Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

28
Reseme Pleno PB 31-36 QBD 1: Berbagai Jenis bencana dan kaitannya dengan Indonesia Definisi Bencana Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007). Konsep Bencana - Ber-DAMPAK pada manusia baik secara langsung maupun tidak langsung - Biasanya dipicu oleh bahaya, baik yang disebabkan oleh fenomena alam maupun manusia - Bersifat perlahan maupun tiba-tiba - Berhubungan langsung dengan KERENTANAN - Melebihi KAPASITAS sumber daya yang tersedia - Proses sosial memainkan peran sangat penting. Bencana adalah malapetaka luar biasa oleh alam dan buatan manusia yang merusak kehidupan manusia melalui: a) Tingkat Morbiditas (Kesakitan) dan Mortalitas (Kematian) yang bermakna

description

Dokumen ini ialah rangkuman materi pengendalian bencana yang sudah ditambahkan dengan materi tambahan dari dosen. Resume ini terdiri atas materi bencana, siklus bencana, cara pengelolaan bencana (lokal, nasional, internasional), masalah yang dihadapi dan cara menyelesaikannya (QBD 1- QBD 3).

Transcript of Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Page 1: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Reseme Pleno PB 31-36

QBD 1: Berbagai Jenis bencana dan kaitannya dengan Indonesia

Definisi Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007).

Konsep Bencana

- Ber-DAMPAK pada manusia baik secara langsung maupun tidak langsung

- Biasanya dipicu oleh bahaya, baik yang disebabkan oleh fenomena alam maupun

manusia

- Bersifat perlahan maupun tiba-tiba

- Berhubungan langsung dengan KERENTANAN

- Melebihi KAPASITAS sumber daya yang tersedia

- Proses sosial memainkan peran sangat penting.

Bencana adalah malapetaka luar biasa oleh alam dan buatan manusia yang merusak

kehidupan manusia melalui:

a) Tingkat Morbiditas (Kesakitan) dan Mortalitas (Kematian) yang bermakna

b) Kehancuran harta benda

c) Berakibat pada kelumpuhan kapasitas sesaat komunitas yang terkena sehingga tidak

dapat berfungsi secara normal.

*Bold merah menyatakan komponen yang harus untuk suatu kejadian bisa dikategorikan

sebagai bencana yaitu terjadi peningakatan tingkat morbiditas dan mortalitas, adanya

kehancuran harta benda dan mengakibatkan kelumpuhan kapasitas sesaat..

Karakteristik Bencana

Peristiwa yang tidak diharapkan, biasanya sudah diduga maupun tidak,

Page 2: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Kunci bencana ialah pada exposure atau paparan. Pada individu yang terkena paparan

bencana langsung, suatu bencana akan memberikan dampak yang besar sekali dan pada orang

yang terkena paparan bencana tidak langsung (misalnya petugas kesehatan yang turun ke

daerah bencana) tidak akan memberikan efek yang sama. Oleh karena itu, petugas kesehatan

yang menolong korban bencana harus bersikap EMPATI kepada korban bencana.

Keterkaitan dengan Indonesia

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,

hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang

disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang

menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat

pembangunan nasional.

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data

yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi

Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia

ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana

alam terjadi.

Indonesia terletak di salah satu wilayah paling aktif secara geologis. Di Indonesia,

terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Pasifik, Lempeng Indo-

Australia dan Lempeng Eurasia.

Pergesekan antara lempeng-lempeng tersebut dapat menyebabkan gempa bumi

tektonik yang dahsyat. Belum lagi dengan banyaknya gunung berapi di Indonesia

yang mempunyai potensi sebagai penyebab gempa bumi vulkanis

Klasifikasi Bencana

1. Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (UU RI No. 24 Tahun 2007).

