Responsi Bedah jrjr
-
Upload
tan-a-sukrisno -
Category
Documents
-
view
238 -
download
1
description
Transcript of Responsi Bedah jrjr
RESPONSI ILMU BEDAH
Pembimbing : dr. Adi Suriyanto, Sp. OT
Penyusun : Elika Larasati
NIM : 2009.04.0.0041
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Keris I/23 Sidoarjo
MRS : 28 Mei 2014
Pemeriksaan : 28 Mei 2014
II. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Nyeri pada bahu kiri
Keluhan Tambahan
Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSAL dr Ramelan dengan keluhan
nyeri pada bahu kiri sejak 1 jam SMRS. Pasien tidak dapat
menggerakkan lengan kirinya. Nyeri yang dirasa terpusat pada
1
bahu kiri sebelah depan, tidak menjalar kelengan. Nyeri diperparah
dengan usaha menggerakan lengan dan bahu depan ditekan.
Pasien mengalami kecelakaan ditabrak sepeda motor saat
menyebrang jalan sekitar pukul 09,00. Pasien jatuh ke jalan dan
tidak ingat kejadian setelah itu. Pasien mengatakan kemungkinan
pingsan selama 10 menit. Tidak ada muntah-muntah, kejang,
keluar darah dari hidung atau telinga. Pasien dibawa ke puskesmas
terdekat terlebih dahulu (pasien sudah sadar). Di Puskesmas
pasien hanya dibersihkan lukanya lalu dirujuk ke RSAL untuk
penanganan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
2
Tinggi Badan : 166 cm
Berat Badan : 56 kg
Vital Sign :
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 74 x/menit, reguler
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 360 C
Kepala dan Leher :
Konjungtiva Palpebra : tidak tampak anemis
Sklera : tidak tampak icterus
Reflex Pupil : Pupil bulat isokhor 3mm/3mm
Reflex Cahaya : (+/+)
Gerak Bola Mata : simetris
Nafas Cuping Hidung : ( - )
Deviasi Trachea : ( - )
Pembesaran KGB : ( - )
Pembesaran kel. Thyroid : ( - )
JVP : tidak meningkat
Thorax :
Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 tunggal reguler,
murmur ( - ), gallop ( - )
Sistem Respiratorik : Vesikuler, gerak nafas simetris.
3
Ronkhi - / - , Wheezing - / -
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi ( - )
Palpasi : Nyeri tekan ( - ),
Hepar / Lien / Ginjal tidak teraba
Perkusi : Tympani, meteorismus ( - )
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Ekstremitas :
Akral hangat (+) pada ekstremitas superior et inferior
dextra et sinistra.
Edema (-) pada ekstremitas superior et inferior dextra et
sinistra
Status Neurologi
Motorik 5 5
5 5
Pupil isokor, reflek cahaya (+)
Status Lokalis
Regio frontalis :
I : tampak Vulnus Apertum dengan ukuran 3 x 0,5 cm, tepi rata
P : Nyeri (+)
4
Regio Nasalis :
I : tampak Vulnus Apertum dengan ukuran 2 x 0,5 cm, tepi rata
P : Nyeri (+), krepitasi (-)
Regio zygomaticus :
I : tampak Vulnus ekskoriasi dengan ukuran 2 x 1 cm, tepi tidak
beraturan
P : Nyeri (+), krepitasi (-)
Regio Bahu kiri :
L : tampak deformitas dan odema, tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas, false movement (-)
5
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
28/04/2015
WBC 15.800
Hb 12,5 g/dl
Platelet 250.000
GDA 97
Na 130 mmol/L
K 3,71 mmol/L
Cl 99mmol/L
Foto Thorax
6
Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal
Foto Clavicula sinistra
Kesan : close fracture clavicula 1/3 lateral
RESUME
7
1. Anamnesa
Perempuan 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada bahu
kiri sejak 1 jam SMRS. Pasien tidak dapat menggerakkan
lengan kirinya. Nyeri yang dirasa terpusat pada bahu kiri
sebelah depan, tidak menjalar ke lengan. Nyeri diperparah
dengan usaha menggerakan lengan dan bahu depan ditekan.
Pasien mengalami kecelakaan ditabrak sepeda motor saat
menyebrang jala. Pasien jatuh ke jalan dan tidak ingat kejadian
setelah itu. Pasien pingsan selama 10 menit. Tidak ada muntah-
muntah, kejang, keluar darah dari hidung atau telinga. Pasien
dibawa ke puskesmas terdekat terlebih dahulu (pasien sudah
sadar).
2. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status generalis : Dalam batas normal
Status Neurologi : Dalam batas normal
Status Lokalis :
Regio frontalis :
I : tampak Vulnus Apertum dengan ukuran 3 x 0,5 cm, tepi
rata
P : Nyeri (+)
8
Regio Nasalis :
I : tampak Vulnus Apertum dengan ukuran 2 x 0,5 cm, tepi
rata
P : Nyeri (+), krepitasi (-)
Regio zygomaticus :
I : tampak Vulnus ekskoriasi dengan ukuran 2 x 1 cm, tepi
tidak beraturan
P : Nyeri (+), krepitasi (-)
Regio Bahu sinistra :
L : tampak deformitas dan odema, tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas, false movement (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
DL dalam batas normal
Foto thorax
Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal
Foto clavicula sinistra
Kesan : close fracture clavicula 1/3 lateral
9
V. DIAGNOSA:
- Close Fraktur Clavicula sinistra 1/3 lateral + Cedera otak
ringan
VII. PENATALAKSANAAN
MRS ICU
O2 nasal canule 4 l/min
IVFD NS life line
Ketorolac inj iv
Ranitidine inj iv
Ceftriaxon inj 1 g skin test
Konsul dr Sp.OT
Elektif
Pasang arm sling
Tx mengikuti bedah saraf
Konsul dr Sp. BS
Inf RL 1000 cc/24 jam
Inj ketorolac 3x1 amp
Inj piracetam 3x3 g
Konsevatif
Inj ceftriaxone 2x1 g (skin test)
10
Tan
ggal
Follow up Diagnosa P.Terapi
2
9/05/
2015
S :Nyeri bahu dan pusing
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 120 / 70 mmHg
N: 80 x/menit, reguler
RR: 20 x/menit
t: 360 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
Close
Fraktur
Clavicula +
sinistra
Cedera otak
ringan
- Inf RL 1000 cc/24 jam
- Ranitidin 2x1g IV
- Pirocetam 3x1,2 oral
- Pindah ruangan
11
-Edema (-)
St Lokalis
Regio Bahu kiri :
L : tampak deformitas dan odema,
tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas,
false movement (-)
3
0/05/
2015
S :Nyeri bahu
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
N: 70 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Close
Fraktur
Clavicula +
sinistra
Cedera otak
ringan
- Ro : Shoulder Sinistra
- Lengkapi lab
- Armsling bila mobilisasi
- Analgetik k/p
12
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St Lokalis
Regio Bahu kiri :
L : tampak deformitas dan odema,
tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas,
false movement (-)
1/05/
2015
S : Nyeri bahu kiri
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 120 / 80 mmHg
N: 84 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Close
Fraktur
Clavicula +
sinistra
Cedera otak
ringan
- Konsul anestesi
- Analgetik k/p
- Armsling bila mobilisasi
13
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St Lokalis
Regio Bahu kiri :
L : tampak deformitas dan odema,
tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas,
false movement (-)
2/05/
2015
S :Nyeri bahu kiri
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
Close
Fraktur
Clavicula +
sinistra
Cedera otak
- Analgetik k/p
- Armsling bila mobilisasi
- Diet TKTP
14
N: 70 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St Lokalis
Regio Shoulder sinistra :
L : tampak deformitas dan odema,
tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas,
ringan
15
false movement (-)
3/05/
2014
S :Nyeri bahu kiri
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 120 / 80 mmHg
N: 88 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,20 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St Lokalis
Close
Fraktur
Clavicula +
sinistra
Cedera otak
ringan
- Analgetik k/p
- Armsling bila mobilisasi
- Diet TKTP
- TAO
16
Regio Shoulder sinistra :
L : tampak deformitas dan odema,
tidak tampak luka
F : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
M : Ruang gerak sendi terbatas,
false movement (-)
4/05/
2015
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
N: 70 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Post ORIF
plate
clavicula
Post op
- Ceftriaxone 2x1g
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 3x1 amp
- Foto clavicula S AP
17
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St lokalis Bahu kiri:
L: dressing
F : nyeri (+)
M : ROM terbatas
5/05/
2015
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
N: 70 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Post ORIF
plate
clavicula
(H+1)
- Analgesik k/p
- Armsling
- Ceftriaxone 2x1g
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1g
- Diet TKTP
18
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St lokalis Bahu kiri:
L: dressing
F : nyeri (+)
M : ROM terbatas
6/04/
2015
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 120 / 80 mmHg
N: 70 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Post ORIF
plate
clavicula
(H+2)
- Analgesik k/p
- Armsling
- Ceftriaxone 2x1g
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1g
- Diet TKTP
19
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St lokalis Bahu kiri:
L: dressing
F : nyeri (+)
M : ROM terbatas
7/05/
2015
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
N: 78 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,20 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Post ORIF
plate
clavicula
(H+3)
- Analgesik k/p
- Armsling
- Ceftriaxone 2x1g
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1g
- Diet TKTP
20
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St lokalis Bahu kiri:
L: dressing
F : nyeri (+)
M : ROM terbatas
8
/05/2
015
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Status Generalis
GCS : 456
TD: 110 / 80 mmHg
N: 79 x/menit, reguler
RR: 18 x/menit
t: 36,10 C
K/L : A/I/C/D -/-/-
Pembesaran KGB :
Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : ves/ves rh-/- wh -/-
Post ORIF
plate
clavicula
(H+4)
- Analgesik k/p
- Armsling
- Diet TKTP
- KRS
21
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
-Akral hangat (+)
-Edema (-)
St lokalis Bahu kiri:
L: dressing
F : nyeri (+)
M : ROM terbatas
VIII. LAPORAN OPERASI
Diagnosa pra bedah : CF clavicula sinistra 1/3 lateral neglected
Post Bedah : post plating clavicula sinistra
Jenis operasi : ORIF (plating)
Persiapan : puasa, profilaxis ceftriaxone 2g
Posisi : supine dengan GA
Desinfeksi : betadine
Insisi : Orif clavicula sinistra
Temuan op : fraktur clavicula sinistra 1/3 lateral, fibro callus (+)
Tindakan op : fristening tepi fragment, reposisi, plating clavicula
22
Foto Clavicula sinistra Post operasi
Kesan : fraktur klavikula 1/3 lateral tereduksi dengan
terpasang plate.
