Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg
-
Upload
shellabayu -
Category
Documents
-
view
424 -
download
7
description
Transcript of Skripsi - Interpretasi 123 Jg Lg
PROPOSAL PENELITIAN
INTERPRETASI PESAN SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY SHOW
EDISI HUT METRO TV KE 13
(Studi kasus Komunitas Stand Up Indo Bengkulu)
Oleh :
AYU BISMA PUTRI
D1E010114
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media televisi merupakan sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi
pola pikir masyarakat dengan audio visualnya yang mampu menyempurnakan
kepuasan masyarakat akan media. Effendy (2000:60) menyebutkan bahwa kelebihan
televisi yakni kemampuannya dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia baik
hiburan, informasi maupun pendidikan sangat memuaskan. Bahkan masing-masing
stasiun televisi secara tidak langsung telah membuat image tersendiri bahwa stasiun
televisinya tersebut adalah stasiun televisi khusus hiburan, pendidikan atau lebih
mengutamakan berita dibandingkan hiburan seperti Metro TV.
Namun bukan berarti Metro TV secara keseluruhan menyuguhkan berita ,
Metro TV juga menghadirkan acara non berita yang layak baik bersifat edukatif
maupun hiburan. Salah satu acara hiburan yang 2 tahun terakhir popular di Indonesia
adalah Stand Up Comedy Show yang ditayangkan Metro TV. Di tengah deretan acara
komedi di Indonesia Stand Up Comedy Show mengusung konsep berbeda dengan
Warkop DKI, Srimulat bahkan Opera Van Java yang menampilkan gaya berkomedi
dengan menyusun alur cerita secara struktural dimana menampilkan karakter dan
situasi tertentu dalam bentuk drama atau teater.
Dalam buku Merdeka dalam Bercanda, Pandji Pragiwaksosno menyebutkan
Stand Up Comedy adalah genre didalam komedi yang dilakukan oleh satu orang
diatas panggung dengan melakukan monolog yang lucu dan memberikan
pengamatan, pendapat ataupun pengalaman pribadinya lewat diksi dan ekspresi yang
memancing tawa penonton. Dari sudut pandang Stand Up Comic Senior Ramon
Papana dalam buku Kitab Suci Stand Up Comedy , Guyonan yang dilontarkan Comic
tidak semata menghibur tetapi juga menyisipkan semacam bentuk keprihatinan atau
kritikan sosial. Dalam Stand Up Comedy , feedback dari penonton berlangsung cepat
dan menjadi bagian penting bagi aksi seorang Comic.
Keterampilan seorang Comic dalam Stand Up Comedy juga menjadi point
dimana seorang Comic tidak dituntut hanya tampil diatas panggung tetapi juga
bertindak sebagai penulis naskah, editor, promotor, produser, bahkan teknisi
panggung dalam aksinya tersebut. Stand Up Comedy adalah komedi yang
membutuhkan analisis dan pemikiran dimana terdapat teknik didalam konten Stand
Up Comedy itu sendiri seperti callback, rule of three, impersonation, act out dan
riffing.
Tayangan Stand Up Comedy Show Edisi HUT Metro TV yang ke 13 tanggal
23 November 2013 menghadirkan 8 Comic yakni Awwe, Mongol, Jui Purwoto,
Bintang Bête, Cak Lontong, Sammy , Acho, dan Mudy Taylor untuk tampil dalam
Stand Up Comedy Show dengan gaya dan materi yang berbeda berdasarkan karakter
atau persona yang mereka punya. Mereka adalah 8 Comic yang namanya mulai
menjadi idola baru di Indonesia. Dalam setiap penampilannya 8 Comic ini selalu
menghadirkan pesan sosial dalam materi yang dibawakan meskipun hanya 1 sampai 2
bit.
Salah satu contoh pesan sosial yang berbentuk kritik sosial disampaikan
Sammy (Ketua Stand Up Comedy Indonesia) pada edisi HUT Metro TV yang ke 13,
dia mengatakan “gua kemaren datang kerumah teman gua dan gua dikasih martabak.
gua gak makan karena gua cium bau jigong. Kebetulan temen gua politisi. Dia
kebiasaan makan martabak gak di gigit tapi dijilat. kebiasaan menjilat atasan”.
Maksud dari bit tersebut adalah sindiran bagi politisi yang suka menjilat atasannya.
Menjilat bermakna sarkasme dimana berarti seseorang rela berbuat apa saja demi
menjaga nama baiknya dan apa yang dia tunjukkan hanya demi terlihat baik didepan
orang lain bahkan atasannya.
Dengan konten yang identik dengan pesan sosial , Stand Up Comic tidak
boleh sembarangan dalam menyampaikan leluconnya. Seperti program Televisi
lainnya, Stand Up Comedy Show Metro TV pun tidak lepas dari pengawasan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). KPI telah memberikan rambu-rambu melalui Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standard Program Siaran (P3SPS) yang mana KPI melarang
penyiaran mengenai SARA ( Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) , bermuatan
seks dan kekerasan. Pada kenyataannya ada beberapa Comic yang penampilannya di
program Stand Up Comedy Show harus mendapat sensor ataupun teguran jika
mengeluarkan lelucon yang bermuatan SARA, seks dan kekerasan meskipun
didalamnya terdapat pesan sosial.
Berdasarkan UU NO.32 tentang penyiaran dalam pasal 36 adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan mengenai SARA yakni point 4,5 dan 6 sebagai berikut :
4. isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan golongan tertentu,
5. isi siaran dilarang a. bersifat fitnah,menghasut,menyesatkan atau bohongb. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang c. mempertentangkan suku, agama, ras adan antar golongan
6. isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional.
Penonton mempunyai peran dalam Stand Up Comedy dimana mereka
berpengaruh besar dalam mensukseskan penampilan Comic diatas panggung lewat
feedback berupa gelak tawa dan pesan yang diterima oleh penonton. Penonton
tidak hanya dibuat tertawa tapi dibeberapa kondisi diajak untuk sadar mengenai hal
yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Komedi pun bisa dikatakan sebagai jalan
keluar bagi seorang Comic untuk melakukan protes (Pandji Pragiwaksono: 2012:4).
