RINGKASAN - umpalangkaraya.ac.id filePenggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja terbagi...

6
RINGKASAN Deriyanto. 2015. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Tentang Penggunaan Antibiotik Sebagai Terapi Pengobatan. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi DIII Farmasi. Pembimbing : (I) Rezqi Handayani, S.Farm., M.P.H., Apt (II) Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menyampaikan berdasarkan hasil survei global mengenai Resistensi Antimikroba menunjukkan bahwa resistensi tidak lagi menjadi prediksi untuk masa depan namun itu terjadi sekarang. Dengan itu WHO menyampaikan kini dunia sedang menuju Era-Pasca- Antibiotik, dimana hal itu dibuktikan dengan kegagalan pengobatan dengan obat terakhir untuk penyakit Gonore yaitu sefalosporin generasi ketiga yang telah dikonfirmasi di beberapa negara. Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, antibiotik bukanlah hal yang baru. Antibiotik seringkali digunakan tanpa resep dokter sehingga memicu penggunaan sewenang-wenang atau semaunya. Pastinya dengan penggunaan sewenang-wenang ini dengan dosis yang tidak tepat serta lama pemakaian yang tidak tepat pula. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi atau yang lebih dikenal dengan usaha untuk mengobati penyakit maupun gejala penyakit tanpa resep dokter. Salah satu jenis obat yang sering digunakan oleh masyarakat dalam swamedikasi adalah antibiotik. Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat penggunaan Antibiotik di rumah tangga yang sangat tinggi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan persentase sebesar 86% rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep dokter. Dimana rumah tangga yang mendapatkan obat Antibiotik sumber utamanya adalah dari Apotek dan Toko Obat/Warung. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase rumah tangga yang mendapatkan obat dari Apotek dengan persentase 41,1% dan dari Toko Obat/Warung dengan persentase 37,2%. Berdasarkan tempat tinggal, persentase rumah tangga yang memperoleh obat di apotek lebih tinggi di perkotaan, akan tetapi sebaliknya persentase rumah tangga yang memperoleh obat di Toko Obat/Warung lebih tinggi di pedesaan. Namun, jika dilihat berdasarkan persentase rumah tangga yang mendapatkan obat dari pelayanan kesehatan formal seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan Klinik tidak jauh berbeda antara di perkotaan dan pedesaan. Untuk daerah perkotaan yaitu dengan persentase 16,9% dan di pedesaan dengan persentase 16,6%. Hal tersebut juga tidak lepas dari kurangnya Fasilitas-fasilitas kesehatan yang memadai. Sehingga mempengaruhi tingkat penggunaan Antibiotik yang tidak tepat. Dengan tingkat pengetahuan tersebut memicu adanya penyalahgunaan Antibiotik. Di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan merupakan desa yang terletak didaerah pinggiran bantaran sungai Katingan dan jauh dari pusat perkotaan, sehingga hal tersebut membuat tingkat pengetahuan masyarakat disana cukup rendah sebagai dampak kurangnya akses informasi yang memadai terutama

Transcript of RINGKASAN - umpalangkaraya.ac.id filePenggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja terbagi...

RINGKASAN

Deriyanto. 2015. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Tentang Penggunaan Antibiotik Sebagai Terapi Pengobatan. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi DIII Farmasi. Pembimbing : (I) Rezqi Handayani, S.Farm., M.P.H., Apt (II) Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt

World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menyampaikan berdasarkan hasil survei global mengenai Resistensi Antimikroba menunjukkan bahwa resistensi tidak lagi menjadi prediksi untuk masa depan namun itu terjadi sekarang. Dengan itu WHO menyampaikan kini dunia sedang menuju Era-Pasca-Antibiotik, dimana hal itu dibuktikan dengan kegagalan pengobatan dengan obat terakhir untuk penyakit Gonore yaitu sefalosporin generasi ketiga yang telah dikonfirmasi di beberapa negara. Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, antibiotik bukanlah hal yang baru. Antibiotik seringkali digunakan tanpa resep dokter sehingga memicu penggunaan sewenang-wenang atau semaunya. Pastinya dengan penggunaan sewenang-wenang ini dengan dosis yang tidak tepat serta lama pemakaian yang tidak tepat pula. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi atau yang lebih dikenal dengan usaha untuk mengobati penyakit maupun gejala penyakit tanpa resep dokter. Salah satu jenis obat yang sering digunakan oleh masyarakat dalam swamedikasi adalah antibiotik.

Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat penggunaan Antibiotik di rumah tangga yang sangat tinggi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan persentase sebesar 86% rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep dokter. Dimana rumah tangga yang mendapatkan obat Antibiotik sumber utamanya adalah dari Apotek dan Toko Obat/Warung. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase rumah tangga yang mendapatkan obat dari Apotek dengan persentase 41,1% dan dari Toko Obat/Warung dengan persentase 37,2%. Berdasarkan tempat tinggal, persentase rumah tangga yang memperoleh obat di apotek lebih tinggi di perkotaan, akan tetapi sebaliknya persentase rumah tangga yang memperoleh obat di Toko Obat/Warung lebih tinggi di pedesaan. Namun, jika dilihat berdasarkan persentase rumah tangga yang mendapatkan obat dari pelayanan kesehatan formal seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan Klinik tidak jauh berbeda antara di perkotaan dan pedesaan. Untuk daerah perkotaan yaitu dengan persentase 16,9% dan di pedesaan dengan persentase 16,6%. Hal tersebut juga tidak lepas dari kurangnya Fasilitas-fasilitas kesehatan yang memadai. Sehingga mempengaruhi tingkat penggunaan Antibiotik yang tidak tepat. Dengan tingkat pengetahuan tersebut memicu adanya penyalahgunaan Antibiotik. Di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan merupakan desa yang terletak didaerah pinggiran bantaran sungai Katingan dan jauh dari pusat perkotaan, sehingga hal tersebut membuat tingkat pengetahuan masyarakat disana cukup rendah sebagai dampak kurangnya akses informasi yang memadai terutama

tentang obat-obatan. Kasus pada penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan tentang penggunaan Antibiotik sebagai terapi pengobatan.

Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini disebut sebagai antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Antibiotik adalah zat yang secara alami dihasilkan oleh suatu mikroorganisme untuk menghambat patogenisitas mikroorganisme yang lain (Pratiwi, 2008). Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotik terbagi menjadi dua yaitu antibiotik yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan antibiotik yang bersifat mematikan bakteri disebut bakterisida. Selain itu berdasarkan sifat aktivitasnya, antibiotik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antibiotika spektrum luas (board spectrum) yang dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif dan negatif, contohnya tetrasiklin, dan antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum) yang hanya aktif pada beberapa jenis bakteri saja, contohnya Penicillin G (Lullman et al, 2005 di dalam Zakia Sufiatinur 2013).

Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja terbagi menjadi tiga kelompok (Neal, 2006) : 1. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat

Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini : Sulfonamid, Kuinolon, Metronidazol, dan Rifampisin. Asam nukleat merupakan bagian yang sangat vital bagi perkembangbiakan sel.

2. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini : Penisillin, Karbapenem, Monobaktam, Sefalosporin, dan Vankomisin. Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan lisis. Dinding sel berfungsi untuk melindungi bagian dalam sel terhadap perubahan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa lapisan. Struktur dinding sel bakteri Gram-positif berbeda dengan bakteri Gram-negatif. Pada bakteri Gram-positif mengandung 90% peptidoglikan serta lapisan tipis asam teikoat dan teikuronat. Bakteri Gram-negatif memiliki lapisan di luar dinding sel yang mengandung 5-10% peptidoglikan, selain itu juga terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein. Peptidoglikan pada bakteri Gram positif berperan pada rigiditas, sedangkan pada bakteri Gram-negatif berperan pada integritas. Oleh karena itu, gangguan sintesis komponen ini dapat menyebabkan lisis dan kematian sel.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini : Tetrasiklin, Aminoglikosida, Kloramfenikol, dan Makrolida. Sel mikroba perlu mensintesis protein untuk kehidupannya. Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom dengan bantuan tRNA dan mRNA.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan. Waktu penelitian adalah selama 6 bulan sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengetahuan masyarakat tentang antibiotik sebagai terapi pengobatan. Definisi operasional pada penelitian ini yaitu Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik adalah kemampuan masyarakat di Desa Tumbang Runen menjawab pertanyaan berdasarkan tingkat pendidikan dan klasifikasi berdasarkan umur mengenai Antibiotik. Populasi penelitian ini adalah masyarakat berusia 18-60 tahun di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan. Peneliti menggunakan tabel Krejcie & Morgan untuk menentukan jumlah sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, dan jumlah populasi sebanyak 291 orang diambil berdasarkan kriteria usia 18-60 tahun sebanyak 169 orang. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner/angket. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang terdiri dari 15 pertanyaan yang telah di validasi. Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa angket/kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang berisi pertanyaan yang dijawab langsung oleh responden tanpa diwakilkan oleh orang lain. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang disusun peneliti. Responden tinggal memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan pilihan jawaban ”Ya” dan ”Tidak” lalu apabila memilih jawaban ”Ya” maka harus memberikan alasan maupun jawaban atas pilihan jawaban tersebut. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan rumus persentase. Berikut Ini indikator soal angket yang digunakan pada penelitian ini : No. INDIKATOR BUTIR SOAL 1 2 3 4 5

Pengetahuan Tentang Antibiotik Cara Mendapatkan Antibiotik Penggunaan Antibiotik Efek Samping Antibiotik Cara Penyimpanan Antibiotik

1 – 4 5 – 7 8 – 11 12 13 – 15

Dari hasil persentase data tentang jawaban masyarakat berdasarkan soal angket indikator 1, yaitu mengenai pengetahuan tentang antibiotik. Maka, dapat diketahui bahwa 49,25% masyarakat menyatakan dengan jawaban ya dan 50,75% masyarakat menyatakan dengan jawaban tidak. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa berdasarkan indikator angket 1 masyarakat desa Tumbang Runen kurang mengetahui mengenai pengetahuan tentang antibiotik. Hal ini berhubungan langsung dengan pengetahuan dari masing-masing responden, dimana salah satunya sebagian responden hanya mengetahui Antibiotik melalui contoh obat Antibiotik yang sering mereka gunakan, yaitu berdasarkan nama dagang tertentu seperti Amoxicilin, Ampicilin, Tetrasiklin, dan Penicilin. Namun, sebenarnya

mereka sendiri tidak mengetahui sebenarnya Antibiotik. Masalah tersebut juga dibuktikan dengan persentase 52,66% masyarakat menyatakan ya pernah mendapatkan petunjuk penggunaan antibiotik dari tenaga kesehatan. Hasil tersebut membuktikan bahwa secara garis besar masyarakat di Desa Tumbang Runen cukup mengetahui tentang obat Antibiotik melalui contoh-contoh obatnya berdasarkan merek dagang dari obat Antibiotik. Namun, hal tersebut tidak didukung dengan pengetahuan mereka tentang golongan Antibiotik disertai kurangnya kepatuhan dari masyarakat itu sendiri. Kurangnya kontrol dari tenaga kesehatan juga merupakan penyebab seringnya penggunaan obat yang tidak tepat dari masyarakat dan juga merupakan dampak dari kurangnya informasi dari tenaga-tenaga kesehatan yang cukup serta fasilitas kesehatan yang memadai.

