4. BAB III - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/2545/4/115112024_Tesis_Bab3.pdf ·...
Transcript of 4. BAB III - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/2545/4/115112024_Tesis_Bab3.pdf ·...
72
BAB III
DESKRIPSI FILM KINGDOM OF HEAVEN
A. Profil Film Kingdom of Heaven
Kingdom of Heaven merupakan film garapan Ridley Scott1 (sutradara) dan
William Monahan2 (penulis skenario). Film tersebut menceritakan sebuah
perjalanan sejarah perang salib ketiga, tepatnya pada masa kepemimpinan raja
Baldwin IV (Raja Jerusalem) dan Shalahuddin al-Ayyubi (pemimpin muslim).
Dalam penggarapan film tersebut, Profesor Hamid Dabashi3 ditunjuk sebagai
konsultan, yang memberikan masukan dan penilaian selama proses produksi film
berlangsung.
Tayangan perdana film Kingdom of Heaven muncul pada tanggal 6 Mei
2005. Film berdurasi 189 menit ini dibintangi oleh aktor dan aktris ternama, di
antaranya Bloom4 (Balian), Neeson (Godfrey of Ibelin), Norton (Baldwin IV),
Gleeson (Raynald de Chatillon), Green (Sybilla) dan Massoud (Shalahuddin al-
Ayyubi). Adapun untuk pengambilan gambar film sebagian besar dilakukan di
Ouarzazate di Maroko, sebuah lokasi Scott membuat film Gladiator5 dan Black
Hawk Down. Sedangkan replika kota tua Jerusalem dibuat di area gurun pasir.
1 Sir Ridley Scott merupakan seorang sutradara lahir di South Shields, 30 November 1937 berkebangsaan Inggris yang memenangkan nominasi Golden Globe, Emmy Award, dan BAFTA. Dia menjadi terkenal saat menyutradarai film utamanya seperti Alien, Blade Runner, Thelma & Louise, Gladiator, Black Hawk Down, Matchstick Men, Kingdom of Heaven, dan Gangster. Dia berkarier di dunia film sejak tahun 1965 2 William Monahan merupakan seorang penulis skenario terkenal. 3Profesor Hamid Dabasyi merupakan salah satu guru besar ilmu sejarah dari Universitas Columbia 4 Orlando Jonathan Blanchard Bloom, lahir di Canterbury, Kent, Inggris pada tanggal 13 Januari 1977. Ia mulai dikenal massa sejak awal tahun 2000-an, setelah memerankan Legolas di trilogi film The Lord of the Rings, dan memastikan diri sebagai salah satu aktor utama dalam film-film blockbuster Hollywood, seperti Troy, Elizabethtown, dan Kingdom of Heaven. 5 Gladiator merupakan film yang memperoleh penghargaan film terbaik dunia (Piala Oskar) pada tahun 2000
73
Selain tempat tersebut, pengambilan gambar juga dilakukan di Spanyol, Kastil
Loarre, Segovia, Valsain, Avila, Palma del Rio dan gedung Casa de Pilatos di
Seville (http://id.wikipedia.org/wiki/Kingdom_of_Heaven, diakses 13 Februari
2013).
Film Kingdom of Heaven pada dasarnya menceritakan sejarah perseteruan
antara umat Islam dan Kristen dalam memperebutkan kota suci Jerusalem, yang
dikenal dengan nama perang salib. Dalam film ini, Jerusalem yang sebelumnya
pernah direbut oleh umat Kristen pada akhirnya dapat dikuasai kembali oleh umat
Islam saat dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi.
B. Sinopsis Film Kingdom of Heaven
Kingdom of Heaven merupakan sebuah film yang menceritakan salah satu
perjalanan perang salib pada abad ke-12. Film ini dimulai dari cerita tentang
seorang insinyur dan tentara zeni bernama Balian yang hidup sebagai seorang
pandai besi di sebuah desa di Perancis. Pria ini dihantui tindakan dosa bunuh diri
istrinya akibat keguguran. Karena rasa cinta dan perasaan kehilangan yang
mendalam, semangat hidupnya pun menjadi hilang dan hanya berdiam diri di
dalam rumah. Pekerjaan pahat besi yang biasa digelutinya pun ia tinggalkan.
Pada suatu hari, sekelompok kecil pasukan salib mendatangi rumah Balian
guna meminta bantuannya untuk dibuatkan sepatu untuk kuda mereka. Selain itu,
mereka juga meminta Balian untuk menyiapkan makanan serta tempat berteduh.
Balian yang mengetahui kalau pemimpin pasukan salib tersebut adalah Godfrey of
Ibelin (ayahnya sendiri), ia pun memenuhi permintaan mereka. Kedatangan
Godfrey ke rumah Balian memiliki maksud tertentu, yaitu untuk mengklaim
74
kembali anaknya yang telah ia tinggalkan (Balian) sampai akhirnya Godfrey
mengajaknya pulang ke tanah suci Jerusalem.
Awalnya Balian menolak ajakan Godfrey, karena ia merasa tidak
membutuhkan pengakuan darinya. Balian merasa bahwa selama ini bisa hidup
tanpa seorang ayah. Godfrey pun memahami sikap Balian untuk tidak
memaksakan kehendaknya pada Balian. Kemudian pasukan itu pun bergegas
bersiap untuk kembali ke Jerusalem. Sebelum rombongan meninggalkan tempat
tersebut, salah seorang prajurit kepercayaan Geodfrey berpesan kepada Balian
agar ia berubah pikiran. Prajurit tersebut juga memberitahu jalan yang mereka
telusuri dengan harapan Balian akan menyusulnya.
Saat pembicaraan berlangsung, seorang pendeta mendengar pembicaraan
tersebut. Pendeta itu berusaha meyakinkan Balian bahwa dalam situasi yang
Balian alami saat ini, akan lebih baik jika ia pergi bersama Geodfrey. Pendeta itu
terus berusaha meyakinkan Balian bahwa Jerusalem merupakan tempat untuk
mencari pencerahan dan ampunan. Seperti reaksinya terhadap Godfrey, Balian
juga tidak merespon perkataan sang pendeta.
Namum, saat pendeta tersebut mulai berkata hal yang tak pantas mengenai
istri tercintanya, Balian marah. Kemarahannya pun memuncak sesaat setelah
Balian melihat kalung salib istrinya yang biasanya melekat di leher mayat istrinya
berada di leher pendeta itu. Tanpa berpikir panjang Balian langsung membunuh
pendeta tersebut. Keadaan semakin memburuk. Balian yang merasa terdesak
akhirnya memutuskan untuk menyusul Godfray pergi menuju Jerusalem dengan
harapan mendapat pengampunan Tuhan untuk istri dan dirinya.
75
Sesaat setelah bertemu Godfray, keponakan Godfray bersama pasukannya
menghadang rombongan Balian, kemudian memaksa Godfray menyerahkan
Balian. Ia pun menolak menyerahkan Balian. Kemudian terjadilah bentrokan
berdarah yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Godfrey.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan secara terpisah hingga tiba di
Jerusalem. Selang beberapa hari kedatangannya, Godfrey menobatkan Balian
sebagai seorang kesatria Baron of Ibelin dan memerintahkan agar ia mengabdi
pada Raja Jerusalem serta melindungi rakyat. Dari sinilah Balian mulai mengenal
baik dengan para tokoh politik penting Jerusalem, di antaranya Raja Jerusalem,
Putri Sybilla dan Guy de Lusignand.
Guy de Lusignand merupakan calon suami Sybilla yang memiliki perilaku
licik dan kejam. Karena hasutan Rainald de Chatillon, Gey de Lusignand berusaha
menguasai Jerusalem dengan cara mengadu domba antara Raja Jerusalem dengan
Shalahuddin al-Ayyubi (pemimpin Islam). Pada suatu hari Guy dan Rainald de
Chatillon dengan sadis membantai iring-iringan kavilah muslim yang sedang
melintas di suatu area di gurun dekat Jerusalem. Sebelum pembantaian
berlangsung, para kafilah muslim sudah mengetahui mereka akan dirampok dan
diserang. Mereka pun berusaha melarikan diri sesaat setelah melihat kedatangan
Guy de Lusignand dan para pasukannya. Karena sedikitnya armada kuda pada
saat itu, ditambah tenaga para kavilah muslim yang melemah akibat perjalanan
jauh akhirnya semua kafilah muslim dibunuh dengan kejam.
