Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP...

118
1 PROMOSI DEMOKRASI UNI EROPA DI MAROKO DALAM KERANGKA EUROPEAN NEIGHBORHOOD POLICY (2011-2013) Skripsi Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh Tisa Lestari 1110113000013 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP...

Page 1: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

1

PROMOSI DEMOKRASI UNI EROPA DI MAROKO

DALAM KERANGKA EUROPEAN NEIGHBORHOOD

POLICY (2011-2013)

Skripsi

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Tisa Lestari

1110113000013

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PROMOSI DEMOKRASI UNI EROPA DI MAROKO DALAM KERANGKA

EUROPEAN NEIGHBORHOOD POLICY (2011-2013)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Desember 2014

Tisa Lestari

Page 3: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

ii

Page 4: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

iii

Page 5: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

iv

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan tentang promosi demokrasi yang dilakukan oleh

Uni Eropa (UE) di Maroko dalam kerangka European Neighborhood Policy

(ENP) selama tahun 2011-2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa cara

UE dalam mempromosikan demokrasi di Maroko, setelah terjadinya Revolusi

Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara pada tahun 2010, serta reformasi

konstitusi Maroko pada tahun 2011. Penelitian ini fokus pada tiga aspek dalam

reformasi demokrasi Maroko, yaitu dalam aspek pemisahan kekuasaan, penguatan

peran parlemen, dan penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam

pembangunan demokrasi.

Penulis menggunakan pemahaman konstruktivisme sebagai landasan

pemikiran utama dalam penelitian ini. Pemahaman konstruktivisme ini digunakan

untuk menjelaskan sosialisasi norma dalam membentuk identitas kolektif. Penulis

menggunakan konsep sosialisasi norma yang diungkapkan oleh Thomas Risse dan

asumsi identitas kolektif Alexander Wendt. Penulis juga menggunakan konsep

promosi demokrasi yang diungkapkan oleh Thomas Risse, bahwa promosi

demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk transfer norma.

Terakhir, penulis menggunakan konsep strategi promosi demokrasi Trine

Flockhart, yaitu strategi pengaruh sosial (social influence) atau penguatan

dukungan (reinforcement), dalam wujud kondisionalitas.

Berdasarkan analisis konsep-konsep dan asumsi-asumsi tersebut,

penelitian ini menemukan bahwa UE telah melaksanakan konstruksi sosial politik

dalam mempromosikan demokrasi di Maroko. Adapun konstruksi tersebut telah

menghasilkan capaian penting dalam di tiga aspek reformasi demokrasi Maroko,

yaitu adanya komitmen Kerajaan Maroko terhadap pemisahan kekuasaan,

penggunaan kerangka kerja UE sebagai kerangka kerja Parlemen Maroko, dan

pembangunan Civil Society Facility (CSF) dan Citizen for Dialogue yang

menjembatani komunikasi pemerintah dan masyarakat sipil Maroko. Penelitian ini

juga menemukan bahwa UE mempromosikan demokrasi di Maroko dengan

menggunakan kondisionalitas sebagai instrumen yang diwujudkan dalam

program-program ENP. Adapun promosi demokrasi UE di Maroko dalam

kerangka ENP ini merupakan bentuk sosialisasi norma demokrasi UE di Maroko

untuk membentuk identitas kolektif UE dan Maroko sebagai aktor yang pro

demokrasi.

Kata Kunci: Uni Eropa, Maroko, ENP, Promosi Demokrasi

Page 6: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

v

ABSTRACT

This Research explains European Union’s (EU) democracy promotion in

Morocco within the framework of European Neighborhood Policy (ENP) during

2011-2013 period. This Research aims to analyze the way used by EU to promotes

democracy in Morocco, after Arab Revolution in Middle East and North Africa in

2010, and also Morocco constitutional reform in 2011. This study focuses on

three aspects of Moroccan democratic reform, that are the separation of power,

strengthening the role of parliament, and strengthening the role of civil society

organizations in the development of democracy .

I use constructivism as a basis of main thought in this research.

Constructivism is used to explain norm socialization in constructing collective

identity. I use norm sosialization concept from Thomas Risse and assumption of

collective identity by Alexander Wendt. I also use democracy promotion concept

from Thomas Risse, which explain that normatively democracy promotion can be

seen as a form of transfer of norms. The Latter, I use democarcy promotion

strategy concept by Trine Flockhart, that is social influence or reinforcement

strategy, in the form of conditionality.

Based on the analysis of concepts and assumptions , this study found that

the EU has implemented social and political construction in promoting

democracy in Morocco . The construction has resulted in important achievements

in three aspects of democratic reform in Morocco, that are the Kingdom of

Morocco 's commitment to the separation of powers, the use of the framework of

the EU as a framework for the Moroccan parliament, and the development of the

Civil Society Facility (CSF) and Citizen for Dialogue as a bridge for the

communication of Moroccan government and Moroccan civil society. This study

also found that the EU promote democracy in Morroco by using conditionality as

an instrument in the form of ENP programmes. EU democracy promotion in

Morocco within the framework of ENP is a relization of EU’s democratic norm

socialization in Morocco that constructs EU and Morocco’s collective identity as

pro-democracy actors.

Key Word: European Union, Morocco, ENP, Democracy Promotion

Page 7: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

vi

KATA PENGANTAR

Assalammu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Rabb al-A’alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas semua

nikmat dan karunia-Nya yang telah peneliti terima, sholawat serta salam penulis

sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas wasilah serta

pencerahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko Dalam Kerangka European

Neighborhood Policy (2011-2013)” ini dengan baik.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk yang teristimewa kedua orang tua

penulis, Bapak Salamun dan Ibu Astuti. Terima kasih kepada keduanya yang tak

pernah lelah memberikan dukungan baik moral, material, dan do‟a untuk penulis.

Terima kasih untuk Bapak dan Ibu. Juga kepada adik-adik penulis, Ridwan Dwi

Hanggoro dan Assidiq Nurrohman, skripsi ini penulis persembahkan untuk

mereka berdua yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis juga banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, baik spiritual, moral dan material. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini peneliti dengan segenap hati dan dengan segala hormat

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Ibu Debbie Afianty, M.Si, dan sekretaris program studi,

Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si.

2. Bapak Faisal Nurdin Idris, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mendedikasikan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk membimbing

penulis. Terima kasih atas begitu banyak arahan, dorongan, motivasi, dan ilmu

yang telah diberikan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak M. Adian Firnas, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan, solusi, dukungan, dan motivasi kepada penulis di awal

penulisan skripsi ini.

Page 8: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

vii

4. Bapak Budi Satari, M.Sc dan Bapak Irfan Hutagalung, S.H, LLM sebagai

dosen penguji sidang DPS; serta Ibu Mutiara Pertiwi, MA dan Bapak Teguh

Santosa, MA sebagai dosen penguji sidang skripsi; yang telah memberikan

banyak sekali masukan, arahan, dan melatih penulis untuk konsisten berfikir

secara ilmiah demi terciptanya sebuah skripsi yang baik.

5. Seluruh jajaran staff dan pengajar di Prodi Hubungan Internasional,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sahabat-sahabat penulis, Rosa Permata Nurani, Peni Intan Palupi, Istiqamah,

Detty Oktavina, El Humairoh Wijaya, dan Siti Maunah sebagai suporter utama

yang selalu memberi motivasi, masukan, dan do‟a untuk penulis sejak awal

penulisan skripsi hingga melewati sidang skripsi dengan baik.

7. Teman-teman seperjuangan di kelas regular A dan kelas regular B Hubungan

Internasional UIN Jakarta, Oya, Rere, Putri, Bagus, Yuri, Zakiah, Dienny,

Dian, Anggi, Hana, Lilah, Windy, Siska, dan semua teman-teman, terima

kasih atas kebersamaan dan kenangan yang diberikan selama empat tahun

penulis menimba ilmu di UIN Jakarta.

8. Untuk guru-guru penulis, Emine hocam dan Lale abla, yang telah memberi

banyak ilmu dan pengetahuan baru, serta dukungan dan inspirasi kepada

penulis. Juga untuk teman-teman White Pearls Fethullah Gulen Chair UIN

Jakarta, Asiah, Tati, dan teman-teman Turkce Kursu semua. Cok Tesekkur

Ederim.

Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

serta masih banyak kekuarangan yang menyertai. Untuk itu penulis mengharapkan

masukan serta kritikan, agar nantinya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Jakarta, 16 Desember 2014

Tisa Lestari

Page 9: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

viii

DAFTAR SINGKATAN

AA : Association Agreements

AP : Action Plan

CGEM : General Confederations of Morocco‟s Enterprises

CSF : Civil Society Facility

CSO : Civil Society Organization

EMP : Euro-Mediterranean Partnership

ENP : European Neighborhood Policy

ENPI : European Neighborhood Partnership Instrument

GUMW : General Union of Moroccan Workers

NIS : Newly Independent States

NGO : Non-Governmental Organization

PAM : Party of Authenticity and Modernity

PCA : Pre-Accession Assistance

PJD : Justice and Development Party

RNI : National Rally of Independents

SPRING : Support for Partnership, Reforms and Inclusive Growth

SUPF : Socialist Union of Popular Forces

UE : Uni Eropa

UfM : Union for Mediterranean

WDC : Workers Democratic Confederation

WFD : Westminster Foundation for Democracy

Page 10: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

ix

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel

Tabel I.A.1. Morocco‟s National Indicative Programme 2011-2013...................10

Tabel II.B.1. Distribusi Kursi Parlemen Maroko..................................................45

Tabel II.B.1. Komponen Utama Action Plan EU-Maroko...................................60

Tabel III.C.1. Rincian Dana Program SPRING....................................................66

Tabel III.C.2. Rincian Dana Untuk Program Tematik..........................................69

Bagan

Bagan IV.1. Operasionalisasi Kerangka Pemikiran..............................................86

Page 11: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI....................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.....................................................iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... viii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ....................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 12

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 13

E. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 16

1. Konstruktivisme ..................................................................................... 17

2. Promosi Demokrasi ................................................................................ 21

3. Kondisionalitas ....................................................................................... 26

F. Metode Penelitian.......................................................................................30

G. Sistematika Penulisan.................................................................................31

BAB II DEMOKRATISASI DI MAROKO ...................................................... 32

A. Pemisahan Kekuasaan .............................................................................. 33

1. Periode Awal Transisi Demokrasi-Reformasi Konstitusi 1996...........33

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996-Reformasi Konstitusi 2011............36

Page 12: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

xi

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011-Desember 2013..............................38

B. Penguatan Peran Parlemen ....................................................................... 40

1. Periode Awal Transisi Demokrasi-Reformasi Konstitusi 1996...........40

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996-Reformasi Konstitusi 2011............42

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011-Desember 2013..............................44

C. Penguatan Peran Organisasi Masyarakat Sipil Dalam Pembangunan

Demokrasi ................................................................................................ 47

1. Periode Awal Transisi Demokrasi-Reformasi Konstitusi 1996...........47

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996-Reformasi Konstitusi 2011............49

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011-Desember 2013..............................51

BAB III EUROPEAN NEIGHBORHOOD POLICY (KEBIJAKAN EROPA

UNTUK NEGARA TETANGGA) DI MAROKO.............................55

A. Pengertian European Neighborhood Policy (ENP).................................56

B. Landasan Kerjasama Uni Eropa-Maroko dalam Kerangka ENP.............58

C. Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko Dalam Kerangka ENP (2011-

2013)........................................................................................................61

1. Bidang Pemisahan Kekuasaan.............................................................63

2. Bidang Penguatan Peran Parlemen......................................................64

3. Bidang Penguatan Peran Organisasi Masyarakat Sipil Dalam

Pembangunan Demokrasi.....................................................................66

BAB IV ANALISIS PROMOSI DEMOKRASI UNI EROPA DI MAROKO

DALAM KERANGKA EUROPEAN NEIGHBORHOOD POLICY

(ENP) TAHUN 2011-2013 ..................................................................... 71

A. Sosialisasi Norma Demokrasi UE di Maroko Untuk Membentuk Identitas

Kolektif ...................................................................................................71

B. Promosi Demokrasi UE di Maroko Dalam Kerangka ENP Sebagai

Perwujudan Sosialisasi Norma Demokrasi..............................................75

Page 13: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

xii

C. Kondisionalitas Sebagai Instrumen Promosi Demokrasi UE di

Maroko.....................................................................................................78

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90

Page 14: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Uni Eropa (UE) adalah salah satu aktor internasional yang paling aktif

mempromosikan demokrasi kepada negara-negara tetangganya. Sejak

berakhirnya Perang Dunia II, Uni Eropa terus berusaha memperluas nilai-nilai

politik dan ekonominya, tidak hanya kepada negara-negara di kawasan Eropa,

tetapi juga negara-negara di luar kawasan Eropa.1Uni Eropa sendiri relatif

masih dikenal sebagai „young promoter of democracy‟ (promotor muda

demokrasi) dalam hubungan eksternalnya,2

karena UE baru benar-benar

menjadi lebih aktif dalam mempromosikan demokrasi setelah runtuhnya Uni

Soviet, ketika 15 negara tetangganya meraih kemerdekaan dan terjadi

perubahan demokratis di negara-negara tersebut.3

Meningkatnya keinginan UE dalam mempromosikan demokrasi

kepada negara-negara tetangganya di kawasan Eropa kemudian mendorong

UE untuk membentuk beberapa strategi promosi demokrasi kepada negara-

negara tetangganya di kawasan ini, salah satunya melalui European

1 Megan Leahy, “A New Tool for Democratization within the European Neighborhood Policy:

The “Advanced Status” Program in Morocco”, (Paper Akademik, University of North Carolina,

North Carolina, 2011), hlm.1 2 Günther Guggenberger, “Symbolic actions or effective endeavours? The EU‟s activities to

promote democracy in Ukraine, Moldova and Belarus.” European Union and its New

Neighborhood: Addressing Challenges and Opportunities, ed. Jolanta Grigaliunaité and Sarunas

Liekis (Vilnius: Demokratiezentrum Wien, 2006), hlm. 87 3 Maria Vizdoaga, “The effectiveness of the EU policies in promoting democracy in Moldova,”

(Tesis, Leiden University, 2013), hlm. 11

Page 15: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

2

Neighborhood Policy (ENP).4 ENP adalah strategi politik UE yang secara luas

bertujuan untuk memperkuat kesejahteraan, stabilitas, dan keamanan negara-

negara tetangga Eropa guna menghindari munculnya garis pembatas antara

UE yang diperluas (Enlarged EU) dengan negara-negara tetangga yang

berbatasan secara langsung dengan UE.5

Adapun menurut dokumen

Copenhagen European Council pada Desember 2002, ENP juga bertujuan

mempromosikan Nilai-nilai Eropa (European Values), dimana UE harus

mempromosikan kerjasama regional dan sub-regional serta integrasi yang

dikondisikan untuk stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan penurunan

tingkat kemiskinan.6

Sejak tahun 2004, lingkup ENP mencakup 16 negara7

, dan

keanggotaannya didominasi oleh negara-negara Eropa.8 ENP dalam jangka

pendek dijalankan melalui Perjanjian Asosiasi (Association Agreement)

antara UE dengan negara mitra, sedangkan dalam jangka panjang

dilaksanakan melalui Rencana Kerja (Action Plan).9

Adapun dana atau

4 Ibid, hlm. 42

5 European Neighborhood and Partnership Instrument, http://eeas.europa.eu/enp/index_en.htm,

diakses pada 17 Maret 2014. 6 Florent Parmentier, “The European Neighborhood Policy as a Process of Democratic Norms

Diffusion in Ukraine, Can The EU Act Beyond Kondisionalitas?”, Les Cahiers europeens de

Sciences Po. No. 02 (2006), hlm. 2 7 12 Negara telah menyetujui ENP Action Plans, yaitu Armenia, Azerbaijan, Mesir, Georgia,

Israel, Yordania, Lebanon, Moldova, Maroko, Palestina, Tunisia, dan Ukraina; Satu negara dalam

proses negosiasi Action Plans, yaitu Aljazair; dan tiga negara berada diluar sebagian besar struktur

ENP, yaitu Belarusia, Libya, dan Suriah 8

Richard G. Whitman dan Stefan Wolff, “Much Ado About Nothing? The European

Neighborhood Policy in Context,” The European Neighborhood Policy in Perspective: Context,

Implementation and Impact, ed. Richard G. Whitman dan Stefan Wolff (New York: Palgrave

Macmillan, 2010), hlm. 3 9 Simon Rosenkӧtter, “Assessing The Impact of EU Neighborhood Policies on Democratization in

Morocco and Egypt,” (Skripsi, Universiteit Twente, 2011) hlm. 5

Page 16: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

3

insentif yang diberikan kepada negara anggota diatur dalam European

Neighborhood and Partnership Instrument (ENPI).

