Retensi Urine Persalinan Normal

23
BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI Nama : Ny. E Umur : 25 tahun Alamat : Dsn III Musibanyuasin Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : Ibu rumah tangga MRS : 25 Oktober 2010 pukul 13.30 II. ANAMNESA ( 25 Oktober 2010) Anamnesis Umum A. Riwayat pernikahan nikah 1 kali, lamanya usia pernikahan 8 tahun. Umur suami 35 tahun. B. Riwayat obstetri: G 2 P 1 A 0 Anak: Ke – 1 : tahun 2004, lahir di bidan, spontan, perempuan, bb 2400gr C. Riwayat haid Menarche umur 13 tahun. Haid teratur 28 hari, lamanya 7 hari, jumlah darah haid sedang, sakit waktu haid tidak ada, HPHT 10 Januari 2010. D. Nafsu Makan biasa, miksi tidak ada kelainan, defekasi tidak ada kelainan. E. Riwayat penyakit yang pernah diderita 1

Transcript of Retensi Urine Persalinan Normal

Page 1: Retensi Urine Persalinan Normal

BAB I

REKAM MEDIS

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. E

Umur : 25 tahun

Alamat : Dsn III Musibanyuasin

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS : 25 Oktober 2010 pukul 13.30

II. ANAMNESA ( 25 Oktober 2010)

Anamnesis Umum

A. Riwayat pernikahan

nikah 1 kali, lamanya usia pernikahan 8 tahun. Umur suami 35 tahun.

B. Riwayat obstetri: G2P1A0

Anak: Ke – 1 : tahun 2004, lahir di bidan, spontan, perempuan, bb 2400gr C. Riwayat haid

Menarche umur 13 tahun. Haid teratur 28 hari, lamanya 7 hari, jumlah

darah haid sedang, sakit waktu haid tidak ada, HPHT 10 Januari 2010.

D. Nafsu Makan biasa, miksi tidak ada kelainan, defekasi tidak ada

kelainan.

E. Riwayat penyakit yang pernah diderita

DM disangkal

Penyakit jantung disangkal

Hipertensi disangkal

Asma disangkal

Alergi disangkal

Tiroid disangkal

Pre-eklampsia dan Eklampsia disangkal

Merokok disangkal

F. Riwayat ante natal care tidak ada

1

Page 2: Retensi Urine Persalinan Normal

Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Mau melahirkan

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak lebih kurang 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien

mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang makin lama makin kuat dan

sering. Riwayat keluar darah lendir (+). Riwayat keluar air-air (-). Riwayat

trauma (-). Riwayat keputihan (-). Riwayat post coital (-). Riwayat darah

tinggi (-) Pasien mengaku hamil cukup bulan dang gerakan anak masih

dirasakan.

HPHT : 10-01-2010

TP : 17-10-2010

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Presents

Keadaan Umum : sakit sedang Jantung: murmur (-), gallop (-)

Kesadaran : compos mentis Paru :vesikuler(+)N,ronkhi(-),

wheezing (-)

Berat Badan : 65 kg Hati/limpa: sulit dinilai

Tinggi Badan : 157 cm Refleks fisiologis : +/+

Tekanan Darah : 110/80 mmHg Refleks patologis : -/-

Nadi : 80 x/menit BAK : Biasa

Pernafasan : 20 x/menit BAB : Biasa

Suhu : 36,7o C Turgor kulit : Biasa

Anemia/icterus : -/- Mata cekung : -/-

Gizi : sedang Edema pretibial : -/-

Tipe badan : asthenicus Hb : 12,4 gr%

Payudara : Hiperpigmentasi (+) Leukosit : 14000/mm3

2

Page 3: Retensi Urine Persalinan Normal

B. Status Obstetrik

Pemeriksaan Luar :

Tanggal : 25-10-2010 pukul 13.30 WIB

Abdomen cembung, lemas, simetris, fundus uteri tiga jari di bawah Prosessus

Xyphoideus (32cm), letak janin memanjang, punggung kanan, terbawah kepala,

penurunan 4/5. DJJ (+) 148x/m. His 4/10/40. TBJ 2900gr.

