Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia...

23
0 Makalah Akhir Strategi Pertahanan Indonesia Rekomendasi Kebijakan agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim di Asia Timur: REVOLUSI NAUSENA PAVARADisusun oleh Dian Aditya Ning Lestari 0906492663 Depatemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2012

description

This paper is a policy recommendation to strengthen Indonesia's maritime defence in order to become a naval power in 2050. It proposes the necessary transformations for an overall "revolution" in the sector of maritime defence: transformation of values, posture, and threat perception. "Revolusi Nausena Pavara" is the proposed name for the program. Made for the Indonesia Defence Strategy class.

Transcript of Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia...

Page 1: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

0

Makalah Akhir Strategi Pertahanan Indonesia

Rekomendasi Kebijakan agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim di Asia Timur:

―REVOLUSI

NAUSENA PAVARA―

Disusun oleh

Dian Aditya Ning Lestari 0906492663

Depatemen Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2012

Page 2: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim terbesar di Asia Tenggara. Dengan kepemilikannya atas

1919440 km2 kawasan tanah dan 735355 sq mi kawasan laut,1 Indonesia memiliki banyak

perbatasan laut yang penting untuk dijaganya dari ancaman. Untuk itu, tentunya penting bagi

Indonesia untuk memiliki kekuatan angkatan laut yang handal.

Indonesia sekaligus pemilik dari luas wilayah, jumlah penduduk dan potensi ekonomi

paling signifikan di kawasan. Diperkirakan oleh Goldman Sachs Investment Bank bahwa

Indonesia akan menjadi satu dari tujuh GDP terbesar di dunia di tahun 2050.2 Bukan tidak

mungkin bagi Indonesia, dengan demikian, untuk membangun kekuatan maritimnya demi

menjadi “Nausena Pavara” alias kekuatan angkatan laut terhebat di kawasan.

Selain itu, Indonesia berada di daerah pertukaran strategis antara kepentingan dari

berbagai kawasan. Ia berada di pertemuan antara kepentingan Cina dan Australia, kepentingan

perdagangan India denga Jepang, dengan Taiwan, kepentingan negara-negara Asia Timur dengan

negara di Timur Tengah, dan Indonesia juga berada di tengah kehadiran kekuatan militer AS di

Asia Timur, serta berada diantara dua kekuatan militer besar milik Cina dan Australia. Posisi

tersebut makin menjustifikasi pentngnya Indonesia untuk menjadi kekuatan maritim di kawasan.

Untuk itulah penulis menciptakan paper dan merekomendasikan Revolusi Nausena Pavara untuk

menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan Maritim yang diperhitungkan di Asia Timur.

I.2. Rumusan Permasalahan

Bagaimana Indonesia dapat menjadi kekuatan maritim di kawasan Asia Timur?

Penulis akan menjawab pertanyaan permasalahan ini dengan merekomendasikan konsep

―Revolusi Nausena Pavara.‖

1 Indonesia Diplomatic Handbook, (USA: USA International Business Publications, 2007), hlm. 8. 2 Dominic Wilson and Raluca Dragusanu, The Expanding Middle: The Exploding World Middle Class and falling

Global Inequality, in Global Economic Paper No: 170 (July 2008), hlm. 4

Page 3: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

2

I.3. Kerangka Konsep

Dalam menjelaskan rekomendasi kebijakan yang ditawarkannya, penulis akan

menggunakan beberapa konsep, antara lain:

I.3.1. Transformasi Pertahanan

Menurut Edy Prasetyono, transformasi pertahanan adalah suatu proses perubahan

signifikan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pertahanan suatu negara demi menciptakan

suatu wajah pertahanan baru.3 Transformasi ini penting dalam menciptakan suatu proses revolusi

pertahanan demi mencapai suatu tujuan pertahanan baru. Misalnya, yang akan diargumentasikan

oleh makalah ini, adalah transformasi menuju kekuatan maritim, yang dengan demikian

membutuhkan fokus pada pertahanan maritim. Menurut Edy Prasetyono, transformasi ini penting

untuk dilaksanakan di ranah operasional dan di ranah nila (mindset). Konsep tentang

transformasi pertahanan ini dikembangkan penulis menjadi dasar dari rekomendasi

kebijakannya, yang akan mementingkan ranah nilai. Untuk ranah operasionalnya, mengarahkan

penjelasannya pada rekomendasi pada transformasi postur pertahanan.

I.3.2. Postur Pertahanan

Menurut buku Strategi dan Postur Pertahanan Keamanan Negara Dalam Jangka

Panjang Kedua Tahun 1994-2018 (Revisi TA 1997-1998) yang diterbitkan Departemen

Pertahanan, postur pertahanan (defence posture) merupakan ―wujud kemampuan dan kekuatan

serta gelar Hankamneg yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan strategi dalam mencapai

sasaran dan tujuan Hankamneg.‖ 4

Menurut pengertian di atas, postur pertahanan memiliki tiga

aspek utama, yakni kemampuan (capability), kekuatan (force) dan gelar (deployment).

Menurut Oxford Dictionary of U.S. Military, kemampuan adalah ―forces or resources

giving a country or state the ability to undertake a particular kind of military action‖ (kekuatan

atau sumber daya yang memberi kebisaan sebuah negara untuk menjalankan tindakan militer

tertentu). Sementara, secara luas, kekuatan dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen tempur

dari keseluruhan struktur pertahanan (the fighting elements of all defence structure). Dan, gelar

3 Edy Prasetyono, Kuliah Strategi Pertahanan Indonesia, dalam topik ―Transformasi Pertahanan,‖ Depok,

Departemen Hubungan Internasional FISIP, Universitas Indonesia, Jumat 23 Desember 2011. 4 Rizal Sukma, ―POSTUR PERTAHANAN INDONESIA,‖Pengantar Diskusi Untuk FGD-ProPatria, Discussion

Paper, (Jakarta:, CSIS Jakarta, 5 Februari 2003) diakses dari

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/postur_pertahanan_indonesia_rs.pdf, 12/01/2012, 1:28.

Page 4: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

3

adalah tata sebar dari kekuatan.5 Ketiga unsur ini akan menjadi unsur yang diperhitungkan

penulis dalam Revolusi Nausena Pavara.

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, infrastruktur merupakan poin penting untuk

dikembangkan relevan terhadap pengembangan postur pertahanan.6 Infrastruktur pertahanan

yang mendukung akan menjadi faktor yang penting dalam penciptaan postur pertahaan yang

ideal. Karena itu, unsur infrastruktur inipun akan menjadi hal yang dianggap penting oleh penulis

dalam transformasi postur relevan terhadap Revolusi Nausena Pavara.

5 Rizal Sukma, ―POSTUR PERTAHANAN INDONESIA,‖Pengantar Diskusi Untuk FGD-ProPatria, Discussion

Paper, (Jakarta:, CSIS Jakarta, 5 Februari 2003) diakses dari

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/postur_pertahanan_indonesia_rs.pdf, 12/01/2012, 1:28. 6 Baca Connie Rahakundini Bakrie , Defending Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 165-

213

Page 5: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

4

BAB II

PEMBAHASAN

Makalah ini bertujuan memberikan rekomendasi kebijakan untuk menjadikan Indonesia sebagai

salah satu kekuatan maritim paling diperhitungkan di Asia Timur. Untuk itu, penulis ingin

memperkenalkan Revolusi Nausena Pavara (Revolution of Naval Power) yang mana

rekomendasi-rekomendasinya akan menyentuh segala bidang yang menurut penulis penting

untuk membangun kekuatan angkatan laut Indonesia.

Revolusi Nausena Pavara ini dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pendahulunya yang

sudah menjadi konsepsi yang cukup umum, yaitu Revolusi Krida Yuda yang mengacu kepada

revolusi secara komprehensif di segala bidang relevan terhadap segala matra; dapat pula

dilakukan sebagai suatu revolusi tersendiri apabila diputuskan bahwa kekuatan maritim menjadi

prioritas utama.

Revolusi Nausena Pavara ini akan mencakup transformasi dalam berbagai aspek yang

penting dalam menciptakan kekuatan maritim yang ideal, antara lain yang akan

direkomendasikan penulis adalah: transformasi nilai dan transformasi postur. Relevan terhadap

Revolusi Nausena Pavara ini penulispun akan merekomendasikan berbagai kebijakan yang

dapat diambil Indonesia dalam kerangka keamanan regional agar mendukung misi Indonesia

menjadi kekuatan maritim di Asia Timur. Selain itu, penulis juga akan membicarakan tentang

masa depan Revolusi Nausena Pavara itu sendiri. Penulis akan memulai dengan penjelasan salah

satu mendasar, yang secara fundamental akan penting bagi pelaksanaan Revolusi Nausena

Pavara itu sendiri, yaitu transformasi nilai.

II.1. Transformasi Nilai (Nausena Mulya)

Menurut Edy Prasetyono, salah satu hal yang paling penting dalam transformasi

pertahanan adalah nilai, dimana mindset pun merupakan salah satu hal yang harus diubah.7

Mindset disini mengacu kepada bagaimana pola pikir ditanamkan dan diedukasikan baik kepada

masyarakat maupun kepada para prajurit. Penulis setuju bahwa transformasi nilai merupakan

salah satu hal yang fundamental dalam transformasi pertahanan maritim Indonesia, karena itu

7 Edy Prasetyono, Kuliah Strategi Pertahanan Indonesia, dalam topik ―Transformasi Pertahanan,‖ Depok,

Departemen Hubungan Internasional FISIP, Universitas Indonesia, Jumat 23 Desember 2011.

Page 6: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

5

Nausena Mulya (“Naval Values”) penting untuk diinternalisasikan dalam diri tiap individu di

Indonesia.

Yang dimaksud dengan Naval Values disini adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan

kesadaran akan Indonesia sebagai negara maritim dan pentingnya fokus pada pembangunan

kekuatan angkatan laut sebagai pengejawantahan dari tujuan pertahanan negara. Menurut pasal 4

UU No. 3/2001 tentang Pertahanan Negara, tujuan utama pertahanan negara adalah ―untuk

menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.‖8 Adalah fakta bahwa

Indonesia memiliki yurisdiksi atas 1919440 km2 kawasan tanah dan 735355 sq mi kawasan

laut.9 Dengan demikian Indonesia memiliki banyak perbatasan laut yang penting untuk dijaganya

dari ancaman Untuk melindungi ancaman dari luar maupun ancaman dari dalam,10

bagaimanapun juga kekuatan angkatan laut penting.

Nausena mulya perlu diinternalisasikan tidak hanya kepada para prajurit tapi juga kepada seluruh

masyarakat. Kesadaran masyarakat akan menghasilkan pengetahuan masyarakat akan apa saja sebenarnya

ancaman kita, utamanya sebagai negara maritim, sehingga akan menghasilkan opini publik yang

konstruktif terhadap pembangunan kekuatan maritim Indonesia (baik mendukung/menentang, yang

penting adalah munculnya perhatian publik). Kesadaran di diri para prajurit akan menimbulkan dukungan

dari dalam tubuh TNI sendiri akan betapa pentingnya fokus pada pertahanan maritim ini. Perlu diketahui

bahwa TNI yang sekarang memiliki fokus utama pada matra darat,11

dengan budaya penganak-emasan

matra darat yang kuat12

, karena itu perubahan mindsetnya benar-benar juga harus dimulai dari dalam.

Karena itu, penulis memiliki beberapa rekomendasi kebijakan untuk bagi pemerintah Indonesia

untuk melaksanakan transformasi nilai tersebut:

8 Rizal Sukma, ―POSTUR PERTAHANAN INDONESIA,‖Pengantar Diskusi Untuk FGD-ProPatria, Discussion

Paper, (Jakarta:, CSIS Jakarta, 5 Februari 2003) diakses dari

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/postur_pertahanan_indonesia_rs.pdf, 12/01/2012, 1:28. 9 Indonesia Diplomatic Handbook, (USA: USA International Business Publications, 2007), hlm. 8. 10 Dijelaskan dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia bahwa Ancaman adalah ‗setiap usaha dan kegiatan, baik dari

luar maupun dari dalam negeri, yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah

negara, dan keselamatan bangsa.‘Ancaman dapat datang dari eksternal amupun internal dan dalam bentuk militer

maupun nirmiliter. Lebih lanjut baca Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Pertahanan Indonesia

2008, (Jakarta: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2008) hlm. 27. 11 Lihat Chappy Hakim, Pertahanan Indonesia, (Indonesia: Red & White Publishing, 2011), hlm. 216. 12 Sebagai sisa masa orde baru, masa dimana militer sangatlah ―berjaya‖ dalam konteks kedekatannya terhadap

negara dan penjalanan pemerintahannya, dimana militer yang dimaksud dekat tersebut adalah bagian dari Angkatan

Darat Republik Indonesia, sehingga selama bertahun-tahun Angkatan Darat ―dianak emaskan‖ dan menerima

berbagai privilege dan mendapatkan lebih banyak perhatian daripada matra lainnya. Info lebih lanjut baca Chappy

Hakim, Pertahanan Indonesia, (Indonesia: Red & White Publishing, 2011), hlm. 206-227

Page 7: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

6

1. Internalisasi nausena mulya pada kurikulum siswa

Internalisasi nausena mulya pada kurikulum siswa, mulai sejak Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menangah Atas akan menimbulkan kesadaran tersebut sejak dini. Perlu

disosialiasaikan kepada calon-calon penerus bangsa di segala bidang dan calon-calon

prajurit ini bahwa negara yang akan mereka jalankan dan/atau mereke bela ini adalah negara

kepulauan dengan area laut yang sangat luas. Perbatasannya dengan negara tertangga

didominasi oleh perbatasan laut, yang mana berarti terdapat banyak wilayah laut yang harus

kita jaga. Perlu ditimbulkan sense of urgency yang tinggi dikalangan generasi penerus

bangsa tentang pentingnya mengembangkan pertahanan laut ini. Bersamaan dengan itu,

yang paling penting, perlu pula ditimbulkan sense of pride (rasa bangga) dikalangan

generasi muda akan Indonesia sebagai negara maritim. Dengan demikian akan terjadi

perubahan mindset padaa calon-calon pelaksana sipil, swasta, maupun militer ini sehingga

mereka memahami pentingnya fokus pada pengembangan kekuatan angkatan laut demi demi

tercapainya tujuan pertahanan negara Indonesia.

2. Internalisasi nausena mulya pada kuriulum pendidikan pertahanan

Internalisasi nausena mulya pada kurikulum pendidikan pertahanan ini juga sangat

penting. Para prajurit harus diubah mindset-nya tentang persepsi ancaman di Indonesia.

Benar bahwa ancaman dari dalam negeri masih ada, tetapi itu bukan berarti kita harus

memiliki fokus lebih sedikit terhadap ancaman dari luar sehingga tidak perlu dibangun

persepsinya. Persepsi akan ancaman dari luar ini perlu dibangun dan dibawa ke ruang kelas

Universitas Pertahanan dan institusi pendidikan pertahanan manapun. Ancaman dari luar

yang penulis maksud disini tentunya bukan hanya penjagaan perbatasan dari aksi-aksi

pencurian ikan (yang sudah diperkirakan telah meruikan Indonesia lebih dari 250 triliun13

)

dan perlindungan dari bajak laut, tetapi juga keberadaan angkatan militer negara-negara

tetangga yang berkeliling tepat didepan pintu masuk ke wilayah kita. Persahabatan dengan

negara tetangga dibawah kondisi dynamic equilibrium yang ditekankan SBY,14

menjaga

kestabilan kawasan, 15

serta menjaga perdamaian dunia16

memang adalah tujuan negara (di

13 Informasi diakses dari hhtp://bataviase.co.id, 12/01/2012, 17:05. 14 ―Deeper Economic Links Will Prevent Conflict,‖ 13 November 2011, diakses dari

http://thejakartaglobe.com/home/deeper-economic-links-will-prevent-conflict-sby/478103, 12/1/2012, 19:59. 15 Stabilitas dan keamanan kawasan sebagai salah satu modalitas pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia, lebih

lanjut baca Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008, (Jakarta:

Page 8: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

7

berbagai layer) yang harus kita capai, tetapi mempersiapkan diri atas ancaman yang

mungkin datang di masa depan juga merupakan tugas kita. Ci vis pacam para bellum,17

yang

mana itu berarti untuk menjaga perdamaian kita juga membutuhkan kekuatan militer yang

kuat (untuk mencegah sekaligus bersiap atas kemungkinan perang di masa depan). Dalam

konteks keamanan kawasan, relevan terhadap perkembangan kekuatan Cina dan keberadaan

angkatan laut AS di kawasan Asia Pasifik, sudah semestinya Indonesia merespon terhadap

perubahan perimbangan kekuatan tersebut dengan membangun angkaatan laut yang kuat.

Hal inilah yang juga perlu dipahami oleh para prajurit di ruang kelas.

3. Pelaksanaan berbagai kegiatan masyarakat yang bertemakan maritim

Kembali kepada pentingnya internalisasi naval vakues ini kepada masyarakat awam, baik

pemerintah Indonesia secara umum maupun Kementrian Pertahanan (Kemhan) secara

khusus perlu untuk mengadakan berbagai kegiatan publik yang bertemakan maritim. Lomba

karya tulis salam rangka memperingati Hari Nusantara 2011 yang dilaksanakan oleh

Kemhan September lalu18

merupakan salah satu contoh yang bagus, hanya saja sosialisasi

yang lebih baik akan kegiatan tersebut perlu dilakukan. Perayaan Hari Nusantara sebagai

hari yang memperingati status Indonesia sebagai negara kepulauan19

, juga merupakan

contoh yang baik yang mana berarti pemerintah sudah memiliki inisiatif untuk

menyosialisasikan samudri mulya (“maritime values”) yang akan koheren dengan

internalisasi nausena mulya di masyarakat.

4. Redefinisi persepsi ancaman maritim Indonesia

Redefinisi persepsi ancaman, menurut penulis, adalah bagian yang penting dalam

penciptaan nausena mulya yang ideal di Indonesia. Persepsi ancaman adalah sesuatu yang

dapat dibangun negara demi menciptakan apa yang ingin dilihatnya penting dan apa yang

tidak dalam konteks pertahanan. Penulis ingin kembali menekankan pentingnya untuk tidak

hanya melihat ancaman internal tetapi juga ancaman external. Spesifik terhadap nausena

Departemen Pertahana Republik Indonesia, 2008), diunduh dari

http://www2.kemhan.go.id/buku_putih/bukuputih.pdf, hlm.39-42. 16 Terdapat dalam preamble Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia. 17 Istilah yang memiliki arti ―If you want peace, prepare for war.‖ 18Informasi lebih lanjut lihat http://www.dmc.kemhan.go.id/index.php?view=article&catid=39%3Akesra-a-personel&id=573%3Alomba-karya-tulis-dalam-rangka-hari-nusantara-2011-tahun-

2011&format=pdf&option=com_content&Itemid=62 19 Peringatan Hari Nusantara 2011 tersebut dilakukan di Dumai, dimana bahkan Angkatan Bersenjata Singapura pun

turut ambil bagian. Info lebih lanjut akses di

http://www.channelnewsasia.com/stories/singaporelocalnews/view/1171078/1/.html

Page 9: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

8

mulya, kita harus melakukan penekanan kembali terhadap apa yang penting untuk kita

perhatikan dalam melaksanakan pertahanan maritim. Apabila sebelumnya kita hanya

menekankan berbagai hal normatif tentang betapa strategisnya kepulauan kita, sekarang kita

harus menciptakan persepsi ancaman meritim yang spesifik.

Tentang hal ini, pertama-tama penulis ingin kembali menekankan pentingnya melihat

negara tetangga kita. Mereka adalah negara-negara Asia Tenggara (yang terus

mengembangkan kekuatan militernya20

), dan dua lagi negara di Asia Pasifik yang

kepentingannya berbatasan langsung dengan perbatasan laut kita, sekaligus sebagai pemilik

kekuatan maritim terkuat, yaitu Cina dan Australia. Keberadaan mereka harus menjadi fokus

pertama persepsi ancaman kita. Tentunya, fokus ancaman maritim ini bukan dibuat untuk

menciptakan persepsi permusuhan, tetapi untuk menyadarkan kita akan pentingnya memiliki

kekuatan maritim yang sepadan dengan mereka.

Kedua, kita perlu melihat dua laut lepas yang mengapit kita: Samudera Hindia dan

Samudera Pasifik. Laut lepas ini akan menjadi channel ancaman-ancaman militer maupun

non-militer yang tidak dapat diprediksi kedatangannya. Hal ini disebabkan oleh status laut

lepas sebagai laut yang bebas dari hukum dan bebas dari yurisdiksi wilayah, yang berarti

bahwa negara/ manapun dengan tujuan apapun. Penjagaan atas perbatasan dengan laut lepas

ini harus kita jadikan fokus kedua persepsi ancaman maritim. Fokus ketiga adalah persepsi

ancaman internal dimana kita harus menghapus mindset bahwa hanya angkatan darat-lah

yang penting dalam merespon kemungkinan-kemungkinan ancaman internal. Tanpa

keberadaan kapabilitas angkatan lautt memadai, hal-hal seperti transportasi sumber daya

antar-pulau (yang tidak dapat dilakukan oleh helikopter pengangkut) di dalam kawasan akan

sulit dilakukan. Karenanya, angkatan laut penting untuk merespon berbagai ancaman

internal yang dapat terjadi di Indonesia.