Pada dasarnya ENP dibentuk untuk membantu negara-negara tetangga

di sebelah Timur (Eastern Neighbours) UE, yang tengah berupaya menuju

demokrasi dan berjuang untuk menjadi anggota baru UE. Keberhasilan ENP

dalam promosi demokrasi di beberapa negara Eastern Neighbours seperti

Moldova dan Ukraina, yang keduanya kemudian masuk menjadi anggota UE,

kemudian mendorong UE untuk juga melaksanakan promosi demokrasi ke

negara-negara tetangga di sebelah Selatan (Southern Neighbours).10

Salah satu negara Southern Neighbours yang menjadi prioritas UE

dalam mempromosikan demokrasi melalui ENP adalah Maroko.11

Prioritas UE

terhadap Maroko didorong oleh beberapa faktor dan kepentingan, diantaranya

bahwa secara tradisional Maroko adalah negara yang memiliki hubungan

paling dekat Eropa, terutama dengan dua negara anggota UE, Spanyol dan

Perancis.12

Karena kedekatan geografis, dua negara Mediteranian UE tersebut

fokus pada kontrol imigran dari Afrika, keamanan regional, perdagangan

bebas, dan hak perikanan dengan Maroko.13

Selain itu, Maroko juga menjadi

mitra utama UE dalam memerangi terorisme, terutama karena Maroko terkena

10

Tina Freyburg, et.al., “Democracy promotion through functional cooperation? The Case of The

European Neighborhood Policy”, Democratization, Vol. 18, No. 4, (Agustus 2011) [jurnal on-

line]; tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/13510347.2011.584738; internet; diunduh pada 17

Januari 2014. 11

Ibid, hlm. 3 12

Carl Dawson, EU Intergration With North Africa: Trade Negotiations and Democracy Deficits

in Morocco (London: IB Tauris & Co. Ltd, 2009), hlm. 51 13

Kristina Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its

Neighbourhood?, ed. Richard Youngs (Spain: FRIDE, 2008), hlm. 13-14

Page 17: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

4

imbas kekerasan politik dan terorisme di Aljazair.14

Adapun dalam bidang

energi, UE sangat membutuhkan Maroko sebagai alternatif penyuplai energi

ke Eropa Barat, seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia dan

memburuknya hubungan UE-Rusia. Maroko juga diharapkan dapat menjadi

negara transit gas dari Aljazair ke Eropa.15

Maroko sendiri sejak Raja Mohammed VI berkuasa, memiliki

komitmen yang kuat untuk melaksanakan demokratisasi. Beberapa reformasi

dilaksanakan oleh Raja Mohammed VI diantaranya adalah mendirikan Equity

and Reconciliation Commission (IER) sebagai komisi HAM, adopsi hukum

status liberal personal (Moudwana), dan National Human Development

Initiative (INDH).16

Reformasi ini yang kemudian mendorong UE untuk

memberikan Advanced Status kepada Maroko sebagai negara dengan progres

demokratisasi yang baik pada Oktober 2008. Maroko menjadi negara ENP

pertama yang mendapatkan status ini.17

Kepentingan UE, serta komitmen dan

reformasi demokrasi Maroko tersebut yang kemudian menjadikan Maroko

sebagai prioritas promosi demokrasi UE melalui ENP di kawasan Southern

Neighbours.

Maroko bergabung dalam ENP sejak tahun 2004, dan merupakan salah

satu negara yang pertama kali menandatangani Action Plan. Pada masa awal

14

Ian O. Lesser, Geoffrey Kemp, Emiliano Alessandri, dan S. Enders Wimbush, “Morocco‟s New

Geopolitics: A Wider Atlantic Perspective,” GMF Wider Atlantic Series (Washington DC: The

German Marshall Fund of the United States, 2012), hlm. 13 15

Loc.Cit, hlm. 15 16

Haim Malka dan Jon B. Alterman, “Arab Reform and Foreign Aid: Lessons from Morocco,”

CSIS Significant Issues Series, Vol. 28, No. 4 (2006), hlm. 47 17

Kristina Kausch, “Morocco‟s „Advanced Status‟: Model or Muddle?,” FRIDE Policy Brief, No.

43 (Maret 2010), hlm. 3

Page 18: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

5

ENP di Maroko, yakni dari tahun 2006 sampai sebelum Revolusi Arab, Action

Plan hanya meliputi bentuk kondisionalitas positif yang lemah dimana

Maroko sebagai negara ENP, tergantung pada progres reformasi politik,

ekonomi, dan institusionalnya (yang tidak didefinisikan secara jelas),

diberikan akses ke pasar tunggal UE dan hubungan yang lebih erat dengan

UE.18

Kebijakan promosi demokrasi UE dalam ENP di Maroko pada periode

ini juga banyak dikritik karena dianggap tidak serius dan tidak konsisten

dalam pelaksanaannya. Karena terlalu fokus pada keamanan dan perdagangan,

beberapa kebijakan dalam aspek politik justru menjadi tidak tepat sasaran

dalam pelaksanaannya.19

Pemberian Advanced Status misalnya, hanya

bertujuan ekonomis dimana Maroko dapat masuk ke dalam pasar tunggal UE

dengan hanya melaksanakan modernisasi dalam beberapa bidang seperti

kebijakan publik, namun tidak melaksanakan reformasi dalam bidang politik,

seperti reformasi kekuasaan Raja dan kekuasaan parlemen.20

Maka, dapat

dikatakan bahwa pada awalnya UE tidak serius mempromosikan demokrasi di

negara ini, ENP dilaksanakan hanya sebagai alat untuk membangun hubungan

baik dengan negara-negara Southern Neighbours, demi menjaga stabilitas

kawasan.

18

Anna Khakee, “Assessing Democracy Assistance: Morocco”, Fride Project Report (Mei 2010),

hlm. 3 19

Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its Neighbourhood?”,

hlm. 16 20

Kausch, “Morocco‟s „Advanced Status‟: Model or Muddle?, hlm. 3

Page 19: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

6

Adapun pada masa awal bergabung dalam ENP, situasi demokrasi

Maroko juga tidak mengalami banyak perubahan, khususnya dalam aspek

reformasi politik. Sebagai negara semi otoriter, kehidupan politik Maroko

ditandai dengan realitas demokrasi ganda. Secara formal, Maroko memang

memiliki struktur dan institusi demokratis, namun secara informal struktur ini

dibayangi oleh struktur pemerintahan yang disebut Makhzen, yaitu jaringan

kerajaan yang menguasai garis kebijakan utama dan bertindak sebagai penjaga

segala bentuk reformasi politik. Sebagai akibatnya, reformasi politik di

Maroko berjalan selektif dan superfisial.21

Terkait pembagian kekuasaan misalanya, konsentrasi kekuasaan di

tangan Raja sama sekali tidak tersentuh oleh reformasi. Raja Maroko

bertindak sebagai penjamin keteraturan politik sebagai dasar legitimasi

relijius, kekuasaan absolut dan kekuasaan mempertahankan takhta.22

Kekuasaan di Maroko memang dibedakan secara hukum dan fungsinya,

namun pada praktiknya tidak ada pemisahan kekuasaan, dengan kerajaan

memimpin kekuasaan eksekutif dan memiliki pengaruh besar atas kekuasaan

legislatif dan yudikatif.23

Oleh karena tidak ada pembagian kekuasaan yang jelas, maka

parlemen tidak memiliki kekuatan dan peran yang signifikan dalam

pembangunan demokrasi Maroko. Meskipun memiliki sistem multipartai dan

rutin melaksanakan pemilu legislatif, kerajaan mengesampingkan peran

21

Kausch, “Morocco,” Is the European Union Supporting Democracy in its Neighbourhood? hlm.

10 22

Dawson, hlm. 75 23

Loc. Cit, hlm. 11

Page 20: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

7

parlemen. Akibatnya, partai-partai politik menjadi lemah dan parlemen lebih

memilih melaksanakan keinginan kerajaan dan Makhzen, daripada keinginan

konstituennya. Dalam proses reformasi demokrasi di Maroko, parlemen juga

tidak memiliki peran.24

Selain masalah pembagian kekuasaan dan wewenang parlemen,

terbatasnya kontrol dan pengaruh masyarakat sipil dalam politik dan

pemerintahan Maroko juga menjadi permasalahan lain. Beberapa organisasi

masyarakat sipil Maroko yang aktifitasnya terkait dengan isu-isu tabu seperti

monarki, pemisahan kekuasaan, atau kemerdekaan Sahara Barat segera

dihentikan melalui berbagai langkah hukum oleh pemerintah.25

Kondisi demokrasi Maroko yang demikian, juga tidak didukung dalam

prioritas reformasi yang dicanangkan UE dalam program-program ENP pada

periode tersebut. Isu-isu reformasi yang secara langsung berkenaan dengan

kelemahan-kelemahan demokratis yang spesifik di Maroko, seperti lemahnya

parlemen dan pemisahan kekuasaan yang tidak jelas, tidak ada dalam prioritas

ENP di Maroko.26

Pada periode 2007-2010 misalnya, dalam National

Indicative Programme ENP in Morocco 2007-2010 disebutkan bahwa

prioritas ENP di Maroko hanyalah prioritas sosial, seperti dukungan kepada

INDH dan kebijakan pendidikan; prioritas HAM, seperti mendukung Ministry

of Justice dan impelementasi IER; prioritas ekonomi, seperti promosi investasi

24

Haim Malka dan Jon B. Alterman, hlm. 55 25

Driss Ben Ali, “Civil Society and Economic Reform in Morocco,” ZEF Project Research Paper,

Universitat Bonn (Januari 2005), hlm. 3 26

Eike Meyer,“Democracy Promotion by The European Union in Morocco within The Framework

of The European Neighborhood Policy,” (Tesis, Universitat Potsdam, 2007), hlm. 62

Page 21: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

8

dan ekspor industri Maroko, pertanian, dan pembangunan infrastruktur; serta

prioritas lingkungan, seperti memberikan dana bantuan untuk menanggulangi

depolusi. Adapun demokrasi tidak ada dalam proritas program tersebut.27

Pergeseran prioritas UE dalam program-program ENP untuk secara

„serius‟ mempromosikan demokrasi baru terjadi setelah Revolusi Arab (Arab

Spring) yang melanda negara-negara ENP di Selatan seperti Mesir dan

Tunisia pada tahun 2010. UE kemudian merespon Revolusi Arab salah

satunya dengan menggeser fokus ENP dari pembangunan ekonomi menjadi

pembangunan demokrasi.28

Revolusi Arab menjadi momentum bagi UE

untuk memulai promosi demokrasi dalam aspek politik di Southern

Neighbours melalui ENP.

Di Maroko sendiri, respon masyarakat dan oposisi Maroko terhadap

gelombang protes anti-rezim ini berbeda dengan negara-negara lain di

kawasan yang terdampak Revolusi Arab. Gerakan 20 Februari, muncul

sebagai reaksi terhadap gelombang revolusi ini. Gerakan ini memobilisasi

masyarakat Maroko secara nasional untuk menuntut perubahan sosial

ekonomi, dan juga secara eksplisit menuntut perubahan politik, yaitu:

“The realization of profound and radical constitutional and political changes to

consolidate a democratic state built on strong institutions; the construction of a state

based on the rule of law and a free and independent legal system with the aim of

endowing the country with a political system of parliamentary monarchy.”

“Realisasi perubahan konstitusional dan politik yang mendalam dan mendalam untuk

mengkonsolidasikan sebuah negara demokratis yang dibangun dengan institusi yang

27

European Commission, ENPI Morocco: 2007-2010 National Indicative Programme. 28

Maâti Monjib, “The “Democratization” Process in Morocco: Progress, Obstacles, and the

Impact of the Islamist-Secularist Divide”, Working Paper, The Saban Center for Middle East

Policy at The Brookings Institution, No. 5, Agustus 2011, hlm. 5

Page 22: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

9

kat; konstruksi negara didasarkan pada penegakan hukum serta sistem legal yang

bebas dan independen dengan tujuan terbentuknya negara dengan sistem politik

monarki parlementer.”29

Pemerintah Maroko kemudian merespon Gerakan 20 Februari dengan

melaksanakan referendum publik untuk menetapkan konstitusi baru pada

September 2011 yang memuat beberapa poin reformasi demokrasi dalam

aspek politik, seperti pemberian kekuasaan dan independensi yang lebih luas

kepada Perdana Menteri, badan legislatif, dan lembaga peradilan Maroko,

serta pengakuan kesetaraan hak-hak wanita.30

Situasi Maroko yang „aman‟ dari Revolusi Arab dan kesadaran

pemerintah Maroko untuk memulai perwujudan demokrasi dengan

melaksanakan reformasi keonstitusi 2011, mendorong UE untuk „melindungi‟

Maroko dengan mendukung reformasi demokrasi yang sudah dimulai di

Maroko melalui kerjasama di bidang demokrasi yang lebih aktif dalam

ENP.31

Dalam dokumen National Indicative Programme untuk tahun 2011-

2013, terlihat jelas peningkatan dukungan UE untuk reformasi demokrasi

Maroko, sebagaimana dirinci dalam tabel berikut:

29

Irene Fernandez Molina, “The Monarchy vs The 20 February Movement: Who Holds the Reins

of Political Change in Morocco?” Mediterranean Politicsi, Vol. 16, No. 3 (Oktober 2011), hal.

436-437 [jurnal on-line]; tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/13629395.2011.614120; internet;

diakses pada 16 Agustus 2014 30

Alexis Arieff, “Morocco: Current Issues” CRS Report for Congress, Congressional Research

Service (20 Juni 2012) hlm. 1 31

Eike Meyer,“Democracy Promotion by The European Union in Morocco within The Framework

of The European Neighborhood Policy,” (Tesis, Universitat Potsdam, 2007), hlm. 2

Page 23: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

10

Tabel I.A.1. Morocco’s National Indicative Programme 2011-2013

Strategic axes

2007-2010

(updated)

2011-2013

(indicative)

M€ % M€ %

Development of social policies 296 45.3 116.1 20

Economic modernization 235 35.9 58.05 10

Institutional support 65 9.9 232.2 40

Good governance and human rights 8 1.2 87.07 15

Environment protection 50 7.6 87.07 15

Total 654* 580.5

Sumber:

http://ec.europa.eu/europeaid/where/neighbourhood/countrycooperation/morocco/morocco_e

n.htm, di akses pada 17 Maret 2014

Dalam poin-poin prioritas di atas, bantuan untuk demokratisasi

Maroko masuk kedalam poin good governance and human rights. Dalam

tabel di atas, bantuan dalam poin tersebut meningkat dari 1,2 persen dana

ENP menjadi 15 persen dana ENP. Secara spesifik, UE juga sudah

melaksanakan program-program untuk proses demokratisasi Maroko melalui

ENP, diantaranya dengan mengalokasikan dana sebesar tiga juta Euro untuk

mendukung parlemen Maroko melalui program SPRING.32

Penelitian ini berupaya menjelaskan proses promosi demokrasi Uni

Eropa di Maroko melalui ENP pada tahun 2011-2013. Penelitian ini juga

lebih fokus pada strategi yang digunakan UE daripada motivasi UE dalam

melaksanakan promosi demokrasi di Maroko. Proses promosi ini akan

dijelaskan dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme, dengan

melihat promosi demokrasi sebagai bentuk transfer norma-norma demokrasi

32

European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy Statistical Annex (27 Maret 2014), hlm. 65

Page 24: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

11

Uni Eropa ke Maroko. Penulis juga akan menggunakan konsep

kondisionalitas sebagai instrumen UE dalam melaksanakan transfer norma

demokrasi ini. Penulis melihat bahwa bantuan dana (funding) dan bantuan

teknis yang diberikan UE dalam program ENP di bidang demokrasi untuk

Maroko sebagai bentuk kondisionalitas UE.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan besar yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Uni Eropa Mempromosikan Demokrasi di Maroko dalam

Kerangka European Neighborhood Policy tahun 2011-2013?”

Penelitian ini akan fokus pada proses promosi demokrasi UE di tiga

area dalam level politik Maroko, yaitu reformasi bidang pemisahan kekuasaan,

penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi masyarakat sipil

Maroko dalam pembangunan demokrasi. Dalam tiga area ini, aktor domestik

yang akan diteliti adalah aktor negara (kerajaan dan parlemen Maroko) dan

aktor non negara (organisasi masyarakat sipil Maroko). Adapun aktor

internasional yang menjadi objek penelitian penulis adalah Komisi Eropa

(European Commission) sebagai pelaksana dan pembuat ENP, organisasi

internasional lain di Eropa yang bekerjasama dalam ENP, yaitu Council of

Europe, dan perwakilan UE untuk negara-negara ENP di kawasan

Mediterania, Union for the Mediterranean (UfM).

Page 25: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan proses promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko pada tahun

2011-2013.

2. Mengetahui bentuk kerjasama UE-Maroko dalam kerangka European

Neighborhood Policy (ENP).

3. Mengetahui dinamika dan progres demokratisasi Maroko pada tahun

2011-2013

4. Mengaplikasikan teori konstruktivisme, konsep promosi demokrasi, dan

konsep kondisionalitas untuk menjelaskan proses promosi demokrasi Uni

Eropa di Maroko dalam kerangka ENP tahun 2011-2013.

Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan penelitian ini

dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Menguji teori terkait tentang promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko

dalam kerangka ENP tahun 2011-2013.

2. Menambah wawasan tentang promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko

dalam kerangka ENP tahun 2011-2013.

3. Dapat dijadikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan

masalah yang diteliti serta bagi masyarakat yang membutuhkan informasi

mengenai promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko dalam kerangka ENP.

Page 26: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

13

D. Tinjauan Pustaka

Telah terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan promosi

demokrasi UE melalui kerangka ENP. Seperti dalam studi yang dikemukakan

oleh Parmentier (2006), dalam artikel jurnal yang berjudul The European

Neighbourhood Policy as a Process of Democratic Norms Diffusion in

Ukraine, Can the EU Act Beyond Conditionality?. Dalam penelitian tersebut,

Parmentier berusaha menjelaskan bagaimana proses difusi norma UE ke

Ukraina melalui ENP dan menggunakan kondisonalitas sebagai alat UE dalam

melaksanakan difusi norma demokrasi ini.

Penelitian Parmentier ini juga melihat proses difusi norma demokrasi

tersebut dalam perspektif perluasan UE di Eastern Neighbours. Adapun

penelitian ini kemudian menemukan bahwa promosi demokrasi UE di Ukraina

mendorong Revolusi Oranye (Orange Revolution) yang memulai reformasi

demokrasi di Ukraina pada tahun 2004. Namun, penelitian ini menemukan

bahwa bukan hanya kondisionalitas yang dterapkan oleh UE yang mendorong

difusi norma dan terjadinya revolusi ini, akan tetapi ada faktor lain, yaitu

dukungan UE kepada masyarakat sipil Ukraina dan keinginan masyarakat

Ukraina sendiri untuk melaksanakan reformasi demokrasi. 33

Dari penelitian Parmentier, penulis juga menjelaskan proses transfer

norma demokrasi UE melalui ENP dengan menggunakan konsep

kondisionalitas. Namun penulis melihat proses ini di Southern Neighbours,

dengan memfokuskan penelitian di Maroko pada tahun 2011-2013. Karena

33

Florent Parmentier, “The European Neighborhood Policy as a Process of Democratic Norms

Diffusion in Ukraine, Can The EU Act Beyond Kondisionalitas?”, Les Cahiers europeens de

Sciences Po. (no. 02/2006)

Page 27: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

14

fokus pada transfer norma demokrasi UE di Maroko yang termasuk dalam

Southern Neighbours, maka proses ini tidak dilihat dari perspektif perluasan

EU, melainkan dlihat dengan perspektif konstruktivisme. Dalam penelitian ini,

penulis juga menjelaskan bahwa reformasi demokrasi di Maroko yang

mendorong UE untuk melaksanakan promosi demokrasi di bidang politik

Maroko, dan bukan sebaliknya.

Sementara itu, dalam studi yang dikemukakan oleh Freyburg,

Lavenex, Schimmelfennig, Skripka, dan Wetzel (2011) dalam artikel jurnal

yang berjudul Democracy promotion through functional cooperation? The

case of the European Neighbourhood Policy. Studi tersebut membahas

tentang sejauh mana dan dalam kondisi apa UE efektif dalam mentransfer

norma-norma pemerintahan demokratis kepada negara-negara ENP.

Penelitian ini melihat relevansi variabel-variabel negara dengan sektor

kebijakan publik untuk efektifitas promosi pemerintahan demokratis UE di

empat negara ENP, yaitu Moldova, Ukraina, Yordania, dan Maroko selama

tahun 2004-2011.

Penelitian Freyburg, Lavenex, Schimmelfennig, Skripka, dan Wetzel

ini berusaha menjelaskan demokrasi di level sektoral seperti sektor kebijakan

publik, dan bukan di level politik. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa

transfer demokrasi lebih efektif di negara dengan aspirasi anggota dan

liberalisasi politik yang lebih besar. Disebutkan juga bahwa negara-negara

ENP Timur lebih efektif dalam transfer norma dibandingkan negara-negara

Page 28: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

15

ENP Selatan sebab negara ENP Timur memiliki aspirasi anggota dan

liberalisasi politik yang lebih tinggi.34

Sama seperti penelitian Freyburg, Lavenex, Schimmelfennig, Skripka,

dan Wetzel tersebut, penulis juga menjelaskan kondisi yang mendorong UE

untuk melaksanakan proses reformasi demokrasi melalui ENP di Maroko,

yaitu adanya Revolusi Arab dan Reformasi Konstitusi 2011. Adapun analisis

penelitian ini difokuskan dalam aspek politik (pemisahan kekuasaan,

penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi masyarakat sipil).

Selain dua penelitian di atas, ada beberapa tesis yang berkaitan dengan

penelitian ini, di antaranya tesis yang ditulis oleh Eike Meyer, dari Potsdam

University, Jerman, tahun 2007 dengan judul Democracy Promotion by The

European Union in Morocco within The Framework of The European

Neighborhood Policy. Dalam penelitian ini, Meyer membandingkan promosi

demokrasi UE melalui EMP (Euro-Meditterranean Partnership) dan ENP

(European Neighborhood Policy) dengan menganalisa berbagai instrumen

untuk promosi demokrasi seperti kondisionalitas, dialog politik (diplomasi),

dan instrumen positif. Tesis Meyer tersebut menggunakan perbandingan

pendekatan struktural (structural approach) dengan pendekatan aktor-sentris

(actor-centric approach), yang digunakan EU dalam ENP, dengan tahun

penelitian dari 2004-2007.

34

Tina Freyburg, et.al., “Democracy promotion through functional cooperation? The Case of The

European Neighborhood Policy”, Democratization, Vol. 18, No. 4, Agustus 2011 [jurnal on-line];

tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/13510347.2011.584738; internet; diunduh pada 17 Januari

2014.

Page 29: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

16

Adapun penelitian Meyer tersebut menemukan bahwa promosi

demokrasi UE dalam ENP, menggunakan pendekatan yang lebih aktif,

dibandingkan dengan pendekatan promosi demokrasi UE dalam EMP.

Meskipun perubahan yang dihasilkan tidak signifikan dan tidak beorientasi

secara aktif untuk mereformasi kebebasan politis dan kekuasaan rezim

kerajaan Maroko, akan tetapi di dalam ENP hubungan UE-Maroko lebih baik

daripada di dalam EMP karena berhasil mendorong beberapa modernisasi di

Maroko.35

Berdasarkan tesis di atas, penelitian ini juga akan menjelaskan

promosi demokrasi UE di Maroko melalui ENP. Namun, penelitian akan

difokuskan pada penjelasan proses dan strategi promosi demokrasi UE secara

normatif yang dilihat melalui perspektif konstruktivisme dan hanya

menggunakan kondisionalitas sebagai instrumen promosi demokrasi UE.

Adapun penelitian ini melihat bahwa promosi demokrasi yang dilaksanakan

UE di Maroko berhasil menciptakan beberapa capaian penting dalam proses

demokratisasi Maroko, yaitu reformasi di bidang pemisahan kekuasaan,

penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi Masyarakat Sipil

dalam pembangunan demokrasi.

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai promosi demokrasi UE

di Maroko dalam kerangka ENP tahun 2011-2013, studi ini mengacu pada

35

Eike Meyer,“Democracy Promotion by The European Union in Morocco within The Framework

of The European Neighborhood Policy,” (Tesis, Universitat Potsdam, 2007)

Page 30: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

17

pemahaman konstruktivisme, konsep promosi demokrasi, dan konsep

kondisionalitas. Penulis akan mengaplikasikan teori konstruktivisme sebagai

perspektif dalam menjelaskan proses transfer norma demokrasi dari UE ke

Maroko melalui ENP. Adapun konsep promosi demokrasi digunakan untuk

menjelaskan proses promosi demokrasi di Maroko. Kemudian, konsep

kondisionalitas digunakan sebagai instrumen strategi promosi demokrasi UE

ke Maroko.

a. Konstruktivisme

Pemahaman konstruktivisme dalam penelitian ini penulis gunakan

untuk menjelaskan sosialisasi norma dalam membentuk identitas kolektif.

Penjelasan mengenai hal ini diawali dengan pemaparan konsep identitas

dan norma dalam konstruktivisme yang menjadi landasan terbentuknya

konsep sosialisasi norma.

Konstruktivisme secara umum menekankan pada struktur normatif

atau ideasional dalam mendefinisikan identitas setiap orang.36

Menurut

konstruktivisme, keyakinan atau norma bersama membentuk identitas

yang bersifat relatif dan relasional.37

Oleh sebab itu, menurut Wendt

negara sangat mungkin untuk menciptakan identitas baru dan

36

Alexander Wendt, “Anarchy is what states make of it”, The MIT Press, Vol. 46, No. 2, (Spring

1992), hlm. 380. 37

Nilüfer Karacasulu dan Elif Uzgören, “Explaining Social Constructivist Contributions To

Security Studies,” Perceptions Journal, (Summer-Autumn 2007) hlm. 29

Page 31: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

18

mentransformasi peran internasional mereka, melalui interaksi yang

terjadi dengan aktor lain.38

Terkait identitas, Wendt menyatakan bahwa kepentingan dan

preferensi ditentukan oleh identitas aktor, karena pada dasarnya seorang

aktor tidak bisa mengetahui keinginan aktor lain tanpa mengetahui siapa

aktor tersebut. Pada bentuk yang paling sederhana, identitas berkaitan

dengan bagaimana kita berpikir tentang diri kita sebagai seseorang,

bagaimana kita berpikir tentang orang lain di sekitar kita, dan bagaimana

mereka berpikir tentang kita.39

Dengan demikian, menurut Wendt identitas pada dasarnya berakar

dari pemahaman diri seorang individu dengan kualifikasi bahwa identitas

tersebut harus dipahami orang lain dengan cara yang sama.40

Wendt juga

menyatakan bahwa tindakan seseorang terhadap suatu objek atau aktor

lain didasarkan pada nilai dan norma yang dianut objek tersebut.41

Oleh

karena itu, identitas menurut Wendt dapat dilihat secara kolektif

bergantung pada bagaimana kepentingan aktor didefinisikan. Dalam

bukunya, Social Theory, Wendt menjelaskan identitas kolektif sebagai

identifikasi hubungan diri (self) dengan orang lain (others), dimana

perbedaan antara diri dan orang lain menjadi kabur dan melewati seluruh

38

Maja Zehfuss, Constructivism in International Relations: The Politics of Reality (Cambridge:

Cambridge University Press, 2004), hlm. 40 39

Trine Flockhart, “Socialization and Democratization: a Tenuous but Intriguing Link,”

Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of

Europe, ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm.12-13 40

Ibid, hlm. 13 41

Ganjar Nugroho, “Constructivism and International Relations,” Global & Strategis, Th. II, No. 1,

( Januari-Juni 2008), hlm. 89

Page 32: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

19

batas yang ada antara keduanya. Diri kemudian „dikategorikan‟ sebagai

orang lain.42

Selain identitas, konstruktivisme juga berpegang pada konsep

norma. Menurut Farrell, norma dilihat sebagai kepercayaan intersubjektif

tentang dunia sosial, yang memiliki konsekuensi behavioral. Norma

mendefinisikan standar kolektif atas apa yang menyusun perilaku

(behaviour) aktor yang tepat dengan identitas yang dimilikinya.43

Namun,

meskipun norma membedakan benar dan salah, tetapi tidak menetapkan

klaim perilaku individu. Norma juga berbeda dengan rule of law, karena

norma dipatuhi bukan karena dipaksakan, tetapi karena norma dilihat

sebagai apa yang menyusun perilaku dengan tepat.44

Terkait dengan konstruktivisme sebagai perspektif dalam melihat

transfer norma demokrasi, Risse berpendapat bahwa peran sosialisasi

norma-norma spesifik, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan frekuensi

perubahan identitas individu sehingga identitas kolektif yang terbentuk

dapat didasarkan pada norma tertentu.45

Hal ini diperkuat oleh pendapat

Sedelmeier, bahwa norma-norma yang menjadi karakter identitas UE

seringkali berdifusi dan tersosialisasi ke aktor lain, sehingga terbentuk

identitas kolektif antara UE dan aktor tersebut.46

42

Zehfuss, hlm. 56 43

Flockhart, hlm. 13-14 44

Ibid, hlm. 14 45

Ibid, hlm. 13 46

Ulrich Sedelmeier, “Collective Identity,” Contemporary European Foreign Policy, ed. Walter

Carlsnaes, Helene Sjursen, dan Brian White (London: SAGE Publication Ltd, 2004), hlm. 124

Page 33: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

20

Selain untuk membentuk identitas kolektif yang didasarkan pada

norma tertentu, konstruktivisme juga melihat bahwa sosialisasi norma

spesifik dapat mengasumsikan karakter struktur dalam institusi

internasional, dimana kemudian norma yang disosialisasikan dapat

membentuk perilaku negara dan bahkan membentuk identitas dan

kepentingan aktor.47

Lebih lanjut, Risse juga menyatakan bahwa salah

satu cara terpenting dalam mengenalkan norma baru adalah tekanan

eksternal yang secara perlahan membentuk reformasi negara dan

diperkuat oleh perubahan kepercayaan aktor domestik yang mendukung

dan berusaha mengatur transformasi negara.48

Asumsi bahwa sosialisasi norma spesifik oleh aktor internasional

dapat merubah perilaku norma aktor domestik juga sesuai dengan

pendapat Koslowski dan Kratochwil, bahwa perubahan praktik-praktik

politik aktor domestik terjadi karena aktor eksternal merubah aturan dan

norma yang membangun interaksi internasional. Perubahan tersebut

terjadi ketika kepercayaan dan identitas aktor domestik berubah, sehingga

kemudian merubah perilaku aktor domestik tersebut.49

Dalam penelitian ini, norma spesifik yang disosialisasikan adalah

norma demokrasi. Oleh karena itu, penjelasan mengenai sosialisasi norma

ini penulis kaitkan dengan konsep promosi demokrasi, yang dilihat baik

47

Ibid 48

Jean Grugel, “The „International‟ in Democratization: Norms and the Middle Ground,”

Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of

Europe, ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 3 49

Ibid

Page 34: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

21

secara umum maupun melalui perspektif konstruktivisme sebagai

landasan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

b. Promosi Demokrasi

Pada sub bab ini penulis memaparkan tentang demokrasi, proses

demokratisasi, dan konsep promosi demokrasi. Konsepsi dan definisi

demokrasi digunakan untuk memahami terjadinya proses demokratisasi

yang kemudian dijadikan sebagai landasan dalam menjelaskan konsep

promosi demokrasi.

Sejak lama, definisi demokrasi telah banyak didiskusikan, dan

definisi demokrasi yang paling berkembang selalu merujuk pada konsep

demokrasi liberal. Seperti definisi demokrasi yang diungkapkan oleh

Robert Dahl:

“Seluruh rezim politik yang menjamin partisipasi nyata dari populasi pria dan

wanita secara luas, serta adanya kemungkinan untuk bertentangan dengan

pemerintah, dapat diakui sebagai demokrasi”. 50

Adapun secara umum dan paling sederhana, demokrasi

didefinisikan oleh Lavenex dan Schimmelfennig sebagai akuntabilitas

otoritas publik kepada rakyat. Mekanisme akuntabilitas terdiri atas

akuntabilitas pejabat negara terhadap pemilih melalui pemilihan umum

yang bebas dan adil, akuntabilitas pemerintah terhadap parlemen, atau

akuntabilitas lembaga negara terhadap pengamatan publik.51

50

Samuel P. Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

1997), hlm. 5-6 51

Sandra Lavenex dan Frank Schimmelfennig, “EU democracy promotion in the neighbourhood:

from leverage to governance?,” Democratization, Vol. 18, No. 4 (2011), hlm. 888 [jurnal on-line];

tersedia di http://dx.doi.org/10.1080/13510347.2011.584730; internet; diakses pada 7 Oktober

2014

Page 35: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

22

Adapun demokratisasi, sebagaimana diungkapakan oleh Morlino,

adalah proses terbuka dan merupakan hasil interaksi faktor internal dan

eksternal. Proses ini dapat diartikan sebagai transisi dari rezim politik

non-demokratis yang otoriter menjadi rezim demokratis, dimana rezim

telah kehilangan beberapa aspek fundamental sebagai rezim otoriter dan

belum memiliki karakter baru akan rezim yang hendak dibangun.

Kemudian negara secara perlahan munuju proses pembangunan

(perluasan dan pemahaman standar demokrasi), konsolidasi

(pendefinisian dan adaptasi struktur norma dari rezim demokratis yang

berbeda), krisis, atau peningkatan kualitas yang demokratis..52

Sementara itu, menurut Schmitz dan Sell, demokratisasi dipahami

sebagai proses perubahan rezim yang memiliki tujuan spesifik yaitu

pembentukan dan stabilisasi demokrasi substantif53

. Oleh karena itu, hasil

akhir demokratisasi adalah perluasan hak-hak yang penting bagi seluruh

rakyat. Dalam hal ini, demokratisasi adalah proses yang terus menerus

terjadi.54

Demokratisasi, menurut Kamp, yang mengutip pernyataan

beberapa peneliti seperti Grugel dan Nielinger, merupakan hasil dari

52

Leonardo Morlino, Democracy and Democratization (Bologna: Il Mulino, 2003), hlm. 12 53

Demokrasi substantif adalah bentuk demokrasi yang menggabungkan konotasi idealistik,

termasuk kontrol rakyat terhadap kebijakan, pemerintah yang bertanggung jawab, pertimbangan

rasional, dan kebajikan warga negara lainnya. Demokrasi substantif merupakan pembangunan

budaya demokrasi dari aspek-aspek teknis yang telah terbangun.

54 Hans Peter Schmitz dan Katrin Sell, International Factors in Processes of Political

Democratization: Towards a Theoretical Integration, (2000); Jean Grugel, Democracy without

Borders: Transnationalization and Conditionality in New Democracies (London/New York, 2000)

hlm 23-41, dalam Mathias Kamp, “The EU as External Democracy Promoter in Sub-Saharan

Africa-The Role of Conditionality and Positive Measures,” (Skripsi, Universities of Münster and

Twente, 2007), hlm. 9

Page 36: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

23

berbagai faktor internal dan eksternal. Proses demokratisasi utamanya

adalah hasil dari tekanan dan pembangunan internal yang kompleks.

Namun, faktor eksternal atau internasional juga memiliki dampak

terhadap proses demokratisasi. Faktor-faktor eksternal ini diantaranya tren

internasional, kekuatan milter, diplomasi atau bantuan luar negeri.55

Berdasarkan definisi demokratisasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa demokratisasi terjadi salah satunya karena ada promosi demokrasi

dari aktor eksternal. Menurut Sandschneider, promosi demokrasi oleh

aktor eksternal adalah seluruh usaha aktor eksternal dalam merubah pola

keteraturan politik dan pembuatan kebijakan dalam negara yang menjadi

target, sehingga menghasilkan kriteria minimun akan keteraturan

demokratis. 56 Adapun bila merujuk kembali pada definisi demokrasi

menurut Lavenex dan Schimmelfennig, promosi demokrasi juga dapat

diartikan sebagai segala aktifitas yang dibentuk untuk memperkuat

akuntabilitas dan pemahaman pemerintah terhadap masyarakat.57

Sementara itu dalam perspektif konstruktivisme, promosi

demokrasi menurut Risse dapat dijelaskan secara normatif atau dilihat

sebagai bentuk transfer norma. Transfer norma ini terjadi karena negara-

negara yang sudah demokratis menginginkan penyebaran norma-norma

demokrasi kepada negara-negara yang belum demokratis. Sebab, semakin

55

Mathias Kamp, “The EU as External Democracy Promoter in Sub-Saharan Africa-The Role of

Conditionality and Positive Measures,” (Skripsi, Universities of Münster and Twente, 2007), hlm.

9 56

Janine Reinhard, “EU Democracy Promotion Through Conditionality in Its Neighborhood: The

Temptation of Membership Perspective or Flexible Integration?”, Caucasian Review of

International Affairs, Vol. 4 (3) (Summer 2010), hlm. 198 57

Lavenex dan Schimmelfennig, hlm. 888

Page 37: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

24

demokratis negara mitra, maka negara yang telah demokratis akan lebih

mudah menghidupkan situasi demokrasi dengan membangun hubungan

internasional yang didasarkan pada kerjasama dan saling

percaya.58

Menurut Risse-Kappen, norma tidak dapat berpindah secara

bebas kepada satu aktor atau agen sosial, tetapi harus dipromosikan oleh

seseorang dan kondisi yang demikian lebih kondusif dalam promosi dan

penerimaan norma dibandingkan cara yang lain.59

Dalam konstruktivisme, proses promosi demokrasi adalah bentuk

sosialisasi norma internasional. Adapun Barnes menyebutkan definisi

sosialisasi norma sebagai induksi anggota baru ke dalam cara berperilaku

yang diharapkan dalam masyarakat. Tujuan dari proses sosialisasi menurut

Risse adalah agar mereka yang tersosialisasi dapat mengadopsi dan

menginternalisasi seperangkat norma sehingga tekanan eksternal tidak lagi

dibutuhkan.60

Trine Flockhart kemudian membedakan strategi sosialisasi norma

menjadi dua:

1. Melalui strategi pengaruh sosial (social influence) atau penguatan

dukungan (reinforcement)

58

Jonas Wolff dan Iris Wurm, “Towards a Theory of External Democracy Promotion?

