuhan Cendawan Akuatik Aphanomyces Secara In Vitro, Jurnal
Akuakultur Indonesia, 4(2), 115 – 123
Osuntoki, A.A., Oyede, T.A., and Otunba, A.A., 2006, Membrane Stabilizing
Activity and Phytochemistry of Hibiscus rosa – sinensis Leaves, Nig. Ot J.
Hosp. Med., 16(2), 53 – 55
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 188-191, Penerbit Erlangga, Jakarta
Rahardjo, R., 2008, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2, 630 – 631, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Rathi, S.G., Patel, K.R., and Bhaskar, V.H., 2012, Isolation of Herbal Plants:
Antifungal and Antibacterial Activities, Journal of Pharmaceutical
Science and Bioscientific Research (JPSBR), 2(1), 25 – 29
Ratnasari, J., 2007, Galeri Tanaman Hias Bunga, 132, Penerbit Swadaya, Jakarta
Ristanto, 1989, Kursus Singkat Fisiologi Bakteri, 67, Penerbit Bioteknologi
UGM, Yogyakarta
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi 6, 156 – 158,
191 – 216, Penerbit ITB, Bandung
Sabir, A., 2005, Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadap
Bakteri Streptococcus mutans (in vitro), Majalah Kedokteran Gigi, 38
(3), 135 - 141
Salisbury, F.B., dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2, 150 – 152,
Penerbit ITB, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Samsuharto, R.A., dan Hartanto, S.D., 2006, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-
heksan, Etil Asetat, dan Etanol 70% Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa
– sinensis L.) Terhadap S. aureus ATCC 25923, Laporan Penelitian,
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta
Sastromidjojo, S., 2001, Obat Asli Indonesia, 43, Dian Rakyat, Jakarta
Silalahi, J., 2006, Makanan Fungsional, 54 – 56, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Siregar, R.S., 2005, Penyakit Jamur Kulit, 44 – 60, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Siswandono, dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, 128 – 132, Airlangga
University Press, Surabaya
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, 3 – 17,
Penerbit ITB, Bandung
Suhartono, E., Bakhriansyah, M., dan Handayani, R., 2010, Efek Ekstrak
Stenochlaena paluctris terhadap Jumlah Circulating Endhotelial Cells
Marmota caligata Setelah Didemamkan, Majalah Farmasi Indonesia,
2(3), 166 - 170
Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia I, 258, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat – Obat Penting : Khasiat, Penggunaan
dan Efek – Efek Sampingnya, 242 – 243, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Tortora, 2002, Microbiology An Introduction, 734-736, Pearson Education, San
Francisco
Van steenis, C.G.G.J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, 35 – 37, 48 – 55,
276 – 277, 280 – 281, Pradnya Pramita, Jakarta
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 141-142, 163-164,172-178,
560 – 562, UGM Press, Yogyakarta
Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1990, Mikrobiologi Dasar, Jilid I, 298, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Wagner, H., and Blands, S., 1996, Plant Drug Analysis : A Thin Layer
Chromatography Atlas, 2nd
Edition, 195 – 196, 247 – 248, 305 – 306,
Berlin Heidelberg : Springer, New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Widjayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A.S., 1994, Tanaman Berkhasiat
Obat di Indonesia, 78 – 80, Pustaka Kartini, Jakarta
William S.H., and Fleming, 1989, Spectroscopic Methods in Organic Chemistry,
5th
Edition, 211 – 212, Mc Graw – Hill Book Company, London
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Kembang Sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 2. Prosedur Kerja Ekstraksi Daun Kembang Sepatu dengan
Metode Maserasi Oleh LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 3. Certificate of Analysis Konsentrasi Senyawa Uji Ekstrak Daun
Kembang Sepatu Oleh LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode Difusi
Sumuran terhadap Sreptococcus pyogenes Waktu Inkubasi 24 Jam Suhu
37°C
a. Perlakuan replikasi I b. Kontrol replikasi I
c. Perlakuan replikasi II d. Kontrol replikasi II
e. Perlakuan replikasi III f. Kontrol replikasi III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
g. Perlakuan replikasi IV h. Kontrol replikasi IV
i. Perlakuan replikasi V j. Kontrol replikasi V
k. Perlakuan replikasi VI l. Kontrol replikasi VI
Keterangan gambar :
A : Konsentrasi 50 mg/ml E : Konsentrasi 90 mg/ml
B : Konsentrasi 60 mg/ml K (+) : Kontrol positif Amoksisilin 1 mg/ml
C : Konsentrasi 70 mg/ml K (-) : Kontrol negatif aquadest steril
D : Konsentrasi 80 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri dengan Metode Difusi
Sumuran terhadap Candida albicans Waktu Inkubasi 5 Hari Suhu 37°C
m. Perlakuan replikasi I n. Kontrol replikasi I
o. Perlakuan replikasi II p. Kontrol replikasi II
q. Perlakuan replikasi III r. Kontrol replikasi III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
s. Perlakuan replikasi IV t. Kontrol replikasi IV
u. Perlakuan replikasi V v. Kontrol replikasi V
w. Perlakuan replikasi VI x. Kontrol replikasi VI
Keterangan gambar :
A : Konsentrasi 50 mg/ml E : Konsentrasi 90 mg/ml
B : Konsentrasi 60 mg/ml K (+) : Kontrol positif Nistatin 100.000 iu/ml
C : Konsentrasi 70 mg/ml K (-) : Kontrol negatif aquadest steril
D : Konsentrasi 80 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 6. Foto Hasil KLT Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Kembang
Sepatu
A B C
Fase gerak : Butanol – Asam Asetat – Air (3:1:1)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Pereaksi semprot : AlCl3
Keterangan :
A : UV 254 nm
B : UV 365 nm
C : Sinar tampak
P : Pembanding Rutin
S : Ekstrak etanol daun kembang sepatu
Jarak pengembangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 7. Foto Hasil KLT Polifenol Ekstrak Etanol Daun Kembang
Sepatu
A B C
Fase gerak : Etil Asetat – Asam Formiat – Asam Asetat – Air (100:11:11:27)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Pereaksi semprot : FeCl3
Keterangan :
A : UV 254 nm
B : UV 365 nm
C : Sinar tampak
P : Pembanding Asam Gallat
S : Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu
Jarak pengembangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 8. Foto Hasil KLT Saponin Ekstrak Etanol Daun Kembang
Sepatu
A B C
Fase gerak : Kloroform – Metanol (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Pereaksi semprot : Anisaldehid asam sulfat
Keterangan :
A : UV 254 nm
B : UV 365 nm
C : Sinar tampak
P : Pembanding Saponin
S : Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu
Jarak pengembangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov – Smirnov
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Diameter 42 .00 29.00 10.5476 8.22905
Valid N (listwise) 42
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter
N 42
Normal Parametersa Mean 10.5476
Std. Deviation 8.22905
Most Extreme Differences Absolute .264
Positive .264
Negative -.120
Kolmogorov-Smirnov Z 1.710
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Uji Kruskal – Wallis dan Uji Mann –
Whitney terhadap Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kembang
Sepatu Terhadap Streptococcus pyogenes
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank
Diameter 50 mg/ml 6 10.00
60 mg/ml 6 17.33
70 mg/ml 6 23.58
80 mg/ml 6 23.58
90 mg/ml 6 33.00
kontrol positif 6 39.50
kontrol negatif 6 3.50
Total 42
Test Statisticsa,b
Diameter
Chi-Square 37.856
df 6
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Total 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .002
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Konsentrasi 50 mg/ml 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.913
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Konsentrasi 60 mg/ml 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.961
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Konsentrasi 70 mg/ml 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.929
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Distribusi Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Konsentrasi 80 mg/ml 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
Distribusi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.929
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Positif 6 9.50 57.00
Konsentrasi 90 mg/ml 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.934
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Konsentrasi 50 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.083
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Konsentrasi 60 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.140
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Konsentrasi 70 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.102
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Konsentrasi 80 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.102
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Kontrol Negatif 6 3.50 21.00
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 50 mg/ml 6 3.83 23.00
Konsentrasi 60 mg/ml 6 9.17 55.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 23.000
Z -2.622
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .009a
a. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 50 mg/ml 6 3.58 21.50
Konsentrasi 70 mg/ml 6 9.42 56.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 21.500
Z -2.832
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 50 mg/ml 6 3.58 21.50
Konsentrasi 80 mg/ml 6 9.42 56.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 21.500
Z -2.832
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 50 mg/ml 6 3.50 21.00
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.913
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 60 mg/ml 6 4.58 27.50
Konsentrasi 70 mg/ml 6 8.42 50.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 27.500
Z -1.928
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .065a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 60 mg/ml 6 4.58 27.50
Konsentrasi 80 mg/ml 6 8.42 50.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 27.500
Z -1.928
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .065a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 60 mg/ml 6 3.50 21.00
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.961
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 70 mg/ml 6 6.50 39.00
Konsentrasi 80 mg/ml 6 6.50 39.00
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 70 mg/ml 6 3.75 22.50
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.25 55.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 22.500
Z -2.714
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 80 mg/ml 6 3.75 22.50
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.25 55.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 22.500
Z -2.714
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
Mann-Whitney Test
Ranks
Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks
Diameter Konsentrasi 80 mg/ml 6 3.75 22.50
Konsentrasi 90 mg/ml 6 9.25 55.50
Total 12
Test Statisticsb
Diameter
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 22.500
Z -2.714
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Wiria Sende Paiman yang akrab dipanggil
Ria, merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis lahir di Merauke, Provinsi Papua pada tanggal 14
Oktober 1990 dari pasangan Johanes Sirupang dan Ludia S.
Tasik. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis
adalah TK Cenderawasih III Merauke (1994 – 1996), SD
YPPK St. Agustinus Bambu Pemali Merauke (1996 –
2002), SMP Negeri 1 Merauke (2002 – 2005), SMA Negeri 3 Buper Jayapura
(2005 – 2008), kemudian tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis pernah
menjadi panitia dalam acara Tiga Hari Temu Akrab Farmasi/Titrasi pada tahun
2010, dan pernah menjadi asisten praktikum Kimia Analisis (2010). Selain itu
beberapa acara yang pernah dikuti penulis antara lain Seminar Entrepreneurship
“How to be a Creative Etrepreneur”, Talk Show “Aib-kah AIDS??” yang
diselenggarakan oleh Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI), dan
Seminar “Herbal Medicine” yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI