Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

51
PROPOSAL PENELITIAN INTERPRETASI PESAN SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY SHOW EDISI HUT METRO TV KE 13 (Studi kasus Komunitas Stand Up Indo Bengkulu) Oleh : AYU BISMA PUTRI D1E010114 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

description

kkk

Transcript of Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Page 1: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

PROPOSAL PENELITIAN

INTERPRETASI PESAN SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY SHOW

EDISI HUT METRO TV KE 13

(Studi kasus Komunitas Stand Up Indo Bengkulu)

Oleh :

AYU BISMA PUTRI

D1E010114

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2013

Page 2: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media televisi merupakan sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi

pola pikir masyarakat dengan audio visualnya yang mampu menyempurnakan

kepuasan masyarakat akan media. Effendy (2000:60) menyebutkan bahwa kelebihan

televisi yakni kemampuannya dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia baik

hiburan, informasi maupun pendidikan sangat memuaskan. Bahkan masing-masing

stasiun televisi secara tidak langsung telah membuat image tersendiri bahwa stasiun

televisinya tersebut adalah stasiun televisi khusus hiburan, pendidikan atau lebih

mengutamakan berita dibandingkan hiburan seperti Metro TV.

Namun bukan berarti Metro TV secara keseluruhan menyuguhkan berita ,

Metro TV juga menghadirkan acara non berita yang layak baik bersifat edukatif

maupun hiburan. Salah satu acara hiburan yang 2 tahun terakhir popular di Indonesia

adalah Stand Up Comedy Show yang ditayangkan Metro TV. Di tengah deretan acara

komedi di Indonesia Stand Up Comedy Show mengusung konsep berbeda dengan

Warkop DKI, Srimulat bahkan Opera Van Java yang menampilkan gaya berkomedi

dengan menyusun alur cerita secara struktural dimana menampilkan karakter dan

situasi tertentu dalam bentuk drama atau teater.

Dalam buku Merdeka dalam Bercanda, Pandji Pragiwaksosno menyebutkan

Stand Up Comedy adalah genre didalam komedi yang dilakukan oleh satu orang

diatas panggung dengan melakukan monolog yang lucu dan memberikan

pengamatan, pendapat ataupun pengalaman pribadinya lewat diksi dan ekspresi yang

memancing tawa penonton. Dari sudut pandang Stand Up Comic Senior Ramon

Papana dalam buku Kitab Suci Stand Up Comedy , Guyonan yang dilontarkan Comic

tidak semata menghibur tetapi juga menyisipkan semacam bentuk keprihatinan atau

Page 3: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

kritikan sosial. Dalam Stand Up Comedy , feedback dari penonton berlangsung cepat

dan menjadi bagian penting bagi aksi seorang Comic.

Keterampilan seorang Comic dalam Stand Up Comedy juga menjadi point

dimana seorang Comic tidak dituntut hanya tampil diatas panggung tetapi juga

bertindak sebagai penulis naskah, editor, promotor, produser, bahkan teknisi

panggung dalam aksinya tersebut. Stand Up Comedy adalah komedi yang

membutuhkan analisis dan pemikiran dimana terdapat teknik didalam konten Stand

Up Comedy itu sendiri seperti callback, rule of three, impersonation, act out dan

riffing.

Tayangan Stand Up Comedy Show Edisi HUT Metro TV yang ke 13 tanggal

23 November 2013 menghadirkan 8 Comic yakni Awwe, Mongol, Jui Purwoto,

Bintang Bête, Cak Lontong, Sammy , Acho, dan Mudy Taylor untuk tampil dalam

Stand Up Comedy Show dengan gaya dan materi yang berbeda berdasarkan karakter

atau persona yang mereka punya. Mereka adalah 8 Comic yang namanya mulai

menjadi idola baru di Indonesia. Dalam setiap penampilannya 8 Comic ini selalu

menghadirkan pesan sosial dalam materi yang dibawakan meskipun hanya 1 sampai 2

bit.

Salah satu contoh pesan sosial yang berbentuk kritik sosial disampaikan

Sammy (Ketua Stand Up Comedy Indonesia) pada edisi HUT Metro TV yang ke 13,

dia mengatakan “gua kemaren datang kerumah teman gua dan gua dikasih martabak.

gua gak makan karena gua cium bau jigong. Kebetulan temen gua politisi. Dia

kebiasaan makan martabak gak di gigit tapi dijilat. kebiasaan menjilat atasan”.

Maksud dari bit tersebut adalah sindiran bagi politisi yang suka menjilat atasannya.

Menjilat bermakna sarkasme dimana berarti seseorang rela berbuat apa saja demi

menjaga nama baiknya dan apa yang dia tunjukkan hanya demi terlihat baik didepan

orang lain bahkan atasannya.

Page 4: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Dengan konten yang identik dengan pesan sosial , Stand Up Comic tidak

boleh sembarangan dalam menyampaikan leluconnya. Seperti program Televisi

lainnya, Stand Up Comedy Show Metro TV pun tidak lepas dari pengawasan Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI). KPI telah memberikan rambu-rambu melalui Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standard Program Siaran (P3SPS) yang mana KPI melarang

penyiaran mengenai SARA ( Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) , bermuatan

seks dan kekerasan. Pada kenyataannya ada beberapa Comic yang penampilannya di

program Stand Up Comedy Show harus mendapat sensor ataupun teguran jika

mengeluarkan lelucon yang bermuatan SARA, seks dan kekerasan meskipun

didalamnya terdapat pesan sosial.

Berdasarkan UU NO.32 tentang penyiaran dalam pasal 36 adapun hal-hal

yang perlu diperhatikan mengenai SARA yakni point 4,5 dan 6 sebagai berikut :

4. isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan golongan tertentu,

5. isi siaran dilarang a. bersifat fitnah,menghasut,menyesatkan atau bohongb. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang c. mempertentangkan suku, agama, ras adan antar golongan

6. isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional.

Penonton mempunyai peran dalam Stand Up Comedy dimana mereka

berpengaruh besar dalam mensukseskan penampilan Comic diatas panggung lewat

feedback berupa gelak tawa dan pesan yang diterima oleh penonton. Penonton

tidak hanya dibuat tertawa tapi dibeberapa kondisi diajak untuk sadar mengenai hal

yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Komedi pun bisa dikatakan sebagai jalan

keluar bagi seorang Comic untuk melakukan protes (Pandji Pragiwaksono: 2012:4).