Berdasarkan tiga fokus ini, penulis mengembangkan pola persepsi ancaman ―XO.‖ Pola

“XO” tersebut dapat dilihat pada peta sebagai berikut:

20 Untuk info lebih spesifik terhadap pengembangan kekuatan yang dilakukan negara-negara di Asia Tenggara, lihat

Anthony H. Cordesman, Arleigh A. Burke, Robert Hammond, The Military In Asia 1990-2010: A Quantitative

Analysis, Publikasi dari CSIS Asia, 2010.

Page 10: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

9

Gambar 1. Peta Persepsi Ancaman Maritim Indonesia*

*Keterangan:

F1: Fokus 1 Ancaman Maritim Indonesia

F2: Fokus II Ancaman Maritim Indonesia

F3: Fokus III Ancaman Maritim Indonesia

Perlu diketahui bahwa pembagian fokus tersebut bukan ada untuk menjadikan

ancaman yang satu lebih penting dari yang lain. Pembagian fokus tersebut ada untuk: 1)

melihat terhadap ancaman yang mana Indonesia harus memperkuat pembangunan

kapasitas maritimnya terlebih agar kita dapat merespon terhadap ancaman maritim yang

sesungguhnya lebih membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik

Indonesia, dan 2) melihat yang terhadap ancaman manakah kita harus membangun

terlebih dahulu agar respon terhadap ancaman maritim pada fokus yang lain juga dapat

terpenuhi.

Pembagian fokus ancaman maritim ini akan menjadi dasar dari rekomendasi-

rekomendasi kebijakan penulis yang berikutnya, demi mencapai Revolusi Nausena

“X” mengacu kepada persilangan dua

fokus potensi ancaman external F1 dan F2

dan “O” mengacu kepada lingkup potensi

ancaman internal F3.

Page 11: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

10

Pavara yang diidekannya. Yang berikutnya akan dibahas penulis adalah transformasi

postur.

II.2. Transformasi Postur (Nausena Asana)

Selain transformasi nilai, tentunya transformasi postur pertahanan juga penting. Karena

itu, dalam rangka mencapai Revolusi Nausena Pavara ini, sebuah Nausena Asana (“Naval

Posture”) yang ideal harus dicapai. Pengembangan naval posture yang ideal tersebut harus

disesuaikan dengan berbagai hal, termasuk persepsi ancaman maritim dan perhitungan akan

kapabilitas negara dalam mencapainya. Transformasi postur yang ideal juga perlu mencakup

perubahan pada berbagai aspek yang relevan. Aspek-aspek tersebut antara lain: organisasi

pertahanan, kapabilitas dan kekuatan pertahanan, serta gelar pertahanan.21

Selainitu, penulis juga

ingin memberi perhatian khusus pada pembangunan infrastruktur pertahanan yang mendukung

perlu diberikan. Karena itu, sub-bab ini akan berargumentasi dan memberikan rekomendasi

kebijakan pada empat aspek yang menurut penulis penting: organisasi pertahanan; kapabilitas

dan kekuatan pertahanan; pembangunan infrastruktur; gelar pertahanan, sehingga nausena asana

yang ideal dapat dicapai.

II.2.1 Organisasi Pertahanan (Nausena Sangathana)

Tujuan dari transformasi pada organisasi pertahanan ini adalah mencapai Nausena

Sangathana (Naval Organization) yang ideal, yang berarti transformasi organisasi pertahanan

tersebut harus disesuaikan dengan persepsi ancaman dan kapabilitas negara. Perihal persepsi

ancaman, telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya tentang bagaimana ancaman maritim

Indonesia dapat dibagi atas tiga fokus, yaitu keberadaan negara-negara tetangga kita dan

kekuatan maritimnya, keberadaan potensi ancaman dari laut lepas, dan potensi ancaman internal

yang sudah seharusnya bukan hanya menjadi ranah tugas angkatan darat, yang dikembangkan

penulis kedalam konsepsi pola persepsi ancaman XO.

21 Seperti yang dikatakan oleh Rizal Sukma dalam Rizal Sukma, ―POSTUR PERTAHANAN

INDONESIA,‖Pengantar Diskusi Untuk FGD-ProPatria, Discussion Paper, (Jakarta:, CSIS Jakarta, 5 Februari

2003) diakses dari http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/postur_pertahanan_indonesia_rs.pdf, 12/01/2012, 1:28, tentang postur pertahanan menurut buku Strategi dan Postur Pertahanan Keamanan Negara

Dalam Jangka Panjang Kedua Tahun 1994-2018 (Revisi TA 1997-1998), keluaran Departemen Pertahanan

Indonesia.

Page 12: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

11

Karenanya, penulis ingin membagi organisasi pertahanan maritim Indonesia secara

strategis berdasarkan pola atas XO tersebut. Maka penulis ingin membagi organisasi pertahanan

maritim Indonesia kedalam tiga pola koordinasi utama22

yang akan berada langsung dibawah

Markas besar Angkatan Laut. Yang pertama adalah Angkatan Laut Indonesia Timur dengan

pusat komando di pangkalan utama TNI AL di Makassar, Sulawesi Selatan. Yang kedua adalah

Angkatan Laut Indonesia Barat yang akan berada dibawah yursitiksi markas TNI AL di Riau.

Yang ketiga adalah Angkatan Laut Ibukota dengan pusat komando di Ibukota Jakarta. Angkatan

Laut Indonesia Timur akan bertanggung jawab terhadap pertahanan laut di wilayah F1 dan F2 di

bagian Timur Indonesia. Untuk membantu tugasnya akan dibuat sub-komando sub-komando

yang terdiri atas: Sub-komando Manokwari, bertanggung jawab atas penjagaan wilayah ancaman

F2 dengan Samudera Pasifik, Sub-komando Manado yang akan bertanggung jawab atas

penjagaan Laut Sulawesi dengan Laut Sulu, Filipina, dan Sub-komando Kepulauan Babar yang

akan bertanggung jawab terhadap penjagaan atas wilayah ancaman F1 Laut Arafuru dan Laut

Timor. Angkatan Laut Indonesia Timur dengan demikian juga telah mengamankan dan

bertanggung jawab atas patroli di wilayah F3 Laut Banda.

Angkatan Laut Indonesia Barat akan bertanggung jawab terhadap wilayah ancaman

nomor satu paling strategis, sekaligus paling penting bagi Indonesia: F1 Laut Natuna yang

berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan dilewati oleh jalur perdagangan dunia Selat

Malaka, dan F2 Samudera Hindia. Komando wilayah inipun juga akan bertanggung jawab

terhadap keamanan di Selat Malaka, demi terciptanya keamanan dalam lalu lintas kapal-kapal

asing di wilayah tersebut. Perlu diketahui bahwa Laut Cina Selatan merupakan kawasan yang

begitu penting bagi negara tetangga Indonesia karena ZEE mereka (termasuk ZEE Indonesia)

yang saling bertemu disana. Di kawasan ini pun terjadi berbagai saling klaim yursidiksi antara

Vietnam, Cina, Taiwan dan Filipina terhadap dua kepulauan terbesar, yaitu Spratlys dan

Paracels,23

sehingga membuat kawasan ini makin konfliktual, maka: makin berpotensi

mengancam. Wilayah ini menurut penulis merupakan wilayah paling mengancam bagi

Indonesia, karenanya fokus utama pembangunan kekuatan martim Indonesia salah satunya harus

berada di kawasan ini. Komando wilayah ini akan berpusat di Medan yang akan bertanggung

22 Ide penulis ini sedikit berbeda dengan status quo rencana yang akan dilakukan pemerintah Indonesia, yang akan

membagi komando kedalam Komando Wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur, yang hingga sekarang belum

direalisasikan. 23 Hasjim Djalal, Indonesia and The Law of The Sea, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995),

hlm. 365.

