Rocuronium Makalah Fix
-
Upload
fransiska-anggitha -
Category
Documents
-
view
148 -
download
6
Transcript of Rocuronium Makalah Fix
PENDAHULUAN
Rocuronium, 2-morpholino, 3-desacetyl, 16-N-alil-pyrrolidino turunan dari
vecuronium, adalah non-depolarisasi neuromuskuler blocking agen dengan onset arapid aksi,
dan durasi yang sama dengan vecuronium. Farmakokinetik rocuronium telah dipelajari secara
ekstensif selama dekade terakhir, baik pada hewan dan pada manusia. Sampai saat ini,
pengetahuan tentang rute eliminasi rocuronium terbatas pada data hewan dan data ekskresi
urin dalam manusia.
Pada hewan, 9-25%, rocuronium yang dilabeli senyawa radioaktif ditemukan dalam
urin, dan 65% -75% dalam tinja (observtions unpublised, Organon Teknika). Rocuronium
dengan cepat diambil oleh hati tikus terisolasi perfusi dengan rasio ekstraksi yang tinggi dan
juga cepat diekskresikan ke dalam empedu. Selain itu, dalam percobaan in vitro dengan
jaringan hati manusia telah menunjukkan bahwa rocuronium dan vecuronium dengan cepat
diambil oleh hepatosit dengan proses mediasi pembawa.
Pada Manusia, berarti jumlah yang diekskresikan ke dalam urin adalah 12-22% dari
dosis 0,6 mg kg dan dosis mg kg 31% dari rocuronium dalam 12 jam pertama setelah
pemberian, bagian utama yang diekskresikan dalam 2 jam pertama,berdasarkan struktur
kimianya, rocuronium diharapkan akan dimetabolisme menjadi turunan 17-desacetyl dan
mungkin ke N-desallyl turunannya. Dalam manusia, tikus dan anjing, 17-desacetyl-
rocuronium telah ditemukan dalam jumlah yang bisa diabaikan. Untuk saat ini, N-desallyl-
rocuronium belum terdeteksi dalam penelitian eksperimental in vivo atau klinis.
Dalam studi klinis dengan vecuronium, sampel empedu dikumpulkan dari pasien di
mana T-drain ditempatkan di saluran empedu umum dalam operasi kursus. Namun, selama
dekade terakhir teknik-teknik bedah untuk kolesistektomi dan cholecdocholithiasis telah
berubah secara signifikan dan choledchostomy dengan penempatan T-drain jarang dilakukan.
Selain pengambilan sampel empedu dari T-drain, oleh karena itu, perlu untuk menggunakan
teknik lain untuk mempelajari penghapusan hati dari rocuronium dan metabolit potensi
seperti:
(i) sampling langsung empedu oleh menusuk saluran empedu selama operasi
laparoskopi
(ii) pengumpulan cairan stoma selama dan setelah operasi,
(iii) mengambil biopsi jaringan hati dari pasien menjalani hepatectomy parsial, dan
(iv) pengumpulan dan analisis jika kotoran selama periode pascaoperasi dari 7 hari.
Atas dasar pertimbangan di atas penelitian ini didesain untuk memastikan nasib
rocuronium dalam manusia dengan penekanan khusus pada ekskresi induk dan campuran
potensial metabolit pada feses manusia.
Pasien dan Metode pada Jurnal
Pasien
Pada penelitian ini dibutuhkan 38 pasien, dimana 14 pasien laki-laki dan 24 pasien
perempuan, ASA I-III dan 21-69 usia (rata-rata berusia 45) tahun, dengan berat 51-105 (rata-
rata berat 71) kg. Pasien dikelompokkan menjadi 2, yaitu kelompok A dan kelompok B.
Dilakukan operasi di bagian atas perut (termasuk laparoscopic) atau di bawah usus pada
kelompok A di bawah anestesi umum, yang salah satu bagiannya disisipi dengan saluran T
dalam saluran empedu atau pembentukan stoma usus kecil yang terletak kurang lebih 60 cm
dari katup jantung ke usus.
