Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 ·...

88

Transcript of Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 ·...

Page 1: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi
Page 2: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

i

Resistensi Politik : Pergerakan Nasionalis Maroko Vis À Vis Kolonial

Prancis (1912-1956)

Skripsi

Ditulis sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh:

M Arief Rahman

Nim: 1110022000025

Disetujui oleh

Pembimbing,

Dr. H.Muslih Idris, Lc., M.A.

NIP: 19520903 198603 1 001

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 3: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi
Page 4: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi
Page 5: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

iii

ABSTRAK

M Arief Rahman

”Resistensi Politik Kolonial: Pergerakan Nasionalis Maroko Vis A Vis

Kolonial Prancis”

Skripsi ini bertujuan untuk membahas proses pembentukan resistensi

masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih

jauh skripsi ini juga ingin menjelaskan perjuangan yang dilakukan orang-orang

Maroko untuk mendapatkan kebebasan ekonomi, politik, dan sosial. Pada

konteks Prancis vis a vis Maroko, Dahir Berbere digunakan oleh Prancis untuk

memecah bangsa Arab Maroko dengan bangsa Berber Maroko. Namun langkah

devide et impera yang diterapkan oleh Prancis tidak berhasil memecah bangsa

Maroko. Justru, dahir tersebut menjadi bumerang bangsa Prancis. Skripsi ini

menemukan dua poin penting yaitu (1) sekolah dan media menjadi corong utama

Prancis dalam upaya internalisasi budaya, (2) Istiqlal menjadi wadah dalam

mewujudkan indepedensi masyarakat Maroko, lewat gerakan sosial dengan

beragam ide-ide kontra-kolonialisme.

Kata kunci : kolonialisme, Prancis, Maroko, Dahir berber

Page 6: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat disetiap hambanya berupa kecerdasan, seperti

memudahkan penulis untuk bisa membuat skripsi ini. Tak lupa penulis

mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad Saw yang telah

membawa umat manusia dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang

benderang.

Skripsi yang berjudul ”Resistensi Politik Kolonial: Pergerakan

Nasionalis Maroko Vis A Vis Prancis” merupakan salah satu syarat untuk

mencapai Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum). Terwujudnya skripsi ini tidak lepas

dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. Selaku pimpinan Fakultas Adab dan

Humaniora yang telah memudahkan penulis dalam mengurus persyaratan

penulisan Skripsi hingga Ujian Munaqosah.

2. Bapak H. NurHasan, M.A. Selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam (SKI) yang telah membantu dan memudahkan penulis dalam proses

terlaksananya skripsi ini.

3. Ibu Sholikatus Sa‘diyah, M.Pd. Selaku Sekertaris Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) yang selalu memberikan pelayanan kepada

mahasiswanya dengan baik.

4. Bapak Dr. H M Muslih Idris Lc., M.A. Selaku dosen pembimbing, yang

telah menyisikan waktunya guna membimbing penulisan skripsi ini

Page 7: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

v

dengan baik. Beliau juga mengajarkan Penulis untuk lebih teliti dalam

menggunakan sumber-sumber.

5. Ibu Dr. Awalia Rahma, M.A. Selaku Dosen Penasehat Akademik, yang

selalu memberikan arahan serta motivasi dalam belajar.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikan bimbingan dan pelajaran

selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Ibunda tercinta ibu Nadrah dan juga kepada Ayahanda tersayang Ayah

Burhanuddin yang selalu memberikan arahan, doa, dan semangat kepada

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Penulis yang sedang

mengenyam pendidikan ini bisa bermanfaat dan juga dapat mewujudkan

cita-citanya.

8. Para karyawan/karyawati Perpustakaan Utama dan Fakultas Adab dan

Humaniora yang telah menyediakan fasilitas dalam rangka penulisan

skripsi ini.

9. Paman Mashudi Zein beserta Keluarga yang telah ikhlas mengayomi

penulis selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak

hal yang penulis dapatkan bersamanya.

10. Teman seperjuangan SKI 2010, yang tidak bisa disebutkan satu per satu,

yang membantu terselesaikannya skripsi ini, yang selalu memberikan

inspirasi, semangat dan keceriaan. Walaupun kita berpisah, Semoga

silaturahim kita tetap terjalin sampai kapan pun.

Page 8: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..................................................................................... 1

B. Pembatasan masalah............................................................................. 7

C. Perumusan masalah .............................................................................. 7

D. Tujuan penelitian .................................................................................. 7

E. Manfaat penelitian ................................................................................ 8

F. Metode penelitian ................................................................................. 8

1. Tahap pencarian sumber ................................................................ 9

2. Tahap pengolaan data ..................................................................... 10

3. Tahap interpretasi data ................................................................... 11

4. Tahap penyajian ............................................................................. 11

G. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12

H. Sistematika penulisan ........................................................................... 13

Page 9: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

vii

Bab II MAROKO: MENUJU KOLONIALISME PRANCIS

A. Maroko: Daratan di Tepi Laut Mediterania ......................................... 16

B. Selayang Pandang: Maroko sebelum Kedatangan Prancis .................. 19

C. Sultan dan Ulama sebelum Protektorat Prancis ................................... 26

Bab III KEBANGKITAN NASIONALISME MAROKO

A. Pemantik Resistensi Kolonial .............................................................. 33

B. Perang Dunia II dan Penguatan Nasionalisme ..................................... 37

C. Gerakan Anti-Kolonialisme ................................................................. 45

BAB IV RESISTENSI POLITIK KOLONIAL DI MAROKO

A. Mobilisasi Masyarakat ......................................................................... 49

B. Demonstrasi dan Pemberontakan ......................................................... 59

C. Kedaulatan Maroko ............................................................................. 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maroko, atau lebih tepatnya al-Mamlakah al-Maghribiyyah (kerajaan

Maroko), merupakan kerajaan yang terletak di daerah Magribi (Magreb) berasal

dari bahasa Arab yang seringkali di terjemahkan sebagai ―barat‖, ―oksiden‖, atau

―wilayah matahari terbenam‖. Dalam sejarahnya istilah ini dipakai untuk

menyebut daerah-daerah di barat sungai nil sampai pantai atlantik di Afrika Utara.

Dalam konteks sistem Negara modern, yang disebut sebagai kawasan Magribi

adalah Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania, Sahara barat (yang tidak

diakui semua negara).1

Jauh sebelum Maroko jatuh ke tangan Prancis, dinasti-dinasti Islam silih

berganti menguasai Maroko. Mulai dari Dinasti Idrisiyyah, Dinasti Murabittun,

Dinasti Muwahiddun, Dinasti Mariniyyah, hingga yang terakhir – bahkan masih

eksis sampai saat ini – Dinasti Alawiyyah. Sejarah mencatat, Maroko merupakan

bangsa paling independen bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa Maghrib

lainnya yang nyatanya berulang kali takluk oleh bangsa yang lebih superior.

Maroko sebagai bangsa yang terakhir dikuasai oleh orang-orang Eropa di

kawasan Al-Maghreb, setelah Aljazair dan Tunisia,juga pernah menjadi pusat dua

kerajaan besar Arab-Berber, tetapi tidak pernah menjadi bagian dari imperium

1 Riza Sihbudi, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Bandung: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

2002) h. 117

Page 11: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

2

kerajaan Utsmani.2 Kemudian pada tahun 1901, Prancis memulai upaya

penaklukan Maroko dan wilayah itu sepenuhnya dikuasai Prancis sejak tahun

1907 hingga 1912.

Membahas Maroko tidak bisa terlepas dari Dinasti Alawiyah, dan Dinasti

Alawiyah Berbeda dengan dinasti-dinasti Maroko lainnya yang akhirnya runtuh,

dinasti Alawiyah merupakan dinasti Maroko yang bertahan dari abad ke-16

sampai sekarang. Maulawi ar Rasyid (1666-1672) merupakan raja pertama dinasti

Alawiyah, ia mengambil alih kota Rif dan membuka rute perdagangan antara

Sijilmasa dan Mediterania. Kekuasaan ia tidak berumur panjang karena pada

tahun 1672 ia meninggal dalam sebuah kecelakaaan dalam berburu. Saudaranya,

Maulawi Ismail (1672-1727), sebagai suksesornya berhasil meletakkan pondasi

dinasti Alawiyah dengan kokoh. Ia berhasil menaklukkan pemberontakan di Fez

dan untuk melanggengkan kekuasaannya banyak hal yang ia lakukan seperti

bersekutu dengan aliansi lainnya, membuat tentara Abid -tentara budak yang

sangat kuat, menandatangani pakta kerjasama perdagangan dengan Inggris dan

Prancis, mengambil pajak yang tinggi, membangun kota Meknes sebagai ibu kota,

memonopoli perdagangan dan membuat bajak laut untuk merampok kapal yang

melintasi wilayahnya. Ia dikenal sebagai raja yang kejam dan otoriter. Banyak

kebijakannya yang bertentangan dengan dengan Syariah islam sehingga membuat

para ‘Ulama dan Syarif tidak suka dengannya. Masa kekuasaannya berlangsung

lebih dari setengah abad.3

2 Hitti, History of the Arabs, h. 336.

3 Philip C. Naylor. North Africa: A History from Antiquity to the Present. (USA: University of Texas

Press, 2009) hal. 130

Page 12: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

3

Banyak terjadi huru-hara setelah kematian Maulawi Ismail seperti

pemberontakan, pasukan tentara Abid yang membangkang, dan perang saudara

terkait siapa yang berhak menggantikannya. Abdullah mendeklarasikan dirinya

lima kali sebagai raja dan empat kali diganti sebelum akhirnya ia meninggal pada

1757. Ia berhasil memarginalisasi tentara ‘Abid karena mereka banyak yang

membangkang terhadap raja. Sidi Muhammad III (1757-1790) berhasil

menggantikan ayahnya, Abdullah. Ia ingin membangun Negara dengan

perdagangan, bukan dengan kekuatan militer. 4

Sidi Muhammad III berhasil mendatangani pakta kerjasama perdagangan

dengan Denmark, Venisia, Inggris, Swedia, Prancis dan Portugal. Ia juga

membangun pelabuhan baru di Mogador untuk memudahkan proses perdagangan

dengan Negara-negar luar. Sidi Muhammad III berhasil mereorganisasi sistem

pemerintahan, ia mengangkat Wazir atau Perdana Menteri yang menjadi orang

yang paling bertanggung jawab terhadap internal organisasi Negara. Selain itu, ia

juga membentuk Menteri Kelautan untuk mengatur hubungan dagang dengan

Negara luar. Meski Sidi Muhammad III berhasil meletakkan pondasi dasar

struktur pemerintahan.5

Maulawi Sulaiman (1792-1822) adalah raja yang sholeh, terpelajar dan

mengagumi pengajaran model Wahhabi. Karena terpengaruh dengan Wahhabi

maka pada tahun 1811 ia melarang tarian dan lagu-lagu tentang sufi. Berbeda

dengan bapaknya, ia lebih waspada dan hati-hati dengan Negara Eropat terkait

4 C.N. Pennell, Morocco From Empire to Independent (UK: Oneworld Oxford, 2003) hal. 108

5Ibid hal. 112

Page 13: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

4

hubungan perdagangan. Ia sangat membutuhkan pendapatan dan saudaranya,

Abdurrahman, mendorongnya untuk melakukan kontak perdagangan dengan

Eropa. Ia mendesak raja untuk mengekspor padi namun ada rasa kekhawatiran

pada rakyatnya. Kalau seandainya padi terus diimpor dan suatu saat lumbung padi

rakyat habis maka akan terjadi kelaparan. Maka pada tahun 1820 terjadi

kerusuhan dan pemberontakan terkait isu tersebut. Pada tahun 1822 Sulaiman

berhasil dikalahkan oleh pemberontak Zawiya di dekat Marrakesh. Ia meminta

kepada para Ulama untuk mengangkat Abdurrahman menjadi raja menggantikan

dirinya.6

Raja Abdurrahman (1822-1859) yang berhasil meredam semua

pemberontakan dan kerusuhan yang terjadi hingga dinasti Alawi masih bisa

bertahan sampai sekarang di Maroko. Ia memperbaiki hubungan dengan para ahli

thariqah, memutuskan faham Wahhabi, menjalin hubungan kerjasama

perdagangan dengan Eropa. Sebagaimana mana raja Negara muslim lainnya, ia

juga menghadapi invasi Negara-negara Barat.7

Bila ditelisik lebih jauh ke akarnya, penetrasi bangsa Perancis terhadap

kawasan Al-Maghreb diawali dengan penaklukan Prancis pada bangsa Aljazair

pada tahun 1830, Ini merupakan sekuel pembuka dari trilogi kolonialisasi bangsa

Perancis yang kemudian secara bertahap dilanjutkan dengan penaklukan bangsa

Tunisia ke bagian timur yang berhasil dikuasai pada tahun 1881, yang kemudian

mempraktekkan dengan kebijakan politis yang sama. Sebagaimana pula di

6 Philip C. Naylor. North Africa: A History from Antiquity to the Present. (USA: University of Texas

Press, 2009) hal 132 7 C.N. Pennell, Morocco From Empire to Independent (UK: Oneworld Oxford, 2003) hal. 114

Page 14: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

5

Maroko, Prancis berusaha menggantikan bahasa Arab yang selama ini menjadi

bahasa kesustraan bagi penduduk pribumi dan pemersatu bagi bangsa Berber dan

Arab yang kemudian menggantikannya dengan bahasa Perancis, meski pada

perkembangannya bahasa Arab tetap menjadi bahasa nasional dan Perancis

menjadi bahasa pendamping pada masyarakat kawasan Al-Maghreb pada

umumnya.8

Penulis mengamati Kolonialisme Prancis di Maroko berdasarkan tiga

konsep imperialisme kuno: Gold, Glory dan Gospel yang pada saat itu

merupakan kebijakan politik yang sangat populer bagi bangsa-bangsa

Imperialisme khususnya Eropa, dalam hal ini guna mengimbangi hegemoni

bangsa-bangsa Islam di dunia serta terdapat indikasi persaingan Prancis dengan

bangsa-bangsa Eropa lainnya dalam menjaga stabilitas Negara karna hal itu lah

imperialisme juga dikenal sebagai pos-ekonomi modern bagi bangsa Eropa yang

menjadi prioritas utama Perancis.

Berangkat dari fakta tersebut, satu demi satu negeri-negeri Islam – yang

pada saat itu sedang rapuh – itu jatuh ke tangan Barat. dalam waktu yang relatif

cepat, kerajaan-kerajaan besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia Islam.

Inggris merebut India dan Mesir. Rusia menyeberangi Kaukasus dan menguasai

Asia Tengah. Prancis menaklukan Afrika Utara atau juga yang disebut daerah

Maghreb, dan bangsa-bangsa Eropa lainnya mendapat bagiannya dari warisan

Islam itu akibat dari kehancuran dan kemunduran tiga pilar kerajaan Islam.9

8 Hitti, History of the Arabs, h. 916.

9 L. Stoddard, Dunia Baru Islam, (Jakarta: 1966), h. 27.

Page 15: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

6

Dengan berbagai manuver bangsa Eropa terhadap pengukuhan hegemoni

mereka pada Negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika Utara.

Penulis sangat tertarik mendalami akan penetrasi yang dilakukan salah satu

bangsa kolonialis terkemuka yaitu Prancis akan kepentingan Prancis terhadap

kawasan Afrika Utara atau kita kenal populer dengan sebutan Al-Maghreb. Selain

itu usaha-usaha Prancis yang sangat ingin mengubah secara sistematis dan

struktural pada Negara-negara protektoratnya, seperti usaha menjadikan bahasa

Prancis sebagai pengganti bahasa ibu pada Negara koloninya ataupun hal lainnya

seperti memasukkan hukum ala barat agar dapat menggantikan syariat Islam

bahkan memasukkan kisah-kisah nenek moyang Prancis di berbagai institusi

pendidikan di negara koloninya juga menjadi cerita menarik lainnya.

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis memilih proses terbentuknya

ide mengenai resistensi politik kolonial di Maroko yang disuarakan oleh gerakan-

gerakan nasionalis Maroko yang mana nantinya akan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kemerdekaan Maroko. Adapun judul penelitian ini yaitu,

―Resistensi Politik: Pergerakan Nasionalis Maroko Vis À Vis Kolonial

Prancis (1912-1956)‖.

B. Pembatasan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, agar penelitian ini menjadi terarah

maka, penelitian ini difokuskan pada wilayah Maroko dengan rentang tahun

pengkajian pada masa Kolonial Prancis (1912-1956). Adapun ruang lingkup

dalam penelitian ini yaitu gerakan-gerakan nasionalisme yang muncul di Maroko,

respon masyarakat sekaligus respon Raja kesultanan di Maroko atas kedatangan

Page 16: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

7

Prancis dan juga munculnya gerakan-gerakan anti-kolonial dan terakhir

bagaimana dampak munculnya gerakan anti-kolonial ini terhadap kemerdekaan

Maroko.

C. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kondisi Maroko pada masa Kolonial Prancis?

2. Bagaimana proses terbentuknya resistensi politik kolonial di Maroko pada

masa Kolonial Prancis hingga masa kemerdekaan Maroko?

D. Tujuan Penenelitian

Lewat sejumlah permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini yaitu

adalah:

1. Mengetahui lebih jauh bagaimana kondisi Maroko sebelum dan saat masa

Kolonial Prancis.

2. Mengetahui lebih jauh proses terbentuknya resistensi politik kolonial di

Maroko.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan penulis mengenai Maroko sekaligus sebagai syarat

kelulusan mendapatkan gelar Sarjana Humaniora (S.Hum).

2. Menambah daftar referensi mengenai sejarah kesultanan Maroko di

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan Fakultas Adab

dan Humaniora.

Page 17: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

8

F. Metode Penelitian

Sebagai studi sejarah, penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode

penelitian sejarah10

, menggunakan instrumen studi kepustakaan (Library

Research) dan juga jenis sejarah dalam penelitian ini adalah sejarah sosial.11

Namun demikian, untuk bisa lebih menjelaskan bagaimana perjalanan gerakan-

gerakan sosial yang anti-kolonial dalam memperjuangkan nilai-nilai kebebasan

guna memperoleh kemerdekaan di Maroko atas Prancis, kajian ini juga

menggunakan ilmu bantu sosiologi sebagai alat analisis, dengan menggunakan

kerangka teori gerakan sosial.12

Selain itu, pendekatan sosiologi juga dibutuhkan untuk memahami lebih

jauh mengenai kondisi sosial masyarakat Maroko pada masa Kolonial Prancis.

10

Lihat Louis Gottschalk, Understanding History. A Primer of Historical Method (New

York: Alfred Knopf, 1969), second ed. Terj. Nugroho Notosutanto, Mengerti Sejarah. Pengantar

Metode Sejarah (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975). Lihat juga H.C. Hockett,

Critical Method in Historical Research and Writing (New York: Macmillan & Co., 1967). 11

Sekalipun sejarah sosial sudah menjadi gejala baru dalam penulisan sejarah sejak

sebelum Perang Dunia II, tetapi sebagai sebuah jenis penulisan sejarah baru mendapat tempat pada

tahun 1950-an. Paling tidak Mazhab Annales yang dipelopori oleh Marc Bloch di Prancis

merupakan embrio bagi jenis penulisan sejarah baru, dalam hal ini sejarah sosial. Dari situ

nantinya, sejarah sosial akan terus berkembang menjadi canggih lewat modifikasi terus-menerus.

