revisi 1

download revisi 1

of 41

description

proposal setelah revisi akan tetapi belum dikoreksi penguji

Transcript of revisi 1

HUBUNGAN ANTARA KELUHAN NYERI PINGGANG DAN KONDISI KAKI PES PLANUS PADA DEWASA MUDA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

MEIRIA SARI03011186

PROGRAM PEDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA, AGUSTUS 2014

v

Bidang Ilmu : Pendidikan Kedokteran

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELUAHN NYERI PINGGANG DAN KONDISI KAKI PES PLANUS PADA DEWASA MUDA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

MEIRIA SARI03011186

PROGRAM PEDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA, AGUSTUS 2014PERSETUJUANProposal Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KELUHAN NYERI PINGGANG DAN KONDISI KAKI PES PLANUS PADA DEWASA MUDA

MEIRIA SARI03011186

Telah disetujui untuk diuji di hadapanTim Penguji Proposal SkripsiFakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Hari Sabtu, Tanggal 19 Juli 2014

Pembimbing

(Dr. dr Maria R. Rachmawati, PA(K), SpKFR)PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :Nama: Meiria SariNIM: 03011186Program Studi : Kedokteran UmumAlamat Korespondensi: Jalan Sunter Garden Blok B8 No. 4 Jakarta Utara RT 005 / RW 018 Kode POS 14350Telepon / mobile: 08712031988E-mail: [email protected] Skripsi: Hubungan Antara Keluhan Nyeri Pinggang dan Kondisi Kaki Pes Planus Pada Dewasa Muda

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No 17. Tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 Juli 2014

Meiria Sari 03011186

DAFTAR ISIHALAMAN

HALAMAN JUDUL iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iiHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR LAMPIRAN viii

BAB IPENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Perumusan Masalah 31.3 Tujuan 3 1.3.1 Tujuan umum 3 1.3.2 Tujuan khusus 41.4 Hipotesis 41.5 Manfaat 4 1.3.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan 4 1.3.2 Manfaat untuk profesi 4 1.3.3 Manfaat untuk masyarakat 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI62.1 Nyeri pinggang 62.1.1 Definisi nyeri pinggang 62.1.2 Epidemiologi nyeri pinggang 62.1.3 Etiologi nyeri pinggang72.1.4 Anatomi tulang belakang82.2 Pes Planus102.2.1 Definisi pes planus 102.2.2 Klasifikasi pes planus 112.2.3 Epidemiologi pes planus122.2.4 Etiologi dan faktor resiko pes planus 132.2.5 Anatomi pes planus142.2.6 Pemeriksaan pes planus152.2.7 Hubungan pes planus dan nyeri pinggang152.2.8 Penatalaksanaan pes planus162.3 Dewasa muda172.4 Ringkasan pustaka182.5 Kerangka teori19

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI 203.1 Kerangka konsep 203.2 Variabel penelitian 203.2.1 Variabel tergantung 203.2.2 Variabel bebas 203.3 Definisi operasional20

BAB IV METODE 224.1 Desain penelitian 224.2 Lokasi dan waktu penelitian 224.3 Populasi dan sampel penelitian 224.4 Bahan dan instrument penelitian 244.5 Analisis data 244.6 Alur kerja penelitian 254.7 Etika penelitian 254.8 Penjadwalan penelitian26

DAFTAR PUSTAKA 27LAMPIRAN 30

iv

Daftar Tabel

Tabel 1. Ringkasan pustaka 16Tabel 2. Definisi operasional 19vi

Daftar Gambar

Gambar 1. Tulang belakang dan pembagiannya 8Gambar 2. Ilustrasi flat foot (lengkung datar) dan kaki normal19Gambar 3. Sidik tapak kaki normal dan pes planus derajat 1 sampai 320Gambar 4. Kerangka teori17Gambar 5. Kerangka konsep18Gambar 6. Alur kerja penelitian23

vii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Informed consent29Lampiran 2. Formulir persetujuan30Lampiran 3. Kuesioner nyeri pinggang31

