RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride ...digilib.unila.ac.id/57511/20/SKRIPSI TANPA BAB...

43
RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO (Skripsi) Oleh Devita Oqi Wulandara FAKULTAS PERTNIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride ...digilib.unila.ac.id/57511/20/SKRIPSI TANPA BAB...

  • RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP

    BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO

    (Skripsi)

    Oleh

    Devita Oqi Wulandara

    FAKULTAS PERTNIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ABSTRAK

    RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP

    BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO

    Oleh

    DEVITA OQI WULANDARA

    Jamur Metarhizium flavoviride merupakan jamur entomopatogen yang digunakan

    untuk mengendalikan hama penting pada tanaman padi. Kemampuan jamur M.

    flavoviride setelah ditumbuhkan pada media yang mengandung fungisida

    merupakan informasi yang penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui kemampuan tumbuh jamurM. flavoviride pada media yang

    mengandung beberapa jenis bahan aktif fungisida selain metil tiofanat serta

    patogenisitas terhadap kumbang beras. Penelitian dilakukan di Laboratorium

    Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan

    Maret hingga November 2018. Pada penelitian ini terdapat dua tahap percobaan,

    percobaan pertama yaitu uji pertumbuhan dan perkembangan jamur M. flavoviride

    pada media yang mengandung beberapa jenis bahan aktif fungisida selain metil

    tiofanat yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan kedua

    yaitu uji patogenisitas jamur M. flavoviride pada kumbang beras yang disusun

  • dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dari penelitian ini diperoleh jamur M.

    flavoviride yang mampu tumbuh pada media fungisida yaitu fungisida dengan

    bahan aktif metil tiafonat, mankozeb, ziram ,dan propineb. Fungisida dengan

    bahan aktif mankozeb memiliki pertumbuhan tertinggi. Kemudian jamur M.

    flavoviridae yang mengandung beberapa jenis fungisida mempunyai tingkat

    patogenesitas pada kumbang beras yang berbeda-beda. Perlakuan F5 (mankozeb)

    memiliki persentase mortalitas tertinggi sebesar 26,90 % dan perlakuan F7

    (ziram) mempunyai mortalitas terendah sebesar 5,36 %.

    Kata kunci: fungisida, Jamur Metarhizium flavoviridae, kumbang beras, uji

    patogenesitas.

    Devita Oqi Wulandara

  • RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP

    BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO

    Oleh

    DEVITA OQI WULANDARA

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • Judul Skripsi : RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium

    flavoviridae TERHADAP BEBERAPA

    JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO

    Nama Mahasiswa : Devita Oqi Wulandara

    Nomor Pokok Mahasiswa : 1414121067

    Jurusan : Agroteknologi

    Fakultas : Pertanian

    MENYETUJUI

    1. Komisi Pembimbing

    Yuyun Fitriana, S.P.,M.P.,Ph.D. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D

    NIP 198108152008122001 NIP 198106212005011003

    2. Ketua Jurusan Agroteknologi

    Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.

    NIP 196305081988112001

  • MENGESAHKAN

    1. Tim Penguji

    Ketua : Dr. Yuyun Fitriana, S.P., M.P. ....................

    Sekretaris : Dr. Radix Suharjo, S.P.,M.Agr. ....................

    Penguji

    Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Purnomo,M.S. ...................

    2. Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si.

    NIP 196110201986031002

    Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 22 Mei 2019

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang

    berjudul : “RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride

    TERHADAP BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO”

    merupakan hasil karya sendiri dan bukan hasil orang lain. Semua hasil yang

    tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah

    Universitas Lampung. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini

    merupakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Bandar Lampung, 28 Juni 2019

    Penulis,

    Devita Oqi Wulandara

    NPM 1414121067

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Desa Gedung Karya Jitu, Kecamatan Rawa Jitu Selatan,

    Tulang Bawang, Lampung pada 28 April 1996. Penulis merupakan anak ke empat

    dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Sumardi dan Ibu Siti Barika. Penulis

    menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Gedung Karya Jitu tahun

    2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rawajitu Timur pada tahun

    2011, dan sekolah Menengah Atas (SMA) Tri Sukses Natar tahun 2014. Penulis

    terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

    Lampung tahun 2014, melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan

    Tinggi Negeri). Pada bulan Juli-Agustus tahun 2017, penulis melaksanakan

    kegiatan Praktik Umum di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung yang terletak

    di Desa Mekarsari, Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat. Pada bulan Januari-Maret

    2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas

    Lampung di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

  • MOTTO

    “ Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil: kita baru yakin

    kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”

    (Evelyn Underhill)

  • SANWACANA

    Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

    dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    dengan judul “RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride

    TERHADAP BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO”.

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan,

    serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung.

    2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    3. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung.

    4. Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah

    memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, nasihat, saran, masukan serta

    perhatian selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

  • 5. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D., selaku pembimbing kedua yang telah

    memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasihat, pemikiran, kesabaran, dan

    fasilitas selama penulis menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.

    6. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku selaku pembahas yang telah memberikan

    motivasi, nasihat, masukan, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik.

    7. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku dosen pembimbing akademik

    yang selalu memberikan bimbingan, saran, motivasi selama penulis

    menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung.

    8. Kedua orang tua, Bapak Sumardi dan Ibu Siti Barika, yang telah memberikan

    banyak nasihat, saran, masukan serta doa yang tak pernah putus sehingga

    penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan dapat menyelesaikan

    pendidikan di Universitas Lampung.

    9. Kakak-kakakku tercinta, Yuliantari, Miftahul ulum dan Nova Tri Diah

    Kumala, yang selalu mendokan dan memberi semangat kepada penulis dalam

    menyelesaikan penulisan skripsi.