Namun pada dasarnya, sejarah sosial merupakan sejarah yang mempunyai bidang garapan yang

sangat besar karena metode pengawinan dua ilmu atau lebih menjadi sebuah narasi sejarah yang

lebih kompleks. Misalnya saja dengan ekonomi, sosiologi maupun antropologi. Lihat,

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 33. 12

Istilah gerakan sosial merupakan istilah yang muncul di kalangan sosiolog Amerika

Serikat di tahun 1950-an. Pada dasarnya gerakan-gerakan sosial muncul karena adanya

penentangan (resistensi) atau bahkan perlawan terbuka terhadap sebuah sistem yang berlaku di

masyarakat. Pada perkembangannya banyak sejarawan yang mulai menggunakan kerangka teori

ini untuk melihat objek kajian sejarahnya. Misalnya, Hobsbawm membahas pemberontakan

primitif (primitive rebels) yang bahasannya mencakup mulai dari pemberontakan yang dilakukan

oleh para bandit hingga orang-orang yang percaya akan datangnya zaman millenia atau Spitz yang

mengkaji tentang masa-masa sebelum meletusnya Reformasi Jerman yang menekankan pada

pentingnya tindakan kolektif untuk mengubah tatanan yang ada secara langsung ketimbang secara

kelembagaan dan mungkin juga Burke yang melihat Revolusi Prancis. Lebih jauh lihat, Peter

Burke, History and Social Theory (New York: Cornell University Press, 1993), h. 132-136; L.W.

Spitz, ―The Third Generation of German Renaissance Humanists‖, dalam A.R. Lewis, ed.,

Aspects of the Renaissance (Austin: T.p, 1967), h. 105-121; dan Eric Hobswawm, Primitive

Rebels: Studies in Archaic Forms of Social Movement in the Nineteenth and Twentieth Century.

Third Edition (Manchester: T.p, 1971).

Page 18: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

9

Kemudian, sejauh mana dampak yang diberikan kepada masyarakat Maroko

dengan eksistensi gerakan-gerakan anti-kolonial pada masa tersebut. Ditambah,

akan membantu dalam memahami dinamika masyarakat –utamanya dalam hal

sosial-politik– di masa Kolonial Prancis.

Selanjutnya, dalam Metode Penelitian Sejarah terdapat tahapan-tahapan

yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah13

dan penulis juga mengikuti

prosedur yang telah ada. Adapun, tahap-tahap yang penulis gunakan untuk

penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pencarian Sumber

Penulis melakukan browsing di beberapa situs, seperti Bibliothèque

Nationale de France, situs jurnal-jurnal baik berbayar maupun tidak berbayar,

serta situs-situs sejenis merupakan ‗surga‘ bagi penulis dalam pencarian sumber-

sumber tertulis penelitian ini. Pasalnya, sebagian besar literatur-literatur yang

penulis dapatkan berasal dari situs-situs luar negeri yang akses terbuka maupun

akses bebas.

Akses daring ke situs arsip nasional Maroko dan Prancis sangat membantu

penulis dalam penelitian ini. Karena, arsip-arsip nasional Maroko dan tulisan-

tulisan para aktivis dari kalangan nasionalis yang pernah terbit pada masa

perjuangan seperti Les Notables. Selain itu, penulis juga berhasil mendapatkan

beberapa buku primer dan arsip, beberapa diantaranya adalah, The Independence

Movement in Arab North Africa, salah satu karya pejuang kemerdekaan, al-Fassi,

13

Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 147.

Page 19: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

10

Au temps des Mehallas au Maroc ou le Maroc de 1860 a 1912 karya Louis

Arnaud, dan Arsip Renseignements Coloniaux, 1923.

Adapun sumber data sekunder yang menjadi acuan penulis antara lain;

yaitu pandangan dan tulisan orang yang memiliki relevansi dengan sumber data

primer yang penulis dapatkan dari berbagai laporan penelitian, makalah, buku,

media cetak dan elektronik.

2. Tahap Pengolahan Data

Kajian sejarah, tentu saja tidak lepas dari sumber-sumber tertulis yang

menggunakan berbagai aksara.Dalam pengolahan data, penguasaan aksara sangat

penting agar informasi-informasi yang kita dapatkan bisa menjadi sebuah

data.Sehingga, aksara bisa menjadi jembatan antara informasi yang begitu banyak

dengan data-data yang diperlukan.Adapun dalam penelitian kali ini, aksara-aksara

yang penulis kuasai guna mengolah informasi-informasi yang penulis dapatkan

pada tahapan sebelumnya yaitu, Prancis, Inggris, Arab dan Indonesia.

Kemudian, setelah informasi-informasi diperoleh, maka tahap selanjutnya

adalah mensortir dan mengklasifikasikan informasi menjadi data-data berdasarkan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dan tentu saja sebagai landasan

untuk menjawab permasalahan.

3. Tahap Interpretasi Data

Setelah dilakukan pensortiran dan pengklasifikasian data, maka tahapan

selanjutnya adalah tahap interpretasi data, yang terdiri dari analisis dan

sintesis.14

Analisis, atau juga disebut sebagai penguraian, merupakan langkah

14

Kuntowijoyo, Ilmu Sejarah, h. 78-80.

Page 20: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

11

mereduksi data-data yang telah didapat menjadi lebih informatif guna

perkembanganpenelitian ini.

Kemudian setelah dilakukan analisis, langkah selanjutnya adalah sintesis.

Sintesis yang berarti menyatukan. Yang mana dalam hal ini adalah menyatukan

hasil bacaan yang telah kita analisis sebelumnya. Dalam kasus ini, data-data yang

telah dianalisis, kemudian baru disatukan menjadi kategori-kategori besar.

Misalnya, dalam menganalisis, data-data yang kita dapatkan adalah

pertempuran, rapat, mobilisasi massa, pembunuhan, penggulingan penguasa,

demonstrasi massa dan sebagainya, maka kita dapat mensintesiskan data-data

tersebut menjadi satu kategori besar. Dalam hal ini yang paling mendekati adalah

revolusi.15

4. Tahap Penyajian

Tahap ini, merupakan tahapan yang mengupayakan agar data-data sejarah

yang telah didapatkan sebelumnya bisa menjadi bukti untuk menjawab

permasalahan, tetapi masih terbelah. Untuk itu, agar dapat menjadi suatu kajian

yang bersifat utuh, sistematis, komunikatif dan mudah dimengerti khalayak maka

harus sesuai dengan kaidah historiografi atau penulisan sejarah. Di mana,

historiografi mencakup cara penelitian, pemaparan serta hasil pelaporan penelitian

sejarah yang telah penulis lakukan.

Namun demikian, paling tidak terdapat dua hal penting agar tercipta

historiografi yang memadai dan nikmat dibaca. Yaitu, imajinasi dan kemampuan

mentransmisikan pendapat ke dalam bentuk tulisan. Karena dua hal tersebut

15

Ibid., h. 79.

Page 21: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

12

menjadi faktor penting guna mewujudkan karya skripsi yang integral. Dan yang

terakhir, sekaligus yang terpenting, historiografi penelitian kali ini, tetap berada di

dalam kaidah yang semestinya.

Adapun buku ―Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta‖, terbitan CeQDA 2007, menjadi

buku acuan yang penulis gunakan, supaya penelitian skripsi ini sesuai koridor

penulisan yang ditentukan oleh UIN Jakarta Syarif Hidayatullah.

G. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang kemerdekaan Maroko dari Prancis merupakan kajian yang

sebetulnya sudah banyak ditulis oleh sarjana-sarjana di dunia. Pasalnya, kajian ini

termasuk kajian yang bahasannya mengenai kemerdekaan negara dunia ketiga

atau negara berkembang (developing country) dan hal tersebut merupakan isu

yang pernah ―seksi‖ bagi para sarjana-sarjana terutama pada awal kebangkitan

teoripost-colonial. Adapun di bawah ini merupakan karya sarjana-sarjana –baik di

Indonesia maupun luar Indonesia– yang membahas kemerdekaan Maroko dari

Pemerintah Protektorat Prancis:

1. Anita Handayani, Fatima Mernissi: Riwayat Hidup dan Perjuangannya

dalam Mewujudkan Demokrasi dan Hak-Hak Perempuan di Maroko, 1922-

1997 (2003).16

Skripsi dari Handayani ini mempunyai jangkauan waktu yang

sama dengan kajian penulis. Bedanya, Handayani juga memasukkan tahun-

tahun pasca kemerdekaan. Selain itu, fokus kajian dalam penelitian

Handayani berfokus kepada peran perempuan dalam memperjuangkan nilai-

16

Anita Handayani, Fatima Mernissi: Riwayat Hidup dan Perjuangannya dalam

Mewujudkan Demokrasi dan Hak-Hak Perempuan di Maroko, 1922-1997(Skripsi S1 Fakultas

Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003).

Page 22: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

13

nilai kesetaraan jender ditambah perannya dalam mewujudkan demokrasi dan

kemerdekaan Maroko.

2. Abdul Latif, Dinasti Alawiyah: Kontribusi Maulay Ismail pada Kemajuan

Kebudayaan di Maroko, 1672-1727 (2015).17

Meskipun sama-sama

membahas Maroko sebagai objek kajian penelitian, namun penelitian Latif

membahas Maroko sebelum kedatangan Protektorat Prancis. Skripsi ini

menjelaskan bahwa Maulay Ismail merupakan salah satu sultan yang

mempunyai pengaruh yang relatif signifikan dalam kemajuan Maroko pada

abad 17 dan 18-an, khususnya di bidang kebudayaan.

Sejauh penelaahan penulis di atas, kajian mengenai resistensi politik kolonial

yang dilakukan oleh gerakan-gerakan sosial (social movements) anti-kolonial di

Maroko atas Pemerintahan Kolonial Prancis, yang sifatnya komprehensif belum

banyak ditulis. Misalnya saja melihat bagaimana respon raja dan masyarakat

terhadap isu kebangkitan nasionalisme di Maroko pada masa Protektorat Prancis.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri ke dalam lima Bab pembahasan.

Bab Pertama, membahas tentang signifikansi tema yang diangkat,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pendekatan dan

metode penelitian, kajian yang relevan serta terakhir sistematika penulisan

penelitian ini.

17

Abdul Latif, Dinasti Alawiyah: Kontribusi Maulay Ismail pada Kemajuan Kebudayaan

di Maroko, 1672-1727, (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri

Jakarta, 2015).

Page 23: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

14

Bab Kedua, akan membahas kondisi Maroko sebelum dan saat kedatangan

Prancis. Dengan judul bab; Maroko: Menuju Kolonialis Prancis. Dengan sub-bab

sebagai berikut:

a) Maroko: Daratan di Tepi Laut Mediterania

b) Selayang Pandang: Maroko Sebelum Kedatangan Prancis

c) Sultan dan Ulama sebelum Kolonial Prancis

Bab Ketiga, akan membahas awal kemunculan gerakan-gerakan anti-

kolonialisme dan bagaimana respon masyarakat Maroko maupun Kolonial

Prancis. Dengan judul bab Kebangkitan Nasionalisme Maroko. Dengan sub-bab

sebagai berikut:

a) Pemantik Resistensi Kolonial

b) Perang Dunia II dan Penguatan Nasionalisme

c) Gerakan Anti-Kolonialisme

Bab Keempat, akan membahas bagaimana kontestasi yang terjadi antara

gerakan-gerakan anti-kolonialisme dengan Kolonial Prancis. Dengan judul bab –

Resistensi Politik Kolonial di Maroko. Dengan sub-bab sebagai berikut:

a) Mobilisasi Masyarakat

b) Demonstrasi dan Pemberontakan

c) Kedaulatan Maroko

Sedangkan bab kelima, berisi kesimpulan kemudian dilanjutkan dengan

Daftar Pustaka dan Daftar Lampiran.

Page 24: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

15

BAB II

MAROKO: MENUJU KOLONIALISME PRANCIS

Maroko, secara geografis, merupakan salah satu negara Afrika Utara yang

bersentuhan langsung dengan Eropa, Spanyol. Tepatnya, Maroko terletak di barat

laut Afrika yang memiliki garis pantai yang panjang dekat yang memanjang

melewati selat Gibraltar hingga ke laut tengah. Di sebelah utara, Maroko

berbatasan dengan Spanyol, timur dengan Algeria, barat dengan samudra Atlantik

dan selatan berbatasan dengan Mauritania.

Maroko juga bisa dikatakan sebagai negara yang punya sejarah panjang,

karena dari sebelum masehi sudah bersinggungan dengan peradaban-peradaban

kuno yand ada di dunia, persis bersamaan dengan negara-negara tetangganya

seperti, Tunis, Libya dan Aljazair. Hal tersebut dikarenakan letaknya yang cukup

strategis, tepat berbatasan dengan Laut Mediterania, laut yang pernah menjadi

saksi sejarah kemajuan peradaban para pelaut dulu.

Pada perjalanannya, Maroko juga bersinggungan dengan bangsa-bangsa

besar seperti, Romawi dan Arab. Masuknya kedua bangsa ini ke Maroko jelas

mempunyai peranan yang signifikan dalam membentuk identitas kebangsaan

orang-orang Maroko kedepannya. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah

pengaruh bangsa Eropa –dalam hal ini adalah Prancis – yang telah

mengkonstruksi sedemikian rupa bangsa Maroko. Pada bab ini, penulis akan

membahas bagaimana situasi dan kondisi Maroko sebelum kedatangan Prancis

dan ketika Prancis datang.

Page 25: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

16

A. Maroko: Daratan di Tepi Laut Mediterania

Sultan Hasan II berkata bahwa ―Maroko ibarat pohon, ia memiliki akar yang

membentang di Afrika. Namun, bernafas di udara Eropa‖.Memang, Maroko

merupakan Negara Magrib paling barat diantara Negara-negara Magrib lainnya

Algeria dan Tunisia. Ibukota kerajaan Maroko adalah Rabat, tapi kota terbesar dan

yang paling terkenal adalah Casablanca.

Tanah

Maroko terletak dipersimpangan antara Eropa, Afrika dan Asia. Maroko

memiliki empat ibu kota: Rabat, ibukota administrasi, Casablanca, ibukota

perdagangan dan perisdustrian, Marrakech, ibukota wisata dan Fes, ibukota

budaya dan ilmu pengetahuan. Wilayah Maroko terdiri dari 5 bagian:

pegunungan, lahan subur di bagian barat, tanah lumpur di barat daya, lahan

pertanian di tengah dan gurun dekat Sahara.

Wilayah gunung dibagi menjadi tiga area: Middle Atlas, High Atlas dan Anti-

Atlas Ranges.18

Ke selatan dari Rif dan lembah sungai Sebu adalah wilayah

Middle Atlas, terpisah dari pinggir bagian timur High Atlas yang membentang

sampai ke lembah sungai Abid. High Atlas memiliki panjang 450 mil dan luas 40

mil.Maka dari itu wilayah High Atlas memiliki dua zona iklim yang berbeda;

yang satu dipengaruhi oleh angin laut Mediterania dan satunya lagi oleh

Sahara.Anti-Atlas ke selatan, dihubungkan dengan High Atlas oleh gunung

vulkano Siruoa.Jauh ke selatan Anti-Atlas adalah oase, sungai musiman, dan kota-

18

Raphael Chijioke Njoke, Culture and Costumes of Morocco (USA:Greenwwod Press: 2006) hal.

24

Page 26: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

17

kota pulau kecil. Ada dua gunung yang mempengaruhi pembagian wilayah

Maroko yaitu gunung Atlas dan gunung Rif. Dan Maroko memiliki empat musim:

musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur.

Orang-orang Maroko

Sebagaimana masyarakat Arab atau Afrika, Maroko juga terdiri dari ratusan

komunitas bahasa.Dahulu, masing-masing komunitas bahasa hidup sendiri-sendiri

dan mandiri.Penduduk asli Maroko adalah suku Berber. Ia telah mendiami

wilayah Maroko dan sekitarnya ratusan tahun sebelum bangsa lain menjajahnya.

Suku Berber dibagi menjadi tiga suku: Amazigh, Syilha dan Rifi. Ketiga suku ini

memiliki bahasa dan dialek sendiri-sendiri.Hal tersebut memudar dengan adanya

nikah antar suku dan dominasi bangsa Arab baik dari segi bahasa maupun

identitas.Hingga akhirnya melahirkan generasi baru yakni Arab-Berber. Adapun

Arab-Berber Maroko adalah mayoritas penduduk Maroko dengan persentase 99.1

%, disusul dengan Yahudi dengan 0,2 %, dan minoritas lainnya 0,7 % seperti

Moor, Arab, Negro, dan Eropa.19

Sepertiga dari jumlah penduduk Maroko, 32.209.101 juta jiwa, tinggal di

daerah kota, dan seperti tiga dari yang tinggal di kota itu tinggal di Casablanca.

Masyarakat Berber lokal sebagian besar tinggal di pegunungan.Adapun asal usul

kata Berber adalah sebutan dari orang-orang Romawi ‗Barbarus‘ bagi orang yang

tinggal di wilayah Maroko. Namun sekarang, orang-orang Maroko kebanyakan

adalah keturunan campuran Arab, Berber dan Afrika. Orang Maroko Arab-Berber

19

Ibid, hal. 26

Page 27: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

18

memiliki beberapa keunikan dan karakteristik yang membedakan dengan yang

lainnya: mereka memiliki mata biru dengan variasi warna kulit karena perkawinan

antar suku serta tinggi dan kurus.

Bahasa

Ada tiga bahasa mayoritas bahasa yaitu Arab, Berber dan Prancis. Bahasa arab

digunakan oleh 70% dari total populasi. Ada dua jenis bahasa arab di Maroko

yakni bahasa Arab standar dan bahasa arab Maroko. Bahasa arab standar atau

bahasa Arab fushah digunakan dalam surat kabar, korespondensi, pidato dan

belajar agama dan filsafat. Bahasa arab Fushah jarang digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Bahasa Arab Maroko sering digunakan dalam percakapan

sehari-hari, bahasa Arab yang terpengaruh dengan dialek orang Berber, Prancis

dan Spanyol. Bahasa Berber digunakan 30% populasi dan bahasa Prancis

digunakan untuk urusan bisnis, pemerintahan, dan hubungan international. Bahasa

Prancis sangat ditekankan di dalam kurikulum sekolah agar generasi mendatang

bisa berhubungan dengan dunia international.20

Pemerintahan

Tahta kerajaan merupakan warisan turun-temurun yang dipegang oleh dinasi

Alawiyah. Raja sebagai kepala Negara dibai‘at sebagaimana sistem khalifah dan

diberi gelar Amirul Mukmin yang mengisyaratkan raja juga sebagai pemimpin

umat islam. Roda pemerintahan dijalankan oleh kabinet yang dipimpin oleh

Perdana Menteri yang diangkat oleh raja. Maroko memiliki parlemen yang terdiri

20 Ibid,hal28

Page 28: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

19

dari majelis rendah yang dipilih secara langsung dan majelis tinggi yang dipilih

secara tidak langsung. Setelah kematian ayahnya, raja Muhammad VI

mendeklarasikan bahwa Maroko adalah Negara monarki konstitusional, menganut

paham liberalisme ekonomi dan menganut paham banyak partai. Dia berjanji akan

memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan lebih mementingkan

kepentingan rakyat. 21

B. Selayang Pandang: Maroko Sebelum Kedatangan Prancis

Sebelum datangnya Prancis ke Maroko, sebagai sebuah negara protektorat

pada tahun 1912, sebetulnya Maroko sudah berada dalam posisi yang tidak

menguntungkan. Baik secara politik maupun ekonomi. faktanya di pertengahan

abad-19, Maroko telah menghadapi gelombang kolonialisme yang dilancarkan

orang-orang Eropa di tanah Maghrib. Tentu saja hal tersebut akan menjadi

hambatan besar bagi kemajuan Maroko kedepannya, terutama bagi kedaulatan

Maroko itu sendiri.