Barker pun setuju mengatakan bahwa penonton adalah pencipta kreatif
makna dalam kaitannya dengan televisi yang berlaku juga untuk media lain
(mereka tidak sekedar menerima makna-makna tekstual) dan mereka
melakukannya berdasarkan kompetensi kultural yang dimiliki sebelumnya yang
dibangun dalam konteks bahasa dan relasi sosial (Barker : 2008:286). Berdasarkan
uraian diatas maka pada penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan studi
semiologi John Fiske untuk menganalisa kode-kode televisi terhadap Interpretasi
Pesan sosial dalam Stand Up Comedy Show edisi Hut Metro TV ke 13.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa pokok permasalahan yang berhasil diidentifikasi maka
perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja pesan sosial dalam tayangan Stand Up Comedy edisi HUT Metro
TV ke 13 ?
2. Bagaimana interpretasi penggemar Stand Up Comedy yang menyaksikan
tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV Ke 13 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pesan sosial apa saja yang terdapat dalam tayangan
Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV Ke 13
2. Untuk mendeskipsikan interpretasi penggemar Stand Up Comedy tentang
pesan sosial yang terdapat dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT
Metro TV ke 13
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan bahkan
menambah wawasan bagi praktisi komunikasi pada jenis penelitian semiotika, pada
umumnya agar dapat diaplikasikan dalam perkembangan ilmu komunikasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Dapat menjadi pedoman bagi Stand Up Comic ataupun masyarakat untuk
mengetahui interpretasi pesan sosial yang terdapat dalam Stand Up Comedy.
b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Stand Up Comic Indonesia terkait isi
materi Stand Up Comedy yang akan disampaikan dikemudian hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian skripsi yang dilakukan oleh Eka Vuspa Sari mahasiswa ilmu
komunikasi Unversitas Bengkulu dengan judul Interpretasi Anak tentang Pesan Moral
Dalam Film Animasi Kartun Spongebob Squarepants( studi Kasis Siswa/I kelas 4 SD
Negeri 1 Kota Bengkulu)dijelaskan bahwasanya penelitian ini juga menganalisis
interpretasi anak berdasarkan 4 faktor menurut Schleiermacher (dalam
Chanafi,1999:176) yakni bilding , sensus Cummonis , pertimbangan dan selera. Dan
juga melibatkan analisis semiotika televisi John Fiske yang memasukkan kode-kode
sosial ke dalam 3 level yaitu level realitas (reality) ,representasi (representation), dan
level ideologi (ideology).
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah film animasi kartun
Spongebob Squarepants episode Where’s Gary tidak hanya menampilkan pesan
moral yang baik dimana tentang penyesalan dan permintaan maaf, tolong-menolong,
persahabatan dan kesetiakawanan . Namun film animasi kartun Spongebob
Squarepants episode Where’s Gary menampilkan pesan moral yang buruk dimana
adanya penyajian perilaku antisocial yang kapasitasnya terlalu banyak dihadirkan
dalam suatu film yang diperuntukkan bagi anak-anak dan tentunya akan
mempengaruhi perkembangan moral anak-anak yang menyaksikan baik dalam sikap
dan perilaku mereka nantinya.
Inilah hal yang berbeda antara penelitian yang sekarang dilakukan oleh
peneliti. Secara konseptual, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka Vuspa Sari
menjelaskan tentang interpretasi anak tentang pesan moral dalam film animasi kartun
sementara penelitian kali ini mengenai tayangan televisi dengan konten komedi
dengan genre yang tergolong baru di Indonesia yaitu Stand Up Comedy.
Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti melakukan analisa mengenai
interpretasi pesan sosial dalam Stand Up Comedy edisi HUT Metro TV ke 13 (Studi
pada Television Code John Fiske).
2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Menurut Jay Black dan Frederick C.Whitney (1988) disebutkan bahwa
komunikasi massa adalah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal
dan tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan
heterogen. Televisi sebagai media komunikasi massa dengan sifat yang istimewa
mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik, sound effect dan
gambar. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena
lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Bahkan media massa
mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin:
2007).
Sampai saat ini televisi merupakan media yang paling banyak dikonsumsi
oleh masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Televisi tidak lagi dianggap
sebagai barang mewah, ini pun disepakati oleh pernyataan Gebner dan Colly dalam
Andrias (2005:35) bahwa untuk menonton televisi tidak dibutuhkan mobilitas,
dimana hampir semua rumah tangga memiliki televisi dan tersedia kapan saja
Televisi telah memberikan pengaruh besar pada kehidupan masyarakat yakni
televisi banyak menarik simpati dari kalangan masyarakat luas (Darwanto : 2007).
Sebagai media komunikasi massa Yoseph R. Dominick mengklasifikasikan fungsi
komunikasi masa menjadi 5 (Effendi, 2003:29), yaitu :
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi dibagi dalam :
a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan)
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan,
meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinka n,
tayangan inflasi atau adanya serangan militer.
b. Instrumental Surveillance (pengawasan instrumental)
Fungsi pengawasan instrumental adalah menyampaikan
atau menyebarkan informasi yangmempunyai kegunaan
atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Interpretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan.
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga
memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau
pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih
lanjut dalam komunikasi antarpersona atau kelompok.
3. Linkage (keterkaitan)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam, sehingga membentuk linkage berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of values (penyebaran nilai)
Fungsi ini disebuty juga socialization ( sosialisasi). Sosialisasi
mengacu pada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan
nilai kelompok.
5. Entertainment ( hiburan)
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya hampir
semua media menjalankan fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran
khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau
melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran
khalayak segar kembali.
Pada tujuan akhir dari penelitian interpretasi pesan sosial dalam Stand Up
Comedy edisi HUT Metro TV ke 13 (Studi pada Television Code John Fiske). Namun
selain merujuk pada Television Code John Fiske, peneliti juga mempertimbangkan
dan mengambil masukan terkait fungsi komunikasi massa berdasarkan apa yang
dijabarkan oleh Dominick tersebut diatas.
2.2.1 Kekuatan Televisi
Pesatnya perkembangan pertelevisian di Indonesia tidak lepas dari antusiasme
masyarakat itu sendiri dalam menerima kehadiran stasiun-stasiun televisi terlebih
televisi swasta yang memilik makna tersendiri bagi pemirsa. Bahkan Don De Lilo,
seperti dikutip Garin Nugroho dalam bukunya Hiburan dan Kekuasaan (1995)
menuliskan, untuk sebagian orang hanya ada dua tempat terpenting di dunia yakni
tempat dimana dia hidup dan tempat dimana televisi diletakkan. yang lain.