Kelompok B dijadwalkan untuk operasi perifer dan diharapkan untuk tetap di rumah sakit
selama 7 hari. Pasien yang sedang hamil atau menyusui, pasien dengan riwayat jantung,
ginjal, hati, gangguan metabolik atau neuromuskuler, pasien dengan berat badan lebih dari
20% di bawah atau 35% dari berat badan ideal (tinggi dalam cm dikurangi 100 sama dengan
berat badan dalam kg) dan mereka yang menerima pengobatan apapun yang mengganggu
fungsi neuromuskuler diketahui dengan analisis HPLC.
Anestesi
Setelah pra-oksigenasi selama 2 menit, pasien akan menjalani suatu urutan induksi yang
cepat atau suatu induksi rutin anestesi dengan 3-5 mg kg-1 Sodium thiopental dan 2-3 µg kg-1
Fentanil secara i.v. Proses intubasi difasilitasi dengan 1 mg kg-1 Succinylcholine, 80-100 µg
kg-1 Pancuronium atau 0,9 mg kg-1 Rocuronium. Setelah intubasi, pasien akan mengalami
pertukaran udara secara mekanis dengan 66% nitrous oxide dalam oksigen, ditambahkan
dengan isofluran (gambaran dari konsentrasi 0,5-0,8 % volume pada pasien A dan 0,4-1,7 %
volume pada pasien B). Anestesi yang cukup memadai dipertahankan oleh suplemen Fentanil
sesuai dengan yang diharuskan. Proses peredaran udara disesuaikan untuk mempertahankan
ketersediaan normal karbon dioksida akhir dan anestesi yang biasanya diberikan sesuai
dengan kebutuhan dari pasien. Pada pasien yang tidak mendapatkan Rocuronium secara
induksi, maka 0,3 mg kg -1 Rocuronium diberikan setelah didapatkan sampel kontrol (blanko)
dari cairan tubuh. Pada semua pasien, Rocuronium bromide (0,3 atau 0,9 mg kg -1) diberikan
selama 10 detik sebagai infus bolus tunggal secara i.v . Pancuronium atau Succinylcgoline
diberikan untuk meningkatkan relaksasi otot jika diperlukan. ECG, tekanan darah, denyut
jantung, temperatur tubuh, keseimbangan elektrolit, dan keseimbangan asam-basa diamati
atau dimonitor sebagai bagian dari managemen klinis secara rutin saja dan tidak dilakukan
evaluasi lebih lanjut dalam penelitian yang dilakukan ini.
Pengambilan sampel (sampling)
Tipe sampel diambil berdasarkan tipe operasi yang dilakukan. Blanko dari tiap jenis fluida
diambil sebelum pemberian rocuronium. Empedu diambil dari T-drain yang mana
dimasukkan saat operasi atau telah dimasukkan sebelumnya. Sampel empedu diambil dalam
interval-interval selama 48 jam setelah pemberian rocuronium, dicampur homogen, dan
diukur volumenya. Sampel empedu (2-3 mL) juga diambil dari saluran empedu pada operasi
laparoskopi. Jika dimungkinkan, tiga sampel diambil dengan jeda 5 menit. Fluida stoma
diambil pada interval-interval selama 48 setelah pemberian rocuronium, dicampur homogen,
dan diukur volumenya. Pada kasus reseksi hepar parsial, dokter bedah diharapkan untuk
memberikan potongan jaringan hepar yang normal. Sampel jaringan hepar dikeringkan dan
ditimbang. Sampel tersebut dipotong menjadi potongan-potongan kecil dan dihomogenkan
selama 10 menit dengan 1 M NaH2PO4 (1:9). Dokter bedah kemudian diminta untuk
mengestimasikan bobot hepar. Urine diambil pada interval-interval selama 48 jam
(Kelompok A) atau selama 7 hari (Kelompok B) setelah pemberian rocuronium, dicampur
homogen, dan diukur volumenya (untuk tiap-tiap bagian). Sampel darah (4 mL) diambil dari
dedicated i.v. cannula pada 1, 3, 5, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 180, 240, 360, dan 480 menit
setelah pemberian rocuronium (Kelompok A). Faeces diambil selama 7 hari. Setelah
ditimbang dan dihomogenisasi, sampel dicampur dengan 1 M NaH2PO4 (Kelompok B).