Proses panjang sampai Maroko bisa jatuh ke tangan Prancis dimulai pada

tahun 1830, ketika Prancis melakukan intervensi militer ke Aljazair.22

Dari situ

sinyal-sinyal merambatnya tangan-tangan kolonialisme sudah mulai dirasakan

orang-orang Maroko.23

Ditambah dengan serangan orang-orang Austria di

Larache, kota pelabuhan penting di Tanger-Tetouan sebelah selatan Maroko.

21

Raphael Chijioke Njoke, Culture and Costumes of Morocco (USA:Greenwwod Press:

2006) hal.31 22

Thomas K. Park dan Aomar Boum, Historical Dictionary of Morocco. Second Edition

(Oxford: Scarecrow Press Inc., 2005), h. lxv. 23

C.R. Pennell, Morocco: From Empire to Independence (Oxford: One World, 2003), h.

115.

Page 29: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

20

Paling tidak, dua kejadian tersebut mengakibatkan tersebarnya rumor bahwa

orang-orang ―Kristen‖ akan menyerang seluruh dataran Maroko.24

Kemudian, dengan jatuhnya Aljazair yang notabene masih di bawah

bayang-bayang Turki Utsmani, maka dengan sendirinya Prancis juga berhasil

memutuskan jalinan diplomasi antara Maroko dengan Turki Utsmani yang

biasanya dilakukan melalui perantara Aljazair.25

Dengan demikian posisi Maroko

di tanah Maghrib semakin tidak menguntungkan, apalagi di tengah-tengah

tekanan-tekanan politik kolonialisme dari negara-negara Eropa yang tengah

melanda daerah tersebut. Meski demikian, perlawanan bantuan masih diberikan

oleh Maroko untuk membantu Aljazair melawan Prancis. Kendati demikian,

kekuatan militer Maroko tidak sebanding dengan kekuatan militer yang dimiliki

oleh Prancis.26

Pada perkembangan selanjutnya, Maroko tidak hanya mendapatkan

tekanan dari Prancis dan Austria semata. Spanyol dan Inggris ikut ke dalam

persaingan tersebut untuk mendapatkan bagian dari wilayah paling ujung di tanah

Maghrib tersebut. Tentu saja hal tersebut berdampak besar kepada perekonomian

Maroko. Pasalnya, invasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa tersebut bukan

hanya bersifat politik namun juga ekonomi.

Larache –yang sebelumnya diambil alih oleh orang-orang Austria–

menjadi basis para pedagang-pedagang Eropa.27

Singkatnya para pedagang-

24

Ibid., h. 116. 25

Edmund Burke, Prelude to Protectorate in Morocco: Pre-colonial Protets and

Resistance 1860-1912 (Chicago: The Chicago Unversity Press, 1976), h. 22. 26

Ibid. 27

C.R. Pennell, Morocco since 1830: A History (New York: New York University Press,

2000), h. 17.

Page 30: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

21

pedagang lokal kalah bersaing dalam perdagangan dengan orang-orang Eropa.

Pedagang-pedagang Maroko hanya unggul dalam penjualan domestik, karena

ulama menetapkan aturan agar tidak menjual atau membeli barang ke orang-orang

Eropa Kristen yang notabene kafir (menurut pandangan ulama).28

Selain itu,

otoritas ulama juga melarang sultan menaikkan pendapatan negara dengan pajak,

karena tidak sesuai dengan Syariat Islam.29

Perekonomian Maroko menjadi begitu terpuruk dengan kedatangan orang-

orang Eropa tersebut. Sultan yang mencoba mengandalkan sektor ekspor barang-

barang lokal khas Maroko seperti gandum, kain wol, kulit, lilin dan karet

sebetulnya merupakan sebuah keputusan yang tepat.30

Namun hal tersebut juga

dimatikan oleh orang-orang Eropa dengan munculnya perjanjian antara Inggris

dan Prancis mengenai Perjanjian Negosiasi Perdagangan (Trade Negotiation

Agreement) yang memperbolehkan delegasi-delegasi dagang asing mendapatkan

dasar hukum yang sah, sehingga bisa melakukan monopoli perdagangan di

Maroko.31

Pada tahun-tahun kedepannya, perekonomian Maroko jelas tidak

mempunyai masa depan yang cukup baik, sehingga memperlemah kekuatan

Maroko.

Selain perekonomian, kondisi Maroko yang turut tidak stabil adalah

politik. Jelas, tujuan dari politik kolonial mencoba membentuk identitas Eropa ke

dalam bangsa-bangsa yang dijajahnya. Maka dari itu, politik jelas-jelas menjadi

28

Louis Arnaud, Au temps des Mehallas au Maroc ou le Maroc de 1860 à 1912

(Casablanca: Atlantides, 1952), h. 66. 29

Ibid., h. 67. 30

C. Avonde, Le Commerce Extérieur du Maroc Français (Renseignements Coloniaux,

1923) h. 365-383. 31

Arnaud, Au temps des Mehallas, h. 68.

Page 31: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

22

agenda utama dalam politik kolonial disamping ekonomi. Dalam tahun-tahun ini

nampaknya agama bukan menjadi agenda utama lagi bagi orang-orang kolonial.

Lalu, pada tahun 1883, di tengah krisis ekonomi yang tidak berkesudahan,

Hassan I selaku Sultan Dinasti Alawiyah di Maroko melakukan terobosan dengan

mengeluarkan kebijakan pajak pada produksi pertanian.32

Terobosan ini ia ambil

agar Maroko tidak jatuh dan menjadi negara yang bangkrut, dengan ganjaran ia

harus melanggar hukum yang telah ditentukan oleh otoritas ulama tentang pajak

pendapatan. Namun, orang-orang Eropa yang tinggal di Maroko, baik pedagang

atau bukan, lewat perwakilan mereka menolak untuk membayar pajak yang

diterapkan oleh sultan. Walhasil, kebijakan baru ini tidak dapat mendongkrak

perekonomian Maroko di tengah krisis ekonomi negara tersebut yang sudah

berlarut-larut tak tentu arah. Bahkan ekonomi Maroko semakin terpuruk dari

tahun ke tahun.33

Sementara itu, Prancis mulai menduduki wilayah-wilayah strategis untuk

melancarkan rencananya menduduki Maroko di tahun-tahun kedepannya. Belum

lagi ditambah dengan rencana di balik layar negara-negara Eropa untuk ―bagi-

bagi‖ wilayah kekuasaan Afrika dan Asia. Yang mana dalam hal ini, Afrika Utara

yang menjadi wilayah yang akan dibagi-bagi oleh negara-negara Eropa. Pada

kasus ini, Maroko yang sudah lama diincar oleh Prancis pun dilepaskan oleh

negara-negara Eropa lainnya. Di lain pihak, Italia mendapatkan Libya, Spanyol

mendapatkan Pantai Barat Sahara dan Maroko bagian Utara.

32

Pennell, Morocco since 1830, h. 22. 33

Pennell, Morocco, h. 136.

Page 32: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

23

Lebih jauh lagi, pada tahun 1904, The Entente Cordiale, antara Inggris,

Prancis dan Rusia meneguhkan pondasi-pondasi yang penting bagi Prancis untuk

menguasai Maroko. Dimana, Mesir yang tadinya milik Prancis ditukar dengan

Maroko milik Inggris. Pada tahun-tahun ini, merupakan tahun di mana kedaulatan

Maroko, sebagai negara merdeka terakhir di Tanah Maghrib, dirampas

kemerdekaannya. demikian pula dengan kewenangan sultan juga sudah runtuh.

Bila diibaratkan maka Maroko seperti negara yang sebentar lagi mau ‗mati‘

karena kelaparan dan lumpuh.

Selanjutnya pada tahun 1909 bisa dikatakan sebagai tahun-tahun dimana

kekuatan Prancis di Maroko mulai menguat. Pasalnya, Mawlay Abdelhafid, sultan

terakhir sebelum berkuasanya Prancis di Maroko benar-benar sudah kehabisan

dana untuk membayar tentara-tentara dan pegawai-pegawainya, sehingga

pemerintahannya benar-benar rapuh. Sampai pada akhirnya, masih di tahun yang

sama, ia mengutus delegasinya (delegasinya nanti akan menjadi penghianat dan

pro kepada pihak Prancis) untuk melakukan negosiasi di Paris untuk

menegosiasikan hutang-hutang Maroko yang luar biasa banyak.

Pada 3 Maret 1910, ia setuju dengan perjanjian yang dilakukan

delegasinya di Paris namun dengan bayaran yang sangat mahal. Dia mendapatkan

banyak uang dari perjanjian tersebut untuk melunasi hutang-hutang Maroko

namun ditukar dengan kendali atas negaranya. Sehingga, ia sudah tidak punya

kendali apa-apa di Maroko.

Prancis kemudian mengumumkan kekuasaannya di Maroko, dari Chaouia,

Casablanca dan wilayah Oujda. Pemerintahan lokal di wilayah-wilayah tersebut

Page 33: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

24

dibentuk ulang dan mereka juga merekrut orang-orang Maroko yang potensial

masuk ke dalam lingkaran pendudukan Prancis sebagai tentara kolonial. Prancis

juga mengambil kontrol penuh atas pendapatan, pajak dan juga monopoli

perdagangan di wilayah-wilayah tersebut.

Terlepas daripada itu, Makhzen, sebagai kelompok yang cukup berkuasa

juga tidak punya kebebasan ekonomi lagi. Musim panas tahun 1910, Prancis

benar-benar mendominasi mereka. Orang-orang penting mereka yang juga sebagai

anggota dari Keluarga El-Mokri; Mohammed ben Abdessalem El Mokri, yang

juga menjabat sebagai menteri Ekonomi yang sebelumnya bernegosiasi di Paris

terkait pinjaman dana, menjadi perdana menteri, dan ketiga anaknya menduduki

posisi menteri Ekonomi, Pasha di Tangier dan Pasha di Fez. Sedangkan yang

tidak pro dengan Prancis maka akan ditendang dari kekuasaannya.

Meskipun Prancis belum mengendalikan kelompok Makhzen tetapi

Makhzen juga tidak punya kuasa lagi atas Maroko. Setelah pemberontakan di

Middle Atlas pada Januari 1911, Mawlay Zein, saudara lainnya dari sultan,

memproklamirkan dirinya di Meknes pada bulan April. Oleh karena itu di

penghujung bulan Mei, enam ribu pemberontak telah mengepung Fez. Pemerintah

Prancis telah memutuskan untuk ikut campur tangan dalam perselisihan tersebut.

Mengklaim bahwa the Act of Algeciras memperbolehkan mereka untuk

mengintervensi untuk memulihkan kestabilan, mereka memanfaatkan

pemberontakan sebagai dalih untuk menguasai Fez pada tanggal 21 Mei. Sebagai

respon dari tindakan Prancis tersebut, Spanyol memutuskan untuk melindungi apa

Page 34: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

25

yang dikatakan sebagai ― wilayah kanan‖ di Maroko, dan menguasai Larache dan

Ksar el-Kebir (Alcazarkebir).

Tindakan-tindakan tersebut nampaknya disetujui begitu saja oleh

Pemerintahan kolonial Inggris. Dan protes satu-satunya hanya datang dari Berlin.

Pada 1 Juli kapal penjelajah bersenjata milik Jerman, the Panther, telah dikirim ke

Agadir, dengan tujuan melindungi kepentingannya di selatan Maroko.

Singkatnya, Insiden Agadir tersebut sebetulnya telah mengantarkan

negara-negara Eropa tersebut ke pinggir jurang peperangan. Namun, dengan

bantuan Inggris, permasalahan dapat diselesaikan dengan apik dan damai. Dengan

sebuah keputusan bersama yang disetujui seperti berikut; yaitu Jerman boleh

mendapatkan teritori kolonial di Sungai Kongo sebagai gantinya tidak akan

mengganggu gugat Prancis di Maroko sekaligus membiarkan Prancis bergerak

dengan leluasa di Maroko.

Pintu sekarang sudah terbuka lebar bagi Prancis untuk mendirikan

protektorasinya di Maroko. Tentara Prancis juga sudah menduduki seluruh negeri

Maroko – kecuali bagian yang dikuasai Spanyol. Mereka juga memaksa Si

Madani El Glaoui turun dari jabatan wazir yang ia pegang dan adiknya Si Thami

sebagai Pasha Marrakesh, karena mereka termasuk orang-orang yang sejatinya

tidak pro-Prancis. Namun sebagai ganjarannya, mereka mendapat perlindungan

Prancis.34

Sebagai daerah pedalaman yang secara cepat dan tidak disengaja menjadi

kendali Prancis, Perdana Menteri Prancis di Tangier, Henri Regnault, melakukan

34

Burke, Prelude to Protectorate in Morocco, h. 71.

Page 35: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

26

perjalanan ke Fez dengan segala jenis kebutuhan untuk pesta besar-besaran dan

teks perjanjian yang ia serahkan ke Mawlay Abdelhafid untuk ditandatangani

pada 12 May 1912.35

The Treaty of Fez menjamin wewenang keagamaan yang

dimiliki oleh sultan dan kedaulatan sekulernya, tetapi memberikan segala

kekuatan eksekutif di tangan Prancis. Dan dengan ini dimulailah masa Protektorat

Prancis.

C. Sultan dan Ulama sebelum Protektorat Prancis

Mohammed Lahhabi, mempublikasikan bukunya yang berjudul Le

Gouvernement Marocain à l’Aube du Vingtième Siècle yang isinya menerangkan

sistem politik yang ada di Maroko. Baik sebelum maupun sesudah kedatangan

Prancis. Ia berpendapat bahwa Prancis, telah menghancurkan dasar azas politik di

Maroko yang kondisinya sebetulnya sudah mapan. Protektorat Prancis mengubah

kedaulatan yang tadinya berada pada tangan rakyat menjadi sebaliknya. Dimana

kedaulatan tertinggi berada pada pemerintah, atau dengan kata lain bersifat

monarki absolut.36

Kemudian, berangkat dari kasus-kasus sejarah, Lahhabi berpendapat

bahwa dulu masyarakat madani telah terbangun dengan baik di Maroko sebelum

kedatangan Prancis. Yang mana terdapat hubungan yang positif antara Sultan,

Ulama serta Masyarakat Maroko, dan hal tersebut tidak dapat dilupakan dalam

sejarah panjang Maroko. Ia mencontohkan misalnya kasus sultan yang dapat

dilengserkan, yaitu sultan Abd‘ al-Aziz, pada tahun 1908. Dari hal tersebut

terlihat bahwa contoh tersebut telah menjadi bukti mengenai ruang kebebasan

35

Ibid. 36

Gellner dikutip dari C.R. Pennell: ‗Tyranny, Just Rule and Moroccan Political Thought‘

dalam Morocco: Occasional Papers, No. 1, 1994, h. 13

Page 36: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

27

untuk ideologi masyarakat. Selain itu, konsep mengenai pemimpin tirani yang

harus digantikan juga berdiri begitu kokoh pada masa pra-kolonial Maroko seperti

yang dikatakan oleh Pennell:

If the Sultan rules justly, preserves order and the safety of the roads,

keepshis officers under control so that they do not ‘tyrannise’ the people,

raisestaxes in a fair way in accordance with the shari’a, and protects the

countryagainst attack by outside forces, particularly the Christians, then

they have aduty to obey him. If he does not, and fails so manifestly that

justice andorder are replaced by tyranny, then he can be removed from

office. Indeed,on occasion it was argued that it was not only the right of

the people – ledby the ‘ulema– to remove him, but their duty to do so.37

Selain itu, terdapat contoh lainnya yang masih terkait dengan kasus

kuatnya masyarakat madani pada masa pra-kolonial. Yaitu, pembalikan bai‘at

sultan Abd al-‗Aziz yang dilakukan oleh el-Kattani di tahun 1908. Padahal hal

tersebut benar-benar sudah melampaui kehendak sultan atau ulama, namun el-

Kattani.38

menjadikan hal tersebut menjadi mungkin. Dia merupakan contoh figur

sejarah yang berhasil mematahkan istilah populis kewenangan mutlak ‗tangan

tuhan di muka bumi‘. Selain itu, dia juga salah satu tokoh utama yang mencoba

memberikan makna bai‘at sebagai sesuatu yang sifatnya sementara waktu.

Dimana secara tersirat hal tersebut sama saja mendobrak kepatuhan tradisi dan

praktik yang sudah cukup lama diterapkan oleh Maroko.

37

Pennel: ‗Tyranny, Just Rule and Moroccan Political Thought‘, h. 22. 38

‗abd al-Hayyal-Kattani atau El Kattani (1873-1909) merupakan seorang akademisi

sekaligus sufi yang dimuliakan oleh masyarakat. Sosoknya semakin terkenal ketika ia dengan

lantang menyuarakan ketidaksukaannya atas lemahnya sang sultan yang mau bernegosiasi dengan

kolonial Prancis pada tahun 1904-1909. Meskipun dikatakan sebagai seorang sufi, dia juga tidak

bisa dikatakan sebagai tipikal representatif ulama. Hukuman pertama kali dijatuhkan kepadanya

oleh ulama, yaitu eksekusi mati pada tahun 1896-1887 dengan tuduhan bid‘ah walaupun alasan

sebetulnya karena perjuangannya yang kokoh melawan sultan yang tidak pro-rakyat.Lebih jauh

lihat, Thomas K. Park dan Aomar Bourn, Historical Dictionary of Morocco. Second Edition

(Lanham: The Scarecrow Press, 2005), h. 136-138.

Page 37: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

28

Karena hal tersebut, pada tahun-tahun menjelang pendudukan Prancis

sebagai sebuah negara Protektorat di Maroko, El Kattani dijadikan buronan negara

atas perintah Abd al-‗Aziz, karena dinilai telah melemahkan posisinya di mata

masyarakat sebagai sultan, selaku pemimpin tertinggi di Maroko saat itu. Faktor

lainnya karena el-Kattani dinilai sebagai orang yang berbahaya karena punya

kemampuan menggerakkan massa dengan mudah.

Terkait peristiwa sejarah yang mengakibatkan dilengserkannya Abd al-

‗Aziz, sebetulnya punya hubungan yang relatif harmonis dengan ambisi kolonial

Prancis. Karena hal tersebut dijadikan celah oleh Prancis untuk memaksa Abd al-

‗Aziz untuk menandatangani Perjanjian Algeciras pada tahun 1906 dengan dalih

Prancis akan memberikan dukungan kekuatan secara politik kepada Abd al-‗Aziz.

