Revisi tulisan skripsi 3

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis merupakan kegiatan merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang dirangkai menjadi sebuah paragraf sehingga memiliki pokok pembahasan tertentu. Dimana pembelajaran keterampilan menulis bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kreatif dalam menyampaikan informasi, gagasan, meyakinkan, dan dapat juga menghibur para siswa. Mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menulis sudah menjadi bagian dari pembelajaran bahasa khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam KTSP SMA Kelas X semester genap, pada Pedoman Penyusunan Silabus Bahasa dan Sastra Indonesia, salah satu indicator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa adalah dapat menulis cerpen (Depdiknas, 2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi ini, proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukan hanya sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra akan tetapi siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen. (Win Nur Azizah; 2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilan menulis cerpen. Dimana hambatan yang seringkali ditemukan adalah daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam 1

Transcript of Revisi tulisan skripsi 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah

adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis merupakan kegiatan

merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang dirangkai menjadi sebuah

paragraf sehingga memiliki pokok pembahasan tertentu. Dimana pembelajaran

keterampilan menulis bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kreatif

dalam menyampaikan informasi, gagasan, meyakinkan, dan dapat juga

menghibur para siswa. Mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan), menulis sudah menjadi bagian dari pembelajaran bahasa

khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam KTSP

SMA Kelas X semester genap, pada Pedoman Penyusunan Silabus Bahasa dan

Sastra Indonesia, salah satu indicator pencapaian hasil belajar yang harus

dicapai siswa adalah dapat menulis cerpen (Depdiknas, 2005:4). Untuk

mencapai standar kompetensi ini, proses pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia bukan hanya sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra akan

tetapi siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan,

pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen.

(Win Nur Azizah; 2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan

keterampilan menulis cerpen. Dimana hambatan yang seringkali ditemukan

adalah daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam

1

menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang

dapat mengembangkan ide. Hal ini terjadi karena proses belajar mengajar

Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada

teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa

khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian.

Erlin Novianti Prihastuti; 2011 dalam penelitiannya menyatakan bahwa

dibutuhkan media pembelajaran menulis cerpen yang tepat agar siswa tidak

cepat merasa bosan dan kesulitan dalam mengikuti pelajaran menulis. Untuk

itu, guru harus selektif dalam memilih media yang hendak digunakan.

Penelitian mengenai media pembelajaran menulis cerpen sudah banyak

dilakukan. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya wisata,

pengalaman pribadi sebagai basis melalui pendekatan keterampilan proses dan

pemodelan. Hal ini memberi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian

mengenai metoda Magnifying or Shrinking a Topic.

Strategi Magnifying or Shrinking a Topic mengajarkan siswa cara

mengidentifikasi saat-saat penting suatu kejadian dalam sebuah cerita. Setelah

momen penting atau peristiwa itu ditemukan, siswa diarahkan untuk

memahami teknik-teknik untuk perluasan cerita. Dimana perluasan yang dapat

dikembangkan antara lain membangun arti dari suatu tempat, menambah

bahasa dan tempat atau suasana, memberikan pembaca arti dari tempat dalam

cerita. Selain itu, strategi ini juga memberikan cara dalam mengembangkan

nada atau intonasi, memperlambat berlalunya waktu, menambahkan dialog

dan menambahkan pemikiran penasaran. Di sisi lain, strategi ini mengajarkan

2

cara memberikan istilah-istilah agar secara tidak langsung memberikan tugas

bagi si pembaca untuk menyimpulkan pada sebuah cerita, mengidentifikasi

tempat-tempat dalam tulisan siswa, melakukan penyusutan dengan cara kokus

pada ruang kecil waktu dan mengurangi pengulangan. Sehingga dapat

menghilangkan kalimat yang bertele-tele dan menghindari terlalu banyak

deskripsi dalam cerita.

Berdasarkan paparan di atas, penulis memiliki hipotesa bahwa strategi

Magnifying or Shrinking a Topic (perluasan atau penyusutan topik) dapat

dijadikan solusi alternative dalam pembelajaran menulis cerpen bagi siswa

kelas X agar terarah dan menarik. Untuk membuktikan hipotesa tersebut,

peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sekaligus sebagai bahan

penyusunan skripsi mengenai strategy Magnifying or Shrinking a Topic pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti telah

mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian,

yaitu :

1. Bagaimana kemampuan menulis siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik

Sleman?