Bencana alam yang terjadi secara alami (Natural disaster)

- Gempa bumi (6,2 SR-Aceh-2013, 7,6 SR-Padang-2009, 5,9 SR-Yogya-2006)

Page 3: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

- Gunung meletus (Gunung Sinabung-2013, Gunung Tangkuban Perahu-2013, Gunung

Merapi-2010)

- Tornado (Puting Beliung-Boyolali 2013, Bali-2013, Bekasi-2012)

- Tsunami (Aceh-2004)

2. Bencana Non Alam

Bencana yang diakibatkan ulah manusia (Man-made disaster):

- Oil spills (pencemaran Laut Timor-2009, Pulau Seribu-2004)

- Aircraft crashes (Sukhoi-Gunung Salak-2012, Hercules-Magetan-2009, Mandala-

Medan-2005)

- Banjir (Jakarta-2007, Wasior-Papua-2011)

- Tanah longsor

- Kebakaran hutan

3. Bencana Sosial

Ancaman, Risiko, dan Kerentanan yang dapat terjadi saat bencana

Bahaya/Ancama (Hazard):

a) Suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas manusia yang berpotensi merusak,

yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera, kerusakan harta-benda,

gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan (ISDR, 2004 dalam MPBI,

2007).

b) Peristiwa kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan,

atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau kesatuan

organisasi pemerintah yang selalu luas (Lundgreen, 1986).

Jenis Bahaya/ancaman:

1. Gempa Bumi

kerusakan atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum

lain), dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara,

Page 4: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

jaringan listrik dan telekomunikasi, dli), serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan

korban akibat timbulnya kepanikan.

2. Letusan Gunung Api

Ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu

gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran Iahar. Luas daerah rawan bencana

gunung api di seluruh Indonesia sekitar 17.000 km2 dengan jumlah penduduk yang

bermukim di kawasan rawan bencana gunung api sebanyak kurang lebih 5,5 juta jiwa.

Berdasarkan data frekwensi letusan gunung api, diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar

585.000 orang terancam bencana letusan gunung api.

3. Tsunami

Dalam peristiwa tersebut, Kota Banda Aceh Provinsi Aceh merupakan salah satu kawasan

yang mengalami kehancuran parah, digenangi Tsunami mencapai 4 - 5 km ke arah

darat(Meilianda, 2009), 61.265 jiwa meninggal dan hilang (Anonim, 2012), serta

kerugian materil diperkirakan mencapai USD 1,12 milyar (van der Plas, 2007).

4. Banjir

Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat

akumulasi beberapa faktor yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi

daerah budidaya dan pasang surut air laut.

Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan keadaan

badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah,

pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin

masyarakat yang rendah.

5. Kegagalan Teknologi

Akibat kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam

menggunakan teknologi dan atau industri.

Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kebakaran, pencemaran bahan kimia, bahan

radioaktif/nuklir, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi yang menyebabkan

kerugian jiwa dan harta benda.

Kerentanan (Vulnerability)

Page 5: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial,

ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan kecenderungan (susceptibility) sebuah

komunitas terhadap dampak bahaya (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007).

Jenis Kerentanan:

1. Kerentanan Fisik

Daya tahan menghadapi bahaya tertentu

2. Kerentanan Ekonomi

Masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap

bahaya,

3. Kerentanan Sosial

Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana

akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat

yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.

4. Kerentanan Lingkungan

Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam

bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan

terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya.

Kapasitas (Capacity)

suatu kombinasi semua kekuatan dan sumber daya yang tersedia di dalam sebuah

komunitas, masyarakat atau lembaga yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak

suatu bencana (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007).

Komunitas manusia à risiko bencana lebih tinggi apabila tidak di dukung oleh

kemampuan (capacity) seperti kurangnya pendidikan dan pengetahuan, kemiskinan,

kondisi sosial, dan kelompok rentan yang meliputi lansia, balita, ibu hamil dan cacat fisik

atau mental.

Risiko (Risk)

probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah diperkirakan

(hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda, penghidupan dan

Page 6: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh adanya interaksi

antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan

(ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Fasilitas lokasi yang berdekatan dengan tempat yang

beresiko tinggi seperti dekat dengan gunung merapi, dekat dengan sungai, hutan, daerah

tersebut tertutupi sahu tebal,dan lain-lain sehingga hal tersebut menyebabkan

kekhawatiran untuk terjadinya kejadian pasca bencana

Keterkaitan Ancaman, Kekuatan, Kerentanan dan Dampak Bencana

Note Dosen:

Dikarenakan ancaman merupakan variabel yang tidak dapat diubah, maka yang harus

dilakukan ialah meninggikan kekuatan masyarakat dan Sumber daya di daerah tersebut

atau dengan kata lain merendahkan tingkat kerentanan sehingga dampak bencana yang

terjadi dapat minimal.