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluhan nyeri pinggang adalah rasa sakit atau pegal yang mengganggu terjadi pada area belakang tubuh yaitu tulang punggung yang dalam bahasa latin disebut os. Vertebrae. Nyeri pinggang adalah gangguan neuromuskuloskeletal yang merupakan keluhan umum dari rasa sakit, dimana sebanyak 80 persen dari kita akan merasakan nyeri pinggang. Penelitian Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD) Indonesia menunjukkan prevalensi nyeri pinggang 18,2 persen pada laki-laki dan 13,6 persen pada wanita.(1) Di Amerika Serikat disebutkan bahwa kebanyakan orang akan mengalami nyeri pinggang paling tidak sekali selama masa hidupnya. Nyeri pinggang menjadi salah satu alasan paling umum untuk cuti pekerja. Bahkan, nyeri pinggang adalah yang kedua alasan paling umum untuk kunjungan ke dokter karena dapat menghambat aktifitas fisik. Menurut data di Inggris prevalensi nyeri punggung bawah pada masyarakat lebih kurang 16.500.000 per tahun, dimana 3 sampai 7 juta orang melakukan konsultasi dengan dokter umum. National Safety Council juga melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit atau nyeri pada pinggang, yaitu 22 persen dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, dkk, 2004). Mekanisme nyeri ini kemungkinan besar mulai dirasakan menderita di usia 30 sampai 50 tahun.2 Di Amerika Serikat didapatkan 60 sampai 80 persen keadaan nyeri ini menyebabkan kerugian dalam hal kinerja sehari-hari dan biaya pengobatan setidaknya $50-100 miliar per tahun antara tahun 1999 sampai 2004 untuk penderita nyeri pinggang akibat tidak dapat menjalankan aktivitas secara optimal dan merupakan penyebab utama kecacatan.(2)Penilaian rasa nyeri merupakan hal yang subjektif dalam hal ini intensitas nyeri diukur menggunakan Visual Analogue Pain Rating Scale (VAS). VAS berupa garis horizontal sepanjang 10 sentimeter sebagai alat standard untuk mengukur intensitas nyeri dipilih berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. VAS garis horisontal digunakan sebagai alat pengukuran standard padaPain Management Service di Louisiana State University Health Sciences Center, Shreveport (LSUHSC-S), USA 2008.Faktor risiko yang mempengaruhi nyeri pinggang antara lain seperti berat badan berlebih, sikap badan yang salah dengan membungkuk atau posisi mengangkat barang yang salah, kurang olahraga yang menyebabkan sendi-sendi menjadi kaku, tidur dengan alas yang lentur, dan kelainan struktur anatomi dengan kondisi kaki pes planus. Dari segi psikologi rasa cemas dan depresi juga dapat menyebabkan peningkatan nyeri pinggang pada seseorang, meskipun alasan mengapa peningkatan resiko belum diketahui.(3) Secara patologi nyeri di daerah tulang belakang dapat disebabkan berbagai faktor seperti trauma, degeneratif, inflamasi, neoplasma, gangguan metabolik, kelainan kongenital, psikogenik, dan tidak jarang akibat nyeri alih beberapa organ viseral. Kebanyakan anak lahir dengan kaki datar, seiring dengan perkembangan pada dekade pertama kehidupan mulai terbentuk lengkung normal di bagian medial pada telapak kaki. Apabila lengkung kaki tersebut tidak terbentuk sebagaimana mestinya, yang bisa disebabkan kerena bawaan atau kecelakaan yang didapat sehingga saat berjalan seluruh telapak kaki menyetuh lantai, maka keadaan kaki seperti ini disebut pes planus atau kaki datar. Dari penelitian di Denmark populasi orang dengan kondisi pes planus sekitar 15%.(4) Di Indonesia prevalensi pes planus pada calon jemaah haji Jakarta Timur tahun 2007 sebesar 10,2 persen.(5)Individu dengan pes planus ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan bisa tanpa keluhan atau dengan keluhan nyeri atau keterbatasan gerak hingga kecacatan serta rasa nyeri yang parah.(6) Prevalensi flexible flat foot dari populasi ditemukan sebesar 20 sampai 30 persen lebih banyak dibanding rigid flat foot.(7) Rasa nyeri biasa dirasakan di sepanjang posterior tibi al tendon, plantar fascia, dan daerah di luar tumit. Telah ditemukan prevalensi pes planus mengalami perbedaan panjang kaki yang akan menyebabkan peningkatan kelainan biomekanikal pada struktur tulang belakang. Hal ini disebabkan karena kaki datar menyebabkan disparitas atau perbedaan panjang kaki yang tanpa intervensi akan mengakibatkan kerusakan struktural pada sendi seperti kerusakan pada kartilago dari subtalar, lutut, dan sendi facet hingga mengakibatkan gangguan pada interverteba disk.(8,9) Kondisi kaki pes planus mengurangi kemampuan shock absorbsing dikatakan berpotensial mengakibatkan nyeri pinggang.(10) Semakin lama kondisi ini juga mengakibatkan kerusakan struktural kronik dan tekanan abnormal menjalar ke area proksimal tubuh yang mempengaruhi lutut, pinggul, dan tulang belakang.Berdasarkan uraian di atas, diperkirakan terdapat hubungan antara nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda. Insiden pes planus dari penelitian sebelumnya telah mengisyaratkan bahwa nyeri punggung bawah yang mempengaruhi sekitar satu dari lima orang di seluruh dunia, dapat dikaitkan dengan bentuk lengkungan kaki dalam posisi berdiri.(11) Namun, sedikit yang diketahui tentang hubungan antara nyeri pinggang dan pes planus. Belum ada penelitian sebelumnya mengenai hubungan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara nyeri pinggang dengan kondisi kaki pes planus, dalam hal ini pada dewasa muda yang lebih aktif dan belum adanya proses degeneratif.

1.2 Perumusan MasalahInsiden nyeri pinggang yang tinggi dan kerugian besar yang dapat ditimbulkan terutama pada dewasa muda yang dapat diperkirakan disebabkan oleh salah satu faktor resiko bentuk kaki pes planus, ditemukan meningkatkan akibat gangguan biomekanikal dan kinetik yang terus terjadi. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan antara keluhan nyeri pinggang dengan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumTujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup usia dewasa muda dengan menurunnya kejadian nyeri pinggang.1.3.2 Tujuan Khususa. Mengetahui prevalensi dewasa muda dengan keluhan nyeri pinggang.b. Mengetahui intensitas nyeri pinggang dengan skala ukur VAS (Visual Analog Scale) c. Mengetahui prevalensi pes planus pada dewasa muda.d. Mengetahui hubungan nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus.e. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan bentuk kaki pes planus dan nyeri pinggang.

1.4 HipotesisTerdapat hubungan antara keluhan nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda.

1.5 Manfaat1.5.1 Manfaat Untuk Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai nyeri pinggang dan dari data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dibidang ilmu kedokteran tentang hubungan antara nyeri pinggang dan pes planus.

1.5.2 Untuk ProfesiHasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan profesional untuk ilmu cabang kedokteran umum maupun spesialis di bidang pelayanan nyeri pinggang khususnya yang berkaitan dengan kondisi pes planus. Diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penulis tentang hubugan antara nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus serta untuk menyelesaikan syarat kelulusan sarjana.

1.5.3 Manfaat Untuk MasyarakatPenelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai hubungan antara nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus sehingga dapat dilakukan perbaikan sedini mungkin.

BAB IITINJAUAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Pinggang

2.1.1 Definisi Nyeri PinggangNyeri pinggang adalah gejala bukan merupakan diagnosis suatu penyakit, kondisi dimana terjadi sensasi sakit akut, subakut, dan kronik pada daerah lumbosakral, bokong, dan paha. Rasa nyeri atau spasme yang dirasakan pada daerah pinggang dapat merupakan nyeri lokal atau nyeri radikuler yang sering disertai dengan penyebaran ke daerah tungkai dan kaki. Jenis nyeri lokal paling sering ditemukan, biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen. Nyeri pinggang yang sederhana pada pada sistem muskuloskeletal merupakan kasus terbanyak pada usia 20 sampai 55 tahun. (12)