2. Apa yang menjadi permasalahan ketika siswa menulis cerpen?

3. Bagaimana siswa membangun ide pokok dalam cerpen yang mereka

tulis?

3

4. Bagaimana hubungan antara strategi menulis cerpen yang telah diajarkan

guru terhadap kemampuan menulis cerpen siswa?

5. Apakah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dapat dijadikan solusi

efektif dalam pembelajaran menulis cerpen?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diungkapkan di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam-

masalah yang muncul ketika pembelajaran menulis cerpen. Oleh karena itu,

perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar pembahasan yang

dilakukan tidak meluas. Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang

mengikuti pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a

Topic dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.

Selain itu, pembatasan masalah pada penelitian ini adalah perlunya

diujicobakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran

menulis cerpen pada siswa kelas X.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or

4

Shrinking a Topic dan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran

menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada siswa kelas X

SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman?

2. Apakah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dapat dijadikan

alternative solusi pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan kali ini adalah sebagai berikut.

1. Membuktikan ada atau tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerpen

antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi

Magnifying or Shrinking a Topic dan siswa yang tidak mengikuti

pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman.

2. Membuktikan keefektifan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis. Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

5

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah

mengenai keefektifan strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam

menulis cerpen pada siswa kelas X.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi para

pengajar dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis cerpen

pada siswa kelas X. Selain itu, manfaat yang diperoleh oleh siswa yaitu

diharapkan dapat mempermudah mereka dalam meningkatkan kemampuan

menulis cerpen.

G. Batasan Istilah

1. Keefektifan adalah pemanfaatan segala sumber daya yang ada secara

efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

2. Strategi Magnifying or Shrinking a Topic adalah Strategi yang

mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu

pembesaran atau perluasan dan bagaimana menjelaskan ide pokok

tersebut. Ini juga akan membantu mereka fokus pada cerita yang terlalu

bertele-tele dan perlu penyusutan .

3. Menulis cerpen adalah kegiatan atau kemampuan melahirkan pikiran dan

perasaan melalui sebuah tulisan berbentuk prosa fiksi yang panjangnya

antara seribu sampai lima ribu kata yang bertujuan menyampaikan

pengalaman kepada pembaca dengan memperhatikan keserasian unsur

intrinsik dan ekstrinsiknya.

6

4. Ketrampilan menulis adalah suatu kecakapan seseorang dalam

mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bahasa tulis

sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain.

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menulis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Menulis diartikan

sebagai cara menulis yaitu membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan

pena (pensil, kapur, dsb), anak-anak sedang belajar, melahirkan pikiran atau

perasaan (spt mengarang, membuat surat). Dijelaskan oleh Dalman (2012:1)

menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan atau

komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Menurut Nurjamal (2011: 64) menulis merupakan sebuah proses kreatif dalam

bentuk bahasa tulis untuk menyampaikan suatu tujuan, misalnya memberi

tahu, meyakinkan, dan menghibur. Sementara menurut (Tarigan, 1986:3),

menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain.

Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis

dan menggunakan lambang-lambang bahasa. Keterampilan menulis

merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, dimana

semakin rajin berlatih keterampilan menulis akan meningkat.

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan

keterampilan) berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding ketiga

kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai

bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu

disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur

kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi

karangan. Maka dari itu, agar menjadi sebuah karangan yang runtut dan padu,

8

haruslah terjalin baik antara unsur bahasa maupun unsur isi (Nurgiyantoro,

2009: 296).

B. Cerpen

Asura (2005: 6) mengungkapkan bahwa seorang penulis dari Amerika

yang bernama Phyllis Duganne mendefinisikan cerpen sebagai susunan

kalimat- kalimat dalam sebuah cerita yang mempunyai bagian awal, bagian

tengah, dan akhir. Suwardi (1994: 165- 166) mengungkapkan bahwa cerpen

merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, yang unsur ceritanya

terpusat pada suatu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan

pelaku terbatas sehingga keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

Cerpen mempunyai unsur-unsur pembangun dari dalam yaitu tokoh, alur/plot,

judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema.

Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2009: 30) mengatakan bahwa tokoh

adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Sayuti (via Wiyatmi,

2009: 31) membedakan tokoh sesuai dengan keterlibatannya menjadi tokoh

utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Berdasarkan wataknya tokoh

dapat dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh kompleks. Tokoh

sederhana adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia

dan hanya ditonjolkan satu sisi karakternya saja. Tokoh kompleks lebih

menggambarkan keutuhan personalitas manusia, yang memiliki sisi baik dan

buruk secara dinamis. Dalam tokoh tentunya terdapat penokohan, yaitu

penggambaran watak dari tokoh tersebut.