Setelah menguasai Casablanca dan Oujda yang diikuti penandatanganan

Perjanjian Algeciras, el-Kattani menjadi satu-satunya yang menentang usaha-

usaha sultan karena upaya sultan yang ingin melakukan putusan atas kehadiran

Prancis di Maroko. Namun demikian, adik dari sang sultan, Hafidh, yang

mengumpulkan massa di Marrakesh, jauh dari Fez, pada 16 Agustus 1907

ternyata punya rencana yang senada dengan el-Kattani. Dia meminta massa

tersebut untuk memilih sultan lain yang mampu menentang para penjajah. Dalam

hal ini, dia meminta orang-orang yang dikumpulkannya tersebut untuk

mengangkat dirinya sendiri dan terjadilah bai‘at baru, yang secara terang-terangan

menentang posisi kakaknya sendiri, Abd al-‗Aziz. Ulama Marakesh pun dipaksa

untuk menandatangani hal tersebut untuk melegalkan kekuasaan Abdel Hafidh.39

39

Ibid.,h. 67.

Page 38: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

29

Bila dicermati lebih jauh, sebetulnya, bila Abd al-‗Aziz bisa memposisikan

dirinya sebagai kontra dari kolonial Prancis, tentu saja apa yang disebut sebagai

ketidak patuhan sipil tidak akan terjadi.

Menanggapi hal tersebut, sang Sultan mengumpulkan kelompok ulama

Fassi di istananya di Rabat dan memaksa mereka untuk mengeluarkan fatwa agar

membatalkan bai‘at Marakesh, menyatakan bahwa mereka tidak punya alasan

apapun untuk mengambil sumpah kesetiaan. Pada januari 1908, kejadian serupa

juga terjadi di tempat lain, yang mana para ulama Fassi dipaksa oleh

segerombolan orang-orang yang marah di Fez. Gerombolan tersebut terdiri dari

petani, masyarakat miskin dan tukang kayu. Penggambaran Munson paling tidak

dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai peristiwa di Fez tersebut:

On 15 December 1907, peasants swarmed into Fez refusing to pay a

markettax imposed by Moulay ‘Abd al-‘Aziz. Joined by the city’s poor, the

peasants broke open thestrongboxes where the tax revenues were kept

andattacked a number of shops, theFrench post office, and the office of the

government’s tobacco monopoly. The crowds also tried to pillage

theJewish quarter, but its gates were shut before they could. After two

days ofthis rioting, merchants succeeded in restoring order by means of a

makeshiftmilitia composed largely of porters and slaves. The sultan’s

army wasabsent, having left Fez in September when Mulay ‘Abd al-‘Aziz

haddecided he would be safer in Rabat, near French troops and ships.40

Pada Januari 1908, perkumpulan sebanyak 20.000 orang yang ingin

melakukan protes mengawal beberapa ulama-ulama berpengaruh di Fez ke

universitas Qarawiyyin. Mereka menuntut menandatangani petisi yang akan

mendeklarasikan Abd al-‗Aziz sebagai bukan lagi penguasa resmi dan

mengalihkan baiat ke Mawlây Abdel Hafidh, adiknya sendiri. Hal tersebut

dilakukan atas dasar sikap tunduknya Abd al-‗Aziz terhadap Prancis dan gagal

40

Ibid.,h. 69–70.

Page 39: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

30

untuk menerapkan hukum Islam di Maroko. Dalam 30 menit, bai‘at yang baru

telah dibuat garis besarnya dan ditandatangani.

Kesetiaan yang baru terhadap Abdel Hafidh berarti menjadi tugas besar

baginya yang secara tidak langsung telah menjadi tempat untuk masyarakat

bergantung atas kepedihan-kepedihan yang telah diberikan oleh Prancis di

Maroko. Banyak tuntutan masyarakat yang harus dilaksanakan, seperti

pembebasan teritori-teritori yang dikuasai oleh Prancis, dengan menghilangkan

segala campur tangan orang-orang Eropa dalam permasalahan Maroko, dan

menghilangkan pajak-pajak non-quran41

. dan perlindungan terhadap hak istimewa

ulama tradisional.

Walaupun Abdel Hafidh merupakan orang yang diuntungkan dari bai‘at

baru tersebut, ia menjadi sangat marah ketika mendengar tentang kondisi-kondisi

yang mengganggunya. Menurutnya, kondisi-kondisi terikat tersebut melemahkan

kekuatannya dan menjadi hambatan bagi kemampuannya untuk memerintah.

Ketakutan ulama dengan cepat mengingkari kondisi-kondisi kontraktual tersebut

dan menyalahkan kejadian tersebut ke El Kattani, meminta dengan tegas bahwa

mereka telah dipaksa untuk menerima hal tersebut. Dengan ketidakmampuan

sultan baru untuk membendung pasukan Prancis, membuat tegang hubungan

antara El Kattani, orang paling berkuasa di Fez dengan Sultan menjadi lebih

buruk. Pada musim semi 1909, el-Kattani pergi meninggalkan kota Fez menuju

Middle Atlas untuk memulai pemberontakan dan perang suci melawan Prancis.

41

Pajak non-Qur‘an adalah pajak-pajak yang tidak ada landasan hukumnya dalam al-

Qur‘an.

Page 40: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

31

Sesudah itu ditangkap oleh pasukan-pasukan sultan, dibawa menuju Fez,

dicambuk hingga mati dan dikubur pada tengah malam.42

Dua contoh sejarah di atas menggambarkan batasan-batasan dalam

perbedaan yang berhubungan dengan agama dan perannya yang dimainkan ulama

dalam menciptakan kebebasan publik. Perannya baik semata-mata untuk kesatuan

ataupun semata-mata untuk bersebrangan pendapat dalam kenegaraan. Hal

tersebut juga menyajikan perlindungan baik untuk individual maupun hak-hak

kelompok dari campur tangan pemerintahan yang monarki.

Berangkat dari kasus bai‘at 1908, dasar bai‘at yang sifatnya sementara

menjadi jauh dari standar yang seharusnya. Dan kemudian munculnya

gerombolan massa mengamuk yang memaksa ulama untuk menandatangani bai‘at

baru dan hal tersebut terlihat bahwa ulama tidak sepenuhnya independen. El

Kattani, seperti yang disebutkan di atas, tidak mau mengikuti ulama-ulama pada

umumnya dan akhirnya menjadi sufi, ia bahkan menghormati penghinaan yang

bersifat agama yang dilakukan oleh kaum ortodoks. Sebagai ganjaran

keputusannya:

It is true that the weakened state of the Sultanate in 1907–8 enabled the

Moroccan ‘ulema to play a more conspicuous political role than they

usually did. Still, even in these years, most scholars remained pawns

manipulated by those who held real power, be it the reigning sultan, . . . or

el-Kattani when he was able to mobilize huge crowds of artisans,

shopkeepers, and peasants. In this period, as in previous centuries, no one

denied that approval by the ‘ulema was a prerequisite of legitimate rule.

But nor did those with power have any difficulty in forcing the ‘ulema to

legitimate whatever it was they wanted legitimated.43

42

Ibid. 43

Ibid.,h. 75.

Page 41: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

32

Tozy bahkan mengekspresikan dengan kata-kata yang kurang lebih sama:

What is sure is that despite the real weight that the ‘ulema represented,

their power remained limited and one should not exaggerate their

importance’.44

Perkembangan-perkembangan di masa pra-kolonial ini seharusnya paling

tidak mengindikasikan satu hal penting dalam struktur ruang publik pada

hubungan negara-masyarakat di awal abad kedua puluh. Hal tersebut adalah satu

hal penting dari agama yang ideal dalam menantang kekuasaan si penguasa, yang

melekat ke dalam mode-mode kekuasaan agar mengetahui sejarah Maroko, jauh-

jauh hari sebelum disusupi oleh kebudayaan-kebudayaan dari bangsa lain.45

Sejarah dan tradisi-tradisi budaya telah menempatkan agama dan ulama di

dalam jantung hubungan sosial mengikat antara negara dan masyarakat, agar

melewati prosesb bertujuan memastikan kedudukan ruang kebebasan publik,

Hubungan yang kontraktual antara penguasa dan yang dikuasa, bagaimanapun

diartikulasikan sebagai bentuk terbaik dari kepatuhan.

44

Mohamed Tozy,Champs et contre-champs politico-religieux au Maroc (Disertasi Gelar

Doktor dalam Ilmu Politik, Université de Droit, d‘Economie et des Sciences d‘AixMarseille,

1984), h. 34. 45

James N. Sater, Civil Society and Political Change in Morocco (London: Routledge,

2007), h. 33.

Page 42: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

33

BAB III

KEBANGKITAN NASIONALISME MAROKO

Pandangan umum mengenai perkembangan pergerakan nasionalis Maroko

menekankan bahwa terdapat peran penting Perang Dunia Kedua dalam transisi

gerakan-gerakan pemikiran yang berbasis kemerdekaan dan berusaha

mempengaruhi otoritas Prancis untuk merancang ulang kebijakan-kebijakan

mereka di Maroko yang sama sekali sarat dengan kepalsuan akan kemerdekaan

semu yang diberikan oleh Prancis.

A. Pemantik Resistensi Kolonial

Bibit Nasionalisme, menurut beberapa sarjana, dimulai pada November

1925.46

Diawali dari studi grup mahasiswa yang bersama-sama mencari format

baru mengenai hubungan Maroko dengan Protektorat Prancis. Dari studi grup

tersebut, nantinya ide nasionalisme akan menyebar ke seluruh penjuru Maroko.

Lalu, studi grup yang notabene terdiri dari mahasiswa Universitas Qaramiyyin ini,

pada dasarnya terinspirasi oleh pergerakan Salafi dalam melawan praktik politik

kolonial.47

Selain itu, anggota studi grup tersebut pada umumnya berasal dari

golongan borjuis kota tradisional, Fez. Dalam sejarahnya, mereka merupakan

46

John P. Halstead,Rebirth of a Nation: The Origins of and Rise of Moroccan

Nationalism,1912-1944(Harvard: Harvard University Press, 1967),h. 66;Jamil M. Abun-Nasr,A

Historyof the Maghrib. 2nd edition (Cambridge: Cambridge University Press, 1975), h. 368. 47

Secara tidak langsung, pergerakan Salafi mempunyai andil yang besar dalam

kemerdekaan Maroko. Ide-ide salafi tentang memodernisasikan Islam untuk dunia yang sedang

dikuasai oleh orang-orang Eropa menjadi faktor yang menjadi utama yang mendorong terjadinya

banyak perubahan di dunia Islam Timur Tengah. Dengan kata lain, salafi adalah kontra dari

kolonialisme pada saat itu.

Page 43: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

34

kelompok yang berada di garda depan dalam mendesak reformasi Makhzen untuk

mencegah okupasi yang akan dilakukan oleh orang-orang Eropa ditahun 1912.48

Pengaruh dari luar jelas menjadi – dalam hal ini Timur Tengah –faktor

utama yang mempengaruhi kebangkitan nasional di Maroko. Misalnya seperti

Kemalist Turki yang pengaruhnya dan Pergerakan Salafi yang disuarakan

oleh"tiga serangkai pembaharu‖,Jamâl al-Dîn al-Afghânî, Muhammad ‗Abduh

danMuhammad Rasyîd Ridâ.49

Tuntutan pertama golongan nasionalis mulai timbul ketika gerakan

masyarakat mulai terbentuk ditahun 1930, dimana Protektorat Prancis di Afrika

Utara terlihat begitu kuat kekuasannya. Pada tahun tersebut, pemerintahan Prancis

mengharuskan Sultan untuk menerbitkan dahir untuk menempatkan suku berber

di bawah hukum adat bukannya hukum Islam.50

Meskipun hal tersebut tidak lebih

dari hasil undang-undang dari keputusan eksekutif yang dibuat lebih dari 10 tahun

sebelumnya, golongan nasionalis –dengan visi salafinya tentang nilai-nilai sosial

Islam dan penyatuan syariah Islam dalam hukum Maroko–tidak setuju dengan

dekrit tersebut. Karena, secara politis dekrit tersebut jelas menjadi alat bagi

Protektorat Prancis sebagai media pemecah belah, penghancur integritas serta

kedaulatan Maroko. Berangkat dari hal tersebut, kalangan nasionalis melakukan

protes besaran-besaran, menggunakan Latif, sebuah doa tradisional yang

dilakukan pada waktu genting.

48ʻAbd Alla h ʻArawi , Les Origines Sociales et Culturelles du Nationalisme

Marocain, 1830-1912 (Paris: F. Maspero, 1977), h. 62. 49

Albert Hourani, Arabic Thought in the Liberal Age (Cambridge: Cambridge

University Press,1983), h. 371-372. 50

Ibid.

Page 44: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

35

Lebih jauh lagi, isu yang kemudian dikenal sebagai Dahir Berber tersebut

menjadi hal yang kontroversial di Maroko. Hal itu dapat terjadi karena Prancis

mempunyai persepsi bahwa Masyarakat Berber dengan Masyarakat Arab harus

dipisah. Berber di pedesaan dan Arab di perkotaan.Orang-orang Berber tersebut,

diasingkan di gunung, dan kemudian wilayah-wilayah tersebut disebut sebagai

Bled as-Siba atau ―land of dissidence‖. Sedangkan bagi Arab yang dipaksa

menetap di kota, wiyalah-wilayahnya disebut sebagai Bled al-Makhzen atau

―Land of Government‖.51

Pemerintahan Prancis benar-benar mengangkat isu perbedaan tersebut ke

ranah yang sifatnya sangat politis. Karena hal tersebut, gap sosial yang terjadi

antara Orang Berber dengan Orang Arab menjadi semakin dalam. Selain itu,

karena dibiasakan tinggal di kota, maka kemampuan fisik orang Arab jauh lebih

lemah disanding orang Berber yang tinggal di pegunungan. Dampaknya, sultan

lebih senang mempekerjakan orang-orang Berber ketimbang orang-orang Arab

untuk dijadikan sebagai tentaranya.52

Karena Dahir tersebut, kalangan nasionalis semakin geram dengan

Prancis. Kalangan nasionalis yang notabene memiliki ide perjuangan pergerakan

salafi, semakin berani tampil di ruang publik untuk menyerang kebijakan-

kebijakan Prancis yang dinilai merugikan Maroko. Ditambah, dukungan-

dukungan dari gerakan salafi di luar Maroko semakin memberikan mereka

51

Halstead, Rebirth of Nation, h. 68. 52

Edmund Burke, 'The Image of the Moroccan State in French Ethnographical

Literature: a new look at the origins of Lyautey's Berber policy', dalamErnest Gellner

danCharles Micaud, Arabs and Berbers: From Tribe to Nation in North Africa (London:

Duckworth, 1973), h. 78.

Page 45: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

36

keberanian. Bahkan, para pendukung ataupun simpatisan terhadap golongan

nasionalis semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Meluasnya dukungan-dukungan yang didapat kalangan nasionalis dalam

rangkaian panjang kampanye Dahir Berber menjadi alasan kuat mereka untuk

semakin berani dan di tahun 1934 memaksa untuk mencabut perjanjian.53

Kampanye Dahir Berber hanyalah awal dari tujuan besar kalangan nasionalis agar

Prancis sikapnya di Maroko tidak semena-mena dan membawa kerjasama yang

sebenarnya antara orang Eropa dan orang Afrika Utara.

Pada akhir tahun 1937 pergerakan nasionalis ditindas dan pemimpin-

pemimpinnya ditangkap, dipenjarakan atau bahkan dibuang dan diasingkan.

Prancis mengira dengan menangkap para pembesar golongan nasionalis maka

ancaman terhadap protektorat telah selesai. Padahal, secara diam-diam kalangan

nasionalis membentuk kelompok studi yang selalu berubah-ubah namanya

sehingga keberadaan mereka sulit dilacak.54

Upaya ini terus dilakukan hingga para

pembesar kalangan nasionalis dibebaskan oleh Prancis dari masa pembuangan

mereka.

Dari tahun 1934 kedepannya, kesadaran politik dan ekonomi masyarakat

mulai terbangun di kota-kota kecil seperti Ouezzane yang terletak di kawasan

Jbala, wilayah yang berada di tengah batas ujung zona Spanyol dan zona Prancis.

Protes-protes pun mulai bermunculan secara acak di wilayah tersebut. Tidak

hanya protes-protes yang dilakukan oleh para pedagang memperjuangkan nasib

mereka dalam perekonomian masa Protektorat Prancis tapi juga suku-suku lokal

53

K. Brown, 'The Impact of the Dahir Berbere in Sale', dalam Ernest Gellner and

Charles Micaud, Arabs and Berbers (London: Duckworth, 1973), h. 201. 54

Situation politique et economique', 7-13 August 1937, MAE, h. 490.

Page 46: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

37

mulai belajar tentang peristiwa-peristiwa di Fez lewat ‗les notables‘ dan sebagian

dari pelajar yang melakukan kontak baik langsung ataupun tidak langsung dengan

Fez dan kota-kota lainnya. Dalam hal ini, pedagang kecil pun juga memainkan

peran penting. Mereka, yang sering melakukan perjalanan dagang dari wilayah

pedesaan ke kota-kota besar seperti Fez, Casablanca, Kenitra dan Tetuan,

sekembalinya menyebarkan berita-berita tentang peristiwa-peristiwa di kota besar

tersebut dan perlahan-lahan membangun simpati nasionalis di douars.55

kota-kota

kecil lainnya letaknya tidak lebih strategis dari Ouezzane, yang memiliki akses

yang mudah ke kota-kota besar juga terpengaruh ide-ide mengenai nasionalisme.

Seperti, Boujad,56

Sefrou,57

Azrou and Midelt.58

B. Perang Dunia II dan Penguatan Nasionalisme

Depresi luar biasa di kota-kota ternyata mempunyai dampak signifikan

terhadap pertumbuhan pemikiran dan rasa nasionalisme. Pendatang baru, dipaksa

keluar dari pedesaan dan datang ke kota mencari pekerjaan dengan kesempatan

nyaris nihil. Sebelum Perang Dunia Dua pengembangan industri-industri di

Maroko tidak dapat menampung permintaan pekerjaan yang melebihi kapasitas.59

Kerajinan tradisional dan manufaktur lokal pun semakin kesulitan bersaing

melawan barang-barang asing murah-meriah di negara pasca keluaranya Undang-

Undang Algeciras, 1906; Depresi tersebut merupakan pukulan telak bagi orang-

55

Ibid 56

Dale F. Eickelman, Moroccan Islam: Tradition and Society in a Pilgrimage Center

(Austin: Texas University Press, 1976)h. 229. 57

C. Geertz,H. Geertz dan L. Rosen, Meaning and Order in Moroccan Society

(Cambridge, 1979), h. 15. 58

Robin L.Bidwell, Morocco under Colonial Rule: French Administration of Tribal

Areas, 1912-1956 (London, I973), h. 57 59

Charles F. Stewart, Economy of Morocco, 1912-1965 (Cambridge: Harvard University

Press, 1964),h. 16-17.

Page 47: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

38

orang Maroko.60

Dalam kondisi ekonomi yang begitu memprihatinkan seperti ini,

tidak mengherankan apabila kebencian orang-orang Maroko semakin mencapai

titik ledak yang pada ujungnya menjadi pendukung bagi golongan nasionalis.

