Revenue Kelas 8b

28
TEORI AKUNTANSI REVENUE Disajikan kembali oleh: Andre Wijaya Maeyasta Putra (2) Firsta Greacean Gultom (10) Gigih Alfian Pratama Putra (13) Indra Yusak Ardianto (17) Mohammad Ilham Syauqi (20) Pringadi Abdi Surya (23) Kelas VIII – B Program D IV Akuntansi Reguler Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

description

ok

Transcript of Revenue Kelas 8b

TEORI AKUNTANSIREVENUE

Disajikan kembali oleh:Andre Wijaya Maeyasta Putra (2)Firsta Greacean Gultom (10)Gigih Alfian Pratama Putra (13)Indra Yusak Ardianto (17)Mohammad Ilham Syauqi (20)Pringadi Abdi Surya (23)

Kelas VIII B Program D IV Akuntansi RegulerSekolah Tinggi Akuntansi NegaraTahun Akademik 2015

REVENUE

Revenue merupakan elemen utama dalam laporan keuangan dan menjadi fokus penting bagi entitas pelapor maupun pengguna dari laporan keuangan. Pelaporan revenue merefleksikan hasil operasi di masa yang lalu dan digunakan untuk memprediksi kinerja entitas di masa yang akan datang. Walaupun menentukan revenue merupakan bagian penting dalam pengukuran kinerja entitas, pengukuran ini tidaklah selalu dapat diterangkan secara jelas karena beragamnya jenis atau model bisnis entitas yang ada. Kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan waktu pengakuan pendapatan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil mereka laporkan.

A. Definisi RevenueRevenue merupakan elemen utama dan mendasar dalam akuntansi untuk melaporkan aktivitas entitas sehingga pendefinisiannya adalah penting. Seperti diketahui bahwa revenue berkaitan dengan peningkatan kotor pada nilai aset dan modal. Peningkatan ini akhirnya mengarah kepada aliran kas. Untuk operasional utama suatu bisnis, aliran kas masuk secara umum dihasilkan oleh proses produksi dan penjualan barang/jasa oleh entitas. Oleh karena itu kita dapat mengidentifikasi dua arus yang berhubungan dengan operasi utama dari sebuah bisnis, yaitu arus fisik dan arus moneter. Arus fisik melibatkan produksi dan penjualan barang/jasa perusahaan. Sedangkan arus moneter melibatkan aktivitas peningkatan nilai perusahaan (dari produksi atau penjualan barang/jasa kepada pelanggan).Dalam beberapa standar akuntansi sendiri, revenue didefinisikan sebagai berikut: IAS 18/AASB 118 Revenue Pendapatan merupakan aliran masuk manfaat ekonomis dalam satu periode yang berasal dari kegiatan rutin suatu badan usaha yang menyebabkan peningkatan ekuitas selain dari kontribusi dari pemilik AASB Framework Revenue forms part of income Pendapatan merupakan bagian dari Income, yang merupakan peningkatan manfaat ekonomis dalam periode akuntansi dalam bentuk peningkatan aset atau penurunan kewajiban yang berasal dari peningkatan equitas selain dari kontribusi dari pemilik FASBPendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama entitas

Behavioural View of RevenueSebagaimana yang telah diketahui, revenue merupakan peningkatan nilai total aset (atau penurunan nilai kewajiban) dan modal selain dari penambahan modal dari pemilik. Peningkatan ini biasanya terjadi karena entitas mengendalikan aktivitas tertentu. Dengan kata lain, ada usaha yang dilakukan oleh entitas. Revenue umumnya terjadi karena entitas melakukan sesuatu untuk membuatnya terjadi.Revenue bukan sekadar sejumlah uang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Paton dan Littleton, revenue mengindikasikan sebuah prestasi atau pencapaian entitas. Revenue adalah ukuran kasar kinerja entitas sebagai suatu unit komersil. Ketika beban yang muncul sebagai usaha entitas dalam memperoleh revenue, maka penandingan di antara keduanya menghasilkan profit, sebuah prestasi atau pencapaian bersih entitas. Inilah konsep perilaku dari revenue, beban dan profit.Senada dengan Paton dan Littleton, Bedford menekankan pada pandangan kegiatan operasional dari revenue dan profit, dimana profit didefinisikan lebih ke dalam aktivitas tertentu yang dilakukan entitas ketimbang sebagai hasil dari penerapan metode akuntansi. Profit hanya muncul dari kegiatan-kegiatan yang ditujukan sebagai kegiatan operasional entitas. Peningkatan atau penurunan tertentu seperti transaksi obligasi pemerintah, hadiah dan kontribusi dikecualikan karena tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan profit dari kegiatan operasional entitas. Menurut Bedford, kegiatan operasional entitas terdiri dari Memperoleh sumber daya uang Memperoleh jasa Memanfaatkan jasa Mengkombinasikan kembali jasa yang diperoleh Menyerahkan jasa Mendistribusikan sumber daya uangSementara Myers menghubungkan konsep revenue dan profit pada peristiwa penting tertentu dan keputusan yang diambil oleh manajer dari entitas terkait. Dia menjelaskan bahwa profit dihasilkan pada saat pengambilan keputusan yang paling penting atau saat pelaksanaan tugas yang paling sulit dalam siklus transaksi yang selesai. Namun, dia menekankan bahwa peristiwa penting tersebut akan berbeda poinnya tergantung apa sebenarnya bisnis utama dari entitas. Sebagai contoh peristiwa penting bagi entitas manufaktur tentu berbeda dengan lembaga keuangan. Walaupun terdapat inkonsistensi dalam pelaksanaannya, teori Critical Event Myers masih tetap memberikan kegunaan bagi para akuntan dalam menentukan di poin mana revenue harus diakui.Seluruh penjelasan Myers di atas menyatakan bahwa revenue dan profit ada dikarenakan sesuatu yang dilakukan oleh entitas. Inilah konsep revenue dan profit menurut Myers, dimana seluruh aktivitas dikendalikan oleh entitas untuk menghasilkan profit dimana hal ini lazim disebut sebagai Earning Process. Berdasarkan konsep yang diperkenalkan oleh Myers inilah, Earning Process dari entitas yang bergerak di bidang manufaktur dapat digambarkan urutannya sebagai berikut:

Berlawanan dengan Myers, Paton dan Littleton berpendapat bahwa revenue dan profit bertambah seiring dengan berjalannya proses menghasilkan dari revenue dan profit tersebut. Artinya ada perubahan nilai yang terus menerus pada total aset dan modal sebagai akibat dari entitas yang mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu dalam prosesnya. Definisi Revenue sendiri menurut FASB mengundang perhatian pada kalimat the inflows or other enhancements of asset of an entity or settlements of its liabilities yang disebabkan oleh delivering or producing goods, rendering services. Perhatikan bahwa definisi tersebut tidak secara spesifik menyatakan bahwa revenue hanyalah jumlah keseluruhan penjualan produk kepada pelanggan. Pendefinisian revenue hanyalah langkah awal dalam pengukurannya dalam situasi aktual. Sejumlah aturan berdasarkan definisi revenue diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengukur besarnya revenue secara objektif dalam praktiknya.

B. REVENUE RECOGNITION1. Historical PerspectiveSepanjang abad ke-19, Income (Profit) bagi entitas ditentukan berdasarkan konsep peningkatan dalam kekayaan bersih. Chatfield menyatakan bahwa hal ini dilakukan baik "melalui kebijakan akuntansi penggantian atau dengan penilaian aset secara periodik. Prinsip pengakuan atau realisasi yang sekarang ada pun tidaklah selalu menjadi bagian dari praktik akuntansi. Sebagaimana dinyatakan:Review akuntansi, hukum, dan tulisan ekonomi menunjukkan, bahwa prinsip realisasi tidak diterima sebelum perang dunia pertama. Pada tahun 1913, otoritas terkemuka di segala bidang tersebut baik di Inggris maupun Amerika sepertinya setuju pada konsep pendapatan berupa "peningkatan kekayaan bersih" ini.Konsep income berupa peningkatan dalam kekayaan bersih secara bertahap digantikan oleh konsep bahwa income haruslah "terealisasi". Perubahan ini muncul karena penggunaan aset tidak lancar khusus oleh entitas menjadi signifikan dalam periode perang dunia I hingga tahun 1930-an. Di mana menentukan nilai aset khusus tersebut adalah sulit dilakukan, sehingga membuat perhitungan perubahan nilai aset tersebut pun menjadi lebih sulit untuk dipastikan.Di Amerikat Serikat, pelanggaran yang timbul dari kegiatan penilaian terhadap aset yang dimiliki entitas tsb pada tahun 1920 memberikan kontribusi akan terjadinya peristiwa bencana ekonomi yang mengarah kepada depresi besar-besaran tahun 1930-an. Beberapa pihak menganggap bahwa profesi akuntan ikut bertanggung jawab terhadap peristiwa tsb karena mereka memperbolehkan entitas untuk menilai aset yang dimiliki secara berlebihan. Terhadap kritik dari beberapa pihak tsb, para akuntan akhirnya mengadopsi sikap konservatif dan prinsip pengakuan atau realisasi sebagai hasilnya. Chatfield menyatakan bahwa pertama kali kebijakan penggunaan kata "realisasi" terjadi pada tahun 1932 yang didasarkan pada korespondensi antara komite khusus lembaga pemerintah amerika dengan NYSE. Komite khusus ini mendukung penggunaan prinsip realisasi dan menolak metode penilaian aset. Kemudian, atas penilaian kembali aset non-lancar tidak diperbolehkan dalam US GAAP. standar IASB pada tahun 2005. Namun, penilaian kembali aset non-lancar ini sendiri umumnya telah diterapkan di Inggris dan Australia sebelum pengadopsian standar IASB pada tahun 2005.