2.1.2 Epidemiologi Nyeri PinggangLebih dari 70 persen orang di negara maju akan mengalami nyeri pinggang dalam kehidupan mereka. Setiap tahun, antara 15 sampai 45 persen orang dewasa mengalami nyeri pinggang, dan 5 persen dari orang-orang yang datang ke rumah sakit dengan episode baru. Sekitar 10 persen tetap tidak dapat bekerja dan sekitar 20 persen memiliki gejala persisten pada satu tahun. Nyeri spesifik pada sekitar 85 persen orang.(13) Hampir 90 persen penderita nyeri pinggang mempunyai dasar mekanik yang merupakan faktor dari etiologi nyeri non spefisik. Nyeri pinggang mekanik didefinisikan sebagai nyeri pinggang pada struktur anatomik normal yang digunakan secara berlebihan (muscle strain), atau nyeri yang sekunder terhadap trauma atau deformitas, dan sekitar 10 persen penderita pinggang sisanya menunjukkan keluhan penyakit sistemik. Hal ini berhubungan dengan keadaan postur kaki, dari data didapatkan bahwa prevalensi tingginya masalah nyeri atau deformitas kaki berkaitan dengan keluhan nyeri pinggang cukup signifikan. Penelitian Corrado menunjukkan sebuah studi 2010 di mana peneliti mensurvei 2.100 orang dewasa, berusia 18-80 tahun, dengan kaki, kaki bagian bawah, lutut, pinggul dan punggung. Para peneliti mencatat hubungan yang signifikan antara sakit kaki dan nyeri di tempat lain di kaki dan pinggang.(14) Wanita disebutkan 40 persen lebih sering melaporkan adanya keluhan dibandingkan laki-laki. Sakit kaki secara bermakna dikaitkan dengan nyeri sendi lainnya, termasuk lutut, pinggul dan pinggang.(15) Studi ini, menunjuk pada kaki sebagai bagian yang penting dari penopang tubuh dan dengan adanya masalah struktural dapat menyebabkan nyeri keseluruh struktur tubuh termasuk pinggang.

2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko Nyeri PinggangNyeri pinggang menjadi keluhan umum yang sering terjadi dan penyebab spesifik sulit untuk diidentifikasi. Nyeri terutama pada daerah lumbosakral dan bokong, sering dikaitkan dengan penyebaran rasa sakit kaki ke paha atas yang jarang meluas di bawah lutut. Kebanyakan orang dengan nyeri pinggang, dimana tidak ada masalah atau kondisi khusus yang membuat penderita atau dokter untuk langsung mengidentifikasi penyebabnya. Hal ini disebut sebagai nyeri pinggang non spesifik. Penting untuk mengetahui bahwa nyeri pinggang merupakan gejala dari suatu kondisi medis. Misalnya masalah mekanikal, inflamasi, metabolik, dan neoplastik.(16)Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penyebab nyeri pinggang sangat beragam dan dibutuhkan pemeriksaan sistematik untuk mencari penyebab utamanya. Banyak faktor dihubungkan sebagai penyebab nyeri pinggang, seperti kondisi kaki pes planus. Kondisi kaki pes planus mengurangi kemampuan shock absorbsing dikatakan berpotensial mengakibatkan nyeri pinggang.(10) Semakin lama kondisi ini juga mengakibatkan kerusakan struktural kronik dan tekanan abnormal menjalar ke area proksimal tubuh yang mempengaruhi lutut, pinggul, dan tulang belakang. Sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terkena sakit pinggang contohnya berdiri, duduk atau membungkuk untuk jangka waktu yang lama, mengangkat, membawa, mendorong atau menarik beban yang terlalu berat, sering membungkuk, diam dalam posisi statis yang lama, mengalami obesitas (memiliki BMI lebih dari 30), kecelakaan, dan merokok. Faktor resiko psikososial termasuk kecemasan, depresi, dan stres mental di tempat kerja dimana dapat mengakibatkan ketegangan otot. (13)

2.1.4 Anatomi Tulang BelakangPunggung manusia memiliki banyak struktur interkoneksi, termasuk tulang, sendi, otot, ligamen, saraf dan tendon. Struktur pendukung utamanya adalah tulang belakang, yang terdiri dari 24 tulang terpisah yang disebut vertebrae, ditambah tulang sakrum dan tulang ekor. Antara tulang belakang adalah cakram yang bertindak sebagai peredam kejut dan memungkinkan tulang belakang untuk membungkuk. Tulang belakang disebut columna vertebralis dalam bahasa kedokteran merupakan struktur yang dibentuk dari sejumlah tulang yang disebut vertebra dan ruas tulang. Terdiri dari tiga puluh tiga ruas tulang dan panjangnya mencapai lima puluh enam hingga enam puluh tujuh sentimeter. Tulang vertebra terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrae. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif).

Gambar 1. Tulang belakang dan pembagiannyaVertebra dikelompokan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu: Vertebra servikal, ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri badanya kecil dan persegi panjang, lebih panjang ke samping dari pada ke depan atau ke belakang. Terdiri dari tujuh tulang. Vertebra torakalis, ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang servikal dan disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khasnya adalah badanya berbentuk lebar lonjong dengan faset kecil di setiap sisi untuk menyambung iga. Terdiri dari dua belas tulang. Vertebra lumbalis, ruas tulang pinggan, luas tulang pinggang yang terbesar. Taju durinya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Taju sayapnya panjang dan langsing. Terdiri dari lima tulang. Vertebra sakralis, disebut tulang kelangkang berbentuk segi tiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata. Terdiri dari lima tulang. Vertebra kosigeus, disebut tulang tungging terdiri dari empat atau lima vertebra yang rudimenter yang bergabung menjadi satu. (17)

2.2 Pes Planus 2.2.1 Definisi Pes PlanusPes planus atau flat foot atau kaki datar merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kaki secara visual yang rata. Artinya adalah keadaan berkurang atau hilangnya lengkung longitudinal medial pada kaki yang sering berhubungan dengan eversi kaki bagian belakang.(18) Sehingga menyebabkan seluruh telapak kaki menyentuh tanah ketika berdiri atau duduk. Keadaan ini dapat bersifat fisiologik yang dikenal dengan flexible flatfootdan patologik yang dikenal dengan rigid flatfoot. (19) Gambar 2. Ilustrasi flat foot (lengkung datar) dan kaki normal

