revisi bab 3

13
HASIL ANALISIS BAB III Setelah membaca buku Sadono Sukirno “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan terutama Bab 3 (tiga) maka dapat diambil analisis sebagai berikut: A. Arti Pembangunan Perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua Negara baik Negara kaya maupun miskin yang menganut system kapitalis, sosialis maupun campuran, semua sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam- macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Menurut penulis pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Sedangkan Sadono Sukirno berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah “suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita suatu masyarakat bertambah dalam jangka panjang”(2007:55). Pendapat ini juga hampir sama dengan yang dikemukakan oleh M.L Jhingan yang mendefinisikan pembangunan menjadi tiga yaitu 1. Perkembangan ekonomi harus di ukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional nyata dalam jangka waktu yang panjang.

Transcript of revisi bab 3

Page 1: revisi bab 3

HASIL ANALISIS BAB III

Setelah membaca buku Sadono Sukirno “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah

dan Dasar Kebijakan terutama Bab 3 (tiga) maka dapat diambil analisis sebagai berikut:

A. Arti Pembangunan

Perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara

mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari

semua Negara baik Negara kaya maupun miskin yang menganut system kapitalis, sosialis

maupun campuran, semua sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan

ekonomi. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah

lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Menurut penulis pembangunan merupakan

proses untuk melakukan perubahan. Sedangkan Sadono Sukirno berpendapat bahwa

yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah “suatu proses yang menyebabkan

pendapatan per kapita suatu masyarakat bertambah dalam jangka panjang”(2007:55).

Pendapat ini juga hampir sama dengan yang dikemukakan oleh M.L Jhingan yang

mendefinisikan pembangunan menjadi tiga yaitu

1. Perkembangan ekonomi harus di ukur dalam arti kenaikan pendapatan

nasional nyata dalam jangka waktu yang panjang.

2. Berkaitan dengan pendapatan per kapita dalam jangka panjang

3. Dilihat dari kesejahteraan ekonomi (2007:5-7)

Dari kedua pendapat di atas, menjadi tolok ukur pembangunan adalah

pendapatan perkapita masyarakat dari suatu negara. Apabila diambil kesimpulan maka

terdapat tiga sifat penting dari arti pembangunan yaitu:

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus

2. Suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita

3. Kenaikkan income per kapita harus terus menerus dan pembangunan itu

dilakukan sepanjang masa.

Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-

ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali

Page 2: revisi bab 3

konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering

diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena

perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula,

tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga

pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan

adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak

dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat

menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat

adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/per-

luasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh

suatu komunitas masyarakat.

B. Indikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan

Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap

Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan

mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan

kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-

negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan

bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier.

Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga

internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur

perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua

indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu

bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks

Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan menurut penulis,

yaitu:

1. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan

salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan

bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan

2

Page 3: revisi bab 3

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah

menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki

beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah

dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi

bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh

adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun

demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola

distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan

dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya

ekonomi.

Seperti yang dikemukakan oleh M.L. Jhingan bahwa data pendapatan nasional

seringkali tidak tepat, menyesatkan dan tidak berdasar karena alasan-alasan berikut:

a. Sektor non uang yang menyulitkan perhitungan pendapatan nasional

b. Kekurangan spesialisasi pekerjaan menyulitkan pendapatan nasional karena

distribusi atau asal bidang usaha begitu rancu.

c. Kebanyakan rakyat adalah buta huruf dan tidak pernah menyimpan rekening,

dan jika mereka memilikinya mereka enggan mengungkapkan pendapatannya

secara jujur. Dalam keadaan seperti ini hanya perkiraan kasar saja yang dapat

dibuat.

d. Perkiraan pendapatan nasional hanya mencakup barang dan jasa yang

dipergunakan dunia komersil.

e. Perhitungan pendapatan nasional dalam arti uang meremehkan

(underestimates) pendapatan nyata.

f. Perkiraan pendapatan nasional tidak dapat mengukur secara tepat perubahan

output yang disebabkan oleh perubahan tingkat harga.

g. Perbandingan pendapatan nasional secara internasional sering tidak tepat

sebagai akibat konversi nilai tukar berbagai mata uang ke dalam satu mata

uang bersama yaitu dollar AS.

h. Perhitungan pendapatan per kapita bisa terlalu besar atau kecil karena angka

jumlah penduduk seringkali tidak handal dan benar. Data sensus tidak pernah

akurat.

3

Page 4: revisi bab 3

i. Berbagai kesulitan timbul di dalam mendefinisikan istilah “pendapatan”

sebagai akibat dipergunakannya konsep yang berbeda-beda di dalam

menghitung pendapatan nasional diberbagai negara (2007:12-14).

Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan

mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial.

Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi

sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat

terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan

permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan

investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian

terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.