Fase penting terkait peminimalisasian efek bencana

a) Fase Identifikasi

Pada fase inilah masyarakat mengidentifkasi dampak yang mungkin terjadi misalnya dapat

menyebabkan trauma pada tubuh, infeksi, keracunan, atau dampak sosial.

b) Fase Estimasi dan Evaluasi

Page 7: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Pada fase inilah masyarakat mengestimasi hal-hal yang telah diidentifikasi pada fase

identifikasi seperti mengevaluasi risiko dan cara untuk mengontrol dampak yang mungkin

ditimbulkan.

c) Fase Monitoring

Fase yang dilakukan pada saat bencana ini terdiri atas kegiatan pemantauan dampak yang

terjadi, pengontrolan efek yang timbul yang kemudian diikuti dengen pengontrolan efek yang

telah terjadi.

Pengkajian Analisis Risiko (Risk Assessment/Analysis)

Merupakan suatu metodologi untuk menentukan sifat dan cakupan risiko dengan

melakukan analisis terhadap potensi bahaya dan mengevaluasi kondisi-kondisi kerentanan

yang ada dan dapat menimbulkan suatu ancaman atau kerugian bagi penduduk, harta

benda, penghidupan, dan lingkungan tempat tinggal (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007).

Rumus:

QBD 2 : SIKLUS BENCANA

RB = HxVC

RB = Risiko BencanaH = Hazard (bahaya)

Page 8: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Fase/ Siklus Bencana

Pada prinsipnya siklus bencana dibagi menjadi 3 tahap yaitu “preimpact,”

“transimpact,” dan “postimpact” atau ada juga yang menggambarkan sebagai “kesiapsiagaan

bencana,” “tanggap darurat,” and “pemulihan bencana”

Tahapan pada setiap siklus bencana

A. Tahap preimpact

à waktu pra-bencana

Upaya mempergunakan kemampuan untuk secara tepat dan cepat merespon bencana.

Hal-hal yang dilakukan meliputi: Penyusunan rencana tanggap darurat bencana untuk

deteksi dini, mengembangkan sistem peringatan dini, peningkatan kemampuan diri dalam

menghadapi bencana dan perencanaan serta riset untuk kesiapsiagaan darurat bencana. Data

dasar bencana dan informasi tentang kesiapan bencana juga dapat dikumpulkan.

B. Tahap transimpact

à Upaya-upaya untuk mengurangi akibat ancaman bencana.

Tahapan ini berfokus pada peringatan, evakuasi, respon cepat dan aktifitas

penanggulangan bencana seperti pengelolaan air bersih, pembangunan tanggul banjir dan

tempat evakuasi.

C. Tahap postimpact

à upaya pemulihan dan rehabilitasi pascabencana.

Penting untuk dicatat bahwa ketiga tahapan ini tidak berdiri sendiri melainkan dapat

saling tumpang tindih bahkan dapat terjadi bersamaan tergantung dari hasil yang terjadi.

Page 9: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Siklus Bencana

Langkah Pengelolaan Bencana

A. Tahap pencegahan

• Early detection (deteksi dini) upaya penyusunan rencana tanggap darurat

bencana

• Mitigasi yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana baik

secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan bangunan fisik maupun

non fisik struktural melalui perundang- undangan dan pelatihan

• Early warning (peringatan dini) adalah upaya untuk memberikan tanda

peringatan bahwa kemungkinan bencana akan segera terjadi, yang menjangkau

masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan

(coherent), dan resmi (official)

• Evacuation (Evakuasi) memindahkan korban ke lingkungan yang lebih aman

dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut

Page 10: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

B. Tahap respon bencana

• Rapid assesment and rapid respons adalah upaya yang dilakukan segera pada

saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,

terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan

pengungsian

• Triage adalah proses khusus memilih korban berdasarkan beratnya cedera atau

penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta

prioritas transportasi

• first treatment

C. Tahap rehabilitasi

Capacity building masyarakat

• Pembangunan sarana dan prasarana dasar

• Pembangunan sarana sosial masyarakat

• Membantu masyarakat memperbaiki rumah

• Pemulihan kegiatan bisnis dan ekonomi

QBD 3

Pengelolaan bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional

LOKAL

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007:

Pengelolaan bencana skala lokal merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah

Daerah (Pasal 5). Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) (Pasal 18).

Organisasi pengelolaan bencana skala lokal yang berada di bawah naungan pemerintah lokal

harus beraksi pertama kali untuk merespon adanya kebutuhan emergency publik.