    10. Adik-adikku tersayang, Subhan Reza, Reki Mainaki, Riko Fransisco, Rara

    Okta Olivia dan Reva Lisa Elviana, yang selalu memberikan dukungan dalam

    penyelesaikan skripsi.

    11. Sahabat terdekat Erlinda, Iska, Gita, Hani L, dan Hani A, yang banyak

    membantu, menemani dan memberikan masukan serta saran, sehingga

    penulis lebih banyak belajar.

    12. Teman-teman Laboratorium Bioteknologi Pertanian Lita, Febe, Diah, Mei,

    Maya, Lili, Ma’ruf, Indah, bang Sem, mba Eryka, mba Ika,

  • mba Icha, serta teman-teman Agroteknologi 2014 yang membantu penulis

    dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi.

    13. Penyemangat Catrine, Lulu dan Rifky yang selalu memberikan saran dan

    motivasi kepada penulis.

    14. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

    langsung untuk penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.

    Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan amiin.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menjalankan

    penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

    membangun penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

    Bandar Lampung, 28 Juni 2018

    Penulis,

    Devita Oqi Wulandara

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xvii

    DAFATARGAMBAR ......................................................................................... xxi

    I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2

    1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2

    1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 3

    1.4 Hipotesis ...................................................................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5

    2.1 Padi (Oryza sativa) ...................................................................................... 5

    2.2 Kumbang Beras ........................................................................................... 6

    2.3. Pengendalian Secara Hayati ....................................................................... 7

    2.4. Jenis – Jenis Jamur Entomopatogen ........................................................... 8

    2.5 Jamur Metarhizium flavoviride ................................................................... 8

    2.6. Fungisida .................................................................................................... 9

    III. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 10

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 10

    3.2 Bahan dan Alat .......................................................................................... 10

    3.3. Metode Penelitian ..................................................................................... 11

    3.3.1 Isolat Jamur M. flavoviride yang digunakan .................................... 11

    3.3.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) ............................. 11

    3.3.3 Peremajaan Jamur M. flavoviride pada Media PDA ........................ 11

  • 3.3.4 Pengujian Kemampuan Tumbuh Produksi dan Viabilitas Jamur

    Metarhizium flavoviride terhadap Beberapa Jenis Fungisida ........... 12

    3.3.4.1 Jenis Fungisida dan Dosis yang digunakan .......................... 12

    3.3.4.2 Pembuatan Media PDA yang Mengandung Fungisida ........ 12

    3.3.4.3 Inokulasi Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang

    Mengandung Fungisida......................................................... 13

    3.3.4.4 Uji Pertumbuhan Jamur M. flavoviride pada Media PDA

    Beberapa Jenis Fungisida...................................................... 13

    3.3.4.5 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride ................ 14

    3.3.4.6 Produksi Spora Jamur Entomopatogen ................................ 14

    3.3.4.7 Viabilitas Spora Jamur Entomopatogen ............................... 15

    3.3.5 Uji Patogenisitas Jamur M. flavoviride yang Mampu Tumbuh pada

    Beberapa Fungisida. ......................................................................... 15

    3.3.5.1 Penyediaan Kumbang Beras Sebagai Serangga Uji .............. 15

    3.3.5.2 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride ................. 15

    3.3.5.3 Aplikasi Suspensi Spora Jamur M. flavoviride pada

    kumbang beras ..................................................................... 16

    3.3.5.4 Tingkat Mortalitas Kumbang Beras Setelah Aplikasi Jamur

    M. flavoviride ....................................................................... 16

    3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis Data .................................................. 16

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18

    4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 18

    4.1.1 Pertumbuhan Jamur Metarhizium flavoviride pada Beberapa

    Jenis Fungisida Dosis Satu Kali. ...................................................... 18

    4.1.2. Pertumbuhan Jamur Metarhizium flavoviride pada Beberapa

    Jenis Fungisida Dosis Dua Kali .................................................... 230

    4.1.3. Uji Sporulasi Jamur Metarhizium flavoviride ................................. 22

    4.1.4. Uji Viabilitas Spora Jamur Metarhizium flavoviride ...................... 23

  • 4.1.5 Uji Patogenisitas Jamur Metarhizium flavoviride pada

    Kumbang Beras ................................................................................ 24

    4.2 Pembahasan ............................................................................................... 25

    V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 29

    5.1 Simpulan ..................................................................................................... 29

    5.2. Saran ........................................................................................................... 30

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 301

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Jenis bahan aktif dan dosis yang digunakan ...................................................... 12

    2. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis fungisida 5-

    30 hsi 1x dosis ( hari setelah isolasi) .................................................................. 20

    3. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis fungisida

    5-30 hsi didua kali dosis ( hari setelah isolasi) .................................................. 22

    4. Sporulasi jamur M flavoviride ........................................................................... 23

    5. Viabilitas jamur Metarhizium flavoviride ......................................................... 24

    6. Mortalitas kumbang beras setelah aplikasi ....................................................... 25

    7. Sembilan jenis fungisida yang digunakan......................................................... 38

    8. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 4 hsi ............................................................................................ 40

    9. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 5 hsi ............................................................................................ 41

    10. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 6 hsi .......................................................................................... 42

    11. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 7 hsi .......................................................................................... 43

    12. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 8 hsi .......................................................................................... 44

    13. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 9 hsi .......................................................................................... 45

    14. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 10 hsi ........................................................................................ 46

    15. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 11 hsi ........................................................................................ 47

  • 16. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 12 hsi ........................................................................................ 48

    17. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 13 hsi ....................................................................................... 49