Barker pun setuju mengatakan bahwa penonton adalah pencipta kreatif

makna dalam kaitannya dengan televisi yang berlaku juga untuk media lain

(mereka tidak sekedar menerima makna-makna tekstual) dan mereka

Page 5: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

melakukannya berdasarkan kompetensi kultural yang dimiliki sebelumnya yang

dibangun dalam konteks bahasa dan relasi sosial (Barker : 2008:286). Berdasarkan

uraian diatas maka pada penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan studi

semiologi John Fiske untuk menganalisa kode-kode televisi terhadap Interpretasi

Pesan sosial dalam Stand Up Comedy Show edisi Hut Metro TV ke 13.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa pokok permasalahan yang berhasil diidentifikasi maka

perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja pesan sosial dalam tayangan Stand Up Comedy edisi HUT Metro

TV ke 13 ?

2. Bagaimana interpretasi penggemar Stand Up Comedy yang menyaksikan

tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV Ke 13 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pesan sosial apa saja yang terdapat dalam tayangan

Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV Ke 13

2. Untuk mendeskipsikan interpretasi penggemar Stand Up Comedy tentang

pesan sosial yang terdapat dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT

Metro TV ke 13

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan bahkan

menambah wawasan bagi praktisi komunikasi pada jenis penelitian semiotika, pada

umumnya agar dapat diaplikasikan dalam perkembangan ilmu komunikasi.

Page 6: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Dapat menjadi pedoman bagi Stand Up Comic ataupun masyarakat untuk

mengetahui interpretasi pesan sosial yang terdapat dalam Stand Up Comedy.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Stand Up Comic Indonesia terkait isi

materi Stand Up Comedy yang akan disampaikan dikemudian hari.

Page 7: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi yang dilakukan oleh Eka Vuspa Sari mahasiswa ilmu

komunikasi Unversitas Bengkulu dengan judul Interpretasi Anak tentang Pesan Moral

Dalam Film Animasi Kartun Spongebob Squarepants( studi Kasis Siswa/I kelas 4 SD

Negeri 1 Kota Bengkulu)dijelaskan bahwasanya penelitian ini juga menganalisis

interpretasi anak berdasarkan 4 faktor menurut Schleiermacher (dalam

Chanafi,1999:176) yakni bilding , sensus Cummonis , pertimbangan dan selera. Dan

juga melibatkan analisis semiotika televisi John Fiske yang memasukkan kode-kode

sosial ke dalam 3 level yaitu level realitas (reality) ,representasi (representation), dan

level ideologi (ideology).

Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah film animasi kartun

Spongebob Squarepants episode Where’s Gary tidak hanya menampilkan pesan

moral yang baik dimana tentang penyesalan dan permintaan maaf, tolong-menolong,

persahabatan dan kesetiakawanan . Namun film animasi kartun Spongebob

Squarepants episode Where’s Gary menampilkan pesan moral yang buruk dimana

adanya penyajian perilaku antisocial yang kapasitasnya terlalu banyak dihadirkan

dalam suatu film yang diperuntukkan bagi anak-anak dan tentunya akan

mempengaruhi perkembangan moral anak-anak yang menyaksikan baik dalam sikap

dan perilaku mereka nantinya.

Inilah hal yang berbeda antara penelitian yang sekarang dilakukan oleh

peneliti. Secara konseptual, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka Vuspa Sari

menjelaskan tentang interpretasi anak tentang pesan moral dalam film animasi kartun

Page 8: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

sementara penelitian kali ini mengenai tayangan televisi dengan konten komedi

dengan genre yang tergolong baru di Indonesia yaitu Stand Up Comedy.

Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti melakukan analisa mengenai

interpretasi pesan sosial dalam Stand Up Comedy edisi HUT Metro TV ke 13 (Studi

pada Television Code John Fiske).

2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut Jay Black dan Frederick C.Whitney (1988) disebutkan bahwa

komunikasi massa adalah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal

dan tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan

heterogen. Televisi sebagai media komunikasi massa dengan sifat yang istimewa

mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik, sound effect dan

gambar. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena

lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Bahkan media massa

mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin:

2007).

Sampai saat ini televisi merupakan media yang paling banyak dikonsumsi

oleh masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Televisi tidak lagi dianggap

sebagai barang mewah, ini pun disepakati oleh pernyataan Gebner dan Colly dalam

Andrias (2005:35) bahwa untuk menonton televisi tidak dibutuhkan mobilitas,

dimana hampir semua rumah tangga memiliki televisi dan tersedia kapan saja

Televisi telah memberikan pengaruh besar pada kehidupan masyarakat yakni

televisi banyak menarik simpati dari kalangan masyarakat luas (Darwanto : 2007).

Sebagai media komunikasi massa Yoseph R. Dominick mengklasifikasikan fungsi

komunikasi masa menjadi 5 (Effendi, 2003:29), yaitu :

1. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi dibagi dalam :

Page 9: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan)

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa

menginformasikan tentang ancaman dari angin topan,

meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinka n,

tayangan inflasi atau adanya serangan militer.

b. Instrumental Surveillance (pengawasan instrumental)

Fungsi pengawasan instrumental adalah menyampaikan

atau menyebarkan informasi yangmempunyai kegunaan

atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan.

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga

memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau

pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih

lanjut dalam komunikasi antarpersona atau kelompok.

3. Linkage (keterkaitan)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang

beragam, sehingga membentuk linkage berdasarkan

kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (penyebaran nilai)

Fungsi ini disebuty juga socialization ( sosialisasi). Sosialisasi

mengacu pada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan

nilai kelompok.

5. Entertainment ( hiburan)

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya hampir

semua media menjalankan fungsi menghibur tiada lain

tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran

Page 10: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau

melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran

khalayak segar kembali.

Pada tujuan akhir dari penelitian interpretasi pesan sosial dalam Stand Up

Comedy edisi HUT Metro TV ke 13 (Studi pada Television Code John Fiske). Namun

selain merujuk pada Television Code John Fiske, peneliti juga mempertimbangkan

dan mengambil masukan terkait fungsi komunikasi massa berdasarkan apa yang

dijabarkan oleh Dominick tersebut diatas.