9

Plot merupakan salah satu upaya penulis untuk menjalin sebuah cerita.

(Asura, 2005: 52). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun sesuai

dengan hubungan kausalitas. Sayuti (via Wiyatmi, 2009: 36) membagi alur

menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Alur juga memiliki kaidah,

yaitu plausibilitas (kemasukakalan), surprice (kejutan), suspence, unity

(keutuhan). Plot memiliki beberapa jenis, antara lain: plot progresif /

kronologis merupakan peristiwa disusun dari awal- tengah- akhir, plot regresif

/ flash back merupakan peristiwa disusun dari tengah- awal- akhir atau akhir-

awal- tengah.

Latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial. Sayuti (via Wiyatmi : 2009: 40). Latar berfungsi untuk

memberikan konteks cerita.

Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh

pembaca karena sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul

sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema. Maupun kombinasi dari

beberapa unsur tersebut. (Wiyatmi, 2009: 40). Asura (2005: 52)

mengungkapkan bahwa judul cerita adalah sebuah pintu gerbang. Judul

juga bisa diibaratkan sebuah etalase. Judul yang tidak menarik akan

menyebabkan pembaca enggan untuk mengetahui lebih jauh.

Sayuti (via Wiyatmi 2009: 41) membagi sudut pandang dibagi

menjadi empat, yaitu: a) sudut pandang first person central atau akuan

sertaan. b) sudut pandang first person peripheral atau akuan taksertaan. c)

10

sudut pandang third person omniscient atau diaan maha tahu. d) Sudut

pandang third person limited atau diaan terbatas

Gaya dan nada, gaya merupakan cara pengungkapan seseorang

yang khas bagi seorang pengarang. Nada berhubungan dengan pilihan

gaya yang mengekspresikan sikap tertentu.

Tema menurut Asura (2005: 45) merupakan ruh sebuah cerita,

tetapi tanpa bahasa yang baik, penuturan yang logis, sebuah tema yang

dahsyatpun akan sia- sia. Menurut Wiyatmi (2009: 42) tema merupakan

makna cerita.

C. Menulis Cerpen

Menulis merupakan cara berkomunikasi. Secara luas dapat dikatakan

bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan penerimaaan pesan-

pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang

ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Komunikasi lisan dan tulis

sangat erat berhubungan karena sifat penggunaan yang berkaitan dalam

bahasa. Phyllis Duganne (melalui Diponegoro, 1994:6) mengatakan bahwa

cerpen ialah susunan kalimat-kalimat yang merupakan cerita dengan bagi

awal, bagian tengah dan bagian akhir. Setiap cerpen punya tema, yakni cerita

atau gagasan yang ingin diucapkan oleh cerita itu. Dan sebagai namanya,

cerita pendek, cerpen ialah bentuk cerita yang dapat dibaca tuntas dalam sekali

duduk. Daerah lingkupnya kecil dan karena itu biasanya ceritanya berpusat

pada satu tokoh atau satu masalah. Ceritanya sangat kompak, tidak ada

11

bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap

kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada yang sia-sia. Semuanya

memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau

mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian

yang ompong, tidak ada bagian yang kelebihan.

Menulis cerpen menurut Thahar (2009: 17) dapat dikatakan

menuliskan “dongeng” pendek. Artinya, dongeng yang dekat dengan

kehidupan nyata dan fantasi pembaca, angan-angan, bahkan mungkin juga

implus atau desakan hati pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen adalah suatu proses

pengiriman dan penerimaan dari penulis terhadap pembaca dari susunan

kalimat-kalimat yang merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian tengah

dan akhir yang dapat dibaca tuntas dalam sekali duduk yang dekat dengan

kehidupan nyata dan fantasi pembaca, angan-angan, bahkan mungkin juga

implus atau desakan hati pembaca.

D. Strategi dalam Ketrampilan Menulis Cerpen

Proses pembelajaran membutuhkan ruang bagi siswa untuk melatih

ketrampilan menulis. Kemampuan siswa untuk menulis cerpen tidak begitu

saja dimiliki oleh siswa. Strategi Magnifying or Shrinking a Topic ini dapat

digunakan untuk menentukan ide pokok yang akan ditulis siswa dalam cerpen

yang mereka tulis.

