Rm Pasien Amputasi

20
Health Education yang perlu diberikan untuk klien post amputasi yaitu : 1. Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian melakukan perawatan pada sisa tungkai 2. Menjelaskan mengenai phantom limb pain dan membantu pasien menyesuaikan persepsi mereka sendiri. Pasien biasanya mengal ami nyeri tungkai fantom segerasetelah pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi dan lama kelamaan akanmenghilang. 3. Menganjurkan untuk tetap aktif dan mendemonstrasikan teknik distraksi untukmengurangi phantom limb pain 4. Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk tidak dudukdalam waktu yang lama. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegeramungkin karena deformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputilatihan pinggul dan lutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untukamputasi atas lutut. Penting bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisatungkai 5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dansahabat klien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan 6. Mengajarkan cara berjalan yang normal. Sisa tungkai harus digerakkan ke depan danke belakang saat pasien berjalan dengan tongkat. Untuk mencegah deformitas fleksi permanen, sisa tungkai tidak boleh dibiarkan dalam posisi fleksi

description

preskas

Transcript of Rm Pasien Amputasi

Page 1: Rm Pasien Amputasi

Health Education yang perlu diberikan untuk klien post amputasi yaitu :

1. Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian melakukan

perawatan pada sisa tungkai

2. Menjelaskan mengenai phantom limb pain dan membantu pasien

menyesuaikan persepsi mereka sendiri. Pasien biasanya mengalami nyeri tungkai fantom 

segerasetelah pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi dan lama kelamaan

akanmenghilang.

3. Menganjurkan untuk tetap aktif dan mendemonstrasikan teknik distraksi

untukmengurangi phantom limb pain

4. Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk tidak dudukdalam

waktu yang lama. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegeramungkin karena

deformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputilatihan pinggul dan

lutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untukamputasi atas lutut. Penting

bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisatungkai

5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dansahabat

klien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan

6. Mengajarkan cara berjalan yang normal. Sisa tungkai harus digerakkan ke depan danke

belakang saat pasien berjalan dengan tongkat. Untuk mencegah deformitas fleksi

permanen, sisa tungkai tidak boleh dibiarkan dalam posisi fleksi

POST AMPUTASI : (SINGKATNYA)

1. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera mungkin karena deformitas

kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi latihan pinggul dan lutut untuk

amputasi bawah lutut dan latuhan pinggul untuk amputasi atas lutut. Pasien harus

memahami pentingnya latihan sisa tungkai. 

2. Positioning

Kontraktur mudah untuk dicegah tetapi sulit untuk koreksi. Pasien amputasi

tidak boleh tidur pada kasur yang terlalu lembut, menggunakan bantal di bawah bagian be

lakang atau paha, atau kepala tempat tidur ditinggikan. Berdiri dengan sisaekstremitas

transfemoral beristirahat pada tongkat penopang harus dihindari.

Page 2: Rm Pasien Amputasi

Semua posisi ini dapat menyebabkan kontraktur fleksi hip. Pasien amputasi tidak bolehm

eletakkan bantal di antara kedua kaki, karena ini menyebabkan kontraktur hipabduction.

Pasien amputasi below knee tidak boleh meletakkan ekstremitas yangtersisa

menggantung di tepi ranjang, bantal ditempatkan di bawah lutut, atau denganlutut

tertekuk, dan tidak boleh duduk di kursi roda dengan lutut tertekuk,

karena posisi ini menyebabkan kontraktur fleksi genu. Pada pasien dengan amputasi di ba

wah lutut yang mempergunakan kursi roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah

stump board saat pasien duduk.

3. Berjalan dengan kruk dengan atau tanpa prostetik berbagai gerak yang baik dan,

jikamemungkinkan, lebih dipilih dibandingkan dengan mobilitas menggunakan

kursiroda. Pasien amputasi harus berbaring telungkup selama 15 menit tiga kali

sehariuntuk membantu mencegah kontraktur fleksi hip.

4. Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimalalat

gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapatdilakukan

untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan inidimulai saat drain

telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihanmejadi aktif secara

bertahap, dari latihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihandengan tahanan pada

puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasiendidorong untuk berusaha

mengurangi sensitifitasnya. Hal ini juga akan

membantu pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat

geraknya sudah tidak ada.

5. Pegangan di atas tempat tidur dapat digunakan pasien untuk mengubah posisi

danmenguatkan bisep. Trisep yang sangat diperlukan untuk berjalan dengan

tongkat,dapat diperkuat dengan cara menekan telapak tangan pada tempat tidur

sementaramendorong tubuh ke atas (latihan push-up).