2.2.1 Kekuatan Televisi

Pesatnya perkembangan pertelevisian di Indonesia tidak lepas dari antusiasme

masyarakat itu sendiri dalam menerima kehadiran stasiun-stasiun televisi terlebih

televisi swasta yang memilik makna tersendiri bagi pemirsa. Bahkan Don De Lilo,

seperti dikutip Garin Nugroho dalam bukunya Hiburan dan Kekuasaan (1995)

menuliskan, untuk sebagian orang hanya ada dua tempat terpenting di dunia yakni

tempat dimana dia hidup dan tempat dimana televisi diletakkan. yang lain.

Dengan dihadirkannya beragam program acara seperti berita, talk show, mini

show, musik, sinetron, dan komedi hal ini menjadikan televisi sebagai salah satu

sarana hiburan yang diminati. Hal ini juga dipengaruhi oleh daya tarik televisi itu

sendiri dimana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga terhanyut dalam

keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan televisi ( Effendy,2004 : 122 ).

Sementara itu Chafee (dalam Rakhmat, 2001:218-219) mengatakan bahwa

televisi membawa perubahan-perubahan besar dalam kehidupan manusia. Perubahan

– perubahan tersebut dapat berupa:

1. Perubahan kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi.

Page 11: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

2. Perubahan afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini hubungannya dengan sikap, emosi atau nilai.

3. Perubahan behavioral , merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan dan kebiasaan perilaku.

2.3 Interpretasi Pesan Sosial

Interpretasi atau penafsiran merupakan proses komunikasi melalui lisan antara

dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama

baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal

sebagai interpretasi berurutan). Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses

penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya (Poespoprodjo, 1987:1).

Dalam menjalankan proses komunikasi bahkan dikehidupan sehari-hari

manusia tak lepas dari interpretasi. Banyak sekali hal-hal yang ada di dunia ini yang

masih belum jelas benar sehingga manusia harus berpikir untuk menafsirkan sesuatu

yang belum jelas tersebut. Setiap pikiran yang terjadi pada manusia merupakan

interpretasi (Poespoprodjo,1987:1). Sementara dalam buku Cultural and

Communication Studies John Fiske menyebutkan bahwa interpretasi berarti

memberikan makna atau semantik.

Sementara pesan berarti perintah, nasehat, permintaan, amanat yang

disampaikan lewat orang lain (KBBI). Pesan merupakan seperangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator (Effendy, 2005 :18). Pesan adalah apa

yang dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan juga bermakna seperangkat

verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber

tadi (Deddy mulyana, 2005:63). Sosial dalam istilah komunikasi merujuk pada

objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan sosialisme adalah suatu ideologi yang

berpokok pada prinsip pemilihan umum (Soekanto, 2005:14). Sosial juga bermakna :

having to do with human beings living together as a group in a situation that they have dealing with another

Page 12: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

“seluruh yang berkaitan dengan manusia yang hidup bersama sebagai satu kelompok dalm situasi dan kesepakatan tertentu” (Webster, 1983:1723)

Pesan merupakan komponen utama dalam Stand Up Comedy. Ketika seorang

Comic menyampaikan pesannya lewat komedi lalu kemudian selanjutnya masyarakat

yang menyaksikanlah yang kemudian memaknai setiap pesannya. Pesan yang

memenuhi syarat menurut Effendy dalam Liliwery (1997:20) adalah:

a. Pesan yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian komunikan.

b. Pesan yang menggunakan lambang-lambang itu berkaitan dengan pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan.

c. Pesan yang membangkitkaan kebutuhan pribadi komunikan serta menyarankan cara-cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

Perlu dipahami bahwa Stand Up Comedy seperti musik yang memang di

desain untuk menghibur namun bisa menjadi kritik sosial bagi orang tertentu (Pandji

Pragiwaksono : 2012). Indro “Warkop” selaku Ketua Umum Persatuan Artis dan

Seniman Komedi Indonesia (PAKSI) sebagai pelawak senior juga memiliki pendapat

terkait pesan dan kritik sosial dalam Stand Up Comedy ketika diwawancara dalam

film Comic 8, yang dikutip di situs berita online http:/m.tempo.co

“JAKARTA Jum’at (11 Oktober 2013) - menurut saya untuk menyampaikan pesan sosial yang baik kepada masyarakat, salah satu caranya adalah komedi satir. “ketika seseorang memiliki uneg-uneg , pikiran yang buntu pada suatu hal dan ingin meluapkan sesuatu. Hal tersebut dapat disampaikan lewat komedi.

Kritik melalui komedi merupakan cara lain dalam meluapkan perasaan tidak

setuju mengenai suatu hal dan juga menjadi jalan keluar untuk melakukan protes

diatas panggung tanpa perlu berdemonstrasi di lapangan ataupun didepan gedung

perkantoran. Kritik merupakan salah satu bentuk pesan sosial yang ingin disampaikan

Stand Up Comic dalam show mereka. Dalam mengkritik sebaiknya seorang Comic

jangan bersifat personal tetapi kritiklah tindakan atau kebijakannya (Pandji

Pragiwaksono , 2012:53).

Page 13: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Dalam penelitian ini pesan yang ingin disampaikan Comic kepada masyarakat

adalah pesan sosial yang tentunya berasal dari realitas kehidupan sehari-hari. Pesan

yang disampaikan berasal dari materi Stand Up Comedy oleh 8 Comic yang tampil

pada Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13. Comic mengajak penonton

untk melihat realita yang ada berdasarkan sudut pandang mereka dalam melihat

sesuatu. Pesan berupa kritik sosial, memiliki nilai moral, unsur pendidikan dan

nasionalisme adalah bagian yang sering menjadi materi Stand Up Comic.

Pesan sosial dapat ditangkap melalui interpretasi dari bit-bit yang disampaikan

lewat materi Stand Up Comedy 8 Comic dalam penampilan mereka. Dimana menurut

Schleimacher (dalam Chanafi, 1999:176), ada 4 faktor yang terdapat dalam

interpretasi yakni : (a) Bilding, yaitu pembentukan jalan pikiran; (b) Sensus

Cummonis, yaitu pertimbangan praktis yang baik; (c) Pertimbangan, yaitu

menggolongkan hal-hal yang khusus atas dasar pandangan tentang hal yang

universal; (d) selera, yaitu keseimbangan antara insting panca indera dengan

kebebasan intelektual.