12

Siswa kadang-kadang menulis banyak untuk membuat sebuah bagian

dari cerita dan kemudian bergegas mencari ide pokok. Oleh karena itu, ide

pokok dari cerita mereka kadang-kadang membutuhkan perluasan. Strategi ini

akan mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu

pembesaran atau perluasan dan bagaimana menjelaskan ide pokok tersebut. Ini

juga akan membantu mereka fokus pada cerita yang terlalu bertele-tele dan

perlu penyusutan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran menulis cerpen dengan strategi

Magnifying or Shrinking a Topic adalah sebagai berikut:

a. Ketika siswa memulai menulis cerpen tekankan bahwa setiap cerita

pendek harus memiliki momen penting yang membahas tujuan dari cerita,

dan menginstruksikan siswa untuk mengidentifikasi saat-saat penting atau

kejadian cerita mereka. Seringkali unsur ini hilang dari menulis, siswa

sering mengoceh dari acara ke acara. Jika peristiwa penting yang hilang,

siswa perlu mengeksplorasi topik untuk menemukannya.

b. Setelah momen penting atau peristiwa penting telah ditemukan, siswa

diarahkan agar memahami teknik-teknik untuk perluasan cerita atau

pembesaran cerita, diantaranya sebagai berikut:

1. Membangun arti dari suatu tempat atau area atau mengembangkannya.

Menambah bahasa dan membangun tempat atau suasana, memberikan

pembaca arti dari tempat dalam cerita. Ini dapat membantu siswa

untuk membayangkan diri mereka dalam mengendalikan cerita.

13

Mereka harus menulis untuk menunjukkan pembaca apa yang dilihat

dari cerita. Rincian yang ditambahkan seharusnya tidak mengalihkan

perhatian dari cerita, tetapi menambahkan untuk memberikan arti yang

lebih bagi cerita tersebut.

2. Mengembangkan nada atau intonasi. Dengan pengembangan bahasa

“rasa” dari situasi cerita. Apakah tempat yang menyeramkan atau

tempat yang dingin? Bahasa tambahan yang menunjukkan perasaaan

karakter akan memperluas atau memperbesar isi dari cerita.

3. Memperlambat berlalunya waktu. Mintalah siswa membayangkan

momen penting dalam gerakan lambat dan menggambarkannya

bingkai demi bingkai. Seorang penulis memperlambat suatu bagian

dengan menambahkan rincian lebih lanjut, memungkinkan pembaca

untuk menikmati itu.

4. Tambahkan dialog. Interaksi karakter dan bagaimana mereka

berkomunikasi dengan satu sama lain dapat menempatkan pembaca

dalam adegan pemikiran karakter.

5. Tambahkan “pemikiran penasaran”. Penjelasan yang membuat si

pembaca menjadi penasaran dengan setiap alur cerita dan berfikir

bahwa cerita itu asli adanya, “pemikiran penasaran” dapat

meningkatkan ketegangan atau ketidakpastian.

6. Berilah istilah-istilah agar secara tidak langsung memberikan tugas

bagi si pembaca untuk menyimpulkan pada sebuah cerita. Carilah

14

model ini dalam sastra dan penulisan dewasa untuk berbagi dengan

siswa.

c. Tulisan siswa sering mengandung banyak rincian yang memperlambat

cerita ditempat yang salah. Pembaca menjadi bosan dan pikiran mereka

mengembara. Mintalah siswa mengidentifikasi tempat-tempat ini dalam

tulisan mereka sendirri. Siswa dapat melakukan penyusutan kata atau

kalimat dalam cerita setelah melakukan identifikasi terhadap hasil karya

cerita mereka. Dimana sebagai penulis muda akan lebih baik untuk belajar

pada penulis yang telah handal agar dapat membuang kalimat dan paragraf

untuk meningkat isi mereka.

d. Cara siswa untuk melakukan penyusutan untuk menghindari perluasan

yang tidak perlu antara lain sebagai berikut:

1. Fokus pada satu ruang kecil waktu. Seorang mahasiswa yang menulis

tentang satu hari untuk menggambarkan lima menit naik roller coaster

atau seluruh musim panas untuk menggambarkan satu acara di kamp,

membutuhkan fokus. Mengubah titik awal kertas akan membantu

penulis mencapai fokus ini. Jika penulis dimulai dengan acara yang

signifikan dan menggunakan teknik dari langkah ke2 untuk

mengeksplorasi, ia akan dapat fokus perbagian bagiannya.