2.2.2 Klasifikasi Pes PlanusPes planus diklasifikasikan dalam dua bentuk, yang digambarkan sebagai kaku atau fleksibel. Flexible flat foot adalah keaadan yang paling umum yang biasanya disebabkan oleh kelemahan kapsula sendi dan ligamen, ditandai dengan kelengkungan telapak kaki yang datar ketika menahan beban berat seperti saat berdri. Sedangkan ketika tidak menyokong beban berat kelengkungan akan terlihat normal. Contohnya saat berjalan atau berdiri pada ujung jari yang menjadi tumpuan maka lengkung kaki tampak normal.(20)Rigid flat foot merupakan perkembangan dari dari flexible flat foot pada orang dewasa, ditandai dengan lengkungan kaki yang terfiksasi, seseorang tidak memiliki lengkung kaki dalam kondisi sedang atau tidak menahan beban dikarenakan sendi yang mengalami rematik sehingga tidak menjadi kaku. WHO (World Health Organisation) mendefinisikan pes planus kaku sebagai cacat bawaan, kaku atau kejang pada kaki dan pes planus fleksibel sebagai gangguan sendi diperoleh mengakibatkan deformitas valgus kaki.(21)Berdasarkan tingkat kedalamannya pes planus dibagi dalam tiga tingkat seperti pada gambar dibawah.

Kaki normalPP derajat 1 PP derajat 2 PP derajat 3Gambar 3. Sidik tapak kaki normal dan pes planus derajat 1 sampai 3

2.2.1 Epidemiologi Pes Planus Kebanyakan anak-anak lahir dengan kaki datar dan dalam dekade pertama kehidupan, sebagian besar anak-anak mengembangkan sebuah lengkungan yang normal di kaki, ketika mereka mulai berjalan. Apabila kelengkungan kaki ini tidak terbentuk hingga masa remaja atau dewasa sebagai akibat dari trauma atau hal lainnya, itu dianggap abnormal. Prevalensi flatfootakan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Saat berusia 2 tahun, sebesar 94 persen anak-anak mengalami flatfootdan pada usia 10 tahun, hanya sebesar 4 persen yang mengalami keadaan tersebut. Prevalensi flatfootpada kelompok anak berusia 3 tahun adalah sebesar 54 persen dan pada kelompok anak berusia 6 tahun sebesar 24 persen. Sebagian besar anak akan menunjukkan perkembangan kaki secara utuh pada usia 12 tahun.(22) Biasanya bayi memiliki kelainan lengkungan yang minimal dan memasuki usia balita mulai terlihat lengkung panjang, kaki depan pronasi, dan tumit valgus pada beban berat. Prevalensi pes planus ditemukan pada 20 persen orang dewasa, sebagian besar yang fleksibel. Kondisi flexible flat foot pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala dan dapat berjalan nyaman sama seperti orang lain dengan lengkungan normal selama tidak ada kontraktur pada tumit. Ada beberapa bukti bahwa kaki datar dapat melindungi stres metatarsal fraktur, tetapi memperburuk fungsi sebagai peredam kejut bagi tubuh yang berkaitan dengan punggung bawah.23

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Pes PlanusBerdasarkan penyebab terjadinya kondisi kaki pes planus dibagi menjadi dua yaitu kongenital dan yang didapat saat dewasa. Penyebab kongenital ini dapat disebabkan karena kelemahan ligamen dan sendi secara genetik dan disebutkan bahwa faktor keturunan juga dapat mempengaruhi keadaan ini.(23) Berikutnya adalah penyebab kaki datar pada dewasa adalah Adult flexible flat foot adalah perkembangan kondisi anak dengan hilangnya sebagian atau seluruh lengkungan medial, bisa hanya unilateral atau lebih umum deformitas bilateral. Lengkungan ini diciptakan dengan berdiri berjinjit dengan hindfoot normal (tumit) gerakan. Kondisi ini biasanya tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan. Jika gejala muncul, mereka hadir dengan lengkungan, tumit atau nyeri kaki lateral. Posterior disfungsi tendon tibialis (PTTD) adalah pecahnya tendon menyebabkan deformitas, tendon ini penting untuk menjaga bentuk lengkungan kaki merupakan masalah yang umum dan sering pada etiologi pes planus. Masalah ini lebih sering terjadi pada wanita pada kelompok usia 45-65 tahun. Tarsal coalition adalah kondisi bawaan di mana tulang di midfoot dan hindfoot yang normal bergabung bersama-sama. Hal ini menyebabkan berbagai penurunan gerakan dan transfer kekuatan mekanik pada sendi lain yang menyebabkan rasa sakit. Peroneal spastic flat foot adalah terjadinya peningkatan tonus pada otot peroneal. Mengganggu keseimbangan tarik otot sekitar pergelangan kaki, menyebabkan deformitas. Hal ini sering dikaitkan dengan koalisi tarsal. Iatrogenik merupaka pengobatan yang salah saat kecil pada kaki dan pergelangan kaki membawa risiko merangsang deformitas kaki datar. Hal ini terutama terjadi dalam pengobatan bedah kaki (talipes equinovarus), di mana overcorrection merupakan penyebab umum dari flat foot iatrogenik. (24) Post-traumatic seperti contohnya patah tulang pergelangan kaki, midfoot atau hindfoot yang menyembuhkan dengan malunion atau gagal untuk bersatu. Cedera jaringan lunak termasuk laserasi tendon tibialis posterior juga dapat menyebabkan deformitas. Arthtritic, dapat menyebabkan kaki datar. Dalam hal ini, timbulnya rasa sakit dan deformitas biasanya akan lambat dan progresif. Charcot foot adalah flat foot, terkait dengan neuropati perifer. Penyebab paling umum adalah diabetes mellitus. Neuromuskular flat foot adalah hasil dari beberapa kondisi yang menyebabkan kelemahan atau overactivity pada otot kaki. Ini mungkin bawaan atau diperoleh. Penyebab lainnya adalah kecelakaan serebrovaskular (stroke) dan penyebab pasca traumatik atau iatrogenik.