    18. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 14 hsi ........................................................................................ 50

    19. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 15 hsi ....................................................................................... 51

    20. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 16 hsi ........................................................................................ 52

    21. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 17 hsi ........................................................................................ 53

    22. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 18 hsi ....................................................................................... 54

    23. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 19 hsi ........................................................................................ 55

    24. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 20 hsi ........................................................................................ 56

    25. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 21 hsi ........................................................................................ 57

    26. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 22 hsi ........................................................................................ 58

    27. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 23 hsi ........................................................................................ 59

    28. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 24 hsi ........................................................................................ 60

    29. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 25 hsi ........................................................................................ 61

    30. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 26 hsi ........................................................................................ 62

    31. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 27 hsi ........................................................................................ 63

  • 32. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 28 hsi ........................................................................................ 64

    33. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 29 hsi ........................................................................................ 65

    34. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 1X dosis 30 hsi ........................................................................................ 66

    35. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 4 hsi .......................................................................................... 67

    36. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 5 hsi .......................................................................................... 68

    37. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 6 hsi .......................................................................................... 69

    38. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 7 hsi .......................................................................................... 70

    39. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 8 hsi .......................................................................................... 71

    40. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 9 hsi .......................................................................................... 72

    41. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 10 hsi ........................................................................................ 73

    42. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 11 hsi ........................................................................................ 74

    43. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 12 hsi ........................................................................................ 75

    44. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 13 hsi ........................................................................................ 76

    45. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 14 hsi ........................................................................................ 77

    46. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 15 hsi ........................................................................................ 78

    47. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 16 hsi ........................................................................................ 79

  • 48. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 17 hsi ........................................................................................ 80

    49. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 18 hsi ........................................................................................ 81

    50. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 19 hsi ........................................................................................ 82

    51. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 20 hsi ........................................................................................ 83

    52. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 21 hsi ........................................................................................ 84

    53. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 22 hsi ........................................................................................ 85

    54. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 23 hsi ........................................................................................ 86

    55. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 24 hsi ........................................................................................ 87

    56. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 25 hsi ........................................................................................ 88

    57. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 26 hsi ........................................................................................ 89

    58. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 27 hsi ........................................................................................ 90

    59. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 28 hsi ........................................................................................ 91

    60. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 29 hsi ........................................................................................ 92

    61. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride

    pada 2X dosis 30 hsi ........................................................................................ 93

    62. Data sporulasi jamur Metarhizium flavoviride ................................................. 94

    63. Analisis ragam dan uji BNT sporulasi jamur Metarhizium flavoviride ........... 95

    64. Data viabilitas spora jamur Metarhizium flavoviride ....................................... 96

  • 65. Analisis ragam dan uji BNT viabilitas spora jamur Metarhizium flavoviride . 97

    66. Data mortalitas kutu beras 8 hsa ...................................................................... 98

    67. Analisis ragam dan BNT pada mortalitas kumbang beras .............................. 99

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Jamur Metarhizium flavoviride ...............………………………. 8

    2. Ilustrasi pengukuran diameter jamur……………………………. 13

    3. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis

    fungisida (1 x dosis)…………………………………………….. 19

    4. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis

    fungisida ( 2 x dosis)…………………………………………….. 21

    5. Sporulasi jamur Metarhizium flavoviride………………………. 35

    6. Viabilitas jamur Metarhizium flavoviride………………………. 36

    7. Kumbang beras terinfeksi jamur Metarhizium flavoviride……... 37

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Beras merupakan salah satu sumber makanan pokok sebagian besar masyarakat di

    Indonesia. Dalam usaha peningkatan produksi tanaman padi, petani seringkali

    mengalami kendala, salah satu penyebabnya ialah serangan hama dan penyakit

    tanaman. Upaya pengendalian hama pada tanaman padi dapat dilakukan dengan

    beberapa cara. Penggunaan pestisida sintetik menjadi pilihan utama bagi sebagian

    besar petani. Tetapi penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus akan

    berdampak negatif bagi lingkungan, menyebabkan resurgensi dan resistensi hama

    terhadap insektisida tertentu (Untung, 2001; Djojosumarto, 2000). Untuk

    mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida tersebut, salah satu alternatif

    pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengendalian hayati dengan

    menggunakan jamur entomopatogen (Gul et al., 2014).

    Jamur Metarhizium sp. merupakan jamur entomopatogen yang telah dilaporkan

    mampu untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama antara lain ordo

    Coleoptera, Lepidoptera , Isoptera, dan Thysanoptera (Bernardi et al., 2006).

    Namun begitu, dalam aplikasi jamur entomopatogen di lapangan, terdapat

    beberapa kendala. Salah satu kendalanya berasal dari penggunaan fungisida

  • 2

    sintetik untuk mengendalikan jamur Pyricularia oryzae, penyebab penyakit blas

    pada tanaman padi. Santoso et al. (2007), melaporkan bahwa fungisida sintetik

    sering digunakan untuk mengendalikan beberapa penyakit tanaman. Bahan aktif

    fungisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit antara lain adalah

    metalaksil, trizlikazol, isoprotiolan, (flusilazole + carbendazim), (difenokonazol +

    propiconazol), difenokonazol, dan (triziklazil + azoksistrobin) (Suganda et al,

    2016). Selain itu, beberapa fungisida sistemik berbahan aktif benomil dan metil

    tiofanat, juga telah diteliti dan memberikan efektivitas yang cukup baik dalam

    menekan intensitas penyakit (Sumardiyono, 2008).