24
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraktur
2.1.1 Definisi Fraktur
Fraktur adalah diskontinuitas struktural tulang. Mungkin hanya berupa
celah atau sebuah fragmentasi dari kortek. Jika kulit di atasnya tetap
utuh disebut fraktur tertutup; jika menembus kulit disebut fraktur
terbuka.1
2.1.2 Penyebab Fraktur
25
2.1.2.1 Fraktur yang disebabkan oleh karena trauma
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang besar yang
terjadi secara tiba-tiba yan mengenai tulang secara langsung maupun
tidak langsung. Pada benturan yang langsung, tulang patah pada tempat
benturan. Sedangkan yang tidak langsung, tulang patah pada tempat
dengan jarah tertentu dari tempat benturan awal.1
2.1.2.2 Fraktur karena beban berulang
Fraktur yang terjadi pada tulang normal karena diberikan beban
berulang. Hal ini khususnya terjadi pada atlet, penari ataupun tentara yang
berjalan kaki jauh.1
2.1.2.3 Fraktur patologis
Contohnya pada osteoporosis, paget’s disease, dan tumor tulang
(osteolitik).1
2.1.3 Tipe fraktur
Terdapat berbagai macam fraktur, oleh karena itu untuk tujuan
praktis dapat dibagi menjadi beberapa macam1
1. Fraktur komplit
Tulang terbelah menjadi dua atau lebih fragmen. Fraktur
transversus, biasanya fragmen biasanya tetap di tempat
26
setelah reduksi; jika patahannya oblique atau spiral,
cenderung bergeser dan akan kembali bergeser meskipun
sudah direposisi. Pada fraktur kominutiva terdapat lebih dari
dua fragmen, sering tidak stabil.1
2. Fraktur inkomplit
Patahan tulang tidak tampak secara jelas dan periosteum
masih tampak menyambung.1
Fissure/Crack/hairline : tampak garis fraktur tulang
tetapi tulang masih tampak menyatu, biasanya terjadi
pada tulang pipih.1
27
Greenstick fracture : tampak tulang melengkung dan
terjadi fraktur inkomplit. Biasanya terjadi pada anak-
anak pada os radius, ulna, clavicula, dan costae.1
Buckle Fracture : fraktur inkomplit pada batang tulang
panjang yang ditandai dengan adanya penonjolan
korteks. Sering pada anak-anak.1
2.1.4 Penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur mengikuti tipe tulangnya. Dibagi
menjadi dua metode yaitu dengan kalus dan tanpa kalus.1
2.1.4.1 Penyembuhan dengan kalus
Ini adalah bentuk proses penyembuhan yang alamiah dari tulang.
Terbagi menjadi lima tahap :
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematum
Pembuluh darah robek dan terjadi hematum pada daerah
fraktur. Tulang pada tempat fraktur tidak mendapatkan suplai
darah. Hal ini menyebabkan kematian sel tulang sepanjang 1-2
mm dari tempat fraktur.1
2. Inflamasi dan proliferasi sel
Selama 8 jam akan terjadi proses inflamasi akut dengan adanya
migrasi sel inflamasi dan menginisiasi proliferasi dan
28
diferensiasi periosteum dan didalam canalis medullary.