Seluruh sampel diasamkan untuk menghindari hidrolisis rocuronium langsung dengan 0,2 mL
dari 1 M NaH2PO4 untuk tiap mililiter sampel yang diambil, kecuali dinyatakan lain. Sampel
dibekukan dan disimpan pada suhu -18°C hingga analisis.
Uji Rocuronium
Konsentrasi dari rocuronium dan kemampuan metabolit 17-desacetyl-rocuronium dan N-
desallyl-rocuronium dalam plasma, urin, empedu, feses, cairan stoma dan hati dianalisis
menggunakan metode HPLC seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Metode yang akurat,
ditunjukkan dengan persen dari penambahan jumlah recovery, variasi dari -14 sampai +14%
(tergantung konsentrasi, matriks dan kandungan) yang melebihi range 25-1000 ng. Rata-rata
presisi, ditunjukkan dengan koefisien variasi secara berturut-turut, yaitu 6,8, 6,8 dan 5,9%
untuk rocuronium, 17-desacetyl-rocuronium dan N-desallyl-rocuronium. Lower limit of
quantification (LOQ) untuk rocuronium, 17-desacetyl-rocuronium dan N-desallyl-
rocuronium dimana 10, 20 dan 20 ng ml-1 dalam plasma, 25, 25 dan 50 ng ml-1 dalam urin,
10, 25 dan 25 ng ml-1 dalam empedu, 50 dan 50 ng ml-1 dalam feses, 20 dan 20 ng ml-1
dalam cairan stoma dan 250 ng ml-1 dalam hati untuk tiga komponen tersebut. (N-desallyl-
rocuronium tidak dapat diukur dalam feses dan cairan stoma yang seharusnya ada campur
tangan dari substansi endogen dengan waktu retensi yang mirip).
Tabel 1. Design penelitian
Kelompok A Kelompok B
Tujuan spesial Pengambilan empedu dan hepar Pengambilan faeces dan urine yang
berkepanjangan (7 hari)
Pusat penelitian Belfast (n=7), Groningen (n=11),
Linköping (n=10)
Stockholm (n=10)
Operasi Upper abdominal, ileostomy,
biliary, hepatectomy
Peripheral
Dosis rocuronium 0,3 mg kg-1 (n=11), 0,9 mg kg-1
(n=17)
0,9 mg kg-1
Kinetika plasma Ya (n=19) Tidak
Tabel 2
Total recovery rocuronium dan 17-desacetyl-rocuronium sebagai persentase dari dosis
diberikan dalam urin dan empedu (Kelompok A) dan dalam urin dan tinja (kelompok B).
Nilai rata-rata (sd) [rentang] (jumlah pasien). aBerkisar dari 4-8 hari setelah pemberian. bPasien dengan recovery yang dievaluasi dari kedua urin dan empedu (Kelompok A) atau
urin dan tinja (Kelompok B)
Kelompok A Kelompok B
24 jam 48 jam 7 haria
Kelompok A
Urin 22 (7) [9–36] (n=14) 26 (8) [12–37] (n=8) 27 (13) [14–60]
(n=10)
Empedu 6 (6) [0.2–21] (n=11) 7 (6) [0.5–22] (n=11)
Feses 31 (23) [2–67]
(n=10)
Totalb 32 (5) [23–36] (n=7) 34 (6) [25–42] (n=6) 58 (28) [16–101]
(n=10)
Analisis farmakokinetika
Data kadar plasma vs. waktu dianalisis dengan analisis Bayesian Dua-Tahap Berulang
dengan program MultiFit (ditulis oleh J.H. Proost). Nilai mean dan matriks variansi-
kovariansi dari parameter-parameter populasi farmakokinetika model dua kompartemen (CL,
V1, CL12, V2) dan model tiga kompartemen (CL, V1, CL12, V2, CL13, V3) dan variansi residual
diestimasi dengan prosedur Bayesian Berulang sesuai dengan acuan pustaka dengan
menggunakan data kadar plasma vs. waktu tiap pasien dalam penelitian ini. Log distribusi
normal baik untuk parameter-parameter populasi farmakokinetika maupun kesalahan
pengukuran kadar plasma diasumsikan. Validasi kebenaran asumsi tersebut dilakukan dengan
inspeksi visual grafik dari residual vs. waktu dan residual vs. kadar. Terlebih, kesalahan
relatif bioanalisis diketahui hampir independen dari kadar dari keseluruhan rentang (range)
kadar. Seberapa baiknya validitasnya dievaluasi dengan inspeksi visual dari yang terukur dan
nilai data dan residual yang dihitung vs. waktu dan vs. kadar. Penentuan pemilihan model dua
atau tiga kompartemen berdasarkan Kriteria Informasi Akaike.