Pemeriksaan dalam vagina :

Tanggal : 25-10-2010 pukul 13.30 WIB

Portio : konsistensi lunak, posisi medial dan pendataran 100%, pembukaan 8cm,

bagian terbawah kepala, HIII, penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan.

Pemeriksaan panggul:

Promontorium tidak dapat dinilai, KV >13cm, linea innominata 1/3-1/3, sakrum

konkaf, spina iskiadika tidak menonjol, arkus pubis >90 derajat dan dinding

samping lurus, kesan panggul luas.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 25 Oktober 2010

Darah

Hb : 12,4 gr/dl

Trombosit : 258000 mm3

Leukosit : 14000/mm3

Hitung jenis : 4 / 11 / 80 / 4 / 1 /

0

V. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Pemeriksaan USG:

- JTH Preskep

- BPD : 37w5d

- FL : 38w1d

- EDD : 28-10-2010

- Ketuban cukup

3

Page 4: Retensi Urine Persalinan Normal

- Plasenta corpus depan

Kesan : hamil 37 – 38 mgg, jth preskep

VI. DIAGNOSIS SEMENTARA

G2P1A0 hamil aterm inpartu Kala I fase aktif, JTH Preskep

VII. PENATALAKSANAAN

- Informed consent

- Observasi TVI, DJJ dan his

- Kosongkan kandung kemih

- Evaluasi sesuai partograf WHO

- Cek DR, UR

- R/ partus pervaginam

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia

Quo ad functionam : dubia

4

Page 5: Retensi Urine Persalinan Normal

LAPORAN PERSALINAN

25-10-2010/13.30/Evi/Dr.Edo

Status Present:

Ku : sedang TD: 120/80mmHg RR : 20x/m

Sens : cm N : 82x/m Temp : 36,5oC

Pukul 14.20 tampak parturient ingin mengedan kuat. Pada pemeriksaan didapatkan:

- portio tidak teraba

- pembukaan lengkap

- ketuban (-), jernih, bau (-)

- terbawah kepala

- H III +

- penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan

D/: G2P1A0 hamil aterm inpartu kala II, janin tunggal hidup presentasi kepala

- T/: pimpin persalinan

Pukul 14.30 WIB Lahir spontan neonatus hidup, laki-laki, 2800 gr, PB 42cm, AS 8/9

Dilakukan manajemen aktif kala III:

Oxytocin 10 iu IM

Peregangan tali pusat terkendali

Massase fundus uteri

Pukul 14.45 WIB Plasenta lahir lengkap,

Dilakukan eksplorasi jalan lahir, tidak ditemukan diskontinuitas dan laserasi

jaringan.

Keadaan umum ibu post partum baik, perdarahan aktif (-).

D/ P2A0 post partum spontan

FOLLOW UP

5

Page 6: Retensi Urine Persalinan Normal

26 Oktober 2010, Pukul 07.00 WIB

S/ keluhan: tidak bisa buang air kecil

O/ Status Present:

Ku : sedang TD: 120/80mmHg RR : 20x/m

Sens : cm N : 82x/m Temp : 36,5oC

Status Obstetrikus:

PL :abdomen cembung lemas simetris, kontraksi baik, tifut sulit dinilai,

vesica urinaria teraba sepusat, perdarahan aktif (-), lokia rubra (+),

vulva tenang (+).