Tujuan dibentuknya BPBD:

1. Melindungi masyarakat di daerah setempat dari bencana

2. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat setempat

3. Meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana

Tanggung jawab Pemerintah Daerah:

1. Mengalokasikan dana penanggulangan bencana

Page 11: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

2. Memadukan penanggulangan bencana dalam pembangunan daerah

3. Melindungi masyarakat dari ancaman bencana

4. Melaksanakan tanggap darurat

5. Melakukan pemulihan pasca bencana

Fokus pengelolaan bencana berskala loakl:

• Peringatan

• Informasi emergency public

• Evakuasi

• Penyediaan pengungsian (shelter)

NASIONAL

Organisasi pengelolaan bencana skala nasional (di bawah naungan Kementerian Pertahanan

atau Kementerian Dalam Negeri) yakni Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN)

dibentuk untuk mengkoordinasikan aktivitas yang termasuk dalam tahap-tahap siklus

bencana yakni kesiapan, mitigasi, respons, dan rehabilitasi.

Fokus pengelolaan bencana berskala nasional:

• Promosi

• Edukasi masyarakat, menanamkan pengurangan risiko bencana di setiap

aktivitas masyarakat, menginformasikan keuntungan dalam mengelola

bencana bersama sektor-sektor lain

• Membuat standar

• Standar fasilitas kesehatan pada area yang rentan bencana, standar protocol

telekomunikasi, daftar obat dan kebutuhan penting untuk gawat darurat

• Pelatihan

• Pelatihan untuk tenaga medis, promosi pelatihan pengelolaan bencana di

lembaga pendidikan, pelatihan untuk sector-sektor lain.

• Kolaborasi dengan sektor dan institusi lain

• Dengan agen pengelolaan bencana, komisi penanganan bencana, sector

kesehatan di negara lain, dan organisasi nasional/internasional

Page 12: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

• Pertanggungjawaban ketika bencana

• Menyediakan, memobilisasi serta mendukung respon kesehatan.

INTERNASIONAL

Organisasi pengelolaan bencana skala internasional diperlukan ketika respons yang

dibutuhkan pada sebuah bencana melebihi kemampuan sebuah negara atau beberapa negara

Peran PBB dalam pengelolaan bencana skala internasional:

PBB berperan penting salam pembentukan dan implementasi Fasilitas Dana Multi

Donor untuk Pemulihan Bencana (IMDFF-DR).

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan kemanusiaan atau Office for the Coordination

of Humanitarian Affairs (OCHA) mendukung sesi pelatihan pengembangan kapasitas

regular untuk staf BNPB

Fokus yang dilakukan dalam pengelolaan bencana skala internasional adalah

• Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam program pembangunan

bersama dengan PBB

• PBB dalam kerjasama ini berperan memastikan bahwa pemerintah daerah dan

masyarakat memiliki akses pengetahuan dan mekanisme yang meminimalkan risiko

bencana.

• PBB juga membantu mencarikan jalan untuk meningkatkan tanggap bencana dan

pemulihan.

Masalah yang muncul saat penatalaksanaan bencana

I. Jenis masalah yang terjadi dalam pengelolaan bencana berskala lokal

A. Masalah Kelembagaan

Masalah kelembagaan ini menyangkut :

1. Bentuk, Tugas, dan Fungsi Lembaga BPBD.

Page 13: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Bentuk, tugas dan fungsi lembaga BPBD sudah jelas diatur dalam UU No. 24

Tahun 2007 namun dalam pelaksanaanya di lapangan tidak dapat dilaksanakan

dengan demikian dikarenakan beberapa alasan (Bappenas, 2009):

a) Tidak semua wilayah di Indonesia sering terkena bencana.

Kenyataannya walaupun BPBD dibuat bagi seluruh wilayah di Indonesia, namun

tidak semua wilayah di Indonesia sering terkena bencana yang menyebabkan

terjadinya ketidaksamaan pengalaman setiap wilayah dalam mengelola bencana.

b) Perbedaan pengalaman mengelola bencana setiap wilayah berbeda

Perbedaan pengalaman mengelola bencana menyebabkan tidak semua wilayah di

Indonesia memiliki kemampuan kerja yang sama. Hal ini dibuktikan dengan adanya

wilayah yang sudah mampu mengelola banyak bencana dan ada wilayah baru

mampu beberapa bencana saja.

c) Keberadaan lembaga promotor di Indonesia tidak merata

Keberadaan lembaga promotor sangatlah penting dalam mengembangkan sistem

pengelolaan bencana yang baru. Sebagian besar lembaga promotor ini ada di

wilayah besar atau wilayah kota yang modern namun sebagaimana yang diketahui

bahwa tidak semua wilayah di Indonesia memiliki tingkat modernitas yang sama.