    Berdasarkan uji pendahuluan, diperoleh informasi bahwa jamur M. flavoviride

    koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian (LBPFP),

    Universitas Lampung, mampu tumbuh pada fungisida berbahan aktif metil

    tiofanat hingga 4x dosis rekomendasi. Namun begitu, informasi tentang

    kemampuan tumbuh jamur ini pada fungisida lain belum pernah dilaporkan. Oleh

    karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan tumbuh jamur

    M. flavoviride koleksi LBPFP Universitas Lampung pada beberapa jenis fungisida

    yang lain.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kemampuan tumbuh jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila

    pada media PDA yang mengandung jenis bahan aktif selain metil tiofanat

    fungisida secara in vitro.

  • 3

    2. Mengetahui patogenisitas jamur M. flavoviride yang mampu tumbuh pada

    media yang mengandung jenis bahan aktif selain metil tiofanat fungisida

    terhadap kumbang beras (Sitophilus oryzae).

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Jamur entomopatogen Beauveria, Metarhizium, Paecilomyces dan Nomuraea

    dengan keragamannya yang tinggi ternyata mampu menghadirkan solusi yang

    berkelanjutan karena bersifat ramah lingkungan dan bio-persisten (Gul et al.,

    2014). Namun, aplikasi jamur entomopatogen di lapangan seringkali tidak efektif

    karena beberapa faktor pembatas, beberapa diantaranya adalah asal isolat, medium

    perbanyakan, lama penyimpanan, teknik aplikasi dan faktor lingkungan yang

    kurang mendukung (Athifa et al, 2018). Selain itu, penggunaan bahan kimia

    seperti fungisida sintetik yang digunakan untuk mengendalikan patogen tanaman

    juga mempengaruhi penggunaan aplikasi jamur entomopatogen.

    Situmorang et al. (2015) melaporkan bahwa perbedaan bahan aktif dan

    konsentrasi fungisida berpengaruh terhadap pertumbuhan M. anisopliae.

    Difenokonazol dan tebukonazol pada dosis 1.000 ppm-20.000 ppm berpengaruh

    terhadap pertumbuhan M. anisopliae.

    (Aziz & Bambang, 2014) menyatakan bahwa pestisida propineb pada dosis

    20.000 ppm dapat menghambat perkecambahan dan pemencaran konidia serta

    menghambat pembentukan acervuli pada miselium jamur. Penelitian sebelumnya

    menunjukkan bahwa jamur M. flavoviride isolat LBPFP Unila mampu tumbuh

    pada media yang mengandung fungisida metil tiofanat hingga 4x dosis

  • 4

    rekomendasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa jamur M. flavoviride koleksi

    LBPFP Unila, merupakan salah satu jamur yang tahan terhadap fungisida,

    kemungkinan juga jamur ini mampu tumbuh di fungisida yang lain. Informasi

    kemampuan jamur M. flavoviride pada fungisida selain metil tiofanat belum

    diketahui. Selain itu kemampuan menginfeksi kumbang beras (S. oryzae) juga

    belum dapat diketahui.

    1.4 Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila mampu tumbuh pada media yang

    mengandung fungisida berbahan aktif selain metil tiofanat.

    2. Jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila yang tumbuh pada media fungisida

    berbahan aktif selain metil tiofanat mampu menginfeksi kumbang beras.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Padi (Oryza sativa)

    Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal

    dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi

    sendiri sudah dimulai sejak tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok

    (Purwono & Purnamawati, 2007). Hampir setengah dari penduduk dunia

    terutama dari negara berkembang termasuk Indonesia menjadikan padi sebagai

    makanan pokok yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangannya setiap

    hari. Hal tersebut menjadikan tanaman padi mempunyai nilai spiritual, budaya,

    ekonomi, maupun politik bagi bangsa Indonesia karena dapat mempengaruhi hajat

    hidup banyak orang. Padi sebagai makanan pokok dapat memenuhi 56-80%

    kebutuhan kalori penduduk di Indonesia (Syahri & Sumantri, 2016).

    Klasifikasi tanaman padi menurut (Syahri & Sumantri, 2016):

    Kingdom

    Division

    Class

    Order

    Family

    Genus

    Species

    : Plantae

    : Tracheophyta

    : Magnoliopsida

    : Poales

    : Poaceae

    : Oryza L.

    : Oryza sativa L.

  • 6

    2.2 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae L.)

    Biologi hama kumbang beras adalah :

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insecta

    Ordo : Coleoptera

    Family : Curculionidae

    Genus : Sitophylus

    Species : Sitophylus oryzae L.

    Daur hidup kumbang beras dimulai dari peletakan sebutir telur dilubang oleh

    imago pada butiran beras. Selanjutnya lubang itu ditutup dengan sekresi/air liur

    kumbang beras yang keras. Kumbang betina dapat bertelur sampai 300 butir

    dalam beberapa minggu. Setelah menetas, larva memakan beras sebagai tempat

    tinggalnya dan berkembang sampai menjadi pupa. Setelah menjadi dewasa,

    kumbang memakan beras pada bagian luarnya hingga berlubang. Kumbang betina

    menggerek butiran beras dengan moncongnya di lapangan atau di gudang beras.

    Daur hidup dari telur sampai dewasa lebih kurang 26 hari. Sementara itu umur

    kumbang dapat mencapai 3-5 bulan. Jika tidak diberi makanan, kumbang betina

    masih dapat hidup 6-32 hari (Manueke et al., 2015).