Kesulitan yang sama pun dialami oleh orang-orang Maroko yang tinggal

di pedesaan. Dalam kurun waktu 1930-1933, pendapatan mereka menurun hingga

60 persen. Dalam hal ini, faktor Ekonomi merupakan faktor utama yang

membentuk pergerakan-pergerakan perlawanan pemerintahan kolonial ketimbang

tekanan-tekanan politis yang mereka alami. Sehingga, pada akhirnya

kemerdekaan adalah satu-satunya solusi untuk keluar dari masa paceklik ini, baik

bagi penduduk desa maupun kota.

Ketika deklarasi Perang Dunia Kedua diumumkan di Maroko oleh

pemerintah Prancis, Sultan menawarkan dukungan penuh untuk membantu

Prancis dalam perang tersebut.61

Pada titik ini, kalangan nasionalis juga

mengendurkan kampanye mereka melawan sistem Kolonial yang diterapkan oleh

Prancis karena asumsinya mereka lebih baik mengumpulkan kekuatan sembari

menunggu kedatangan kembali pemimpin-pemimpin mereka yang ditahan oleh

Prancis. Dukungan sultan terhadap Prancis juga tidak serta-merta ditolak oleh

orang-orang Maroko. Alasannya, akan lebih baik bila mendukung Prancis, karena

bila Prancis kalah, maka Jerman akan mengambil alih Maroko. Hal tersebut sudah

terlihat ketika Jerman mengunjungi Tangier di tahun 1905 dan insiden Agadir di

60

Ibid., h. 17. 61

Julien, Le Maroc, h.188.

Page 48: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

39

tahun 1911.62

dan juga bantuan-bantuan yang diberikan oleh Jerman kepada

masyarakat Maroko ketika melawan Prancis.63

Lebih jauh lagi, propaganda Nazi juga terus digelontorkan oleh orang-

orang Jerman yang ada di Prancis. Propaganda ini berawal dari tahun 1937,

melalui petugas Jerman di sebuah sekolah militer di Chaouen, salah satu kawasan

di zona Spanyol dan dibantu dengan kelompok fasisme lainnya, Italia.64

Dari situ

terlihat bahwa ambisi Jerman untuk mengusir Prancis dari Maroko begitu besar.

Namun, alasan dibalik semua bantuan dan campur tangan Jerman di

Maroko adalah ideologi anti-semit. Jerman ingin menghabisi orang-orang Yahudi

di Maroko. Akan tetapi, Prancis menjadi tembok penghalang yang besar bagi

Jerman untuk mewujudkan hal tersebut. Apalagi Prancis juga menolak pemikiran

anti-semit yang digembar-gemborkan oleh Jerman. Maka dari itu, Jerman

mengambil simpati kalangan nasionalis agar bisa mencapai tujuannya.65

Pun demikian, kalangan nasionalis Maroko melihat tabiat Jerman yang

nyatanya tidak akan menguntungkan juga bagi mereka terutama bagi kalangan

nasionalis Maroko yang berada di zona Spanyol. Karena negara-negara poros

seperti Jerman dan Italia yang berideologi Fasisme tidak lebih baik dari Prancis

ataupun Spanyol.66

62

Jamil M. Abun-Nasr, History of the Maghrib (Cambridge: Cambridge University Press,

1971), h.300-302 dan Frederick V. Parsons, The Origins of the Morocco Question, 1800-1900

(London: Duckworth,1976), h. 516. 63

SHAT, Maroc E12 bis.Dokumen ini mendeskripsikan secara detail mengenai agen-agen

dan mata-mata Jerman di Selatan Maroko. 64

Bulletins mensuels du Protectorat', January 1936, March 1937, (AGGA), h. 27. 65

Halstead, Rebirth of a Nation, h. 260. 66

Ibid.

Page 49: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

40

Satu hal yang tidak bisa dipungkiri dari campur tangan Jerman di Maroko,

sedikit banyak mereka telah membantu perjuangan kalangan nasionalis melawan

protektorasi yang diterapkan oleh Prancis dan Spanyol.67

Bahkan bantuan berupa

pasukan bersenjata pun pernah didatangkan Jerman ke Casablanca yang mana

pada saat itu sedang terjadi bentrokan antara kalangan nasionalis dengan

Protektorat Prancis.

Kekalahan Prancis pada Perang Dunia Kedua oleh Jerman jelas menjadi

pengaruh besar bagi perkembangan perjuangan kalangan nasionalis. Pasalnya, hal

tersebut berdampak pada psikologi orang-orang Maroko yang semakin percaya

diri. Hal tersebut membuktikan bahwa Prancis tidak sesuperior yang diperkirakan

hingga dapat dikalahkan oleh Jerman pada tahun 1940. Terlepas dari itu, hal

tersebut nyatanya selaras dengan kasus Indonesia. Kekalahan Belanda oleh

Jepang, dan kekalahan Jepang oleh sekutu memengaruhi kejiwaan para pahlawan

dan bapak pendiri bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kemerdekaan adalah hal yang realistis pada waktu itu. Rentetan peristiwa

di atas hanya faktor pendukung namun kunci utama agar kemerdekaan dapat

terwujud tetap berada di tangan sultan. Karena, bagaimanapun sultan adalah

pemegang kekuasaan tertinggi bagi komunitas muslim Maroko. Posisinya

mewakili mayoritas penduduk Maroko yang bercorakkan muslim.68

Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada BAB II, posisi sultan sudah

dilemahkan oleh orang-orang Eropa. Namun disatu sisi, Prancis tidak ingin ‗main

kasar‘ dengan menggulingkan sultan, karena cara tersebut justru akan merugikan

67

Leon Borden Blair, Western Window in the Arab World (Austin: University of Texas

Press, 1970), h. 65-66. 68

Lahbabi, LeGouvernement Marocain a l’aube du XXe Siècle,h. 23.

Page 50: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

41

Prancis. Sultan masih dibutuhkan untuk melanggengkan kekuasaan Prancis di

Maroko, sebab bagaimanapun sultan Mohammed V merupakan tokoh populer di

Maroko pada saat itu. Di sisi lainnya, kalangan nasionalis membutuhkan sosok

sultan untuk mengisi kekosongan jabatan kala Prancis berhasil ditaklukkan, agar

Maroko tidak runtuh sebagai sebuah negara. Apalagi sepanjang sejarahnya

Maroko adalah negara adidaya di daratan Maghrib.

Artinya, kalangan nasionalis sangat tergantung kepada dukungan sultan

agar upaya-upaya yang mereka lancarkan dapat berjalan sesuai rencana. Bak

gayung bersambut, nyatanya Mohammed V juga simpati dengan perjuangan yang

dilakukan kalangan nasionalis. Setidaknya sultan sudah simpati sejak tahun 1934.

Maka dari itu, kalangan nasionalis sangat berhati-hati agar tuntutannya terhadap

Protektorat Prancis tidak mengusik kekuasaan sultan. Pertemuan dengan

Roosevelt juga membuktikan bahwa dia siap untuk menjalankan tugas-tugas

diplomasi negara dengan kapasitasnya sebagai kepala negara Maroko.

Hubungan komunikasi yang dilakukan kalangan nasionalis dengan pihak

kesultanan terus dijalin dengan baik. Lewat Putra Mahkota, Mohammed el-Fassi,

mereka terus melakukan konsolidasi secara sembunyi-sembunyi.69

Alasannya

untuk menghindari kecurigaan Prancis di bawah kepemimpinan baru, De Gaulle.

Sama seperti pemerintahan Prancis sebelumnya, Gaulle juga tidak punya sikap

politik yang jelas terkait hak-hak yang dituntut oleh orang-orang Maroko.

Pada tahun 1943, para pemimpin nasionalis masih dalam tahanan dan

pengasingan. Hal ini memaksa kalangan nasionalis untuk segera merubah bentuk

69

Ibid.,h. 67.

Page 51: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

42

perjuangannya yang mana pada awalnya hanya memaksa Prancis untuk merubah

total beberapa hal terkait hubungan antara Maroko dengan Prancis kemudian

beralih menjadi menuntut kemerdekaan. Permintaan itu tertuang dalam sebuah

pernyataan yang dibuat oleh Ahmed Balafrej, Abdallah Ibrahim, Mohammed

Lyazidi dan Umar Abdeljalil, yang ditujukan tidak hanya untuk Gubernur

Jenderal, namun dinaikkan ke dalam forum internasional, agar Prancis mendapat

tekanan dunia internasional.70

Pada tanggal 11 Januari 1944 Partai Istiqlal (Hizb al-Istiqlal, selanjutnya

Istiqlal) didirikan sekaligus penyampaian pernyataan kemerdekaan kepada

Gubernur Jenderal yang baru, Gabriel Puaux. Setelah disampaikan, Prancis akan

mempertimbangkan mengenai reformasi hubungan antara Maroko dengan Prancis

namun tidak untuk pemberian kemerdekaan kepada Maroko.

Pada tanggal 13 Januari 1944, dalam Konferensi Brazzaville, gelagat

Prancis jelas terlihat tidak akan mempertimbangkan apapun atas apa yang telah

dituntut oleh kalangan nasionalis. Pada tanggal 29 Januari, justru orang-orang

Istiqlal dijadikan tahanan politik. Selain itu, sultan dianggap sebagai

pembangkang oleh De Gaulle karena simpati terhadap pergerakan-pergerakan

yang dilakukan oleh kalangan nasionalis. Hubungan komunikasi diam-diam yang

dibangun selama ini nampaknya ketahuan oleh pihak Prancis.

Pada tahun 1947, sultan mulai terang-terangan mendukung perjuangan

kalangan nasionalis. Hal ini diperlihatkannya ketika melakukan kunjungan ke

Tangier, sebuah lokasi yang dijadikan tempat netral, zona internasional.

70 Mu ammad ibn Mu ammad al- ʻAlami, Mohammed V: Histoire de l ind pendance du

Maroc (Sale: Maroc, 1981), h. 71.

Page 52: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

43

Untuk saat ini tampaknya bahwa meskipun pembentukan hubungan antara

nasionalis dan Sultan, dan meskipun adopsi kemerdekaan sebagai tujuan

nasionalis, deklarasi Istiqlal telah melakukan sedikit untuk memajukan penyebab

nasionalis.

Meskipun sudah mendapatkan dukungan penuh dari sultan secara terbuka,

kalangan nasionalis masih kekurangan dukungan, utamanya dukungan yang

berasal dari wilayah pedesaan. Kondisi ekonomi yang buruk menjadi penyebab itu

semua. Terang saja, pasca pecahnya bentrokan di tahun 1937 wilayah pedesaandi

Maroko hampir tidak pernah pulih dari gagal panen.71

Dalam sebuah buletin yang berjudul d'ANIMAUX, tercatat bahwa kontrol

militer Perancis menjadi masalah yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Meskipun beberapa kompensasi dibayar, namun pemberiannya jauh di bawah

nilai pasar.72

Lebih jauh lagi, penjatahan memiliki efek merugikan yang drastis

kedepannya, memberikan pihak berwenang bersikap dengan cara mengontrol dan

mengurangi jatah konsumsi.73

Situasi buruk pada tahun 1942 tersebut misalnya

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

Imports from France had ceased, and the Moroccans were suffering

distressedliving conditions. Local authorities were requisitioning grain,

and flour was in short supply in an area that normally produced a

surplus. Building, except for military purposes, was forbidden. Wood,

cement, bricks and nails were unobtainable and cotton goods virtually

so. Railroad services were reduced and the equipment was in bad

condition. Electric service was curtailed. The cost of living was high

and rising rapidly.74

71

Bidwell, Morocco under Colonial Rule, h. 185. 72‗Bulletin Mensuel‘, March 1941, AGGA, 27H 6.

73 Bidwell, Morocco under Colonial Rule, h. 184-185.

74 Blair, Western Window, h. 49.

Page 53: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

44

Kondisi ekstrim seperti itu tidak kondusif bagi perkembangan gerakan

nasionalis yang ada di pedesaan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan

kemajuan yang diperoleh Istiqlal di kota-kota besar.75

Pada tahun 1945 para

pejuang yang ada di pedesaan ditangkap. Di zona Spanyol, tahun 1942, lebih awal

ketimbang pembentukan Istiqlal, berbagai golongan nasionalis telah bersatu

menjadi satu gerakan, dan kemudian bergabung dengan kalangan nasionalis

Prancis setelah beridirinya Istiqlal.76

Istiqlal dengan cepat menjadi mitra dialog

dengan pemerintah protektorat, asalkan Gubernur Jenderal siap untuk bekerja

sama, tentu saja jika tidak mau sang gubernur akan mendapatkan ancaman.

Pada tahun 1946, Laoux digantikan oleh Erik Labonne. Sebagai langkah

pertama, Labonne memerintahkan pembebasan para tahanan yang tersisa,

termasuk Allal el-Fassi, kemudian memperkenalkan rencana reformasi hukum,

pendidikan dan politik bersama-sama dengan program modernisasi pertanian.77

Sejak pembentukan dan tindakan penekanan yang cepat dari Istiqlal di

tahun 1944, Mohammed V sangat berhati-hati menjadi pelindung yang memegang

kunci akan keberhasilan pergerakan kalangan nasionalis kedepannya. Pada Maret

1945 ia disambut kerumunan antusias yang menyuarakan kemerdekaan di

Marrakesh.78

Kembali kepada kunjungan pertama sang sultan ke Tangier, ia sebetulnya

bermaksud untuk melakukan pidato yang isinya mengokohkan nasionalisme

75

Bidwell, Morocco underColonial Rule, h. 311-312. 76

Brignon, Histoire du Maroc, h. 397-400 dan Julien, L’Afrique du Nord, h. 299-305. 77

Leveau, Fellah Marocain, h. 19-25. 78

Julien, L’Afrique du Nord, h. 302-303.

Page 54: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

45

Maroko.79

Namun sebelum itu dapat dilakukan, kerusuhan terjadi lebih dulu di

Casablanca, sebuah bencana kemanusiaan yang dilakukan oleh tentara Prancis.

Paling tidak beberapa ratus orang telah menjadi korban mereka. Tidak cukup jelas

cukup kenapa kerusuhan tersebut dapat terjadi. Yang paling mungkin adalah isu

pengalihan agar sultan menghentikan perjalanan politiknya ke Tangier dan seolah

memaksa sultan untuk segera pulang ke Fez. Kerusuhan tersebut bukan bagian

dari demonstrasi terorganisir, tapi muncul dari insiden kecil yang meningkat

dengan cepat dalam suasana kota besar yang cukup tegang.80

Pasca tragedi tersebut, Labonne diganti oleh General Juin. Pergantian

gubernur jenderal tersebut menjadi angin segar bagi kalangan nasionalis Maroko.

Pasalnya, Juin mau mengakui Sultan sebagai pemimpin Maroko yang independen

sekaligus sultan boleh berbicara kembali di hadapan publik dengan mewakili

bangsa Maroko. Sebuah kemajuan besar. Dengan begitu sultan lebih leluasa untuk

melakukan perjalanan politisnya guna mengkonsolidasi orang-orang Maroko.

Selain itu, berita positif lainnya adalah, pada tahun 1947 wilayah pedesaan telah

pulih kembali dari perang dan kekeringan, dan siap untuk mendengarkan pidato-

pidato yang disuarakan oleh sultan. Dibantu dengan teknologi terbaru saat itu,

radio, berita pidato sultan menyebar dengan cepat ke penjuru Maroko.81

C. Gerakan Anti-Kolonialisme

Fase reformasi yang terjadi di Maroko ini pada dasarnya dimulai pada

tahun 1930, ketika masyarakat mengkritisi habis-habisan Dahir Berber.

79

Abderrahim Ouardighi, LaGrande Crise Franco-Marocaine, 1952-1956 (Rabat:

L'Imprimerie nouvelle, 1976), h. 14. 80

Julien, L’Afrique du Nord, h. 312. 81

Lihat, Julien, Le Maroc, h. 454 danStephen Bernard, The Franco-Moroccan conflict,

1943-1956 (New Haven: Yale University Press, 1968), h. 318-337.

Page 55: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

46

Kemudian, tindakan tersebut mengakibatkan ditahannya para pemimpin dari

kalangan nasionalis yang diikuti dengan siklus-siklus kekerasan pada musim

panas dan musim gugur di tahun 1937. Antara tahun 1938 sampai tahun 1943,

merupakan masa konsolidasi kekuatan kalangan nasionalis sambil menunggu para

pemimpin kalangan nasionalis terbebas dari masa pengasingannya. Setelah

berkumpul kembali, di tahun 1944, dibentuklah Partai Istiqlal (Hizb al-Istiqlal)

dan penerbitan pernyataan Kemerdekaan. Tujuannya untuk menguatkan posisi

Maroko di dunia internasional agar Prancis segera hengkang dari Maroko. Selain

itu, hal tersebut juga bertujuan agar masyarakat internasional prihatin dengan

perjuangan orang-orang Maroko.

Istiqlal, sebagai wadah perjuangan masyarakat Maroko yang pro-

kemerdekaan, terus memperjuangkan nilai-nilai kebebasan bagi Maroko.

Misalnya, mereka ingin kebebasan berekspresi dalam hal politik, tidak ada lagi

pembatasan pers (termasuk mengizinkan untuk publikasi media cetak dalam

bahasa Arab), dan juga kebebasan untuk berserikat apapun tujuannya. Kemudian

pada tahun 1947, sultan juga mendukung pergerakan kalangan nasionalis tidak

lagi secara sembunyi-sembunyi. Sultan menjadi peran sentral – dalam perjuangan

memperoleh kemerdekaan – mendukung kalangan nasionalis dalam menentang

protektorasi Prancis. Masih ditahun yang sama, ia juga melakukan perjalanan

simbolik dan diplomatik ke Tangier pada bulan April.

Isu penting yang coba penulis sampaikan dalam kronologi tersebut yaitu

melihat bagaimana kepemimpinan nasionalis didefinisikan sebagai pemersatu

bangsa sebagai identitas bersama. Sosok sultan, sebagai kepala negara juga

Page 56: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

47

menjadi identitas nasional dan menggunakan hal tersebut kalangan nasional

dengan mudah menggerakkan massa untuk memprotes politik kolonial.

Klaim utama yang digunakan Prancis dalam melakukan mobilisasi

tersebut, selain hal di atas, adalah fakta mengenai Prancis yang telah melanggar

kedaulatan Maroko. Memberikan protektorasi kepada Maroko tidak lebih dari

bentuk penjajahan kolonial. Maroko sedang diperlakukan sebagai koloni Prancis

dan dengan semena-mena mereka meraup keuntungan ekonomi yang banyak dari

Maroko untuk dibawa ke negara mereka. Belum lagi penjajahan dalam bentuk

budaya seperti penggunaan bahasa Prancis di sekolah-sekolah Maroko.

Berangkat dari sejarah panjang perjalanan Maroko, yaitu sejarah dinasti

Islam, kalangan nasionalis terus melawan ide-ide kolonialisme dan modernisme

yang digelontorkan oleh Prancis. Kalangan nasionalis beranggapan bahwa

nasionalisme Maroko sudah lama terbentuk sebelum kedatangan Prancis

sekalipun. Identitas yang bernama Arab-Islam menjadi poin penting untuk

mengukuhkan argumen dasar tersebut. Maka dari itu, Dahir Berber menjadi

blunder bagi Prancis. Karena Dahir Berbere tersebut bukannya menguatkan

orang-orang Berber namun justru menciptakan disparitas antara orang Arab dan

orang Berber.