Hal ini memungkinkan terjadi ketidaksamaan pemahaman sistem pengelolaan

bencana terkini.

2. Unsur Pengarah

Dalam UU No. 24 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa BPBD terdiri atas dua unsur

yakni unsur pengarah dan unsur pelaksana. Unsur pengarah terdiri atas pemerintah

terkait dan kalangan professional. Yang menjadi masalah ialah pada Sistem

Pemerintah Daerah tidak ada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang memiliki

unsur pengarah. Ketidakadaan unsur pengarah ini kemudian diambil alih tugasnya

oleh Kepala Daerah melalui Sekda (Bappenas, 2009). Namun, BPBD sendiri

memiliki unsur pengarah yang difungsikan sebagai pengawas dan evaluator dan

tugas ini tentu saja berbenturan dengan tugas Bappeda dan alur

pertanggungjawabannya kepada Kepala Daerah.

3. Terbatasnya SDM

Page 14: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

SDM di wilayah daerah sebenarnya cukup namun SDM yang dimaksud ialah SDM

yang memahami mekanisme pengelolaan bencana. Jumlah SDM ini sangat terbatas

di daerah-daerah di Indonesia.

4. Anggaran BPBD

Pembentukan suatu lembaga daerah tentu akan meningkatkan biaya Pemerintah

Pusat atau BNPB Pusat untuk biaya penggajian SKPD.

B. Masalah Definisi dan Status Bencana

Sampai saat ini belum terdapat definisi teknis operasional mengenai bencana dan

klasifikasi status bencana baik berdasarkan wilayahnya maupun lama terjadinya di

dalam peraturan yang berlaku. Belum tersedianya kesepakatan mengenai definisi

bencana dan kejelasan mengenai status bencana membuat BPBD belum dapat berbuat

banyak. Hal ini dikarenakan apa pun yang dikerjakan oleh BPBD haruslah bersumber

dan sesuai dengan peraturan yang telah disahkan oleh BNPB.

C. Masalah Kerjasama Antar Daerah dalam Penanggulangan Bencana

Kerjasama antar daerah di Indonesia dalam menanggulangi bencana belum dijelaskan

dalam peraturan penanggulangan bencana. Hal ini kembali mengakibatkan BPBD

suatu wilayah tidak dapat bekerja banyak maupun memiliki alur kerja sama yang

jelas dengan BPBD wilayah lainnya dalam melakukan penanggulangan bencana.

II. Jenis masalah yang terjadi dalam pengelolaan bencana berskala nasional

Berdasarkan masalah yang terjadi pada wilayah lokal, maka dapat disimpulkan

beberapa masalah yang terjadi pada pengelolaan bencana tingkat nasional sebagai

berikut:

Belum terjadinya keselarasan koordinasi antar BPBD di seluruh Indonesia dengan

BNPB Pusat.

Belum dibuatnya sebuah kesepakatan mengenai definisi bencana dan jenis status

Page 15: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

bencana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

III. Jenis masalah yang terjadi dalam pengelolaan bencana berskala internasional

Kerja sama berskala internasional memang merupakan cara yang baik untuk

menanggulangi suatu bencana yang besar. Kerja sama ini dapat mempererat tali

persaudaraan antar negara namun kerja sama ini juga menimbulkan beberapa masalah

seperti:

Pengiriman tenaga medis ke wilayah bencana yang tidak sesuai dengan permintaan

Pengiriman tenaga medis suatu negara ke negara lain yang terkena bencana tidak

selalu berjalan dengan baik misalnya terkadang jumlah tenaga kesehatan yang dikirim

terlalu banyak. Ketidakseimbangan ini dapat menimbulkan penumpukan massa di

wilayah bencana.