Nilai mean (SD) dari distribusi volume steady-state (Vss), mean residence time (MRT), dan
waktu paruh eliminasi (t1/2) dihitung dari estimasi parameter-parameter individual melalui
prosedur yang serupa dengan parameter-parameter untuk model.
Data kadar vs. waktu empedu (titik tengah dari interval pengambilan sampel) yang didapat
dari T-drain dianalisis dengan teknik yang sama. Karena model farmakokinetika yang
dijelaskan di atas tidak berlaku untuk kadar empedu dan peneliti lebih tertarik pada waktu
paruh eliminasi rocuronium pada empedu, maka model tersebut didefinisikan dalam
persamaan (multi)eksponensial.
Analisis Statistik
Data diringkas sebagai mean (sd) (range). Ketika obat mengganggu uji, data yang relevan
dihasilkan setelah pemberian obat yang mengganggu dihilangkan dari analisis data. Untuk
pasien A, empedu, perut, urin dan total recovery data disingkat sampai dengan 24 dan 48 jam
sebisa mungkin. Karena tujuan penelitian deskriptif, analisis statistik lebih lanjut tidak
dilakukan.
Hasil
Data untuk total recovery dari rocuronium dan 17-desacetyl-rocuronium dalam urin, empedu,
dan feses dapat dilihat dalam Tabel2.
Kelompok A
Ekskresi ke dalam urin
Rata-rata urinary yang diperoleh dalam 48 jam setelah pemberian 26% dari dosis (Tabel 2).
Didapatkan bahwa pasien yang diberi rocuronium sebanyak 0,3 mg kg -1, sebanding dengan
pasien yang diberi rocuronium sebanyak 0,9 mg kg-1.
Ekskresi ke dalam empedu yang terkumpul dari saluran-T
11 pasien yang empedunya terkumpul dari saluran-T, indikasi dari pembedahan yaitu
cholelithiasis (n=2), luka pada duktus koledokus (n=3), tumor hati (n=4), kista pada bagian
koledokus (n=1) atau kista dalam hati (n=1). Jumlah empedu yang didapat dari pipa-T
berkisar dari 149-822 ml (rata-rata 493 ml). rata-rata recovery dalam 48 jam setelah
pemberian yaitu sebesar 7% dari dosis (Tabel 2).
Total ekskresi urin dan empedu
Total ekskresi yang dihitung dalam pasien didapat dari evaluasi sampel urin dan saluran-T
yang ada. Persen total recovery yaitu 34% dari dosis (Tabel 2), dimana sampai diatas 0,4%
17-desacetyl-rocuronium. Jumlah dari 17-desacetyl-rocuronium yang ditemukan, sama
besarnya dalam semua jenis sampel yang di uji.