6. Latihan seperti hiperekstensi sisa tungkai, yang dijalankan di bawah

pengawasanfisioterapis, juga membantu memperkuat otot selain meningkatkan peredaran

darah,mengurangi edema, dan mencegah atrofi.

7. Kekuatan dan ketahanan dikaji dan aktifitas ditingkatkan secara bertahap untuk

mencegah keletihan. Ketika pasien mengalami kemajuan sehingga ia mampu mandiri

menggunakan kursi roda, ambulasi dengan bantuan, atau ambulasi dengan prosthesis,

Page 3: Rm Pasien Amputasi

harus ditekankan pada anjuran keamanan. Rintangan lingkungan (misal. Tangga,lantai

tak rata, pintu, lantai basah) harus diidentifikasi, dan diusahakan metode

untukmenanganinya. Masalah yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu

mobilisasi(misal. Tekanan pada aksila akibat pemakaian tongkat, iritasi kulit tangan

akibat pemakaian kursi roda, iritasi sisa anggota tubuh akibat penggunaan prosthesis) diid

entifikasi dan ditangani.

PENATALAKSANAAN SISA TUNGKAI PADA AMPUTASI :

Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisatungkai

(puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk

penggunaan prostesis. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut terhadap sisa tungka

i, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid danmenggunakan

teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.

Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata,menyangga

jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan

balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prostesissementara (pylon)

dan kaki buatan. Kaos kaki steri dipasang pada sisi anggota. Bantalan dipasang pada daerah peka

tekanan. Puntung kemudian dibalut dengan gips elastis yang ketika mengeras akan

mempertahankan tekanan yang merata. Teknik balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat

socket untuk pengukuran prostesis pasca operatif segera. Gips diganti dalam sekitar 10 sampai

14 hari. Bila ada peningkatan suhu tubuh, nyeri berat,atau gips yang mulai longgarh harus segera

diganti.

Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan

inspeksi berkala sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma

(luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama

dilakukanamputasi guilotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka

debridemendan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari,

ketikainfeksi telah terkontrol dan pasien telah stabil dilakukan amputasi definitif

dengan penutupan kulit

Page 4: Rm Pasien Amputasi

KOMPLIKASI DARI AMPUTASI DAN TATALAKSANANYA :

1. Masalah kulit

Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya beberapa lapisan

jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti jaringan parut, termasuk kulit dan

lapisansubkutan, yang mudah melekat pada tulang. Sehingga perlu diperhatikan adanya

mobilisasi jaringan parut. Sebelum luka insisi sembuh sempurna, sebuah whirlpool sering

membantupada penyembuhan luka yang lambat atau pada luka yang sedang didraining.

Hidroterapi dapat dilakukan selama 20-30 menit satu atau dua kali sehari.

Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut air atau

preparatlanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan lunak bagian distal

akanmembantu mempertahankan mobilitasnya di atas permukaan atau ujung tulang.

Tapping jaringan parut dan bagian distal jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari

sering membantu untuk mendesensitasi area tersebut sebelum penggunaan prosthesis.

Tapping dilakukan dengan ujung jari, dimulai dengan sentuhan ringan dan kemudian

tekanan ditingkatkan sekitar 5 menit hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.

Cara membersihkan kulit yang baik juga harus diajarkan, misalnya dengan

mempergunakan sabun yang bersifatringan, cuci kulit hingga berbusa lalu basuh dengan

air hangat. Kulit dikeringkan dengancara ditekan dengan lembut, tidak digosok.

Pembersihan ini dilakukan setiap hariterutama pada sore hari 

2. Infeksi

Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi antibiotik. Jika

sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.c.

 

3. Masalah tulang

Osteoporosis.Bisa disebabkan karena penggunaan prostetik tidak memberikan

pembebanan pada sistem skeletal (by passing weight bearing).

 Bone spurs (pertumbuhan tulang yang berlebihan yang dapat menimbulkantekanan

pada kulit).

Skoliosis

Page 5: Rm Pasien Amputasi

Timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak sama. Diterapidengan

mengkoreksi panjang prosthesis.

4. Perubahan berat badan

Pasien dengan amputasi sering mengalami penurunan berat badan sebelum dan atau

setelah menjalani amputasi. Karena bentuk  socket  prostetik tetap konstan

sementara alatgerak yang tersisa dapat berfluktuasi, maka perubahan bera badan 5 lb saja

dapat menyebabkan perubahan dari  fitting yang tepat untuk sebuah prostetik dan akan

menyebabkan timbulnya masalah kulit.