2. Carilah pengulangan. Jika rincian menambahkan informasi atau negara

jelas sama, mereka harus dihilangkan.

15

3. Hindari kalimat yang bertele-tele. Jika dialog membawa cerita, perlu

melihat dengan mata kritis. Menjaga dialog penting dan menggunakan

deskripsi untuk membawa arah kedalam isi cerita

4. Hindari terlalu banyak deskripsi. Jika terlalu banyak detail

ditambahkan, cerita dapat menjadi terlalu lambat. Siswa dapat daftar

informasi untuk semua panca indera ketika satu atau dua akan

mengatur nada.

E. Penerapan metoda pembelajaran Strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam menulis cerpen

F. Penelitian yang Relevan

a. Penelitian Novara Andini “Keefektifan Strategi Image Streaming dalam

Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10

Yogyakarta”. Persamaan penelitian ini sama-sama menggunakan strategi

dalam pembelajaran menulis cerpen. Perbedaannya terletak pada strategi

yang digunakan. Novara menggunakan strategi Image Streaming

sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan strategi

Magnifying or Shrinking a Topic. Hasil penelitian Novara terbukti efektif

dibandingkan peembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan strategi

Image Streaming. Hasil perhitungan uji-t skor posttest kelompok

eksperimen dan skor posttest kelompok kontrol menghasilkan t hitung

1,360 dengan db 60 diperoleh nilai p=0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf

16

signifikasi 5% (p=0,000<0,05). Hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat

perbedaan ketrampilan menulis cerpen signifikan antara siswa yang

mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan strategi Ima]ge Streaming.

Hasil uji-t skor pretest dan posttest kelompok eksperimen menghasilkan t

hitung sebesar 18,914 dengan db 30 dan nilai p=0,000. Hal tersebut

menunjukkan bahwa strategi Image Streaming efektif digunakan pada

pembelajaran menulis cerpen di X SMA N 10 Yogyakarta.

b. Penelitian Pratita Tiara Raissaka “Keefektifan Penggunaan Strategi Peta

Konsep Laba-Laba dalam Pembelajaran Ketrampilan Menulis Cerpen

pada Siswa XII SMA Negeri Seyegan Sleman”. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat perbedaan ketrampilan menulis cerpen yang

signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan strategi peta konsep laba-laba dengan siswa yang mengikuti

tanpa menggunakan peta konsep laba-laba. Hal tersebut terbukti dari hasil

uji-t yang dilakukan pada skor posttest antara kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen th sebesar -14,245 dengan df 62 dan P sebesar

0,000. Jadi nilai P 0,05 yang berarti signifikan. Hasil uji-t skor pretest dan

posttest kelompok eksperimen menghasilkan th sebesar -26,587 dengan df

dan nilai p=0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan strategi peta

konsep laba-laba efektif digunakan dalam pembelajaran ketrampilan

menulis.

c. Esti Banowati “Keefektifan Penggunaan Strategi Story Writing Map dalam

Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa X SMA PGRI Temanggung”.

17

Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, pembelajaran menulis cerpen

siswa kelas X SMA PGRI Temanggung dengan menggunakan Story

Writing Map lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis

cerpen tanpa menggunakan Story Writing Map. Kedua, adanya perbedaan

yang signifikan pada skor pretest dan posttest menulis cerpen kelompok

kontrol dengan kelompok eksperimen. Hasil uji-t skor pretest dan posttest

kelompok eksperimen menghasilkan t hitung sebesar -20,420, df 25. Hasil

perhitungan p= 0,000 dan taraf signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa strategi Story Writing Map efektif digunakan pada pembelajaran

menulis cerpen bilai p < 0,05 = signifikan.

d. Widiarti “Keefektifan Model Sinektik dalam Pembelajaran Ketrampilan

Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo”. Kesimpulan

pertama dari penelitian ini adalah perbedaan yang signifikan antara

ketrampilan menulis cerpen kelompok yang mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model sinektetik dan kelompok yang tidak

mengikuti pembelajaran dengan model sinektetik. Kesimpulan kedua yaitu

model sinektetik lebih efektif digunakan dalam pembelajaran ketrampilan

menulis cerpen kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang

tidak mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model sinektetik.