2. Criteria for Revenue RecognitionPada titik apakah selama Earning Process berlangsung, revenue dapat dicatat sebagai pendapatan diterima karena adanya bukti yang memadai?Pengakuan revenue mungkin berada pada satu poin bagian dari siklus kegiatan operasional entitas. Coombers dan Martin sendiri telah menggambarkan siklus tsb sebagai berikut:

Menurut mereka, revenue diakui pada beberapa poin dalam siklus di atas, seperti:1. pada poin 5 (progressively throughout production) dalam industri bangunan untuk kontrak konstruksi jangka panjang2. pada poin 7 (receipt of orders after completing production) di mana tanggung jawab ada pada pembeli untuk mengumpulkan barang 3. pada poin 8 (delivery of goods to customers) dalam banyak kasus4. pada poin 9 (receipt of cash) oleh beberapa praktek profesional dan untuk penjualan angsuran secara kredit

Bertahun-tahun lamanya, berdasarkan kebutuhan akan bukti yang objektif, 3 kriteria pengakuan revenue telah diajukan untuk memastikan apakan revenue atau gain seharusnya terealisasi. Ketiga kriteria tsb berdasarkan kebutuhan akan informasi akuntansi yang relevan dan dapat dipercaya agar menjadi bukti yang objektif adalah:1. Measurability of Asset Value 2. Existence of a Transaction 3. Substantial completion of the earning process

3. Analysis of Criteria for Revenue RecognitionMeasurability of Asset ValueRevenue dapat diartikan sebagai aliran masuk yang meningkatkan nilai dari total aset entitas yang sejalan dengan peningkatan ekuitasnya. Oleh karena itu, dapat diukurnya nilai aset menjadi kriteria yang masuk akal dalam pengakuan revenue. Jika tidak ada aliran masuk dari nilai aset yang bisa ditentukan secara objektif, maka revenue pun tidak dapat dihitung secara objektif pula. Walaupun penggunaan pengukuran nilai wajar dalam standar akuntansi seperti IAS 39/AASB 139 Financial Instrument: Recognition and Measurement, IAS 40/AASB 140 Investment Property dan IAS 39/AASB 139 Agriculture mengakui adanya peningkatan nilai aset tanpa adanya aliran masuk fisik atau aktual dari aset tsb. Masalah yang dibahas pun masih terkait objektivitas dari penggunaan pengukuran nilai wajar tsb. Standar standar tsb masih memerlukan dasar yang valid untuk mengukur peningkatan nilai aset seperti itu.Kebutuhan akan pengukuran yang reliabel dan dapat diverifikasi kebenarannya telah mengarah pada pendekatan konservatif dalam penilaian aset. Dimana pendekatan yang paling konservatif dalam pengakuan revenue adalah pada saat telah terealisasi secara aktual. Pada akuntansi nilai wajar, perubahan dalam nilai aset dicatat sebagai expense atau revenue sebagai akibat yang timbul dari aset yang dimiliki. Hal ini konsisten dengan pendekatan akuntansi akrual, tapi inkonsisten dengan pendekatan konservatif nilai historis dan konsep realisasi. Pengakuan tambahan akan perubahan nilai aset akan menjadi berkurang masalahnya manakala tersedia pasar untuk aset tsb. Seperti saham yang diperdagangkan dari perusahaan go publik. Akan tetapi, menjadi masalah bila nilai pasar atau input yang reliabel dalam model penilaian tidaklah tersedia informasinya.Paton dan Littleton menyatakan:Revenue terealisasi, menurut kebanyakan pandangan, ketika hal ini dibuktikan dengan adanya penerimaan kas atau piutang, ataupun aset baru lainnya yang likuid.

