RHESUS1.doc
-
Upload
kevinara-putra-lamey -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
description
Transcript of RHESUS1.doc
RHESUS
1. Rhesus
Rhesus (rh) adalah turunan jenis darah yang dimiliki setiap manusia. Untuk
melahirkan bayi yang sehat, Rh ibu dan ayah harus sama agar bayi yang dimiliki dapat
lahir dengan selamat serta dapat dengan mudah mendapatkan anak.
Rhesus, merupakan penggolongan atas ada atau tidak adanya antigen-D. Orang
yang dalam darahnya mempunyai antigen-D disebut rhesus positif, sedang orang yang
dalam darahnya tidak dijumpai antigen-D, disebut rhesus negatif. Orang-orang dengan
rhesus negatif mempunyai sejumlah kesulitan karena diseluruh dunia ini, memang orang
dengan rhesus negatif relatif lebih sedikit jumlahnya. Pada orang kulit putih, rhesus
negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar 8%, dan pada orang asia bahkan
hampir seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif. Umumnya dijumpai pada
orang-orang asing atau orang yang mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan
Arab, walaupun tidak langsung.
a. KEHAMILAN DENGAN RHESUS NEGATIF
Ada atau tidaknya antigen-D dalam darah seseorang sangat berpengaruh pada
kehamilan. Bila seorang wanita dengan rhesus negatif mengandung bayi dari pasangan
yang mempunyai rhesus positif, maka ada kemungkinan sang bayi mewarisi rhesus sang
ayah yang positif. Dengan demikian akan terjadi kehamilan rhesus negatif dengan bayi
rhesus positif. Hal ini disebut kehamilan dengan ketidak cocokan rhesus.
Efek ketidak cocokan bisa mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada sel darah
merah bayi yang disebut erytroblastosis foetalis dan hemolisis. Hemolisis ini merupakan
penyebab umum kematian janin dalam rahim, disamping hydrop fetalis/ abortus spontan,
yaitu bayi yang baru lahir dengan keadaan hati yang bengkak, anemia dan paru-paru
penuh cairan yang dapat mengakibatkan kematian.
b. Bila Rhesus Ibu dengan Bayi Tidak Sama
Setiap orang memiliki turunan jenis darah yang disebut rhesus (Rh). Untuk
melahirkan bayi yang sehat, Rh ibu dan ayah harus sama. Setiap orang memiliki jenis
darah sendiri-sendiri yang lebih dikenal dengan golongan darah. Ada empat golongan
darah yaitu A, B, atau O. Keempat golongan darah itu memiliki turunan jenis darah yang
disebut rhesus atau Rh yang terdiri dari Rh positif dan Rh negatif.
Status Rh ini menggambarkan adanya partikel protein di dalam sel darah
seseorang. Bagi yang ber-Rh negatif berarti ia kekurangan faktor protein dalam sel darah
merahnya. Sedangkan yang ber-Rh positif memiliki protein yang cukup.Jenis darah
diturunkan oleh kedua orangtua kepada anaknya. Calon ibu yang ber-Rh positif, atau
bersama-sama ayah ber-Rh negatif, bayi yang dikandung ibu pun memiliki Rh yang
sama. Masalah akan muncul bila calon ibu misalnya memiliki Rh negatif, sedangkan Rh
ayah positif. Ketidaksamaan ini bisa menjadi cikal bakal ketidakcocokan Rh yang sangat
berbahaya bagi bayi. Kemungkinan besar bayi akan terkena penyakit Rh atau hemolitik.
Zat anti-Rh yang beredar dalam darah ibu akan melintasi plasenta dan menyerang
sel darah merah janin yang disebut red cellalloimunization (RCA). Setelah masuk ke
dalam peredaran darah janin, zat tersebut akan ‘membungkus’ sel-sel darah merah janin.
Sel-sel yang terbungkus (coated cells) akan pecah (hemolisis) di dalam organ limpa janin.
Salah satu hasil hemolisis ini adalah pigmen kuning yang disebut bilirubin. Pigmen ini
bersifat racun bila tertimbun di dalam tubuh, dan akan membuat bayi berwarna kuning
saat dilahirkan.