2.2.3 Anatomi Pes PlanusLengkungan longitudinal kaki dibentuk oleh kombinasi dari semua tulang tarsal dan metatarsal. Beban akan secara merata didistribusikan pada kaki saat posisi berdiri, memungkinkan beban terdistribusi pada kalkaneus, serta pada ujung metatarsal. Tendon tibialis memerlukan sedikit tekanan untuk dapat mempertahankan posisi berdiri. Kompleks tulang-ligamen yang menentukan ketinggian lengkungan longitudinal, sedangkan otot menjaga keseimbangan dan mengakomodasi kaki di permukaan yang tidak rata, melindungi ligamen dari stres, dan mendorong tubuh ke depan.25 Otot-otot ekstrinsik berasal dari atas pergelangan kaki, yakni tibialis anterior, tibialis posterior, halusis longus ekstensor, ekstensor digitorum komunis, fleksor halusis longus, fleksor digitorum komunis, dua otot peroneal, dan kompleks gastrocsoleus. Otot-otot intrinsik kaki yang utama adalah plantar dan dapat dibagi menjadi empat lapisan. Lapisan yang paling superfisial meliputi abduktor halusis, fleksor digitorum brevis, dan abduktor digiti minimi.Lapisan kedua adalah planteqkuadratus dan lumbrikalis. Lapisan ketiga adalah fleksor halusis brevis, halusis adduktor, dan fleksor digiti minimi brevis. Lapisan keempat meliputi interosei. Otot-otot intrinsik pada bagian dorsal adalah otot ekstensor digitorum brevis yang berasal dari kalkaneus lateral bagian distal dan ligamen sendi yang berdekatan. Keseimbangan antara semua otot-otot penting untuk ketepatan fungsi dan menghindari terjadinya deformitas cavus. Kompleks gastrocsoleus berperan sebagai otot plantar fleksor yang kuat. Bertentangan bertentangan dengan peran otot tibialis anterior dan otot ekstensor jari-jari kaki. Otot tibialis anterior merupakan supinator dari kaki depan, terkecuali dinetralkan oleh otot longus peroneus, otot tibialis anterior akan mengakibatkan deformitas dengan supinasi forefoot dan bunion dorsal. Otot posterior tibialis mengakibatan hindfoot varus dan deviasi medial dari forefoot, terkecuali jika diimbangi oleh otot-otot peroneal. Fungsi otot yang kompleks namun sinergis akan menghasilkan suatu keadaan yang terkoordinasi, serta aktivitas yang efisien. Namun, ketidakseimbangan terkait keadaan patologis akan mengakibatkan deformitas.

2.2.4 Pemeriksaan Pes Planus Pes planus dapat hadir sebagai temuan insidental tanpa gejala pada pemeriksaan atau sebagai gejala kondisi. Gejalanya mulai dari sakit ringan atau jangkauan terbatas gerakan untuk cacat berat dan nyeri. Amati kondisi pes planus saat pasien berdiri, melihat kakinya dari atas dan belakang. Hilangnya lengkungan akan terlihat, dengan sisi medial kaki dekat dengan tanah. Dilihat dari belakang kaki, orang dengan pes planus tumitnya mengarah keluar (valgus) dan jari-jari kaki juga dapat menunjuk ke arah luar. Untuk menilai flexible flat foot, pasien diminta untuk berjinjit. Dengan flexible flat foot ini akan mengungkapkan lengkungan, dan tumit akan bergerak ke dalam (varus). Untuk menilai PTTD pasien diminta untuk berdiri dengan satu kaki jinjit tanpa bantuan, pasien dengan PTTD tidak akan mampu melakukan hal ini.(25)Mengetahui seseorang tanpa gejala pada pes planus, berikut pemeriksaan dari kaki yang harus dilakukan(26) : Heel cord flexibility. Dengan sendi lutut ekstensi dan kaki dalam posisi inversi, maka kuantitas dari dorsofleksi pergelangan kaki dapat dinilai. Callus pattern. Normalnya, harus ada kalus pada plantar tumit dan pada ujung metatarsal pertama, dan secara difus pada metatarsal lainnya. Adanya peningkatan kalus, kemerahan, kerusakan kulit pada lengkungan atau medial ibu jari mengindikasikan adanya postur planovalgus pada saat berjalan. Subtalar motion. Keadaan ini dapat diperiksa dengan melakukan inversi dan eversi kaki sementara hindfoot dalam posisi yang tetap. Arch rest (non-weight bearing) dan dengan mengangkat jari kaki. Keadaan flexible flatfoot memiliki posisi yang normal pada saat duduk, dan ketika jari diangkat. Sewaktu jari kaki diangkat, tumit akan tampak dalam kondisi varus.

2.2.5 Hubungan Nyeri Pinggang dan Pes Planus Tulang tarsal dan metatarsal dalam lengkungan longitudinal dan transversal berfungsi untuk menambah kemampuan dan ketahanan berat bantalan dari kaki tersebut, bertindak sebagai peredam kejut untuk menyokong berat tubuh selama ada gerakan. Apabila kelengkungan ini hilang mengakibatkan subluksasi pada sendi kaki dan kesenjangan panjang kaki. Kondisi kaki datar ini menyebabkan kelainan biomekanik dari peningkatan sudut lutut, panggul yang miring hingga kelainan pada tulang belakang yaitu skoliosis. Panggul yang miring menyebabkan kesenjangan fungsional kaki dan cara berjalan yang abnormal. Posisi kaki pronasi disertai dengan kesenjangan fungsional panjang kaki tanpa perbaikan atau penanganan selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan struktural sendi, seperti kerusakan tulang rawan dari subtalar, lutut, dan sendi facet, bersama dengan kerusakan pada diskus intervertebralis. (27,28) Nyeri pada pes planus banyak dirasakan pada kaki ketika sedang dalam posisi berdiri dan meningkat intensitas nyerinya ketika berjalan. Tubuh akan memposisikan berat lebih banyak pada kaki yang normal untuk mengurangi rasa nyeri akan mengubah rantai kinematik pada tubuh.Studi sebelumnya juga menemukan bahwa kasus nyeri pinggang dan sakit kaki yang berhubungan erat dengan asimetris panjang kaki. (27,28) Individu dengan kaki pronasi dan kesenjangan fungsional panjang kaki mungkin mengalami kelainan rantai kinematik vertebra-panggul-pinggul. Kelainan rantai kinematik dapat meningkatkan aktivitas otot rangka sekitar sendi selama kegiatan, meningkatkan ketegangan dan beban mekanik dari jaringan otot dari tungkai bawah dan struktur tulang belakang yang makin lama dapat menyebabkan cedera otot dan rasa nyeri pinggang.