Existence of A TransactionRevenue hanya bisa diakui bila ada transaksi. Transaksi adalah adanya kegiatan pertukaran dengan pihak lain baik eksternal atau internal yaitu proses untuk menerima hasil dari kegiatan utama entitas.Ketika pihak eksternal dalam transaksi menyatakan kesediaan untuk membayar harga yang diberikan untuk produk entitas, transaksi tersebut merupakan bukti objektif dari peningkatan suatu nilai dalam entitas. Pihak luar memberikan bukti yang menguatkan nilai output. Saat ini, terkecuali dalam kasus tertentu, entitas harus menjadi pihak langsung dalam transaksi. Perhatikan bila kita berasumsi bahwa entitas harus menjadi pihak langsung dalam transaksi sebelum revenue dapat diakui, maka konsep historical cost menjadi basis yang paling mudah digunakan untuk penilaian aset. Akibatnya, kita dapat mengkritisi keberadaan kriteria transaksi pada konsep current cost dan exit price yang termasuk dalam akuntansi nilai wajar. Para pengguna konsep ini berpendapat bahwa entitas tidak perlu menjadi pihak langsung dalam transaksi asal terdapat harga pasar dari produk entitas.

Substantial Completion of The Earning ProcessSumberdaya terkumpul, direncanakan, dikombinasikan dengan sumberdaya lain hinga menjadi produk. Pengakuan revenue didasarkan pada prosentase penyelesaian produk tsb. Kriteria ini, tidak secara eksplisit dinyatakan dalam kerangka akuntansi yang ada. Fokus kriteria ini bahwa pendapatan tidak dihasilkan (diperoleh) sampai entitas telah melaksanakan sebagian besar kegiatan yang memperoleh revenue. Agar kriteria tersebut dapat diterapkan, revenue tidak diakui telah diperoleh sampai entitas benar benar telah melakukan sesuatu. Sebagai contoh, penandatanganan kontrak dalam kebanyakan kasus tidak menciptakan revenue karena tidak ada aksi penyerahan produk oleh penjual pada saat itu.Ketika sebagian besar kegiatan yang memperoleh revenue dapat dilakukan oleh entitas, maka cost yang terkait dengan kegiatan tsb pun dapat ditentukan. Total cost menjadi dapat diketahui dengan sedikit ketidakpastian karena apapun bentuk manfaat ekonomi di masa depan yang akan diterima dapat dengan mudah diestimasi. Bukti objektif yang kita cari untuk mendukung peningkatan nilai entitas terkait dengan tujuan penentuan cost itu sendiri.

C. Revenue Measurement

Dua kriteria untuk pengakuan pendapatan berdasarkan Framework:1. Probable, memungkinkan jika keuntungan ekonomi di masa depan sehubungan dengan item akan mengalir dari dan ke entitas;2. Measurable & reliable, item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur secara andalPengukuran Pendapatan tidak terdapat di Framework tetapi terdapat di IAS 18/ AASB 118 yang menyatakan : Pendapatan dapat diukur sebesar nilai pasar dari pertimbangan item yang diterima atau kemungkinan dapat diterima (para. 9). Kemudian terdapat peraturan lebih spesifik lagi terkait pengakuan dan pengukuran pendapatan untuk : a. Sale of goods;b. Rendering of services;c. Interest, royalties and dividends;

a. Sale of GoodsMenurut perspektif teoritis, penjualan memenuhi ketiga kriteria pengakuan yaitu nilai aset dapat diukur, keberadaan transaksi, dan penyelesaian substansial dari proses penerimaan.

Pengertian penjualanBiasanya, penjualan terjadi ketika produk dikirimkan oleh penjual ke pelanggan atau jasa diberikan. Martin menyatakan bahwa :Bukti penjualan yang dapat diverifikasi biasanya terdiri dari transaksi penjualan eksternal, sehingga Pendapatan biasanya tidak dapat diakui sebelum titik penjualan.

IAS 18/AASB 118, para. 15 menyatakan bahwa penyampaian bukti hak milik adalah salah satu aspek yang patut dipertimbangkan dalam menentukan apakah penjualan telah terjadi , tetapi seharusnya tidak dapat ditekankan sebagai pertimbangan utama , setidaknya dari sudut pandang akuntansi. Contohnya adalah sales-type lease menunjukkan bagaimana metode akuntansi bisa berbeda dari sudut pandang hukum. Pembuat ketentuan telah menyatakan bahwa sebuah lease yang mentransfer secara substansial semua keuntungan dan resiko terkait dengan kepemilikan property seharusnya dibukukan sebagai akuisisi aset oleh lessee dan penjualan oleh lessor. Terlepas dari kontrak, yang merupakan pertukaran lease, dari sudut pandang akuntansi transaksi ini merupakan penjualan karena lessor mentransfer salah satu produk ke lessee sehingga terdapat pencatatan sales revenue dan cost of sales. IAS 17/AASB 117 Leases menyatakan kriteria untuk memastikan apakah sebuah lease merupakan sales-type lease (finance lease). Pertimbangan utama yang menentukan apakah penjualan telah terjadi adalah substansi ekonomi dari transaksi atau kejadian, bukan bukti legal. IAS 18/AASB 118, hak kepemilikan, menyatakan jika resiko kepemilikan ditahan secara signifikan (misal produk dikirim tetapi pelanggan memiliki hak untuk mengembalikan), maka transaksi tersebut bukan merupakan penjualan dan Pendapatan tidak diakui (para. 16).