G. Hipotesis

18

Hipotesis dalam penelitian ini ada dua, yaitu hipotesis nihil dan

hipotesis kerja. Hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran ketrampilan

menulis cerpen yang menerapkan strategi Magnifying or Shrinking a

Topic dengan pembelajaran ketrampilan menulis cerpen tanpa menerapkan

strategi Magnifying or Shrinking a Topic.

b. Penggunaan Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran

ketrampilan menuliscerpen tidak efektif dibandingkan dengan

pembelajaran tanpa Magnifying or Shrinking a Topic.

Adapun hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran ketrampilan menulis

cerpen yang menggunkan Magnifying or Shrinking a Topic dengan

pembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan Magnifying or

Shrinking a Topic.

b. Penggunaan Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran menulis

cerpen lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menerapkan

Magnifying or Shrinking a Topic.

19

BAB III

Kerangka Teori

Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk

tulis. Menulis adalah kegiatan yang kompleks. Dalam kegiatan menulis

memerlukan kemampauan berbahasa yang lain seperti kemampuan membaca.

Berdasarkan hal tersebut, siswa seiring merasa kesulitan dalam melakukan

kegiatan menulis. Kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi oleh siswa sebelum

menulis adalah menemukan ide yang akan ditulis, kosa kata yang dimiiki masih

terbatas, dan motivasi yang kurang untuk menulis.

Berbagai macam masalah yang menghalangi siswa dalam menulis dapat

diatasi dengan berbagai macam solusi. Salah satu solusi yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa adalah menggunakan strategi

Magnifying or Shrinking a Topic pada pembelajaran menulis cerpen. Strategi

Magnifying or Shrinking a Topic lebih mengedapankan pengembangan konflik

cerita secara mendalam di dalam menulis cerpen

.

A. Metode Penelitian

20

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Arikunto

(2006: 3) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu cara

untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausalitas) antara dua

faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor-

faktor lain yang mengganggu sehingga diketahui akibat yang ditimbulkan

dari suatu perlakuan yang dilakukan.

Penelitian penerapan strategi Magnifying or Shrinking a Topic

dalam pembelajaran menulis cerpen dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana efektifitasnya dalam menunjang keberhasilan pembelajaran menulis

cerpen.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimen

dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Apabila

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1: Control Group Pretest Posttest Design

Kelompok Pretest Perlakuan PosttestE O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan:

E : Kelompok eksperimen

K : Kelompok kontrol

O1 : Pretest kelompok eksperimen

O2 : Posttest kelompok eksperimen

O3 : Pretest kelompok kontrol

21

O4 : Posttest kelompok kontrol

X : Perlakuan dengan metode dua tinggal dua tamu

Sugiyono (2011:85)

2. Variabel Penelitian

Variabel (Arikunto: 126) adalah gejala yang bervariasi yang

menjadi objek penelitian. Variabel penelitian merupakan objek yang

menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini,

variabel terdapat variabel bebas dan variabel terikat.

a) Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi variabel yang lain (Jonathan Sarwono 2006 metode

penelitian kuantitatif & Kualitatif Sleman: Graha Ilmu) dalam

penelitian ini adalah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam

pembelajaran menulis cerpen. Strategi tersebut akan diberikan kepada

siswa pada kelompok eksperimen. Namun pada kelompok kontrol

tidak mendapat perlakuan menggunakan strategi Magnifying or

Shrinking a Topic dalam pembelajaran menulis cerpen.

b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis

cerpen. Variabel terikat ini berupa skor yang diperoleh dari tes

kemampuan menulis cerpen yang telah dilakukan oleh siswa.

3. Definisi Operasional Variabel

Pada setiap variabel dalam penelitian ini memiliki pengertian yang

sama. Untuk itu, agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda terhadap

istilah yang ada dalam penelitian ini maka berikut ini akan dijelaskan

22

definisi operasional pada masing-masing variabel baik variabel bebas

maupun variabel terikat.

a) Strategi Magnifying or Shrinking a Topic adalah Strategi yang

mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu

pembesaran atau perluasanan untuk menjelaskan suatu ide pokok.

Selain itu, strategi ini dapat membantu siswa untuk fokus pada cerita

sehingga tidak bertele-tele.

b) Cerpen adalah cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, yang unsur

ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan

pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan

kesan tunggal.