Shalahuddin yang mengetahui kekejaman tersebut berusaha menangkap
dalang pembantaian tersebut. Ia pun bersama ribuan pasukan muslim mendatangi
Kerak; kastil milik Guy de Lusignand dengan tujuan menangkap dan membawa
76
Rainald de Chatillon yang telah melakukan kekejaman itu. Sementara di suasana
yang berbeda, Balian bersama para prajuritnya mempersiapkan diri berangkat dari
Ibelin untuk menghadang laju perjalanan Shalahuddin ke Kerak. Balian pun
berperang dengan pasukan Shalahuddin. Tetapi, karena jumlah pasukan Balian
lebih sedikit, ia mengalami kekalahan dalam perang. Dengan bijaksana,
Shalahuddin justru menghentikan peperangan dan membiarkan pasukan salib
yang terluka untuk duduk kemudian mengobatinya, termasuk Balian di dalamnya.
Tidak lama setelah itu, Raja Jerusalem pun tiba bersama ribuan tentara
salib. Keduanya bersepakat damai dengan membuat perjanjian yang disepakati
bersama. Dalam perjanjian itu, Shalahuddin meminta Raja Jerusalem untuk
menangguhkan penyerangan guna mencegah pertumpahan darah yang sia-sia dan
berjanji akan mengobati seluruh tentara salib yang terluka. Sementara Raja
Jerusalem juga berjanji akan segera menghukum Rainald de Chatillon setelah ia
tiba di Kerak. Dan keduanya pun meninggalkan arena peperangan.
Selang beberapa hari, Raja Jerusalem meninggal. Masa pemerintahannya
pun diturunkan kepada Sybilla, yang kemudian diserahkan pada Guy de
Lusignand; suami Sybilla yang akhirnya dinobatkan menjadi raja baru Jerusalem.
Berangkat dari sinilah awal dimulainya kembali perang salib antara umat Islam
dan Kristen. Melalui kekuasaannya sebagai raja Jerusalem, Guy de Lusignand
yang terdorong hasutan Rainald de Chatillon, melanggar perjanjian damai yang
telah dibuat. Ia bersama Rainald dan para Templar melakukan pembantaian secara
membabibuta kepada kafilah muslim dan adik perempuan Shalahuddin. Bahkan,
Guy de Lusignand pun memenggal kepala tentara utusan Shalahuddin yang saat
77
itu ditugaskan mengirimkan surat peringatan dan penangkapan kepada Guy de
Lusignad.
Akhirnya, kedua belah pihak (Shalahuddin dan Guy de Lusignand)
bergerak untuk melakukan peperangan. Di satu sisi, Rainald de Chatillon dan Guy
de Lusignand keluar dari kota Jerusalem menempuh perjalanan jauh untuk
menyerang Shalahuddin. Sementara di sisi yang lain, Shalahuddin beserta seluruh
pasukannya menunggu di balik Bukit. Karena Guy de Lusignand tidak
memperhatikan faktor jarak, cuaca yang panas dan persediaan air yang sedikit,
akhirnya satu persatu tentara salib pingsan berjatuhan dan dengan mudah
Shalahuddin beserta pasukannya dapat memenangkan peperangan tersebut. Guy
de Lusignand dan Rainald pun ditangkap. Kemudian, Rainald de Chatillon yang
menjadi profokator, yang menimbulkan terjadinya kembali perang salib oleh
Shalahuddin dipenggal kepalanya.
Beberapa hari kemudian, Shalahuddin beserta pasukannya bergerak
menuju Jerusalem guna merebut kembali kota suci tersebut yang dahulu dirampas
oleh tentara salib. Peperangan pun terjadi selama tiga 3 hari. Dengan cepat,
Shalahuddin berhasil memenangkan peperangan dan ia berhasil membuat sejarah
baru dengan keberhasilannya merebut kembali Jerusalem.
Pada saat proses peperangan itu berlangsung, Balian sempat membuat
strategi perang yang baik, dengan berhasil menjatuhkan menara perang pasukan
Shalahuddin. Namun, strategi perang yang dilakukan Shalahuddin jauh lebih baik.
Shalahuddin terus maju dan berhasil menguasai benteng tentara salib. Melihat
tentara salib kocar-kacir, demi menghindari lebih banyak lagi korban yang
berjatuhan, Shalahuddin pun mengajak Balian untuk berunding dan memberikan
78
opsi pilihan untuk meninggalkan Jerusalem. Balian pun setuju untuk menyerahkan
Jerusalem kepada Shalahuddin setelah ia mengajukan syarat jaminan keselamatan
umat Kristen untuk mengungsi ke negeri umat Kristen. Shalahuddin pun
menyetujui permintaan Balian. Bahkan dengan bijaksana, Shalahuddin mengobati
tentara yang terluka. Tidak hanya itu, Shalahuddin juga tidak menghancurkan
bangunan gereja yang mereka buat demi menjaga perasaan kaum Kristen.
Pada bagian akhir film tampak Balian telah berada di rumah lamanya di
Perancis. Seperti kejadian sebelumnya, ada sekelompok pasukan Salib menuju ke
rumah itu, kali ini pasukan tersebut dipimpin oleh Raja Inggris Richard I. Richard
mengatakan pada Balian bahwa ia akan memimpin pasukannya dalam Perang
Salib baru untuk merebut kembali Jerusalem dari Shalahuddin. Raja Richard juga
mengatakan sedang mencari Balian, yang orang-orang kenal sebagai pembela
Jerusalem, untuk memintanya bergabung, namun Balian menolak ajakan tersebut.
Film berakhir dengan tulisan bahwa setelah bertahun-tahun berperang,
Richard tetap tidak bisa merebut kembali Jerusalem, dan peperangan merebut
Jerusalem terus berlanjut sampai tahun-tahun mendatang, dengan bunyi "even
today, peace in the Kingdom of Heaven remains elusive.”
C. Profil Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah panglima dan pahlwan Muslim. Ia
lahir di Takrit, Irak pada tahun 532 H/1138 M dan meninggal di Damascus pada
tahun 589/Februari 1193. Ia dalam masyarakat Eropa dikenal dengan Saladin.
Saladin, seorang komandan perang yang terkenal di dalam perang salib adalah
keturunan Kurdi yang meniti karirnya pada Sultan Nuruddin , seorang Emir Syria
(Glasse, 2003: 210).
79
Shalahuddin merupakan pendiri Dinasti Ayubiyah6 di Mesir dan terkenal
sebagai ahli ilmu agama Islam Suni. Ayah Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi,
Najmuddin bin Ayyub, adalah keturunan suku Kurdi yang berasal dari Azerbaijan.
Ia ditunjuk Nuruddin Zangi, gubernur Suriah, sebagai pemimpin garnisun di
Baalbek. Pendidikan dan masa muda Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi kurang
dikenal oleh masyarakat. Ia senang berdiskusi tentang ilmu kalam, ilmu fikih, al-
Qur’an dan hadis. Ketika Nuruddin Zangi menguasai Damascus, ayahnya
memperkenalkannya kepada Nuruddin Zangi. Ia kemudian muncul di depan
publik dan dikenal masyarakat menjelang keberangkatannya ke Mesir untuk
menyertai pamannya, Asaduddin Syirkuh, dalam suatu ekspedisi militer
(Ensiklopedi Islam, 1993: 205).
Perjalanan hidup Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjuangan
dan peperangan. Peperangan yang dilaluinya begitu beragam7. Semua peperangan
itu berakhir dengan kemenangan di tangan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi. Kota-
kota Islam yang dikuasai pasukan Salib yang berpusat di Baitulmakdis
(Yerusalem) berhasil dibebaskannya. Walaupun demikian, ia bukanlah jendral
yang tamak, haus kekayaan, dan haus darah. Hal ini terbukti sejak semula
keberangkatannya ke Mesir. Ia bukan tipe orang yang ambisius. Perang hanya
dilakukannya dengan pembelaan dan pertahanan agama, baik secara ajaran
maupun politik. Ia sebenarnya lebih mengutamakan perdamaian daripada perang.
Hal ini tergambar dalam perdamaian-perdamaian yang berulang-ulang, baik
6 Ayyubiyah (564-658/1169-1260). Sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Diyarbakir hingga tahun 866/1492. Dinasti ini didirikan oleh Salahuddin al-Ayyubi ()w. 589/1193). 7 Peperangan yang dilakukan Shalahuddin terkadang hanya memadamkan pemberontakan dalam negeri yang dilakukan oleh gerakan pengacau keamanan dan makar, dan adakalanya pula melawan pasukan Salib (perang salib) yang berusaha menguasai dunia Islam dan merampas hak-haknya dengan penuh kekejaman.
80
dengan kaum Assasin yang mencoba mengganggu keamanan dalam negeri
maupun dengan kaum salib yang dipimpin oleh raja-raja Eropa (Ensiklopedi
Islam, 1993: 206).