Pengecualian untuk basis penjualanTerdapat tiga pengecualian yang dapat diterima pada prinsip pengakuan penjualan, yaitu:1. Pendapatan diakui selama proses produksi;2. Pendapatan diakui pada akhir produksi;3. Pendapatan diakui ketika cash diterima setelah penjualan terjadi.

1. Selama proses produksiIAS 18/ AASB 111 mengijinkan pengakuan pendapatan berdasarkan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion). IAS 11/ AASB 111 Construction Contracts merupakan panduan penggunaan metode untuk kontrak konstruksi jangka panjang. Contohnya termasuk memproduksi atau membangun item khusus dalam basis kontraktual pada pabrik sendiri. Pendapatan tidak secara tiba- tiba terjadi ketika penjualan terjadi, tetapi dihasilkan secara incremental dalam proses yang berkelanjutan.cukup beralasan untuk memandang Pendapatan peningkatan yang bertahap, teratur sepanjang periode produksi- kejadian paling penting dalam proses perolehan pendapatan- tetapi hanya jika terdapat bukti yang cukup dari penerimaan pendapatan. IAS 18/ AASB 118, para. 22 menyatakan bahwa Pendapatan dapat diakui hanya jika kemungkinan keuntungan ekonomi mengalir ke entitas. Penggunaan metode percentage-of-completion untuk kontrak konstruksi dianggap layak hanya ketika estimasi andal yang beralasan dapat dibuat sejauh progress menuju penyelesaian, biaya-biaya dan pendapatan kontrak.Penekanan terjadi pada kriteria umum yang pertama pada prinsip pengakuan, yang berkaitan dengan keterukuran dan kolektabilitas dari aset. Kontrak antara pembeli dan penjual menjadikan pengukuran dari total nilai penjualan dari item ditetapkan. Kolektabilitas adalah masalah penilaian yang bergantung pada jaminan bahwa pembeli dapat diharapkan terpenuhi dengan obligasi mereka. Estimasi penting adalah persentase penyelesaian. IAS 11/ AASB 111, para. 30, tiga cara telah diidentifikasi untuk membantu menentukan tingkatan penyelesaian kontrak yaitu: 1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi pada saat kerja dilaksanakan hingga tanggal yang terhubung dengan estimasi total biaya kontrak;2. Survei dari pekerjaan yang dilaksanakan;3. Penyelesaian proporsi fisik dari pekerjaan kontrak.Kriteria umum kedua untuk pengakuan pendapatan (keterjadian transaksi) terjadi oleh penandatanganan kontrak yang yang menentukan total nilai penjualan. Meskipun ini merupakan kontrak pelaksanaan, secara objektif menciptakan harga dari sebuah item dan mengungkapkan kemauan dari pihak luar untuk membayar sejumlah tertentu. Kontrak memiliki hak memaksakan untuk kedua belah pihak dimana penjual memiliki hak untuk meminta progress pembayaran sebagai bukti dari keuntungan dari kepemilikan pembeli dan niat untuk menyelesaikan kontrak. Dengan asumsi percentage-of-completion dapat diandalkan dengan alasan, maka proporsi jumlah dari total pendapatan yang diharapkan dicatat setiap periode dapat dipertimbagkan secara rasional penentuannya. Kriteria umum ketiga (penyelesaian substansial dari proses penerimaan pendapatan) tidak dapat diterima ketika proses penerimaan pendapatan dipertimbangkan selesai hanya ketika proyek telah selesai. Bagaimanapun tujuan dari kriteria penyelesaian substansial adalah memiliki pendapatan yang dicatat merefleksikan maksud dari kinerja perusahaan, yang meyakinkan perusahaan telah melaksanakan operasi yang perlu untuk mendapatkan aliran pendapatan sama halnya dengan perlakuan pada biaya.

2. Pada Akhir ProduksiPengakuan pendapatan berbasis akhir produksi daripada penjualan adalah prosedur yang masuk akal jika produksi merupakan kejadian penting dan penjualan selanjutnya secara sederhana merupakan transaksi rutin yang dapat diterima begitu saja. Situasi tersebut terjadi hanya ketika permintaan output dijaminkan. Jelasnya, harus ada bukti yang cukup bahwa permintaan barang ada sebelum penjualan yang sebenarnya. 3. Cash diterima setelah penjualanMetode instalment dan cost recovery adalah prosedur yang layak sehubungan dengan pengakuan dari pendapatan berdasarkan penerimaan cash setelah penjualan. Biaya produk menggunakan metode instalment dialokasikan dengan rasio:

Dibawah metode cost recovery, sejumlah beban yang sama dengan pendapatan diakui sampai semua biaya dipulihkan. Pada akhirnya, tambahan cash lainnya diterima sebagai profit. Metode ini penting ketika kriteria pertama dan ketiga tidak bertemu. Dalam kriteria ketiga, perusahaan tidak mencatat pendapatan karena belum diterima melalui pengerjaan aktivitas yang perlu. Dalam kriteria pertama, penjual tidak dapat menjamin bahwa semua cash akan diterima dari penjualan.

b. Rendering of ServicesIAS 18/ AASB 118 para. 20 menyatakan bahwa pendapatan yang terkait dengan pemberian jasa diakui dengan acuannya adalah tahapan penyelesaian dari transaksi pada tanggal pelaporan. Dengan begitu, pendapatan diakui dalam periode dimana jasa diberikan dan tidak diakui jika jasa dibutuhkan untuk selesai sebelum pendapatan diakui. Par. 23 menyatakan entitas secara umum mampu membuat estimasi yang andal, mampu mengakui pendapatan, ketika terjadi persetujuan berikut degan pihak lain:a. Hak keharusan setiap pihak terkait jasa yang disediakan dan diterima oleh pihak- pihak terkait;b. Pertimbangan untuk ditukar;c. Sikap dan peraturan penyelesaian perjanjian.

c. Interest, Royalties and DividendsInterest, royalties and dividends dapat diakui ketika diterima, memenuhi ketiga kriteria umum pengakuan (measurability, transaksi, dan penyelesaian substansial). Bagaimanapun, untuk beberapa item, berlalunya waktu menandakan pendapatan telah diterima. Untuk kasus ini, pendapatan akrual dicatat, meskipun tidak ada transaksi eksternal. Contohnya adalah pendapatan interest diterima akrual di akhir periode akuntansi. Efeknya, jasa dijual penggunaan uang- di setiap hari yang terlewatkan. IAS 18/ AASB 118 para. 30 menyatakan interest harus diterima akrual menggunakan effective interest method ; royalties harus diterima akrual sehubungan dengan substansi persetujuan yang relevan; dan dividends diakui ketika shareholder memiliki hak menerima pembayaran. Dalam dua kasus pertama, perlakuan praktis mungkin akrual pendapatan dalam basis straight line sepanjang masa persetujuan.

D. TANTANGAN BAGI PARA PENYUSUN STANDARIASB dan FASB telah melakukan proyek bersama dalam kaitannya terhadap pengakuan dan pengukuran pendapatan karena transaksi pendapatan tidak disajikan secara memadai dalam buku-buku petunjuk yang ada. Terlebih lagi, trasaksi-transaksi yang bersifat semakin kompleks, sebagai contoh, mereka mungkin mengkombinasikan transaksi keuangan, barang dan jasa. Para penyusun standar telah mencatat adanya inkonsistensi antara Kerangka kerja IASB dengan beberapa standar. Contohnya, penggunaan kriteria pengakuan pada Framework dan IAS 18 yang menciptakan aktiva dan liabilitas tangguhan yang mana tidak berdasar pada definisi aktiva dan liabilitas dalam Framework. Lebih lanjut, standar juga tidak sepakat dengan transaksi yang melibatkan beberapa komponen (pengaturan pendapatan multi-elemen). Sebagai contoh, penggabungan produk utama dengan produk produk tambahan dan layanan jasa yang sedang berlangsung, sebagaimana terjadi pada sektor teknologi, menjadikan pengakuan pendapatan semakin rumit. FASB telah mengindikasikan bahwa terdapat kenihilan dari petunjuk pengakuan pendapatan dan kekurangan pada dasar konsep untuk menyelesaikan isu-isu terkait. Kebijakan pengakuan pendapatan pada perusahaan-perusahaan di Amerika telah menjadi subyek mayoritas dari permohonan SEC untuk menyajikan kembali laporan keuangan. Proyek bersama FASB dan IASB bertujuan untuk mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip pengakuan pendapatan yang mana akan mengurangi inkonsistensi pada literature yang ada dan menyetujui praktek. Proyek tersebut memecahkan kunci terkait isu-isu konsep dimana mendasari pelaporan keuangan, termasuk di dalamnya pembedaan antara liabilitas dan ekuitas, pengakuan liabilitas (termasuk pedoman yang berhubungan dengan definisi dan kriteria pengakuan), dan prinsip umum atas pengakuan pendapatan.FASB dan IASB telah mengusulkan beberapa prinsip fundamental untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan berikut:1. Sebuah entitas pelaporan harus mengakui pendapatan pada periode akuntansi pada saat terjadi dan mengukur dengan nilai wajar pada saat terjadinya, dengan syarat dapat ditentukan baik keterjadian maupun pengukurannya dengan keterandalan yang memadai.2. Sebuah entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang muncul/terjadi atas kenaikan aset atau penurunan liabilitas (atau kombinasi keduanya) pada nilai wajar dari kenaikan atau penurunan tersebut.