2.4 Jenis-jenis Komedi

b. Komedi hitam (black comedy)

Komedi yang topic dan temanya berkaitan dengan kematian, penyiksaan

dan peperangan.

c. Blue comedy

Komedi yang topik dan temanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

vulgar seperti bagian-bagian tubuh tertentu, hal-hal yang jorok, gaya

bahasa yang kasar dan juga komedi jenis ini topiknya bersifat rasis.

d. Komedi watak (character comedy)

Komedi dimana seorang komedian memerankan karakter yang khas yang

berbeda dari karakter aslinya. Contoh : Mr. bean.

Page 14: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

e. Anekdot

Komedi dengan cerita atau kisah-kisah lucu yang diceritakan seseorang

atau komedian , entah itu kisah nyata atau kisah rekayasa. Genre ini

merupakan genre yang paling popular dalam sejarah komedi.

f. Blunder

Komedi dimana seorang comedian membuat suatu kesalahan-kesalahan

lucu yang membuat dirinya seperti orang bodoh.

g. Burlesque

Komedi jenis ini berupa sindiran-sindiran yang mditampilkan dalam

pertunjukan teater, namun dengan peraturan menggunakan gaya bahasa

khas pertunjukan teater.

h. Mockumentary

Komedi yang dikemas dalam bentuk film dokumenter. Contoh : Malam

minggu Miko di Kompas TV.

i. Parodi

Bentuk komedi dengan meniru suatu hal yang sudah ada sebelumnya

namun dengan kelucuan yang sifatnya menyindir. Contoh : Indonesia

Lawak Klub di Trans7.

j. Stand Up Comedy

Komedi monolog dari seorang comedian yang tampil didepan orang

banyak dan umumnya menyindir hal-hal yang biasa ditemui dikehidupan

sehari-hari.

k. Slapstick

Komedi berisi tingkah laku konyol dari seorang komedian , misalnya

dengan menjatuhkan diri atau mempermalukan diri sendiri. Tokoh

slapstick yang paling terkenal adalah Charlie Chaplin.

Page 15: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

l. Sitcom

Sitcom dikenal dengan komedi situasi simana komedi jenis ini

menggambarkan kehidupan sehari-hari dari sekelompok orang didalam

suatu lingkungan. Contoh : Bajaj Bajuri

2.5 Stand Up Comedy Metro TV

Stand Up Comedy bisa juga dikatakan sebagai penampilan monolog lucu yang

menceritakan fenomena sosial yang ada di lingkungan masyarakat dengan

mengambil sampel dari kehidupan sehari-hari lalu diceritakan kembali kepada

penonton.Stand Up Comedy merupakan komedi yang mengedepankan olah bahasa

(verbal) dalam menyampaikan pesannya dan diberbagai kondisi juga melibatkan

gerak tubuh (non verbal) guna mempertegas pesan yang ingin disampaikan.

Dalam buku Merdeka Dalam Bercanda karya Pandji pragiwaksono, terdapat

beberapa nama yang tidak dapat lepas dari budaya Stand Up Comedy di Indonesia,

diantaranya :

1. Warkop

Evolusi Stand Up Comedy di Indonesia berawal dari 3 orang

(dono, kasino, indro) yang memperkenalkan kepada rakyat Indonesia

komedi yang mengandalkan ucapan bukan gesture dan slapstick.

Memang susah untuk memberikan patokan bahwa mereka adalah

kelompok pertama yang memperkenalkan komedi dengan

mengandalkan ucapan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka

adalah salah satu legenda komedi terbaik di Indonesia .

2. Taufik Savalas

Alasannya serupa dengan Warkop meskipun Almarhum masuknya

ke Joke telling tetapi evolusi Stand Up Comedy juga berawalnya dari

sini. Almarhum Taufik Savalas merupakan comedian pertama yang

melakukan joke telling diatas panggung secara tunggal.

Page 16: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

3. Ramon Papana

Beliau adalah pendiri Canda Comedy Cafe sejak 1977 dimana ia

sudah menyediakan kafe tersebut sebagai tempat open mic . open mic

adalah sebuah acara untuk menampilkan para Comic pemula ataupun

Comic profesional yang mau mencoba hal baru.

4. Iwel-wel

Menekuni Stand Up Comedy sejak 1998 dan berhasil

berkesempatan untuk Stand Up di Televisi nasional pada tahun 2005

untuk acara “Bincang Bintang” di RCTI. Iwel merupakan orang

pertama yang benar-benar membawa Stand Up Comedy dan

penetrative pada kultur pop Indonesia.

5. Indra Yudhistira

Indra Yudhistira merupakan direktur dan programming Kompas

TV yang memiliki ide untuk menghadirkan acara televisi yang

meneruskan program Stand Up Comedy dimana sebelumya sudah

diselenggarakan program “Bincang-bintang”. Kompetisi Stand Up

comedy di Kompas TV juga menjadi perintis booming nya Stand Up

comedy di Indonesia.

6. Agus Mulyadi

Kontribusi Agus Mulyadi terhadap Stand Up comedy di Metro TV

bentuknya benar-benar show berbeda dengan Kompas TV yang

sifatnya pencarian bakat. Agus Mulyadi adalah manajer produksi dam

kreatif Metro TV yang sudah lama ingin membuat acara televisi Stand

Up Comedy yang akhirnya pada tahun 2011 acara tersebut terealisasi

dimana ditayangkannya program Stand Up comedy setiap hari kamis

pukul 22..30. Namun seiring berkembangnya Stand Up comedy di

Indonesia program Stand Up Comedy di Metro TV kian diminati

sehingga sampai dengan sekarang program komedi tunggal tersebut

Page 17: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

tayang 3 kali seminggu yakni setiap hari selasa, rabu, dan sabtu pukul

22.30.

7. Raditya Dika

Raditya Dika adalah seorang anak muda dengan pengaruh terbesar

dalam amosfer Stand Up comedy di Indonesia. Radit dengan cepat

menyebarkan Stand Up comedy secara luas lewat bukan hanya video-

video youtube miliknya melainkan video youtube lainnya yang

terdapat di http://youtube.com/standupcomedyindo.

Sampai dengan saat ini Stand Up Comedy Metro TV merupakan salah satu

program komedi unggulan yang menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat

Indonesia. Secara konsisten Stand Up Comedy Show tayang setiap hari selasa, rabu

dan sabtu pukul 22.30. Program Stand Up Comedy Metro TV telah memiliki fanbase

di twitter dengan nama account @standupmetrotv dan website resmi di

suc.metrotvnews.com.

