Resume Manajemen Bencana

download Resume Manajemen Bencana

of 4

Transcript of Resume Manajemen Bencana

RESUME MANAJEMEN BENCANA Gas Rumah Kaca Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

Global Warming Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Sea Water Rise Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.

Extreme Rain Fall Pemanasan global juga mengakibatkan perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk daerah hujan daerah kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini. Al Gore menyatakan telah lama sepakat bahwa uap air yang terkandung di atmosfer naik sekitar 7 persen setiap kenaikan suhu global satu derajat Celcius. Namun, hasil pemodelan iklim dengan komputer rata-rata menunjukkan uap air yang turun menjadi hujan hanya naik 1 hingga 3 persen dengan kenaikan suhu yang sama. Karena itu, para peneliti berasumsi bahwa perbedaan ini karena proses terbentuknya hujan dan penguapan berjalan lebih lambat. Namun, kebanyakan pemodelan cuaca tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Saat digunakan untuk simulasi cuaca dalam 2 dekade terakhir, model-model tersebut tidak begitu mempertimbangkan perubahan curah hujan dan mengabaikan perubahan. Pemodelan cuaca umumnya telah mampu memprediksi perubahan suhu dan kadar uap air di atmosfer dengan baik namun kesulitan memperkirakan perubahan curah hujan. Hal tersebut karena perubahan berlangsung singkat, pada cakupan yang sempit, dan berbeda-beda di tiap daerah. Lusinan pemodelan iklim yang ada saat ini

hampir seluruhnya memprediksi bahwa kenaikan curah hujan tidak sebesar kenaikan kadar uap air di atmosfer. Dengan memperhitungkan berbagai analisis, kenaikan curah hujan dalam beberapa tahun ke depan mungkin jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hal ini merupakan kabar baik bagi daerah-daerah yang curah hujannya rendah namun buruk bagi daerah-daerah yang curah hujannya sudah kelewat tinggi.