5. Kontraktur sendi atau deformitas

Pada alat gerak bawah, adanya kontraktur panggul sangat mengganggu karena

membuat pasien kesulitan untuk mengekstensikan panggulnya dan mempertahankan pusa

tgravitasi di lokasi normalnya. Sementara itu jika pusat gravitasi mengalami

perubahan,maka akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan

ambulasi.

Adanya tendensi kontraktur fleksi lutut terdapat pada amputasi bawah lutut yang dapat

membatasi keberhasilan fitting sebuah prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena

nyeri, kerja otot dan pasien yang duduk untuk jangka waktu lama dalam kursi roda. Hal

tersebut diatas dapat dicegah dengan cara:

Positioning

Di tempat tidur puntung diletakkan paralel terhadap alat gerak bawah yang

tidakdiamputasi tanpa bersandar pada bantal. Pasien berbaring selurus mungkin

untuk jangka waktu yang singkat selama satu hari dan mulai secara bertahap berbaring

telungkup saat drain telah diangkat bila kondisinya memungkinkan. Posisi ini mula-

mula dipertahankan selama 10 menit yang kemudian ditingkatkan menjadi 30 menit

selama 3 kali per hari. Jika pasien mempunyai masalah jantung dan pernafasan

atau jika posisi telungkup terasa tidak nyaman, pertahankan posisi telentang selama

mungkin. Pada pasien dengan amputasi di bawah lutut yang mempergunakan kursi

roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah stump board saat pasien duduk.

Fleksi lututyang lama harus dihindari.

Page 6: Rm Pasien Amputasi

Posisi yang tidak boleh dilakukan pada pasien amputasi

Latihan

Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimalalat

gerak yang diamputasi.Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapat dilakukan

untuk mencegahdeformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan ini dimulai saat

drain telah dilepasdalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihan mejadi aktif secara

bertahap, darilatihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihan dengan tahanan pada

puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasien didorong untuk berusaha

mengurangisensitifitasnya. Hal ini juga akan membantu pasien untuk mulai

mengatasiketerkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat geraknya sudah tidak ada.

Page 7: Rm Pasien Amputasi

 

6. Neuroma

Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila menyembuh.

Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini di jaringan ikat akan menyebabkan

nyerisaat prostetik memberikan tekanan. Pada awalnya, nyeri dapat dihilangkan dengan

memodifikasi  socket. Neuroma dapat pula diinjeksi secara lokal dengan 50 mg

lidocainehydrochloride (xylocaine) dan 40 mg triamcinolone actonide (Kenalog). Injeksi

ini dapatdikombinasikan dengan terapi ultrasound. Phenolisasi neuroma dapat

menghilangkannyeri untuk jangka waktu yang lama. Desensitasi neuroma dapat

dilakukan juga denganmelakuka tapping dan vibrasi. Eksisi dengan phenolisasi dan

silicone capping telah disarankan untuk beberapa kasus

 

7. Phantom sensation

Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu sensasi yangtimb

ul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien mengalami sensasi sepertidari alat

gerak yang intak, yang saat ini telah hilang. Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan

tingling atau rasa baal yang tidak menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa

sangat nyata sehingga pasien dapat mencoba

untuk berjalan dengan kaki yang telah diamputasi. 

Dengan berlalunya waktu, phantom sensation cenderung menghilang tetapi juga

terkadang akan menetap untuk beberapa dekade. Biasanya sensasi terakhir yang hilang

adalah yang berasal dari jari, jari telunjukatau ibu jari, yang terasa seolah-olah masih

menempel pada puntung. Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini.

Salah satunya adalahteori yang menyatakan bahwa karena alat gerak merupakan bagian

integral dari tubuh,maka akan secara berkelanjutan memberikan sensory cortex rasa

taktil, propriosepsi,dan terkadang stimuli nyeri yang diingat sebagian besar di bawah

sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, persepsi yang diingat tersebut

akan menimbulkan  phantom sensation

Page 8: Rm Pasien Amputasi

8. Phantom pain

Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation. Sebagian besar

phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya secara bertahap serta

menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih satu tahun. Bagaimanapun

jugas e jumlah ketidakmampuan dapat timbul menyertai rasa nyeri pada beberapa pasien