2.5.1 Istilah-istilah dalam Stand Up Comedy

Dalam buku Kitab Suci Ramon Papana mengenai kiat awal belajar Stand Up

Comedy ada beberapa istilah yang wajib diketahui oleh seorang Comic, diantaranya :

1st Story : suatu keadaan atau bayangan (skenario) yang dibayangkan dalam pikiran penonton berdasarkan set up dari sebuah joke.

2st Story : suatu keadaan atau bayangan (skenario) yang dibayangkan dalam pikiran penonton berdasarkan punchline dari sebuah joke.

Act out : gerakan tubuh atau mimic muka yang dilakukan oleh seorang Comic dalam penampilannya membawakan/memperkuat joke.

Angle : pandangan seorang Comic terhadap subjek/tema.

Bit : adalah sebuah bagian dari Stand Up Comedy Show atau routine.

Callback : sebuah joke yang mengacu pada joke lain yang disajikan sebelumnya dalam penampilan. sering kali disajikan dalam konteks yang berbeda.

Page 18: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Character : kepribadian atau peran yang dimainkan Comic di atas panggung.

Comic : seseorang yang hidup dengan menjadi lucu lewat menceritakan lelucon (Stand Up Comic)

Hack : comic yang menampilkan jokes tidak orisinil (street jokes)

Headliner : comic yang tampil terakhir dan menjadi bintaang dalam sebuah pertunjukkan.

Line Up : daftar urutan Comic yang akan tampil.

Laugh per minutes : ukuran untuk menentukan berapa banyak tawa yang dihasilkan seorang Comic dalam setiap menit pertunjukkannya.

One Line : joke yang hanya terdiri dari 1 atau 2 kalimat. Ini juga sebutan untuk Comic yang berciri lebih banyak membawakan one liner.

Open Mic : sebuah acara untuk menampilkan para Comic pemula atau Comic profesional yang ingin mencoba bahan/materi baru.

Punchline: bagian lucu dari sebuah lelucon. Yang biasanya terdapat setelah set-up.Riffing : komentar bolak-balik dengan penonton yang spontan atau tidak disiapkan

terlebih dahulu.

Rule off three : bit yang disusun dalam 3 urutan kalimat. Kalimat pertama dan kedua adalah set up, kalimat ketiga merupakan punchline.

Set-Up : bagian penjelasan dari sebuah lelucon. Ini bagian dari cerita lucu namun bukan untuk ditertawakan melainkan bagian awal dari cerita lucu.

2.6 Semiotika Televisi

Dalam bahasa Yunani semiotika berarti tanda. Semiotika, yang biasanya

didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya

merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan

kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang

bermakna (Scholes, 1982: 9). Menurut Charles S. Pierce (1986: 4), makna semiotika

tidak lain adalah sebuah nama lain bagi logika. Sedangkan Ferdinand de Saussure

(1966: 16) mendefinisikan bahwa semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang

Page 19: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a

science that studies the life if signs within society).

Dalam pemahaman John Fiske (2007) , ada 3 bidang studi utama dalam

semiotika yaitu:

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian orang yang bisa menggunakannya.

2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung padapenggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

Berdasarkan beberapa sumber , penulis mengartikan bahwasanya Semiotika

erat kaitannya dengan makna dari sebuah tanda , kode atau lambang. Itu artinya

macam-macam teks, berita, tayangan, film, iklan, fiksi, puisi , maupun drama dapat di

teliti dengan menggunakan kajian semiotika. Berkaitan dengan permasalahan maupun

konteks dari penelitian ini maka penelitian ini akan dianalisis yakni interpretasi pesan

sosial dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro ke 13 berdasarkan television

code John Fiske. Adapun hal tersebut nantinya akan dianalisis sesuai dengan unit-unit

analisisnya.

2.6.1 Semiologi John Fiske (Television Code)

Berdasarkan Television Code yang dikemukakan oleh John Fiske , kode-kode

yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan sehingga

terbentuk sebuah makna. Peristiwa yang ditayangkan dalam televisi berdasarkan teori

John Fiske telah diencode melalui kode-kode sosial yang dibagi menjadi 3 level

yakni:

Page 20: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

1. Realitas (reality)Kode sosial yang termasuk adalah appearance (penampilan), dress (kostum), make up (riasan), environtment (lingkungan), behavior (kelakuan), speech (dialog), gesture (gerakan), expression (ekspresi), sound (suara).

2. Representasi (representation)Kode sosial yang termasuk adalah camera (camera), lighting (pencahayaan), editing (perevisian), music (music), sound (suara)

3. Ideologi (ideology)Kode sosial yang termasuk didalamnya adalah individualism (individualism), patriarki (patriarchy), ras (ras), kelas (class), materialisme (materialism), kapitalisme (capitalism).

Dalam bukunya Cultural and Communication Studies, John Fiske

mengemukakan bahwa ada dua mahzab dalam studi komunikasi yaitu dimana

komunikasi dilihat sebagai transmisi pesan dan melihat komunikasi sebagai produksi

dan pertukaran makna. Berkaitsn dengan penelitian ini , maka peneliti akan lebih

memfokuskan penelitian komunikasi dimana bahwa komunikasi dilihat sebagai

produksi dan pertukaran makna (perspektif semiotika).

Perspektif semiotika tersebut mengidentifikasi bagaimana pesan dianggap

sebagai konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan orang-orang disekitarnya

dapat menghasilkan makna. Yang menjadi tujuan dalam ini bukanlah kejelasan dari

sebuah pesan yang disampaikan melainkan signifikasi pesannya yang sering

meimbulkan kegagalan komunikasi disebabkan kesalahpahaman dimana dalam hal

ini adanya peran dari teks dan kebudayaan kita dalam proses menghasilkan sebuah

makna.

Studi semiotika tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-

hari tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda terbentuk. Bentuk-bentuk tanda

maksudnya berupa kata-kata, images (gambar), suara , gesture dan objek. Bila kita

mempelajari tanda , maka kita tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan yang

lainnya yang membentuk sebuah sistem. Jika disederhanakan maka semiotika

mempelajari sistem tanda yang membentuk sebuah makna. Sistem semiotika yang

Page 21: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

lebih penting lagi adalah digunakannya tanda-tanda ikonis yakni tanda-tanda yang

menggambarkan suatu makna (Sobur, 2004 :!28).

Berkaitan dengan permasalahan ataupun ruang lingkup dalam penelitian ini

maka nantinya dalam tayangan Stand Up Comedy di Metro TV , yang akan dianalisis

adalah bagaimana interpretasi pesan dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro

ke 13 berdasarkan television code John Fiske tersebut.