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
agama lain. Ketika menguasai Iskandaria, ia mengunjungi orang-orang Kristen,
dan setelah perdamaian tercapai dengan pasukan salib ia mengizinkan mereka
berziarah ke Baitulmakdis. Ia tidak menyenangi pasukan salib tatkala sudah
menjadi kekuatan politik untuk meruntuhkan kekuasaan Islam dan merampas hak-
hak kaum muslimin yang sudah diperolehnya berabad-abad. Memang ia pernah
mewajibkan pakaian khusus kepada Yahudi dan Nasrani, tetapi ini hanyalah
melanjutkan kebijakan Nuruddin Zangi pada wakktu itu (Ensiklopedi Islam, 1993:
206).
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi meniti karier dengan lancar untuk sampai
ke puncak prestasinya. Keberhasilannya sebagai tentara pejuang pertama kali
terlihat ketika ia pergi ke Mesir mendampingi pamannya, Asaduddin Syirkuh,
yang mendapat tugas dari Nuruddin Zangi untuk membantu Dinasti Fatimiah
mengembalikan kekuasaannya. Perdana menteri Syawar yang dikudeta Dirgam
menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir. Dirgam dapat dibunuh dan
Syawar dapat kembali ke posisi semula (560 H/1164 M).
Tiga tahun kemudian Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali menyertai
pamannya ke Mesir. Kali ini Nuruddin Zangi mengirim Asaduddin Syirkuh ke
Mesir karena Syawar mengadakan perjanjian baru dengana Amaury, yang dahulu
pernah akan membantu Dirgam, yang akan membahayakan posisi Nuruddin Zangi
khususnya dan Islam umumnya. Walaupun telah terjadi peperangan yang sengit
81
antara kedua belah pihak, bahkan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi yang telah
menduduki Iskandariyah dikepung dari darat dan laut oleh pasukan salib, akhirnya
pasukan itu berakhir dengan perjanjian perdamaian (Agustus 1167), yang isinya
antara lain pertukaran tawanan perang. Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali ke
Yerusalem, dan Iskandariyah diserahkan kepada Syawar.
Kunjungan Shalahuddin al-Ayyubi yang ketiga kalinya ke Mesir adalah
untuk mengusir tentara Amaury yang berusaha meguasai Mesir secara
keseluruhan, sehingga dapat membahayakan dunia Islam, khususnya rakyat Mesir
yang banyak di bunuh, dan kedudukan Khalifah al-Adid (Khalifah Fatimiyah
yang berakhir). Amaury dapat dikalahkan dan Mesir berhasil diselamatkan dari
cengkeraman pasukan salib. Syawar tidak senang kepada Asaduddin Syirkuh dan
Salahuddin al-Ayyubi yang mendapat sambutan khalifah dan masyarakat. Karena
itu ia berusaha membunuhnya. Namun, tentara Syirkuh lebih jeli dan akhirnya
Syawar dapat ditangkap dan dibunuh atas perintah khalifah (Ensiklopedi Islam,
1993: 206).
Sebagai imbalan, khalifah mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai
perdana menteri Mesir (564 H/1169 M). Ini untuk pertama kalinya keluarga al-
Ayyubi menjadi perdana menteri. Asaduddin Syirkuh berkuasa hanya dua bulan,
kemudian khalifah mengangkat Salahuddin Yusuf al-Ayyubi sebagai perdana
menteri dengan gelar al-Malik an-Nasir (25 Jumadilakhir 564/26 Maret 1169).
Pada waktu itu ia berumur 32 tahun.
Sejak itu kehidupan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi semakin membaik.
Sambutan atas jabatan barunya pertama kali datang dari Nuruddin Zangi sendiri.
Ia dianggap sebagai panglima tentara Suriah. Setelah menduduki jabatan perdana
82
menteri, ia diperintahkan oleh Nuruddin Zangi untuk menghilangkan nama
Khalifah al-Adid dari khutbah jum’at, yang berarti berakhirnya masa kekuasaan
Dinasti Fatimiyah. Meskipun tampak enggan dan berat, akhirnya ia melakukan
juga tugas ini. Sebagai gantinya, disebut nama Khalifah Abbasiyah dan sejak itu
bendera Abbasiyah mulai berkibar kembali di tanah Mesir. Khalifah al-Mustadi
(566-576H/1170-1180 M) kemudian memberinya gelar al-Mu’izz li Amirul
Mu’minin. Sebagai imbalannya pada tahun 570 H/1175 M khalifah menyerahkan
Mesir , an-Naubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah bagian tengah dan Magrib
(Negara-negara Islam di Afrika Utara) di bawah kekuasaan Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi. Sejak itulah ia dianggap “Sultanul Islam wal Muslimin” (Ensiklopedi
Islam, 1993: 206).
Setelah khalifah al-Adid wafat, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi semakin
berkuasa untuk melaksanakan program-program keagamaan dan politiknya.
Dalam program keagamaan ia dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat
mengembalikan Mazhab Suni, membangun madrasah-madrasah yang menganut
Mazhab Maliki, mengganti kadi-kadi Syiah dengan kadi Suni, mengganti
pemerintahan yang korup dan memecat pegawai yang bersekongkol dengan
penjahat dan perampok.
Melihat keberhasilannya banyak orang yang iri, misalnya dari Nuruddin
Zangi sendiri setelah ia melepas jubah kebesarannya dan kemudian
menyerahkannya kepada Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Ini disebabkan kedudukan
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi melebihi kedudukannya sebagai gubernur. Keirian
dan kebenciannya semakin bertambah lagi ketika Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi
tidak menepati janjinya untuk mengepung Syaubak dan Karak yang dikuasai oleh
83
pasukan salib. Karena jasa ayah Shalahuddin, peperangan tidak terjadi di antara
mereka. Walaupun demikian, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi tetap setia kepada
Nuruddin, bahkan kesetiaanya itu diteruskan kepada anaknya, al-Malik as-Salih
Isma’il (Ensiklopedi Islam, 1993: 206).
Kepala rumah tangga Khalifah al-Adid, Hajib, juga tidak senang kepada
Shalahuddin, karena hak-haknya berkurang. Ia bersekongkol dengan tentara yang
berasal dari Sudan dan an-Naubah untuk menggulingkan Shalahuddin. Demikian
pula dengan para pengacau yang berasal dari kaum Assassin yang dipimpin oleh
Syekh Sinan. Di lain pihak, partai Zangi (para pembela al-Malik as-Salih Isla’il)
juga mengadakan persekongkolan dengan al-Gazi (pengusaha Mosul dan Paman
al-Malik as-Salih Isma’il), untuk mengepung Shalahuddin. Pemberontakan
tersebut dapat diselesaikan baik dengan jalan perdamaian maupun dengan
peperangan.
Kekuasaan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi yang semakin luas dan
wibawanya yang semakin besar ternyata menimbulkan kekhawatiran orang-orang
Kristen Frank, nenek moyang bangsa Perancis modern yang menduduki daerah-
daerah Bizantium. Untuk itu mereka meminta bantuan Perancis, Jerman, Inggris,
Bizantium, dan Paus dalam upaya menghancurkannya dan menguasai negaranya,
khususnya Baitulmakdis dan negara-negara lain yang dikuasai orang Islam.
Perang antara Islam dan tentara salib yang sewaktu-waktu diselingi
dengan perdamaian yang sering dilanggar tentara salib itu mengisi lembaran
perjuangan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Pertama kali terjadi perang dengan
Almeric I, raja Yerusalem. Perang selanjutnya dengan Baldwin IV (putra Almeric
I) dan kemudian dengan Raynald de Chatillon (penguasa beenteng Karak),
84
sebelah timur Laut Mati). Kemudian ia berperang dengan raja Baldwin V
sehingga kota-kota seperti Tiberias, Nasirah, Samaria, Sidon, Beirut, Batrun,
Akka, Ramulah, Gaza, Hebron, Baitulmakdis, Bat-Lahnn, Busniayah, dan
Gunung Zaitun jatuh ke tangannya pada tahun 583 H/1187M. Setelah kota-kota
itu dimenangkan, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi membangun sekolah-sekolah,
rumah sakit, dan merestorasi Masjidilaksa dan kubah batu. Salib yang terpampang
di atas kubah batu diturunkan segera dan masjid-masjid yang sabagian digunakan
sebagai tempat ibadah oleh orang Kristen dibersihkan.
Setelah Baitulmakdis dikuasai Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi, Paus
Gregory mengumandangkan perang salib yang disambut oleh raja dan masyarakat
Eropa, khususnya kaum miskin. Pengganti perang ini diteruskan oleh Clement III,
pengganti Gregory. Raja Philip II (raja Perancis) dan raja Richard I (raja Inggris)
langsung memimpin pasukan, yang didahului oleh Raja William dari Sicilia.
Banyak para penguasa lain terlibat dalam peperangan ini, seperti Raja Guy de
Lusignand, Pangeran Montferrat, dan Ratu Sybil (Ensiklopedi Islam, 1993: 206).