Hematoma yang membeku secara perlahan akan direabsorpsi
dan akan membentuk kapiler baru.1
3. Pembentukan kalus
Proliferasi sel akan membentuk chondrogenik dan osteogenik,
yang akan membentuk tulang dan pada beberapa kasus akan
membentuk kartilago. Sel-sel baru mulai menggantikan sel-sel
yang mati. Massa sel yang tebal membentuk kalus dan
membentang pada permukaan periosteal dan endosteal. Pada
tulang yang belum matur, perukaan menjadi lebih padat.
Keseluruhan proses ini diinduksi oleh protein, termasuk
fibroblast growth factor, transforming growth factor dan bone
morphogenic protein.1
4. Konsolidasi
Dengan aktivitas osteolytic dan osteoblastic yang berlangsung
secara terus menerus, woven bone berubah menjadi lamellar
bone. Permukaanya sekarang menjadi lebih kaku, cukup
membuat osteoclast melewati luka pada garis fraktur.
Dibelakang osteoclast terdapat osteoblast yang mengisi ruang
antara fragmen dengan tulang baru. Proses ini merupakan
proses yang lambat dan membutuhkan waktu beberapa bulan
untuk membentuk tulang yang kuat.1
5. Remodeling
29
Fraktur telah dihubungkan dengan tulang yang kuat. Setalah
beberapa bulan atau tahun, bentukan tulang ini akan dibentuk
ulang melalui proses reabsorbsi dan formasi yang berulang.1
2.1.4.2 Penyembuhan tanpa kalus
Kalus merupakan respon terhadap gerakan pada sisi fraktur. Kalus
akan menstabilkan fragmen secepat mungkin membentuk suatu
kondisi untuk menghubungkan tulang. Jika sisi fraktur diimobilisasi,
contoh fraktur yang difiksasi secara internal, tidak membutuhkan
proses kalus. Pembentukan tulang baru terjadi secara langsung
diantara fragmen. Adanya ruang antara permukaan fraktur akan
diisi oleh pembentukan pembuluh darah baru dan pembentukan
tulang tumbuh mulai dari tepi. Ketika jarak antara dua fragmen
sangat dekat (kurang dari 200 µm), osteogenesis membentuk
30
tulang lamellar. Tapi jiaka jaraknya lebih lebar, akan terisi dulu oleh
woven bone, yang kemudian akan berubah menjadi tulang
lamellar.1
2.1.4.5 Terapi fraktur tertutup
2.1.4.5.1 Reduksi
Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu
didahulukan, tidak boleh ada keterlambatan dalam menangani fraktur,
pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama akan mempersulit
reduksi. Ada beberapa situasi yang tidak memerlukan reduksi ; bila
pergerseran tidak ada atau tidak banyak, bila pergeseran tidak berarti
(misalnya fraktur kavikula), dan bila reduksi tampaknya tak berhasil
(fraktur kompresi vertebra). Reduksi dibedakan menjadi reduksi tertutup
dan terbuka.1
Reduksi tertutup
Reduksi tertutup lebih tepat untuk fraktur minimal, fraktur
pada anak-anak dan fraktur yang dapat stabil setelah dilakukan reduksi.
Dengan anastesi yang tepat dan relaksasi otot, fraktur dapat direduksi
dengan maneuver tiga tahap
a. Bagian distal tungkai ditarik kegaris tulang
31
b. Sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen itu direposisi
(dengan membalikan kea rah kekuatan asal kalu ini dapat
diperkirakan)
c. Posisi disesuaikan kesetiap bidang
Pada reduksi tertutup dapat digunakan teknik : imobilisasi dengan gips,
traksi, atau dengan pemasangan K-wire percutaneous1
Reduksi terbuka :
Indikasi dilakukan reduksi terbuka :
a. Reduksi tertutup gagal karena kesulitan mengendalikan fragen atau
terdapat jaringan lunak diatas fragmen.
b. Bila terdapat fragmen articular besar yang perlu ditempatkan
secara tepat
c. Terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah
d. Ketika dibutuhkan operasi untuk luka yang ada hubungannya
dengan fraktur (misalnya kerusakan arteri)
e. Ketika suatu fraktur membutuhkan fiksasi internal1
2.1.4. 5.2 Mempertahankan Reduksi
Kata imobilisasi dengan sengaja dihindari karena tujiannya biasanya
meruapakn pencegahan pergeseran. Namun, pembatasan gerakan
32
tertentu diperlukan untuk membantu penyembuhan jaringan lunak untuk
memungkinkan gerakan bebas pada bagian yang tidak terkena.1
Metode yang tersedia untuk mempertahan reduksi adalah traksi terus
menerus (sustained tractiion), pembebatan dengan gips, pemakaian
penahan fungsional (functional bracing), fiksasi internal, dan fiksasi
eksternal.1
2.1.4.5.3 Latihan
Lebih tepatnya memulihakan fungsi bukan hanya pada bagian yang
mengalami cedera, tetapi juga pada pasien secara keseluruhan.