Page 13: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

12

jawab langsung terhadap keamanan di Selat Malaka, sembari membawahi sub-komando di

Kepulauan Riau yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan di Selat Malaka, sub-

komando di Kepulauan Natuna yang akan bertanggung jawab terhadap keamanan F1 perbatasan

Laut Natuna dan ZEE Indonesia di Laut Cina Selatan, dan sub-komando Pulau Nias yang akan

bertanggung jawab terhadap keamanan perbatasan laut di F2 perbatasan Indonesia dengan

Samudera Hindia.

Berikutnya adalah Angkatan Laut Ibukota yang akan bertanggung jawab atas keamanan

Ibukota yang, sebagai pusat pemerintahaan dan penjalanan negara, amat penting bagi kedaulatan

Republik Indonesia. Angkatan Laut Ibukota akan menjaga seluruh perbatasan laut yang adjacent

terhadap garis pantai dimana Ibukota Indonesia berada. Karena itu, Angkatan Laut Ibukota akan

membawahi penjagaan atas wilayah F2 Samudera Hindia bagian Selatan, serta berjaga-jaga di

wilayah F3 Laut Jawa sebagai pertahanan lapis kedua ibukota, apabila pertahanan lapis pertama

di F1 Laut Cina Selatan dan F1 Laut Sulawesi dipatahkan, mengingat posisi Selat Karimata dan

Selat Makassar, tempat lewatnya kapal yang akan datang dari ancaman F1 Laut Cina Selatan dan

F1 Laut Sulu, yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

Dengan bentuk organisasi pertahanan seperti ini dan sistem komando yang sepert ini,

penulis berharap pelaksanaan pertahanan laut di seluruh wilayah perbatasan di Indonesia dapat

berlangsung dengan efektif. Dengan organisasi militer yang demikian, kita akan selangkah lebih

maju menjadi kekuatan maritim di Asia Timur.

II.2.2. Infrastruktur (Nausena Imprastrakcara)

Pembangunan infrastruktur merupakan unsur yang juga penting demi mencapai Revolusi

Nausena Pavara. Infrastruktur ini dibutuhkan demi mencapai postur pertahanan strategis yang

sesuai dengan persepsi ancaman seperti yang telah dibuat penulis. Sebelumnya penulis telah

memberikan berbagai rekomendasi kebijakan relevan terhadap organisasi pertahanan maritim

Indonesia. Untuk menciptakan struktur pertahanan maritim dengan pembagian wilayah komando

dan sub-komando yang telah dpaparkan penulis, diperlukan adanya pembangunan infrastruktur

angkatan laut (“Nausena Imprastrakcara”) yang memadai, utamanya dalam bentuk pangkalan

militer. Penulis ingin memperingatkan bahwa tidak semua daerah komando yang dijekaslaknnya

memliki pangkalan militer tersebut. Karenanya, demi menciptakan struktur pertahanan maritim

yang ideal, perlu dibuat masing-masing pangkalan militer di daerah sub-komando yang

Page 14: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

13

membutuhkannya. Dengan demikian, penulis merekomendasikan didirikannya pangkalan

angkatan laut di:

1. Manokwari, Papua Barat, di bawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Timur.

2. Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, di bawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Timur.

3. Pulau Sermata, Kepulauan Barbat, di bawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Timur.

4. Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, di bawah yursidiksi Angkatan Laut Ibukota

5. Kota Medan, Sumatera Utara, dibawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Barat

6. Pulau Laut, Kepulauan Natuna, di bawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Barat

7. Pulau Nias, Sumatera Utara, di bawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Barat

8. Tanjung Pinang, Kepulauam Riau, dibawah yurisdiksi Angkatan Laut Indonesia Barat

Pangkalan laut – pangkalan laut diatas akan dibangun berdasarkan atas kebutuhan

fungsionalnya sebagai markas dari kapal-kapal yang akan menjaga keutuhan wilayah RI di

masing-masing perbatasan. Perlu diketahui, dengan demikian, bahwa kita tidak cukup hanya

mementingkan pola koordinasi dan infrastruktur demi menciptakan postur pertahanan yang ideal.

Kita juga perlu memiliki kapal-kapal yang berlabuh di pangkalan tersebut dan individu-individu

yang mengemudikannya. Karenanya, berikutnya penulis akan membahas rekomendasi

kebijakannya tentang peningkatan kapabilitas angkatan laut dan kekuatan angkatan laut kita.

II.2.3. Kapabilitas dan Kekuatan Pertahanan (Nausena Ksamata dan Nausainika Bala)

Pertama, penulis akan membahas terlebih dahulu kapabilitas angkatan laut kita. Untuk

menjadi kekuatan maritim Asia Timur, tentunya kita harus memiliki arah tujuan pengembangan

kapabilitas angkatan semaksimal mungkin. Namun, karena minimnya kemampuan Indonesia

untuk membangun kapabilitas paling kuat, Blue Water Navy, paling tidak Indonesia hars

membangun kekuatan laut Green Water Navy yang disegani di Asia Tenggara. Dengan demikian

paling tidak Indonesia mampu menjaga yurisdiksinya sampei ke wilayah terluar paling penting,

yaitu ZEEnya. Hal ini juga dikatakan oleh Connie Rahakundini Bakrie dalam bukunya,

Defending Indonesia24

.

24 Baca Connie Rahakundini Bakrie , Defending Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 165-

213.

Page 15: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

14

Perihal kekuatan pertahanan laut Indonesia, dapat dikatakan bahwa tidak semuanya siap

untuk mempertahankan Indonesia. Kekuatan yang dimiliki TNI AL saat ini disusun dalam

Sistem Armada Terpadu (SSAT), terdiri atas KRI, KAL, Pesawat Udara (Pesud), Marinir, dan

Pangkalan. Kekuatan SSAT relevan terhadap kesiapannya ditunjukkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 1: SISTEM ARMADA TERPADU TNI AL25

SSAT UNIT KESIAPAN

(%)

KETERANGAN

KRI 143 65

KAL 312 82

PESUD 64 52 Sebagian besar tdk layak

terbang

MARINIR

2 Pasmar

1 Brigif

1 Kolat

1 Denjaka

55

Dilengkapi dengan:

429 Ranpur &

42 Cuk Meriam

PANGKALAN

Lanal:

11 Lantamal

22 Lanal

24 Sional

2 Denal

Lanudal:

1 Kelas ―A‖

(Juanda)

7 Kelas ―B‖

2 Kelas ―C‖

Fasharkan:

60

60

60

25 Disadur dari penjelasan di Ibid.

Page 16: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

15

6 Kelas ―A‖

4 Kelas ―B‖

2 Kelas ―C‘

Pangkalan

Mar:

2 Pangkalan

60

Tabel 2: ALUTSISTA TNI AL26

KRI KAL PESUD RANPUR MARINIR

1 Kapal

MA

16 PK

12 PKR

2 SS

4 KCR

2 KCT

40 PC

6 PR

2 BR

28 AT

2 ASG

5 BCM

2 BTD

5 BHO

3 BU

5 BAP

5 CAP

1 BRS

2 LAT

KAL : 312

buah berbagai

macam jenis

dan ukuran.