Approximations from the perspective of International Relations theories,” (the 51st Annual

Convention of the International Studies Association (ISA), New Orleans, 17-20 Februari, 2010),

hlm. 7 59

Ibid 60

Flockhart, hlm. 15

Page 38: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

25

Dalam strategi ini, pembentukan perilaku pro-norma

dilaksanakan melalui distribusi imbalan dan hukuman (rewards and

punishments) sosial. Strategi ini menggunakan berbagai imbalan, mulai

dari imbalan psikologis seperti menaikkan status kemitraan hingga

imbalan materi. Strategi ini mengasumsikan bahwa aktor-aktor yang

menjadi target diharapkan mampu mencapai tujuan tertentu dalam

proses perubahan norma.61

Menurut Schimmelfennig, strategi ini dapat dilaksanakan

melalui kondisionalitas dengan imbalan-imbalan yang didistribusikan

ketika kondisi-kondisi yang disyaratkan dapat terpenuhi. Namun

demikian, secara negatif strategi ini juga dapat menggunakan hukuman

seperti penghinaan di hadapan publik, dikeluarkan dari keanggotaan

organisasi, atau pengangguhan imbalan materi yang dijanjikan.62

2. Melalui strategi persuasi

Stretegi ini berusaha mendorong perilaku yang konsisten

terhadap norma, dan dilaksanakan melalui proses interaksi sosial yang

meliputi perubahan perilaku tanpa menggunakan tekanan materi atau

mental.63

Proses persuasi lebih mendalam daripada strategi pengaruh

sosial, dan memiliki efek yang lebih baik dalam merubah perilaku dan

keyakinan aktor yang menjadi target dalam kondisi tertentu.

61

Trine Flockhart, “Complex Socialization and the Transfer of Democratic Norms,” Socializing

Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of Europe, ed.

Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 48 62

Ibid 63

Ibid

Page 39: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

26

Berbeda dengan pengaruh sosial yang hanya dijalankan di area

publik, persuasi dapat dijalankan di area privat, seperti forum dialog

atau diplomasi, dimana persuasi merupakan proses debat dan

mempertahankan argumen. Jeffrey Checkel menyatakan bahwa

efektifitas persuasi terjadi bila negara target secara kognitif termotivasi

untuk menganalisa informasi baru yang dipersuasikan. Oleh karena itu,

persuasi lebih cocok digunakan untuk mempengaruhi level elit atau

negara daripada level nasional atau rakyat.64

Adapun dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan strategi

sosialisasi berupa pengaruh sosial atau reinforcement yang diwujudkan

dalam konsep kondisionalitas.

c. Kondisionalitas

Secara umum, kondisionalitas dilihat sebagai metode yang

menjelaskan hubungan logis antara dua aktor atau lebih. Kondisionalitas

juga dapat didefinisikan sebagai persetujuan antara dua aktor, dimana

aktor pertama menawarkan imbalan kepada aktor kedua, bila aktor kedua

memenuhi kondisi tertentu.65

Kondisionalitas juga dipahami sebagai

norma dalam persetujuan internasional. Menurut Killick, kondisionalitas

adalah, “seperangkat peraturan yang saling mengatur, yang diambil oleh

satu pemerintahan, baik melalui janji-janji maupun kebijakan yang nyata,

64

Ibid, hlm. 49 65

Reinhard, hlm. 200

Page 40: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

27

dalam rangka mendukung institusi keuangan internasional atau agensi lain

yang menyediakan bantuan keuangan dalam jumlah tertentu”.66

Kondisionalitas didasarkan pada asumsi bahwa bantuan akan

menghasilkan progres dan pertumbuhan kumulatif yang dapat mendorong

terwujudnya reformsi dan menciptakan dukungan politik. Adapun

dukungan politik akan memudahkan pelaksanaan reformasi.67

Sebagai sebuah konsep, kondisionalitas dapat dibedakan

berdasarkan tiga aspek utama:

1. Berdasarkan waktu pemenuhan kondisi yang disyaratkan

Kondisionalitas dibedakan menjadi dua, yatiu Ex Post

Conditionality dan Ex Ante Conditionality. Ex Post Conditionality

memiliki bentuk seperti hukum internasional, dimana kondisi yang

diharapkan dalam perjanjian dapat terwujud setelah ratifikasi

perjanjian. Sedangkan Ex Ante Conditionality mengharuskan kondisi

yang diinginkan dalam perjanjian dapat dipenuhi atau sedang dalam

proses perwujudan sebelum perjanjian ditandatangani.68

2. Berdasarkan jumlah negara yang melaksanakan kondisionalitas

Kondisionalitas dapat bersifat unilateral, yaitu dilakukan oleh

satu negara, seperti AS dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin di

negara-negara sekutunya masing-masing, maupun multilateral, seperti

66

Viljar Veebel, “European Union‟s Positive Conditionality Model in Pre-accession Process”,

TRAMES, Vol. 13 (63/58), No. 3 (2009), hlm. 208 67

Ibid, hlm. 208-209 68

Ibid, hlm. 209

Page 41: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

28

yang dilaksanakan oleh UE, NATO, atau OSCE, sebagai satu

komunitas atau organisasi multinegara di negara-negara anggotanya

maupun negara-negara tetangganya.69

3. Berdasarkan sifatnya

Kondionalitas pada hakikatnya dapat bersifat negatif maupun

positif. Kondisionalitas negatif bertujuan mempengaruhi situasi yang

ada (rezim perdagangan, ekonomi, politik), yang dijanjikan atau

ditekan untuk dirubah, bila negara target tidak memenuhi persyaratan

atu kriteria tertentu. Kondisionalitas negatif meliputi sanksi berupa

pengurangan, penundaan, atau pemberhentian imbalan jika negara

target tidak memenuhi kondisi yang disyaratkan.70

Sebaliknya, kondisionalitas positif memiliki sifat ex ante. Oleh

sebab itu, kondisionalitas positif tidak hanya memuaskan satu pihak

saja (penekan) tetapi juga memotivasi pihak lain untuk merubah situasi

yang ada. Pengaruh yang diberikan biasanya didasarkan pada janji

aktor penekan untuk memberikan insentif tertentu, ketika negara target

mampu memenuhi kondisi yang diinginkan. Menurut Fierro,

Kondisionalitas positif dapat efektif apabila keuntungan yang

69

Ibid 70

Karen E. Smith, “Engagement and conditionality: incompatible or mutually reinforcing?,”

Global Europe Report 2: New Terms of Engagement, ed. Richard Youngs (London: The Foreign

Policy Centre and The British Council, 2005) hlm. 23

Page 42: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

29

dijanjikan jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan

negara target untuk memenuhi kondisi yang disyaratkan.71

Sementara itu, dalam perspektif konstruktivisme kondisionalitas

yang dilakukan oleh UE dapat dipahami sebagai bentuk norma UE sendiri.

Hal ini sesuai dengan pendapat Karen Smith bahwa cara UE melaksanakan

kondisionalitas membuktikan signifikansi norma atau keyakinan bersama

dalam kebijakan luar negeri. Kondisionalitas itu sendiri adalah norma,

sikap standar, yang „berkompetisi‟ dengan kepentingan yang lain.72

Adapun dalam perspektif konstruktivisme, kondisionalitas merupakan

instrumen promosi demokrasi yang merupakan perwujudan dari strategi

pengaruh sosial (social influence) atau penguatan dukungan

(reinforcement). Dalam mengaplikasikan kondisionalitas, aktor sosial

mengunakan mekanisme pengaruh sosial atau penguatan dukungan untuk

merubah perilaku aktor lain.73

Pengaruh sosial atau penguatan dukungan adalah bentuk dari

kontrol sosial dimana aktor yang pro perilaku sosial akan diberi imbalan

dan yang anti-perilaku sosial akan dihukum. Diharapkan setelah masa

tertentu, aktor yang ditargetkan oleh strategi tersebut akan tunduk pada

perilaku sosial yang sesuai sehingga tidak akan dihukum dan akan terus

71

Ibid 72

Karen E. Smith, “The Use of Political Conditionality in the EU‟s Relations with Third

Countries: How Effective?”,(ECSA International Conference, Seattle, 29 Mei-1 Juni, 1997) hlm. 3 73

Frank Schimmelfennig, “The EU: Promoting Liberal-Democracy through Membership

Conditionality,” Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the

Construction of Europe, ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 107

Page 43: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

30

diberi imbalan. Pada akhirnya, pengaruh sosial atau penguatan dukungan

yang sukses akan menjadikan negara target terus mengikuti norma.74

F. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

deskriptif analitis. Dalam menyusun penelitian ini, penulis mengumpulkan

data dengan menggunakan teknik studi kepustakaan (Library Research) atau

dokumentasi, dimana penulis melakukan penelaahan literatur dan referensi

dari berbagai data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan jurnal yang

penulis dapatkan dari beberapa lokasi, yaitu: Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan Perpustakaan Utama Universitas Indonesia.

Selain dari perpustakaan, penulis juga mengakses buku-buku dan

jurnal elektronik dari beberapa website, seperti Taylor and Francis, Jstor, dan

Pro Quest. Penulis juga menelaah dokumen dan laporan ENP yang diakses

dari website resmi European Commission, EU External Action Service serta

website Kementerian Luar Negeri dan Parlemen Maroko. Setelah melakukan

penelaahan literatur, penulis melakukan analisa penelitian dengan

mengklasifikasi data dan referensi yang didapat untuk kemudian difokuskan

pada proses promosi demokrasi ENP di Maroko, dengan menganalisa tiga

aspek politik di Maroko yaitu pembagian kekuasaan, penguatan peran

parlemen dan penguatan peran organisasi masyarakat sipil Maroko.

74

Ibid

Page 44: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

31

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Teori

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II Demokratisasi di Maroko

A. Pemisahan Kekuasaan

B. Penguatan Peran Parlemen

C. Penguatan Peran Organisasi Masyarakat sipil Dalam

Pembangunan Demokrasi

BAB III European Neighborhood Policy (Kebijakan Eropa Untuk

Negara Tetangga) Di Maroko

A. Pengertian European Neighborhood Policy (ENP)

B. Landasan Kerjasama UE-Maroko Dalam Kerangka ENP

2011-2013

C. Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko Dalam Kerangka

ENP (2011-2013)

1. Bidang Pemisahan Kekuasaan

2. Bidang Penguatan Peran Parlemen

3. Bidang Penguatan Peran Organisasi Masyarakat Sipil

Dalam Pembangunan Demokrasi

BAB IV Analisis Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko Dalam

Kerangka European Neighborhood Policy Tahun 2011-2013

A. Sosialisasi Norma Demokrasi UE di Maroko Untuk

Membentuk Identitas Kolektif UE

B. Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP

sebagai Perwujudan Sosialisasi Norma Demokrasi

C. Kondisionalitas Sebagai Instrumen Promosi Demokrasi UE di

Maroko

BAB V Kesimpulan

Page 45: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

32

BAB II

DEMOKRATISASI DI MAROKO

Sebagai negara monarki di kawasan Timur Tengah dengan kultur

otoritarian yang sangat kuat, proses demokratisasi di Maroko mengalami pasang

surut sejak negara ini merdeka pada tahun 1956. Sejak meraih kemerdekaan

Maroko sesungguhnya telah mengadopsi sistem pemerintahan demokratis dengan

bentuk negara monarki konstitusional, sistem multipartai, dan pemilu parlemen

yang rutin dilaksanakan. Akan tetapi, perebutan kekuasaan politik antara partai-

partai politik dengan kerajaan kemudian menghambat keterbukaan sistem politik

di Maroko. Tercatat Maroko telah melaksanakan amandemen konstitusi sebanyak

enam kali sejak tahun 1956.75

Namun demikian, faktor eksternal seperti

penyebaran norma demokrasi oleh aktor internasional seperti Uni Eropa (UE) dan

Amerika Serikat, serta faktor internal seperti tuntutan masyarakat sipil Maroko

akan proses demokratisasi dalam pemerintahan Maroko, kemudian mendorong

Maroko untuk memulai proses demokratisasi yang lebih nyata dalam aspek

politik.

Dalam bab ini penulis akan memaparkan proses demokratisasi di Maroko

dalam aspek-aspek politik yang penting bagi demokrasi Maroko, yaitu pemisahan

kekuasaan, penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi

masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi. Pemisahan kekuasaan yang

jelas, dengan tidak adanya dominasi kekuasaan oleh eksekutif, legislatif, atau

75

Lise Storm, Democratization in Morocco: The Political Elites and Struggles for Power in The

Post-Independence State (New York: Routledge, 2007), hlm. 34

Page 46: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

33

yudikatif akan memudahkan berjalannya reformasi demokrasi. Hal ini kemudian

akan mendorong penguatan peran parlemen, dimana reformasi demokrasi yang

dijalankan bisa mendapatkan kontrol yang jelas dari legislatif. Sementara itu, bila

negara menginginkan proses reformasi demokrasi yang transparan dan inklusif

harus juga memberdayakan rakyatnya. Masyarakat sipil menjadi forum bagi

rakyat yang memiliki kepentingan bersama, serta dapat menjadi pemicu

demokratisasi yang potensial. Sebab, pergerakan masyarakat sipil dapat

membentuk kebijakan pemerintah dan perilaku sosial, sehingga dapat bermuara

pada demokrasi.76

Demokratisasi adalah landasan bagi promosi demokrasi. Oleh karena itu,

dengan melihat proses demokratisasi dalam tiga aspek politik dalam demokrasi

Maroko tersebut, proses promosi demokrasi yang dianalisa dalam penelitian ini

akan memiliki landasan yang jelas. Adapun dalam penjelasan mengenai reformasi

dan proses demoratisasi di tiga aspek tersebut, penulis akan membagi uraian

dalam tiga periode, yaitu periode awal transisi demokrasi – reformasi konstitusi

1996, pasca reformasi konstitusi 1996- reformasi konstitusi 2011, dan periode

pasca reformasi konstitusi 2011-Desember 2013.

A. Pemisahan Kekuasaan

1. Periode awal transisi demokrasi – Reformasi Konstitusi 1996

Proses demokratisasi secara nyata di Maroko baru dilaksanakan

pada awal tahun 1990-an, yang disebut sebagai „periode transisi

76

Tasniem Anwar, Anne van Groningen, Rosa Hendriks Awuy, dan Tim Stork, “The State and

Capacity of Civil Society,” Zeytun Research Paper, Morocco Program 2012-2013, University of

Amsterdam (2013), hlm. 43

Page 47: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

34

demokrasi‟, dimana rezim Maroko melaksanakan reformasi politik untuk

pertama kali sejak tahun 1960-an.77

Periode transisi demokrasi di tahun

1990-an kemudian menjadi periode perubahan politik yang paling besar

dalam sejarah Maroko pasca kemerdekaan. Periode ini ditandai dengan

adanya dua perubahan konstitusional dan referendum rakyat pada tahun

1992 dan 1996, juga dua pemilihan legislatif pada tahun 1993 dan 1997.78

Perubahan ini pada akhirnya mempengaruhi kerangka politik

Maroko menjadi lebih demokratis sekaligus lebih otoriter di saat yang

bersamaan.79

Raja Hasan II yang berkuasa pada periode ini, berusaha

melakukan rekonsiliasi dengan oposisi tradisionalnya, sekaligus tetap

mempertahankan dominasi kerajaan. Hal ini dipicu oleh situasi yang tidak

menguntungkan kerajaan, dimana terjadi protes besar-besara karena

keterlbatan Maroko dalam Perang Teluk, sekaligus meningkatnya

kekuataan oposisi utama, Partai Istiqlal dan USFP. Akibatnya, beberapa

reformasi yang dilakukan pemerintah Maroko sejak „periode transisi

demokrasi‟ pada tahun 1990-an, nyatanya tidak pernah menyentuh

kekuasaan penuh yang dipegang Kerajaan.80

Sebenarnya, reformasi konstitusi 1992 memberi dasar bagi

pemerintahan Maroko yang lebih akuntabel, diantaranya dengan memberi

hak bagi Perdana Menteri untuk memilih menteri dan membentuk

77

Maati Monjib, “The „Democratization‟ Process in Morocco: Progress, Obstacles, and The

Impact of The Islamist-Secularist Divide,” Working Paper The Saban Center for Middle East

Policy at The Brookings Institution, No. 5 (Agustus 2011), hlm. 4 78

James Nadim Sater, Civil Society and Political Change in Morocco (New York: Routledge,

2007) hlm. 84 79

Ibid 80

Storm, hlm. 54-55

Page 48: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

35

kabinet, yang sebelumnya menjadi hak penuh Raja.81

Reformasi ini

sesungguhnya hanya memberi kekuasaan semu bagi Perdana Menteri dan

Partai Politik, karena di saat yang sama Raja memperkuat posisi Kerajaan

dengan mempengaruhi partai politik agar tunduk kepada jaringan kerajaan

(Makhzen), sehingga secara keseluruhan, pemerintahan tetap berada

dalam kontrol Kerajaan.