Dari hasil persentase data tentang jawaban masyarakat berdasarkan soal angket indikator 2, yaitu mengenai cara mendapatkan Antibiotik. Maka, dapat diketahui bahwa 34,31% responden yang menyatakan ya dan 65,69% masyarakat yang menyatakan tidak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat desa Tumbang Runen tidak mengetahui cara mendapatkan antibiotik yang benar berdasarkan ketentuan yang seharusnya. Hal ini dikarenakan memang di Desa Tumbang Runen tidak ada fasilitas kesehatan seperti Apotek maupun Toko Obat. Sehingga membuat mereka jarang berkomunikasi langsung dengan tenaga-tenaga kesehatan, yang memicu mereka untuk membeli atau mendapatkan obat-obat Antibiotik di warung-warung. Pada dasarnya Antibiotik berdasarkan Undang-Undang obat keras St. No. 419, tanggal 22 Desember 1949 merupakan golongan obat yang termasuk obat keras atau golongan obat G yang harusnya dibeli berdasarkan resep dokter.

Dari hasil persentase data tentang jawaban masyarakat berdasarkan soal angket indikator 3, yaitu mengenai penggunaan Antibiotik masyarakat desa Tumbang Runen. Maka, dapat di ketahui bahwa 9,75% responden menyatakan ya dan 90,25% responden yang menyatakan tidak. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Tumbang Runen tidak mengetahui tentang penggunaan Antibiotik. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat desa Tumbang Runen hanya bisa menggunakan obat saja, dimana asalkan obat yang mereka gunakan dirasa cukup untuk mengobati penyakit yang mereka derita maka akan terus digunakan apabila sakitnya kembali. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan penggunaan yang rasional. Penggunaan Antibiotik yang rasional adalah penggunaan Antibiotik yang tepat indikasi penyakitnya, tepat dosis, tepat pasien, tepat obat yang digunakan dan yang paling penting dengan mempertimbangkan efek samping yang ditimbulkan. Dimana gejala demam merupakan salah satu gejala sistemik penyakit infeksi yang paling umum ditimbulkan. Namun, memberikan antibiotik secara langsung bukanlah cara yang tepat, akan tetapi tanyakan terlebih dahulu keluhan-keluhan yang dirasakan penderita sehingga dapat diputuskan apakah gejala demam tersebut perlu diberikan Antibiotik atau tidak. Karena masyarakatnya tidak mengetahui penggunaan Antibiotik yang rasional tersebut, menyebabkan tingginya penggunaan Antibiotik yang tidak tepat dikalangan masyarakat Desa Tumbang Runen. Maka, penyakit yang disebabkan oleh bukan bakteri tersebut tidak akan

mempan bila diobati dengan antibiotik, namun hanya akan memicu terjadinya resistensi antibiotik.

Dari hasil persentase data tentang jawaban masyarakat berdasarkan soal angket indikator 4, mengenai efek samping antibiotik. Maka, dapat di ketahui bahwa 5,91% responden yang menjawab ya dan 94,09% responden yang menjawab tidak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Tumbang Runen tidak mengetahui efek samping dari antibiotik. Dimana keseringan masyarakat di sana kebanyakan berasumsi asalkan penyakit yang diderita sembuh dan dirasa cocok dengan obat yang dikonsusmsi, maka obat apapun bisa digunakan tanpa terkecuali itu salah satunya Obat Antibiotik, yang digunakan dengan penggunaan yang berulang-ulang dan terlampau sering. Sudah tentu hal tersebut nantinya juga berdampak pada masyarakat sendiri ketika asal dalam memilih obat, karena seperti halnya obat pada umumnya Antibiotik juga mempunyai efek samping. Setiap jenis antibiotik memiliki efek sampingnya sendiri-sendiri. Ada yang buruk efeknya terhadap ginjal, hati, dan ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Lalu apalagi kalau antibiotik digunakan terlalu sering, karena mengkonsumsi Antibiotik terlalu sering juga dapat mengganggu keseimbangan flora usus. Dimana pada usus normal manusia juga ada bakteri yang membantu dalam proses pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, bakteri-bakteri juga terdapat pada bagian lain tubuh manusia seperti di kulit, di mulut, dan bagian lainnya yang sifatnya tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis). Keseringan mengkonsumsi Antibiotik berarti membunuh hampir semua bakteri baik yang ada dalam tubuh manusia. Apabila semua bakteri baik tersebut mati ataupun terbasmi, maka keseimbangan mikroorganisme tubuh manusia juga ikut terganggu yang menyebabkan penyakit lain berkesempatan untuk menyerang tubuh manusia. Oleh karena itu, dokter sendiri tidak sembarang dalam memberikan Antibiotik.