4. Populasi dan Sempel Penelitian

a) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman tahun ajaran 2013/2014. Seluruh siswa

tersebut terbagi dalam tiga kelas yaitu XA, XB, dan XC.

b) Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari keseluruhan kelas X

SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Teknik pengambilan sempel dalam

penelitian ini menggunakan teknik Sampel Random (sampel acak)

yaitu peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga

semua subjek dianggap sama (Arikunto: 134). Pemilihan sampel dalam

penelitian ini menggunakan cara undian. Jadi peneliti dengan memilih

sampel penelitian secara acak dengan cara diundi dari semua kelas X.

Dalam penentuan kelas kontrol dan eksperimen juga dilakukan dengan

23

cara diundi dari kedua kelas yang telah terpilih sebagai sampel

penelitian sebelumnya.

5. Prosedur Penelitian

a) Tahap Pra eksperimen

Pada tahap ini, ditentukan dua kelas yang menjadi subjek penelitian.

Satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang lain menjadi

kelompok kontrol. Setelah itu, semua kelompok melakukan pretest

guna mengetahui kemampuan awal siswa dalam keterampilan menulis

cerpen. Hasil dari pretest ini kemudian akan dibandingkan dengan

hasil akhir siswa setelah dilakukan tindakan dalam pembelajaran

keterampilan menulis cerpen.

b) Tahap Eksperimen

Pada tahap praeksperimen telah dilakukan pretest pada kedua

kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen). Maka telah

diketahui bahwa pada kedua kelompok tersebut masing-masing

dipastikan memiliki kemampuan awal yang sama dalam keterampilan

menulis cerpen. Tahap selanjutnya yaitu tahap eksperimen. Pada tahap

ini, siswa pada kelas kontrol akan tetap melakukan pembelajaran

keterampilan menulis cerpen secara konvensional sedangkan pada

kelompok eksperimen akan mendapat pelakukan pembelajaran

keterampilan menulis cerpen menggunakan strategi Magnifying or

Shrinking a Topic. Dalam pemberian perlakuan terhadap kelompok

24

eksperimen melibatkan metode pembelajaran (kolaborasi), siswa,

guru/pengajar, dan peneliti.

c) Tahap Pasca eksperimen

Pada tahap ini, peneliti memberikan tes pada siswa kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Berdasarkan hasil tes tersebut peneliti melihat ada

atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kelompok kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Maka peneliti dapat menyimpulkan adanya

pengaruh baik atau tidak dari strategi Magnifying or Shrinking a Topic

dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen.

d) Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar penilaian menulis.

Lembar penilaian tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam

menilai hasil tes menulis cerpen para siswa. Lembar yang digunakan

akan mengacu pada model penilaian tugas menulis yang telah dirinci

dan disertai skor penilaian berdasarkan karakteristik teks deskripsi.

Berdasarkan acuan lembar penilaian tersebut akan diperoleh skor yang

diperoleh siswa. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam teks deskripsi

hasil tulisan siswa yaitu aspek isi, aspek organisasi teks, aspek

penggunaan bahasa, aspek kosa kata, dan aspek mekanik penulisan

teks.

25

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diukur dengan beberapa cara yaitu dengan validitas pertimbangan

melalui analisis rasional dan validitas berdasar analisis data empirik

(Nurgiantoro: 339-341). Validitas berdasar analisis rasional terdiri dari

validitas isi (content validity) dan konstruk (construct validity).

Sedangkan validitas berdasar analisis data empirik terdiri dari validitas

sejalan (concuren validity) dan ramalan (predictive validity).

e) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

berupa tes. Teknik pengumpulan data dengan cara tes digunakan untuk

mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto:

223). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini

menggunakan pengumpulan data menggunakan teknik tes. Tes

digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam menulis

cerpen sesudah dan sebelum strategi Magnifying or Shrinking a Topic

diterapkan dalam menulis cerpen pada siswa. Melalui tes ini, peneliti

dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan siswa dalam

pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi Magnifying or

Shrinking a Topic.

f) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji-t. Uji –t digunakan untuk menguji perbedaan mean kedua

kelompok dalam penelitian ini. Dimana kelompok eksperimen adalah

26

kelompok yang telah mendapat perlakuan dengan menggunakan

strategi Magnifying or Shrinking a Topic dan kelompok kontrol

merupakan yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan

strategi Magnifying or Shrinking a Topic. Teknik analisis data yang

menggunakan uji-t harus memenuhi persyaratan yaitu uji normalitas

dan uji homogenitas. Penghitungan uji normalitas, uji homogenitas dan

uji-t menggunakan komputer program SPSS seri 17,00.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui kepastian

sebaran data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.