Peperangan yang memakan waktu bertahun-tahun itu akhirnya sampai
kepada perdamaian, walaupun hanya untuk sementara. Adik Raja Richard I
dinikahkan dengan Adik Salahudddin, al-Adil, yang selanjutnya menjadi
penguasa Baitulmakdis. Orang Nasrani bebas pergi beribadah dengan syarat tidak
membawa senjata. Sedangkan Raja Richard yang kejam dan telah membunuh
3.000 tawanan Muslim pulang ke negerinya.
Setelah peperangan berakhir, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi memindahkan
pusat pemerintahannya ke Damascus. Tidak lama setelah itu ia sakit selama 14
hari dan akhirnya wafat dalam usia 57 tahun setelah memerintahkan selama 25
85
tahun. Ia tidak meningggalkan harta kekayaan kecuali hanya beberapa dinar dan
dirham. Bekas kekuasaannya dibagi-bagikan kepada anak-anaknya dan saudara-
saudaranya (Ensiklopedi Islam, 1993: 207).
D. Varian Strategi Dakwah Shalahuddin al-Ayyubi dalam Film Kingdom of
Heaven
Strategi dakwah dalam konteks peperangan merupakan sebuah siasat,
taktik atau manuver yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah pada
situasi peperangan. Penulis pada penelitian ini akan memaparkan strategi dakwah
Shalahuddin al-Ayyubi dalam film Kingdom of Heaven.
1. Strategi Dakwah Sebelum Berperang
a. Membangun Strategi Perang
1) Scene 62. Interior di camp perang siang hari terdiri dari 2 capture
dengan durasi (01:37:15 - 01:39:35)
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin bermusyawarah dengan
dua panglima perang tentara Muslim di dalam camp perang. Mereka
membicarakan keputusan Shalahuddin atas tindakannya menarik
mundur pasukan Muslim saat bertemu dan berhadapan langsung
dengan raja Jerusalem dan tentara salib.
01 02
86
Tahap Denotatif
Salah satu panglima perang menemui Shalahuddin al-Ayyubi di
dalam camp perang (lihat capture 1). Panglima perang tersebut
menanyakan alasan Shalahuddin menarik mundur pasukan (scene 61),
yang saat itu menurutnya tidak sesuai dengan perintah Tuhan (lihat
capture 2).
Medium shot Panglima perang: “Mengapa kita mundur? Padahal Tuhan tidak menyukai dia. Tuhan sendiri yang menentukaan hasil dari peperangan”. Shalahuddin: “hasil dari peperangan benar ditentukan oleh Tuhan, tetapi juga dengan persiapan jumlah dan memperhatikan ketiadaan penyakit dan ketersediaan air. Kita tidak dapat memelihara sebuah pengepungan dengan musuh di belakang. Berapa banyak peperangan yang Tuhan menangkan untuk umat Muslim sebelum kedatanganku? Dan itu sebelum Tuhan menentukan bahwa aku perlu datang”. Panglima Perang: “Sedikit sekali. Itu karena kita penuh dosa”. Shalahuddin: “Itu karena kamu tidak mempersiapkannya”. Panglima Perang: “jika kamu berpikir dengan jalan itu maka kamu tidak akan menjadi raja untuk waktu yang lama”. Shalahuddin: “Saat aku bukan raja, aku telah mengguncang dunia Islam. Terimakasih atas kedatanganmu (sembari berjabat tangan)” . Panglima perang: “Janjimu. Janjimu untuk mengembalikan Jerusalem. Jangan lupa” (sembari meninggalkan Shalahuddin). Kemudian Shalahuddin berkata kepada panglima perang yang lain, yang saat itu bersama dengannya. Shalahuddin: “Jika aku tidak mengirimkan perang, aku tidak punya kedamaian”.
Pada scene sebelumnya (scene 61) digambarkan; tujuan utama
kedatangan Shalahuddin menuju Kerak adalah untuk menangkap
Rainald de Chatillon, Guy de Lusignand beserta tentaranya yang telah
membunuh kafilah Muslim. Namun, perjalanan mereka dihadang oleh
Raja Jerusalem. Dalam scene ini digambarkan jumlah tentara salib lebih
banyak daripada tentara Muslim. Shalahuddin pun menarik mundur
pasukan dan membatalkan rencana perangnya setelah raja Jerusalem
87
memberikan jaminan untuk menghukum Rainald de Chatillon.
Shalahuddin pun kembali menuju perbatasan dengan mendirikan tenda
atau camp perang.
Tahap Konotatif
Pendirian tenda atau camp perang seperti yang diperlihatkan
pada capture 01 memiliki makna konotasi bahwa ini merupakan langkah
Shalahuddin dalam upaya mempersiapkan strategi perang, agar tentara
Muslim berada dalam kondisi siap jika sewaktu-waktu raja Jerusalem
atau pihak Kristen (tentara salib) melanggar janji dan kembali
melakukan pembunuhan terhadap umat Islam. Hal ini berfungsi untuk
memberikan perlindungan dan keamanan kepada umat Islam. Sementara
penarikan mundur pasukan Muslim dikonotasikan bahwa Shalahuddin
berusaha untuk tidak tergesa-gesa dalam bertindak yang menyebabkan
kerugian dan hilangnya banyak nyawa manusia.
Argumentasi Shalahuddin yang digambarkan pada dialog
tentang penarikan mundur pasukan yang didasarkan pada persiapan
jumlah, memperhatikan ketiadaan penyakit dan ketersediaan air
memiliki makna konotasi bahwa Shalahuddin menguasai dengan baik
kondisi medan peperangan, sehingga ia perlu mempersiapkan strategi
perang yang baik agar tidak salah dalam menentukan pilihan perang.
Sementara perdebatan salah satu panglima perang Shalahuddin dengan
Shalahuddin mengandung konotasi bahwa ia berbeda pendapat dengan
Shalahuddin. Shalahuddin sebagai panglima perang yang utama
88
memiliki wewenang penuh untuk mengambil kebijakan yang dianggap
menguntungkanbagi umat Islam.
2) Scene 86 interior di Kerajaan Jerusalemm siang hari, terdiri dari 6
capture berdurasi dari (02:07:14 – 02:08:47).
Dalam scene ini digambarkan tiga utusan Shalahuddin mendatangi
kerajaan Jerusalem. Mereka menemui raja Jeruselm yang baru; Guy de
Lusignand guna menyampaikan pesan sultan – meminta
dikembalikannya tubuh adik Shalahuddin dan menyerahkan Jerusalem.
01 02 03
04 05 06
Tahap Denotatif
Tiga tentara Muslim utusan Shalahuddin mendatangi Kerajaan
Jerusalem (lihat capture 1). Salah satu utusan mendekat kepada raja
Jerusalem dan menyampaikan pesan Shalahuddin (lihat capture 2).
Tentara Muslim: Assalamu’alaikum. Guy de Lusignand: Walaikumussalam, bicaralah. Tentara Muslim: Sultan
89
menuntut dikembalikan tubuh saudara perempuannya, kepala dari yang bertanggungjawab dan penyerahan Jerussalem. Guy de Lusignand: Benarkah? Tentara Muslim: Apa jawaban yang kamu kembalikan kepada Saladin? Guy de Lusignand: Ini! (membunuh utusan Saladin dengan kejam dengan menusuk leher dan memotong kepalanya) Bawa kepala itu ke Damaskus. Akulah Jerussalem. Siapkan pasukan! (Sembari mengangkat pedang). Tentara Templar: Ya!
Tahap Konotatif
Tiga tentara berkuda dengan memba bendera putih berlafadzkan
Allah menandakan umat Islam. Gerbang yang terbuka memiliki makna
konotatif bahwa kedatangan tiga tentara Muslim diterima pihak
Jeruselm. Kemudian pesan yang disampaikan utusan Shalahuddin
kepada raja Jerusalem dimaknai secara konotatif bahwa hal ini
merupakan bentuk tuntutan atau pilihan yang yang diberikan
Shalahuddin kepada pihak Kristen untuk bertanggungjawab atas
penyerangan dan penghianatan perjanjian kepada umat Islam.Tiga
tuntutan Shalahuddin berupa dikembalikannya tubuh adiknya yang
dibunuh, hukum penggal pihak-pihak yang melakukan pembunuhan
secara membabibuta kepada umat Islam, serta penyerahan Jerusalem
yang pernah direbut umat Kristen dari tangan umat Islam.
Tuntutan atau pilihan yang ditawarkan Shalahuddin kepada raja
Jerualem merupakan sikap bijaksana Shalahuddin untuk menghindari
peperangan. Ia hanya mengadili orang-orang yang terlibat dalam
penyerangan tersebut dan meminta Jerusalem yang menjadi hak umat
Islam.
