amputasi - kmb

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini diebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitriana (2002) di 1

description

AMPUTASI

Transcript of amputasi - kmb

Page 1: amputasi - kmb

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang

bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan

penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan

amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti

penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan

alat gerak pada tubuh manusia ini diebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw,

dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari

seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation)

merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian

amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitriana

(2002) di Amerika Serikat terjadi 43.000kasus per tahun dari jumlah penduduk

280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam Raichle et al. (2009)

disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000per tahun dari jumlah

penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi di Amerika Serikat, baik secara jumlah,

maupun secara persentase dari jumlah penduduk.

1

Page 2: amputasi - kmb

1.2.Tujuan

Menjelaskan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, jenis-jenis

amputasi, tingkatan amputasi, penatalaksanaan amputasi, managemen

amputasi.

1.3.Manfaat

Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, etiologi,

patofisiologi, jenis-jenis amputasi, tingkatan amputasi, penatalaksanaan

amputasi, managemen amputasi.

2

Page 3: amputasi - kmb

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian

atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan

dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada

ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik

lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien

secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan

komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh

seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten

cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien

atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2.2.Etiologi

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.

4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

3

Page 4: amputasi - kmb

5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

6. Deformitas organ.

2.3.Metode Amputasi

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua

metode :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.

Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih,

dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi.

Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain

adalah karena trauma amputasi.

2.4.Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan

mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.

Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.

4

Page 5: amputasi - kmb

2. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak

direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi

amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

3. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada

trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang

luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

1) Amputasi terbuka

2) Amputasi tertutup.

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana

pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi

tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat

skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang

lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya

meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga

kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan

persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

5

Page 6: amputasi - kmb

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami

amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai

dengan kompetensinya.

2.5.Tingkatan Amputasi

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.

Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum,

mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari

jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi

dua letak amputasi yaitu :

a) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada

nonischemic limb dan inschemic limb.

b) Amputasi diatas lutut

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien

dengan penyakit vaskuler perifer.

3. Nekrosis

Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila

tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

6

Page 7: amputasi - kmb

4. Kontraktur

Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi

serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi

karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5. Neuroma

Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga

melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan

memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam

otot.

6. Phantom sensation

Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya

ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-

obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

2.6.Penatalaksanaan Amputasi

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.

Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :

1. Rigid dressing

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar

operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus

immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan

memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang

balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang

7

Page 8: amputasi - kmb

menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan

mempercepat posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera,

mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3

minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan

rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan

penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta

kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program

perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk

melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda

infeksi lokal atau sistemik.

2. Soft dressing

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan

pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan

yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai

menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan

meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal

pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya

luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan

sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk

berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke

10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk

tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk

8

Page 9: amputasi - kmb

mencegah terjadinya kontraktur.

2.7.Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh

Adapun pengaruhnya meliputi :

1. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan

penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah

sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih

besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid

plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar

keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga

menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke

hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga

terjadi peningkatan diuresis.

3. Sistem respirasi

a. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka

kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam

rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempat

9

Page 10: amputasi - kmb

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi

perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara

mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena

latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c. Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran

pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan

menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin

dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering

dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b. Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini

mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan

isi sekuncup.

c. Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana

anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi

lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak

10

Page 11: amputasi - kmb

berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi

menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk

memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien

merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan

pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler

memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,

demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu

sehingga menjadikan kelelahan otot.

b. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya

penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan

paralisis otot.

c. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya

keterbatasan gerak.

d. Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan

persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan

tulang menjadi keropos.

11

Page 12: amputasi - kmb

6. Sistem Pencernaan

a. Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi

sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta

penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu

makan.

b. Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan

spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat

dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air

besar.

7. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing

berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya

gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat

menyebabkan:

Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah

membentuk batu ginjal.

Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang

biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.

8. Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan

bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah

12

Page 13: amputasi - kmb

dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia,

hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit

dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

2.8.Managemen Keperawatan

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap

yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.

a. Pre Operatif

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya

untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi

kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi

fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani

operasi.

Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat

mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,

penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji

riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh

klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala

13

Page 14: amputasi - kmb

tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk

mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/

tindakan darurat.

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat

hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut

atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan

progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi

terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus

return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan

pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator

fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian

terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai

adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

14

Page 15: amputasi - kmb

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik

dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada

kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi

kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan

dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap

gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping

itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri

yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan

memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran

ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah

dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,

pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran

dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama

dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan

pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya

gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien

15

Page 16: amputasi - kmb

setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri.

Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik

bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk

melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre

operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak

dibahas pada makalah ini.

Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau

melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang

akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal,

fungsi hepar dan fungsi jantung.

b. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik

klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk

menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan,

pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas,

pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus

untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur

operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan

drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa

postoperatif.

16

Page 17: amputasi - kmb

Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.

c. Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan

tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas

bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar

secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas,

mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah

yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya

perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu

ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain

tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan

secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi

optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,

khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan

klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan

klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat

penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya

17

Page 18: amputasi - kmb

nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien

merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat

amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena

membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri

pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu

klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh

klien benar adanya.

18

Page 19: amputasi - kmb

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tindakan Amputasi ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan

terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak

mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala

kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau

merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Tindakan Amputasi ini juga dapat berpengaruh pada beberapa sistem dalam

tubuh.

19