Tujuannya adalah mengurangi edema, memepertahankan gerakan sendi,
memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien ke aktivitas normal.1
2.2 Anatomi Clavicula
Clavicula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.
Ujung medial clavicula bersendi pada manubrium sterni melalui
articulation sternoclavicularis. Ujung lateralnya bersendi pada
acromion melalui articulation acromioclavicularis. Bagian dua
pertiga medial corpus claviculae berbentuk cembung ke ventral,
sedangkan bagian sepertiga lateral menggepeng dan cekung ke
ventral.2
Karena lengkung-lengkung ini, clavicula tampak sebagai huruf
S besar yang memanjang. Fungsi clavicula :
33
- Sebagai pengganjal untuk menjauhkan ekstremitas
superior dari thorax supaya lengan dapat bergerak
sebebas-bebasnya
- Untuk meneruskan goncangan dari ekstremitas
superior kekerangka axial.2
Gambar anatomi clavicula2
Otot-Otot yang berlekatan pada klavikula :
Permukaan Superior :
Origo : M. Deltoideus, M. Pectoralis mayor. M.
sternocledomastoideus.
Insersio : M. Trapesius
Permukaan Inferior :
Origo : M. Deltoideus, M. petoralis mayor, M Sternohioid
34
Insersio : M subclavia2
2.3 Epidemiologi
Fraktur klavikula umumnya terjadi pada usia muda, individu yang
aktif, terutama mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan atau olahraga
dan jatuh dengan kecepatan tinggi (misalnya, bersepeda dan sepeda
motor) atau tabrakan keras (misalnya, sepak bola, hoki), dan fraktur
clavicula terjadi sekitar 2,6 % dari semua fraktur. Berbeda dengan
kebanyakan patah tulang, Robinson melaporkan dalam studi
epidemiologinya bahwa kejadian tahunan pada laki-laki tertinggi pada
kelompok usia di bawah 20 tahun, menurun pada kelompok usia
berikutnya. Insiden pada wanita lebih konstan. Orang tua (misalnya,
fraktur osteoporosis dari jatuh sederhana). Insiden tahunan patah tulang
pada populasi mereka adalah 29 per 100.000 penduduk per tahun.3
Mayoritas fraktur klavikular (80% sampai 85%) terjadi pada
sepertiga tengah. Fraktur sepertiga distal adalah jenis yang paling umum
berikutnya (20%), fraktur sepertiga medial yang paling jarang (5%).3
35
Tabel epidemiologi fraktur klavikula3
2.4 Patofisiologi
Sebagian besar terjadi karena jatuh dengan posisi menopang dengan
bahu. Selain itu, dapat terjadi trauma langsung ke bagian lateral bahu
biasanya pada kegiatan olahraga seperti; sepak bola, gulat, hoki dan jatuh
pada posisi tangan terentang. 4,5
2.5 Klasifikasi5
Klasifikasi Allman dengan modifikasi Neer :
Kelas I : Fraktur sepertiga tengah
Kelas II : Fraktur seprtiga distal
Tipe I : Displaced minimal/ interligamentous
Tipe II : Displaced karena fraktur bagian medial ke lig.
Corococlavicular
36
IIA : Kedua conoid dan trapezoid tetap terpasang pada distal
fragmen
IIB : Conoid robek atau conoid dan trapezoid robek
Tipe III : Fraktur melibatkan permukaan articular
Tipe IV : Lig. Utuh dengan periosteum displaced proximal fragmen
Tipe V : Comminuted
Kelas III : Fraktur sepertiga proximal
Tipe I : minimal displacement
Tipe II : Displaced
Tipe III : intraarticular
Tipe IV : Epiphyseal separation
Tipe V : comminuted
37
2.6 Gambaran klinis dan Diagnosa
Fraktur klavikularis biasanya menghasilkan deformitas yang jelas,
dengan tenderness yang terlokalisir pada bagian yang fraktur. Terdapat
displacement, sering ke bawah dari fragmen lateral yang di bawah.