2.6.2 Kode-Kode Sosial dalam Stand Up Comedy Metro TV

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan level realitas, level representasi

dan level ideologi John Fiske (1978 :5 ) dengan kode-kode sebagai berikut :

1. Level realitas dengan kode :

a. Kostum (Dress)

Semua bentuk dan jenis pakaian yang dikenakan seseorang dapat

merepresentasikan penanda sosial (social sign) dari pemakai. Dimana

pakaian adalah bahasa diam yang dapat berkomunikasi melalui symbol-

simbol verbal.

b. Ekspresi (expression)

Ekspresi wajah dianggap hal yang murni yang dapat mengkomunikasikan

perasaan seperti ekspresi bahagia,sedih,takut,terkejut ,marah, jijik dan

minat berbeda dengan keadaan emosional lainnya ( malu,rasa

berdosa,bingung dan puas) yang bergantung pada interpretasi orang yang

melihat (Mulyana,2010 : 377). Memang sejatinya makna ekspresi wajah

sangat dipengaruhi oleh budaya dimana ekspresi wajah yang sama

kenyataannya dapat berbeda makna sesuai konteks komunikasinya yakni di

rumah, di tempat kerja, di pesta, di tempat pemakaman dan sebagainya.

Contohhnya : biasanya kita menunjukkan wajah yang sedih dalam acara

kematian tetangga kita bila ingin dianggap sopan dalam bertetangga.

Page 22: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Sementara orang lain berusaha menunjukkan kesedihannya dibalik

senyuman dan tawanya.

c. Prilaku (behaviour)

Perilaku merupakan sebuah tindakan seseorang. Dalam kode sosial ini,

peneliti akan melihat perilaku sejumlah karakter yang ditunjukkan oleh

Stand Up Comic.

d. Gaya berbicara (speech)

Gaya berbicara yang ditampilkan oleh Stand Up Comic merupakan hal

yang tak luput dari perhatian peneliti untuk mendeskripsikan hasil

penelitian terhadap tayangan Stand Up Comedy Show Metro TV. Yang

mana Stand Up Comic tidak hanya menyusun lelucon dengan diksi yang

tepat tetapi menggunakan gaya bicara yang mereka bawa dari budaya

maupun karakter yang memang sengaja diperankan oleh seorang Comic

diatas panggung (persona).

2. Level representasi dengan kode

a. Musik (music)

Jamalus (1988) berpendapat bahwa music merupakan hasil karya seni

bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi music yang mengungkapkan

pikiran dan perasaan penciptanya melalui irama, melodi, harmoni, bentuk,

struktur lagu dan ekspresi menjadi satu kesatuan.

b. Kerja kamera (camera movement)

Sebagai alat untuk menyajikan elemen visual kepada penonton teknik

pengambilan gambar memiliki tujuan serta mengandung makna pesan yang

ingin disampaikan. Adapun kompososi gambar yang membuat gambar

dapat menyampaikan pesan dengan sendirinya adalah framing

(pembingkaian gambar), illusion of depth (kedalaman dimensi gambar),

Page 23: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

dan colour (warna). Sementara itu ada beberapa teknik pengambilan

gambar berdasarkan besar-kecil subyek, antara lain:

1. Extreme Long Shot (ELS)Shot ini diambil jika ingin mengambil gambar yang sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. ELS biasanya digunakan untuk opening scene untuk membawa penonton mengenal lokasi cerita.

2. Very Long Shot (VLS)VLS merupakan tata bahasa gambar yang panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Teknik ini digunakan biasanya untuk pengambilan gambar adegan kolosal atau banyak objek misalnya adegan perang di pegunungan.

3. Medium Long Shot (MLS)Ukuran untuk shot ini ari ujung kepala hingga setengah kaki. Shot ini memiliki tujuan untukmemperkaya keindahan gambar yang disajikan ke mata penonton.

4. Long Shot (LS)Ukuran shot ini yakni dari ujung kepala hingga ujung kaki.

5. Medium Shot (MS)Ukuran dari shot ini adalah dari tangan hingga ke atas kepala. Shot ini bertujuan agar penonton dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari pemain.

6. Middle Close UpUkuran shot ini dari ujung kepala hingga perut. Dengan angle ini penonton masih dapat melihat latar belakang yang ada. Melalui shot ini penonton diajak untuk mengenal lebih dalam profil, bahasa tubuh, dan emosi pemeran tokoh tertentu.

7. Close Up (CU)Close Up menampilkan gambar penuh dari leher hingga ujung kepala. Melalui angle ini sebuah gambar dapat berbicaradengan sendiri kepada penonton. Emosi dan juga reaksi dari mimic wajah tergambar jelas.

8. Big Close Up (BCU)Komposisi gambar ini lebih dalam dibandingkan CU. Kedalaman pandangan mata, kebencian raut wajah, dan keharuan adalah ungkapan yang terwujud dari komposisi ini.

9. Extreme Close Up (ECU)Komposisi ini berfokus kepada satu objek saja. Misalnya hidung, mata, atau alis saja.

c. Konflik (conflict)

Tacquiri dalam bukunya (Newstorm) dan Davis (1992) mendefinisikan

Konflik sebagai warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam

Page 24: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan tidak

setuju,kontroversi dan pertentangan diantara dua pihak atau lebih secara

berkelanjutan. Konflik biasanya dilatar belakangi oleh cirri-ciri yang

dibawa individu dalam suatu interaksi. Konflik tidak selamanya

berkonotasi buruk, tetapi bisa juga menjadi sarana pembelajaran dalam

manajemen suatu kelompok atau organisasi serta menjadi sumber

pengalaman positif ( Stewart & Logan, 1993 :342).

d. Karakter (character)

Setiap manusia memiliki karakter yang terbentuk berdasarkan proses-

proses pertumbuhannya . terdapat 4 karakter utama yaitu Sanguin

(ekstrovert/ terbuka, pembicara, optimis), koleris (ekstrovert, pelaku,

optimis ), Plekmatis (introvert, pengamat, pesimis), melankolis (introvert,

pemikir, pesimis) (Littauer, 1996).

e. Latar (setting)

Setting yang ditampilkan dalam Stand Up Comedy adalah bagaimana

tampilan dari program Stand Up Comedy yang memiliki konsep pelawak

tunggal dengan atau tanpa menggunakan alat musik maupun atribut

didalamnya. Peneliti melihat setting yang diusung Stand Up Comedy

mampu menampilkan representasi komedi yang berbeda dimana selama ini

masyarakat Indonesia lebih sering disuguhkan komedi dengan gaya joke

telling dan slapstick seperti Warkop DKI, Srimulat, dan Opera Van Java.

f. Dialog (dialogue)

Dalam penelitian ini dialog merupakan percakapan antara Stand Up Comic

dengan penonton , dalam istilah Stand Up Comedy dikenal dengan riffing

yang berarti mengajak ngobrol penonton dan membuat sebuah kelucuan

dari dialog tersebut.