Prinsip-prinsip tersebut adalah kelanjutan dari petunjuk sebelumnya. Namun, prinsip tersebut mencakup perubahan dalam penekanan pada beberapa area, yang dapat menyebabkan perubahan di praktek akuntansi. Sebagai contoh:1. Pendapatan diakui pada periode dimana ia terjadi. Hal ini menekankan pada waktu pengakuan pendapatan, daripada realisasi pendapatan.2. Pendapatan timbul dari kenaikan aset atau penurunan liabilitas. Pendapatan dapat dihasilkan dari perubahan pada nilai aset yang terjadi selama siklus produksi atau dari kepemilikan aset (pengukuran kembali). Kedua elemen dari pendapatan tersebut termasuk ke dalam pengukuran pendapatan komprehensif.3. Pengakuan dan pengukuran pendapatan mencerminkan nilai wajar. Pendekatan nilai wajar telah diadopsi sebagai prinsip kerja, tetapi hal ini akan berdampak pada masa yang akan datang oleh keputusan dalam proyek pengukuran dewan penyusun. Pendekatan nilai wajar menjadi kontroversi dan tidak didukung secara sepakat oleh para penyusun standar. Sebagai contoh, lembaga penyusun standar akuntansi Jepang telah menyatakan kekhawatiran penggunaan nilai wajar.4. Pengukuran harus dapat diandalkan. Hal ini selaras dengan karakter kualitatif laporan keuangan sebagaimana tercantum pada Framework.

Lebih lanjut, IASB telah menyetujui sementara bahwa kedua kriteria harus didapat pada pengakuan pendapatan, yakni: Elemen kriteria, dimana mensyaratkan suatu perubahan pada aset dan/atau liabilitas harus terjadi. Bahwa kenaikan aset dan penurunan liabilitas yang telah terjadi akan menaikkan ekuitas, tanpa adanya suatu investasi yang setara dari pemilik/pemegang saham. Elemen pengukuran, dimana disyaratkan bahwa perubahan dalam nilai aktiva atau liabilitas dapat diukur secara tepat. Bahwa aset da liabilitas diukur dengan atribut yang relevan dan diukur dengan keandalan yang memadai.

Kriteria pengukuran tidak membatasi kriteria yang mungkin, sebagaimana pada Framework IASB dan AASB. Keputusan tidak digunakan pada kriteria probabilitas yang mencerminkan sudut pandang IASB bahwa kemungkinan harus menjadi bagian elemen pengukuran pada Laporan Keuangan dan tidak menjadi kriteria pada pengakuan. Keterukuran adalah elemen penting dalam kriteria baru, tetapi terdapat penekanan yang kurang secara substansi pada penyelesaian proses produksi. Pendekatan yang ditempuh pada proyek adalah untuk focus pada perubahan nilai dari aset dan liabilitas daripada penyelesaian proses produksi.