amputasi. Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi

dalam korteksdan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh inhibisi

yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke pusat. Sering

dihubungkan dengan gangguan emosional, tetapi sulit menentukan apakan gangguan

emosionalmendahului atau merupakan akibat darinya. Phantom pain dapat dipresipitasi

atau ditingkatkan oleh setiap kontak, tidak perludengan rasa nyeri saja, tetapi dapat juga

dalam bentuk kontak dengan puntung atau dengan suatu “trigger area” pada batang

tubuh, kontak dengan alat gerak kontralateral, atau kepala. Selain itu juga dapat dipicu

oleh suatu fungsi otonomik seperti miksi,defekasi, ejakulasi, angina pectoris, atau

merokok sigaret. Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang

berbentuk seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau

shooting dan

dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus yang berduasi 

beberapa menit.

Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri seperti diputar atau distorsidari bagian tubuh,

contohnya seperti menggenggam tangan dengan kuku menekan kedalam telapak tangan.

Phantom pain berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non invasif. Pasien

sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan didorong untuk

merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi sensitivitasnya. Sejumlah modalita

s dancara telah dicoba untuk mengurangi nyerinya seperti penggunaan prostetik, injeksi

lokal pada trigger points, penggunaan transcutaneous nerve stimulation (TNS),

interferential, akupunktur, ultrasound, perkusi secara manual ataupun elektris, operasi

dan penggunaan bahan kimia untuk simpatektomi, modifikasi tingkah laku serta

konseling psikososial.

Page 9: Rm Pasien Amputasi

9. Edema

Edema pada puntung akan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat dan akan

membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan berbagai macam

cara seperti mempergunakan total-contact sockets, terutama jika sifatnya inelastik,dengan

penggunaan elastic bandaging,  plaster cast, air bags atau Unna dressing (dibuatseperti

cast dengan mempergunakan impregnated gauzed yang tersedia secarakomersial) atau

dapat pula dengan cara immediate fit rigid dressing. Latihan pada

daerah puntung, penggunaan stump board serta peninggian ujung tempat tidur hingga

bersudutkurang lebih 300 juga akan membantu mengontrol edema. Dibawah ini beberapa

carauntuk mengontrol edema pada puntung :

a. Bandaging

Merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien dengan penyakit

vaskuler, karena bandaging yang buruk akan menyebabkankerusakan pada puntung.

Elastic   bandages selain membantu mengontrol edema tetapi juga akanmengecilkan

dan membentuk alat gerak yang tersisa untuk  prosthetic casting. Sebuah balutan

selebar 4 inchi biasanya dipergunakan untuk puntung

di bawah lutut. Untuk mempertahankan bandage, sebuah balutan berbentuk angka

delapan biasanya membalut sendi proksimal yang terdekat dengan puntung. Balutan

dimulai dari proksimal (langkah 1) lalu dibawa ke ujung distal punting (langkah 2).

Balutan lalu dibawa lagi ke proksimal (langkah 3) dan dibalutkan membungkus sisa

ujung distal (langkah 4). Tekanan yang diberikan sebaiknya sama rata dan menurun

ke arah lipat paha. Putaran harus dilakukan secara diagonal, hindari putaran sirkuler

untuk menghindari efek tourniquet yang dapat menimbulkan edema di bagian distal.

Puntung sebaiknya dibalut ulang sedikitnya tiga kali sehari (paling baik setiap 3-4

jam sekali) dan pada kondisi bandage melonggar, menggeser atau menggulung.

Bandage harus dipergunakan sepanjang hari tetapi dilepaskan jikamempergunakan

sebuah prosthesis. Pemakaiannya kurang lebih satu tahun dan

asien beserta keluarganya harus diajarkan cara mempergunakannya secara mandiri.

Pemeriksaan kulit secara teratur harus dilakukan demikian pula dengan pencucian

Page 10: Rm Pasien Amputasi

kaus kaki dan bandage. Jika lutut dalam resiko terjadinya flexion contracture, sebuah

posterior plastermid-thigh length splint dapat dipergunakan. Pembalutan yang lebih

kerassecara progresif dilakukan jika luka sudah sembuh, walaupun masih sutura beu

m diangkat. Penggunaan material pembalut diatas luka harus dihentikan secepat

mungkin bila pembentukan puntung yang baik telah dicapai.

b. Massage puntung

Centripetal massage membantu mengurangi edema, memperbaiki sirkulasi

danmencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk melatih puntungnya.