A/ P2A0 Post Partum spontan + Retensio urine

P/ - Observasi TVI dan perdarahan

- Mobilisasi dini

- Asi sesuai kebutuhan

- Vulva hygiene (pagi dan sore)

- Obat-obatan: - Asam mefenamat 3x 500 mg

- Ciprofloxacin 2x500mg

- Viferon 2x1 tablet

- Dexamethason 2 x

- dilakukan kateterisasi didapatkan, urine 2000 cc,

[kateter menetap (hari per-1)], catat input-output

27 Oktober 2010, Pukul 07.00 WIB

S/ keluhan: tidak bisa buang air kecil

O/ Status Present:

Ku : sedang TD: 120/70mmHg RR : 20x/m

Sens : cm N : 84x/m Temp : 36,6oC

Status Obstetrikus:

PL :abdomen cembung lemas simetris, kontraksi baik, tifut 2 jbpst, vesica

urinaria tidak teraba, perdarahan aktif (-), lokia rubra (+), vulva tenang

(+).

Input Output

- Minum: 800cc - IWL: 650cc

- IVFD: 1500cc - Urine: 1500cc

2300cc 2150cc

A/ P2A0 Post Partum spontan + Retensio urine

6

Page 7: Retensi Urine Persalinan Normal

P/ - Observasi TVI dan perdarahan

- Asi sesuai kebutuhan

- Obat-obatan: - Asam mefenamat 3x 500 mg

- Ciprofloxacin 2x500mg

- Viferon 2x1 tablet

- kateter menetap (hari ke-2)

28 Oktober 2010, Pukul 07.00 WIB

S/ keluhan: tidak bisa buang air kecil

O/ Status Present:

Ku : sedang TD: 120/80mmHg RR : 20x/m

Sens : cm N : 82x/m Temp : 36,5oC

Status Obstetrikus:

PL :abdomen cembung lemas simetris, kontraksi baik, tifut 2 jbpst, vesica

urinaria tidak teraba, perdarahan aktif (-), lokia sanguilenta (+), vulva

tenang (+).

A/ P2A0 Post Partum spontan + Retensio urine

P/ - Observasi TVI dan perdarahan

- Asi sesuai kebutuhan

- Obat-obatan: - Asam mefenamat 3x 500 mg

- Ciprofloxacin 2x500mg

- Viferon 2x1 tablet

- up kateter- residu urine 3x perhitungan = 150 cc

BAB II

7

Page 8: Retensi Urine Persalinan Normal

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

3. Apakah prognosa dari kasus ini?

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

8

Page 9: Retensi Urine Persalinan Normal

Definisi

Retensio urin postpartum merupakan tidak adanya proses berkemih spontan

setelah kateter menetap dilepaskan, atau dapat berkemih spontan dengan urin sisa

kurang dari 150 ml. Menurut Stanton, retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama

24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana tidak dapat mengeluarkan

urin lebih dari 50% kapasitas kandung kemih.1,2

Patofisiologi

Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan

penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan

bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan

dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase

pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi

bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin

dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor

yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan

proksimal uretra.1 Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang

simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem

saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu

agen kolinergik.1 Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf

sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke

batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat

kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran

parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.1

Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada

otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untuk

merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine

dengan resistensi saluran yang minimal.1

Retensi postpartum paling sering terjadi. Setelah terjadi kelahiran pervaginam

spontan, disfungsi kandung kemih terjadi 9-14 % pasien; setelah kelahiran

menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38 %. Retensi ini biasanya terjadi

akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter dengan relaksasi uretra yang

tidak sempurna yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema. Sebaliknya pasien

9

Page 10: Retensi Urine Persalinan Normal

yang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah sectio cesaria biasanya

akibat dari tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.1,2

Etiologi

Berkemih yang normal melibatkan relaksasi uretra yang diikuti dengan

kontraksi otot-otot detrusor. Pengosongan kandung kemih secara keseluruhan

dikontrol didalam pusat miksi yaitu diotak dan sakral. Terjadinya gangguan

pengosongan kandung kemih akibat dari adanya gangguan fungsi di susunan saraf

pusat dan perifer atau didalam genital dan traktus urinarius bagian bawah.1

Pada wanita, retensi urine merupakan penyebab terbanyak inkontinensia yang

berlebihan. Dalam hal ini terdapat penyebab akut dan kronik dari retensi urine. Pada