Seluruh lengan distal harus dinilai untuk membedakan dengan cedera
pleksus brakialis atau cedera vaskular. Cedera neurovaskular dapat
dihasilkan baik secara langsung oleh fragmen fraktur atau dengan
peregangan cedera. Pemeriksaan tekanan darah antara kedua
ekstremitas perlu dilakukan untuk menilai cedera.4
Tanda dan gejala klinis fraktur klavikula meliputi berikut ini:
38
Pasien mungkin didapati terdapat luka pada ekstremitas
Pembengkakan, ekimosis, dan nyeri didapatkan pada fraktur
klavikula
Abrasi pada klavikula dapat ditemukan, menunjukkan bahwa fraktur
adalah dari mekanisme langsung
Krepitus dari ujung fraktur bergesekan satu sama lain dapat
dicatat
Kesulitan bernapas atau napas berkurang terdengar pada sisi yang
terkena mungkin menunjukkan cedera paru, seperti pneumotoraks
Palpasi skapula dan tulang rusuk dapat mengungkapkan cedera
yang bersamaan
Nonuse lengan pada sisi yang terkena adalah presentasi neonatal
Terkait disfungsi saraf distal menunjukkan cedera pleksus brakialis
Pulse menurun mungkin menunjukkan cedera arteri subklavia
Stasis vena, perubahan warna, dan pembengkakan menunjukkan
cedera vena subklavia.6
Pemeriksaan laboratorium6
Hitung darah lengkap (CBC): Jika diduga cedera vaskular, untuk
memeriksa nilai hemoglobin dan hematokrit
Gas darah arteri (ABG): Jika cedera paru dicurigai atau
diidentifikasi
Pemeriksaan penunjang6
Thorax radiografi
39
Radiografi klavikula dan bahu
Computed tomography (CT) scanning dengan 3 dimensi (3-D)
Arteriografi: Jika cedera vaskular diduga
ultrasonografi
2.7 Diferensial diagnosa6
1. Injuri akromiokalvikular joint
2. Fraktur costa
3. Injuri rotator cuff
4. Fraktur scapula
5. Shoulder dislocation
6. Injuri sternoklavikular joint
2.8 Menejemen
Jika semua fraktur klavikula dianggap sama, maka sebagian
besar sembuh dengan manajemen nonoperative, yang mencakup
penggunaan sling sederhana.4
2.8.1 Cedera akut
Ada kesepakatan umum bahwa undisplaced fraktur harus
diperlakukan nonoperatif. Terdapat 3 alasan untuk ini. Pertama, pada
kebanyakan studi, tingkat nonunion <1%. Kedua, dua studi retrospektif
besar dilakukan di tahun 1960 oleh Neer dan Rowe menunjukkan bahwa
40
tingkat nonunion setelah primary open reduction dan fiksasi internal lebih
tinggi dari setelah pengobatan nonoperative. Alasan terakhir adalah
bahwa sejumlah studi di masa lalu telah menunjukkan tingkat kepuasan
pasien setelah nonoperative.4
Namun, penelitian yang lebih baru, selama sepuluh tahun
terakhir, telah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi hasil nonunion
setelah pengobatan nonoperative, sedangkan hasil dari primary open
reduction dan fiksasi lebih baik . Saat ini, ada perdebatan tentang apakah
akut undisplaced fraktur harus diperlakukan dioperasi atau nonoperative.4
2.8.2 Pengobatan nonoperative
Banyak metode pengobatan konservatif telah dilakukan, tapi sling
sederhana dan figure-of-eight bandage paling banyak digunakan. Sebuah
studi perbandingan menunjukkan lebih banyak kepuasan pasien dengan
sling sederhana. Teknik ini tidak mengurangi displace fracture, tetapi risiko
dekubitus ketiak, kompresi bundel neurovaskular, dan nonunion lebih
tinggi pada pasien yang diobati dengan figure-of-eight bandage. Untuk
alasan ini, sling sederhana adalah yang paling umum digunakan.
Penggunaan sling biasanya dapat dihentikan setelah nyeri akut telah
mereda, dan pasien dianjurkan untuk melakukan kegiatan normal
walaupun nyeri mungkin masih ada.4,5
41
Tabel Metaanalisis terapi nonoperatif, intramedulari dan fiksasi plate3
2.8.3 Teknik operasi
Terdapat dua Indikasi operasi pada fraktur klavikula yakni absolut
dan relatif. Indikasi absolut antara lain pemendekan lebih dari 20 cm,
fraktur terbuka, impending skin disruption, kompresi vaskular, kerugian
neurologis progresif, fraktur patologis displaced dengan terkait
kelumpuhan trapezium, dan dislokasi Scapulothoracic. Sedangkan
42
indikasi relative antara lain, multitrauma, floating shoulder, intoleransi
imobilisasi, fraktur bilateral, dan kosmetik.6
Berbagai metode telah dijelaskan untuk operasi. Dibedakan
menjadi dua :
2.8.3.1 Plate fixation
Teknik ini memberikan langsung stabilisasi kaku, meredakan
nyeri dan memfasilitasi mobilisasi awal. Paling umum, plate ditanamkan
pada aspek superior dari klavikula, dan studi biomekanik telah
menunjukkan bahwa hal ini menguntungkan. Namun, memiliki resiko
yang besar terjadinya cedera struktur neurovaskular selama dilakukan
manipulasi fraktur dan pengeboran, Dalam upaya untuk mengatasi
masalah ini, pendekatan anterior-inferior untuk memungkinkan lebih
rendah implantasi plate mulai dikembangkan. Teknik ini adalah terkait
dengan tingkat komplikasi yang rendah. Saat ini, implan yang paling
umum digunakan adalah dynamic compression atau locking plate.