90
Kemudian pemenggalan kepala utusan Shalahuddin dimaknai
secara kkonotatif merupakan bentuk penolakan permintaan dari
Shalahuddin. Perintah raja Jerusalem kepada kedua tentara Muslim yang
masih hidup untuk membawa kepala temannya kepada Shalahuddin
dimaknai secara konotatif bahwa raja Jerusalem mengajak untuk
berperang. Dalam Islam, jika seorang raja mengajak berperang karena
memerangi terlebih dahulu maka Islam harus melakukan perlawanan
dan memilih alternative terakhir yaitu berperang sebagai jalan untuk
mengamankan wilayah dakwah.
3) Scene 92 eksterior di Bukit Hittin siang hari, terdiri dari 15 capture
berdurasi dari (02:10:53 – 02:13:47).
Dalam scene ini digambarkan Rainald de Chatillon dan Guy de
Lusignand menempuh perjalanan jauh dengan terik matahari
menyengat untuk melakukan penyerangan terhadap pasukan Muslim.
Sementara Shalahuddin beserta pasukan Muslim menyusun strategi
perang dengan menunggu dari balik bukit sembari mempersiapkan
pasukan.
01 02 03
91
04 05 06
07 08 09
10 11 12
13 14 15
Tahap Denotatif
Long shot Tentara salib bergerak menuju sebuah perbukitan
untuk melakukan penyerangan terhadap pasukan Shalahuddin.
Lambang Salib berwarna kuning emas menjadi tanda pasukan Kristen
(lihat capture 1). Medium shot Rainald de Chatillon dan tentara salib
mengalami kelelahan dan kekurangan air selama diperjalanan akibat
cuaca panas. Kendi air dan tentara salib yang jatuh pingsan menjadi
92
tanda bahwa cuaca sangat panas dan perjalanan sangat melelahkan
(lihat capture 2 dan 3).
Full shot Pasukan salib memasuki area bukit, debu gurun pasir
yang bertebaran akibat langkah kaki kuda menjadi tanda kedatangan
pasukan salib (lihat capture 4). Medium shot Salah satu tentara muslim
yang melihat tanda debu tersebut kemudian memberikan sinyal kepada
Shalahuddin dan para pasukannya untuk bersiap-siap menyerang dari
balik bukit (lihat capture 5 dan 6). Long shot pasukan Muslim bersiap
melakukan serangan. Bendera merah bertuliskan lafadz Allah menjadi
simbol pasukan Muslim (lihat capture 7).
Baju perang yang digunakan Shalahuddin dan para tentara
Muslim menjadi tanda bahwa pasukan Muslim telah siap untuk
berperang (lihat capture 8 dan 9). Shalahuddin mengangkat tangan
memberikan instruksi kepada tentara Muslim untuk maju berperang
(lihat capture 10). Long shot Tentara Muslim menuju ke atas bukit dan
bersiap melakukan penyerangan (lihat capture 11 dan 12). Long shot
mayat-mayat berserakan dengan mengenakan baju salib dan lambang
salib yang tertancap di sekitarnya, serta bendera bertuliskan huruf Arab
yang berkibar menjadi tanda bahwa perang telah selesai dan
dimenangkan oleh umat Islam (lihat capture 13-15).
Tahap Konotatif
Lambang salib merupakan simbol pemersatu umat Kristen,
yang menjadi dasar dinamakan perang salib. Lambang ini digunakan
pihak Kristen untuk menyatukan umat Kristen atas nama perang suci.
93
Lambang salib memiliki daya pengaruh yang sangat kuat. Umat
Kristen yang masih mengenal sistem Kasta dapat berkumpul menjadi
satu dengan dalih penebusan dosa.
Medium shot Adegan tentara salib yang jatuh pingsan selama di
perjalanan dikonotasikan bahwa terik matahari saat itu sangat panas
dan menyengat. Selain itu, mereka juga mengalami kelelahan akibat
perjalanan jauh yang telah ditempuh. Ini menjadi petanda bahwa
Rainald de Chatillon, Guy de Lusignand dan para tentara salib tidak
memiliki kemampuan yang baik dalam membaca medan peperangan
(lokasi perang, faktor jarak dan cuaca).
Adapun adegan Shalahuddin menunggu dari balik bukit
dikonotasikan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penerapan
strategi perang yang telah disusun Shalahuddin. Adapun langkah yang
ditempuh Shalahuddin adalah dengan menunggu dan melakukan
penyerangan dari balik bukit. Posisi ini tentu sangat menguntungkan
bagi pasukan Muslim. Di satu sisi, tentara Muslim dapat
mempersiapkan dengan baik kebutuhan perang, mulai dari faktor
mental, ketersediaan air, serta kondisi kuda. Pada sisi yang lain, umat
Islam juga sangat diuntungkan berada pada posisi menyerang dari atas
bukit, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah ketika berperang dan
memenangkan peperangan.
Banyaknya tentara yang terbunuh dengan berbaju salib
dikonotasikan sebagai kekalahan tentara salib di medan perang. Perang
yang dilakukan di Bukit Hittin ini dimenangkan oleh Shalahuddin
94
beserta pasukan Muslim. Kemenangan inilah yang kemudian
mengantarkan Shalahuddin al-Ayyubi dapat merebut kembali
Jerusalem dari tangan salib.
4) Scene 97: eksterior di Jerusalem siang - pagi terdiri dari 18 capture
berdurasi dari (02:18:12 – 02:33:24 ).
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin menyusun strategi perang
dengan membuat sistem patroli serta mempersiapkan peralatan perang
yang cukup baik.
01 02 03
04 05 06
07 08 09
95
10 11 12
Tahap Denotatif
Long shot Tentara patroli Shalahuddin berada di wilayah
Jerusalem memunculkan diri (lihat capture 1 dan 2). Long shot
Shalahuddin dan pasukan Muslim telah siap menunggu perang dari balik
bukit (lihat capture 3). Long shot Memasuki malam hari, salah satu
tentara patroli Shalahuddin dengan menunggang kuda mendekati
Jerusalem dan berucap lantang dengan mengangkat pedang: “Tidak ada
kemenangan kecuali melalui jalan Tuhan)” (lihat capture 4).
Jeda beberapa waktu, tentara muslim memasuki kawasan
Jerusalem, kemudian melakukan penyerangan terhadap tentara salib
yang berada di dalam benteng. Long shot Lemparan batu api dan naft
menghujani Kerajaan Jerusalem dan membakar beberapa atap bangunan
benteng Jerusalem. Sementara tentara salib sibuk memadamkan api
dengan persediaan air yang berada di dalam kerajaan dan memilih untuk
bertahan dikarenakan keterbatasan persediaan peralatan perang (lihat
capture 5 dan 6). Serangan pun berhenti dan dilanjutkan esok hari.
OS. Suara adzan Subuh. Seluruh tentara Muslim melaksanakan
shalat Subuh berjama’ah di depan gerbang Jerusalem (lihat capture 7).
Setelah melaksanakan shalat, Long shot Guy de Lusignand yang
96
tertangkap sebelumnya pada saat peperangan, oleh pasukan Shalahuddin
diarak menggunakan domba tanpa mengenakan baju, dengan posisi
tangan dan kaki diikat, kemudian diperlihatkan kepada tentara Jerusalem
(lihat di capture 8).
Long shot Shalahuddin melakukan serangan dengan
menggunakan batu dan bola api yang dilepaskam melalui manjaniq
(pelempar batu) (lihat capture 9 dan 10). Full shot tentara Muslim
menggunakan busur panah pada serangan berikutnya (lihat capture 11).
Long shot Tentara muslim menggunakan alat pendobrak untuk
memasuki benteng kerajaan Jerusalem (lihat capture 12).
Tahap Konotatif
Kehadiran seorang tentara berkuda utusan Shalahuddin di
kawasan Jerusalem (pada capture 1-3) dimaknai secara konotatif
merupakan bagian dari penerapan strategi perang yang telah disusun
Shalahuddin. Dalam konteks perang yang digambarkan pada film
Kingdom of Heaven, kehadiran utusan Shalahuddin al-Ayyubi ke area
Jerusalem difugsikan untuk memberikan informasi bahwa tentara
Muslim telah memasuki area Jerusalem dan bersiap untuk melakukan
peperangan. Selain itu, hal ini dimaksudkan untuk mengacaukan
strategi perang dan menciutkan mental lawan.
Kemunculan tentara patroli Shalahuddin ke area Jerusalem
dengan tidak langsung melakukan penyerangan adalah untuk
memberikan kesempatan kepada pihak Jerusalem untuk berpikir
dengan harapan menyerah sebelum melakukan peperangan atau
97
minimal penduduk Jerusalem yang tidak ikut berperang dapat
mengamankan dirinya.