Dengan dihadirkannya beragam program acara seperti berita, talk show, mini
show, musik, sinetron, dan komedi hal ini menjadikan televisi sebagai salah satu
sarana hiburan yang diminati. Hal ini juga dipengaruhi oleh daya tarik televisi itu
sendiri dimana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga terhanyut dalam
keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan televisi ( Effendy,2004 : 122 ).
Sementara itu Chafee (dalam Rakhmat, 2001:218-219) mengatakan bahwa
televisi membawa perubahan-perubahan besar dalam kehidupan manusia. Perubahan
– perubahan tersebut dapat berupa:
1. Perubahan kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi.
2. Perubahan afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini hubungannya dengan sikap, emosi atau nilai.
3. Perubahan behavioral , merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan dan kebiasaan perilaku.
2.3 Interpretasi Pesan Sosial
Interpretasi atau penafsiran merupakan proses komunikasi melalui lisan antara
dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama
baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal
sebagai interpretasi berurutan). Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses
penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya (Poespoprodjo, 1987:1).
Dalam menjalankan proses komunikasi bahkan dikehidupan sehari-hari
manusia tak lepas dari interpretasi. Banyak sekali hal-hal yang ada di dunia ini yang
masih belum jelas benar sehingga manusia harus berpikir untuk menafsirkan sesuatu
yang belum jelas tersebut. Setiap pikiran yang terjadi pada manusia merupakan
interpretasi (Poespoprodjo,1987:1). Sementara dalam buku Cultural and
Communication Studies John Fiske menyebutkan bahwa interpretasi berarti
memberikan makna atau semantik.
Sementara pesan berarti perintah, nasehat, permintaan, amanat yang
disampaikan lewat orang lain (KBBI). Pesan merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator (Effendy, 2005 :18). Pesan adalah apa
yang dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan juga bermakna seperangkat
verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber
tadi (Deddy mulyana, 2005:63). Sosial dalam istilah komunikasi merujuk pada
objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan sosialisme adalah suatu ideologi yang
berpokok pada prinsip pemilihan umum (Soekanto, 2005:14). Sosial juga bermakna :
having to do with human beings living together as a group in a situation that they have dealing with another
“seluruh yang berkaitan dengan manusia yang hidup bersama sebagai satu kelompok dalm situasi dan kesepakatan tertentu” (Webster, 1983:1723)
Pesan merupakan komponen utama dalam Stand Up Comedy. Ketika seorang
Comic menyampaikan pesannya lewat komedi lalu kemudian selanjutnya masyarakat
yang menyaksikanlah yang kemudian memaknai setiap pesannya. Pesan yang
memenuhi syarat menurut Effendy dalam Liliwery (1997:20) adalah:
a. Pesan yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian komunikan.
b. Pesan yang menggunakan lambang-lambang itu berkaitan dengan pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan.
c. Pesan yang membangkitkaan kebutuhan pribadi komunikan serta menyarankan cara-cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Perlu dipahami bahwa Stand Up Comedy seperti musik yang memang di
desain untuk menghibur namun bisa menjadi kritik sosial bagi orang tertentu (Pandji
Pragiwaksono : 2012). Indro “Warkop” selaku Ketua Umum Persatuan Artis dan
Seniman Komedi Indonesia (PAKSI) sebagai pelawak senior juga memiliki pendapat
terkait pesan dan kritik sosial dalam Stand Up Comedy ketika diwawancara dalam
film Comic 8, yang dikutip di situs berita online http:/m.tempo.co
“JAKARTA Jum’at (11 Oktober 2013) - menurut saya untuk menyampaikan pesan sosial yang baik kepada masyarakat, salah satu caranya adalah komedi satir. “ketika seseorang memiliki uneg-uneg , pikiran yang buntu pada suatu hal dan ingin meluapkan sesuatu. Hal tersebut dapat disampaikan lewat komedi.
Kritik melalui komedi merupakan cara lain dalam meluapkan perasaan tidak
setuju mengenai suatu hal dan juga menjadi jalan keluar untuk melakukan protes
diatas panggung tanpa perlu berdemonstrasi di lapangan ataupun didepan gedung
perkantoran. Kritik merupakan salah satu bentuk pesan sosial yang ingin disampaikan
Stand Up Comic dalam show mereka. Dalam mengkritik sebaiknya seorang Comic
jangan bersifat personal tetapi kritiklah tindakan atau kebijakannya (Pandji
Pragiwaksono , 2012:53).
Dalam penelitian ini pesan yang ingin disampaikan Comic kepada masyarakat
adalah pesan sosial yang tentunya berasal dari realitas kehidupan sehari-hari. Pesan
yang disampaikan berasal dari materi Stand Up Comedy oleh 8 Comic yang tampil
pada Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13. Comic mengajak penonton
untk melihat realita yang ada berdasarkan sudut pandang mereka dalam melihat
sesuatu. Pesan berupa kritik sosial, memiliki nilai moral, unsur pendidikan dan
nasionalisme adalah bagian yang sering menjadi materi Stand Up Comic.
Pesan sosial dapat ditangkap melalui interpretasi dari bit-bit yang disampaikan
lewat materi Stand Up Comedy 8 Comic dalam penampilan mereka. Dimana menurut
Schleimacher (dalam Chanafi, 1999:176), ada 4 faktor yang terdapat dalam
interpretasi yakni : (a) Bilding, yaitu pembentukan jalan pikiran; (b) Sensus
Cummonis, yaitu pertimbangan praktis yang baik; (c) Pertimbangan, yaitu
menggolongkan hal-hal yang khusus atas dasar pandangan tentang hal yang
universal; (d) selera, yaitu keseimbangan antara insting panca indera dengan
kebebasan intelektual.