Cairan stoma
Tiga pasien yang menjalani operasi usus dikumpulkan. Volume cairan stoma sebesar 60 ml,
455 ml dan 313 ml dari masing-masing pasien. Persentase dari dosis rocuronium (0,3 mg kg-
1) yang ditemukan dalam cairan stoma adalah 0,04, 0,02 dan 2,5% setelah 24 jam dan 0,04,
4,1 dan 12,0% setelah 48 jam dari tiga pasien secara berturut-turut. Jumlah 17-desacetyl-
rocuronium dalam cairan stoma sangat kecil, berkisar dari 0 hingga 0,13% dari dosis.
Kandungan dalam Hati
Jaringan hati dari keempat pasien yang menjalani hemihepatektomi karena tumor hati, antara
2,3 dan 5,1 jam setelah pemberian 0,9 mg kg-1. Dengan asumsi bahwa distribusi Rocuronium
seragam, maka hati diperkirakan mengandung antara 6,3% – 13,2% (rata-rata 9,3%) dari
dosis Rocuronium yang disuntikkan dan hingga mencapai 0,11% seperti metabolit 17-
desacetyl-rocuronium.
Konsentrasi dalam Sampel Empedu dari Saluran Empedu
Pada 10 pasien yang menjalani operasi laparoskopi untuk cholelithiasis, dua sampai empat
sampel diambil antara 27 dan 70 menit setelah pemberian 0,9 mg kg-1 Rocuronium.
Konsentrasi Rocuronium berkisar antara 2 dan 1217 mg L-1 (nilai median 377 mg L-1), dan
rasio dari konsentrasi simultan dalam empedu dan plasma berkisar antara 130-2800 (rasio
median 400). Konsentrasi metabolit Rocuronium jauh lebih rendah dan hanya berkisar
antara 0 dan 2,1% (nilai median 1,2%) untuk 17‐desacetyl‐rocuronium, dan antara 0 dan
0,24% (nilai mediannya 0,06%) untuk N‐desallyl‐rocuronium, dimana dinyatakan sebagai
persentase dari konsentrasi Rocuronium.
Gambar 1 Plot Semi-log dari profil konsentrasi empedu diperoleh dari T-drain untuk setiap
pasien yang menerima 0,9 mg kg-1 Rocuronium (n = 6).
Gambar 2 Plot Semi-log dari profil konsentrasi plasma diukur untuk setiap pasien (n = 19).
Dua baris yang lebih rendah mengacu pada dua pasien yang menerima 0,3 mg kg -1
Rocuronium; baris tersisa mengacu pada 0,9 mg kg-1 dosisnya.
Analisis data farmakokinetik dari konsentrasi empedu
Sebanyak 51 sampel empedu dari saluran-T, diperoleh dari enam pasien yang diberi
rocuronium sebanyak 0,9 kg-1 mg.Data pengukuran konsentrasi empedu untuk setiap pasien
ditunjukkan pada Gambar 1. Menggunakan analisis Iteratiove Two-Stage Bayesian,
persamaan bi-eksponensial yang dapat melengkapi secara signifikan lebih baik daripada
persamaan mono-eksponensial. Nilai rata-rata (sd) (range) yaitu 2,3 (0,7) jam (1,6-2,8 jam)
dan 16 (11) jam (10-44 jam) masing-masing.
Data analisis farmakokinetika kadar plasma
Sampel plasma didapatkan dari 17 pasien yang diberi rocuronium 0,9 mg kg-1 dan dari 2
pasien yang diberi 0,3 mg kg-1 (total sampel berjumlah 218). Profil kadar plasma terukur tiap
pasien dapat dilihat pada Gambar 2. Menggunakan analisis Bayesian Dua-Arah Berulang,
model tiga kompartemen lebih dapat diterima dalam data dibandingkan model dua
kompartemen. Karena parameter-parameter dari dua pasien yang diberi dosis 0,3 mg kg -1
masih dalam rentang nilai dalam kelompok dosis 0,9 mg kg-1, maka kedua kelompok dosis
dianalisis bersama. Didapat nilai berikut (mean (SD); n=19): CL 3,7 (1,2) mL kg-1 min-1, V1
58 (15) mL kg-1, CL12 7,0 (1,5) mL kg-1 min-1, V2 58 (20) mL kg-1, CL13 0,79 (0,30) mL kg-1
min-1, V3 102 (36) mL kg-1, Vss 223 (43) mL kg-1, MRT 60 (20) min, dan t1/2 eliminasi 115 (27)
min. Koefisien variasi residualnya 14%.