2. Jumlah penduduk miskin

Menurut penulis tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara dapat dilihat dari

angka kemiskinan. Suatu negara dapat dikatakan makmur apabila rakyatnya yang hidup

miskin berjumlah sedikit. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi

pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok

masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang

berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak

negara-negara berkembang , tidak terkecuali di Indonesia. Biasanya penduduk miskin

adalah golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah. Sedangkan menurut

Michael P Todaro yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah “mereka yang

bertempat tinggal di daerah pedesaan dan bahwa mereka memiliki kegiatan di bidang

pertanian dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan itu”(1994:31). Pendapat ini

juga hampir sama dengan yang dikemukakan oleh M.L. Jhingan yaitu “golongan yang dua

pertiga atau lebih tinggal di pedesaan dan mata pencaharian utama adalah

pertanian”(2007:18). Karena menurutnya, penduduk yang bekerja sebagai petani

biasanya berpenghasilan rendah.

Kemiskinan ini menurut penulis seperti lingkaran setan yang menjadikan

penduduk negara ini masih banyak yang miskin. Misalnya si miskin selalu kurang makan,

karena kurang makan kesehatannya jadi buruk, karena fisiknya lemah maka

4

Page 5: revisi bab 3

produktifitasnya rendah, karena prodiktifitasnya rendah maka penghasilannyapun rendah

dan berarti si miskin tetap saja menjadi miskin.

3. Tingkat Pengangguran

Perkembangan penduduk yang semakin bertambah cepat dan dalam jumlah

besar dalam beberapa tahun ini menimbulkan masalah baru, salah satunya adalah

masalah pengangguran. Yang dimaksud penganggur menurut penulis adalah seseorang

yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat

memperolehnya. Sedangkan Malayu S.P. Hasibuan adalah “orang yang mau bekerja,

mampu bekerja dan memenuhi persyaratan undang-undang perburuhan tetapi tidak

mendapat pekerjaan”(1987:95).

Menurut penulis tingkat pengangguran berpengaruh untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat, karena semakin rendah tingkat pengangguran maka semakin

sejahtera. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Malayu S.P. Hasibuan bahwa “jika tingkat

penganggur cukup tinggi dapat diambil kesimpulan bahwa pemerintah tidak berhasil

dalam pembangunan ekonominya, sebaliknya jika tingkat penganggur kecil maka

pemerintah berhasil dalam pembangunan ekonominya” (1987:97).

Sebab-sebab terjadinya pengangguran adalah:

a. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada

kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

b. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

c. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak

seimbang

Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan

kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi

kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.

Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak

dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

5

Page 6: revisi bab 3

d. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh

struktur Angkatan Kerja Indonesia

e. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang

Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan

kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan

tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke

daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

4. Angka Melek Huruf

Menurut penulis angka melek huruf menunjukkan jumlah penduduk yang dapat

menulis dan membaca. Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan

Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut: “Melek aksara adalah

kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat,

mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-

bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi”.

Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran

berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya,

dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan,

menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.

Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur

penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah.

Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-

tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara, dan umumnya orang-

orang yang mampu baca-tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek

meraih peluang kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga

menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang kerja dan akses

yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi.

6

Page 7: revisi bab 3

Definisi lain dari Badan Sensus Nasional, “Angka Melek Huruf (AMH) adalah

persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta

mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari”.

Kegunaan AMH yaitu:

mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama

di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak

pernah bersekolah atau tidak tamat SD.

menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi

dari berbagai media.

menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi

perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Cara Menghitung

Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun

keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus.

Rumus

dimana:

= angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun keatas) pada tahun t

= Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis pada tahun t

= Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

Dapat diambil kesimpulan bahwa suatu negara dikatakan makmur apabila angka

melek hurufnya tinggi atau angka buta hurufnya rendah.

7

Page 8: revisi bab 3

5. Tingkat Kesehatan

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang

tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM.

Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan

tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian

kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi

secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi,

angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di

masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa

janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status

gizi ibu hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.

Demikian seterusnya status gizi remaja atau usia sekolah ditentukan juga pada kondisi

kesehatan dan gizi pada saat lahir dan balita.

Menurut penulis, tingkat kesehatan penduduk suatu negara berpengaruh pada

kemajuan negara. Tingkat kesehatan yang tinggi maka masyarakat akan sejahtera.

Kesehatan masyarakat ini mencakup perhitungan angka kematian bayi dan angka ibu

melahirkan rendah. Diharapkan dengan hal tersebut masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan keluarga dengan makanan yang mengandung gizi dan memberikan pelayanan

kesehatan yang baik. Namun Entang Sastraatmadja berpendapat “walaupun data-data

mengenai menurunnya tingkat kematian menunjuk pada fakta kemajuan pesat telah

tercapai pada pelayanan kesehatan, kenyataan lain juga menunjuk pada masih rendahnya

mutu pelayanan kesehatan yang tersaji bagi masyarakat umum” (1986:10).

Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas,

Rumah sakit, maupun sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya

kesehatan telah dapat dikatakan merata keseluruh wilayah. Akan tetapi persebaran fisik

tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan dan

8

Page 9: revisi bab 3

keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat

dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan

dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang

diterima serta harapan masyarakat pengguna. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan

prakondisi yang harus dipenuhi untuk peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan. Peningkatan pelayanan dilakukan melalui peningkatan mutu dan

profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan harapan masyarakat pengguna

dilakukan melalui peningkatan pendidikan umum, penyuluhan kesehatan, serta

komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat.

9

Page 10: revisi bab 3

10