2.4 Jenis-jenis Komedi
b. Komedi hitam (black comedy)
Komedi yang topic dan temanya berkaitan dengan kematian, penyiksaan
dan peperangan.
c. Blue comedy
Komedi yang topik dan temanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
vulgar seperti bagian-bagian tubuh tertentu, hal-hal yang jorok, gaya
bahasa yang kasar dan juga komedi jenis ini topiknya bersifat rasis.
d. Komedi watak (character comedy)
Komedi dimana seorang komedian memerankan karakter yang khas yang
berbeda dari karakter aslinya. Contoh : Mr. bean.
e. Anekdot
Komedi dengan cerita atau kisah-kisah lucu yang diceritakan seseorang
atau komedian , entah itu kisah nyata atau kisah rekayasa. Genre ini
merupakan genre yang paling popular dalam sejarah komedi.
f. Blunder
Komedi dimana seorang comedian membuat suatu kesalahan-kesalahan
lucu yang membuat dirinya seperti orang bodoh.
g. Burlesque
Komedi jenis ini berupa sindiran-sindiran yang mditampilkan dalam
pertunjukan teater, namun dengan peraturan menggunakan gaya bahasa
khas pertunjukan teater.
h. Mockumentary
Komedi yang dikemas dalam bentuk film dokumenter. Contoh : Malam
minggu Miko di Kompas TV.
i. Parodi
Bentuk komedi dengan meniru suatu hal yang sudah ada sebelumnya
namun dengan kelucuan yang sifatnya menyindir. Contoh : Indonesia
Lawak Klub di Trans7.
j. Stand Up Comedy
Komedi monolog dari seorang comedian yang tampil didepan orang
banyak dan umumnya menyindir hal-hal yang biasa ditemui dikehidupan
sehari-hari.
k. Slapstick
Komedi berisi tingkah laku konyol dari seorang komedian , misalnya
dengan menjatuhkan diri atau mempermalukan diri sendiri. Tokoh
slapstick yang paling terkenal adalah Charlie Chaplin.
l. Sitcom
Sitcom dikenal dengan komedi situasi simana komedi jenis ini
menggambarkan kehidupan sehari-hari dari sekelompok orang didalam
suatu lingkungan. Contoh : Bajaj Bajuri
2.5 Stand Up Comedy Metro TV
Stand Up Comedy bisa juga dikatakan sebagai penampilan monolog lucu yang
menceritakan fenomena sosial yang ada di lingkungan masyarakat dengan
mengambil sampel dari kehidupan sehari-hari lalu diceritakan kembali kepada
penonton.Stand Up Comedy merupakan komedi yang mengedepankan olah bahasa
(verbal) dalam menyampaikan pesannya dan diberbagai kondisi juga melibatkan
gerak tubuh (non verbal) guna mempertegas pesan yang ingin disampaikan.
Dalam buku Merdeka Dalam Bercanda karya Pandji pragiwaksono, terdapat
beberapa nama yang tidak dapat lepas dari budaya Stand Up Comedy di Indonesia,
diantaranya :
1. Warkop
Evolusi Stand Up Comedy di Indonesia berawal dari 3 orang
(dono, kasino, indro) yang memperkenalkan kepada rakyat Indonesia
komedi yang mengandalkan ucapan bukan gesture dan slapstick.
Memang susah untuk memberikan patokan bahwa mereka adalah
kelompok pertama yang memperkenalkan komedi dengan
mengandalkan ucapan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka
adalah salah satu legenda komedi terbaik di Indonesia .
2. Taufik Savalas
Alasannya serupa dengan Warkop meskipun Almarhum masuknya
ke Joke telling tetapi evolusi Stand Up Comedy juga berawalnya dari
sini. Almarhum Taufik Savalas merupakan comedian pertama yang
melakukan joke telling diatas panggung secara tunggal.
3. Ramon Papana
Beliau adalah pendiri Canda Comedy Cafe sejak 1977 dimana ia
sudah menyediakan kafe tersebut sebagai tempat open mic . open mic
adalah sebuah acara untuk menampilkan para Comic pemula ataupun
Comic profesional yang mau mencoba hal baru.
4. Iwel-wel
Menekuni Stand Up Comedy sejak 1998 dan berhasil
berkesempatan untuk Stand Up di Televisi nasional pada tahun 2005
untuk acara “Bincang Bintang” di RCTI. Iwel merupakan orang
pertama yang benar-benar membawa Stand Up Comedy dan
penetrative pada kultur pop Indonesia.
5. Indra Yudhistira
Indra Yudhistira merupakan direktur dan programming Kompas
TV yang memiliki ide untuk menghadirkan acara televisi yang
meneruskan program Stand Up Comedy dimana sebelumya sudah
diselenggarakan program “Bincang-bintang”. Kompetisi Stand Up
comedy di Kompas TV juga menjadi perintis booming nya Stand Up
comedy di Indonesia.
6. Agus Mulyadi
Kontribusi Agus Mulyadi terhadap Stand Up comedy di Metro TV
bentuknya benar-benar show berbeda dengan Kompas TV yang
sifatnya pencarian bakat. Agus Mulyadi adalah manajer produksi dam
kreatif Metro TV yang sudah lama ingin membuat acara televisi Stand
Up Comedy yang akhirnya pada tahun 2011 acara tersebut terealisasi
dimana ditayangkannya program Stand Up comedy setiap hari kamis
pukul 22..30. Namun seiring berkembangnya Stand Up comedy di
Indonesia program Stand Up Comedy di Metro TV kian diminati
sehingga sampai dengan sekarang program komedi tunggal tersebut
tayang 3 kali seminggu yakni setiap hari selasa, rabu, dan sabtu pukul
22.30.
7. Raditya Dika
Raditya Dika adalah seorang anak muda dengan pengaruh terbesar
dalam amosfer Stand Up comedy di Indonesia. Radit dengan cepat
menyebarkan Stand Up comedy secara luas lewat bukan hanya video-
video youtube miliknya melainkan video youtube lainnya yang
terdapat di http://youtube.com/standupcomedyindo.
Sampai dengan saat ini Stand Up Comedy Metro TV merupakan salah satu
program komedi unggulan yang menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat
Indonesia. Secara konsisten Stand Up Comedy Show tayang setiap hari selasa, rabu
dan sabtu pukul 22.30. Program Stand Up Comedy Metro TV telah memiliki fanbase
di twitter dengan nama account @standupmetrotv dan website resmi di
suc.metrotvnews.com.