    Perkembangan kumbang beras umumnya dapat berlangsung pada suhu 17-34 ˚C

    dengan kelembapan relatif 15-100%. Perkembangan optimum terjadi pada suhu

    30˚C dengan kelembapan relatif 70%. Jika kelembapan relatif melebihi 18 %

    kumbang beras ini akan berkembang cepat. Toleran terhadap suhu dan bias hidup

    selama 37 hari pada suhu 0˚C (Manueke et al., 2015)

  • 7

    Untuk butir beras yang mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang

    padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit

    berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap S. oryzae. Beras yang lunak

    akan lebih banyak dikonsumsi oleh serangga dibandingkan beras yang bening, hal

    ini memungkinkan peningkatan populasi S. oryzae apabila butir beras besar dan

    mengapur. Apabila kelembapan relatif melebihi 15% kumbang bubuk ini akan

    berkembang cepat. Serangan kumbang beras ini kadang-kadang juga diikuti oleh

    serangan ulat Corcyra cephalonica Stt., sehingga beras menjadi tambah hancur.

    Karena serangan bubuk dan kelembapan yang tinggi akan meningkatkan suhu

    maka S. oryzae pun akan ikut menyerang beras hingga bertambah rusak dan

    berbau busuk (Pracaya, 2007).

    2.3. Pengendalian Secara Hayati

    Tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta

    aman dikonsumsi semakin tinggi. Produk tersebut dapat diperoleh dengan

    menerapkan budidaya tanaman sehat, salah satunya yaitu penggunaan agen hayati

    sebagai sumber pengendalian. Agen hayati adalah setiap organisme yang dapat

    merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan organisme pengganggu

    tanaman (OPT) sakit atau mati. Pemanfaatan agen hayati dalam proses produksi

    suatu produk tanaman khususnya dalam menekan kehilangan atau kerugian hasil

    akibat organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu aspek penting yang

    sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman

    yang minim penggunaan pestisidanya (Herlinda & Irsan, 2015).

  • 8

    2.4. Jenis – Jenis Jamur Entomopatogen

    Entomopatogen adalah suatu istilah yang diberikan kepada satu jenis atau

    satu kelompok mikroorganisme yang keberadaannya di alam menjadi patogen

    terhadap jenis-jenis serangga. Jamur entomopatogen dapat diartikan sebagai jamur

    yang mampu membunuh serangga. Jamur entomopatogen sebagian besar

    berasal dari kelas Deuteromycetes seperti Beauveria, Metarhizium, Paecilomyces

    dan Nomuraea (Wahyudi et al., 2008).

    2.5 Jamur Metarhizium flavoviride

    Koloni jamur M. flavoviride pada awal pertumbuhan berwarna putih, kemudian

    berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur koloni. Secara

    mikroskopis miselium jamur tersusun tegak, berlapis dan bercorak yang dipenuhi

    dengan konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder. Konidiofor

    tersusun rapat dengan struktur seperti spodokium (Hasibuan, 2015). Jamur M.

    flavoviride biasa digunakan untuk mengendalikan hama ordo Hemiptera dan

    beberapa Coleoptera. Penggunaan M. flavoviride dilaporkan telah diaplikasikan

    secara luas di beberapa negara seperti Italia, Kanada, Tazmania, Swiss, dan

    beberapa negara lainnya (Onofre et al, 2001).

    Gambar 1. Jamur M. flavoviride (a) koloni jamur 7 hari (b) spora

    (perbesaran 400 x)

    a b

  • 9

    2.6. Fungisida

    Beberapa bahan aktif fungisida yang populer digunakan untuk tanaman padi di

    Indonesia antara lain adalah (mankozeb), (benomil), (benomil+tiram),

    (klorotalonil), dan (mankozeb). Fungisida berbahan aktif metalaksil telah

    lama digunakan untuk mengendalikan penyakit bulai pada jagung (Nurbaiti,

    1986). Bahan aktif lainnya selain metil tiofanat telah diuji efikasinya untuk

    pengendalian penyakit blendok pada jeruk. Fungisida tersebut, saat ini masih

    merupakan fungisida yang direkomendasikan.

    Beberapa fungisida sistemik yang berbahan aktif benomil dan metil tiofanat, telah

    diteliti dalam uji efikasi dan memberikan efektivitas yang cukup untuk menekan

    intensitas penyakit. Propineb bahan aktif dari Antracol dan Petrostar, telah diuji

    efikasinya untuk pengendalian penyakit antraknosa pada cabai (Sumardiyono et al

    .,1996). Fungisida benomil telah diuji kemampuannya dalam menekan penyakit

    embun tepung pada Acacia mangium. Penyemprotan tiap dua minggu, sampai

    dengan delapan minggu dengan kepekatan 1g/l mampu mengurangi kerusakan

    hingga 81,6% (Anggraeni, 2001). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diketahui

    bahwa fungisida kontak dan sistemik telah cukup lama dipakai di Indonesia.

    Fungisida-fungisida tersebut masih diperlukan untuk pengendalian penyakit

    tanaman untuk waktu yang akan datang.

  • III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan Maret sampai November 2018 di Laboratorium

    Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    3.2 Bahan dan Alat

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Metarhizium

    flavoviride koleksi LBPFP Universitas Lampung, 9 jenis fungisida (metil tiofanat,

    triziklazo, isoprotiolan, difenokonazol, mankozeb, benomil, ziram, carbendazim,

    dan propineb), beras, serangga uji kumbang beras (S. oryzae), aquades, Tween 80

    0,1%, alkohol 70%, media PDA (Himedia® India) dan asam laktat.

    Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan

    elektrik, penggaris, haemocytometer, cawan petri, erlenmeyer, bunsen, alumunium

    foil, tip 0-1000 µl, mikropipet 0-1000 µl, stoles plastik, aspirator, kain kasa, kuas,

    gelang karet, plastik tahan panas, bor gabus, jarum ose, plastik wrap, nampan,

    microwev, autoclave, Laminar Air Flow, mikroskop, kamera, kertas label, dan alat

    tulis.