1 Buffalo DHC-5D

13 Cassa NC-212

3 Cassa NC-212-

200

22 Nomad N-22/24

2 Bonanza F-33 A

3 Tampico TB-9

4 Tabago TB-10

5 N Bell - 412

8 Bolcow BO-105

3 Colibri EC-120.

68 Tank PT-76

54 Tank PT-76 (M)

12 Tank AMX 10 PAC

1 Tank Recovery

3 Tank Recovery BREM-2

25 Pansam AMX-10 P

25 Pansam BTR-50 P

69 Pansam BTR-50 P (M)

34 Pansam BTR-50 PK

5 Kapa K-61

26 Kapa K-61 (R)

9 Kapa PTS

8 Pansrod BTR-152

12 BTR – 80 A

29 KPR BM-14 / 17

1 Sizu NA-140

21 BVP-2

2 BVP 2K

2 VPV/Rec

6 Rokect RM70/85 Grad long

26 Disadur dari penjelasan di Ibid.

Page 17: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

16

Cal122mm

22 Pintam BRDM

Kita setuju bahwa perlu dilakukan penambahan berkala secara strategis terhadap

kekuatan dan kesiapan TNI AL di Indonesia. Karenanya, diperlukan penambahan pada alut sista

baru maupun unsur-unsur sistem baru bagi armada kita. Yang paling penting dalam

mempertimbangkan hal ini adalah kemampuan ekonomi Indonesia dalam menyediakan

pendanaan akan peningkatan kekuatan ini. Menyangkut hal ini, sebenarnya Indonesia bukan

tidak mampu. Diprediksikan bahwa Indonesia akan memiliki kapabilitas ekonomi yang pada

tahun 2050 akan mencapai tingkatan signifikan. Tabel berikut menunjukkan hal itu:

Gambar 2: Perbandingan GDP dunia dimasa depan (perkiraan tahun 2050) 27

Figur diatas dikembangkan berdasarkan penelitian oleh Goldman Sachs Investment Bank

yang memperkirakan perbandingan kekuatan ekonomi di masa depan (perkiraan tahun 2050)

dengan melakukan pengukuran-pengukuran pada kemampuan ekonomi sekarang dan potensi

ekonomi masa depan, beserta pertimbangan pada ketersdediaan resource unit ekonomi masing-

masing negara. Dapat dilihat bahwa hasilnya adalah Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi

terbesar ke -7 dengan GDP hampir mencapai 10.000 USD. Dengan berlandaskan atas proyeksi

diatas, agaknya tidak berlebihan jika penulis merekomendasikan penambaha anggaran

27 Dominic Wilson and Raluca Dragusanu, The Expanding Middle: The Exploding World Middle Class and falling

Global Inequality, in Global Economic Paper No: 170 (July 2008), page 4

Page 18: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

17

pertahanan secara berkela kedepannya, agar Indonesia dapat mencapai kapabilitas Green Water

Navy, kemudian mengembangkannya lagi menjadi Blue Water Navy, dan juga untuk

meningkatkan kekuatan pertahanan Angkatan Laut Indonesia relevan terhadap sistemnya, alut

sistanya, dan pembagian strategis komandonya seperti yang telah dijelaskan penulis di awal.

Andi Widjajanto memaparkan bahwa direncanakan proyeksi penambahan anggaran

militer Indonesia menjadi 1,5% dari GDP sampai tahun 2019, 2% dari GDP sampai tahun 2024,

kemudian 2,5% dari GDP sampai pada tahun 2029.28

Berbarengan dengan perencanaan tersebut,

direncanakan pula pembangunan dua kapal selam Kilo pada Desember 2013, 10 Sukhoi SU 27

Pada November 2013, 12 Korvet PAL pada Januari tahun ini sampai Desember 2013, dua kapal

selam U214 pada Oktober 2014, pengadaan 10 Sukhoi SU 35 pad Agustus 2014, dll.29

Pengadaan-pengadaan alut sista ini akan sanga mendukung terciptanya Revolusi Nausena Pavara

yang dicita-citakan penulis. Hanya saja, penulis meragukan komitmen pemerintah dalam

melaksanakannya. Hal ini berkaca pada rencana strategis pengadaan alut sista lainnya yang

seharusnya dilakukan pada tahun 2010 sampai 2011 kemarin, yang tidak semuanya berhasil

dicapai pemerintah.

Kedepannya, yang diinginkan penulis adalah melihat masing-masing kawasan tersebut

diletakkan pada kawasan yang tepat, sehingga kepemilikan Indonesia atas kekuatan tersebut

dapat menciptakan efek gentar.

II.2.4. Gelar Pertahanan (Nausena Tainatti)

Demi menjadi kekuatan maritim di Asia Timur, bukankah Indonesia perlu menciptakan

efek gentar? Karenanya tidak ada gunanya jika kekuatan militer Indonesia ditempatkan di tempat

yang bukan merupakan titik strategis terkait ancaman Indonesia. Gelar Kekuatan TNI AL yang

sekarang diselenggarakaan berdasarkan rangka Strategi Pertahanan Maritim Indonesia (SPMI),

yang terdiri atas gelar permanen yang mencakup gelar Armada bernomor/Kowilla, gelar yang

bersifat penyebaran, dan gelar pangkalan. Gelar Armada bernomor disusun untuk diintegrasikan

dengan struktur Kowilhan guna mengamankan 3 (tiga) corong strategis yakni ALKI I (wilayah

28 Andi Widjajanto, Materi Kuliah Strategi Pertahanan Indonesia tahun ajar 2011, Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia, 2011, tentang ―Proyeksi Anggaran Pertahanan 2009-2029‖,

didistribusikan oleh Edy Prasetyono. 29 Andi Widjajanto, Materi Kuliah Strategi Pertahanan Indonesia tahun ajar 2011, Departemen Hubungan

Internasional FISIP Universitas Indonesia, 2011, tentang ―Renstra Alut Sista 2010-2014‖, didistribusikan oleh Edy

Prasetyono.