2.5.1 Istilah-istilah dalam Stand Up Comedy
Dalam buku Kitab Suci Ramon Papana mengenai kiat awal belajar Stand Up
Comedy ada beberapa istilah yang wajib diketahui oleh seorang Comic, diantaranya :
1st Story : suatu keadaan atau bayangan (skenario) yang dibayangkan dalam pikiran penonton berdasarkan set up dari sebuah joke.
2st Story : suatu keadaan atau bayangan (skenario) yang dibayangkan dalam pikiran penonton berdasarkan punchline dari sebuah joke.
Act out : gerakan tubuh atau mimic muka yang dilakukan oleh seorang Comic dalam penampilannya membawakan/memperkuat joke.
Angle : pandangan seorang Comic terhadap subjek/tema.
Bit : adalah sebuah bagian dari Stand Up Comedy Show atau routine.
Callback : sebuah joke yang mengacu pada joke lain yang disajikan sebelumnya dalam penampilan. sering kali disajikan dalam konteks yang berbeda.
Character : kepribadian atau peran yang dimainkan Comic di atas panggung.
Comic : seseorang yang hidup dengan menjadi lucu lewat menceritakan lelucon (Stand Up Comic)
Hack : comic yang menampilkan jokes tidak orisinil (street jokes)
Headliner : comic yang tampil terakhir dan menjadi bintaang dalam sebuah pertunjukkan.
Line Up : daftar urutan Comic yang akan tampil.
Laugh per minutes : ukuran untuk menentukan berapa banyak tawa yang dihasilkan seorang Comic dalam setiap menit pertunjukkannya.
One Line : joke yang hanya terdiri dari 1 atau 2 kalimat. Ini juga sebutan untuk Comic yang berciri lebih banyak membawakan one liner.
Open Mic : sebuah acara untuk menampilkan para Comic pemula atau Comic profesional yang ingin mencoba bahan/materi baru.
Punchline: bagian lucu dari sebuah lelucon. Yang biasanya terdapat setelah set-up.Riffing : komentar bolak-balik dengan penonton yang spontan atau tidak disiapkan
terlebih dahulu.
Rule off three : bit yang disusun dalam 3 urutan kalimat. Kalimat pertama dan kedua adalah set up, kalimat ketiga merupakan punchline.
Set-Up : bagian penjelasan dari sebuah lelucon. Ini bagian dari cerita lucu namun bukan untuk ditertawakan melainkan bagian awal dari cerita lucu.
2.6 Semiotika Televisi
Dalam bahasa Yunani semiotika berarti tanda. Semiotika, yang biasanya
didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya
merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan
kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang
bermakna (Scholes, 1982: 9). Menurut Charles S. Pierce (1986: 4), makna semiotika
tidak lain adalah sebuah nama lain bagi logika. Sedangkan Ferdinand de Saussure
(1966: 16) mendefinisikan bahwa semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang
tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a
science that studies the life if signs within society).
Dalam pemahaman John Fiske (2007) , ada 3 bidang studi utama dalam
semiotika yaitu:
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian orang yang bisa menggunakannya.
2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung padapenggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
Berdasarkan beberapa sumber , penulis mengartikan bahwasanya Semiotika
erat kaitannya dengan makna dari sebuah tanda , kode atau lambang. Itu artinya
macam-macam teks, berita, tayangan, film, iklan, fiksi, puisi , maupun drama dapat di
teliti dengan menggunakan kajian semiotika. Berkaitan dengan permasalahan maupun
konteks dari penelitian ini maka penelitian ini akan dianalisis yakni interpretasi pesan
sosial dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro ke 13 berdasarkan television
code John Fiske. Adapun hal tersebut nantinya akan dianalisis sesuai dengan unit-unit
analisisnya.
2.6.1 Semiologi John Fiske (Television Code)
Berdasarkan Television Code yang dikemukakan oleh John Fiske , kode-kode
yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan sehingga
terbentuk sebuah makna. Peristiwa yang ditayangkan dalam televisi berdasarkan teori
John Fiske telah diencode melalui kode-kode sosial yang dibagi menjadi 3 level
yakni:
1. Realitas (reality)Kode sosial yang termasuk adalah appearance (penampilan), dress (kostum), make up (riasan), environtment (lingkungan), behavior (kelakuan), speech (dialog), gesture (gerakan), expression (ekspresi), sound (suara).
2. Representasi (representation)Kode sosial yang termasuk adalah camera (camera), lighting (pencahayaan), editing (perevisian), music (music), sound (suara)
3. Ideologi (ideology)Kode sosial yang termasuk didalamnya adalah individualism (individualism), patriarki (patriarchy), ras (ras), kelas (class), materialisme (materialism), kapitalisme (capitalism).
Dalam bukunya Cultural and Communication Studies, John Fiske
mengemukakan bahwa ada dua mahzab dalam studi komunikasi yaitu dimana
komunikasi dilihat sebagai transmisi pesan dan melihat komunikasi sebagai produksi
dan pertukaran makna. Berkaitsn dengan penelitian ini , maka peneliti akan lebih
memfokuskan penelitian komunikasi dimana bahwa komunikasi dilihat sebagai
produksi dan pertukaran makna (perspektif semiotika).
Perspektif semiotika tersebut mengidentifikasi bagaimana pesan dianggap
sebagai konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan orang-orang disekitarnya
dapat menghasilkan makna. Yang menjadi tujuan dalam ini bukanlah kejelasan dari
sebuah pesan yang disampaikan melainkan signifikasi pesannya yang sering
meimbulkan kegagalan komunikasi disebabkan kesalahpahaman dimana dalam hal
ini adanya peran dari teks dan kebudayaan kita dalam proses menghasilkan sebuah
makna.
Studi semiotika tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-
hari tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda terbentuk. Bentuk-bentuk tanda
maksudnya berupa kata-kata, images (gambar), suara , gesture dan objek. Bila kita
mempelajari tanda , maka kita tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan yang
lainnya yang membentuk sebuah sistem. Jika disederhanakan maka semiotika
mempelajari sistem tanda yang membentuk sebuah makna. Sistem semiotika yang
lebih penting lagi adalah digunakannya tanda-tanda ikonis yakni tanda-tanda yang
menggambarkan suatu makna (Sobur, 2004 :!28).
Berkaitan dengan permasalahan ataupun ruang lingkup dalam penelitian ini
maka nantinya dalam tayangan Stand Up Comedy di Metro TV , yang akan dianalisis
adalah bagaimana interpretasi pesan dalam Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro
ke 13 berdasarkan television code John Fiske tersebut.