Salah satu capaian penting di awal periode transisi demokrasi ini

adalah Raja Hassan II berupaya membentuk sistem perwakilan

(alternance) dalam pemerintahan Maroko guna memulai proses

demokratisasi. Salah satu caranya adalah dengan mempersatukan oposisi

tradisional, yaitu blok demokratis Koutla ke dalam pemerintahannya. Pada

awalnya reformasi ini diharapkan mampu mewujudkan pemisahan

kekuasaan dalam pemerintahan Maroko, karena selama ini hubungan

Kerajaan dengan Koutla tidak berjalan dengan baik.82

Namun demikian, hubungan baik yang berusaha dijalin ini berakhir

pada Januari 1995, ketika Raja Hassan II dianggap tidak konsisten untuk

mempertahankan sistem perwakilan ini dengan menunjuk seorang

teknokrat tanpa afiliasi politik sebagai Perdana Menteri. Kerajaan berusaha

melanjutkan negosiasi dengan Koutla sebagai usaha agar oposisi tetap

mendukung suksesi takhta Kerajaan dari Raja Hassan II kepada putranya,

81

Martina Warning, “Neighborhood and Enlargement Policy: Comparing the Democratization

Impact of the European Union in Morocco and Turkey,” CIRES Working Paper Series, WP4

(2006), hlm. 18 82

Sami Zemni dan Koenraad Bogaert, “Morocco and the Mirages of Democracy and Good

Governance,” UNISCI Discussion Papers, No. 12 (Oktober 2006), hlm. 105

Page 49: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

36

Mohammed VI. Negosiasi ini berakhir dengan kesepakatan untuk

melakukan referendum konstitusi pada 13 September 1996. Koutla pun

menerima konstitusi baru 1996, dengan harapan suasana politis yang

terlegitimasi dan berdasarkan konsensus dapat terwujud.83

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996 – Reformasi Konstitusi 2011

Konstitusi 1996 memang mendefinisikan Maroko sebagai

„Kerajaan demokratis, sosial dan konstitusional‟, namun karakteristik

kekuataan eksekutif yang dipegang oleh Kerajaan menunjukkan bahwa

pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan tidak berjalan dengan baik.

Struktur dan institusi demokrasi formal Maroko sebenarnya dibayangi oleh

struktur pemerintahan informal yang disebut Makhzen, yaitu jaringan

Kerajaan yang menguasai garis kebijakan utama dan bertindak sebagai

penjaga segala bentuk reformasi politik.84

Menurut aturan konstitusi 1996, Raja Maroko memiliki supremasi

secara politik dan religius sehingga ia memiliki kekuasaan eksekutif yang

luas dengan justufikasi religius yang tidak terbantahkan. Kekuasaan di

Maroko memang dibedakan secara hukum dan fungsinya, namun pada

praktiknya tidak ada pemisahan kekuasaan (separation of power), dengan

83

Ibid, hlm. 106 84

Kristina Kausch, “How serious is the EU about supporting democracy and human rights in

Morocco?,” ECFR/FRIDE Working Paper, No.01 (Mei 2008), hlm. 2

Page 50: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

37

Kerajaan memimpin kekuasaan eksekutif dan memiliki pengaruh besar

atas kekuasaan legislatif dan yudikatif.85

Pada masa Raja Hassan II, Kerajaan sempat memperbolehkan

pemerintahan oposisi berkuasa pada Maret 1998, dengan menunjuk

Abdurrahman Youseffi, dari partai oposisi sosialis, merujuk pada aturan

baru konstitusi 1996.86

Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh sebab

seluruh menteri dalam pemerintahan oposisi adalah elit pendukung

kerajaan.87

Adapun di bawah pemerintahan Mohammed VI berdasarkan

aturan Konstitusi 1996, kerajaan tetap menjadi pemegang kontrol sistem

politik Maroko, serta berusaha mengendalikan kekuasaan legislatif. Selain

itu, sistem pemilu nasional Maroko, yang didasarkan pada perwakilan

tertentu, selalu menghasilkan parlemen yang terfragmentasi, sehingga

dengan mudah dapat diatur oleh Kerajaan.88

Menurunnya tingkat kepercayaan rakyat serta dinamika politik di

Maroko yang berubah pasca Revolusi Arab tahun 2010, menjadi

momentum dimulainya proses demokratisasi di bidang politik Maroko.

Komitmen menuju reformasi politik dimulai ketika Raja Mohammed VI

melalui pidatonya pada tanggal 9 Maret 2011 mengumumkan rencana

85

Ibid 86

Marvine Howe, “Morocco's Democratic Experience,” World Policy Journal, Vol. 17, No. 1

(Spring, 2000), hlm. 66, [jurnal on-line], tersedia di http://www.jstor.org/stable/40209678

;internet; diakses pada 9 Oktober 2014 87

Tom Pierre Najem, “State power and democratization in North Africa: Developments in

Morocco, Algeria, Tunisia, and Libya,” Democratization in the Middle East: Experiences,

struggles,challenges, ed. Amin Saikal dan Albrecht Schnabel (New York: United Nation

University Press, 2003), hlm. 188 88

Warning, hlm. 20

Page 51: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

38

reformasi konstitusi, yang kemudian ditetapkan berdasarkan referendum

pada tanggal 1 Juli 2011.89

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011- Desember 2013

Reformasi Konstitusi 2011 menekankan pada sejumlah perubahan

penting dalam sistem politik Maroko, seperti meningkatkan demokratisasi,

dengan memperkuat prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan dan membawa

seluruh pemangku kepentingan ke dalam proses politik.90

Terkait dengan

pemisahan kekuasaan dalam politik Maroko, ketentuan umum konstitusi

2011 pasal 1, menjelaskan bahwa:

“The constitutional regime of the Kingdom is founded on the separation, the

balance and the collaboration of the powers, as well as on participative

democracy of [the] citizen, and the principles of good governance... The

territorial organization of the Kingdom is decentralized, founded on an advanced

regionalization.”

“Maroko adalah monarki konstitusional, demokratis, parlementer dan sosial.

Rezim konstitusional Kerajaan didasarkan atas pemisahan, keseimbangan, dan

kolaborasi kekuasaan, serta mengakui demokrasi partisipatif dari seluruh rakyat,

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance)... organisasi teritorial

kerajaan juga didasarkan pada desntralisasi, dan regionalisasi lanjutan.”91

Secara keseluruhan, konstitusi 2011 berhasil mendemonstrasikan

„pembagian kekuasaan politik yang seimbang dan setara‟ yang selama ini

menjadi tuntutan utama rakyat Maroko. Keseimbangan kekuasaan antara

Kerajaan dan Parlemen memang hanya terbatas pada kekuasaan eksekutif

dan legislatif saja. Untuk kekuasaan militer dan keamanan, tetap berada di

89

John P. Entelis, “Morocco‟s “New” Political Face: Plus ça change, plus c‟est la même chose,”

Policy Brief Project on Middle East Democracy (5 Desember 2011), hlm. 2 90

“Morocco‟s 2011 Parliamentary Elections,” diakses dari

http://moroccoonthemove.wordpress.com/faq-moroccos-2011-parliamentary-elections/ pada 5

Agustus 2014 91

Jeffry J. Ruchti, Morocco: Draft Text of the Constitution Adopted at the Referendum of 1 July

2011 (New York: William S. Hein & Co., Inc: 2011), hlm. 4

Page 52: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

39

tangan Raja. Namun, secara keseluruhan dengan adanya reformasi

konstitusi ini, untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan, terjadi

pergeseran kekuasaan Raja, dari kekuasaan eksklusif ke kekuasaan

bersama dengan parlemen dan Perdana Menteri, serta terciptanya

kekuasaan independen di institusi eksekutif dan legislatif.92

Kekuasaan eksklusif Raja terkait dengan isu-isu takhta Kerajaan,

seperti penunjukkan Raja. Hal ini dijelaskan pada pasal 41, 44, 47, 51, 57,

59, 130, dan 174 konstitusi 2011. Adapun kekuasaan bersama antara Raja,

Pemerintah, dan Parlemen, diwujudkan dengan pemberian kekuasaan

kepada Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri) dalam semua isu, kecuali

isu yang berkaitan dengan takhta Kerajaan. Hal ini dijelaskan dalam pasal

49, 54, 104, dan 130 konstitusi 2011.93

Penjelasan tentang pemisahan kekuasaan dalam konstitusi 2011

kemudian menjadi langkah awal yang positif dalam reformasi politik di

Maroko. Adapun kemudian, dunia internasional khususnya negara-negara

sahabat Maroko seperti AS, Uni Eropa, Perancis, maupun Inggris

merespon positif dan mendukung reformasi ini.94

UE misalnya, memberi

pernyataan resmi terkait reformasi pemisahan kekuasaan ini pada bulan

Maret 2011, melalui perwakilannya Catherine Ashton dan Stefan Füle

yang menyatakan bahwa:

92

Abdelilah Belkaziz, “Morocco and democratic transition: a reading of the constitutional

amendments – their context and results”, Contemporary Arab Affairs, Vol. 5:1 (2012), hlm. 41-42 93

Ibid, hlm. 42 94

“Morocco Is Irrevisibly Comitted To Democratic Reform and Good Governance,” diakses dari

http://moroccoonthemove.wordpress.com/press‐releases‐morocco‐delivers/ pada 22 April 2014

Page 53: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

40

“The reforms include important commitments to enhancing democracy and

respect for human rights; strengthening separation of powers notably by

increasing the role of parliament and the independence of the judiciary;

advancing regionalisation and enhancing gender equality.”

“Reformasi ini mengandung beberapa komitmen penting dalam mendorong

demokrasi dan penghormatan terhadap HAM; memperkuat pemisahan kekuasaan

utamanya dengan meningkatkan peran parlemen dan independensi peradilan;

meningkatkan regionalisasi, dan kesetaraan hak laki-laki dan perempuan.95

Dukungan aktor internasional terhadap reformasi di bidang

pemisahaan kekuasaan Maroko pasca reformasi konstitusi 2011 menjadi

penting mengingat beberapa perubahan dan reformasi di bidang ini pada

periode-periode sebelumnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak

adanya tekanan terhadap Kerajaan untuk berkomitmen terhadap perubahan

yang tertulis dalam konstitusi menyebabkan tersendatnya reformasi

tersebut. Dalam hal ini, aktor internasional seperti Uni Eropa berperan

penting untuk memberi tekanan dan memastikan komitmen Maroko

terhadap reformasi yang dilaksanakan.

B. Penguatan Peran Parlemen

1. Periode awal transisi demokrasi – Reformasi Konstitusi 1996

Selain menciptakan kekuasaan mutlak Kerajaan dalam politik dan

pemerintahan Maroko, perubahan politik pada periode ini pada akhirnya

juga melemahkan kekuasaan legislatif dan parlemen Maroko. Dalam

95

European Commission, “Joint statement by High Representative Catherine Ashton and

Commissioner Stefan Fule on the referendum on the new Constitution in Morocco”,

MEMO/11/478 (2 Juli 2011).

Page 54: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

41

kondisi yang demikian, Parlemen Maroko tidak dapat menjalankan

kebijakan yang tidak disetujui oleh Raja.96

Hal ini ditegaskan oleh Raja Hassan II dalam salah satu pidatonya :

“The fact that I am delegating certain powers to the government and Parliament

does not mean that I am devolving or relinquishing these powers to them”

“Fakta bahwa saya mendelegasikan sejumlah kekuasaan kepada pemerintah dan

parlemen tidak berarti bahwa saya memindahkan atau melepaskan kekuasaan ini

kepada mereka...”.97

Lemahnya peran parlemen ini juga disebabkan tidak adanya celah

bagi partai-partai oposisi untuk menentang Makhzen. Sebelum Pemilu

legislatif 1997, partai-partai oposisi selalu berada di luar perundingan

Makhzen dengan Kerajaan. Hal ini terbukti ketika Konstitusi 1996, yang

memberi Raja kekuasaan eksekutif yang luas dan justifikasi relijius yang

tidak terbantahkan, disetujui oleh 99,97 persen anggota parlemen

meskipun partai-partai oposisi menyerukan boikot terhadap keputusan

ini.98

Selain itu, dalam konstitusi 1996 ini Raja juga memiliki beberapa

hak prerogatif yang melemahkan kekuatan legislatif, seperti menyetujui

dan mengadopsi keputusan parlemen, sekaligus dapat memveto keputusan

tersebut.99

Dengan kekuatan Kerajaan yang demikian besar, pemerintah dan

parlemen lebih memilih melaksanakan keinginan Makhzen, daripada

melaksanakan keinginan rakyat. Dengan Makhzen sebagai elit

96

Sater, Civil Society and Political Change in Morocco, hlm. 85 97

Ibid, hlm. 86 98

Ibid 99

Kristina Kausch, “The European Union and Political Reform in Morocco,” Mediterranean

Politics, Vol. 14, No. 2 (July 2009), hlm. 168

Page 55: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

42

pemerintahan yang memegang kekuasaan dan memegang kontrol terhadap

pengambilan kebijakan, maka reformasi politik akan sulit dilaksanakan.100

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996 – Reformasi Konstitusi 2011

Meskipun dianggap melemahkan peran parlemen, konstitusi 1996

sebenarnya membawa perubahan yang lebih signifikan terhadap politik

Maroko. Konstitusi ini menetapkan Maroko kembali menggunakan sistem

bikameral dalam parlemen Maroko, yang terdiri atas Majelis Rendah dan

Majelis Tinggi, setelah sebelumnya sistem ini pernah digunakan pada

tahun 1962-1970. Anggota Majelis Rendah dipilih melalui pemilihan

langsung, sedangkan anggota Majelis Tinggi dipilih melalui pemilihan tak

langsung. Lebih lanjut, Konstitusi 1996 menetapkan Majelis Rendah

sebagai parlemen yang lebih kuat karena dipilih secara langsung, dan

partai pemenang pemilu berhak membentuk pemerintahan.101

Penetapan sistem bikameral ini merupakan salah satu capaian

positif dalam proses demokratisasi Maroko. Namun, hal ini juga

menimbulkan masalah utama sebagaimana terjadi di negara-negara yang

menetapkan sistem bikameral, yaitu: partai-partai oposisi selalu mendesak

amandemen konstitusi karena tidak puas dengan pemerintahan yang

dibentuk oleh partai pemenang pemilu. Adapun di Maroko, partai-partai

oposisi ini kemudian mendukung legitimasi dan peran Kerajaan dalam

100

Loc. Cit, hlm. 3 101

Gregory White, “The Advent of Electoral Democracy in Morocco? The Referendum of 1996,”

Middle East Journal, Vol. 51, No. 3 (Summer, 1997), hlm. 393 [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.jstor.org/stable/4329087 ;internet; diakses pada 9 Oktober 2014

Page 56: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

43

proses politik.102

Oleh karena itu, pada dasarnya reformasi konstitusi yang

terjadi semakin memperkuat posisi Kerajaan. Selain itu, hak prerogatif

yang dimiliki oleh Majelis Tinggi, seperti hak untuk memastikan bahwa

pemerintahan sesuai dengan kondisi politik terkini, sejalan dengan hak

prerogatif Kerajaan. Sehingga, majelis tinggi sering dipandang sebagai

„pembela kerajaan‟.103

Meskipun kemajuan yang dicapai cukup signifikan, Kerajaan

kembali berhasil melemahkan kekuatan parlemen pada Pemilu legislatif

tahun 2002, namun dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada saat itu,

tidak ada koalisi formal yang benar-benar dominan dalam pemilu 2002.

Maka, Raja Mohammed VI kemudian menunjuk Perdana Menteri bukan

dari partai pemenang pemilu, yaitu Driss Jettou, mantan Menteri Dalam

Negeri Maroko sebagai Perdana Menteri.104

Kondisi politik Maroko pasca pemilu 2002 kemudian

meningkatkan keinginan parlemen untuk mengadakan reformasi politik.

Hal ini kemudian diwujudkan dengan merubah kode pemilu baru pada

tahun 2006. Parlemen akhirnya menyetujui sistem baru dimana partai-

partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu akan dibedakan menjadi

dua atau tiga blok yang berbeda untuk pemilu pada tahun 2007. Namun,

sistem pemilu seperti ini justru mengurangi jumlah partai politik dalam

102

Lise Storm, Democratization in Morocco: The Political Elite and Struggles for Power in The

Post Independence State, (New York: Routledge, 2007), hlm. 114 103

Ibid, hlm. 130 104

James N. Sater, “Parliamentary Elections and Authoritarian Rule in Morocco,” Middle East

Journal, Vol. 63, No. 3 (Summer, 2009), hlm. 386; [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.jstor.org/stable/20622927 ;internet; diakses pada 9 Oktober 2014

Page 57: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

44

parlemen, dan justru semakin melemahkan posisi parlemen dalam

pemerintahan.105

Kegagalan dua reformasi Konstitusi di Maroko dalam

meningkatkan peran Parlemen pada akhirnya mendorong pemerintah

Maroko untuk melaksanakan reformasi konstitusi untuk yang ketiga kali

sejak „periode transisi demokrasi‟ pada tahun 2011.

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011-Desember 2013

Konstitusi 2011 menetapkan bahwa Kepala Pemerintahan akan

ditunjuk dari Partai Politk yang memenangkan Pemilu Parlemen, serta

perluasan kekuasaan Kepala Pemerintahan dan Parlemen, dengan

memberi mereka kekuasaan legislatif. Hal ini ditegaskan dalam pasal 47

Konstitusi 2011, yang berbunyi:106

“The King appoints the Head of Government from within the political party

arriving ahead in the elections of the members of the Chamber of

Representatives.... On proposal of the Head of Government, He appoints the

members of the government”

“Raja menunjuk Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri) dari partai politik yang

memenangkan pemilihan legislatif. ...atas proposal Kepala Pemerintahan, Raja

akan menentukan anggota kabinet...”

Pasca penetapan konstitusi ini, Maroko mengadakan pemilu

legislatif pada tahun 2011. Hasilnya, koalisi yang dipimpin partai oposisi

Islam, Justice and Development Party (PJD), memenangkan pemilu 2011.