Kalangan nasionalis sadar bahwa protektorat hanyalah akal-akalan Prancis

untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya, penerapan politik kolonial.

Perjanjian Fez yang digadang-gadang sebagai penghormatan terhadap kedaulatan

Maroko justru dikebiri secara perlahan oleh Prancis.

Page 57: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

48

BAB IV

RESISTENSI POLITIK KOLONIAL DI MAROKO

Setelah siklus pertentangan Latif di Maroko mereda.82

kaum nasionalis

menemui pertanyaan besar tentang bagaimana caranya membuat sebuah gerakan

berkelanjutan yang bisa mengantarkan tujuan mereka. Yaitu mereformasi

hubungan antara Maroko dengan Pemerintahan Protektorat dan lebih jauh lagi,

memperoleh kemerdekaan Maroko.

Maka dari itu, pengembangan struktur organisasi yang formal pun menjadi

satu faktor penting untuk membangun komunikasi antar pergerakan yang masih

tersebar di Maroko. Kaum nasionalis perlu membingkai kebencian yang sama

terhadap Protektorat Prancis sebagai dasar persatuan masyarakat Maroko. Tujuan

akhirnya jelas, untuk melawan Protektorat Prancis, sehingga Maroko bisa menjadi

negara merdeka.

Secara organisasi, gerakan nasionalis yang mereka upayakan pun perlahan

berkembang di awal 1930-an. Berawal dari kelompok kecil aktivis muda

kemudian bertransformasi menjadi gerakan yang lebih terorganisir dengan aturan-

aturan organisasi yang jelas. Pada dasarnya gerakan ini merupakan konsep akhir

bersatunya sebuah gerakan yang satu dari gerakan-gerakan kecil yang pernah ada

sebelumnya. Kelompok nasionalis, pada dasarnya terilhami dari organisasi

Komunis, Freemason dan Tradisi kelompok tarekat.

82Lebih jauh mengenai pertentangan Latif lihat, Jonathan Wyrtzen, ‗Performing the

Nation in Anti-Colonial Protest in Interwar Morocco‘, Journal of the Association for the Study of

Ethnicity and Nationalism 19 (4), 2013, h. 615-634.

Page 58: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

49

Karena struktur organisasi dan memiliki kerja organisasi yang sama

dengan organisasi-organisasi yang mereka adopsi, menjadikan gerakan nasionalis

ini punya ciri khas tersendiri. Melahirkan organisasi orisinil yang hanya ada di

Maroko.

Pada perkembangan selanjutnya, gerakan nasionalis inilah yang

mempunyai peranan besar dalam mencapai kemerdekaan maroko. Mobilisasi

masyarakat yang mereka lakukan, sampai dukungan akan pemberontakan dan

demonstrasi dapat mengantarkan Maroko mencapai kemerdekaannya.

A. Mobilisasi Masyarakat

Diakhir musim panas tahun 1930, pihak yang terlibat dalam protes Latif

menggunakan istilah-istilah yang serupa dengan lembaga tasawuf. Dalam hal ini,

mereka menyebut diri mereka adalah zawiya.83

Di luar kelompok ini, kalangan

nasionalis juga membuat kelompok keanggotaaan lainnya yang disebut sebagai

Taifa (grup). Pada tahun 1933, terdapat juga pergerakan masyarakat yang

bersenjata,yang dilabeliKutlat al-Amal al-Watani atau aksi blok nasional.‖84

Dari

awal tahun 1927 di Rabat mereka semua membentuk pergerakan-pergerakan yang

terdiri dari gabungan pengrajin kesenian dan pahatan tradisional dan pedagang-

pedagang kecil yang juga menderita akibat perubahan sistem ekonomi yang

diterapkan oleh Protektorat Prancis.

83

Secara letterlijk zawiya dapat diartikan sebagai pojok atau sudut, mengacu kepada sudut

atau pojok ruangan masjid yang biasanya digunakan untuk tempat belajar-mengajar antara murid

dan guru. Ketika Sekarang, kata zawiya digunakan untuk mendefinisikan bangunan fisik, pondok

dan juga sebuah bentuk pergerakan. Dalam konteks orang-orang Maroko, zawiya artinya sebuah

tingkatan dalam pergerakan nasionalis. 84

Halstead, Rebirth of Nation, h. 191.

Page 59: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

50

Nasionalis-nasionalis bernapaskan salafi, dengan latar belakang

keislamannnya, merupakan penghubung bagi pihak nasionalis untuk berbicara

kepada pihak Prancis. Dengan kata lain, ide salafi menjadi penyambung

pergerakan-pergerakan kontra-kolonialisme yang ada di Maroko. Sedangkan

ditinjau dari sudut pandang struktur organisasi dan juga operasionalnya, mereka

meniru sistem organisasi yang diterapkan oleh Partai Komunis Prancis.85

Bagaimanapun, dengan begini maka semakin luas dan semakin banyak kelompok

masyarakat yang menggunakan nama dan struktur bertipikal Islam. Meskipun

faktanya beberapa kelompok masyarakat tersebut diadukan oleh orang-orang

Salafi sebagai kelompok yang hancur moralnya dan korup. Orang-orang

nasionalis menunjukkan tingkat kesadaran dan cepat tanggap setelah melihat

potensi audien mereka dalam mengadopsi sesuatu nama dan struktur yang familiar

dengan kelompok nasionalis.

Terbukti pada tahun 1934, kelompok nasionalis telah mengorganisasikan

pergerakan mereka ke dalam tiga bagian: (1) Zawiya atau lingkaran dalam yang

terdiri dari para pendiri pergerakan seperti al-Fassi, Ouezzani, dan Balfarej; (2)

Taifa, anggota organisasi dan aktivis yang berada pada bagian-bagian organisasi

yang lebih luas; dan (3) Kutla, yang mengakomodasi masyarakat yang baru mau

bergabung dan beroperasi secara terbuka, tidak seperti yang lainnya yang bergerak

secara terstruktur, sistematis dan sembunyi-sembunyi.86

Keanggotaan dalam Taifa membutuhkan sumpah kesetiaan dan membayar

iuran. Untuk sumpah, salinan Al Quran itu diletakkan di atas meja, calon anggota

85

Ibid., h. 193. 86

Allal el-Fassi,The Independence Movements in North Africa (Washington,

D.C.:1954), h. 170.

Page 60: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

51

meletakkan jarinya di atas Quran dan kemudian berkata, "Aku bersumpah demi

Tuhan dan Quran saya akan mengikuti perintah dari Wataniyin.87

"Gerakan

nasionalis juga mengembangkan pola hubungan guru-murid seperti halnya dalam

ajaran tarekat, terutama di daerah pedesaan, karena gerakan nasionalis mencoba

bersaing dengan Tarekat Qadiriyyah dan Tijanniya. Namun, setelah perpecahan

dalam gerakan tarekat pada tahun 1936, mereka mengikuti Allal al-Fassi yang

juga disebut sebagai Allaliyin. Kadang-kadang al-Fassi juga disebut sebagai

Sheikh Allal atau haji Allal.88

Sehingga, dapat dikatakan bahwa al-Fassi juga

berhasil menyatukan gerakan tarekat secara tidak langsung ke dalam wadah yang

baru.

organisasi lain yang tidak kalah penting selama tahap awal gerakan

nasionalis yaitu fokus kepada penanaman budidaya "semangat nasional" di

kalangan pemuda. Meskipun tidak secara resmi berkaitan dengan Kutlat, yaitu

gerakan Sekolah Bebas ("bebas" atau ―free‖ dalam hal ini berarti bebas dari

kontrol pemerintah kolonial) adalah struktur penting yang melakukan tindakan

kolektif dalam penyebaran ide-ide kepemimpinan dan nasionalisme. Sekolah

Bebas, yang pertama dibuka pertama kali pada tahun 1919. Awalnya sekolah ini

berupaya dalam menciptakan sistem pengajaran alternatif di Maroko dengan

harapan bisa berkompetisi dengan sekolah yang menggunakan sistem kurikulum

Franco-Muslim. Dengan mengajarkan bahasa Arab dan Islam sebagai bagian dari

87

Wataniyin (nasionalis) adalah nama yang diberikan kepada cabang utama sebuah

pergerakan bentukan Allal al-Fassi dan juga pecahan dari pergerakan yang dipimpin Ouezzani.

Lihat, SHD-AT 3H 250, ―Extraits des déclarations du nommé Taieb Ben Hassan Janati, ‖

(November 1, 1937). 88

Charles André Julien, L'Afrique du Nord en Marche Alg rie-Tunisie-Maroc, 1880-

1952 (Paris: Omnibus, 2002), h. 138.

Page 61: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

52

kurikulum modern, sekolah-sekolah ini memainkan peran penting dalam

menumbuhkan rasa budaya identitas nasional di kalangan pemuda perkotaan.89

Sedangkan dimensi politik dari Sekolah Bebas yaitu mereka memainkan

peran penting dalam menyediakan sistem pendidikan Arab yang berkaitan dengan

pondasi budaya. Yakni, menanamkan semangat-perasaan nasional patriotisme dan

rasa kebangsaan Maroko pada siswa.90

Di tahun-tahun awal pergerakan banyak aktivis yang terlibat dalam

kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Bebas. Selain itu ada juga yang terlibat

dalam bentuk pendanaan. Pada tahun 1940-an, beberapa pemimpin nasionalis

yang berada pada jajaran utama sekarang ternyata telah dididik di Sekolah Bebas.

Di samping sekolah-sekolah ini, para nasionalis juga memiliki hubungan dengan

Eclaireurs Français, orang yang pertama kali menciptakan Pramukadi Maroko,

Rabat-Salé pada musim panas 1933.91

Beberapa tahun berikutnya, gerakan pramuka ini mulai berkembang dan

membentuk cabang-cabang baru. Tercatat pramuka Maroko merupakan

sekelompok pasukan yang aktif berpartisipasi dalam protes dan demonstrasi,

berbaris di jalan-jalan sembari menyanyikan himne kelompok nasionalis,

89

Di pertengahan 1930-an terdapat 5000 siswa Maroko yang mendaftar dan di akhir 1940-

an jumlah tersebut meningkat menjadi 25.000. Lihat, John Damis, "The Free-School Movement in

Morocco, 1919-1970." (Disertasi Doktor, Tufts University, 1970), h. 240. 90

Ibid.,h. 242. 91―Pramuka Maroko‖ pertama kali didirikan oleh Ahmed ben Maati Bouhlal pada bulan

Agustus 1993 di Rabat-Sale dengan anggota sebanyak sembilan puluh. Bagi Prancis, pendirian

Pramuka Maroko tersebut jelas menjadi sebuah ancaman. Lihat, M. Goidan, Le Scoutisme

musulman au Maroc CHEAM, No. 944, October 1946.

Page 62: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

53

menyuarakan propaganda nasionalis, hingga menulis grafiti anti-Perancis di

dinding-dinding.92

Selain pengembangan organisasi ini, kaum nasionalis juga terus mengasah

dan merancang kerangka tindakan mereka dalam membela dan membentuk

identitas nasional dan menolak kebijakan kolonial Prancis yang mengancam

kesatuan Maroko. Proses-proses pengkerangkaan gerakan nasionalis dilakukan

lewat dua tingkat: 1) propaganda nasionalisme yang disuarakan oleh kelompok

pejuang nasionalis lalu kemudian diartikulasikan dalam beberapa media –

didirikan pada tahun 1932 di Paris, Fez, dan Rabat – yang menjadi corong

propaganda, dan 2) pembentukan identitas nasional pada tingkat forum pertemuan

dengan publik dan penggerakkan protes massa. Sementara itu, ada tumpang tindih

yang signifikan antara forum ini ketika digunakan sebagai kerangka pergerakan,

dimana hal tersebut juga penting untuk mengenali tujuan yang berbeda dari dua

metode di tingkat domestik dan internasional dalam hal pesan yang ingin

disampaikan.

Media cetak jelas menjadi sarana penting untuk menyuarakan pemikiran

resistensi terhadap politik kolonial. Hanya saja terdapat dua prasyarat penting

untuk membentuk komunitas yang dibayangkan.93

karena dua faktor utama: 1)

tingkat melek huruf di Maroko yang sangat terbatas dan 2) kebebasan pers yang

92L‘Action du Peuple pada 15 September 1933 melaporkan penanganan skandal Pramuka

Maroko yang sudah berkumpul untuk menyambut sultan yang baru kembali dari perjalanannya ke

Prancis di Trois-Portes dan kemudian residen mengirim motorcade lewat pintu gerbang lainnya.

Para pramuka juga seringkali disebut dalam laporan keamanan tentang demonstrasi kalangan

nasionalis di Rabat/Sale dan Fes. 93

Imagined Communities adalah konsep yang mengikat sekumpulan orang dalam satu

wadah yang sama. Dalam hal ini, orang-orang Maroko adalah komunitas yang dibayangkan karena

adanya persamaan rasa sebagai manusia yang ditindas oleh kolonialisme. Lebih jauh lihat

Bennedict Anderson, Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of

Nationalism. (London: Verso, 1991).

Page 63: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

54

sangat terbatas, dengan batasan yang dilakukan oleh Prancis secara besar-

besaran..

Seiring berjalannya waktu, hampir semua pers Arab lainnya yang datang

harus diedarkan secara sembunyi-sembunyi setelah terdapat pelarangan yang

diterapkan oleh gubernur jenderal. Sebaliknya, pers Perancis di Maroko beredar

secara langgeng selama dekade pertama Protektorat dengan kertas-kertas

selebaran yang mulai disebarkan pada semua kota-kota besar. Banyak media yang

berada di bawah kendali Perancis diantaranya yaitu: L'Echo du maroc (1913), Le

Petit Marocain (1920), La Vigie Marocaine (1908), Le Courrier du Maroc (Fes,

1929).94

Karena struktur-penciptaan pemberitaan yang pro-pribumi dalam zona

Perancis, zawiya mendukung peluncuran pertama berkala media-media tersebut

sampai tahun 1932.

Selama adanya kesempatan di mana mereka mampu mencetak koran dan

jurnal di Maroko dan di Paris, kaum nasionalis mulai menjelaskan dasar mereka,

yaitu keinginan agar Prancis mereformasi kebijakan kolonial di Maroko dan

menegaskan kembali pembangunan kesatuan identitas nasional Maroko. Diantara

artikel yang sering terbit, bertujuan mengkritik eksploitasi kolonial di Protektorat

Maroko termasuk kesenjangan ekonomi dan hukum antara orang Eropa dan

Maroko. Kaum Nasionalis juga berjuang membela kaum Petani (fellahin)

melawan perampasan tanah oleh penjajah dan beban pajak yang tidak adil. Kaum

nasionalis juga terinspirasi perjuangan di tempat lain di dunia Arab yang sedang

terjajah, khususnya di Tunisia, Suriah, Lebanon, dan Palestina.

94

Lihat, Jamaâ Baida, La presse marocaine d'expression franc aise des origines à 1956(Rabat: Faculté des Lettres et des Sciences Humaines de Rabat, 1996).

Page 64: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

55

Salah satu perhatian utama yang menarik kemarahan kaum nasionalis

adalah kegagalan kebijakan pendidikan Perancis di Maroko. Penulis menyesalkan

perbedaan yang luar biasa dalam investasi "pribumi" pendidikan dibandingkan

dengan alokasi anggaran untuk sekolah Eropa dan Yahudi di Maroko.95

dan

mengkritik penghambatan penggunaan bahasa Arab sebagi unsur sistem

pendidikan. Berbagai penulis juga menunjukkan bahwa pejabat Protektorat, gagal

menyediakan kesempatan pendidikan yang cukup,96

kemudian melakukan

pembatasan akses yang tidak masuk akal bagi kaum Muslim untuk menemukan

sekolah modern (Gratis) dan orang tua Muslim pun dicegah untuk tidak

mendapatkan paspor agar mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah di

Mesir, Palestina, dan Suriah.

Reformasi pendidikan dan reformasi peradilan adalah prioritas utama

dalam reformasi agenda nasionalis. Identitas kebangsaan juga dimasukkan secara

tersirat dalam tindakan nasionalis bersama. Serta diarahkan pada reformasi

kemitraan Protektorat yg lebih seimbang. Mayoritas artikel yang muncul di pers

nasional selama lebih dua tahun secara langsung difokuskan pada menjaga akar

budaya dan agama dari identitas nasional Maroko serta menuntut terhadap

pelanggaran kolonial Perancis pada kedaulatan Maroko. Dalam edisi pertama

Maghreb, artikel menyimpulkan agenda reformis dari golongan nasionalis

Maroko, "memodernisasi sambil tetap diri kita sendiri," katanya, Tentu kami ingin

mengejar modernisasi negara kita, untuk mengambil apa yang baik dari Barat

dengan budaya modernnya, tapi kami sama-sama berpegang pada masa lalu kita,

95

Abdellatif Sbihi, ―Le problème scolaire au Maroc,‖ Maghreb, h. 19-20. 96

Ibid., h. 20.

Page 65: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

56

tradisi kita, dan tidak akan pernah melepaskan api yang kuat dari Islam yang

begitu kuat ditanam di jantung Berber. Jika modernisasi membutuhkan

mengorbankan kepribadian kita sendiri, adalah wajar bahwa kita tidak ingin hal

itu. Singkatnya, kami ingin memodernisasi sambil tetap menjadi diri kita sendiri.97

Putus asa dengan sistem hukum yang diciptakan oleh Pemerintah kolonial

karena telah mempisahkan masyarakat Arab dan suku Berber, masyarakat Maroko

melayangkan kritikannya lewat media cetak yang dimiliki oleh kalangan

nasionalis:

Our ideal, we Moroccans, Muslim and Jewish, is to have a single justice,

which covers personal status, whether Islamic or Israelite. We do not want

any differentiation according to race. We have at present, jurisdictions for

Jews, for Berber, for Arabs, and for the European elements, in addition to

the consulary jurisdictions. The Arab, in the face of this diversity of

tribunals, loses his head and does know not where to go.98

Bagi kalangan nasionalis, solusi yang jelas adalah mereformasi syariah

menjadi hukum yang dianut oleh negara, bukannya menerapkan hukum yang

sekuler. Dalam surat cetak berbahasa Perancis, Le Cri Marocain, dan

ditandatangani "Muslim," terdapat kritikan pembaca yang menyerang Dahir

Berber dan menginginkan penerapan hukum Islam:

Our law is neither archaic, nor absurd. On the contrary, it agrees

perfectly with the spirit of modern times. Our justice only needs to

bebrought up to date and cleared of certain influences that paralyze its

action and soil its reputation. Muslim law needs to be studied carefully. It

needs to be codified. Only a truly competent, truly independent

commission could conduct such a noble enterprise.99

97―Al-Maghrebi,‖ ―Les aspirations du ‗Maghreb‘‖, Maghreb, July 1932, h. 175.

98 ―La politique berbère,‖ L‘Action du Peuple, August 18, 1933.

99Ibid.