Page 19: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

18

Barat), ALKI II (wilayah Tengah) dan ALKI III (wilayah Timur). Gelar yang bersifat

penyebaran tersebut berada dibawah kendali Armada Terpadu yang membawahi 4 (empat)

―armada bernomor‖/Kowilla untuk menyelenggarakan fungsi operasional, yang terdiri atas

unsur-unsur KRI dan Pesawat Udara, Pangkalan serta didukung oleh kesatuan Marinir.30

Yang diinginkan penulis adalah meningkatkan efek gentar dari gelar kekuatan kita,

dengan mengintegrasikannya pada konsepsi ancaman XO penulis. Karenanya, penulis ingin

melihat gelar kekuatan pertahanan tersebut diletakkan di titik-titik ancaman strategis yang telah

dijelaskannya. Penulis ingin melihat gelar kekuaatan Angkatan Laut Indonesia diletakkan

berdasarkan titik fokus utama pada kawasan ancaman F1 Laut Natuna – Laut Cina Selatan, F1

Laut Arafuru, F2 Samudera Hindia dan Samudera Pasifik berikutnya, dan kemudian kapal-kapal

patroli juga akan sekaligus melaksanakan tugasnya mengamankan F3.

Apabila kapabilitas Green Water Navy kita telah tercapai dengan dicapainya Renstra

(Rencana Strategis) Pengadaan Alut Sista 31

yang telah dijelaskan diatas, penulis ingin melihat

kapal selam Indonesia berkeliling di F1 Laut Sulawesi sampai ke F2 Samudera Pasifik, dan juga

di F2 Samudera Hindia. Tentunya juga di Kawasan F1 Laut Cina Selatan dan F1 Laut Arafuru.

Penulis juga ingin melihat ke-12 Korvet PAL pesanan Indonesia untuk ditempatkan di kawasan

perbatasan Indonesia dengan pembagian enam di Samudera Pasifik dan enam di Laut Cina

Selatan.. Rencana-rencana pengadaan korvet dan kapal patroli cepat lain yang belum dapat

dicapai pemerintah32

harus kembali dikejar agar korvet-korvet tersebut bersamaan dengan para

kapal patroli dapat berkeliling di daerah F1 Laut Cina Selatan dan F1 Laut Arafuru, dan juga di

F2 Samudera Hindia demi menjaga kedaulatan bangsa kita.

Penulis juga ingin melihat ke 20 Sukhoi diposisikan masing-masing di Lanud

Hasanuddin Makassar dan Lanud Pekanbaru Riau, dalam pembagian masing-masng 10 Sukhoi

yang siap untuk membantu kinerja Angkatan Laut Indonesia Timur dan Angkatan Laut Indonesia

Barat dalam melaksanakan tugasnya menjaga perbatasan dari ancaman. Penulis juga ingin

merekomendasikan pengadaan 10 Sukhoi SU 35 lagi untuk diposisikan di Lanud Halim Perdana

Kusuma untuk berjaga-jaga membantu Angkatan Laut Ibukota melindungi Ibukota Negara kita

dari berbagai macam kemungkinan agresi.

30 Baca Connie Rahakundini Bakrie , Defending Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 165-

213. 31 Diperkirakan akan dicapai pada tahun 2024, sebagai bagian dari pengadaan minimum essential forces kita. Baca,

Ibid. 32 Lihat Ibid.

Page 20: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

19

Gelar pangkalan juga perlu dilakukan berdasarkan atas distribusi pangkalan yang telah

dilakukan penulis di awal, dimana pengadaan pangkalan akan langsung dilakukan dekat dengan

posisi ancaman yang harus diamankan Indonesia. Kekhawatiran dapat muncul menyangkut hal

ini adalah tentang meningkatnya ketegangan di kawasan karena persepsi akan Indonesia yang

melakukan pembangunan kekuatan maritim secara mengancam. Karenanya, penulis akan

kembali memberikan rekomendasi kebijakan yang bisa diambil Indonesia untuk mencegah

terjadinya ketegangan tersebut.

II.3. Kebijakan-Kebijakan Pendukung (Nausena Niti)

Persepsi akan ancaman bukan sesuatu yang dapat dihindarkan. Seperti bagaimana

Indonesia yang –menurut penulis—sudah semestinya mempersepsikan kekuatan militer negara

tetangga sebagai ancaman, negara lain pun pasti akan melihat Indonesia yang melakukan

pembangunan kekuatan militer sebagai ancaman. Indonesia harus menjaga kestabilan di kawasan

dan juga harus menciptakan keamanan di kawasan, sesuai dengan tujuan negara dan cita-cita

rezim yang memimpin kita. Tapi hal tersebut tentunya jangan sampai membuat kita setengah-

setengah dalam menciptakan postur kekuatan maritim yang ideal, demi menjaga keutuhan

wilayah kita dan melindunginya dari berbagai ancaman. Karenanya kita perlu

menyeimbangkannya dengan mengambil berbagai upaya diplomatik tertentu dalam bentuk

berbagai kebijakan angkatan laut (“Nausena Niti”) yang akan membantu terlaksananya Revolusi

Nausena Pavara.

Beruntung, Indonesia telah menjadi bagian dari pengaturan keamanan kawasan yang

akan membantu pengadaan berbagai nausena niti ini. Pengaturan keamanan yang dimaksud

adalah ARF33

dan ADMM34

, yang merupakan rezim pengaturan keamanan cooperative security,

33 ARF atau ASEAN Regional Forum merupakan adalah forum khusus keamanan ASEAN yang ditujukan untuk

menciptakan stabilitas dan keamanan di negara-negara ASEAN dan tetangganya. Dengan kata lain: Asia Pasifik.

ARF dilahirkan pada ASEAN Ministerial Meeting dan Post Ministerial ke-26 yang diadakan di Singapura, pada

tanggal 23-25 Juli 1993. ARF, yang kemudian menjadi nyata secara institusional pada tanggal 25 Juli 1994 di

Bangkok. Tujuan adalah mendorong dialog konstruktif dan konsultasi dalam isu-isu politik dan keamanan yang

menjadi kepentingan dan perhatian bersama, menciptakan kontribusi signifikan pada usaha confidence-building dan

preventive diplomacy di kawasan Asia Pasifik.. Informasi lebih lengkapnya dapat diakses di http://aseanregionalforum.asean.org/about.html 34 ADMM atau ASEAN Defense Ministerial Meeting adalah forum antar-menteri pertahanan juga yang bertujuan

akan memfasilitasi pertukaran informasi antara menteri-menteri pertahanan di ASEAN. ADMM yang kini menjadi

ADMM+ ini beranggotakan Australia, the People’s Republic of China, the Republic of India, Japan, the Republic of

Korea, New Zealand, the Russian Federation, dan the United States of America. Akses di Ha Noi Joint-Declaration

Page 21: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

20

yang memungkinkan Indonesia untuk menjadi bagian dari berbagai fungsi-fungsi keamanan

kooperatif, yaitu memfasilitasi pertukaran informasi pertahanan keamanan dan menjadi wadah

berbagai upaya kerjasama keamanan kawasan.35

Karenanya, di bawah payung kedua rezim

pengaturan keamanan tersebut, penulis menyarankan Indnesia untuk membangun Revolusi

Nausena Pavara sembari mengajukan beberapa upaya kerjasama keamanan maritim regional

sebagai berikut:

1. Pembentukan South East Asia Joint Navy Cooperation Zone (SEAN-JNCZ), alas Zona

Kerjasama Gabungan Angkatan Laut Asia Tenggara.Zona ini disarankan penulis untuk

berada di kawasan Laut Cina Selatan didalam kawasan ZEE tiap negara yang saling

bergaubungan. Zona ini dapat berada dibawah kerangka kerjasama keamanan laut di Laut

Cina Selatan yang sekarang sedang berada dalam tahap perencanaan di Asia Tenggara.36

Zona ini akan menjadi zona latihan militer gabungan antar angkatan laut di Asia

Tenggara dan Cina, juga akan menjadi zona operasi gabungan yang dapat dilaksanakan

demi menjaga keamanan maritim di Kawasan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka

sebagai gerbang berbagai aktivitas perdagangan internasional. Dengan adanya inisiasi ini,

potensi Indonesia dilihat sebagai ancaman ―yang ingin menyerang‖ dapat dialihkan

menjadi Indonesia yang ―ingin memperkuat kawasan.‖ Keinginan Indonesia untuk

melakukan kerjasama gabungan juga akan menciptakan kesan bahwa Indonesia ingin

menjadi kuat dengan damai. “The peaceful rise of Indonesia” adalah apa yang harus kita

kejar dengan adanya kebijakan semacam ini.