Pada enam pasien, level rendah dari 17-desacetyl-rocuronium terdeteksi segera setelah
pemeberian rocuronium, dengan cepat menurunkan hingga level di bawah batas dapat
terdeteksi.
Kelompok B
Ekskresi ke dalam urin
Pada kelompok B, urin didapatkan dari 10 pasien dari 4-8 hari setelah operasi. Setelah 3 hari
tingkat ekskresi urin rocuronium dan metabolit sangat rendah. Persentase rata-rata
rocuronium yang diperoleh dari urin adalah 27% dari dosis diberikan (Tabel 2). Jumlah 17-
desacetyl-rocuronium yang ditemukan dalam urin masih kecil, berkisar dari 0 sampai 0,5%
dari dosis rocuronium.
Ekskresi ke Feses
Jumlah feses yang diteliti selama masa penelitian bervariasi antara pasien yang satu dengan
yang lainnya, yang dikumpulkan hingga tujuh hari setelah operasi. Ada tiga pasien yang
diharapkan bisa dilakukan pengumpulan fesesnya sampai tujuh hari, namun ternyata
pengumpulannya tidak bisa dilakukan hingga hari ketujuh, karena pasien-pasien tersebut
telah meninggalkan rumah sakit lebih awal dari yang diharapkan. Pada ketiga pasien ini,
pemulihan kandungan Rocuronium dari fesesnya ternyata tidak lebih rendah daripada yang
dialami tujuh pasien lainnya. Pasien tersebut tidak dimasukkan untuk analisis. Presentase
recovery rata-rata dari Rocuronium dari feses adalah 31% dari dosis (Tabel 2). Recovery
metabolit 17‐desacetyl‐rocuronium yang ditemukan pada feses jumlahnya kecil, berkisar
antara 0-2,4% dari dosis Rocuronium yang diberikan.
Jumlah ekskresi ke dalam urin dan feses
Total rata-rata ekskresi ke dalam urin dan tinja adalah 58% dari dosis (Tabel 2). Empat dari
10 pasien, diperoleh melebihi 80% dari dosis rocuronium yang diberikan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Rocuronium adalah salah satu obat penghambat neuromuskuler atau pelumpuh otot
non depolarisasi yang efektifitas kerja sedang atau lambat, secara kimiawi merupakan
benzilisoquinolin atau aminosteroid monokuaterner, dengan onset kerja cepat dan durasi aksi
hambatan Neuromuskuler selama 30 menit. Rocuronium adalah obat pelumpuh otot yang
digunakan untuk membantu pelaksanaan anestesi umum.
Struktur Rocuronium
Pada penelitian ini yang ditetapkan kadarnya adalah hasil metabolisme dari
Rocuronium, yaitu 17-desacetyl-rocuronium dan N-desallyl-rocuronium. Hasil metabolisme
ini ada yang terdapat pada feses. Metode yang dipilih untuk menganalisis dan menetapakan
kadar senyawa tersebut dalam sampel adalah HPLC, dikarenakan sampel yang akan dianalisis
terdapat dalam konsentrasi yang sangat kecil dan ada dalam matriks yang kompleks.
Cara dalam preparasi feses sama seperti cara preparasi feses pada umumnya. Yaitu
feses dihomogenisasi terlebih dahulu baru selanjutnya dianalisis. Dalam penelitian ini, setelah
dihomogenisasi feses diasamkan untuk menghindari hidrolisis selanjutnya didinginkan pada
suhu -18 C sempai mau digunakan untuk menghindari degradasi.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengevaluasi relative kontribusi dari
berbagai jalur ekskresi rocuronium dan metabolit potensi dalam diri manusia. Dalam Bagian
A, semua teknik yang dapat dikerjakan untuk koleksi empedu dalam praktek rutin dilakukan:
pengumpulan dari T-Drain, sampling dengan tusukan langsung dari common bile duct dan
pengumpulan dari cairan stoma. Selain itu, pada ekskresi urin dan konsentrasi dalam plasma
dan jaringan hati juga diukur. Ini mengharuskan melakukan studi dalam berbagai jenis pasien
dan di beberapa lokasi. Pada Bagian B, recovery rocuronium dan metabolitnya dalam urin
dan feses ditentukan.