Page 66: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

57

Selain reformasi peradilan, tujuan politik yang jelas dari nasionalis adalah

untuk menunjang peran Bahasa Arab sebagai bahasa resmi di Maroko. Sebuah

artikel pada bulan Januari 1933 mengeluhkan bahwa bahasa Prancis lebih

dominan dipergunakan di sekolah-sekolah dibanding bahasa Arab. Dalam

perguruan tinggi muslim di Fez dan Rabat, awalnya ilmu, sejarah, dan geografi

yang diajarkan dalam bahasa Arab; namun, Pejabat dewan Pendidikan, Brunot

mengurangi jam pemakaian bahasa arab di sekolah sekolah. Penulis juga

mengkritik bahwa bahasa Prancis telah dipergunakan untuk segala urusan

administrasi seperti surat, dan dokumen lainnya Penulis juga menunjukkan

bahwa nama-nama jalan di kota-kota di Maroko, dan rute utama antara kota

semua ditulis dalam bahasa Prancis, penulis menyimpulkan dengan mengatakan

"sebentar lagi bahasa arab akan lenyap dari Maroko, dan itu sudah cukup untuk

mengatakan bahwa orang asing yang tidak tahu bahwa rakyat Maroko sebenarnya

memakai bahasa Arab. "100

Persatuan Muslim Maroko adalah elemen penting dalam persatuan karena

bersifat mengikat dan mempersatukan identitas nasional orang-orang Maroko.

Dalam artikel lain di Mei 1933 edisi khusus memperingati ulang tahun ketiga

Berber Dahir, Ahmed Belafrej menjelaskan definisi dari sebuah bangsa bangsa:

History offers us proof of the existence ofa national Moroccan spirit which

was formed in the course of trials and in battle against the Christian

Portuguese and Spanish kingdoms and against the Turks, Muslims who

nevertheless harassed the country without respite...Why choose to use the

principle of race in order to break us up and divide us? We are all more or

less Berbers, some more Arabized than the others; the Arab element in

100

Abou Abdillah, ―Comment le protectorat respecte notre langue,‖ Maghreb, January

1933, h. 30-32.

Page 67: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

58

Morocco is tiny. But one fact is certain—that all of Morocco is

Muslim...One cannot assert that Morocco is a Berber country colonized

and oppressed by the Arabs and that France has arrived today to

charitably liberate it. For, Muslim Morocco has always been independent.

From the earliest time in which the Berbers chose Idriss as Sultan and

who never had, we are certain, a single connection to the Caliphs.101

Dalam dua tahun di mana nasionalis mampu menyebarkan pesan mereka

di media cetak, gerakan anti-kolonial terus menempa dan mengasah tindakan

reformis mereka. dimulai pada musim gugur 1933, sebuah komite ditunjuk untuk

menyusun dokumen meringkas agenda reformasi Kutlat, yang termasuk anggota

Zawiya seperti Mohamed Lyazidi, Omar Abdeljalil, dan Mohamed Hassan

alOuezzani.102

"Hidup Raja! Hidup Putra Mahkota! Hidup Maroko! "Dan" Ganyang

Perancis! "itulah pekikan kaum nasionalis yang sering terdengar. Menurut al-

Fassi, ketika Raja mencapai hurm (ruang sakral di sekitar makam), kerumunan

"bertepuk tangan penuh gejolak bergabung dengan nasionalis nyanyian."103

Dengan memanfaatkan peluang seperti kunjungan kenegaraan Raja, kaum

nasionalis berusaha memobilisasi rakyat (yang terutama tinggal perkotaan di

tahun 1930-an) untuk menjadi aktif berdemonstrasi, menandatangani petisi,

berkontribusi membantu keluarga para aktivis yang telah dipenjara, memboikot

produk buatan Prancis, atau diam-diam menempelkan poster di dinding kota.

Jalan lain untuk memperluas protes terhadap kebijakan pemerintah

kolonial adalah untuk menyalurkan kemarahan masyarakat tentang pelanggaran

moralitas publik, terutama dalam kampanye anti-alkohol dan anti-merokok. Pada

101

Ahmed Belafrej,‖ "Et maintenant?" Maghreb, No. 11, May-June 1933, h. 50-51. 102

Halstead, Rebirth, h. 212. 103

Ibid.,h. 133.

Page 68: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

59

tahun 1933, seorang aktivis di Fez, Abdesalam ben Messaoud ditangkap dan

dikirim ke penjara di Mogador karena menghasut agar penduduk memboikot

perusahaan tembakau Perancis.104

Pada awal 1930-an, akibat protes kaum nasionalis adalah bahwa terjadinya

penangkapan massal dan pemenjaraan di daerah terpencil di Bled (di pegunungan

Atlas di Boulemane misalnya, atau di selatan di Sahara). Dalam masa genting ini,

kaum nasionalis mencoba memanfaatkan kerusuhan guna menyebarkan tentang

gerakan mereka sebagai sarana untuk lebih mempublikasikan tujuan mereka

membela kedaulatan Maroko, untuk melegitimasi kebenaran perjuangan mereka,

dan untuk menghasilkan simpati pada bagian dari masyarakat Maroko.

Konfrontasi antara kedua belah pihak muncul pada musim gugur 1937, setelah

inisiatif reformasi nasionalis gagal menghasilkan hasil apapun.

B. Demonstrasi dan Pemberontakan

Kemenangan Front Popular, partai politik sayap kiri Prancis, dalam pemilu

legistlatif di Prancis bulan Mei 1936 nampaknya menjadi kesempatan emas bagi

kalangan reformis-nasionalis. Pasalnya, agenda yang mereka rencanakan dua

tahun lalu sebelumnya dalam rencana yang bernama Plan de Réformes akhirnya

berbuah manis.

Selain itu kalangan nasionalis Maroko nyatanya juga membentuk jaringan

komunikasi dengan simpatisan yang simpati dengan perjuangan kemerdekaan

Maroko yang notabene adalah orang-orang sayap kiri. Maka dari itu, ketika sayap

kiri berhasil menduduki pemerintahan – walau hanya sesaat – kebijakan liberal

104

Georges Hertz, ―Les troubles de Fès,‖ L‘Action du people, August 18, 1933.

Page 69: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

60

yang dituntut kalangan nasionalis agar direformasi akhirnya direspon dengan baik.

Tuntutannya antara lain adalah kebebasan berdemokrasi, kebijakan ekonomi yang

tidak liberal, reformasi tenaga kerja, sektor industri, perpajakan dan perbaikan

saranan kesehatan umum.

Masih di tahun 1936, saat memasuki musim panas, muncul peristiwa yang

mengakibatkan ketegangan di seluruh Maroko, baik zona Spanyol maupun zona

Prancis. Awal bulan Juni, pekerja di berbagai sektor di zona Perancis, termasuk

pekerja Eropa dan Maroko, menyatakan pemogokan yang berkoordinasi dengan

gelombang massa pemogokan di Perancis. Pada bulan Juli, tentara Spanyol di

zona utara memberontak di bawah Jenderal Franco dan memulai perang sipil

melawan Spanyol Front Populer. Perbatasan antara zona ditutup dan

kepemimpinan nasionalis Tetouani berusaha untuk bermain dari kedua belah

pihak, memaksa Franco menjanjikan reformasi demokrasi di zona itu. Peristiwa di

Timur Tengah termasuk pecahnya Revolusi Arab di Palestina pada awal musim

panas, penandatanganan perjanjian Anglo-Mesir pada bulan Agustus di mana

Inggris berjanji untuk menarik sebagian besar pasukannya, dan negosiasi antara

Blok Nasional Suriah dan Prancis memberikan kontribusi untuk meningkatkan

harapan di Maroko. Musim panas di Paris, Ouezzani dan Abdeljalil dikirim untuk

melobi menteri dalam pemerintah Front Populer, namun kembali pada bulan

Oktober tanpa hasil nyata. Pada saat ini, gerakan kepemimpinan nasionalis

Maroko semakin pesat disebabkan karena konflik kepribadian antara dua

pemimpin utama, Allal al-Fassi dan Mohamed el-Ouezzani. Ouezzani

Page 70: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

61

memisahkan diri pada musim gugur untuk membuat organisasi sendiri setelah Al-

Fassi terpilih sebagai presiden dari gerakan Istiqlal.

Bulan-bulan panjang kegagalan koalisi Leon Blum memberikan angin

segar reformasi menyebabkan dorongan baru oleh kaum nasionalis untuk

menekan tuntutan mereka.105

Pada tanggal 25 Oktober, mereka mengadakan

konferensi di Rabat dan memutuskan untuk meluncurkan kampanye untuk

mempublikasikan tuntutan mereka dan menekan Gubernur Jenderal untuk

merespon. Pada tanggal 2 November, pertemuan diadakan di Fez membicarakan

agenda nasionalis ke khalayak yang lebih luas. Pasukan keamanan kemudian

turun tangan dan melarang pertemuan yang dijadwalkan pada malam perayaan,

pasukan keamanan menangkap Allal al-Fassi, Mohamed Lyazidi, dan Mohamed

El-Ouezzani. Penangkapan memicu kerusuhan di Fez, Sale, Casablanca, Oujda,

dan Taza pada 16 November dan bentrokan pada tanggal 17 November. Benturan

terjadi dengan pihak keamanan mengakibatkan banyak demonstran yang terluka

dan ditangkapnya ratusan orang pada demonstrasi tersebut. Setelah satu bulan

penahanan, Gubernur Jenderal yang baru diangkat, Nogues, memutuskan untuk

membebaskan para tahanan tersebut.

Dengah hal tersebut maka keunggulan mulai berpihak kepada kalangan

nasionalis. Al Fassi mengingatkan, "Faktanya adalah bahwa gerakan nasionalis

105

Penggantian Gubernur Jenderal pada bulan September, Marcel Peyrouton (merupakan

Prancis berhaluan kiri dan menuduh nasionalis Maroko sebagai simpatisan fasisme),oleh Charles

Noguès dilihat sebagai perkembangan yang signifikan meskipun enthusiasme hanya terjadi di

awal-awal pengangkatannya dan kemudian berangsur-angsur surut ketika tidak ada lagi yang

mendukungnya.

Page 71: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

62

mengambil langkah besar ke depan sebagai hasil dari demonstrasi berdarah;

mereka akan mewujudkan dukungan rakyat yang cukup besar.106

Sepanjang sisa tahun dan pada musim semi 1937, kelompok nasionalis

mampu memprovokasi demonstrasi yang sifatnyabergerak sendiri-sendiri.

Kesempatan besar yang muncul di musim semi adalah bahwa Nogues

menandatangani surat izin penerbitan beberapa majalah Arab dan Perancis,

setelah dua setengah tahun tidak ada satupun media cetak yang diberikan izin

penerbitan.

Perpecahan tumbuh dalam gerakan nasionalis antara faksi yang setia

kepada Allal al-Fassi dan faksi yang setia Moyammed al-Ouezzani, sehingga

secara otomatis ikut menggandakan jumlah media cetak yang mewakili mereka.

Partai Nasional Allal al-Fassi untuk meweujudkan Reformasi mendirikan Koran

pertama nasionalis Arab, Al-Atlas Januari 1937, dan versi Prancis, L'Aksi

populaire. Gerakan Nasional Ouezzani juga merespon dengan menerbitkan

L'Action baru dan dengan versi bahasa Arab di musim semi dengan nama Al-

Difaa. Koran Arab lainnya termasuk Al-Maghreb (dua mingguan yang diterbitkan

di Casa), At-aqaddum (1937), dan al-'Amal (1937) juga ada, meskipun media

cetak tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan partai-partai dan tidak

secara penuh berunsur politik.

Sementara Nogues membuka peluang baru bagi pers, dekrit pada tanggal

18 Maret 1937, menindak kebebasan asosiasi nasionalis dengan menyatakan

Kutlat al-Wataniyya tidak lagi dapat dianggap sebagai organisasi berbadan hukum

106

Al Fassi, The Independence Movements in Arab North Africa, h. 161.

Page 72: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

63

karena Kutlat telah melanggar perundang undangan dengan menciptakan

organisasi gelap dimana para anggotanya tak memiliki kartu keanggotaan. Hal

tersebut tidak mencegah komite nasional dari pemangku rencana melebarkan

sayap di seluruh Maroko. Tidak sampai akhir musim panas, kaum nasionalis

mendapat kesempatan untuk menyuarakan agenda reformis mereka melalui

demonstrasi besar-besaran.

Sementara itu, dekat Masjid Agung Zaytuna, sudah berkumpul kerumunan

sebanyak kurang lebih 6000 orang. Mereka memblokir jalan-jalan menuju masjid

dan benturan tidak dapat terhindarkan. Terjadi baku tembak antara polisi dan

kerumunan:

Fifty-two police and one European civilian were injured while thirteen

Moroccans were killed and forty more were injured.While the initial

protests had arisen locally out of the grievances of the Meknes medina, the

nationalists quicklytook an active role, building off of the momentum that

had been created in the September 2nd confrontation. A few days later, on

September 6th, there were mass protests about the bloody events in

Meknes in Casablanca, Fes, Rabat, Oujda, Marrakesh, and again in

Meknes with the Latif prayer being recited in the major mosques. French

officials, worried about the volatility of the situation, shut down the

nationalist newspapers again and continued to arrest demonstrators.107

Fez terus menjadi pusat kerusuhan huru-hara, dan Nogues, salah satu

Residen Umum, datang ke Fez untuk bertemu dengan tokoh-tokoh delegasi pada

12 September. Antara lain Shurafa (keturunan Nabi Muhammad yang membentuk

kelompok kelas istimewa di Old Medina) dan tentu saja tokoh-tokoh dari

kalangan nasionalis.

107

SHD-AT Carton 3H 250, Commissariat Divisionnaire Casablanca, Note de

renseignements, 9 September 1937.

Page 73: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

64

Pada bulan November 1936, konfrontasi dan bentrokan-bentrokan antara

Protektorat Prancis dan Maroko semakin terasa ketimbang pada bulan

sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa fase yang terjadi antara kalangan

nasionalis Maroko dengan pemerintahan kolonial Prancis telah memasuki babak

baru. Setelah banding mereka kepada Prancis untuk mereformasi hubungan

diabaikan, antara warga setempat dengan Prancis, memberikan ruang baru bagi

kalangan nasionalis untuk memobilisasi massa di wilayah tersebut guna

mendukung tujuan kalangan nasionalis.

Hal tersebut jelas memancing kegeraman di pihak Prancis. Maka dari itu,

dikirimkanlah pasukan keamanan dan melakukan tindakan-tindakan kekerasan

terhadap kalangan nasionalis, membakar selebaran-selebaran yang disebar oleh

kalangan nasionalis, dan melakukan penangkapan massal termasuk menangkap

pemimpin utama kalangan nasionalis lalu kemudian diasingkan seperti Allal el

Fassi (awalnya ke Gabon kemudian ke Kongo); Mohammed Lyazidi, Omar Ben

Abdeljalil, Ahmed Mekouar (ke lokasi terpencil di Gurun Sahara); dan

Mohammed el-Ouezzani (ke Itzer). Hal tersebut dilaporkan oleh gubernur

Nogues:

We no longer have a choice. The rigorous measures against the leaders of

the movement, if they continue to mobilize the people against the Makhzen

and against France, are necessary, regardless of the reactions they

provoke. They are the only means for assuring the future of French

Morocco and to create a new climate that permits us to follow our

civilizing action.108

108

SHD-AT, Carton 3H 250, Report by General Noguès to Yvon Delbos, Minister of

Foreign Affairs, on Moroccan Nationalism, (October 9, 1937), 31.

Page 74: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

65

Karena konflik tersebut, di akhir 1937, mengubah tujuan kalangan

nasionalis. yang awalnya hanya ingin mereformasi hubungan antara Maroko

dengan Prancis menjadi lebih baik (semisal sistem ekonomi yang tidak hanya

menguntungkan Prancis dsb) menjadi tuntuntan akan kemerdekaan Maroko.

Salah satu perhatian utama Protektorat Prancis adalah pemberontakan

yang terjadi di tahun 1937 di kota-kota besar sampai merembet ke daerah

pedesaan. Usaha-usaha telah dilakukan kalangan nasionalis agar masyarakat

pedesaan dapat bergabung untuk ikut melakukan pemberontakan melawan

Prancis. Misalnya dengan mengirimkan agen untuk memberikan informasi kepada

masyarakat desa. Namun hal tersebut malah berujung terhadap penahanan agen

tersebut oleh Prancis karena tindakannya diketahui. Pun demikian, beberapa suku

di pedesaan ternyata juga ikut dalam aksi pemberontakana ini. Suku Ould El Hadj

misalnya yang datang ke Old Medina untuk memberikan sumpah setia sekaligus

membayar iuran keanggotaan karena terlah bergabung dengan kalangan

nasionalis.109

Selain itu ada juga laporan demonstrasi dukungan yang dilakukan di

Azrou, Gigou, dan Mrirt (kota-kota di wilayah Middle Atlas).110

C. Kedaulatan Maroko

Saat De Gaulle jatuh pada bulan Maret 1946, pemerintah sosialis yang

memegang tampuk kepemimpinan Prancis menunjuk Erik Labonne, seorang sipil

liberal, sebagai gubernur jenderal yang baru. Usaha yang ia lakukan adalah

meliberalisasi ekonomi Maroko dan memodernisasi sektor pertanian dan industri

109

SHD-AT Carton 3H 250, Report of Chief Boiseaux, Commander of Gendarmerie of

Fes, (September 9, 1937). 110

SHD-AT, Carton 3H 250, 3rd Trimester Report on Meknes Region, Chef de la Région,

Caillault, (October 29, 1937.)

Page 75: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

66

di Maroko. Namun hal tersebut tidak berjalan dengan mulus karena hal tersebut

membutuhkan modal yang besar. Dia juga mencoba meliberalisasi sektor politik

dan hal tersebut berimbas positif kepada kalangan nasionalis. Pasalnya, kebijakan

yang ditempuh oleh Labonne malah menyebabkan Allal el-Fassi terbebas dari

masa pengasingannya dan langsung memegang kekuasaan tertinggi Istiqlal.

Selain itu, komunitas Yahudi juga membuat gerakan patriotik, paling tidak

membantu kekuatan kalangan nasionalis hingga tahun 1948. Kunjungan ke

Tangier yang dilakukan oleh sultan merupakan bencana bagi Prancis, karena

seperti yang penulis jelaskan pada BAB III, bahwa hal tersebut memperkuat

identitas nasional Maroko sebagai sebuah bangsa dan negara.

Pada Mei 1947, Labonne digantikan oleh Alphonse Pierre Juin. Juin

adalah seorang kolonis. Kebijakan yang ditempuhnya adalah mendorong

investasi; investasi yang umumnya menguntungkan para kolonis dan elit-elit

Maroko yang notabene sudah kaya raya.

Selain itu, Setelah kemerdekaan Israel pada tahun 1948, banyak orang

Yahudi yang melakukan migrasi. Gerakan nasionalis terus tumbuh dan mulai

mengikut sertakan perempuan (bahkan sampai dibentuk Istiqlal untuk perempuan

yang tujuannya menampung perempuan-perempuan yang mau berjuang untuk

kemerdekaan Maroko). Hal ini dilakukan karena banyak kalangan nasionalis

Yahudi yang justru pergi ke Israel. Selain itu, terdapat satu hal yang menarik,

yaitu, ide mengenai nasionalisme dan patriotisme tanah air menyebar dengan

Page 76: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

67

sangat cepat, terutama dikalangan laki-laki muda dan penyebaran ide ini terjadi

ketika mereka melangsungkan olahraga.111

Selain itu, keanggotaan serikat buruh juga terus tumbuh, meskipun para

pemimpin Istiqlal tidak tahu persis apakah hal tersebut nantinya akan berdampak

baik atau tidak. Namun karena sama-sama ingin memperjuangkan kemerdekaan,

kecurigaan itu dikesampingkan untuk semantara waktu.