2.6.2 Kode-Kode Sosial dalam Stand Up Comedy Metro TV
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan level realitas, level representasi
dan level ideologi John Fiske (1978 :5 ) dengan kode-kode sebagai berikut :
1. Level realitas dengan kode :
a. Kostum (Dress)
Semua bentuk dan jenis pakaian yang dikenakan seseorang dapat
merepresentasikan penanda sosial (social sign) dari pemakai. Dimana
pakaian adalah bahasa diam yang dapat berkomunikasi melalui symbol-
simbol verbal.
b. Ekspresi (expression)
Ekspresi wajah dianggap hal yang murni yang dapat mengkomunikasikan
perasaan seperti ekspresi bahagia,sedih,takut,terkejut ,marah, jijik dan
minat berbeda dengan keadaan emosional lainnya ( malu,rasa
berdosa,bingung dan puas) yang bergantung pada interpretasi orang yang
melihat (Mulyana,2010 : 377). Memang sejatinya makna ekspresi wajah
sangat dipengaruhi oleh budaya dimana ekspresi wajah yang sama
kenyataannya dapat berbeda makna sesuai konteks komunikasinya yakni di
rumah, di tempat kerja, di pesta, di tempat pemakaman dan sebagainya.
Contohhnya : biasanya kita menunjukkan wajah yang sedih dalam acara
kematian tetangga kita bila ingin dianggap sopan dalam bertetangga.
Sementara orang lain berusaha menunjukkan kesedihannya dibalik
senyuman dan tawanya.
c. Prilaku (behaviour)
Perilaku merupakan sebuah tindakan seseorang. Dalam kode sosial ini,
peneliti akan melihat perilaku sejumlah karakter yang ditunjukkan oleh
Stand Up Comic.
d. Gaya berbicara (speech)
Gaya berbicara yang ditampilkan oleh Stand Up Comic merupakan hal
yang tak luput dari perhatian peneliti untuk mendeskripsikan hasil
penelitian terhadap tayangan Stand Up Comedy Show Metro TV. Yang
mana Stand Up Comic tidak hanya menyusun lelucon dengan diksi yang
tepat tetapi menggunakan gaya bicara yang mereka bawa dari budaya
maupun karakter yang memang sengaja diperankan oleh seorang Comic
diatas panggung (persona).
2. Level representasi dengan kode
a. Musik (music)
Jamalus (1988) berpendapat bahwa music merupakan hasil karya seni
bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi music yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penciptanya melalui irama, melodi, harmoni, bentuk,
struktur lagu dan ekspresi menjadi satu kesatuan.
b. Kerja kamera (camera movement)
Sebagai alat untuk menyajikan elemen visual kepada penonton teknik
pengambilan gambar memiliki tujuan serta mengandung makna pesan yang
ingin disampaikan. Adapun kompososi gambar yang membuat gambar
dapat menyampaikan pesan dengan sendirinya adalah framing
(pembingkaian gambar), illusion of depth (kedalaman dimensi gambar),
dan colour (warna). Sementara itu ada beberapa teknik pengambilan
gambar berdasarkan besar-kecil subyek, antara lain:
1. Extreme Long Shot (ELS)Shot ini diambil jika ingin mengambil gambar yang sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. ELS biasanya digunakan untuk opening scene untuk membawa penonton mengenal lokasi cerita.
2. Very Long Shot (VLS)VLS merupakan tata bahasa gambar yang panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Teknik ini digunakan biasanya untuk pengambilan gambar adegan kolosal atau banyak objek misalnya adegan perang di pegunungan.
3. Medium Long Shot (MLS)Ukuran untuk shot ini ari ujung kepala hingga setengah kaki. Shot ini memiliki tujuan untukmemperkaya keindahan gambar yang disajikan ke mata penonton.
4. Long Shot (LS)Ukuran shot ini yakni dari ujung kepala hingga ujung kaki.
5. Medium Shot (MS)Ukuran dari shot ini adalah dari tangan hingga ke atas kepala. Shot ini bertujuan agar penonton dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari pemain.
6. Middle Close UpUkuran shot ini dari ujung kepala hingga perut. Dengan angle ini penonton masih dapat melihat latar belakang yang ada. Melalui shot ini penonton diajak untuk mengenal lebih dalam profil, bahasa tubuh, dan emosi pemeran tokoh tertentu.
7. Close Up (CU)Close Up menampilkan gambar penuh dari leher hingga ujung kepala. Melalui angle ini sebuah gambar dapat berbicaradengan sendiri kepada penonton. Emosi dan juga reaksi dari mimic wajah tergambar jelas.
8. Big Close Up (BCU)Komposisi gambar ini lebih dalam dibandingkan CU. Kedalaman pandangan mata, kebencian raut wajah, dan keharuan adalah ungkapan yang terwujud dari komposisi ini.
9. Extreme Close Up (ECU)Komposisi ini berfokus kepada satu objek saja. Misalnya hidung, mata, atau alis saja.
c. Konflik (conflict)
Tacquiri dalam bukunya (Newstorm) dan Davis (1992) mendefinisikan
Konflik sebagai warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan tidak
setuju,kontroversi dan pertentangan diantara dua pihak atau lebih secara
berkelanjutan. Konflik biasanya dilatar belakangi oleh cirri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. Konflik tidak selamanya
berkonotasi buruk, tetapi bisa juga menjadi sarana pembelajaran dalam
manajemen suatu kelompok atau organisasi serta menjadi sumber
pengalaman positif ( Stewart & Logan, 1993 :342).
d. Karakter (character)
Setiap manusia memiliki karakter yang terbentuk berdasarkan proses-
proses pertumbuhannya . terdapat 4 karakter utama yaitu Sanguin
(ekstrovert/ terbuka, pembicara, optimis), koleris (ekstrovert, pelaku,
optimis ), Plekmatis (introvert, pengamat, pesimis), melankolis (introvert,
pemikir, pesimis) (Littauer, 1996).
e. Latar (setting)
Setting yang ditampilkan dalam Stand Up Comedy adalah bagaimana
tampilan dari program Stand Up Comedy yang memiliki konsep pelawak
tunggal dengan atau tanpa menggunakan alat musik maupun atribut
didalamnya. Peneliti melihat setting yang diusung Stand Up Comedy
mampu menampilkan representasi komedi yang berbeda dimana selama ini
masyarakat Indonesia lebih sering disuguhkan komedi dengan gaya joke
telling dan slapstick seperti Warkop DKI, Srimulat, dan Opera Van Java.
f. Dialog (dialogue)
Dalam penelitian ini dialog merupakan percakapan antara Stand Up Comic
dengan penonton , dalam istilah Stand Up Comedy dikenal dengan riffing
yang berarti mengajak ngobrol penonton dan membuat sebuah kelucuan
dari dialog tersebut.