penyebab akut lebih banyak terjadi kerusakan yang permanen khususnya gangguan

pada otot detrusor, atau ganglion parasimpatis pada dinding kandung kemih. Pada

kasus yang retensi urine kronik, perhatian dikhususkan untuk peningkatan tekanan

intravesical yang menyebabkan reflux ureter, penyakit traktus urinarius bagian atas

dan penurunan fungsi ginjal.1

Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak

menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung

kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural

anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik,

nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan

kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi biasanya

membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.1

Gambaran Klinis

Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya

kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada

rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada

suprapubik saat berkemih.1

Suatu penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam

memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing yang lemah,

pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan saat berkemih, dan

nokturia.1,2

10

Page 11: Retensi Urine Persalinan Normal

Diagnosis

Pada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, maka anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang lengkap, pemeriksaan rongga pelvis, pemeriksaan

neurologik, jumlah urine yang dikeluarkan spontan dalam 24 jam, pemeriksaan

urinalisis dan kultur urine, pengukuran volume residu urine, sangat dibutuhkan.1

Fungsi berkemih juga harus diperiksa, dalam hal ini dapat digunakan uroflowmetry,

pemeriksaan tekanan saat berkemih, atau dengan voiding cystourethrography.1

Dikatakan normal jika volume residu urine adalah kurang atau sama dengan

50ml, sehingga jika volume residu urine lebih dari 200ml dapat dikatakan abnormal

dan biasa disebut retensi urine. Namun volume residu urine antara 50 - 200ml menjadi

pertanyaan, sehingga telah disepakati bahwa volume residu urine normal adalah 25%

dari total volume vesika urinaria.1,2

Penatalaksanaan

Ketika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan kateterisasi,

kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga

kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan

kembali tonus normal dan sensasi.1

Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu

4 jam. Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali

untuk memastikan bahwa residu urine minimal. Bila kandung kemih mengandung

lebih dari 200 ml urine, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi.1

Komplikasi

Karena terjadinya retensi urine yang berkepanjangan, maka kemampuan

elastisitas vesica urinaria menurun, dan terjadi peningkatan tekanan intra vesika yang

menyebabkan terjadinya reflux, sehingga penting untuk dilakukan pemeriksaan USG

pada ginjal dan ureter atau dapat juga dilakukan foto BNO-IVP.1

Bladder training

11

Page 12: Retensi Urine Persalinan Normal

Adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang

mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (UMN

atau LMN), dapat dilakukan dengan pemeriksaan refleks-refleks:

1. Refleks otomatik

Refleks melalui saraf parasimpatis S2-3 dansimpatis T12-L1,2, yang

bergabung menjadi n.pelvikus. Tes untuk mengetahui refleks ini adalah tes air

es (ice water test). Test positif menunjukkan tipe UMN sedangkan bila negatif

(arefleksia) berarti tipe LMN.

2. Refleks somatic

Refleks melalui n.pudendalis S2-4. Tesnya berupa tes sfingter ani eksternus

dan tes refleks bulbokarvernosus. Jika tes-tes tersebut positif berarti tipe

UMN, sedangkan bila negatif berarti LMN atau tipe UMN fase syok spinal

Langkah-langkah Bladder Training:

1. Tentukan dahulu tipe kandung kencing neurogeniknya apakah UMN/LMN

2. Rangsangan setiap waktu miksi

3. Kateterisasi:

1. Pemasangan indwelling cathether (IDC)=dauer cathether

IDC dapat dipasang dengan sistem kontinu ataupun penutupan berkala

(clamping). Dengan pemakaian kateter menetap ini, banyak terjadi infeksi

atau sepsis. Karena itu kateterisasi untuk bladder training adalah

kateterisasi berkala. Bila dipilh IDC, maka yang dipilih adalah penutupan

berkala oleh karena IDC yang kontinu tidal fisiologis dimana kandung

kencing yang selalu kosong akan mengakibatkan kehilangan potensi

sensasi miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot kandung

kemih

2. Kateterisasi berkala

Keuntungan kateterisasi berkala antara lain:

- Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi/overdistensi

yang mengakibatkan aliran darah ke mukosa kandung kencing

dipertahankan seoptimal mungkin

- Kandung kencing dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan-

akan berfungsi normal

12

Page 13: Retensi Urine Persalinan Normal

- Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka

penderita dapat melewati masa syok spinal secara fisiologis sehingga

fedback ke medula spinalis tetap terpelihara

- Teknik yang mudah dan penderita tidak terganggu kegiatan sehari

harinya

BAB 1V

ANALISA KASUS

13

Page 14: Retensi Urine Persalinan Normal

Pada tanggal 25 Oktober 2010, Ny. E berusia 25 tahun, alamat Dsn III

Musibanyuasin, berkebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, melahirkan

spontan neonatus hidup laki-laki BB 2800 gr, PB 42 cm, AS 8/9. Setelah 6 jam

melahirkan, Ny. E tidak dapat buang air kecil, walaupun sudah mengedan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos

mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20 x/m, suhu

36,7◦C.Pada pemeriksaan luar obstetri didapatkan abdomen cembung, lemas, simetris,

fundus uteri sulit dinilai dan vesica urinaria teraba sepusat.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik-obstetri dan pemeriksaan penunjang,

pasien ini didiagnosa P2A0 post partum spontan dan retensio urine.

Dilakukan penatalaksanaan: observasi TVI dan perdarahan, mobilisasi dini,

ASI sesuai kebutuhan, vulva hygiene (pagi dan sore), obat-obatan asam mefenamat 3

x 500mg, ciprofloxacin 2 x 500 mg, viferon 2 x 1 tab dan dilakukan kateterisasi

didapatkan urine 2000 cc lalu kateter dipasang menetap dan dicatat urine output.

Setelah hari ke-3 dilakukan pemeriksaan residu urine dengan cara pasien disuruh

minum sebanyak-banyaknya dan disuruh kencing sepuas-puasnya. Setelah itu

dipasang kateter dan diukur urine outputnya. Dilakukan pengukuran 3 kali dan

didapatkan urine residu 150 cc.

Menurut Andi, dalam Jurnal kedokteran Indonesia, berkemih yang normal

melibatkan relaksasi uretra yang diikuti dengan kontraksi otot-otot detrusor.

Pengosongan kandung kemih secara keseluruhan dikontrol didalam pusat miksi yaitu

diotak dan sakral. Terjadinya gangguan pengosongan kandung kemih akibat dari

adanya gangguan fungsi di susunan saraf pusat dan perifer atau didalam genital dan

traktus urinarius bagian bawah.

Retensi urine yang terjadi pada pasien ini terjadi akibat dari dissinergis antara

otot detrussor – sphincter dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian

menyebabkan edema.

Prognosis ibu quo ad vitam and functionam dubia ad bonam karena pada

anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Ny. E onset penyakit terjadi satu hari, tidak

ditemukan hematuri, dan didapatkan jumlah rata-rata urine residu kurang dari 150ml.

BAB V

KESIMPULAN

14

Page 15: Retensi Urine Persalinan Normal

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat berdasarkan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.

2. Penatalaksanaan pada kasus ini belum tepat, yaitu pemasangan kateter

menetap selama 2 hari dilanjutkan dengan penghitungan urine residu..

3. Prognosis pada pasien ini adalah bonam untuk quo ad vitam dan bonam untuk

quo ad functionam.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Retensi Urine Persalinan Normal

1. Andi. Retensio Urin Post Partum. Dalam : Jurnal kedokteran Indonesia, 20

Februari 2008.

2. Junizaf. Tinjauan Kasus Retensio Urin Post Partum di RSUD Ulin

Banjarmasin 2002-2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Vol 19/1/2006. 10-

13.

3. Barus PR. Infeksi dalam Kehamilan dan Persalinan. Cermin Dunia Kedokteran.

Edisi Khusus. No 80. 1992. 57-59

16