Sebaliknya, Juin mengandalkan beberapa tokoh yang terkenal lantang di

Maroko. Salah satunya adalah Abdel hafid el-Kittani, pemimpin tarekat

Kittaniyya, yang membenci keluarga Maulay Abdelhafid karena telah mencambuk

saudaranya hingga mati pada tahun 1909. Kemudian tokoh yang lainnya adalah El

Glaoui karena dikenal pernah membawa sekelompok besar orang-orang Berber

untuk memaksa sultan mereformasi Dahir Berbere. Namun usahanya sia-sia saja,

karena mereka memiliki tujuan yang sama, walaupun meski mengesampingkan

problem masa lalunya dengan sultan.

Pada tahun 1951, Juin digantikan oleh Agustus-Léon Guillaume, yang

bahkan lebih keras kepala dari Juin dalam hal pengambilan keputusan. Ia

cenderung menggunakan gaya-gaya arogan untuk menekan pemberontakan yang

terjadi di Maroko. Para serikat buruh dan kalangan nasionalis tentu saja semakin

geram dengan ulahnya. Pemogokan dan demonstrasi besar-besaran terjadi di akhir

musim dingin, dari tahun 1951-1952.

111

Pada akhir tahun 1930-an, kalangan nasionalis telah mendirikan Widad Athletic Club.

Isu nasionalisme menyebar ketika ada pertandingan sepakbola antara Prancis dengan Maroko, dari

situ situasi mulai memanas dan meruncing karena nyatanya olahraga justru dapat membangkitkan

rasa nasionalisme dan patriotisme beberapa kali lebih efektif ketimbang dialog.

Page 77: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

68

Pada tahun 1953, Mohammed V ditangkap di bawah todongan senjata dan

digulingkan lalu diasingkan ke Madagaskar. Penggantinya adalah salah satu

anggota keluarga Alawi, Moulay Ben Arafa. Tindakan Prancis tersebut justru

malah mempercepat kepergian Prancis dari Maroko, karena sultan yang baru

diangkat tersebut juga didukung secara penuh oleh kalangan nasionalis, terutama

oleh kubu El Glaoui.

Mendekati akhir dari protektorat jelas menjadi hari-hari yang tidak

mengenakkan bagi Prancis. Daerah-daerah di pedesaan sudah di luar kendali,

tentara Prancis tidak sanggup lagi menangani serangan-serangan yang dilancarkan

oleh tentara pembebasan yang berutang budi kepada Istiqlal dan berjanji untuk

selalu setia mendukung sang sultan.

Pada akhir Agustus 1955 di Aix-les-Bains digelar konferensi yang

tujuannya sebagai pengunduran diri Prancis di Maroko. Konferensi tersebut

dihadiri oleh El Glaoui, jajaran tinggi pemerintahan Protektorat Prancis, dan tentu

saja para petinggi Istiqlal. Terhitung dari konferensi tersebut, Mohammed V juga

diizinkan untuk keluar dari pengasingannya di Madagaskar atau dengan kata lain

dibebaskan. Setelah menetap di Chateau de la Celle de St. Cloud, Mohammed V

membuat perjanjian baru dengan Prancis: Maroko menginginkan pemerintahan

monarki konstitusional demokrasi yang independen tanpa harus dikontrol oleh

Prancis. Ben Arafa, sebagai sultan pengganti akhirnya mundur dan Muhammad V

naik kembali menduduki tahta sultan.

Di akhir tahun 1955, Sultan Mohammed V berhasil dalam negosiasi yang

ia lakukan untuk memperoleh kemerdekaan secara resmi dan melepas

Page 78: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

69

ketergantungan dari Prancis. Sultan setuju untuk melakukan reformasi dan

mengubah sistem pemerintahan Maroko menjadi sistem pemerintahan yang

monarki konstitusional dan demokratis. Pada Februari 1956, negosiasi lebih lanjut

antara Maroko dengan Prancis memasuki masa-masa puncak yang kemudian

berakhir dengan kemenangan Maroko. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh

kedua belah pihak pada tanggal 2 Maret 1956.112

Pada 7 April, Prancis resmi angkat kaki dari Maroko dan tentu saja masa

Protektorasi Prancis telah berakhir. Tangier yang tadinya dijadikan sebagai zona

internasional kembali diintegrasikan dengan Maroko pada 29 Oktober 1956.

Kemudian disusul dengan penghapusan Protektorasi Spanyol dan pengakuan

kemerdekaan atas Maroko oleh Spanyol yang dinegosiasikan secara terpisah pada

April 1956.113

Dalam bulan-bulan berikutnya setelah kemerdekaan, Mohammed V

melanjutkan pembangunan struktur pemerintahan modern dengan model monarki

konstitusional yang posisi sultan sebagai kepala negara yang menjalankan peran

politik secara aktif. Tahun 1957 bentuk pemerintahan monarki tersebut resmi

menjadi sistem pemerintahan Maroko. Dalam tahun-tahun pertamanya, ia sangat

berhati-hati agar masa transisi ini tetap dalam jalurnya. Selain itu, ia juga terus

membangun konsolidasi dengan orang-orang Istiqlal sebagai partai pendukung

pemerintahannya sekaligus mencegahnya melakukan tindakan yang akan

merugikan stabilitas negara karena posisi Istiqlal yang masih kuat secara politis.

112

Allal Al-Fassi, The independence movements, h. 176. 113

Ibid., h. 177.

Page 79: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian bab 2,3 dan 4 maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Maroko, salah satu wilayah yang lokasinya berada di tanah maghrib,

merupakan negara yang secara de jure tidak pernah dijajah oleh bangsa

manapun. Berbeda dengan negara-negara tetangganya, Tunisia, Aljazair,

Libya, yang berungkali jatuh-bangun diterpa kekuatan dari luar negaranya.

Namun, memasuki awal abad ke-20 M ketika gelombang kolonialisme

mulai menghampiri negara-negara inferior (atau disebut juga sebagai

negara dunia ketiga), Maroko juga mulai dirongrong oleh kekuatan

imperialisme barat, Inggris dan Prancis.

Treaty of Fez yang ditandatangani oleh Abdelhafid pada tahun

1912 menjadi awal mula masa Protektorat Prancis di Maroko. Pasca

penandatanganan traktat tersebut, berangsur-angsur kondisi Maroko

semakin memburuk, terutama kondisi perekonomiannya. Tidak ada lagi

kebebasan berpolitik seperti sebelumnya. Budaya Prancis mulai dicekoki

ke dalam masyarakat Maroko.

Sekolah dan media menjadi corong utama Prancis dalam upaya

internalisasi budaya. Parahnya, separasi antara orang Arab dan orang

Berber dilakukan yang notabene sudah lama hidup bersama sebelum

Prancis datang dengan alih-alih memberikan hak istimewa terhadap orang

Berber.

Page 80: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

71

2. Perjuangan orang-orang Maroko dalam mendapatkan independensinya –

baik secara ekonomi, politik, dan sosial – dari Prancis. Terlihat bahwa

gerakan sosial yang dibentuk oleh kalangan nasionalis merupakan

kendaraan penting dalam mewujudkan independesi tersebut. Dalam hal ini,

Istiqlal-lah yang menjadi wadah untuk mewujudkan keinginan masyarakat

Maroko kebanyakan. Lewat gerakan sosial tersebut beragam ide-ide

kontra-kolonialisme berulang kali dihembuskan oleh kalangan

nasionalisme. Diawali dari wilayah ke perkotaan kemudian merembet

hingga ke wilayah pedesaan.

Lebih jauh lagi, gerakan-gerakan sosial yang dibentuk untuk

mewujudkan independesi nyatanya juga sukses untuk memobilisasi orang-

orang. Protes Latif adalah protes terbesar yang pernah terjadi di Maroko

pada saat masa Protektorat Prancis dan itu semua merupakan hasil dari

mobilisasi yang dilakukan oleh kalangan nasionallis lewat gerakan-

gerakan ini.

Kebangkitan rasa nasionalisme dalam diri masing-masing orang

Maroko kebanyakan akhirnya dengan utuh menginginkan Prancis

hengkang dari Maroko. Beberapa protes menjadi puncak dari kekesalan

yang terpendam atas tekanan yang dilakukan oleh Prancis.Penangkapan-

penangkapan tokoh pembesar kalangan nasionalis Maroko, menjadi awal

dari puncak kekesalan sebelum kemunculan protes dan

demonstrasi.Bentrokan tidak lagi terhindarkan.Namun, itulah harga yang

harus dibayar oleh orang-orang Maroko untuk menjadi sebuah bangsa

Page 81: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

72

yang mandiri tanpa harus diatur ataupun dikontrol oleh Prancis. Bebas.

Tidak lagi menjadi boneka perasan Negara yang pernah dikuasai oleh

Napoleon Bonaparte tersebut.

Dalam perjuangan yang dilakukan oleh kalangan nasionalis

Maroko, penulis menemukan beberapa faktor penting yang menjadikan

mereka berhasil mencapai tujuannya. Pertama, Dahir Berbere dijadikan

sebagai alatuntukmerekatkan persatuan orang-orang Maroko – Arab dan

Berber– yang kemudian dimanfaatkan oleh kalangan nasionalis sebagai

alat mobilisasi; kedua, kondisi perang dunia kedua yang merugikan pihak

Prancis sehingga kekuatan Prancis menjadi melemah, baik dari segi militer

maupun politik; ketiga, peran ideologi salafisme yang punya pengaruh

besar terhadap gerakan-gerakan sosial nasionalis karena basis ideologi

kontra-kolonialisme salafisme tersebut.

Page 82: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

73

Daftar Pustaka

al-'Alami, Muhammad b. Muhammad. Mohammed V: Histoire de l'independance

du Maroc. Sale: Maroc, 1981.

Abu-Nasr, Jamil M. History of the Maghrib. Cambridge: Cambridge University

Press, 1971.

Ageron, Charles Robert. Politiques Coloniales au Maghreb. Paris: Presses

Universitaires de France, 1973.

Anderson, Bennedict. Imagined Communities: Reflections on the Origin and

Spread of Nationalism. London: Verso, 1991.

'Arawi, Abd Allah. Les Origines Sociales et Culturelles du Nationalisme

Marocain, 1830-1912. Paris: F. Maspero, 1977.

Arnaud, Louis. Au temps des Mehallas au Maroc ou le Maroc de 1860 a 1912.

Casablanca: Atlantides, 1952.

Avonde, C. Le Commerce exterieur du Maroc Francais. Archive, Fes:

Renseignements Coloniaux, 1923.

Baida, Jamaa. La Presse Marocaine d'Expression Francaise: des Origines a 1956.

Rabat: Faculte des Lettres et des Sciences Humaines de Rabat, 1996.

Bernard, Stephen. The Franco-Moroccan Conflict, 1943-1956. New Haven: Yale

University Press, 1968.

Page 83: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

74

Berque, Jacques. Etudes d'Histoire Rurale Maghrebine. Fes: Les Ed.

Internationales, 1938.

Bidwell, R. Morocco Under Colonial Rule: French Administration of Tribal

Areas, 1912-1956. London: Duckworth, 1973.

Blair, Leon Borden. Western Window in the Arab World. Austin: University of

Texas Press, 1970.

Brown, K. "The Impact of the Dahir Berbere in Sale." In Arabs and Berbers:

From Tribe to Nation in North Africa, by Ernest Gellner, & Charles

Micaud, 201-215. London: Duckworth, 1973.

Brown, Kenneth, and George Henderson. "Resistance and Nationalism."

International Journal of Politics, Vol 7 No. 3, Fall, 1977: 100-106.

Burke, Edmund. Prelude to Protectorate in Morocco: Pre-Colonial Protests and

Resistance, 1860-1912. Chicago: The Chicago University Press, 1976.

Burke, Edmund. "The Image of Morocco in French Colonial Scholarship." In

Arabs and Berbers: From Tribe to Nation in North Africa, by Ernest

Gellner, & Charles Micaud, 165-190. Paris: Lexington, 1972.

Burke, Edmund. "The Image of the Moroccan State in French Ethnographical

Literature: a new look at the origins of Lyautey's Berber Policy." In Arabs

and Berbers: From Tribe to Nation in North Africa, by Ernest Gellner, &

Charles Micaud, 75-99. London: Duckworth, 1973.

Page 84: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

75

Burke, Peter. History and Social Theory. New York: Cornell University Press,

1993.

—. New Perspectives on Historical Writing. Cambridge: Polity Press, 2001.

Catroux, Georges. "France, Tunisia and Morocco." International Journal Vol. 9

No. 4, 1954: 282-294.

Charnay, Jean Paul. La vie Musulmane en Algerie, d'apres la Jurisprudence de la

Premiere Moitie du XXe Siecle. Paris: Presses Universitaries de France,

1965.

Crapanzano, Vincent. The Hamadsha: a Study in Moroccan Ethnopsychiatry.

Berkeley: University of California Press, 1973.

Damis, John. "Developments in Morocco under the French Protectorate, 1925-

1943." Middle East Journal Vol. 24 No. 1, Winter, 1970: 74-86.

—. "The Free-School Movement in Morocco, 1919-1970." Disertasi Doktor. Tuft

University, 1970.

Eickelman, Dale F. Moroccan Islam: Tradition and Society in a Pilgrimage

Center. Austin: Texas University Press, 1976.

al-Fassi, Allal. The Independence Movement in Arab North Africa. Terjemahan

Hazem Zaki Nuseibeh. Washington DC: American Council of Learned Societies,

1954.

Page 85: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

76

Geertz, C., H. Geertz, and L. Rosen. Meaning and Order in Moroccan Society.

Cambridge: Cambridge University Press, 1979.

Gotschalk, Louis. Understanding History. A Primer Historical Method. Second

Edition. Terj Nugroho Notosutanto. Jakarta: UI Press, 1975.

Halstead, John P. Rebirth of a Nation: The Origins and Rise of Moroccan

Nationalism, 1912-44. Cambridge: Cambridge University Press, 1967.

Handayani, Anita. Fatima Mernissi: Riwayat Hidup dan Perjuangannya dalam

Mewujudkan Demokrasi dan Hak-Hak Perempuan di Maroko, 1922-1997.

Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta,

2003.

Hitti, Phillip K. History of the Arabs. London: The Macmillan, 1974.

Hobswawm, Eric. Primitive Rebels: Studies in Archaic Forms of Social Movement

in the Nineteenth and Twentieth Century. Manchester, 1971.

Hockett, H.C. Critical Method in Historical Research and Writing. New York:

Mac Millan & Co., 1967.

Hourani, Albert. Arabic Thought in the Liberal Age. Cambridge: Cambridge

University Press, 1983.

Hunter, F. Robert. "Promoting Empire: The Hachette Tourist in French Morocco,

1916,36." Middle Eastern Studies Vol. 43 No. 4, July, 2007: 579-591.

Page 86: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

77

Julien, Charles Andre. L'Afrique du Nord en Marche: Algerie-Tunisie-Maroc,

1880-1952. Paris: Omnibus, 2002.

Kably, Mohammed. "Legitimacy of State Power and Socio-ReligiousVariations in

Medieval Morocco." In In the Shadow of the Sultan: Culture, Power and

Politics in Morocco, by Rahma Bourqia, & Susan Gilson Miller, 256-288.

Cambridge: Harvard Centre for Middle Eastern Studies, 1999.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Lahabbi, Mohammed. Le Gouvernement Marocain a l'Aube du 20 siecle.

Casablanca: Editions Maghrebines, 1975.

Latif, Abdul. Dinasti Alawiyah: Kontribusi Maulay Ismail pada Kemajuan

Kebudayaan di Maroko, 1672-1727. Jakarta: Fakultas Adab dan

Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Leveau, Remy. Le Fellah Marocain, defenseur du trone. Paris: Presses de la

Fondation nationale des sciences politiques, 1976.

Mansour, Mohamed El. "Salafists and Modernists in the Moroccan Nationalist

Movement." In Islamism and Secularism in North Africa, by John Ruby,

33-56. New York: St. Martin's Press, 1999.

Mortons, Patricia. Hybrid Modernities: Architecture and Representation at the

1931 Colonial Exposition, Paris. Cambridge: MIT Press, 2000.

Page 87: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

78

Ouardighi, Abderrahim. La Grande Crise Franco-Marocaine, 1952-1956. Rabat:

L'imprimerie Nouvelle, 1976.

Park, Thomas K., and Aomar Boum. Historical Dictionary of Morocco. Second

Edition. Oxford: Scarecrow Press Inc, 2005.

Parsons, Frederick V. The Origins of the Morocco Questions, 1800-1900. London:

Duckworth, 1976.

Pennel, C.R. Morocco: From Empire to Independence. Oxford: One World, 2003.

Pennell, C.R. Morocco since 1830: A History. New York: New York University

Press, 2000.

Pennell, C.R. "Tyranny, Just Rule and Moroccan Political Thought." Morocco:

Occasional Papers, No. 1, 1994: 22-37.

Rivet, Daniel. Le Maroc de Lyautey a Mohammed V: Le Double Visage du

Protectorat. Paris: Denoel, 1999.

—. Lyautey et L'institution du Protectorat Francais au Maroc, 1912-1925. Vol. 1.

Paris: L'harmattan, 1988.

Rochmat, Saefur. Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Sater, James N. Civil Society and Political Change in Morocco. London:

Routledge, 2007.

Page 88: Resistensi Politikrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32889... · 2016-12-09 · masyarakat Maroko terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Lebih jauh skripsi

79

Schroeter, Daniel J., and Joseph Chetrit. "Emancipation and Its Discontents: Jews

at Formative Period of Colonial Rule in Morocco." Jewish Social Studies,

New Series, Vol. 13 No. 1, Autumn, 2006: 170-206.

Sihbudi, Riza. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. PT Ichtiar Baru van Hoeve:

Bandung, 2002.

Spitz, L.W. "The Third Generation of German Renaissance Humanists." In

Aspects of Renaissance, by ed. A.R. Lewis, 105-121. Austin, 1967.

Stewart, Charles F. Economy of Morocco, 1912-1965. Cambridge: Harvard

University Press, 1964.

Stoddard, L. Dunia Baru Islam. Jakarta, 1966.

Tozy, Mohammed. Champs et Contre-Champs Politico-Religieux au Maroc.

Thesis, Marseille: Universite de Droit, d'Economie et des Sciences d'Aix,

1984.

Waterbury, John. The Commander of the Faithful: The Moroccan Political Elite.

New York: Columbia University Press, 1970.

World Affair Institute. "Spain in Morocco." Advocate of Peace Through Justice

Vol. 87, 1925: 147-149.

Wyrtzen, Jonathan. "Performing the Nation in Anti-Colonial Protest in Interwar

Morocco." Journal of the Association for the Study of Ethnicity and

Nationalism, 2013: 615-634.