Tenaga kesehatan yang dikirim tidak mampu bekerja dengan baik

Tenaga kesehatan dari suatu negara yang dikirim ke negara lain sebagai volunter

dalam menanggulangi bencana terkadang tidak familiar dengan kondisi lokal,

tergabung dalam agensi pengirim yang berbeda, atau dalam beberapa kasus memiliki

kredit akademik yang belum jelas kebenarannya (PAN American Health

Organization, 2000). Hal ini tentu saja menyebabkan penanggulangan bencana yang

terjadi di wilayah bencana tidak berjalan dengan baik dan bahkan dapat memperlama

berlangsungnya siklus bencana,

Kesiapan (mitigasi dan kesiapsiagaan) menghadapi becana pada skala lokal,

nasional, dan internasional

MITIGASI

Menurut UU No.24 Tahun 2007 Pasal 47 (UU No. 24 Tahun 2007), Mitigasi

Bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada

pada kawasan rawan bencana. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam tahap

mitigasi meliputi:

a. pelaksanaan penataan tata ruang;

Page 16: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan

c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara

konvensional maupun modern;

Selain kegiatan yang dijelaskan oleh Undang-Undang ada beberapa kegiatan

yang dapat dilakukan pada tahap kesiapan seperti membuat chekdam, bendungan,

tanggul sungai dan lain-lain dan mitigasi struktural terdiri atas pembuatan peraturan

atau pelaksanaan peraturan, tata ruang, pelatihan termasuk spiritual).Dalam

membuat peraturan peraturan yang berkaitan dengan bencana, yang perlu

diperhatikan ialah peraturan tersebut haruslah sejalan dengan situasi dan kondisi

wilayah atau negara tersebut dan perlu sejalan dengan Pedoman IDRL (International

Disaster Response Laws (OCHA-ROAP, n.d). Kesesuaian dengan IDRL

memudahkan suatu negara untuk melakukan kerja sama untuk pengelolaan bencana

dengan negara lain apabila negaranya terkena bencana. Selain itu kegiatan pelatihan

yang merupakan bagian tahap mitigasi tidak hanya dilakukan pada skala lokal

maupun nasional tetapi juga dapat dilakukan pada skala internasional. Pelatihan

yang dapat dilakukan dapat berupa pelatihan simulasi bencana seperti USAR

INSARAG, IASC Inter-Agency Emergency Simulation (IASC IAES) maupun

pelatihan-pelatihan yang diprakarsai oleh WHO misalnya seperti latihan simulasi

bencana World Vision (OCHA-ROAP, n.d).

KESIAPSIAGAAN

Kesiapsiagaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi

bencana melalui sebuah pengorganisasian yang tepat dan berdaya guna (UU No.24,

2007). Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna. Kesiapan pada tahap kesiapsiagaan dapat dilihat dari

evaluasinya.

Evaluasi Program Kesiapsiagaan

- Tanggal kajian terakhir dari rencana bencana nasional dan regional pelayanan

otoritas kesehatan;

- Latihan bencana tahunan, uji rencana bencana

Page 17: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

Sistem ini, dikenal dengan berbagai nama tergantung pada negara dan koordinasi

berbagai sektor untuk melaksanakan berbagai hal diantaranya:

- Evaluasi risiko negara atau wilayah tertentu terhadap bencana

- Mengadopsi standar dan peraturan

- Mengatur komunikasi, informasi, dan sistem peringatan

- Pastikan mekanisme koordinasi dan respon

- Mengadopsi langkah-langkah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan

dan lainnya yang tersedia untuk peningkatan kesiapan dan dapat dimobilisasi

dalam situasi bencana

- Mengembangkan program pendidikan masyarakat

- Mengkoordinasikan sesi informasi dengan media berita

- Mengatur latihan simulasi bencana yang menguji mekanisme respon

Sedangkan dalam tingkatan regional, nasional, dan internasional kesiapsiagaan dapat

ditinjau dari lembaga-lembaga terkait:

a. Regional (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)

Salah satu contoh dalam tingkat regional terdapat dalam instruksi gubernur DKI

Jakarta No 153 Tahun 2014 dijelaskan bahwa dalam meningkatkan kesiapan dalam

kesiapsiagaan harus melaksanakan beberapa hal sebgai berikut:

- Meningkatkan kesiapsiagaan personil, peralatan logistik yang ada dalam lingkup

tanggung jawab SKPDnya.