Adapun penyerangan mortir api dimaknai secara konotatif
adalah sebagai salah satu penerapan dari penyusunan strategi perang
yang difungsikan untuk menguras persediaan pasokan air lawan.
Dengan ketiadaan air, kekuatan salib akan melemah akibat terkuras
tenaganya selama perang berlangsung, sehingga akan lebih mudah
untuk menaklukannya dan membuat tentara salib menyerah lebih
cepat. Dengan demikian, jumlah korban jiwa dalam peperangan dapat
diminimalisir.
Penghentian sementara penyerangan hingga esok hari dimaknai
secara konotasi adalah untuk memberikan kesempatan kepada pihak
Jerusalem untuk menyerah ataupun melarikan diri dari medan perang
akibat ketakutan. Hal ini bertujuan untuk mengendurkan mental lawan
dan juga sebagai strategi agar peperangan tidak dilanjutkan karena
menyerahnya pihak Kristen.
Diaraknya raja Jerusalem dimaknai secara konotatif bahwa
peperangan telah berakhr karena raja mereka telah ditangkap. Ini
merupakan strategi agar peperangan tidak dilanjutkan dan tuntutan
Shalahuddin dipenuhi. Kemudian untuk memasuki benteng Jerusalem,
Shalahuddin menggunakan tangga pengintai dan alat pendobrak (lihat
capture 7 dan 12). Secara konotatif, alat-alat yang digunakan
Shalahuddin untuk berperang melawan tentara salib termasuk
peralatan perang modern pada masa itu. Carole Hillenbrand, melalui
98
bukunya The Crusade; Islamic Perspektives, secara detail membahas
persoalan senjata, pasukan dan benteng-benteng dalam perang salib.
Shalahuddin menggunakan beberapa senjata buatan Ibnu Al-Abraqi
dari Aleksandria, terutama panah. Selain itu, ia juga menggunakan
mesin-mesin perang mongonel (manjanniq atau pelempar batu), alat
pendobrak, menara-menara pengintai, dan penggunaan senjata Yunani
(naft).
Berbagai peralatan perang yang digunakan Shalahuddin dalam
medan peperangan melawan pihak Kristen merupakan bentuk strategi
perang yang telah disusun dan dipersiapkan guna memengkan
peperangan. Kemengan ini dibutuhkan Shalahuddin agar perlakuan
kejam pihak Kristen kepada umat Islam dapat dihentikan.
5) Scene 106: eksterior di tenda peristirahatan malam terdiri dari 6
capture berdurasi dari (02:39:24–02:39:40).
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin bersama para panglima
perang bermusyawarah mempersiapkan strategi perang untuk
menghancurkan benteng pertahanan Jerusalem.
01 02 03
99
04 05 06
Tahap Denotatif
Shalahuddin bersama para panglima perang bermusyawarah
menyusun strategi perang untuk membobol benteng pertahanan
Jerusalem.
Full shot Shalahuddin: dinding itu, di mana dinding Crhisthoper yang dulu digunakan telah rapuh. Panglima Perang 2: biasanya saat gerbang ditutup akan lebih rapuh dari pada dinding di sekitarnya (lihat capture 4 dan 5). Panglima Perang 2: Rasyid telah melihatnya. Ini akan menjadi pintu kita memasuki Jerusalem” (lihat capture 6).
Dari pembicaraan tersebut, Shalahuddin dan para panglima perang
tersebut membuat kesepakatan bersama untuk membobol pertahanan
Jerusalem dengan menghancurkan dinding yang menghubungkan pintu
(lihat capture 4).
Tahap Konotatif
Benteng dalam dunia perang dikonotasikan sebagai tempat
pertahanan yang paling vital. Jika sebuah benteng Jerusalem dapat
dihancurkan, maka akan menjadi petanda tentara Muslim dapat dengan
leluasa memasuki pertahanan Jerusalem dan melancarkan serangan
dan peperangan. Posisi ini tentu sangat menguntungkan bagi
100
Shalahuddin guna mengambil alih kembali Jerusalem, sehingga segala
kebijakan dakwah Islam dapat diterapkan.
Namun, pada situasi yang berbeda ini akan menjadi boomerang
bagi Shalahuddin. Sebab, seluruh tentara, baik Muslim maupun
Kristen akan memfokuskan diri berperang melalui celah pada dinding
kerajaan yang terbuka. Posisi ini sangat merugikan karena akan banyak
korban yang berjatuhan dari dua belah pihak.
6) Scene 108: eksterior di medan peperangan Jerusalem siang terdiri dari
3 capture berdurasi dari (02:39:59 – 02:40:25).
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin menyusun strategi perang
dengan memberikan motivasi kepada tentara muslim melalui salah
satu kerabatnya.
01 02 03
Tahap Denotatif
Full shot salah satu penglima perang utusan Shalahuddin
memberikan motivasi kepada seluruh pasukan Muslim yang akan
berangkat ke medan peperangan dalam merebut kembali Jerusalem
dari tangan Nasrani. Kerabat Shalahuddin berkata: “Saudara-saudara,
101
Tuhan telah mengirim kamu hari ini. Allahu akbar! Allahu Akbar!”.
Tentara muslim pun menjawab “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu
akbar”.
Tahap Konotatif
Pemberian motivasi seperti dialog di atas, secara konotatif
dipahami sebagai salah satu bentuk penerapan dari strategi sebelum
berperang. Pemberian motivasi merupakan sebuah usaha untuk
membangkitkan semangat para tentara guna memunculkan kekuatan
maksimal yang terdapat dalam diri para tentara, sehingga berimplikasi
positif pada hasil pertempuran.
Secara psikologis, pemberian motivasi pada situasi perang
sangat diperlukan. Hal ini berfungsi untuk membangkitkan semangat
tentara dalam berperang. Selain itu, pemberian motivasi yang berisi
doktrin agama tentang perintah Tuhan memiliki kekuatan superlatif
(paling berpengaruh) dalam membantu mempersiapkan mental tentara
muslim, sehingga siap mengorbankan diri untuk agama.
b. Membuat Aturan Perang
1) Scene 55: Interior di Kerajaan Jerusalem siang hari, terdiri dari 6
capture berdurasi dari 01:21:35 - 01:23:40.
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin membuat aturan perang
dengan mengirimkan surat peringatan dan pemberitahuan kepada Raja
Jerusalem. Shalahuddin memberitahukan kepada raja perihal posisi
102
dan tujuannya, yaitu menuju Kerak guna menangkap Rainald de
Chatillon.
01 02 03
04 05 06
Tahap Denotatif
Raja Jerusalem bermusyawarah dengan para pimpinan raja
Jerusalem (lihat capture 1). Tiberias mengadukan tindakan Rainald de
Catillon, Guy de Lusignand dan para templar kepada raja Jerusalem
atas penyerangan yang telah dilakukan mereka terhadap kafilah
muslim (lihat capture 2). Ia berkata:
“Guy de Lusignand, Rainald de Chatillon dan para templar telah menyerang sebuah kafilah Saracen. Rainald dan para kesatria templar telah merusak janji perdamaian raja. Shaladin akan datang ke kerajaan ini.”
Long shot Saat pembicaraan berlangsung, salah seorang prajurit
menyerahkan surat dari Shalahuddin al Ayyubi kepada raja (lihat
capture 3). Long shot Raja Jerusalem menenangkan tentara Jerusalem,
103
kemudian membacakan isi surat tersebut. Raja berkata: “Shalahuddin
telah meyeberangi Jordan dengan 200.000 prajurit” (lihat capture 4).
Kemudian raja berbisik kepada Tiberias dengan berkata: “Kita harus
bertemu dengannya sebelum dia mencapai Kerak. Aku akan memimpin
pasukan” (lihat capture 5 dan 6).
Tahap Konotatif
Surat yang dikirimkan Shalahuddin al-Ayyubi kepada raja
Jerusalem dimaknai secara konotatif sebagai bentuk aturan perang
dalam Islam. Umat Muslim tidak diperbolehkan memasuki peperangan
kecuali setelah ada pengumuman atau pernyataan perang di dalam
waktu yang memungkinkan sampainya berita itu kepada musuh.
Shalahuddin al-Ayyubi dalam konteks ini membuat aturan
perang dengan mengirimkan surat terlebih dahulu yang berisi
pemberitahuan kepada Raja Jerusalem bahwa dirinya dan seluruh
pasukannya akan menuju Kerak guna meminta pertanggungjawaban
Rainald de Chatillon akibat pelanggaran perjanjian yang dilakukannya
bersama para templar, kejujuran dengan menyampaikan secara benar
tentang tujuannya, jumlah pasukan, serta posisi perjalanannya.
2) Scene 60: Eksterior di tanah lapang sebuah bukit siang hari, terdiri dari
5 capture berdurasi dari 01:31:25 - 01:33:51.