10. Level ideologi dengan kode

a. Individualisme

Page 25: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

individualisme pada Stand Up Comedy Metro Tv ditampakkan pada cara

pandang dari Stand Up Comic yang tampil dimana mereka menyampaikan

materi mereka berdasarkan pengalaman, pengamatan, kegelisahan yang

sifatnya pribadi. Stand Up Comic yang baik seharusnya memiliki dan

menyampaikan materinya secara original tanpa mengcopy paste materi

milik orang lain. Stand Up Comic dapat diartikan dengan kata lain sebagai

komedi tunggal dimana kepiawaian Comic dalam menyusun materi dan

diksi secara individu menjadi pembeda dengan comedian dan jenis komedi

lain seperti slapstick , parodi, ataupun joke telling.

b. Patriarki

patriarki ditampakkan dalam program Stand Up Comedy Metro Tv yang

mana keputusan untuk memilih materi mana yang akan dibawakan oleh

Comic berdasarkan pemikiran komik sendiri. Dan penonton pun juga

memiliki hak untuk tertawa dibagian-bagian tertentu .

c. Ras

Suku, Ras dan Antar golongan (SARA) merupakan salah satu hal yang

sangat sensitif dibicarakan oleh Comic dalam setiap penampilannya. Ada

beberapa Comic yang terang-terangan memojokkan ras atau golongan

tertentu namun kebanyakan Comic menyusun dan menyampaikan materi

yang mengandung ras dengan lebih berhati-hati karena adanya warning

mengenai SARA dari KPI yaitu P3SPS (pedoman perilaku penyiaran

standar program siaran) . Sebagai contoh Comic yang menjadikan cina

sebagai bahan tertawa adalah sesuatu yang wajar adalah seorang Ernest

Prakasa ini dikarenakan Ernest sendiri adalah keturunan cina.

d. Materialisme

Program Stand Up Comedy di Metro Tv telah banyak mendapatkan

perhatian yang luar biasa dari pemirsa. Dimana rating acara Stand Up

Comedy yang awalnya tidak terlalu berada diatas namun sekarang program

Stand Up Comedy menjadi salah satu hiburan yang paling ditunggu

Page 26: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

pemirsa. Contoh nyatanya dapat dilihat dari jumlah follower Stand Up

Comedy di Metro Tv yang mencapai 406.186 followers.

e. Kapitalisme

Program Stand Up Comedy mulai menunjukkan taringnya sejak akhir

tahun 2011 dimana berawal dari kegigihan 5 orang anak muda (Raditya

Dika, Ryan Adriandhy, Isman HS, dan Ernest Prakasa) untuk mengangkat

budaya Stand Up Comedy ke permukaan dengan menarik perhatian dari

anak muda melalui twitter dan youtube yang merupakan media yang paling

banyak digunakan oleh anak muda pada waktu itu hingga sekarang.

Semakin lama budaya Stand Up Comedy mulai merambah ke berbagai

wilayah di Indonesia mulai dari Aceh, Padang, Lampung, Samarinda,

Surabaya, bahkan Bengkulu. Ini menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat

terhadap genre komedi yang satu ini telah berkembang pesat dengan

banyaknya komunitas Stand Up Comedy di berbagai wilayah.

2.7 Model Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran digunakan sebagai arahan bagi penulis dalam melakukan

penelitian. Kerangka penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut :

Page 27: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Gambar 2.7

Sumber : olahan peneliti

Program komedi yang dihadirkan lewat media televisi sedikit banyaknya telah

menarik perhatian masyarakat untuk menyaksikan. Dimana melalui tayangan komedi

yang memiliki tujuan untuk menghibur menjadi salah satu alternatif untuk melepas

lelah dari berbagai akifitas yang dilakukan oleh seseorang. Namun berbeda dengan

konsep komedi seperti opera van java, srimulat, sketsa ataupun sitcom seperti bajai

bajuri, Stand Up Comedy menawarkan komedi dengan gaya lebih elegan karena

hanya dibawakan seorang diri dengan atau tanpa perlengkapan lain seperti alat musik,

boneka dan lainnya untuk menunjang penampilan Comic.

Ada muatan pesan yang terkandung dalam tayangan Stand Up Comedy yakni

pesan sosial dimana memang materi yang diangkat ke permukaan lewat Stand Up

Comedy merupakan realitas sosial. Nilai moral yang bisa berupa kritik kritik sosial,

nilai pendidikan, dan nilai budaya ikut menjadi bagian yang dekat dengan materi

Teori Semiologi Kode Televisi John Fiske :

1. Level Realitas (reality) Penampilan,

kostum,ekspresi,perilaku,gaya berbicara, gesture

2. Level Representasi Music, kamera,

pencahayaan, sound (suara), konflik ,karakter, latar dan dialog

3. Level ideologi (ideology) Individualism,

patriarki,ras,kelas, materialisme, kapitalisme

Interpretasi pesan sosial Stand Up

comedy edisi HUT metro Tv ke 13

Stand Up Comedy

Metro TV

Page 28: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Comic dalam Stand Up Comedy. Tentunya point of view penonton dalam menilai

pesan sosial berdasarkan materi yang dibawakan oleh Comic berbeda-beda.

Interpretasi pesan sosial tersebut dapat diamati melalui Television Code John Fiske

yang peneliti anggap tepat untuk menganalisis interpretasi pesan sosial yang terdapat

dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13. Seperti yang

dikemukakan oleh Sendjaja (dalam Bungin, 2007:259) bahwasanya teori komunikasi

interpretasi mengadopsi teori interaksi simbolik, teori hermenuetik, teori semiotika

dan teori simbol.

Page 29: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian secara

kualitatif, dimana menurut Jane Richie (dalam Moleong, 2004:6) penelitan

kualitatf merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya

dalam segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan manusia yang diteliti.

Sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moloeng, 2002:3) yang

menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Faisal

(1996:226) , mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran ataupun kasus peristiwa pada masa sekarang dan masa

yang akan datang. Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan objek

untuk mengetahui interpretasi seseorang dalam menangkap pesan sosial yang

terdapat dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13

melalui materi yang disampaikan oleh 8 Comic yang mengisi acara pada HUT

Metro TV tersebut.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah anggota Stand Up Indo Bengkulu

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling

merupakan teknik dengan cara menseleksi orang-orang atas dasar kriteria

tertentu yang dibuat oleh peneliti (Kriyantono,2007:154).

Page 30: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Kriteria-kriteria anggota Stand Up Indo Bengkulu yang akan

digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Umur 19 - 40 tahun

2. Anggota aktif Stand Up Indo Bengkulu

3. Sering melakukan Open Mic di kedai ajib dan radio Santana di

Bengkulu

4. Menonton tayangan Stand Up Comedy Show

Sedangkan objek pada penelitian adalah tayangan Stand Up Comedy

Show edisi HUT Metro TV ke 13.

3.3 Metode Pengumpulan data

Data kualitatif menurut (Sarwono dan Lubis, 2007:100) merupakan

data berbentuk teks, dokumen, foto, artefak, atau objek-objek lain yang

ditemukan di lapangan selama berlangsungnya penelitian. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara

observasi, wawancara dan pengumpulan data yang telah jadi ataupun diolah

pihak lain seperti buku, majalah, dan artikel Online.

Peneliti mengkategorikan sumber data dalam penelitian ini menjadi

dua, yakni : (1) metode pengumpulan data primer, yakni data yang didapat

dari hasil pengamatan dan sumber-sumber langsung (informan) ; (2) metode

pengumpulan data sekunder , yakni data yang diambil dari data yang tersaji

dalam bentuk olahan.

3.3.1 Data Primer

1. Observasi, dilakukan untuk melihat sekaligus mengamati secara langsung

mengenai subjek dan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

dilakukan orientasi lapangan sejak 29 Oktober 2013 dengan ikut bergabung

dengan komunitas Stand Up Indo Bengkulu di basecamp mereka yang

bertempat di Radio Santana FM JL. KH. Ahmad Dahlan No.5 Kebun Ros

Page 31: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Bengkulu sebagai lokasi penelitian. Survey ini dilakukan untuk

memperoleh data awal sebelum melakukan penelitian. Metode

pengumpulan data melalui observasi bisa dimasukkan sebagai kegiatan

pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat sebagai berikut (Nazir,

1985 :234) :

a. Observasi digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara

sistematis

b. Observasi harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.

c. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan

dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan

sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian

d. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan

realitasnya.

2. Wawancara , dilakukan dengan cara sistematik berlandaskan pedoman

wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban terkait untuk

mendapatkan data lebih dalam mengenai bahasan penelitian yang dapat

memeperkuat data dalam penelitian ini.

3.3.2 Data Sekunder

1. Kepustakaan, yakni dapat berupa buku, literatur-literatur, artikel-artikel

yang berasal dari internet.

2. Dokumentasi, adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan

dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi, kuisioner

atau wawancara ada baiknnya dilengkapi dengan dokumentasi. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung analisis dan

interpretasi data. Dokumentasi hasil wawancara melalui alat perekam

audio dan kamera digital.

Page 32: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Strauss dan Corbin (2003:4) pendekatan kualitatif adalah

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik dan bentuk hitungan-hitungan lainnya , tetapi dengan contoh berupa

penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang disamping juga

tentang peranan organisasi, pergerakan sosial dan hubungan timbale balik.

Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan narasi-

narasi baik yang didapatkan dari wawancara mendalam maupun berdasarkan

observasi di lokasi penelitian. Keseluruhan data yang diperoleh peneliti akan

dianalisis melalui beberapa tahap yaitu :

1. membuat kerangka berpikir untuk mempermudah arah penelitian.

2. melakukan proses pengumpulan data penelitian yaitu interpretasi

anggota Stand Up Indo Bengkulu dalam menangkap pesan sosial

dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13.

3. Menganalisis data yang telah diperoleh dan terkumpul

4. Membuat pemaparan dan kesimpulan hasil yang diperoleh

3.5 Uji Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu untuk melakukan pengecekan dan dapat digunakan sebagai

pembanding data merupakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

Menurut Patton (dalam Moleong, 1989:195) triangulasi sumber adalah

membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai

dengan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

Page 33: Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg

Daftar Pertanyaan

1. Apakah Arti Stand Up Comedy menurut anda ?\2. Apa yang membedakan Stand Up Comedy dengan komedi lainnya di

Televisi ?3. Indro warkop pernah menyebutkan bahwa Stand Up Comedy adalah

lawakan yang cerdas karena dibutuhkan analisis dan pemikiran didalamnya. Apakah anda setuju ?

4. Seberapa paham anda mengenai teknik dalam Stand Up Comedy ?5. Apakah anda mengetahui semua istilah yang terdapat dalam Stand Up

Comedy ?6. Apakah memang setiap penampilan Comic harus memiliki pesan

sosial didalamnya ?7. Seberapa sering anda menyaksikan tayangan Stand Up Comedy Show

di Metro TV ?8. Setelah menyaksikan video tayangan Stand Up Comedy Show edisi

HUT Metro Tv ke 13 , adakah pesan sosial yang anda temukan ?9. Di bit dan Comic manakah yang menurut anda mengandung pesan

sosial ?10. Pesan sosial pasti berkaitan dengan kehidupan sosial kita sehari-hari.

unsur apakah yang terkandung didalam pesan sosial yang disampaikan Comic tersebut ? pendidikan, budaya atau moral kah ?

11. Hal apa yang membuat anda beranggapan bahwa bit yang anda sebutkan tadi memiliki pesan sosial ?

12. Apakah memang setiap penampilannya Comic diwajibkan untuk menyelipkan pesan sosial dalam materi Stand Up nya ?

13. Apakah pesan sosial yang disampaikan itu dapat diterima bahkan mengubah pola pikir anda ?

14. Hal positif apa yang anda rasakan setelah menyaksikan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13 ?

15. Diantara 8 Comic yang tampil, menurut anda Comic mana yang paling banyak menghadirkan pesan sosial dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro Tv ke 13 ?