- Mendekatkan posisi pesonil, peralatan, dan logistik ke lokasi-lokasi rawan bencana

banjir dan angin puting beliung

- Mengaktifkan Posko Siaga Bencana di lingkungan SKPN

- Melakukan Apel Siaga, Geladi Posko, dan Geladi Lapang di lingkungan SKPD dan

Pemerintah Provinsi

b. Nasional (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kesehatan,

dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

Peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam kesiapsiagaan bencana

diantaranya adalah pemantauan hotspot, menara api, peralatan, apel siaga, sekat baka

Page 18: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

dengan prinsip kerja bersama, kolaboratif antara Kementerian LHK dan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana..

Sedangkan dalam Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan BNPB pada

tahap kesiapsiagaan salah satu fokusnya adalah dalam pengelolaan obat. Pada tahap

ini pengelolaan obat berjalan normal, namun tetap dilakukan persiapan untuk

mengantisipasi bila terjadi sebuah bencana. Perencanaan kebutuhan obat dan

pembekalan kesehatan terkain dengan terjadinya bencana di tahap ini perlu

memerhatikan beberapa hal, diantaranya:

- jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan bila terjadi bencan

- pembuatan paket‐paket obat bencana untuk daerah disesuaikan dengan potensi

bencana di daerahnya

- jenis dan kompetensi TRC

- koordinasi lintas sektor dan program.

Peran BNPB dapat dilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24

Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Kesiapsiagaan dilakukan melalui

beberapa hal berikut: (UU No. 24, 2007)

- penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana

- pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini

- penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar

- pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap

darurat

- penyiapan lokasi evakuasi

- penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap

darurat bencana

- penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan

pemulihan prasarana dan sarana.

c. Internasional (Bulan Sabit Merah)

Bulan Sabit Merah juga ikut berkontribusi di berbagai negara cabangnya, beberapa

hal yang dilakukan terkait dengan kesiapsiagaan bencana di antaranya:

- pelayanan instalasi gawat darurat oleh medical first responder

- mempersiapkan evakuasi & transportasi korban

- pelatihan berkelanjutan untuk tim gawat darurat baik medis dan paramedis 

Page 19: Resume Matakuliah Pengendalian Bencana RIK UI

- BSMI memiliki Unggulan yaitu Rumah Sakit Lapangan (RSL) yang merupakan

inovasi pertama di Indonesia oleh sebuah Lembaga Kemanusiaan.

Daftar Pustaka:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2010). Modul dasar relawan

penanggulangan bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Diakses pada Senin, 16 Februari 2015 dari

http://pusdiklat.bnpb.go.id/home/Downloads/modul/Modul%20Relawan%20Baru.pdf

Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) .(2011). Guideline on The Role of The

International Organization and Foreign Non-Government Organization During

Emergency Response Diakses pada 3 Maret 2015 dari:

http://www.ifrc.org/docs/idrl/877EN.pdf

Bappenas. (2009). Ringkasan telaah sistem terpadu penanggulangan bencana di Indonesia

(Kebijakan, Strategi, dan Operasi). Diakses pada 2 Maret 2015 dari

http://bappenas.go.id/unit-kerja/staf-ahli/bidang-sumber-daya-alam-lingkungan-hidup-

dan-perubahan-iklim/contents-bidang-sumber-daya-alam-lingkungan-hidup-dan-

perubahan-iklim/2473-telaah-sistem-terpadu-penanggulangan-bencana-di-indonesia-

kebijakan-strategi-dan-operasi/

&ved=0CBwQFjAA&usg=AFQjCNFYb3eQhxmuvkwNXw0OUpdMMHRN29g

Bharosa , N., Lee, J., & Janssen. M. (2009). Challenges and obstacles in sharing and

coordinating information during multi-agency disaster response: Propositions

from field exercises. Diakses 3 Maret 2015 dari

http://link.springer.com/article/10.1007/s10796-009-9174-z/fulltext.html

Coppola, D. P. (2007). Introduction to International Disater Management .Oxford:

Elsevier.Inc.

OCHA-ROAP. (n,d). Respon bencana di asia dan pasifik: Panduan perangkat dan layanan

internasional. Diakses pada 3 Maret 2015 dari www.unocha.org/roap

PAN American Health Organization. (2000). Natural disaster: Protecting the public’s health.

PAHO: USA

Republik Indonesia. (2007). Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana. Sekretariat Negara: Jakarta.

PPT Kuliah Dosen QBD 1, QBD 2, dan QBD 3.