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin al-Ayyubi bertemu dengan
raja Jerusalem di medan peperangan. Shalahuddin membuat aturan
perang dengan memberikan tawaran dan peringatan kepada raja untuk
104
menyerahkan masalah hukum Rainald de Chatillon dan para
templarnya kepada Shalahuddin. Keduanya bersepakat untuk
meninggalkan medan peperangan.
01 02 03
04 05
Tahap Denotatif
Long shot ribuan tentara salib muncul dengan membawa
lambang salib kuning emas menuju arena peperangan (lihat capture 1
dan 2). Long shot Shalahuddin beserta tentara Muslim dengan kibaran
bendera merah dan putih bertuliskan lafadz Allah memasuki arena
peperangan.. Close up Raja Jerusalem mengenakan jubah putih dan
bertopeng (lihat capture 4). Close up Shalahuddin al-Ayyubi
mengenakan jubah dan sorban penutup kepala berwarna hitam (lihat
capture 5).
Dari pertemuan dua tokoh tersebut, terjadilah dialog yang
berujung kesepakatan antara dua belah pihak.
105
Shalahuddin: Aku berharap kamu menarik mundur kavelerimu dan meninggalkan masalah ini padaku. Raja Jerusalem: Aku berharap kamu mundur tanpa terluka di Damaskus. Rainald de Chatillon akan dihukum. Aku berjanji untuk itu. Tarik atau kita semua akan mati di sini. Apakah kita punya kesepakatan?” Shalahuddin: Kita sepakat. Aku akan kirim perawatku. Raja Jerusalem: Assalamu’alaikum (Pergi meninggalkan Shalahuddin) Shalahuddin: Wa’alaikumsalaam
Tahap Konotatif
Secara konotatif, surat pemberitahuan yang dikirimkan kepada
raja Jerusalem menjadi tanda bahwa Shalahuddin menjalankan perang
sesuai dengan aturan yang telah disyariatkan. Islam melarang adanya
peperangan sebelum sampainya pemberitahuan pada pihak lawan.
Perang diperbolehkan dalam Islam jika terjadi fitnah, ketidakadilan,
atau perlakuan buruk yang dialami umat Islam.
Pertemuan raja Jerusalem dan Shalahuddin dengan
disepakatinya perjanjian baru dimaknai secara konotatif bahwa
Shalahuddin berusaha menjalankan aturan-aturan aturan dalam Islam,
yaitu dengan memberikan opsi pilihan yang merupakan langkah kedua
setelah adanya pemberitahuan melalui surat atau kabar perang yang
disampaikan kepada pihak Jerusalem. Pemberian opsi tersebut sebagai
langkah alternatif untuk menghindarkan diri dari peperangan, namun
tujuan yang diharapkan tetap tercapai.
Pada dialog di atas, secara substansi - tujuan Shalahuddin
menuju Kerak adalah untuk menangkap dan menghukum Rainald de
Chatillon beserta tentaranya yang telah melakukan pembantaian
terhadap umat Islam. Saat Shalahuddin bertemu dengan raja Jerusalem,
ia memberikan opsi tawaran, yaitu menyerahkan dan menghukum
106
Rainald de Chatillon ataukah memilih untuk berperang. Pada akhirnya,
keduanya bersepakat untuk menghukum Rainald de Chatillon dan
peperangan pun dapat dihindari.
Dari kesepakatan tersebut, ada dua keuntungan yang
didapatkan Shalahuddin. Pertama, jatuhnya banyak korban jiwa dapat
dihindari. Kedua, kesiapan tentara salib berperang dan perjalanan jauh
yang telah ditempuh Shalahuddin dan pasukan muslim tentu tidak
menguntungkan jika memaksakan diri untuk berperang. Ketiga,
dihukumnya Rainald de Chatillon dengan para templar dapat membuat
sebuah perpecahan internal.
Selain itu, pernyataan Shalahuddin kepada Raja Jerusalem yang
mengatakan akan mengirim perawatnya adalah guna mengobati raja
Jerusalem. Tindakan ini merupakan bentuk kepedulian Shalahuddin
kepada raja yang mengidap penyakit lepra - yang telah menggerogoti
muka dan seluruh tubuhnya.
2. Strategi Dakwah Saat Berperang
a. Membuat Kejutan Perang
1) Scene 60: Interior di Kerak siang hari, terdiri dari 4 capture berdurasi
dari 01:26:55 - 01:29:47.
Dalam scene ini digambarkan pasukan Shalahuddin al-Ayyubi dapat
menguasai dengan cepat pasukan Balian, dengan membuat kejutan
perang.
107
01 02 03
04
Tahap Denotatif
Long shot jumlah pasukan Shalahuddin lebih banyak daripada
pasukan Balian. Shalahuddin membuat kejutan perang dengan
mengunci gerak Balian dan tentara salib (lihat capture 1 dan 2). Full
shot tawanan perang dikumpulkan menjadi satu dan didudukkan di
antara bendera salib (lihat capture 3). Close up Salah satu panglima
perang berbicara dengan Balian di antara bendera hijau bertuliskan
lafadz Allah:
Pengawal Shalahuddin: Kualitasmu akan diketahui diantara para musuhmu, sebelum kamu bertemu dengannya, temanku. Balian: Kamu bukan seorang pelayan? Pengawal Shalahuddin: Bukan, dia pelayanku. Balian: Akan menjadi apa kita? Pengawal Shalahuddin: Seperti yang kamu inginkan. Kamu menuai apa yang kamu tabur. Kamu sudah mendengar ini bukan? Bangun (kemudian Balian berdiri). Kamu mungkin bisa masuk Kerak, tapi mungkin kamu akan mati di sana, penguasaku ada di sini.
108
Tahap Konotatif
Terkuncinya pasukan Balian yang berjumlah lebih sedikit
daripada pasukan Shalahuddin dimaknai secara konotatif bahwa
kejutan perang yang dilakukan Shalahuddin berjalan efektif.
Sementara, terlihatnya tentara salib duduk bergerombol yang
dikelilingi tentara muslim dimaknai secara konotatif bahwa
kemenangan telah diraih oleh pasukan Shalahuddin yang ditandai
dengan keberadaan tawanan perang.
Tindakan Shalahuddin yang membiarkan hidup tawanan
perangnya dikonotasikan sebagai bentuk penerapan ajaran Islam di
dalam perang, dengan tetap membiarkan hidup tawanan perangnya.
Tindakan tersebut membawa banyak manfaat, di antaranya sebagai
bukti bahwa Islam adalah agama rahamatan lil’aalamiin yang
menghargai nyawa manusia, dapat difungsikan untuk media tukar
tawanan jika ada umat Islam yang tertawan pasukan salib, serta
sebagai stategi dakwah untuk menunjukkan kebaikan-kebaikan yang
diajarkan Islam.
Kemudian dialog yang diucapkan pengawal Shalahuddin
kepada Balian merupakan bentuk peringatan bahwa Balian beserta
tentara Shalib diminta untuk tidak melakukan perlawanan agar tidak
jatuh korban jiwa. Sebab, tujuan utama Shalahuddin menuju Kerak
adalah guna menangkap Rainald de Chatillon beserta para templar
yang telah melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap kavilah
Muslim yang sedang melakukan perjalanan ibadah haji.
109
2) Scene 102: Interior di Jerusalem siang hari, terdiri dari 8 capture
berdurasi 02:35:03 - 02:37:20.
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin membuat kejutan perang
dengan menghancurkan tembok benteng Jerusalem melalui lemparan
batu dan bola api, yang dilanjutkan dengan memaksa masuk ke dalam
benteng.
01
01 02 03
04 05 06
07 08
Tahap Denotatif
Pada scene ini tidak ada dialog, hanya berupa adegan perang
antara pasukan Muslim dengan Kristen. Full shot Shalahuddin
110
membuat kejutan perang dengan menghancurkan tembok benteng
Jerusalem dengan menggunakan bola api (lihat pada capture 1dan 2).
Long shot Dengan cepat pasukan Muslim berlarian memasuki benteng
Jerusalem (lihat capture 3 - 5). Kedua pasukan tersebut bertempur
(lihat capture 6 dan 7). Full shot Kedua pasukan (Muslim dan Kristen)
banyak yang berguguran (lihat capture 8).
Tahap Konotatif
Hancurnya bagian tembok jerusalem dimaknai secara konotatif
bahwa pertahanan tentara Jerusalem terancam. Pasukan Muslim dapat
dengan leluasa masuk ke dalam Jerusalem dan melakukan
penyerangan. Namun di sisi lain, tindakan ini merugikan bagi
keduanya. Sebab, ruang gerak pasukan Muslim terpusat pada tembok
tersebut sehingga tergerak untuk masuk, sementara pasukan salib pun
akan berusaha menjaganya agar tentara muslim tidak dapat masuk,
sehingga dapat dipastikan banyak korban jiwa yang berjatuhan (lihat
capture 8).
b. Menawarkan Perjanjian Damai
1) Scene 108 : Interior di Jerusalem siang hari, terdiri dari 6 capture
berdurasi dari 02:41:45 - 02:48:39.