  • 11

    3.3. Metode Penelitian

    3.3.1 Isolat Jamur M. flavoviride yang digunakan

    Jamur M. flavoviride yang digunakan merupakan koleksi Laboratorium

    Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (yang diisolasi

    dari larva Spodoptera litura). Sebelum pengujian jamur M. flavoviride

    diremajakan pada media Potato Dextrose Agar PDA (Himedia® India).

    3.3.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)

    Pembuatan media dilakukan dengan menimbang media PDA (Himedia® India)

    sebanyak 39 g dan agar batang sebanyak 2 g, lalu dilarutkan dalam aquades 1 L

    dengan cara dipanaskan di dalam microwave. Media PDA disterilkan dengan

    menggunakan autoclave pada suhu 121˚C dan tekanan 1 atm selama 15 menit.

    Setelah disterilkan media PDA langsung ditambahkan larutan asam laktat

    sebanyak 1,4 ml untuk mencegah media terkontaminasi oleh bakteri.

    3.3.3 Peremajaan Jamur M. flavoviride pada Media PDA

    Jamur M. flavoviride diremajakan dengan cara mengambil 1 bor gabus biakan

    jamur dengan ukuran 5 mm lalu diletakkan di tengah media PDA di dalam cawan

    petri. Inokulasi jamur dilakukan di dalam Laminar Air Flow agar tidak

    terkontaminasi oleh mikroorganisme lain. Hasil inokulasi kemudian diinkubasi

    pada suhu ruang selama 14 hari.

  • 12

    3.3.4 Pengujian Kemampuan Tumbuh Produksi dan Viabilitas Jamur

    Metarhizium flavoviride terhadap Beberapa Jenis Fungisida

    3.3.4.1 Jenis Fungisida dan Dosis yang digunakan

    Tabel 1. Jenis bahan aktif fungisida dan dosis yang digunakan

    Kode Bahan aktif Dosis

    K Tanpa bahan aktif ( kontrol ) -

    F1 Metil Tiofanat 1,5 ml/l

    F2 Triziklazol 1 ml/l

    F3 Isoprotiolan 2 ml/l

    F4 Difenokonazol 2 ml/l

    F5 Mankozeb 3 g/l

    F6 Benomil 2 g/l

    F7 Ziram 4 g/l

    F8 Carbendazim 2 g/l

    F9 Propineb 2 g/l

    F10 Metil Tiofanat 3 ml/l

    F11 Triziklazol 2 ml/l

    F12 Isoprotiolan 4 ml/l

    F13 Difenokonazol 4 ml/l

    F14 Mankozeb 6 g/l

    F15 Benomil 4 g/l

    F16 Ziram 8 g/l

    F17 Carbendazim 4 g/l

    F18 Propineb 4 g/l

    3.3.4.2 Pembuatan Media PDA yang Mengandung Fungisida

    Pembuatan media dilakukan dengan menimbang PDA (Himedia® India).

    sebanyak 39 g dan agar batang sebanyak 2 g lalu dilarutkan dalam aquades 1 L

    dengan cara dipanaskan di dalam microwave. Media PDA dimasukkan ke dalam

    botol kaca berukuran volume 100 mL. Masing-masing perlakuan (Tabel 1)

  • 13

    dimasukkan ke dalam media PDA yang telah disiapkan. Media PDA diautoclave

    pada suhu 121 ˚C dan 1 atm selama 1 menit.

    3.3.4.3 Inokulasi Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang Mengandung

    Fungisida

    Sebanyak 1 bor gabus (diameter 5 mm) biakan murni jamur M. flavoviride yang

    berumur 14 hari diletakkan di tengah cawan petri yang berisi media PDA yang

    mengandung fungisida. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 40 hari.

    3.3.4.4 Uji Pertumbuhan Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang

    Mengandung Beberapa Jenis Fungisida

    Pengamatan dilakukan setiap hari selama 30 hari terhadap diameter koloni jamur

    M. flavoviride. Diameter koloni diperoleh dari rerata 4 kali pengukuran koloni

    jamur.

    Gambar 2. Ilustrasi pengukuran diameter jamur

    Rumus pengukuran diameter koloni jamur:

    D =

    Keterangan:

    D = Diameter M. flavoviride (cm)

    d1, d2, d3, d4 = Diameter hasil pengukuran dari empat arah yang berbeda

  • 14

    3.3.4.5 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride

    Pembuatan suspensi jamur M. flavoviride dilakukan dengan cara menambahkan

    10 mL suspensi 0,1% Tween 80 ke dalam cawan petri yang berisi biakan murni

    jamur M. flavoviride berumur 30 hari. Spora jamur dipanen dengan menggunakan

    drigalski. Setelah itu, suspensi spora dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan

    digoyang-goyang agar suspensi tersebut homogen.