Parameter farmakokinetik model tiga kompartemen yang diperoleh dari data plasma
dalam persesuaian yang baik dengan yang dilaporkan sebelumnya, menunjukkan bahwa
populasi pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini dapat mewakil dari yang biasanya
terdaftar di penelitian farmakokinetik rocuronium dan memblokir agen neuromuscular
lainnya.
Dalam Bagian B dari penelitian, total recovery lebih dari 80% dari dosis diberikan
diamati dalam waktu 7 hari pada empat dari 10 pasien, menunjukkan bahwa rocuronium
akhirnya dapat sepenuhnya dihilangkan melalui ginjal dan saluran empedu. Fakta bahwa
dalam enam pasien, total recoverynya kurang dari 60% yang diamati dapat dijelaskan
sebagian oleh pengaturan klinis di mana penelitian dilakukan. Ada kemungkinan bahwa
recovery senyawa itu mungkin lebih tinggi jika semua pasien tinggal di rumah sakit untuk
waktu yang lama untuk memungkinkan sampel yang akan dikumpulkan. Sebagai pasien di
tempat tidur dan kadang-kadang menerima opioid untuk manajemen nyeri, sehingga tinja
mereka tidak teratur. Hanya satu atau dua sampel feses dikumpulkan dari beberapa pasien,
yang bisa mengakibatkan persentase recovery dengan keliru rendah, setidaknya bagian dari
tinja ini mungkin sudah di usus pada waktu rocuronium diberikan. Memang, dalam banyak
kasus persentase kecil dari dosis obat yang diberikan ditemukan dalam tinja pertama.
Meskipun tidak ada indikasi adanya derivatif tidak diketahui dari rocuronium dalam
penelitian ini, tidak dapat dikesampingkan bahwa rocuronium diekskresikan ke dalam urin
dan / atau empedu dalam bentuk metabolit yang belum diketahui (misalnya terkonjugasi
dengan asam glukuronat atau sulfat) yang tidak terdeteksi dengan teknik analisis yang
digunakan. Hal ini juga mungkin bahwa biotransformasi dari rocuronium terjadi dengan
flora pada feses dan / atau oleh iklim alkali dari usus, meskipun dalam penelitian ini tidak ada
indikasi untuk mendukung ini. Ini mungkin menjadi alasan untuk tidak dapat melaporkan
semua rocuronium tersebut.
Kehandalah suatu metode yang digunakan dapat ditentukan dapat ditentukan dari
beberapa factor. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa parameter yaitu:
1. Limit of quantification (LOQ)
LOQ merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama.. LOQ untuk rocuronium dan 17-desacetyl-rocuronium adalah 50 dan 50
ng ml-1 dalam feses. N-desallyl-rocuronium tidak dapat diukur dalam feses.
2. Akurasi
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan
kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Presentase recovery rata-rata dari
Rocuronium dari feses adalah 31% dari dosis. Recovery metabolit 17‐desacetyl‐
rocuronium yang ditemukan pada feses jumlahnya kecil, berkisar antara 0-2,4%
dari dosis Rocuronium yang diberikan.
Sebagai kesimpulan, hasil penelitian ini menunjukkan rocuronium yang diambil oleh
hati dan diekskresikan ke dalam empedu dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Jumlah
rocuronium dikeluarkan dalam waktu 7 hari ke dalam urin dan tinja adalah 26 dan 30% dari
dosis diberikan masing-masing, termasuk sejumlah kecil 17-desacetyl-rocuronium.
Pemulihan total rata-rata 58%, dan berkisar 16-100% dari dosis diberikan.