2.2.6 Penatalaksanaan Pes PlanusPada umumnya keadaan flatfoot yang asimtomatik tidak membutuhkan tatalaksana khusus, berdasarkan sumber yang ada tidak ada bukti yang menyatakan bahwa pemberian terapi awal dapat mencegah perkembangan flexible flatfoot yang bersifat simtomatik pada masa dewasa. Adapun tatalaksana dari flatfoot ini dibagai menjadi terapi konservatif dan terapi bedah.Pada terapi konservatif mengacu kepada edukasi dan jaminan rasa nyaman pada keadaan tersebut. Penggunaan sepatu ortopedik yaitu sepatu dengan penyokong lengkungan medial, secara tradisional telah dikenal sebagai salah satu metode terapi. Diharapkan dapat mengurangi tekanan yang bersifat patologik pada area kaki yang menopang beban tubuh. Untuk latihan peregangan otot-otot, sepatu untuk running memiliki kegunaan untuk menyokong tumit dan lengkungan longitudinal dan pemakaian sepatu inipun lebih dapat diterima secara luas.(26) Perenggangan pada telapak kaki secara manual juga dapat dilakukan sebagai terapi jika terjadi kontraktur pada tendon. Selanjutnya terapi pembedahan pada penderita flat foot dilakukan dengan indikasi sebagai berikut. (29) Terdapat gejala yang tidak dapat ditelusuri dan tidak responsif terhadap penggunaan sepatu dan ortotik modifikasi. Penderita tidak dapat memodifikasi suatu aktivitas yang menimbulkan nyeri. Pasien dengan callus talonavikular dan kurangnya perenggangan lengkung yang membatasi aktivitas sehari-hari akibat rasa nyeri yang ditimbulkannya. Berikut ini adalah tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk terapi pada flatfoot : Arthroereisis Heel Cord Lengthening Subtalar Fusion Lateral Column Lengthening Imbrication of Talonaviculocuneiform Complex

2.3 Dewasa MudaDewasa muda, disebut sebagai young adulthood adalah salah satu tahap dalam perkembangan hidup manusia yang merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga tahap yaitu dewasa muda (young adulhood) dengan usia 20 sampai 40 tahun, dewasa menegah (middle adulthood) dengan usia 40 sampai 65 tahun. Yang terakhir dewasa akhir (late adulthood) dngan usia 65 tahun ke atas.(30)

2.4 Ringkasan Pustaka

Tabel 1. Ringkasan Pu stakaPenelitian Lokasi Metode SubjekWaktu VariabelHasil

Kosashvili Y, Fridman T, Backstein D, et alIsraelRetrospective study97,279 anggota militer2008Pes planus, nyeri lutut anterior, nyeri punggung bawahintermitenPopulasi pes planus 15%. 74% ringan, 21% sedang, 5% berat dan hanya derajat sedang dan berat yang memiliki hubungan yang signifikan.

Lakstein Dror, Fridman Tali, Ziv Yaron Bar, Kosashvili Y.Israel Cross-sectional97,279 anggota pertahanan Israel2010Anterior knee pain (AKP), pes planus (PP), dan jenis kelamin Nyeri lutut ditemukan pada 4.024 individu dengan keluhan lebih rendah pada wanita. Prevalensi pes planus 15.698 lebih rendah pada wanita.

Mlgaard C,Lundbye-Christensen S,Simonsen O.Denmark Cross-sectional2100 penduduk Denmark2010kaki, kaki bagian bawah, lutut, pinggul, dan nyeri punggungTingkat responden adalah 79,6%. Prevalensi nyeri kaki adalah 30,4% dengan total nyeri 55,9% di kaki, ada hubungan yang signifikan antara sakit kaki dan nyeri di tempat lain di kaki dan pinggang.

26

2.5 Kerangka Teori

Dewasa MudaFaktor Resiko :Individual(Usia, aktivitas fisik berat, merokok)Psikososial(Stress, cemas, depresi, kognitif rendah)Okupasional(mengangkat berat, membungkuk, posisi statis lama)Keterbatasan aktifitasDegenerasi diskus Nyeri PinggangNyeri muskuloskeletalCidera ligamen dan otot pinggangKeteganggan otot dan ligamentum Disparitas panjang kakiAbnormalitas bentuk kaki : pes planus / flat foot

Gambar 4. Kerangka Teori

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

3.1 Kerangka KonsepPenelitian ini merupakan penelitian analitik mengenai hubungan antara keluhan nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda yang secara sistematis dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel tergantungAbnormalitas kaki: Pes Planus

Nyeri Pinggang

Gambar 5. Kerangka Konsep 3.2 Variabel Penelitian3.2.1 Variable Tergantung Variabel tergantung adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Pada penelitian ini variabel tergantung adalah nyeri pinggang.3.2.2 Variabel BebasVariabel bebas adalah variabel yang bila variabel tersebut berubah akan mempengaruhi variabel lain. Pada penelitian ini variabel bebas adalah bentuk kaki pes planus dan karakter sosiodemografi.

3.3 Definisi OperasionalLihat pada Tabel 2. Di bawah

Tabel 2. Definisi OperasionalVariabel Definisi OperasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala

Nyeri pinggangKeluhan berupa rasa sakit yang dirasakan dari tulang belakang daerah lumbosakral, bokong, dan paha.Visual Analog Scale (VAS)Kuisioner Berdasarkan derajat alat ukur : 1-3 : ringan 4-7 : sedang 8-10 : beratOrdinal

Pes planus Kondisi kaki dengan berkurang atau hilangnya lengkung longitudinal medial Kertas dan tintaCetak sidik kakiKlasifikasi bentuk kaki :1. Normal2. Pes planusNominal

Dewasa mudaIndividu telah terjadi perubahan fisik dan psikologis menjadi dewasa KuisonerKuisioner Usia 20-40 tahunNumerik

Jenis kelaminPerbedaan antara secara biologis sejak seseorang lahirKuisioner Kuisioner 1. Laki-laki2. PerempuanNominal

Indeks Massa TubuhNilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) pangkat 2Timbangan dan meteran Kuisioner 1. Kurang 2. Normal3. Berlebihan4. ObesitasOrdinal

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1 Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang.