Pemimpin PJD, Abdelillah Benkirane kemudian ditunjuk sebagai Perdana

Menteri. PJD adalah partai oposisi utama terhadap koalisi partai loyalis

105

Ibid, hlm. 133 106

Jeffry J. Ruchti, Morocco: Draft Text of the Constitution Adopted at the Referendum of 1 July

2011 (New York: William S. Hein & Co., Inc: 2011), hlm. 15

Page 58: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

45

kerajaan, yang dipimpin oleh National Rally of Independents (RNI) dan

Party of Authenticity and Modernity (PAM) di parlemen.107

Sejak tahun 1992, kerajaan dan RNI selalu berusaha melemahkan

kekuatan PJD di parlemen dan pemilu legislatif karena popularitas PJD

dan komitmen PJD terhadap demokrasi. Usaha ini, kemudian berlanjut

ketika koalisi loyalis kerajaan mengusulkan mengadakan pemilu pada

2012. Adapun pada pemilu legislatif 2012 ini, Independence Party

(Istiqlal) meninggalkan koalisi PJD dan bergabung dengan koalisi loyalis

kerajaan. Namun, pemilu legislatif 2012 kemudian tetap menghasilkan

PJD sebagai pemenang.108

Berikut adalah distribusi kursi dalam parlemen

Maroko pasca pemilu 2012:

Tabel II.B.1. Distribusi Kursi Parlemen Maroko

Koalisi Partai di Parlemen Jumlah Kursi

Party of Justice and Development 105

Party of istiqlali of unity and egalitarianism 60

Party of the National Rally of Independents 54

Party of authenticity and modernity 47 + 1

Party of the Socialist Union of Popular Forces 42

Party of movement 33

Party of Constitutional Union 23

Party of Democratic Progress 21

Sumber: Website resmi Parlemen Maroko,

http://www.parlement.ma/en/_organo3.php?filename=201202011459500 pada 21

November 2014

107

Matt Buehler, “Safety-Valve Elections and the Arab Spring: The Weakening (and Resurgence)

of Morocco‟s Islamist Opposition Party,” Terrorism and Political Violence Journal, No. 24

(2013), hlm. 140 108

Mohamed Daadaoui, “Party Politics and Elections in Morocco,” The Middle East Institute

Policy Brief, No.29 (May 2013), hlm. 6

Page 59: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

46

Berkuasanya PJD sebagai partai yang berkomitmen terhadap

demokrasi berpengaruh terhadap usaha-usaha pemerintah Maroko dalam

meningkatkan peran parlemen. Salah satu capaian parlemen Maroko

adalah mengadakan konferensi dalam mereformasi aturan prosedur

pemerintahan (Conference on Reforming Rules of Procedures) pada

tanggal 21 Maret 2012. Konferensi ini menghasilkan berbagai temuan dan

rekomendasi yang menjadi inisiatif untuk pembentukan rencana strategis

(strategic plan) untuk meningkatkan kerja parlemen.109

Dalam rencana strategis ini ada lima fokus utama yang ingin

diperbaiki oleh parlemen Maroko: (1) peningkatan kerangka institusional

dan manajemen parlemen, (2) pembangunan peran legislatif, (3) penguatan

pemerintahan, (4) peningkatan peran diplomatik, dan (5) strategi

komunikasi dan pembangunan komunitas. Adapun, lima fokus utama ini

berasal dari kerangka kerja yang ditawarkan oleh UE terhadap parlemen

Maroko sebagai bagian dari program kawasan Selatan ENP.110

Sama seperti reformasi dalam bidang pemisahan kekuasaan,

Penguatan peran Parlemen yang ditunjukkan melalui Konstitusi 2011

kemudian juga diikuti dengan dukungan dari dunia internasional. Pada

tanggal 23-25 Maret 2012, Maroko untuk pertama kali menggelar

pertemuan parlemen negara-negara kawasan Selatan ENP yang diadakan

109

Kingdom of Morocco, Parliament The House of Representative, “Strategic Plan for Upgrading

and Enhancing The Work of The House of Representatives,” (25 Desember 2012), hlm. 2, diakses

dari http://www.parlement.ma/en, pada 12 Oktober 2014 110

Ibid, hal. 3

Page 60: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

47

oleh delegasi UE di kawasan Mediterania Selatan, Union for

Mediterranian (UfM). Hal ini merupakan salah satu program ENP di

kawasan Mediterania Selatan.111

Selain dengan UE, Maroko juga bekerjasama dengan aktor

internasional lain dalam reformasi peran parlemen ini. Inggris misalnya,

memberikan program dukungan terhadap reformasi di Maroko melalui

Westminster Foundation for Democracy (WFD), yaitu badan

pembangunan demokrasi yang didanai oleh Kementerian Luar Negeri

Inggris. Pada bulan Januari 2013, WFD dan Pemerintah Maroko

menandatangani MoU untuk program „Increasing political participation

and transparency in the Moroccan parliament‟ yang dilaksanakan

selama periode 2012-2015.112

C. Penguatan Peran Civil Society Organization (Organisasi Masyarakat sipil)

Maroko dalam Pembangunan Demokrasi

1. Periode awal transisi demokrasi – Reformasi Konstitusi 1996

Meskipun masyarakat sipil Maroko telah tumbuh sejak masa

dinasti Idrissiyyah di Maroko, seperti kelompok Ulama dan komunitas

Berber, konsep masyarakat sipil baru memasuki ranah politik Maroko

sejak „periode transisi demokrasi‟. Hal ini utamanya disebabkan oleh

berbagai reformasi dan perubahan yang terjadi di bidang politik dan

111

Kingdom of Morocco, Parliament The House of Representative, “The Parliamentary Assembly

of the Union for the Mediterranean,” diakses dari http://www.parlement.ma/en, pada 12 Oktober

2014 112

Westminster Foundation For Democracy, “Increasing Political Participation and Transparency

in The Moroccan Parliament 2012-2015,” (2014), hlm. 25

Page 61: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

48

ekonomi Maroko, seperti modernisasi dan liberalisasi ekonomi. Adapun

Civil Society Organization (CSO) atau Organisasi Masyarakat sipil

kemudian muncul di Maroko sebagai akibat dari berbagai perubahan yang

terjadi, dimana mereka yang merasa termarjinalkan dalam proses

modernisasi dan liberalisasi ini kemudian membentuk berbagai asosiasi,

seperti pejuang HAM, pembela hak sipil dan wanita, komunitas suku

Berber, atau komunitas anti korupsi.113

Peran CSO di Maroko secara umum sangat terkait dengan

masyarakat politik. Masyarakat sipil Maroko sendiri dikenal bebas dalam

mengembangkan aktifitasnya. Namun, beberapa CSO yang aktifitasnya

terkait dengan isu-isu tabu seperti monarki, pemisahan kekuasaan, atau

kemerdekaan Sahara Barat segera dihentikan melalui berbagai langkah

hukum oleh pemerintah. Sementara itu, media penyiaran sebagai satu-

satunya media dengan cakupan nasional, dikontrol secara efektif oleh

negara.114

Kontrol pemerintah terhadap CSO di Maroko sangat jelas terlihat,

terutama untuk CSO yang berpengaruh terhadap proses pembuatan

kebijakan. Elit pemerintah menganggap bahwa segala bentuk asosiasi yang

tujuannya berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan dianggap sebagai

kompetitor dalam politik Maroko. Oleh karena itu, Makhzen

113

Driss Ben Ali, “Civil Society and Economic Reform in Morocco,” ZEF Project Research

Paper, Universitat Bonn (Januari 2005), hlm. 3 114

Kausch, “How serious is the EU about supporting democracy and human rights in Morocco?”,

hlm. 3

Page 62: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

49

mengupayakan kerjasama dengan CSO-CSO seperti ini dengan

menempatkan anggotanya sebagai ketua CSO tersebut. Dengan demikian

tujuan politis CSO yang tidak sesuai dengan keinginan Makhzen dapat

diredam.115

2. Pasca Reformasi Konstitusi 1996 – Reformasi Konstitusi 2011

Pelemahan terhadap organisasi masyarakat sipil tetap terjadi pasca

reformasi konstitusi 1996. Salah satunya, pada November 1996

pemerintah Maroko membekukan segala aktivitas Konfederasi Umum

Pengusaha Maroko atau General Confederations of Morocco’s Enterprises

(CGEM), di bidang politik, seperti keterlibatan dalam pembuatan hukum

yang yang mengatur hubungan bisnis dan pemerintah dan kampanye anti

korupsi.116

Namun demikian, ketika Raja Mohammed VI berkuasa, dibentuk

beberapa kebijakan yang mendukung masyarakat sipil Maroko, seperti

pembebasan tahanan politik, pers yang lebih bebas, pengurangan

pelanggaran HAM, dan beberapa reformasi politik yang mendorong

negara agar lebih akuntabel terhadap rakyatnya. Perubahan ini berdampak

positif terhadap masyarakat sipil Maroko secara keseluruhan yang

115

Ibid, hlm. 4 116

Ben Ali, hlm. 6

Page 63: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

50

menggunakan kebebasan ini untuk membentuk berbagai asosiasi dan

organisasi dalam berbagai isu.117

Pada delapan tahun awal sejak periode transisi demokrasi, CSO di

Maroko dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu asosiasi pengusaha, persatuan

buruh, dan Partai Politik. Sementara itu, sejak awal 2000-an, pertumbuhan

CSO di Maroko berkembang sangat pesat. Berdasarkan survei CIVICUS

index, ada sekitar 30.000 hingga 50.000 CSO yang berkembang sejak

tahun 2000-2011.118

Berkembangnya jumlah CSO di Maroko juga semakin

mengembangkan jenis-jenis CSO di Maroko. Menurut CIVICUS index,

segala organisasi yang tidak terkait dengan negara atau sektor privat, dan

dikembangkan untuk kepentingan bersama masuk dalam lingkup CSO.

Maka, tidak hanya organisasi non-pemerintah atau non-governmental

organization (NGO) yang masuk dalam definisi CSO. Adapun menurut

CIVICUS index, CSO di Maroko berkembang menjadi organisasi

perjuangan HAM, organisasi jasa dan pembangunan, organisasi

pendidikan dan budaya, organisasi keagamaan, gerakan sosial, Zawayat

(persaudaraan keagamaan), media privat, asosiasi profesional, dan badan

amal.119

117

Francesco Cavatorta, “Civil Society, Islamism and Democratisation: The Case of Morocco,”

The Journal of Modern African Studies, Vol. 44, No. 2 (Juni 2006), hlm. 211; [jurnal on-line];

tersedia di http://www.jstor.org/stable/3876155 ;internet; diakses pada 9 Oktober 2014 118

Azeddine Akesbi, “Civil Society Index for Morocco,” CIVICUS Civil Scoety Index Anlytical

Country Report: International Version (2011), hlm. 20 119

Ibid

Page 64: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

51

Beragamnya kategori CSO di Maroko menyebabkan pengaruh

mereka dalam kaitannya dengan pemerintahan dan pembentukan kebijakan

sulit diukur. CIVICUS index melakukan survei terhadap masyarakat sipil

Maroko pada tahun 2010-2011 untuk mengukur pengaruh CSO dalam

kehidupan sosial dan politik Maroko. Hasilnya, hanya asosiasi pengusaha,

Partai Politik, dan persatuan buruh yang dianggap memiliki pengaruh, dan

posisi ketiganya hanya berada di urutan ketiga setelah institusi Kerajaan

dan Perdana Menteri serta Parlemen.120

Pelemahan Partai Politik dan CSO-CSO yang mengusung isu

politik oleh negara menjadi salah satu penyebab rendahnya pengaruh

mereka dalam kehidupan sosial dan politik Maroko. Selain itu, pemerintah

Maroko dengan pengaruh Makhzen yang sangat kuat juga membatasi

pergerakan beberapa persatuan buruh yang memiliki afiliasi khusus

dengan Partai Politik, seperti General Union of Moroccan Workers

(GUMW) yang berafiliasi dengan Partai Istiqlal, dan Workers Democratic

Confederation (WDC) yang berafiliasi dengan Partai Socialist Union of

Popular Forces (SUPF). Persatuan buruh ini memiliki pengaruh yang

cukup kuat dalam parlemen, khususnya di Majelis Tinggi.121

3. Pasca Reformasi Konstitusi 2011-Desember 2013

Kondisi masyarakat sipil dan CSO Maroko mulai mengalami

perubahan sejak Revolusi Arab berlangsung. Di Maroko, Gerakan 20

120

Ibid, hlm. 21 121

Ibid, hlm. 10

Page 65: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

52

Februari 2011 yang merupakan pengaruh dari Revolusi Arab menunjukkan

dinamisme masyarakat sipil Maroko dan keinginan mereka untuk

reformasi politik di Maroko. Gerakan ini diantaranya menyerukan

perlawanan rakyat terhadap korupsi di kalangan birokrat dan anggota

parlemen. Selain itu, gerakan ini juga menunjukkan beragamnya

masyarakat sipil di Maroko dan isu yang diserukan, mulai dari feminis,

aktivis HAM, pemuda, maupun kelompok Islamis. Dinamisme ini,

menurut Rachid Tohtou dapat membangun jembatan penghubung antara

cara formal dan informal dalam politik Maroko.122

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Raja Maroko

kemudian merespon gerakan ini dengan melakukan reformasi konstitusi

dan menetapkan Konstitusi 2011 sebagai Konstitusi baru. Adapun terkait

peran dan kedudukan CSO dijelaskan dalam pasal 12 konstitusi, yaitu:

“The associations of civil society and the non-governmental organizations are

constituted and exercise their activities in all freedom, within respect for the

Constitution and for the law... The associations interested in public matters and

the non-governmental organizations, contribute, within the framework of

participative democracy, in the enactment, the implementation and the

evaluation of the decisions and the initiatives [projets] of the elected institutions

and of the public powers..., The organization and functioning of the associations

and the non-governmental organizations must conform to democratic

principles.of a decision of justice.”

“Asosiasi masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah diakui dan

melaksanakan seluruh aktivitasnya dalam kebebasan, dengan tetap mematuhi

konstitusi dan hukum... Asosiasi yang berkaitan dengan masalah publik dan

organisasi non pemerintah, berkontribusi dalam kerangka demokrasi partisipatif,

dalam penetapan, implementasi dan evaluasi keputusan dan inisiatif yang diambil

oleh pemerintah dan pemimpin publik..., pengelolaan dan fungsionalisasi asosiasi

dan organisasi non pemerintah harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip

demokratis.”123

122

Anwar, Van Groningen, Hendriks Awuy, dan Stork, hlm. 46 123

Jeffry J. Ruchti, Morocco: Draft Text of the Constitution Adopted at the Referendum of 1 July

2011 (New York: William S. Hein & Co., Inc: 2011), hlm. 8

Page 66: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

53

Selain pasal 12, Pasal 13, 14, dan 15 juga memperbolehkan

masyarakat sipil Maroko untuk berpartisipasi dalam pembuatan draf

kebijakan parlemen, serta berperan aktif dalam membentuk,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan publik. Sementara itu,

pasal 139 memperbolehkan pendirian mekanisme partisipatif di level

daerah, sehingga masyarakat sipil Maroko dapat berpartisipasi dalam

pembuatan kebijakan di level daerah.

Kejelasan status CSO dan posisi masyarakat sipil dalam kehidupan

sosial dan politik Maroko di dalam konstitusi 2011 pada akhirnya dapat

meredakan Gerakan 20 Februari. Namun demikian, keterlibatan aktor

internasional dalam promosi demokrasi di Maroko seperti Uni Eropa dan

AS justru semakin membentuk potensi CSO dan masyarakat sipil di

Maroko.124

Pasca penetapan konstitusi 2011, kesempatan CSO lokal

Maroko untuk bekerjasama dengan institusi internasional semakin terbuka.

Uni Eropa misalnya, membangun Civil Society Facility (CSF) di negara-

negara European Neighborhood Policy (ENP), termasuk di Maroko. Uni

Eropa juga mengalokasikan dana sebesar 34 Juta Euro pada periode tahun

2011-2013 untuk mendanai fasilitas ini. CSF sendiri bertujuan untuk

124

Karima Rhanem, “Morocco turns Arab spring into a summer of Reform,” Pidato dalam Euro-

Arab Seminar on Empowerment of Youth Organization and Led Civil Society Initiatives (22-24

Maret 2012)

Page 67: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

54

memperkuat dan mempromosikan peran organisasi masyarakat sipil dalam

reformasi dan perubahan demokrasi.125

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya

proses demokratisasi di Maroko telah berjalan sejak awal kemerdekaan, namun

secara nyata baru dilaksanakan pada awal tahun 1990-an. Pada praktiknya, proses

demokratisasi di Maroko lebih banyak mengalami hambatan karena tidak ada

komitmen dari Kerajaan maupun pemerintah Maroko terhadap reformasi

demokrasi yang ingin dilaksanakan. Oleh karena itu, aktor internasional seperti

UE memiliki peran yang penting untuk memberi tekanan kepada pemerintah

Maroko untuk benar-benar melaksanakan reformasi demokrasi.

125

European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean Partners,” (27 Maret 2014) hlm. 10

Page 68: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

55

BAB III

EUROPEAN NEIGHBORHOOD POLICY (KEBIJAKAN

EROPA UNTUK NEGARA TETANGGA) DI MAROKO

Sejak Uni Eropa (UE) melaksanakan proses perluasan keanggotaan, yang

ditandai dengan bergabungnya sepuluh negara Eropa dengan UE pada tahun 2004,

dan dua negara Eropa pada tahun 2007, sedikit banyak telah merubah perbatasan

UE dengan negara-negara Eropa non-anggota UE, terutama di kawasan Eropa

Timur (Eastern Neighbours), menjadi kurang stabil dan lemah.126

Oleh karena

alasan di atas, UE merasa perlu untuk membentuk pendekatan strategis terhadap

situasi di atas, dengan membentuk kembali perbatasan antara „orang dalam‟ dan

„orang luar‟ dalam perbatasan-perbatasan UE. Selain itu, UE juga menginginkan

pendekatan baru ini dapat mencakup definisi „tetangga‟ yang lebih luas, yaitu

meliputi negara-negara Newly Independent States (NIS), negara-negara Kaukasus,

serta negara-negara Mediteranian Timur dan Selatan, termasuk di Maroko.127

Untuk mewujudkan hal ini, maka dibentuklah European Neighborhood Policy

(ENP) sebagai kerangka kebijakan luar negeri UE di negara-negara tetangganya.