Dalam scene ini digambarkan Shalahuddin al-Ayyubi dapat menguasai
Jerusalem dengan mengibarkan bendera perdamaian yang dilanjutkan
dengan membuat kesepakatan perjanjian dengan Balian.
111
01 02 03
04 05 06
Tahap Denotatif
Long shot Tembok benteng Jerusalem telah hancur. Balian dari
balik reruntuhan tembok memperhatikan bendera putih yang
dikibarkan tentara Muslim (lihat capture 1 dan 2). Empat orang tentara
merentangkan tiang untuk membuat tempat dilakukannya kesepakatan
(lihat capture 3). Medium shot Shalahuddin dan Balian bertemu di
bawah tirai tersebut dan berunding membuat sebuah kesepakatan
perjanjian (lihat capture 4). Pada dialog tersebut Shalahuddin berkata:
”Akankah kamu mempertahankan kota ini? Aku ragu. Itu tidak akan membuat lebih baik jika kamu lakukan. Kamu akan menghancurkannya? Kotamu penuh wanita dan anak-anak.. Jika pasukanku akan mati, begitu juga kotamu. Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen. Tiap orang wanita, anak-anak, orangtua, dan semua ksatria dan prajuritmu dan ratumu. Rajamu seperti dia (dengan menunjukan bahwa Guy de Lusignand masih hidup), aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan berbuat kepadanya. Tidak ada yang dapat mencegah. Aku bersumpah pada Tuhan”.
112
Perundingan pada akhirnya disepakati. Balian menyerahkan Jerusalem
ke tangan Shalahuddin al-Ayyubi (lihat capture 5). Shalahuddin
merasa bahagia. Penduduk Jerusalem pun menyambut keputusan
Shalahuddin dengan suka cita (lihat capture 6).
Tahap Konotatif
Dikibarkannya bendera dimaknai secara konotatif sebagai
strategi untuk menawarkan perjanjian damai sebagai langkah untuk .
menghindari bertambahnya korban jiwa. Selain itu, dialog Shalahuddin
yang mengingatkan Balian tentang keberadaan wanita dan anak-anak
di Jerusalem serta penawaran memberikan jaminan keselamatan
kepada seluruh penghuni Kristen untuk meninggalkan Jerusalem
dimaknai secara konotatif sebagai jalan bagi Shalahuddin untuk
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat Jerusalem.
Shalahuddin berusaha melakukan negosiasi agar wanita dan anak-anak
tetap terlindungi, serta mengajak Balian untuk tidak melakukan perang
kembali dengan umat Islam. Ini menunjukkan bahwa Islam merupakan
agama yang lebih memilih kedamaian dibandingkan perang.
III. Strategi Dakwah Setelah Berperang
a. Memperlakukan Tawanan Perang dengan Baik
1) Scene 60 : Eksterior Gurun di Ibelin siang hari, terdiri dari 6 capture
berdurasi dari 01:29:23 - 01:30:23
Dalam scene ini digambarkan perlakuan baik Shalahuddin terhadap
tawanan perang.
113
01 02 03
Tahap Denotatif
Medium shot Salah satu tentara muslim saat dalam peperangan
melawan tentara salib memukul batang leher Balian hingga ia jatuh
pingsan (lihat capture 1). Long shot beberapa tentara Muslim
mengangkat tubuh Balian kemudian menyadarkannya. Bendera salib
berdiri tegak di antara tentara salib yang tertawan karena kalah dalam
peperangan.Tawanan perang dikumpulkan menjadi satu dan tetap
dibiarkan hidup, serta diperlakukan baik (lihat capture 2). Salah satu
panglima perang Shalahuddin menyadarkan Balian dengan
Background Bendera hijau bertuliskan lafadz Allah. Terjadi dialog
antara panglima perang Islam dengan Balian:
Pengawal Shalahuddin: (Sembari meletakkan pedang di depan muka Balian) Kualitasmu akan diketahui diantara para musuhmu, sebelum kamu bertemu dengannya, temanku. Balian: (Semabari menatap) Kamu bukan seorang pelayan? Pengawal Shalahuddin: Bukan, dia pelayanku. Balian: Akan menjadi apa kita? Pengawal Shalahuddin: Seperti yang kamu inginkan. Kamu menuai apa yang kamu tabur. Kamu sudah mendengar ini bukan? Bangun (kemudian Balian berdiri). Kamu mungkin bisa masuk Kerak, tapi mungkin kamu akan mati di sana, penguasaku ada di sini.
114
Tahap Konotatif
Medium shot tentara Muslim memukul batang leher Balian dan
hanya membuatnya pingsan dimaknai secara konotatif bahwa dengan
menjadikan Balian sebagai tawanan perang akan membawa banyak
keuntungan bagi umat Islam. Ini dapat digunakan sebagai media untuk
menghindari adanya peperangan dan media untuk membuat sebuah
kesepakatan. Pada akhirnya Balian dan tentara salib yang saat itu
ditawan oleh tentara Muslim oleh Shalahuddin dikembalikan kepada
raja Jerusalem dan diobati untuk menghindari terjadinya peperangan.
Bendera kuning bersalib yang berada di antara tentara salib
yang tertawan dimaknai secara konotatif bahwa peperangan
dimenangkan oleh umat Islam. Umat Islam tetap membiarkan hidup
tentara salib yang tertawan sebagai wujud penerapan ajaran Islam. Di
sisi yang lain, keberadaan tawanan perang ini membawa banyak
keuntungan bagi umat Islam khusussnya dalam penyebaran dakwah
Islam.
2) Scene 108 dan 114: Interior di Jerusalem siang hari, terdiri dari 8
capture berdurasi dari 02:41:45 - 02:48:39.
Dalam scene ini, Shalahuddin memberikan jaminan keamanan dan
keselamatan kepada seluruh penghuni Jerusalem yang akan pindah ke
negeri berpenduduk mayoritas Kristen.
115
01 02 03
04 05 06
07 08
Tahap Denotatif
Pada scene 108: Full shot Shalahuddin bernegosiasi dengan
Balian untuk menghentikan peperangan dan menyerahkan Jerusalem
kepada Shalahuddin (lihat capture 1 dan 2). Medium shot Shalahuddin
memberikan jaminan keselamatan kepada seluruh penghuni Jerusalem
(lihat capture 3). Dalam negosiasi tersebut, Shalahuddin berkata:
”Akankah kamu mempertahankan kota ini? Aku ragu, jika itu tidak akan membuat lebih baik jika kamu lakukan. Kamu akan menghancurkannya? Kotamu penuh wanita dan anak-anak, jika pasukanku akan mati, begitu juga kotamu. Saya akan memberikan jaminan keamanan tiap nyawa menuju wilayah Kristen. Tiap orang wanita, anak-anak, orang tua, dan semua ksatria dan prajuritmu dan ratumu. Rajamu seperti dia (dengan menunjukan bahwa Guy de Lusignand masih hidup), Aku tinggalkan padamu dan apa kehendak Tuhan yang akan dibuat padanya. Tidak ada yang dapat mencegah. Aku bersumpah pada Tuhan”.
116
Full shot Setelah keduanya bersepakat, Balian dan seluruh penduduk
Kristen melakukan bersih-bersih dan persiapan untuk meninggalkan
Jerusalem (lihat capture 5 dan 6). Long shot Balian beserta penduduk
Jerusalem meninggalkan Jerusalem dengan mendapatkan jaminan
keselamatan dari Shalahuddin (lihat capture 7 dan 8). Full shot Balian
sampai dengan selamat di salah satu desa di Perancis.
Tahap Konotatif
Pemberian jaminan keselamatan yang ditawarkan Shalahuddin
dikonotasikan sebagai bentuk perlakuan santun Shalahuddin terhadap
tawanan perang. Diterimanya tawaran Shalahuddin oleh Baslian
dikonotasikan bahwa orang Kristen percaya terhadap umat Islam
bahwa umat Islam dapat memegang janji yang telah disepakatinya.
Shalahuddin memberikan kebebasan kepada Balian dan para
tentara salib untuk melakukan bersih-bersih diri guna mempersiapkan
diri meninggalkan Jerusalem. Terlihat tentara Muslim mengawal
dengan baik perjalanan tentara dan penduduk Jerusalem. Perlakuan
santun inilah yang pada akhirnya mengendap di hati penduduk
Jerusalem, sehingga sosok Shalahuddin mendapatkan tempat khusus di
hati masyarakat Jerusalem.