Reconstruction plate mulai tidak disukai, karena mereka rentan terhadap
deformasi yang mengarah ke malunion.3
Komplikasi yang berkaitan dengan penggunaan plate fixation adalah
infection, plate failure, hipertrofi atau dysesthetic scar, nonunion, fraktur
berulang setelah plate diambil, dan injuri vascular.4
2.8.3.2 Intramedulla Fiksasi
43
Bentuk sigmoid klavikula menimbulkan masalah tertentu dalam
mendesain dan pemasangan perangkat intramedulla, dan penguncian
statis. Fiksasi intra medulla memerlukan insisi yang kecil melalui sisi
fraktur.3
Sebuah penelitian oleh Fernando bradao dkk (2015)
mengemukakan pemilihan memakai fiksasi plate atau fiksasi intramedula
memberikan hasil yang tidak berbeda jauh.7
Gambar fiksasi intramedula3
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari fraktur klavikula adalah
1. Malunion
Malunion merupakan keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut
44
atau miring. Komplikasi seperti ini dapat dicegah dalam melakukan
analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi dan
mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa
awal periode penyembuhan.3,9
2. Kerusakan pembuluh darah
Serpihan dari tulang dapat merusak pembuluh darah disaat
terjadinya injuri.9
3. Non-union
Kejadian non-union pada fraktur klavikula sekitar 0,1-0,3%. Faktor-
faktor yang mempengaruhi antara lain keparahan trauma awal,
luasnya pergeseran dari fragmen fraktur, maupun imobilisasi yang
tidak adekuat.9
4. Deformitas
45
Penonjolan tulang kekulit disekiar tempat fraktur tidak sedap
dipandang dan menimbulkan tekanan yang tidak dinginkan.9
2.10 Injuri Akromioklavikular joint
Stabilitas pada bidang anterior-posterior disediakan oleh
acromioclavicular ligamen, yang menebal dari kapsul sendi. Sedangkan
stabilitas Superior-inferior dijaga oleh ligament trapesium dan
coracoclavicular conoid. Trapesium ligamen, terletak rata-rata
25,4 mm pada laki-laki dan 22,9 mm pada wanita dari ujung lateral
klavikula, menempel lebih lateral ke permukaan bawah dari
klavikula dan memberikan perlawanan terhadap acromioclavicular
kompresi sendi.10
2.11 Epidemiologi
Kejadian dari cedera sendi acromioclavicular yang dijumpai oleh
dokter sedikit, karena banyak yang tidak terdiagnosis
atau diterapi. Spektrum cedera sendi acromioclavicular bisa
berkisar dari keseleo ringan dan subluxation.10
Dalam studi 520 orang dengan cedera sendi acromioclavicular,
lebih dari 300 terjadi pada dekade ketiga. Sering, cedera sendi
acromioclavicular berhubungan dengan cedera lainnya ke sendi bahu.
2.12 Klasifikasi8,9,10
Terdapat 6 gradasi cedera sendi akromiokalvikular
46
1. Sprain with no displacement
2. Subluksasi
3. Dislokasi
4. Disokasi dengan perforasi fascia deltotrapezius
5. Lesi yang dijelaskan diatas ditambah islokasi posterior
6. Dislokasi subcoracoid
Gambar klasifikasi injuri acromioklavikular3
2.13 Gambaran klinis
47
Cedera pada sendi acromioclavicular harus dicurigai pada setiap
pasien yang memiliki trauma bahu dengan rasa sakit di sekitar akromion
dan klavikula. Kebanyakan pasien dengan acromioclavicular akut
cedera akan hadir dengan cedera ekstremitas atas
dalam posisi adduksi, nyeri yang terlokalisir, bengkak, dan nyeri di sekitar
titik sendi acromioclavicular. Rasa sakit bertambah saat
ditekankan.10
2.14 Menejemen
Pengobatan cedera acromioclavicular masih dalam perdebatan.