10. Level ideologi dengan kode
a. Individualisme
individualisme pada Stand Up Comedy Metro Tv ditampakkan pada cara
pandang dari Stand Up Comic yang tampil dimana mereka menyampaikan
materi mereka berdasarkan pengalaman, pengamatan, kegelisahan yang
sifatnya pribadi. Stand Up Comic yang baik seharusnya memiliki dan
menyampaikan materinya secara original tanpa mengcopy paste materi
milik orang lain. Stand Up Comic dapat diartikan dengan kata lain sebagai
komedi tunggal dimana kepiawaian Comic dalam menyusun materi dan
diksi secara individu menjadi pembeda dengan comedian dan jenis komedi
lain seperti slapstick , parodi, ataupun joke telling.
b. Patriarki
patriarki ditampakkan dalam program Stand Up Comedy Metro Tv yang
mana keputusan untuk memilih materi mana yang akan dibawakan oleh
Comic berdasarkan pemikiran komik sendiri. Dan penonton pun juga
memiliki hak untuk tertawa dibagian-bagian tertentu .
c. Ras
Suku, Ras dan Antar golongan (SARA) merupakan salah satu hal yang
sangat sensitif dibicarakan oleh Comic dalam setiap penampilannya. Ada
beberapa Comic yang terang-terangan memojokkan ras atau golongan
tertentu namun kebanyakan Comic menyusun dan menyampaikan materi
yang mengandung ras dengan lebih berhati-hati karena adanya warning
mengenai SARA dari KPI yaitu P3SPS (pedoman perilaku penyiaran
standar program siaran) . Sebagai contoh Comic yang menjadikan cina
sebagai bahan tertawa adalah sesuatu yang wajar adalah seorang Ernest
Prakasa ini dikarenakan Ernest sendiri adalah keturunan cina.
d. Materialisme
Program Stand Up Comedy di Metro Tv telah banyak mendapatkan
perhatian yang luar biasa dari pemirsa. Dimana rating acara Stand Up
Comedy yang awalnya tidak terlalu berada diatas namun sekarang program
Stand Up Comedy menjadi salah satu hiburan yang paling ditunggu
pemirsa. Contoh nyatanya dapat dilihat dari jumlah follower Stand Up
Comedy di Metro Tv yang mencapai 406.186 followers.
e. Kapitalisme
Program Stand Up Comedy mulai menunjukkan taringnya sejak akhir
tahun 2011 dimana berawal dari kegigihan 5 orang anak muda (Raditya
Dika, Ryan Adriandhy, Isman HS, dan Ernest Prakasa) untuk mengangkat
budaya Stand Up Comedy ke permukaan dengan menarik perhatian dari
anak muda melalui twitter dan youtube yang merupakan media yang paling
banyak digunakan oleh anak muda pada waktu itu hingga sekarang.
Semakin lama budaya Stand Up Comedy mulai merambah ke berbagai
wilayah di Indonesia mulai dari Aceh, Padang, Lampung, Samarinda,
Surabaya, bahkan Bengkulu. Ini menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat
terhadap genre komedi yang satu ini telah berkembang pesat dengan
banyaknya komunitas Stand Up Comedy di berbagai wilayah.
2.7 Model Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan sebagai arahan bagi penulis dalam melakukan
penelitian. Kerangka penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 2.7
Sumber : olahan peneliti
Program komedi yang dihadirkan lewat media televisi sedikit banyaknya telah
menarik perhatian masyarakat untuk menyaksikan. Dimana melalui tayangan komedi
yang memiliki tujuan untuk menghibur menjadi salah satu alternatif untuk melepas
lelah dari berbagai akifitas yang dilakukan oleh seseorang. Namun berbeda dengan
konsep komedi seperti opera van java, srimulat, sketsa ataupun sitcom seperti bajai
bajuri, Stand Up Comedy menawarkan komedi dengan gaya lebih elegan karena
hanya dibawakan seorang diri dengan atau tanpa perlengkapan lain seperti alat musik,
boneka dan lainnya untuk menunjang penampilan Comic.
Ada muatan pesan yang terkandung dalam tayangan Stand Up Comedy yakni
pesan sosial dimana memang materi yang diangkat ke permukaan lewat Stand Up
Comedy merupakan realitas sosial. Nilai moral yang bisa berupa kritik kritik sosial,
nilai pendidikan, dan nilai budaya ikut menjadi bagian yang dekat dengan materi
Teori Semiologi Kode Televisi John Fiske :
1. Level Realitas (reality) Penampilan,
kostum,ekspresi,perilaku,gaya berbicara, gesture
2. Level Representasi Music, kamera,
pencahayaan, sound (suara), konflik ,karakter, latar dan dialog
3. Level ideologi (ideology) Individualism,
patriarki,ras,kelas, materialisme, kapitalisme
Interpretasi pesan sosial Stand Up
comedy edisi HUT metro Tv ke 13
Stand Up Comedy
Metro TV
Comic dalam Stand Up Comedy. Tentunya point of view penonton dalam menilai
pesan sosial berdasarkan materi yang dibawakan oleh Comic berbeda-beda.
Interpretasi pesan sosial tersebut dapat diamati melalui Television Code John Fiske
yang peneliti anggap tepat untuk menganalisis interpretasi pesan sosial yang terdapat
dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13. Seperti yang
dikemukakan oleh Sendjaja (dalam Bungin, 2007:259) bahwasanya teori komunikasi
interpretasi mengadopsi teori interaksi simbolik, teori hermenuetik, teori semiotika
dan teori simbol.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian secara
kualitatif, dimana menurut Jane Richie (dalam Moleong, 2004:6) penelitan
kualitatf merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya
dalam segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan manusia yang diteliti.
Sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moloeng, 2002:3) yang
menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Faisal
(1996:226) , mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun kasus peristiwa pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan objek
untuk mengetahui interpretasi seseorang dalam menangkap pesan sosial yang
terdapat dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13
melalui materi yang disampaikan oleh 8 Comic yang mengisi acara pada HUT
Metro TV tersebut.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah anggota Stand Up Indo Bengkulu
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik dengan cara menseleksi orang-orang atas dasar kriteria
tertentu yang dibuat oleh peneliti (Kriyantono,2007:154).
Kriteria-kriteria anggota Stand Up Indo Bengkulu yang akan
digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Umur 19 - 40 tahun
2. Anggota aktif Stand Up Indo Bengkulu
3. Sering melakukan Open Mic di kedai ajib dan radio Santana di
Bengkulu
4. Menonton tayangan Stand Up Comedy Show
Sedangkan objek pada penelitian adalah tayangan Stand Up Comedy
Show edisi HUT Metro TV ke 13.
3.3 Metode Pengumpulan data
Data kualitatif menurut (Sarwono dan Lubis, 2007:100) merupakan
data berbentuk teks, dokumen, foto, artefak, atau objek-objek lain yang
ditemukan di lapangan selama berlangsungnya penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara
observasi, wawancara dan pengumpulan data yang telah jadi ataupun diolah
pihak lain seperti buku, majalah, dan artikel Online.
Peneliti mengkategorikan sumber data dalam penelitian ini menjadi
dua, yakni : (1) metode pengumpulan data primer, yakni data yang didapat
dari hasil pengamatan dan sumber-sumber langsung (informan) ; (2) metode
pengumpulan data sekunder , yakni data yang diambil dari data yang tersaji
dalam bentuk olahan.
3.3.1 Data Primer
1. Observasi, dilakukan untuk melihat sekaligus mengamati secara langsung
mengenai subjek dan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
dilakukan orientasi lapangan sejak 29 Oktober 2013 dengan ikut bergabung
dengan komunitas Stand Up Indo Bengkulu di basecamp mereka yang
bertempat di Radio Santana FM JL. KH. Ahmad Dahlan No.5 Kebun Ros
Bengkulu sebagai lokasi penelitian. Survey ini dilakukan untuk
memperoleh data awal sebelum melakukan penelitian. Metode
pengumpulan data melalui observasi bisa dimasukkan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat sebagai berikut (Nazir,
1985 :234) :
a. Observasi digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara
sistematis
b. Observasi harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
c. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan
dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan
sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian
d. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan
realitasnya.
2. Wawancara , dilakukan dengan cara sistematik berlandaskan pedoman
wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban terkait untuk
mendapatkan data lebih dalam mengenai bahasan penelitian yang dapat
memeperkuat data dalam penelitian ini.
3.3.2 Data Sekunder
1. Kepustakaan, yakni dapat berupa buku, literatur-literatur, artikel-artikel
yang berasal dari internet.
2. Dokumentasi, adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan
dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi, kuisioner
atau wawancara ada baiknnya dilengkapi dengan dokumentasi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung analisis dan
interpretasi data. Dokumentasi hasil wawancara melalui alat perekam
audio dan kamera digital.
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Strauss dan Corbin (2003:4) pendekatan kualitatif adalah
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik dan bentuk hitungan-hitungan lainnya , tetapi dengan contoh berupa
penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang disamping juga
tentang peranan organisasi, pergerakan sosial dan hubungan timbale balik.
Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan narasi-
narasi baik yang didapatkan dari wawancara mendalam maupun berdasarkan
observasi di lokasi penelitian. Keseluruhan data yang diperoleh peneliti akan
dianalisis melalui beberapa tahap yaitu :
1. membuat kerangka berpikir untuk mempermudah arah penelitian.
2. melakukan proses pengumpulan data penelitian yaitu interpretasi
anggota Stand Up Indo Bengkulu dalam menangkap pesan sosial
dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13.
3. Menganalisis data yang telah diperoleh dan terkumpul
4. Membuat pemaparan dan kesimpulan hasil yang diperoleh
3.5 Uji Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk melakukan pengecekan dan dapat digunakan sebagai
pembanding data merupakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Menurut Patton (dalam Moleong, 1989:195) triangulasi sumber adalah
membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai
dengan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
Daftar Pertanyaan
1. Apakah Arti Stand Up Comedy menurut anda ?\2. Apa yang membedakan Stand Up Comedy dengan komedi lainnya di
Televisi ?3. Indro warkop pernah menyebutkan bahwa Stand Up Comedy adalah
lawakan yang cerdas karena dibutuhkan analisis dan pemikiran didalamnya. Apakah anda setuju ?
4. Seberapa paham anda mengenai teknik dalam Stand Up Comedy ?5. Apakah anda mengetahui semua istilah yang terdapat dalam Stand Up
Comedy ?6. Apakah memang setiap penampilan Comic harus memiliki pesan
sosial didalamnya ?7. Seberapa sering anda menyaksikan tayangan Stand Up Comedy Show
di Metro TV ?8. Setelah menyaksikan video tayangan Stand Up Comedy Show edisi
HUT Metro Tv ke 13 , adakah pesan sosial yang anda temukan ?9. Di bit dan Comic manakah yang menurut anda mengandung pesan
sosial ?10. Pesan sosial pasti berkaitan dengan kehidupan sosial kita sehari-hari.
unsur apakah yang terkandung didalam pesan sosial yang disampaikan Comic tersebut ? pendidikan, budaya atau moral kah ?
11. Hal apa yang membuat anda beranggapan bahwa bit yang anda sebutkan tadi memiliki pesan sosial ?
12. Apakah memang setiap penampilannya Comic diwajibkan untuk menyelipkan pesan sosial dalam materi Stand Up nya ?
13. Apakah pesan sosial yang disampaikan itu dapat diterima bahkan mengubah pola pikir anda ?
14. Hal positif apa yang anda rasakan setelah menyaksikan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro TV ke 13 ?
15. Diantara 8 Comic yang tampil, menurut anda Comic mana yang paling banyak menghadirkan pesan sosial dalam tayangan Stand Up Comedy Show edisi HUT Metro Tv ke 13 ?