Uji normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirov (uji K-

S) seperti yang diungkapkan oleh Nurgiantoro (2009:114).

Interpretasi hasil normalitas dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-

tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitas adalah sebagai

berikut.

• Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat Alpha

5% (Asymp. Sig. (2-tailed)>0,05) dapat disimpulkan bahwa

data berasal dari populasi yang berdistriusi normal.

• Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari tingkat Alpha

5% (Asymp. Sig. (2-tailed)<0,05) dapat disimpulkan bahwa

data berasal dari populasi yang berdistriusi tidak normal.

2) Uji Homogenitas

27

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat seragam tidaknya

variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji

didasarkan pada asumsi bahwa apabila varians yang dimiliki oleh

sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka

sampel-sampel tersebut cukup homogen. Menurut Nurgiyantoro

(2009:216), untuk mengkaji homogenitas varian tersebut perlu

dilakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor

kelompok-kelompok yang bersangkutan.

Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini

selengkapnya dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00.

Interpretasi hasil uji homogenitas dengan melihat nilai Sig. (2-

tailed). Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut.

• Jika signifikan lebih kecil dari 0,05 (Sig. (2-tailed.< Alpha),

maka varian berbeda secara sinifikan (tidak homogen).

• Jika signifikan lebih besar dari 0,05 (Sig. (2-tailed. >Alpha),

maka kedua varian sama secara sinifikan (homogen)

3) Uji-t

Uji-t digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata

hitung. Hasilnya akan menunjukkan adanya perbedaan secara

signifikan atau tidak signifikan. Uji-t dapat digunakan untuk

menghitung distribusi sampel bebas (independent samples)

maupun sampel berhubungan (correlated samples atau paired

samples) (Nurgiyantoro, 2009: 182). Sampel dalam penelitian ini

28

berasal dari populasi yang berbeda (independent sample),

kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05.

Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini selengkapnya

dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00

4) Uji hipotesis

Menurut Arikunto (2006: 73-74) hipotesis terbagi menjadi

dua jenis. Yang pertama adalah hipotesis kerja (Ha). Hipotesis

kerja (Ha) menyatakan adanya hubungan anatara variabel X dan Y,

atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Biasa disebut dengan

hipotesis nol (Ho). Hipotesis yang kedua adalah hipotesis stataistik

atau sering disebut juga dengan hipotesis nol (Ho). Hipotesis ini

biasanya digunakan dalam penelitian yang bersifat ststistik dan

menggunakan perhitungan statistik. Hipotesis nol (Ho) menyatakan

tidak adanya perbedaan pengaruh antara variabel X dan variabel Y.

• Ha = U1 ≠ U2

• H0 = U1 = U2

Keterangan:

Ha = ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis cerpen

yang signifikan antara siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or

Shrinking a Topic dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran secara konvensional.

29

H0 = tidak ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis

deskriptif yang signifikan antara siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or

Shrinking a Topic dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran secara konvensional.

• Ha = U1 ≠ U2

• H0 = U1 = U2

Keterangan:

Ha = strategi Magnifying or Shrinking a Topic efektif digunakan

dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa

kelas X.

H0 = strategi Magnifying or Shrinking a Topic tidak lebih efektif

untuk digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada

siswa kelas X.

Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini selengkapnya

dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00.

5) Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah sebagai berikut.

No

.Kegiatan

Waktu

Oktober November Desember JanuariFebruari

1Penyusunan

proposalV V

30

2 Pengurusan ijin V v

3Pelaksanaan uji

coba instrumentv

4Pelaksanaan

instrumentv

5Penyusunan

laporanv v

6Pelaksanaan

ujianv

31

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asura, Enang Rokajat. 2005. Panduan Praktis Menulis Skenario dari Iklan

sampai Sinetron.Sleman : Andi.

B. Lane, After the End (Portsmouth, New Hampshire: Heinemann, 1993).

B. Lane, Reviser’s Toolbox (Shoreman, Vermont: Discover Writing Press,

1999).

Dalman. 2012. Menulis karya ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nurgiyantoro, B., Gunawan & Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk

Penelitian Ilmi-ilmu Sosial. Sleman: Gadjah Mada University Press.

Nurjamal, Daeng dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: ALFABETA

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan

Metode R & D. Bandung: Alfabeta.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Sleman : Pustaka.

32