4.2 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran pada bulan September 2014 sampai Januari 2015.

4.3 Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi untuk penelitian ini adalah mahasiswa dan karyawan Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran yang memenuhi :a. Kriteria inklusi :1. Usia 20-40 tahun2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan3. Persetujuan subjek penelitiana. Kriteria eksklusi :1. Memiliki riwayat kelainan pada tulang belakang2. Pernah mengalami trauma atau cedera tulang belakangTeknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel random sederhana, teknik pengambilan yang dilakukan secara acak sehingga setiap individu memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel dalam penetilitan dengan memenuhi kriteria inklusi.Besar sampel yang dibutuhkan untuk rancangan potong lintang ini diambil dari hasil perhitungan dengan rumus :

Dimana :n: besar sampel awal : pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96p: proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicariq : prevalensi atau proporsi kelompok yang tidak menderita penyakit yang diteliti = 1-p : akurasi dari ketepatan pengukuran = 0,01Dimana :n: besar sampel optimal yang dibutuhkan studi : pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96p: proporsi keluhan nyeri pinggang pada pes planus = 5%4q : prevalensi atau proporsi kelompok yang tidak menderita penyakit yang diteliti = 1-0,05=0,054 : akurasi dari ketepatan pengukuran = 0,01a. Populasi infinit

b. Populasi finit

Keterangan :: Populasi infinitn: Populasi finitN: Populasi nyeri pinggang keseluruhan= 1.4034 : Tingkat kepercayaan sebesar 95% (1,96)p: Proporsi subjek sakit dari penelitian sebelumnya 5%=0,05q:1-p = 0,05d: tingkat presisi 1% (0,01)Dari perhitungan di atas, diketahui jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 90 orang dengan koreksi terhadap kemungkinan drop out ketika pelaksanaan penelitian, maka besar sampel ditambah 15% , sehingga jumlah sampel untuk penelitian ini sekarang totalnya menjadi 104 orang. 4.4 Bahan dan Instrument Penelitian4.4.1. Bahan PenelitianBahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil wawancara dari kuisioner yang telah dilakukan.

4.4.2. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan pada penelitian ini adalaha. Kuisioner b. Visual Analog Scale (VAS)c. Alat pengukur berat badan (skala kg) dan tinggi badan (staturmeter)d. Kertas dan tinta

4.5 Analisis DataData yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses penyuntingan serta pemindahan data ke komputer. Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dan wawancara diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS Statistics 17. a. Analisis UnivariatAnalisis ini dilakukan pada masing-masing variabel.b. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (pes planus) dengan variabel tergantung (nyeri pinggang). Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chi-square sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel. 4.6 Alur Kerja Penelitian

Persiapan penelitian

Pengumpulan data: dewasa muda

Informed consent

Bersedia Tidak bersedia

Menilai subjek yang memenuhi kriteria inklusi

Random

Sampel

Analisis

Gambar 6. Alur Kerja Penelitian

4.7 Etika PenelitianDalam melakukan penelitian ini , peneliti harus mematuhi etika dalam menjalankan penelitian. Etika penelitian tersebut antara lain jaminan kerahasian data subjek penelitian, kemudian responden diberi keterangan atau penjelasan mengenai tujuan penelitian secara lisan dan tulisan. Bila responden bersedia akan diminta menandatangani informed consent yang menyatakan persetujuan sari subjek untuk ikut serta dalam penelitian secara sukarela dan pengajuan Ethical clearance ke komite etik Fakultas Kedokteran Trisakti.

4.8 Penjadwalan Penelitian

Tabel 3. Penjadwalan PenelitianKegiatan

WAKTU

Juni 2014Juli 2014Agustus 2014September2014Oktober2014November 2014Desember 2014

515319220325224419515

Persiapan dan pengumpulan data

Penyusunan dan penyelesaian BAB I (Pendahuluan)

Penyusunan dan penyelesaian BAB II (Tinjauan, ringkasan Pustaka dan Kerangka Teori)

Penyusunan dan penyelesaian BAB III(Metode)

Penyusunan dan penyelesaian BAB IV(Hasil)

Penyusunan dan penyelesaian BAB V (Pembahasan)

Penyusunan dan penyelesaian BAB VI (Kesimpulan dan Saran)