    3.3.4.6 Produksi Spora Jamur Entomopatogen

    Sporulasi jamur dihitung dengan menggunakan metode hitungan mikroskopis

    langsung menggunakan alat haemocytometer. Sebanyak 1 mL suspensi spora

    (3.3.4.5) diteteskan secara perlahan pada bidang hitung haemocytometer lalu

    ditutup dengan gelas penutup. Penghitungan jumlah spora dilakukan dengan

    bantuan mikroskop binokuler perbesaran 400x. Jumlah spora dihitung dengan

    menggunakan 5 bidang atau kotak sedang haemocytometer. Setelah diketahui

    rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemocytometer, sporulasi jamur dihitung

    menggunakan rumus ( Syahnen et al., 2014):

    S =R x K x F

    Keterangan :

    S = Jumlah spora

    R = Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang (kotak kecil) pandang haemocytometer

    K = Konstanta koefisien alat (2,5 x105)

    F = Faktor pengenceran yang dilakukan

  • 15

    3.3.4.7 Viabilitas Spora Jamur Entomopatogen

    Sebanyak 25 µl suspensi spora (3.3.4.5) diteteskan di atas media PDA yang

    mengandung fungisida dan diinkubasi selama 36 jam. Spora M. flavoviride

    diamati di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x. Spora dihitung

    berkecambah apabila telah terbentuk kecambah yang panjangnya setengah

    diameter spora (Rosanti et al., 2014). Viabilitas spora dapat dihitung

    menggunakan rumus sebagai berikut (Syahnen et al., 2014):

    Viabilitas = diamati yang spora Total

    hberkecamba yang sporaJumlah X 100%

    3.3.5 Uji Patogenisitas Jamur M. flavoviride yang Mampu Tumbuh pada

    Beberapa Fungisida

    3.3.5.1 Penyediaan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae L) Sebagai Serangga Uji

    Kumbang beras diperoleh dari beras yang sudah lama tersimpan. Kumbang beras

    dipisahkan dan diambil dari berasnya dengan menggunakan pinset lalu

    dimasukkan kedalam stoples dan dibawa ke Laboratorium Bioteknologi Pertanian,

    Fakultas Pertanian Unila. Dalam satu stoples kecil dimasukkan 10-20 kumbang

    beras.

    3.3.5.2 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride

    Cara pembuatan suspensi spora sama dengan metode yang dilakukan pada sub bab

    3.3.4.5.

  • 16

    3.3.5.3 Aplikasi Suspensi Spora Jamur M. flavoviride pada Kumbang Beras

    Suspensi jamur M. flavoviride yang telah diperoleh diaplikasikan pada kumbang

    beras. Sebanyak 10 ml suspensi spora dimasukkan ke dalam cawan petri.

    kumbang beras diambil dengan pinset lalu diletakkan ke dalam cawan petri berisi

    suspensi jamur M. flavoviride dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian kumbang

    beras diangkat dan diletakkan ke dalam masing-masing stoples kecil yang berisi

    beras.

    3.3.5.4 Tingkat Mortalitas Kumbang Beras Setelah Aplikasi Jamur M. flavoviride

    Pengamatan mortalitas kumbang beras dilakukan setiap hari sejak 1-8 hari setelah

    aplikasi. Kumbang beras yang terinfeksi jamur M. flavoviride dipisahkan dan

    diletakkan dalam cawan petri yang dilapisi tisu lembap lalu diinkubasi di suhu

    ruang. Pengamatan kumbang beras yang mati dilakukan terhadap kemunculan

    jamur pada permukaan tubuh. Jamur yang tumbuh kemudian diisolasi dan diamati

    secara mikroskopis bertujuan untuk memastikan kematian kumbang beras tersebut

    disebabkan oleh jamur M. flavoviride yang telah diaplikasikan. Persentase

    mortalitas kumbang beras dapat dihitung menggunakan rumus :

    Mortalitas (%) = diamati yang uji seranggajumlah Total

    mati yang uji seranggaJumlah X 100%

    3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

    Pengujian pertumbuhan jamur M. flavoviride disusun dengan menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 19 perlakuan terdiri dari 1 tanpa

    fungisida (K), 2 metil tiafonat (F1 dan F10), 2 triziklazol (F2 dan F11), 2

  • 17

    1soprotiolan (F3 dan F12), 2 difenokonazol (F4 dan F13), 2 mankozeb (F5 dan

    F14), 2 benomil (F6 dan F15), 2 ziram (F7 dan F16), 2 karbendazim (F8 dan

    F17), dan 2 propineb (F9 dan F18). Seluruh perlakuan diulang sebanyak empat

    kali. Sedangkan pengujian sporulasi, viabilitas, dan patogenisitas jamur M.

    flavoviride yang mampu tumbuh pada beberapa fungisida disusun dalam

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan terdiri dari kontrol (tanpa

    fungisida), metil tiofanat ( F1 dan F10), mankozeb (F5), ziram (F7), dan propineb

    (F9).

    Data yang diperoleh kemudian diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan

    uji bartlett dan aditivitas dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, dilanjutkan

    dengan uji ANARA. Jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

    Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Jamur Metarhizium flavoviride yang mampu tumbuh pada media fungisida

    yaitu perlakuan F1 (metil tiofanat), F5 (mankozeb), F7 (ziram), F9 (propineb),

    dan F10 (metil tiofanat). Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5

    (mankozeb) yaitu 5,48 cm dan terendah oleh perlakuan F7 (ziram) yaitu 2,8

    cm. Sporulasi jamur M. flavoviride berada pada kisaran 0,00-1,2 x108 spora

    /ml. Sporulasi tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu 1,23

    x108 dan terendah pada perlakuan F1 dan F10 (metil tiofanat) yaitu 0

    spora/ml. Viabilitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu

    41,00 % dan terendah oleh perlakuan F1 dan F10 (metil tiofanat), dan F9

    (propineb) yaitu 0 %.

    2. Persentase mortalitas kumbang beras akibat aplikasi jamur M. flavoviride yang

    mengandung fungisida berkisar antara 5,36 -26,90 %. Mortalitas tertinggi

    disebabkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu 26,90% dan terendah pada

    perlakuan F7 (ziram) yaitu 5,36%.

  • 30

    5.2. Saran

    1. Perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan menginfeksi jamur M.

    flavoviride terhadap serangga hama.