126

Stefan Gänzle, “The European Neighbourhood Policy (ENP): a Strategy for Security in

Europe?” The Changing Politics of European Security, ed. Stefan Gänzle dan Allen. G. Sens (New

York: Palgrave Macmillan, 2007), hlm. 110. 127

Richard G. Whitman dan Stefan Wolff, “Much Ado About Nothing? The European

Neighborhood Policy in Context,” The European Neighborhood Policy in Perspective: Context,

Implementation and Impact, ed. Richard G. Whitman dan Stefan Wolff (New York: Palgrave

Macmillan, 2010), hlm. 3

Page 69: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

56

A. Pengertian European Neighborhood Policy (ENP)

European Neighborhood Policy (ENP) atau Kebijakan Eropa Untuk

Negara Tetangga, adalah Kerangka kebijakan Uni Eropa (UE) yang

bertujuan untuk menghindari terbentuknya garis pemisah antara UE yang

diperluas dengan negara-negara tetangga UE, sekaligus memperkuat

kesejahteraan, stabilitas, dan keamanan kedua pihak. ENP didasarkan pada

nilai-nilai demokrasi, penegakkan hukum, dan Hak Asasi Manusia.128

Kerangka ENP diusulkan kepada 16 negara tetangga terdekat UE, yaitu

Aljazair, Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Mesir, Georgia, Israel, Yordania,

Lebanon, Libya, Moldova, Maroko, Palestina, Suriah, Tunisia and Ukraina.129

Pada dasarnya, ENP adalah strategi yang dibentuk oleh UE untuk

berbagi keuntungan perluasan dengan negara-negara tetangganya, dan secara

bersama-sama mengatasi tantangan yang muncul dari situasi pasca perluasan

keanggotaan UE. Di satu sisi, ENP adalah kebijakan untuk meningkatkan

stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan diluar perbatasan UE, yang

dilaksanakan melalui kerjasama regional. Namun di sisi lain, ENP juga

menawarkan kemitraan khusus untuk negara-negara tetangganya, berdasarkan

komitmen terhadap nilai bersama (shared values).130

128

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “What is the European

Neighborhood Policy,” diakses dari http://eeas.europa.eu/enp/about-us/index_en.htm pada 3

Agustus 2014 129

Ibid 130

Sevilay Kahraman, “The European Neighborhood Policy: The European Union‟s New

Engagement Towards Wider Europe”, Perceptions (Winter 2005), hlm. 3

Page 70: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

57

ENP dibentuk pada tahun 2004, ketika terjadi perluasan keanggotaan

besar-besaran di Uni Eropa. Proses pembentukan ENP dimulai pada bulan

Maret 2003 ketika Komisi Eropa, atas prakarsa Romano Prodi yang

merupakan Presiden Komisi Eropa saat itu, meluncurkan komunike yang

berjudul: The Wider Europe Neighbourhood, A New Framework for Relations

with our Eastern and Southern Neighbours.131

Komunike ini menyerukan pembentukan sebuah proposal untuk

menyatukan kebijakan UE yang luas terhadap negara-negara tetangganya,

yang bertujuan untuk menciptakan lingkaran negara UE yang lebih

bersahabat, stabil, dan sejahtera, sehingga dapat menjamin stabilitas

hubungan dengan negara-negara tetangga UE. Kebijakan baru ini diharapkan

dapat mempromosikan kerjasama politik dan integrasi ekonomi yang lebih

erat, dengan memberikan akses penuh kepada pasar bersama UE, sebagai

imbalan atas prasyarat yang diberikan UE untuk mereformasi regulasi

ekonomi dan kemajuan di bidang keamanan perbatasan, HAM, dan

demokrasi.132

Dewan Eropa (The European Council) kemudian menyetujui proposal

Komisi Eropa dan diputuskan bahwa kebijakan baru ini disebut European

Neighborhood Policy (ENP). Kebijakan ini akan diberlakukan tidak hanya di

negara-negara tetangga sebelah Timur UE (Eastern Neighbours) tetapi juga di

131

Ibid, hlm. 3 132

Edzard Wesselink dan Ron Boschma, “Overview of the European Neighbourhood Policy: Its

History, Structure, and Implemented Policy Measures,” SEARCH Working Paper, WP1/04

(Januari 2012), hlm. 6

Page 71: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

58

negara-negara tetangga sebelah Selatan UE (Southern Neghbours), termasuk

di Maroko. Lebih jauh, diputuskan juga bahwa kebijakan ini akan dibangun

berdasarkan kebijakan lama, bukan menggantinya. Oleh karena itu, UE tetap

menggunakan kerangka kebijakan lama hingga akhir kerangka multi-tahunan

pada tahun 2006 dan baru menyatukan kebijakan lama dengan kerangka ENP

pada tahun 2007-2013.133

ENP dibentuk sebagai satu kerangka kebijakan yang terintegrasi

secara luas, dan mencakup seluruh tema dimana negara-negara ENP dapat

berkolaborasi dengan UE. ENP menggabungkan beberapa program lama UE

di negara-negara tetangganya dengan kebijakan baru berdasarkan tema yang

menjadi prioritas. Hal ini dilakukan karena beberapa kebijakan UE terdahulu

terkesan tumpang tindih dan tidak tepat sasaran.134

B. Landasan Kerjasama Uni Eropa-Maroko dalam Kerangka ENP

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab 1, bahwa Maroko adalah

negara yang menjadi prioritas UE dalam ENP. Dalam kerangka ENP, UE dan

Maroko memiliki dua landasan kerjasama utama, yaitu Association

Agreements (AA) atau Persetujuan Asosiasi, dan Action Plan (AP) atau

Rencana Kerja.135

AA adalah perjanjian dasar yang dibentuk sebelum UE dan

negara ENP menyusun rencana kerja. Adapun perjanjian asosiasi UE-Maroko

ditandatangani di Brussels, pada tanggal 26 Februari 1996, dan kemudian

133

Ibid 134

Ibid, hlm. 7 135

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “How Does it Work?,” diakses

dari http://eeas.europa.eu/enp/how-it-works/index_en.htm pada 3 Agustus 2014

Page 72: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

59

diratifikasi oleh Parlemen negara-negara anggota UE, Parlemen Eropa, dan

Parlemen Maroko pada 1 Maret 2000.

Inti dari AA UE-Maroko merujuk pada dialog politik rutin di tingkat

menteri atau level pejabat senior dan di level parlemen, melalui kontak

institusi parlemen Maroko dan UE.136

Selain itu, AA ini juga menekankan

pada perdamaian, keamanan, dan kerjasama regional, serta kontribusi terhadap

stabilitas dan kesejahteraan kawasan Mediterania guna mempromosikan saling

pengertian dan toleransi. AA ini juga memperkuat liberalisasi ekonomi,

kerjasama sosial dam kebudayaan.137

Setelah AA ditandatangani, maka UE dan Maroko menandatangani

perjanjian bilateral yang disebut Action Plan (AP) atau Rencana Kerja. AP

berisi agenda reformasi politik dan ekonomi dengan prioritas jangka pendek

dan jangka menengah antara 3 sampai 5 tahun. AP merefleksikan keinginan

Maroko sebagai negara partner ENP, juga kepentingan UE sebagai pelaksanan

ENP.138

Rencana kerja ENP untuk Maroko yang pertama, ditandatangani pada

tahun 2005 dan mulai aktif dilaksanakan pada tahun 2006.139

Dalam AP

tersebut, Maroko dan UE secara umum ingin memperkuat hubungan politik,

ekonomi, sosial, dan budaya, serta kerjasama keamanan. Untuk Maroko

136

EU External Action Services, European Neighborhood Policy“The Association Agreement EU-

Morocco,” diakses dari http://eeas.europa.eu/morocco/association_agreement/index_en.htm pada 3

Agustus 2014 137

Wesselink and Boschma, hlm. 7 138

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “How Does it Work?,” diakses

dari http://eeas.europa.eu/enp/how-it-works/index_en.htm pada 3 Agustus 2014 139

Loc.Cit, hlm. 9

Page 73: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

60

sendiri, pendekatan kembali dengan UE melalui ENP menunjukkan pilihan

kebijakan luar negeri yang fundamental.140

Adapun komponan utama dalam Action Plan UE-Maroko dapat

dikategorikan menjadi enam komponen, yaitu:

Tabel II.B.1. Komponen Utama Action Plan EU-Maroko

NO Aksi Tujuan Komponen

1 Reformasi dan Dialog

Politik

Memperkuat prinsip-prinsip

demokrasi dan rule of law

- Demokrasi

- HAM

- Hak sosial dan standar

buruh

2 Reformasi Ekonomi dan

Sosial

Modernisasi dan peningkatan

ekonomi, guna

mempersiapkan Maroko

menuju pasar bebas

- Reformasi struktural dan

transisi menuju ekonomi

pasar

- Reformasi sektor pertanian

- Pembangunan lokal dan

regional

3 Reformai perdagangan,

pasar, dan peraturan

Liberalisasi saham dan

investasi, serta standardisasi

aturan terkait gerakan pekerja

- Liberalisasi perdagangan

- Hak untuk membangun

perusahaan dan jasa

- Arus investasi

4 Kerjasama di bidang

peradilan

- Standardisasi aturan

imigrasi

- Konsolidasi kerjasama

keamanan lintas batas

- Manajemen arus migrasi

- Manajemen perbatasan

- Pemberantasan organisasi

criminal

5 Transportasi, energi,

lingkungan, TI, sains,

teknologi, riset dan

pengembangan

Modernisasi dan konsolidasi

infrastruktur energi dan

transportasi, serta bantuan

pengembangan teknologi

- Konsolidasi kebijakan

Maroko dan kebijakan

regional Maroko di bidang

energi

-

6 Kontak antar orang Pendekatan budaya - Edukasi, training,

kepemudaan dan olahraga

- Kerjasama budaya,

masyarakat sipil, dan

kesehatan

Sumber: Departemen Ekonomi dan Keuangan Maroko, “Morocco- EU Relations :

Towards an Advanced Status Partnership” (November 2007), hlm. 6

Dalam komponen utama AP di atas, terlihat bahwa demokrasi telah

menjadi salah satu komponen utama sejak awal pelaksanaan program ENP di

140

European Commission, EU-Morocco Action Plan (2006)

Page 74: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

61

Maroko. Akan tetapi, sasaran reformasi demokrasi dalam AP UE-Maroko

hanyalah di bidang modernisasi kebijakan publik, HAM, serta peningkatan

hak sosial dan standar buruh.

Adapun dana yang dikeluarkan UE untuk kerjasama UE dan Maroko

dalam kerangka ENP selama tahun 2011-2013, semua terintegrasi dalam

instrumen pendanaan terpusat, yaitu European Neighbourhood and

Partnership Instrument (ENPI). ENPI di Maroko mendanai program-program

utama UE di Maroko, yaitu program bilateral, program untuk kawasan

Selatan, dan program tematik.141

C. Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko Dalam Kerangka ENP Tahun

2011-2013

Promosi demokrasi yang dilakukan oleh UE di Maroko dalam

kerangka ENP tahun 2011-2013 difokuskan pada tiga aspek, yaitu pemisahan

kekuasaan, penguatan peran parlemen, serta penguatan peran organisasi

Masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi. Pada program ENP di

Maroko sebelum tahun 2011-2013, reformasi demokrasi di tiga aspek ini

belum menjadi prioritas UE. Adapun kepentingan ekonomi, keamanan dan

stabilitas kawasan masih menjadi prioritas UE pada periode tersebut. Pada

periode 2007-2010 misalnya, dalam National Indicative Programme ENP in

Morocco 2007-2010 disebutkan bahwa prioritas ENP di Maroko hanyalah

141

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “How Is It Financed?”, diakses

dari http://eeas.europa.eu/enp/how-is-it-financed/index_en.htm pada 7 Oktober 2014

Page 75: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

62

prioritas sosial, seperti dukungan kepada INDH dan kebijakan pendidikan;

prioritas HAM, seperti mendukung Ministry of Justice dan impelementasi

IER; prioritas ekonomi, seperti promosi investasi dan ekspor industri Maroko,

pertanian, dan pembangunan infrastruktur; serta prioritas lingkungan, seperti

memberikan dana bantuan untuk menanggulangi depolusi. Adapun demokrasi

tidak ada dalam proritas program tersebut.142

Keinginan UE untuk mempromosikan reformasi dalam tiga bidang

tersebut didorong oleh kepentingan baru UE pasca Revolusi Arab. Negara-

negara anggota UE menyadari bahwa kepentingan mereka akan keamanan

kawasan sudah tidak dapat dijamin oleh rezim-rezim di negara-negara ENP

yang terdampak revolusi Arab. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas

kembali di kawasan, mendukung transisi demokrasi yang telah berjalan

menjadi kepentingan baru UE. Di Maroko, UE merasa berkepentingan untuk

menjamin berjalannya reformasi demokrasi di tiga bidang tersebut yang telah

dijalankan oleh Maroko.143

Adapun promosi demokrasi UE dalam tiga aspek ini dilaksanakan

melalui tiga kerangka program utama ENP di Maroko, yaitu program bilateral

(Bilateral Programme), program untuk kawasan Selatan (Southern Regional

Programme), dan program tematik (Thematic Programme).

142

European Commission, ENPI Morocco: 2007-2010 National Indicative Programme. 143

Timo Behr, “The European Union‟s Mediterranean Policies after the Arab Spring: Can the

Leopard Change its Spots?,” Amsterdam Law Forum, Vol. 4, No. 2 (Spring 2012), hlm. 82

Page 76: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

65

1. Bidang Pemisahan Kekuasaan

Dalam aspek pemisahan kekuasaan, UE melalui program kawasan

ENP untuk negara tetangga Selatan (Southern Regional Programme),

meluncurkan program kerjasama „Partnership for Democracy and Shared

Proseperity’.144

Melalui program ini, UE memberikan status „mitra

demokrasi‟ (Partner of Democracy Status) kepada Maroko pada bulan

Juni 2011,145

tidak lama setelah Raja Mohammed VI mengumumkan

rencana reformasi konstitusi Maroko pada bulan Maret 2011, dimana

pemisahan kekuasaan menjadi aspek utama yang direformasi.146

Dengan

status ini, UE menjanjikan Maroko kerjasama yang lebih luas untuk

reformasi di bidang demokrasi yang lain, seperti HAM, pemberantasan

korupsi, peningkatan peran media, peningkatan peran parlemen, dan

peningkatan peran wanita dalam kehidupan politik untuk periode 2012-

2014.147

Selain mendapat status mitra demokrasi, UE juga meningkatkan

„advanced status‟ kepada Maroko yang sebelumnya telah diberikan pada

tahun 2008. Sebagai kelanjutan program ini, UE memberi „advanced

status II‟ kepada Maroko pada tahun 2013.148

Dengan peningkatan

advanced status ini, Maroko akan menyesuaikan legislasinya sesuai

144

Council of Europe, Parliamentary Project Support Division: South Programme 145

Council of Europe, Neighborhood Cooperation Priorities For Morocco 2012-2014, hlm. 14 146

Ibid 147

Ibid, hlm. 14-15 148

ENPI-Info, “Morocco: new EU support for the implementation of the Advanced Status and

educational strategy,” diakses dari

http://www.enpiinfo.eu/mainmed.php?id=35218&id_type=1&lang_id=450, pada 12 Oktober 2014

Page 77: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

64

dengan legislasi UE. Melalui advanced status II ini, UE juga menjanjikan

integrasi ekonomi Maroko ke dalam pasar tunggal Eropa.149

Adapun program ini merupakan hasil kerjasama antara European

Commission dan Council of Europe. Dalam program ini, selain memberi

status kemitraan, UE menggunakan pendekatan incentive based approach

atau more for more, dimana UE akan memberi dukungan dana yang lebih

besar untuk negara-negara ENP yang lebih cepat dan lebih jauh dalam

melaksanakan reformasi demokrasi. Dukungan akan diberikan untuk

negara-negara yang setuju dengan rencana reformasi yang diajukan oleh

UE.150

2. Bidang Penguatan Peran Parlemen

Sebagai kelanjutan pemberian status mitra demokrasi ini, UE

mendukung reformasi pemisahan kekuasaan yang telah diinisiasi oleh

pemerintah Maroko dengan membantu Parlemen Maroko. Masih melalui

Southern Regional Programme, pada tahun 2012, UE meluncurkan

program „Strengthening Democratic Reform in the Southern

Mediterranean‟. Dana sebesar 4,8 Juta Euro diberikan kepada Parlemen

149

Ibid 150

European Commission, Joint Communication to the European Council, the European

Parliament, the Council, the European Economic and Social Committee and the Committee of the

regions: A Partnership for Democracy and Shared Prosperity with the Southern Mediterranean (8

Maret 2011), hlm. 5

Page 78: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

65

Maroko untuk mendanai program ini, dan dialokasikan untuk tahun 2012-

2014.151

Program tersebut diantaranya menyediakan kerangka kerja yang

relevan untuk memperkuat Parlemen Maroko di area reformasi yang telah

dilaksanakan oleh Maroko pada tahun 2011, khususnya untuk memperkuat

demokrasi, rule of law, serta HAM dan kebebasan fundamental. Ada

empat tema yang ditawarkan dalam kerangka kerja ini yaitu, (1)

memperkuat mekanisme parlemen, seperti kontrol terhadap pemerintahan,

(2) penguatan parlemen di bidang hukum (3) penguatan parlemen di

bidang perlindungan hak wanita dan anak-anak, serta partisipasi

masyarakat sipil, (4) kapasitas pembangunan komunikasi dan komunitas

manajemen dan staf Parlemen Maroko.152

Program ini kemudian didukung oleh program Support for

partnership, reforms and inclusive growth (SPRING). Dalam program

SPRING, UE mengalokasikan dana sebesar 3 Juta Euro untuk mendukung

parlemen Maroko, dan mulai dialokasikan pada tahun 2013. Berikut

adalah rincian dana untuk program SPRING di Maroko:

151

European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean Partners (27 Maret 2014), hlm. 9 152

Ibid

Page 79: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

66

Tabel III.C.1. Rincian Dana Program SPRING

(Juta Euro)

Sumber: European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the

European Neighbourhood Policy Statistical Annex”, (Brussels, 27 Maret 2014), hlm. 65