2. Dampak/ Akibat
• Keguguran spontan
• Keguguran yang terpaksa dilakukan
• Kandungan luar rahim (kandungan ektopik)
• Pendarahan ketika hamil
c. PENYEBAB KETIDAKCOCOKAN RHESUS
Ibu dan bayi mempunyai sirkulasi darah masing-masing yang terpisah. Aliran
darah bertemu sangat dekat di plasenta, yang hanya dipisahkan oleh sehelai sel tipis. Hal
ini memungkinkan adanya kebocoran kecil darah janin kedalam sirkulasi darah ibu,
sehingga darah ibu tercampur sedikit darah janin.
Bila seorang wanita dengan rhesus negatif mengandung bayi dengan rhesus
positif, hal ini berarti darah janin yang mengandung antigen-D, masuk dalam darah ibu
yang tidak mengandung antigen-D. Karena perbedaan ini, tubuh ibu mengisyaratkan
adanya benda asing yang masuk dalam darah. Karena itu tubuh ibu kemudian
memproduksi antibodi untuk menghancurkan ‘mahluk asing’ yang beredar dalam darah
tersebut. Produksi antibodi ini sama seperti produksi antibodi kebanyakan manusia bila
ada zat asing dalam tubuh, seperti misalnya produksi antibodi ketika seseorang
diimunisasi cacar. Sehingga sekali antibodi tercipta, maka antibodi ini akan ada seumur
hidup.
d. DIAGRAM KEHAMILAN DENGAN KETIDAK
COCOKKAN RHESUS
1. Wanita dengan rhesus negatif yang mendapat pasangan pria dengan rhesus
positif kemungkinan akan mengandung bayi dengan rhesus positif. Gb.
2. Darah janin yang mengandung rhesus positif memasuki sirkulasi darah ibu
yang memiliki rhesus negatif. Gb.
3. Darah janin yang memasuki sirkulasi darah ibu tanpa injeksi RhoGam
akan memicu terciptanya antibodi dalam tubuh ibu. Gb.
4. Antibodi menyeberang ke sirkulasi darah janin dan menghancurkan sel
darah merah janin, yang mengakibatkan serangkaian penderiataan bagi
janin. Gb.
3. Hukum Mendel
Hukum Mendel I
Setelah menjalankan ekperimen-ekperimen pewarisan monohibrid iaitu pewarisan
satu trait sahaja, Gregor Mendel telah membuat satu kenyataan yang kemudiannya
dinamakan sebagai Hukum Mendel I.
Hukum Mendel I menyatakan bahawa sesuatu trait ditentukan oleh faktor-faktor dalaman
yang wujud berpasangan pada kromosom homolog. Daripada sepasang faktor ini, hanya
satu faktor sahaja dapat dibawa dalam satu gamet.
Hukum Mendel I juga dikenali sebagai Hukum Segregasi.
Hukum Mendel II
Dalam eksperimen-eksperimen yang lain, Mendel telah mengkaji pewarisan dua trait
yang berlainan dalam tumbuhan yang sama, iaitu trait ketinggian dan trait bentuk biji.
Kajian ini melibatkan pewarisan dua trait yang berlainan, maka disebut pewarisan
dihibrid.
Berdasarkan keputusan eksperimen yang melibatkan pewarisan dihibrid, Mendel taleh
mengesyorkan Hukum Mendel II yang juga dikenali sebagai Hukum Pengaturan Bebas.
Hukum Mendel II menyatakan bahawa setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung
secara rawak dengan mana-mana satu alel dari pasangan yang lain.
4. Golongan Darah
Dalam sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
Golongan Sel Darah Merah Plasma
A Antigen A Antibodi A
B Antigen B Antibodi B
AB Antigen A & B Tidak ada antibodi
O Tidak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung
populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah
terhadap populasi yang berbeda-beda.
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O,A,B,AB O,B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
TUGAS PBL
RHESUS
Nama : Hemaliny A.
Sipahutar
NIM : 2007-10-152
Kel : B-15
Tutor : dr. Hartati T.
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
2007
DAFTAR PUSTAKA
Hoffbrand A.V. Kapita Selekta Hematologi. Buku Kedokteran. Edisi 4. 2000. Jakarta.
Abortion. A Practical Guide for Doctors. The Rhesus Antagonis. bab14 hal. 48. 2003
http://samuraixr.blogsome.com/2006/01/15/jenis-darah-dah-rhesus/trackback/
Rhesus Factor Problem, dalam situs www.babyworld.com, 2003
www.monaghanhospital.com . 2003