    2. Menganalisis bagian yang mungkin terjadi mutasi.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggraeni, I. 2001. Upaya Penyembuhan Penyakit Embun Tepung pada Bibit

    Acacia mangium dengan Benomil. Kongres Nasional XVI dan Seminar

    Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor, 22-24 Agustus 2001.

    Athifa, S., S. Anwar & B.A. Kristanto. 2018. Pengaruh Keragaman Jamur

    Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Larva Hama Oryctes rhinoceros

    dan Lepidiota stigma. Jurnal agro complex.2(2):120-127.

    Aziz, A. & B. Utoyo. 2014. Uji efektivitas beberapa jenis fungisida terhadap

    beberapa penyakit bercak daun (Curvularia eragostidis) pada bibit kelapa

    sawit di Main-nursery. Prosiding Seminar Nasional. Politeknik Negeri

    Lampung 24 Mei 2014. 7:611-617..

    Bernardi, E., D. M. Pinto., J S. do Nascimento., P. B. Ribeiro & C. I. da. Silva.

    2006. Effect of the entomopathogenic fungi Metarhizium anisopliae and

    Beauveria bassiana on the development of Musca domestica L. (Diptera:

    Muscidae) in the laboratory. Aruivos do Instituto Biologico. 73(1): 127-129.

    Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius.

    Yogyakarta.

    Gul, H.T., S. Saeed & F.Z.A. Khan. 2014. Entomopathogenic fungi as effective

    insect pest management tactic: a review. Applied Sciences and Business

    Economics. 1(1): 10-18.

    Hasibuan, R. 2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Plantaxia.

    Yogyakarta.

    Herlinda, S. & Irsan. C. 2015. Pengendalian Hayati Hama Tumbuhan. Unsri

    Press. Palembang.

    Herlinda, S., S.I. Mulyati & Suwandi. 2008. Jamur entomopatogen berformulasi

    cair sebagai bioinsektisida untuk pengendali wereng coklat. Agritrop. 27(3):

    119-126.

    Maganey R.C. & Bull. 2003. Effect of the Dithiocarbamate Fungicide Mancozeb

    on Sugar Cane Growth and Soil Biology in Yield Decline Affected Soils

    Proceedings Australia Society Sugar Cane. 25: 1-15.

  • 32

    Masyitah, I., S.F. Sitepu & I. Safni. 2017. Potensi jamur entomopatogen untuk

    mengendalikan ulat grayak Spodoptera litura F. pada tanaman tembakau in

    vivo. Jurnal Agroteknologi. 5(3): 484-493.

    Manueke, J., M. Tulung & J.M.E. Mamahit. 2015. Biologi Sitophylus oryzae dan

    Sitophylus zeamais ( Coleoptera:curculionide) pada beras dan jagung

    pipilan. Eugenia. 21(1): 20-31.

    Nurbaiti.1986. Pengaruh Ridomil 35 SD dalam Pengendalian Penyakit Bulai

    (Peronosclerospora maydis) (Rac.) Shaw pada Berapa Varietas Jagung.

    Skripsi. Institut Petanian Bogor.

    Onofre, S.B., C.M. Miniuk., N.M.D. Barros, & J.L. Azepedo. 2001. Growth and

    sporulation of Metarhizium flavoviride var. Flavoviride on culture media

    and lighting regimes. Scientia Agricola. 58(3):613-616.

    Pasaribu, L. T. 2018. Patogenesitas dan identifikasi molekuler dan delapan jamur

    entomopatogen sebagai agensia pengendali hama wereng coklat batang padi

    pada tanaman padi. Skripsi. Universitas Lampung.

    Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Purwono & H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar

    Swadaya. Jakarta.

    Santoso, A. Nasution., D.W. Utami., I. Hanarida., A.D. Ambarwati., S.

    Mulyopawiro, & D. Taharreau. 2007. Variasi genetik dan spektrum

    virulensi patogen blas pada padi asal Jawa Barat dan Sumatra. Jurnal

    Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 26(3):150-155.

    Sembiring, K. W. 2008. Efektivitas mankozeb dan metalaxil dalam menghambat

    pertumbuhan Cylindrocladium scoparium penyebab penyakit busuk teh di

    laboraturium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

    Sieverding, E. 2001. Mycorrhiza Mangement in Tropical Agrosystem. GTZ.

    Eastborn.

    Situmorang. Y. A., D. Bakti, & Hasanuddin. 2015. Dampak beberapa fungisida

    terhadap pertumbuhan koloni jamur Metarhizium anisopliae (Metch)

    Sorokin di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(1) : 147-159.

    Suganda, T., E. Yulia, F. Widiantini, & Hersanti. 2016. Intensitas penyakit blas

    (Pyricularia oryzae Cav.) pada padi varietas Ciherang di lokasi endemik

    dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Jurnal Agrikultura 27(3):154–

    159.

    Sumardiyono, C. 2008. Ketahanan Jmaur Terhadap Fungisida di Indonesia. Jurnal

    Perlindungan Tanaman di Indonesia.14(1):1-5

  • 33

    Syahnen, D., D.N. Sirait, & S.E.Br. Pinem. 2014. Teknik Uji Mutu Agens

    Pengendali Hayati (APH) di Laboraturium. Laboraturium Lapangan Balai

    besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. (BBPPTP). Medan.

    Syahri & R.U. Sumantri. 2016. Efektivitas paket rekomendasi teknologi

    pemupukan terhadap produktivitas padi di Lahan Lebak Ogan Ilir, Sumatera

    Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 17(3):

    211-221.

    Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

    University Press. Yogyakarta.

    Wahyudi, T., T. R. Panggabean, & Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao

    Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.