Tipe I dan II umumnya diperlakukan nonoperative, dan jenis IV-VI
umumnya memerlukan operasi perbaikan.10,11
2.14.1 Konservatif
Untuk jenis cedera I-III pada pasien anak, closed reduction bisa
efektif, meskipun intervensi bedah untuk kasus ini dapat diindikasikan
untuk mencapai hasil yang lebih baik. Akibatnya, koreksi bedah
setidaknya harus dipertimbangkan pada pasien muda dan pasien yang
aktif.10,11
Pada kebanyakan pasien dewasa dengan jenis cedera III,
perawatan nonoperative mencapai hasil yang sangat baik. Cedera I-III
yang dikelola secara konservatif dapat mengakibatkan nyeri persisten
bahu, disfungsi, atau keduanya. Jenis pemisahan III dapat mengakibatkan
48
gejala ketidaknyamanan otot-kelelahan, dan / atau simtomatologi
neurovaskular. Manajemen bedah akhir mungkin diperlukan.10,11
Fraktur di dalam dan sekitar sendi acromioclavicular sebagian
besar diperlakukan secara konservatif dengan menggunakan sling.
Beberapa kali operasi perlu dipertimbangkan adalah ketika ada jumlah
sedang perpindahan fragmen fraktur. Pembedahan diindikasikan untuk
fraktur terbuka, cedera neurovaskular, dan untuk kasus-kasus di mana
kulit terganggu dan pecahan dari tulang yang menonjol.10,11
Cedera yang menyebabkan radang sendi dari sendi
acromioclavicular juga pertama diobati dengan tindakan konservatif. Obat
anti-inflamasi dan suntikan steroid intra-artikular bekerja dengan baik.
Dalam cedera yang telah gagal terapi konservatif, eksisi klavikula distal
dapat dilakukan dengan prosedur arthroscopic invasif minimal.10,11
2.14.2 Intervensi operasi
Standar kriteria saat ini adalah untuk merekonstruksi ligamen
coracoclavicular robek dengan jaringan lokal atau allograft. Namun,
banyak prosedur telah dijelaskan untuk perbaikan jenis akut dan kronis
cedera Ini semua termasuk open reduction dan stabilisasi dislokasi
dengan perbaikan biasanya robeknya fasia deltotrapezial dan
debridement dari artikulasi acromioclavicular.3,11
Bosworth menjelaskan penggunaan sekrup ditempatkan dari
klavikula ke basis coracoid untuk menstabilkan artikulasi, sedangkan yang
49
lain telah menggunakan perangkat bioabsorbable atau nonbioabsorbable
melewati lubang bor di tulang selangka dan sekitar dasar coracoid. Pin
ditempatkan melalui akromion, seluruh sendi acromioclavicular, dan turun
ke klavikula. Ligamen acromioclavicular dan ligamen coracoclavicular
diperbaiki, jika memungkinkan. Banyak penulis juga menganjurkan
melakukan eksisi klavikula distal pada saat perbaikan operasi, terutama
dalam prosedur rekonstruksi akhir.11
50
Daftar Pustaka
1. Solomon, Lois, Warwick, David J, Nayagam, Selvadurai. 2010. Apley’
system of Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. US : Taylor and
Francis group.
2. Moore, Keith L, Agur, Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :
Hipokrates.
3. Bucholz, Robert W et al. 2010. Rockwood and Green’s Fraktures in
Adult. Seventh edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
4. L.A. Kashif Khan, Timothy J. Bradnock, Caroline Scott and C. Michael
Robinson. Fractures of the Clavicle. The Journal of Bone & Joint
Surgery. 2014;91:447-460.
5. David Abbas. 2015. Clavicle fracture.
http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures diakses
tanggal 7 mei 2015.
6. Benjamin P Kleinhenz, MD; Chief Editor: Craig C Young, MD. Fraktur
clavicula. 10 des 2014 http://emedicine.medscape.com/article/92429-
overview diakses tanggal 8 mei 2015.
7. Brandao, Fernando et al. 2015. Single, Superiorly Placed
Reconstruction Plate Compared with Flexible Intramedullary Nailing for
Midshaft Clavicular Fractures. The Journal of Bone & Joint Surgery.
Diakses tanggal 7 mei 2015
52
8. Brett D Owens, MD; ChiefMD. Acromioclavicular Joint Injury Treatment
& Management http://emedicine.medscape.com/article/92337-
treatment.
9. Atkins, Elaine, Kerr, Jill, Goodlad, Emily. 2010. A practical approach to
Orthopaedic Medicine. Third edition. China : Churchill Livingstone
Elsevier.
10.Xinning Li, MD, Richard Ma, MD, Asheesh Bedi, MD, David M. Dines,
MD, David W. Altchek, MD, and Joshua S. Dines, MD. Current
Concepts Review. Management of AcromioclavicularJoint Injuries. The
Journal of Bone & Joint Surgery. 2014.
11.Brett D Owens, MD; Chief Editor: Craig C Young, MD.
Acromioclavicular Joint Injury Treatment & Management. 5 november
2014 http://emedicine.medscape.com/article/92337-treatment diakses
tanggal 6 mei 2014.
53