2. Indonesia-Australia Maritime Strategic Initiative (INAMSI), atau Inisiasi Strategis

Maritim Indonesia-Australia. Konsep inisiasi ini dapat berada di bawah kerangka ARF

dan dapat pula melibatkan berbagai negara anggota yang ada didalamnya. Dengan adaya

inisiasi kebijakan ini, Indonesia dapat menciptakan kerjasama keamanan maritim di

pertemuan ZEE Indonesia dan Australia di perbatasan Laut Arafuru. Dengan demikian,

Indonesia dapat menjaga keseimbangan hubungannya dengan Australia, menghindarkan

on the First ASEAN Defense Minister‘s Meeting – Plus‖ accessed from

http://admm.org.vn/sites/eng/Pages/jointdeclarationonthefirstadmm-nd-14709.html?cid=229 35 Baca S.D Muni, ―Comprehensive Security: South Asian Case, IDS Singapore January 2002, dan Eunsook Chung, ―Cooperative Scurity Regimes: a comparison of OSCE and ARF― dan deteksi perbedaan-perbedaannya lebih lanjut. 36 Berdasarkan ASEAN-China Declaration of the Code of Conduct in South China Sea, lebih lanjut baca Dian

Aditya Ning Lestari, ―ASEAN Political Security Community and the Case of the South China Sea: ―A Rules-Based

Community of Shared Values and Norms‖ as a Solvency?‖ dalam Indonesian Foreign Policy Review, Jurnal

Akademik Himponan Mahasiswa Hubungan Internasional Univrsitas Indonesia, 2011. hlm 4.

Page 22: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

21

pandangan atas Indonesia sebagai potential agressor, dan menciptakan kesan the

peaceful rise of Indonesia in the South.

II.4. Arah Transformasi Masa Depan (Nausena Bhavisya)

Selanjutnya penulis ingin membahas tentang masa depan. Bagaimanakah arah

transformasi pertahanan maritim Indonesia kedepannya? Revolusi Nausena Pavara harus

dilanjutkan dalam taraf yang lebih tinggi: menyangkut inovasi militer, yang akan membutuhkan

pengembangan pada aspek RMA dan modernisasi angkatan militer, menciptakan kapabilitas dan

kekuatan yang berteknologi canggih. Andi Widjajanto merumuskan hal ini sebagai tahapan

ketiga reformasi maritim Indonesia, yaitu pengejaran akan teknologi Blue Water Navy.37

Yang

diajukan oleh Andi Widjajanto adahal pengadaan kapal selam yang lebih berteknologi canggih,

dan pengadaan lebih banyak destroyer.

Penulis ingin sekali mengatakan bahwa Indonesia juga harus memiliki kapal induk, alias

aircraft carrier yang diproyeksikannya akan ditempatkan di kawasan F1 Laut Cina Selatan,

dibawah yurisdiksi sub-komando Natuna38

. Demi pengadaan aircraft carrier tersebut Indonesia

harus mulai merencanakan dari sekarang dengan siapa ia akan melakukan kerjasama

pembagunan aircraft carrier dalam rangka mencapai kemandirian industri pertahanan (berkat

tansfer tekonologi) dalam menciptakan teknologi ini. Pun Indonesia harus terus melakukan usaha

lebih banyak lagi untuk meningkatkan kemakmuran warganya, memastikan pendididkan, dan

melaksanakan good governancei dalam menjalankan pemerintahannya, supaya Indonesia

menjadi negara yang kuat secara internal, yang akan mempengaruhi kemampuannya

menciptakan kekuatan secara external.

―Nausena Bhavisya” Indonesia (The Future of Indonesian Naval Force) akan sangat

tergantung kepada seberapa bisa Indonesia menjalankan negaranya demi mencapai target yang

sesuai dengan atau malah lebih baik dari yang diperkirakan oleh trajektori-trajektori diatas.

Dengan demikian terbukalah jalan bagi Indonesia untuk menjadi Nausena Pavara alias Kekuatan

Maritim di Asia Timur.

37 Andi Widjajanto, Materi Kuliah Strategi Pertahanan Indonesia tahun ajar 2011, Departemen Hubungan

Internasional FISIP Universitas Indonesia, 2011, didistribusikan oleh Edy Prasetyono. 38 Jika ada satu lagi, ingin penulis agar ia diposisikan di kawasan F1 di Selatan Indonesia bagian Timur agar dapat

berkeliling di kawasan Samudera Hindia – Laut Arafuru – dan Pasifik.

Page 23: Revolusi Nausena Pavara - Dian Aditya Ning Lestari - Sebuah Rekomendasi Kebijakan Agar Indonesia Menjadi Kekuatan Maritim Di Asia Timur

22

BAB III

KESIMPULAN

Revolusi Nausena Pavara adalah konsep tentang revolusi kekuatan maritim Indonesia

yang diajukan penulis demi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim di kawasan Asia

Timur. Revolusi Nausena Pavara dapat dilakukan sebagai bagian dari Revolusi Krida Yuda yang

mengacu kepada Revolusi Militer Indonesia secara komprehensif di segala bidang. Dapat pula

dilakukan sebagai bagian tersendiri dalam kondisi dimana angkatan laut menjadi bagian dari

pertahanan negara maritim yang diprioritaskan. Revolusi ini mencakup transformasi di berbagai

bidang, dari transformasi nilai sampai transformasi postur. Transfomasi postur ini mencakup

berbagai transformasi spesifik di berbagai aspek antara lain di bidang organisasi pertahanan

maritim, kapabilitas dan kekuatan pertahanan maritim, gelar kekuatan maritim serta

pembangunan infrastruktur. Makalah ini berisikan rekomendasi kebijakan penulis akan berbagai

transformasi tersebut ditambah dengan berbagai rekomendasi kebijakan lain yang dapat

dilakukan Indonesia, yang dapat dilakukannya dalam wadah kerjasama keamanan kawasan, demi

mendukung kelancaran terlaksananya Revolusi Nausena Pavara. Penulis juga menjelaskan

tentang masa depan transformasi kekuatan maritim Indonesia, dan apa saja yang penting untuk

dilakukan Indonesia demi mencapai konsepsi masa depan yang ideal tersebut. Demikianlah

makalah ini dibuat demi menjadikan Indonesia nausena pavara di Asia Pasifik.

Makalah ini dibuat atas kecintaan penulis terhadap kelautan Indonesia