Persiapan ujian Skripsi

Penyusunan manuskrip publikasi E-jurnal

Daftar Pustaka1 Nama. Prevalence of Musculoskeletal Disorder is Systematically Higher in Women Than in Men. Clin J Pain. 2006;22:717-242 Lubis, I. Epidemiologi nyeri punggung bawah. dalam : Meliala L. Suryamiharja A. Purba JS. Sadeli HA. Editors. Nyeri punggung bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI),2004: p: 1-3.3 Back Pain. Available at : http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/back-pain/basics/causes/con-20020797 4 Kosashvili Y, Fridman T, Backstein D, et al. The correlation between pes planus and anterior knee or intermittent low back pain. Foot Ankle Int 2008:29(9):910-3.5 Luthfie, SH. Prevalensi Pes Planus pada Calon jemaah Haji Jakarta Timur, 2007. Jakarta, Indonesia CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 20126 Lee MS, Vanore JV, Thomas JL, Catanzariti AR, Kogler G, Kravitz SR et al. Diagnosis and treatment of adult flatfoot. J Foot Ankle Surg. 2005 Mar Apr;44(2):78-1137 Knutson GA. Anatomic and Functional Leg-Length Inequality: a Review ad Recommendation for Clinical Decision-Making. Part I, Anatomic Effects and Clinical Significance. Chiropr Osteopathy 2005;13:12. doi:10.1186/1746-134013-12.8 Levinger P, Murley GS, Barton CJ, Cotchett MP, Mc Sweeney SR, Menz HB. A comparison of foot feet using the Oxford foot model. Gait Posture 2010;32:519-23.doi: 10.1016/j.gaitpost.2010.07.0139 Rothbart BA. Relationship of functional leglength discrepancy to abnormal pronation. J Am Pod Med Ass 2006;96:499-50410 Rachmawati MR, Samara D, Tjhin P, Wartono M, Bastian Y. Musculoskeleta Pain and Posture Decrease Step Length in young adult. Univ Med 2009:28:92-9.11 Guler H, Karazincir S, Turhanoglu AD, et al; Effect of coexisting foot deformity on disability in women with knee osteoarthritis. J Am Podiatr Med Assoc. 2009 Jan-Feb;99(1):23-712 George E. Ehrlich. Low Back Pain. Bulletin of the World Organization 2003;81:671-6. Available at : http://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/Ehrlich.pdf13 Chou, Roger. Low Back Pain. Am Fam Physician.2011Aug15;84(4):437-8. Available at : http://www.aafp.org/afp/2011/0815/p437.html 14 Mlgaard C, Lundbye-Christensen S, Simonsen O. High prevalence of foot problems in the Danish population: a survey of causes and associations.The Foot(Edinb). 2010 Mar;20(1):7-11. doi: 10.1016/j.foot.2010.03.002.15 Catherine L Hill, Tiffany K Gill, Hylton B Menz, Anne W Taylor. Prevalence and correlates of foot pain in a population-based study: the North West Adelaide health study.Journal of Foot and Ankle Research2008, 1:216 Fairclough, P.D. 7 Silk,D. B. A (2009). Rheumatology and Bone Disease. In: Kumar, P. & Clark, M., (eds.) Clinical Medicine, 7th ed. Edinburgh ; Elsevier Saunders17 Snell Richard S.2004 Clinical Anatomy. &th Edition.Littincot William and Willins : Philadelpia18 Shibuya N, Jupiter DC, C iliberti LJ, VanBuren V, La Fontaine J:Characteristics of adult flatfoot in the United States. Foot Ankle Surg2010,49:363-36819 Harris EJ, VanoreJV, ThomasJL, et al.Diagnosis andtreatment of pediatricflatfoot. J Foot Ankle Surg. 2004;43(6):341-373.220 Enrrique, V.A., Serran, R.F., Posadaad,J. R., Molano,A. C., &Guevara, O.A. (2012). Prevalence of flatfoot in school between 3 and 10 years. Study oftwo different populations geographically and socially. Columbia Medica21 WHO:ICD-10 Diseases of the musculoskeletal system and connective tissue. Geneva: World Health Organisation; 201022 Pfeiffer M, Kotz R, Ledl T, Hauser G,Sluga M. Prevalence of Flat Foot inPreschool-Aged Children. Pediatrics.2006;118(2):634-63923 Harris EJ, Vanore JV, Thomas JL, Kravitz SR, Mendelson SA, Mendicino RW et al. Diagnosis and treatment of pediatric flatfoot. J Foot Ankle Surg 2004 Nov-Dec;43(6):341-73. 24 Morrissy, R. T., & Weinstein, S. L. (2006). Lovell's & Winter Pediatric Orthopaedics (6th ed.). Lippincott Williams & Wilkins. Specific areas of pain. 25 Kohls-Gatzoulis J, Angel JC, Singh D, et al; Tibialis posterior dysfunction: a common and treatable cause of adult acquired flatfoot. BMJ. 2004 Dec 4;329(7478):1328-33.26 Giovanni,C.D.,&Greisberg,J.(2007). Foot & Ankle Core Knowledge in Orthopaedics. Elsevier Mosby,Philadelphia;2007:1927 Weiner DK, Sakamoto S, Perera S, Breuer P.Chronic low back pain in older adults:prevalence, reliability, and validity of physical examination findings. J Am Ger Soc 2006;54:11- 20.28 Nourbakhsh MR, Arab AM. Relationship between mechanical factors and incidence of low back pain. J Orthop Spor Phys Ther 2002;32: 447-6029 Yeager, D., & Baronofsky, H. (2010). Evaluation and Surgical Management of Fexible Pediatric Flatfooot. Orthotics & Biomechnics .30 Papalia, D.E. & Olds, S.W., Feldman, R.D. (2010). Human Development, 11th Ed. New York: McGraw-Hill.

Lampiran 1

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIINFORMED CONSENTPERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Perkenalkan nama saya Meiria Sari, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti saya sedang melakukan studi tentang hubungan antara keluhan nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui sejauh mana hubungan antara keluhan nyeri pinggang dan kondisi kaki pes planus pada dewasa muda.Oleh karena itu kami mengharapkan kesediaan saudara secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan melakukan wawancara dan saudara diminta untuk mengisi kuesioner mengenai nyeri pinggang dan jika memenuhi persyaratan maka akan dilakukan penjiplakan telapak kaki tanpa alas pada sebuah kertas dengan menggunakan tinta. Tidak ada risiko yang akan terjadi dalam penelitian ini. Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada saudara dan semua hasil pemeriksaan akan dirahasiakan.Bila ada pertanyaan, saudara dapat menghubungi peneliti di nomor telepon 087812031988.Saudara bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Saudara berhak setiap saat untuk tidak melanjutkan ikut serta pada penelitian tanpa memberikan alasan dan tidak akan dikenakan sanksi apapun. Bila saudara bersedia ikut dalam penelitian ini kami mohon untuk membubukan tanda tangan pada formulir persetujuan di bawah ini.

Jakarta,Agustus 2014

(Meiria Sari)Lapiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU SECARA SUKARELA untuk ikut dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian:

Tanda tangan :

Tanggal:

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN NYERI PINGGANGDAN KONDISI PES PLANUS PADA DEWASA MUDA

A. Karakteristik Responden* Keterangan : Coret yang bukan

Nama: _____________________________________________Alamat: _____________________________________________ _____________________________________________Jenis Kelamin: Pria / Wanita*Usia : _______ tahunTinggi Badan: _______ cmBerat Badan: _______ kgNo Telephone : _____________________________________________B. Riwayat Sakit Pinggang1. Apakah saat ini saudara mempunyai keluhan sakit/nyeri pada pinggang? Ya/Tidak*2. Tunjukan arah kiri/tengah/kanan untuk menggambarkan sakit/nyeri pinggang yang saudara rasakan!

Visual Analog Scale

No pain=0 Unbearable=10