Dari hasil persentase data tentang jawaban masyarakat berdasarkan soal angket indikator 5, mengenai pengetahuan masyarakat Desa Tumbang Runen tentang cara penyimpanan Antibiotik. Maka, dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan ya adalah dengan persentase 16,75% dan yang menyatakan tidak adalah dengan persentase 83,25%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria masyarakat Desa Tumbang Runen tidak mengetahui cara penyimpanan Antibiotik. Salah satu contohnya yang terjadi yaitu jika Masyarakat desa berobat ke Pustu setempat, seringkali mereka mendapatkan sirup antibiotik sebagai terapi pengobatan. Bila dibandingkan penyimpanan tablet, sirup memerlukan tata cara penyimpanan yang harus diperhatikan. Berdasarkan data yang didapat masyarakat desa masih belum mengetahui cara penyimpanan sirup antibiotik yang baik terutama lama penyimpanannya. Hal ini dikarenakan ketika masyarakat berobat ke tenaga kesehatan yang ada di Pustu, mereka cenderung hanya bertanya cara pakai obat namun tidak dengan cara penyimpanan. Padahal harusnya selain hanya cara penggunaan atau cara pakai, kita juga harus memperhatikan cara penyimpanannya. Hal ini dikarenakan apabila kita salah dalam penyimpanan Antibiotik, tentu akan mempengaruhi stabilitas dari sirup itu sendiri. Cara penyimpanan antibiotik yang benar untuk sirup antibiotik yaitu disimpan ditempat yang kering, terlindung dari cahaya matahari secara langsung

dan disimpan pada suhu ruangan yaitu pada suhu kamar 30ºC. Namun, disini banyak masyarakat menganggap bahwa cara penyimpanannya sama saja, asalkan selama pada sirup tersebut tidak terjadi perubahan fisik yang berlebihan maka sirup akan layak dikonsumsi. Karena seringkali sirup Antibiotik disimpan ditempat suhu yang tidak sesuai maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kerja dan stabilitas dari obat Antibiotik itu sendiri, walaupun pada dasarnya tidak nampak signifikan apabila hanya diliat pada bentuk fisik obat sirup tersebut. Selain disimpan pada tempat yang benar, untuk waktu penyimpanan juga harus tepat. Penyimpanan sirup Antibiotik yang benar yaitu hanya boleh disimpan dalam kurun waktu 5-7 hari, selebihnya maka sirup Antibiotik tidak layak untuk dikonsumsi.

Hasil olahan data akan disajikan dalam bentuk tabel, untuk hasil analisa yang diperoleh yakni di Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, masyarakat tidak mengetahui mengenai penggunaan antibiotik sebagai terapi pengobatan dimana tingkat pengetahuan masyarakat Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, pada usia 18-60 tahun sebagian besar menyatakan dengan kategori/kriteria ”Tidak Mengetahui” dengan nilai rata-rata responden yang menyatakan ya adalah 26,34%.

Dokumentasi Hasil Penelitian

Kata Kunci : Tingkat, Pengetahuan, Desa, Tumbang Runen, Antibiotik