Pengukuran Nilai WajarTimbulnya aktiva dengan beragam karakteristik dan penggunaan yang lebih besar pada nilai wajar dalam beberapa standar seperti IAS 39,40 dan 41 telah menghasilkan kepentingan yang cukup dalam pengakuan pendapatan dan isu terkait tentang kapan dan bagaimana perubahan nilai pada suatu aktiva atau liabilitas diakui dan diukur. Dengan model atribuk pengukuran campuran, semua item diukur dengan nilai wajar pada saat perolehan dan selanjutnya dilakukan pada nilai historis atau dicatat sebesar nilai historis. Beberapa item diukur kembali pada nilai wajar sesaat setelah akuisisi. Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, definisi pendapatan yang diadopsi oleh IASB berarti bahwa pendapatan dapat dihasilkan dari perubahan nilai aktiva bersih. Beberapa standar IASB mensyaratkan bahwa keuntungan dan kerugian yang muncul dari pengukuran ulang suatu aset termasuk dalam pendapatan atau pendapatan komprehensif. Standar membolehkan atau mensyaratkan pengukuran ulang sebagaimana termaktub dalam IAS 16, IAS 39, IAS 40. IAS 41, dan IAS 19. Penggunaan yang lebih sering menggunakan pengukuran nilai wajar dalam standar berarti bahwa keuntungan dan kerugian yang diakui adalah yang terjadi dalam periode berkenaan, terlepas apakah pendapatan tersebut telah direalisasikan atau tidak. Akibatnya, FASB dan IASB telah mengalihkan perhatian mereka pada bagaimana yang terbaik untuk menyajikan informasi tentang pendapatan dalam laporan keuangan suatu entitas. Proyek mereka mengenai penyajian laporan keuangan akan didiskusikan di bawah ini.Penyajian Laporan KeuanganIASB memiliki kerjasama dengan FASB dalam membahas penyajian laporan keuangan. Proyek tersebut adalah berhubungan dengan pembahasan pengakuan pendapatan sebagaimana menjadi perhatian bagaimana suatu pendapatan dilaporkan dalam laporan keuangan.Kerjasama tersebut telah dilakukan untuk menetapkan standar tentang penyajian informasi dalam laporan keuangan sebagai tambahan manfaat dari informasi tersebut dalam menguji kinerja dan posisi keuangan dari sebuah entitas. IASB mencatat bahwa terdapat perbedaan di antara beberapa negara terkait penyajian, klasifikasi, dan definisi dari item dan indikator kinerja kunci. Lebih lanjut, penggunaan model pengukuran atribut campuran menambah kekhawatiran atas dampak yang ditimbulkan pada penyajian kinerja dan posisi keuangan.Proyek kerjasama mencakup isu-isu terkait dengan penyajian dalam laporan keuangan dimana diakui perubahan-perubahan pada aset dan liabilitas dari transaksi atau kejadian lainnya, kecuali transaksi yang berhubungan dengan pemilik. Hal ini akan menjadi pertimbangan yang saat ini dilaporkan dalam laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas. IAS 1 mengizinkan tapi tidak mensyaratkan sebuah laporan laba rugi komprehensif.Dalam perjalanan membahas tentang penyajian laporan keuangan, dewan penyusun telah mencapai kesimpulan sementara berikut ini:1. Semua termasuk dalam satu laporan laba rugi. Hal ini merupakan perubahan dari praktek sebelumnya dimana terdapat beberapa laporan laba rugi yang disajikan. Semua perubahan dalam aktiva dan liabilitas akan ditampilkan dalam laporan laba rugi, padahal di masa lalu hanya beberapa item yang dimasukkan dalam laporan laba rugi. Petunjuk format penyajian ditampilkan dalam table di bawah ini.2. Realisasi bukan merupakan dasar untuk item dimasukkan pada laporan laba rugi. Tujuan dari laporan laba rugi adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Ini merupakan praktik yang mungkin menguntungkan bagi beberapa golongan seperti analis yang menginginkan semuanya disajikan dalam nilai wajar dan dimasukkannya semua item yang berdampak pada kekayaan pemegang ekuitas.3. Pemisahan pengungkapan dari suatu kinerja dan pengukuran kembali. Laporan laba rugi akan membedakan antara aliran pemasukan dan penyesuaian penilaian. Perubahan atas nilai wajar akan diungkapan penyebab terjadinya perubahan: kinerja selama periode akuntansi, perubahan dalam situasi ekonomi, atau perubahan dalam ekspektasi pasar. Namun, klasifikasi dari item laporan laba rugi mungkin tidak terus terang dan pertimbangan diperlukan. Beberapa pengguna laporan keuangan keberatan dengan prasyarat dimana meningkatkan subyektivitas dalam laporan keuangan dan mengurangi keandalan dan keterbandingan material yang disajikan.

E. Issue for AuditorIsu utama untuk auditor mengenai pendapatan adalah resiko pencatatan pendapatan yang overstated. Overstatement pendapatan dapat muncul apabila transaksi yang mendasari pendapatan yang dicatat belum terjadi atau tidak berhubungan dengan entitas, pendapatan tidak dicatat secara akurat, atau pendapatan tersebut berkaitan dengan transaksi untuk periode akuntansi masa depan. Hal ini dapat terjadi karena didorong oleh manajer yang mencoba untuk menipu pengguna laporan keuangan. Ini terjadi ketika kompensasi bagi manajer didasarkan pada bonus yang tergantung pada pencapaian pendapatan yang ditargetkan. Selain itu, Overestimate pendapatan dapat terjadi dengan membuat perkiraan yang kemudian terbukti terlalu optimis.Berkenaan dengan audit, PCAOB menemukan seringnya ketidakefisienan dalam audit kinerja perusahaan berkenaan dengan audit prosedur yang berkaitan dengan akun pendapatan. Khususnya auditor yang tidak cukup menyelidiki hasil tak terduga yang bernilai signifikan dari pengujian mereka. Terlalu sering ketika auditor mencari penjelasan dari manajer, auditor tidak memperoleh bukti yang menguatkan penjelasan tersebut. Dengan kata lain auditor akan menyetujui pendapat dari manajer tanpa memverifikasi keandalan dari penjelasan manajer tersebut.