10. Komplikasi Respirasi dan Sirkulasi

Latihan pernafasan dan kaki (brisk foot exercise) untuk bagian yang tidak diamputasi

dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada fungsi respirasi dan sirkulasinya.

Diberikan pada hari-hari pertama paska operasi dan dilanjutkansampai tidak terdapat

dahak dan pasien dapat berambulasi.

Page 11: Rm Pasien Amputasi

HE UNTUK KLIEN POST AMPUTASI :

Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian

melakukan perawatan pada sisa tungkai

Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk duduk

dalamwaktu yang lama Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera mungkin

karenadeformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi latihan

pinggul danlutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untuk amputasi atas

lutut. Penting bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisa tungkai.

Duduk dalam waktu yanglama jangan dianjurkan. (Brunner & Suddarth, 2001)

Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dan

sahabatklien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan

Menjelaskan bahwa sisa tungkai tidak boleh diletakkan di atas bantal karena

dapatmenyebabkan kontraktur fleksi pinggul. Kontraktur sendi di atas amputasi

merupakankomplikasi yang sering terjadi

Menjelaskan pentingnya melakukan latihan postural

Karena pasien amputasi ekstremitas atas memerlukan kedua bahu untuk

mengoperasikan prosthesis, maka kedua otot bahu harus dilatih. Pasien dengan amputasi atas sik

u ataudisartikulasi sendi bahu kemungkinan besar mengalami abnormalitas postural

yangdiakibatkan oleh kehilangan berat ekstremitas yang diamputasi. Maka latihan posturalsangat

penting. (Brunner & Suddarth, 2001)

Menjelaskan pentingnya melakukan latihan perubahan posisi (misal berdiri setelah

dudukatau berdiri dengan satu kaki.Amputasi mengakibatkan pergeseran titik gravitasi;

sehingga pasien perlu melakukanlatihan perubahan posisi (misal berdiri setelah duduk

atau berdiri dengan satu kaki).Pasien harus memakai sepatu yang berukuran pas dan

dengan alas yang tidak licin.Selama perubahan posisi, pasien harus dilindungi dan kalau

perlu distabilkan dengansabuk pemindah untuk mencegah agar tidak jatuh

Page 12: Rm Pasien Amputasi

Menganjurkan pasien dengan amputasi ekstremitas atas sebaiknya mengenakan T-

shirtkatun untuk mencegah kontak antara kulit dan penggantung bahu dan

memperbaiki penyerapan keringat.

Menganjurkan untuk selalu menggunakan teknik aseptic pada saat bersentuhan

denganluka karena infreksi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada

amputasi.Pasien yang telah menjalani amputasi sering memiliki peredaran darah yang

buruk, lukanya terkontaminasi, atau menderita masalah kesehatan lain yang dapat

mempengaruhi terjadinya infeksi.

Menganjurkan untuk selalu menjaga hygiene kulit. Kerusakan kulit dapat terjadi akibat

imobilisasi dan tekanan dari berbagai sumber.Higiene kulit yang cermat sangat penting

untuk mencegah iritasi, infeksi, dan kerusakankulit. Sisa anggota dicuci dan dikeringkan

(dengan lembut) paling tidak dua kali sehari.Kulit diinspeksi adanya tanda-tanda daerah

tekanan, dermatitis, dan lepuh; bila ada, harusditangani sebelum kerusakan kulit lebih

lanjut terjadi. Biasanya, kaus kaki sisa tungkaidikenakan untuk menyerap keringat dan

menghindari kontak langsung antara kulit dansoket prosthesis. Kaus kaki diganti setiap

hari dan harus pas dengan lembut untukmencegah iritasi yang diakibatkan oleh lipatan.

Socket prosthesis dicuci dengan deterjenringan, dibilas, dan dikeringkan benar dengan

kain kering bersih. Pasien dinasehati bahwakaus kaki harus benar-benar kering sebelum

pemasangan prosthesis.

Penyuluhan vokasional dan pelatihan kembali pekerjaan mungkin diperlukan

untukmembantu pasien kembali ke pekerjaannya.

Perawatan di rumah. Bila pasien telah mencapai homeostasis fisiologis dan telah

menunjukkan pencapaiansasaran perawatan kesehatan utama, maka rehabilitasi dapat

dilanjutkan dalam fasilitas rehabilitasi ataupun di rumah. Penyesuaian harus dilakukan

untuk meyakinkan bahwa pasien akan tetap melanjutkan perawatan, keamanan, dan

mobilitasnya.

Page 13: Rm Pasien Amputasi