3. Bidang Penguatan Peran Organisasi Masyarakat sipil Dalam

Pembangunan Demokrasi

Sebelum Revolusi Arab, kerangka ENP banyak dikritik karena

lebih banyak bekerjasama dengan pemerintah dan hanya sedikit

bekerjasama dengan masyarakat sipil. Oleh karena itu, bagi masyarakat

sipil Maroko, ENP sesungguhnya hanyalah bentuk dari bantuan

pembangunan dari UE untuk promosi transisi ekonomi di Maroko. CSO di

Maroko lebih banyak didorong untuk menjadi agen dan penjaga hagemoni

ekonomi UE.153

Namun demikian, gerakan 20 Februari membuka mata UE bahwa

masyarakat sipil di Maroko telah berevolusi dan mampu berkembang

153

Bohdana, Dimitrovova, “Reshaping Civil Society in Morocco Boundary Setting, Integration

and Consolidation,” CEPS Working Document, No. 323 (Desember 2009), hlm. 13

Programme Amount

Support to National Council and Inter-Ministerial

Delegation of Human Rights

2,9

Support to SMEs and job creation 40

Agricultural Strategy Council 16,1

Literacy programme 35

Top up of Support to Health sector reform programme 12

Top-up Hakama 9

Support to the Moroccan Parliament 3

Support to the implementation of the Mobility

Partnership

10

Page 80: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

67

tanpa bantuan dana dari UE. Selain itu, UE juga menyadari bahwa

tujuannya sebagai promotor demokrasi yang kredibel di Maroko tidak

hanya membutuhkan dialog dengan masyarakat sipil di bidang ekonomi,

tetapi juga di bidang politik. Oleh karena itu, dalam kerangka kerja ENP

tahun 2011-2013, kerjasama dengan masyarakat sipil menjadi salah satu

prioritas utama UE di Maroko.154

Adapun dalam aspek penguatan peran oranisasi masyarakat sipil

dalam pembangunan demokrasi, beberapa program telah dibentuk UE

untuk mendukung reformasi di bidang ini selama tahun 2011-2013. Pada

tanggal 22 Oktober 2011 misalnya, Parlemen Maroko dan Parlemen UE

melalui program bilateral ENP menandatangani A New Institutional Act

yang berisi penetapan standar untuk kriteria dan peran Partai Politik.155

Sebagai kelanjutan dari kerjasama ini, melalui Southern Regional

Programme, UE melalui Union for the Mediterranian (UfM) mendirikan

„School of Political Studies‟ pada November 2011. Sekolah ini

bekerjasama dengan organisasi non pemerintah lokal, partai-partai politik,

dan Parlemen Maroko. Sekolah ini merupakan gabungan dari 16 sekolah

ilmu politik di Maroko dan mengadakan pertemuan tahunan. Program ini

memberi pelatihan kepada partai politik dan organisasi masyarakat sipil

tentang kontrol terhadap pemerintahan.156

154

Ibid 155

Council of Europe, Neighborhood Cooperation Priorities For Morocco 2012-2014, hlm. 17 156

Ibid

Page 81: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

68

UE melalui UfM juga mendirikan Civil Society Forum National

Platforms di negara-negara ENP, termasuk di Maroko. Forum ini

memberikan kesempatan kepada organisasi masyarakat sipil untuk

berdiskusi tentang prioritas-prioritas ENP, serta membantu organisasi

masyarakat sipil di Maroko untuk melakukan evaluasi terhadap reformasi

di bidang demokrasi, good governance, dan pembangunan ekonomi.157

Dalam program bilateral ENP dengan Maroko, delegasi UE

membentuk pemetaan organisasi masyarakat sipil Maroko untuk

memberdayakan mereka. Sebagai contoh, UE mendukung Anna Lindh

Foundation yang berupaya memperkuat dialog masyarakat sipil dengan

pemerintah. Anna Lindh Foundation membawahi 3500 anggota dan

menjalankan program kerjasama dengan UE selama tahun 2012-2014,

dengan alokasi dana 15,35 Juta Euro dari UE. Sebagai bagian dari program

ini, UE menyelenggarakan dialog antara organisasi masyarakat sipil

dengan pemerintah Maroko, yaitu Citizen for Dialogue sejak tahun 2012,

dimana dialog ini menjembatani komunikasi antara pemerintah dan

masyarakat sipil Maroko.158

Dalam program tematik ENP, UE membangun Civil Society

Facility (CSF) di Maroko pada tahun 2011, dan UE mengalokasikan dana

157

European Commission, “Joint Communication To The European Parliament, The Council, The

European Economic and Social Committee and The Committee of The Region: Neighbourhood at

the Crossroads: Implementation of the European Neighbourhood Policy in 2013 (27 Maret 2014),

hlm. 9 158

European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy in 2012 Regional Report: A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean,” (27 Maret 2014), hlm. 8

Page 82: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

69

sebesar 34 Juta Euro pada periode tahun 2011-2013 untuk mendanai

fasilitas ini. CSF bertujuan untuk memperkuat dan mempromosikan peran

organisasi masyarakat sipil dalam reformasi dan perubahan demokrasi.159

Khusus di Maroko, UE mengalokasikan dana sebesar 1,4 Juta Euro pada

tahun 2011, 200.000 Euro pada tahun 2012, dan 200.000 Euro pada tahun

2013 untuk CSF, serta mengalokasikan masing-masing 750.000 Euro di

tahun 2011 dan 2012 untuk mendukung aktor-aktor non-pemerintah dan

pemerintah lokal di Maroko. Berikut rincian dana untuk program tematik:

Tabel III.C.2. Rincian Dana Untuk Program Tematik

(Dalam Euro)

Sumber: European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the

European Neighbourhood Policy Statistical Annex”, (Brussels, 27 Maret 2014), hlm. 6

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi

demokrasi UE dalam tiga aspek yang menjadi fokus penelitian ini yaitu

pemisahan kekuasaan, penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi

masyarakat sipil, baru dilaksanakan pasca Revolusi Arab. Promosi demokrasi

159

European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean Partners,” (27 Maret 2014) hlm. 10

2011 2012 2013

Civil Society Facility 1.400.000 200.000 200.000

Instrument for Nuclear Safety

Cooperation n/a n/a n/a

European Instrument for

Democracy and Human Rights 1.200.000 1.000.000 1.200.000

Neighbourhood Investment

Facility 37.000.000 15.000.000 15.000.000

Migration and asylum 873.300 1.594.264 5.000.000

Non-state Actors and Local

Authorities (NSA/LA) 750.000 750.000 0

Page 83: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

70

dalam tiga bidang ini didorong oleh berubahnya kepentingan UE pasca Revolusi

Arab, dimana UE ingin terlibat dalam proses transisi demokrasi di Maroko.

Adapun di Maroko, yang telah melaksanakan reformasi konstitusi 2011, UE

berusaha untuk menjaga agar Maroko menjaga komitmennya terhadap reformasi

tersebut. Adapun promosi demokrasi UE dilaksanakan dalam bentuk pemberian

bantuan dana, bantuan teknis, dan peningkatan status kemitraan.

Page 84: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

71

BAB IV

ANALISIS PROMOSI DEMOKRASI UNI EROPA DI

MAROKO DALAM KERANGKA EUROPEAN

NEIGHBORHOOD POLICY (ENP) TAHUN 2011-2013

Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil penelitian berupa analisis

promosi demokrasi Uni Eropa (UE) di Maroko dalam kerangka European

Neighborhood Policy (ENP) tahun 2011-2013. Penulis akan menganalisa cara-

cara promosi demokrasi UE di Maroko dalam kerangka ENP yang telah penulis

paparkan pada bab II dan bab III. Deskripsi mengenai cara-cara promosi

demokrasi UE tersebut penulis kaitkan dengan asumsi awal penulis serta dianalisa

menggunakan teori dan konsep yang telah penulis paparkan pada bab I, yaitu

pemahaman konstruktivisme, konsep promosi demokrasi dan konsep

kondisionalitas.

A. Sosialisasi Norma Demokrasi UE di Maroko Untuk Membentuk Identitas

Kolektif UE

Berdasarkan pemaparan fakta-fakta yang ditemukan dalam bab II dan

bab III penulis melihat bahwa Uni Eropa (UE) berupaya membangun kembali

identitasnya sebagai promotor demokrasi di negara-negara tetangganya di

kawasan Mediterania Selatan setelah Revolusi Arab, termasuk di Maroko.

Adapun komitmen UE terhadap identitasnya tersebut ditunjukkan dengan

mendukung proses demokratisasi yang berlangsung di Maroko, setelah

Page 85: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

72

pelaksanaan reformasi konstitusi 2011 di Maroko. Adapun yang penulis

maksud dengan mendukung demokratisasi di sini adalah UE mengetahui

progres reformasi demokrasi secara jelas, serta berusaha mempromosikan

demokrasi, bukan sekedar mendukung demokratisasi Maroko dan negara-

negara tetangganya yang lain, semata untuk membangun hubungan baik dan

mempertahankan stabilitas kawasan, sebagaimana pernah dilakukan oleh UE

sebelum Revolusi Arab.

Upaya pembangunan kembali identitas UE sebagai promotor

demokrasi ini ditegaskan oleh pernyataan Presiden Komisi Eropa periode

2009-2014, José Manuel Barroso, pada bulan Maret 2012:

“I think it is our duty to say to the Arab peoples that we are on their side! From

Brussels, I want to specifically say this to the young Arabs that are now fighting for

freedom and democracy: We are on your side.”

“Saya rasa ini adalah tugas kami untuk menyatakan kepada masyarakat Arab bahwa

kami ada di pihak mereka! Dari Brussels, saya secara khusus ingin menyatakan hal

ini kepada para pemuda Arab yang sekarang tengah berjuang untuk kebebasan dan

demokrasi: Kami ada di pihak mereka.”160

Pernyataan ini menunjukkan bahwa UE telah mengakhiri dilemanya

antara mendukung demokratisasi atau stabilisasi di kawasan Mediterania

Selatan, serta membentuk kembali nilai-nilai dan kepentingan UE.161

Di

Maroko, pergeseran identitas UE ini ditegaskan salah satunya dalam dokumen

UE untuk program Partnership for Democracy and Shared Prosperity with

160

Timo Behr, “The European Union‟s Mediterranean Policies after the Arab Spring: Can the

Leopard Change its Spots?,” Amsterdam Law Forum, Vol. 4, No. 2 (Spring 2012), hlm. 82 161

Ibid

Page 86: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

73

the Southern Mediterranean, yang juga berisi beberapa langkah yang diambil

UE untuk mendukung transisi demokrasi di Maroko.

Di Maroko, UE memiliki agenda untuk mendukung proses

demokratisasi di tiga bidang politik Maroko yaitu pemisahan kekuasaan,

penguatan peran parlemen, dan penguatan peran organisasi masyarakat sipil

dalam pembangunan demokrasi. Agenda ini didorong oleh kepentingan baru

UE pasca Revolusi Arab di negara-negara Mediterania Selatan, yaitu

mendorong transisi demokrasi di negara-negara tersebut. Adapun kepentingan

ini terbentuk dari identitas yang ingin dibentuk kembali oleh UE, yaitu sebagai

promotor demokrasi. Hal ini sesuai dengan asumsi Wendt162

bahwa

kepentingan satu aktor (UE) terhadap aktor lain (Maroko) selalu ditentukan

oleh identitas aktor (UE).

Identitas UE sebagai promotor demokrasi sendiri didasarkan pada

norma demokrasi yang dianut oleh UE. Merujuk pada asumsi Farrell163

,

penulis melihat bahwa norma demokrasi yang dianut oleh UE menyusun

perilaku UE terhadap Maroko sehingga perilaku UE tersebut sesuai dengan

identitasnya sebagai aktor yang pro demokrasi. Adapun kemudian, Maroko

melaksanakan program-program ENP yang mendorong demokratisasi di tiga

bidang yang menjadi fokus penelitian ini. Sesuai dengan asumsi Wendt

mengenai identitas164

, Maroko melaksanakan program-program ENP tersebut

162

Trine Flockhart, “Socialization and Democratization: a Tenuous but Intriguing Link,”

Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of

Europe, ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm.12-13 163

Ibid, hlm. 13-14 164

Ibid, hlm. 14

Page 87: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

74

karena Maroko memahami identitas UE sebagai aktor yang pro demokrasi di

Maroko. Dilaksanakannya program-program ENP di atas oleh Maroko juga

menunjukkan bahwa Maroko telah mengidentifikasi dirinya sesuai dengan

identitas UE, yaitu sebagai aktor yang pro-demokrasi. Dengan demikian, telah

terbentuk identitas kolektif antara UE dan Maroko sebagai aktor yang

demokratis. Interaksi dan komunikasi UE dan Maroko dalam program-

program ENP tersebut telah mengkonstruksi identitas kolektif antara

keduanya.

Oleh karena identitas UE didasari oleh norma demokrasi, dan UE

menginginkan Maroko untuk memahami identitas baru tersebut (agar

terbentuk identitas kolektif antara UE dan Maroko), maka UE perlu

melakukan transfer norma demokrasi tersebut ke Maroko. Agar transfer norma

demokrasi terlaksana, maka perlu dilakukan sosialisasi norma demokrasi

tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Risse, bahwa sosialisasi norma

spesifik dilakukan agar identitas kolektif yang didasarkan pada norma tertentu

dapat terbentuk.165

Merujuk juga pada pendapat Sedelmeier166

, menurut

penulis, norma-norma demokrasi UE telah berdifusi dan tersosialisasi kepada

Maroko, sehingga terbentuk identitas kolektif antara keduanya.

Lebih lanjut menurut penulis, bentuk sosialisasi norma yang dilakukan

oleh UE adalah seperti yang diasumsikan oleh Risse, yaitu dengan tekanan

165

Ibid, hlm. 13 166

Ulrich Sedelmeier, “Collective Identity,” Contemporary European Foreign Policy, ed. Walter

Carlsnaes, Helene Sjursen, dan Brian White (London: SAGE Publication Ltd, 2004), hlm. 124

Page 88: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

75

eksternal,167

dimana dalam penelitian ini berupa program kerjasama UE-

Maroko dalam ENP yang kemudian membentuk reformasi demokrasi Maroko

dalam bidang pemisahan kekuasaan, penguatan peran parlemen, dan

penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi.

Adapun hal ini juga diperkuat dengan perubahan kepercayaan dari aktor

domestik di Maroko, yaitu pemerintah dan organisasi masyarakat sipil

Maroko, kepada UE sehingga pada akhirnya mau mendukung dan berusaha

mengatur reformasi ini.

B. Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP sebagai

Perwujudan Sosialisasi Norma Demokrasi

Oleh karena norma spesifik yang ingin disosialisasikan oleh UE adalah

norma demokrasi, maka sosialisasi norma dapat diwujudkan melalui promosi

demokrasi, sebagaimana diungkapkan oleh Risse.168

Adapun promosi

demokrasi biasanya dilakukan seiring dengan adanya proses demokratisasi

yang terjadi dalam suatu negara. Sesuai dengan asumsi Grugel dan Nielinger,

bahwa demokratisasi merupakan hasil dari berbagai faktor internal dan

eksternal.169

Proses demokratisasi di Maroko pada tahun 2011-2013 didorong

167

Jean Grugel, “The “International” in Democratization: Norms and the Middle Ground,”

Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of

Europe, ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 3 168

Jonas Wolff dan Iris Wurm, “Towards a Theory of External Democracy Promotion?

Approximations from the perspective of International Relations theories,” (the 51st Annual

Convention of the International Studies Association (ISA), New Orleans, 17-20 Februari, 2010),

hlm. 7 169

Mathias Kamp, “The EU as External Democracy Promoter in Sub-Saharan Africa-The Role of

Conditionality and Positive Measures,” (Skripsi, Universities of Münster and Twente, 2007), hlm.

9

Page 89: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

76

oleh beberapa faktor internal, yakni terjadinya gerakan 20 Februari dan

reformasi konstitusi 2011. Adapun promosi demokrasi dari UE dalam program

ENP penulis lihat sebagai faktor eksternal yang mendorong proses

demokratisasi di Maroko pada tahun 2011-2013.

Demokrasi yang ingin dipromosikan oleh UE sendiri adalah demokrasi

substantif dalam tiga bidang reformasi demokrasi Maroko tersebut.

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab II bahwa Maroko sesungguhnya telah

memiliki standar demokrasi prosedural sejak awal kemerdekaannya, seperti

telah adanya pemisahan kekuasaan secara institusional, parlemen, dan

organisasi masyarakat sipil. Namun, semua standar demokrasi tersebut hanya

tertulis dalam konstitusi. Adapun pada praktiknya Kerajaan tetap

mendominasi kekuasaan dalam pemerintahan Maroko, parlemen tidak

memiliki kekuatan untuk membuat perubahan, dan tidak ada kontrol rakyat

terhadap kebijakan. Maka peran UE di Maroko setelah adanya reformasi

konstitusi 2011 adalah memastikan berjalannya reformasi demokrasi yang

telah dimulai Maroko, agar demokrasi substantif yang menjadi tujuan

demokratisasi dapat terwujud.

Sesuai juga dengan asumsi Morlino170

, penulis melihat bahwa Maroko

tengah mengalami transisi dari rezim politik non-demokratis menjadi rezim

yang demokratis, setelah Maroko melaksanakan reformasi konstitusi 2011.

Penulis melihat bahwa dalam proses transisi ini, UE sebagai aktor sosial

berusaha mensosialisasikan norma-norma demokrasi sebagai landasan bagi

170

Leonardo Morlino, Democracy and Democratization (Bologna: Il Mulino, 2003), hlm. 12

Page 90: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

77

karakter pemerintahan baru yang hendak dibangun oleh Maroko. Proses

sosialisasi norma-norma demokrasi tersebut menurut penulis adalah bentuk

dari promosi demokrasi yang dilakukan oleh UE sebagai aktor eksternal. Hal

ini juga sesuai dengan pendapat Sandschneider,171

bahwa promosi demokrasi

yang dilakukan oleh UE adalah keseluruhan usaha UE sebagai aktor eksternal

dalam merubah pola keteraturan politik dan pembuatan kebijakan Maroko,

sehingga menghasilkan kriteria minimun akan keteraturan demokratis, di

mana dalam penelitian ini adalah adanya pemisahan kekuasaan dan peran

parlemen yang jelas, serta partisipasi masyarakat sipil.

Bila dikaitkan kembali dengan perspektif konstruktivisme, promosi

demokrasi yang dilakukan oleh UE dilihat sebagai bentuk sosialisasi norma.

Merujuk pada pendapat Risse-Kappen,172

penulis melihat bahwa norma

demokrasi yang diharapkan UE dapat dipahami oleh Maroko harus

dipromosikan oleh UE sendiri sebagai aktor atau agen sosial. Sebab cara yang

demikian menurut Risse-Kappen lebih kondusif dibandingkan dengan cara

yang lain. Sementara itu, bila merujuk pada asumsi Barnes, maka promosi

demokrasi UE di Maroko ini adalah sebuah proses induksi Maroko ke dalam

cara berperilaku yang diharapkan oleh UE, yaitu yang sesuai dengan norma

demokrasi UE.

171

Janine Reinhard, “EU Democracy Promotion Through Conditionality in Its Neighborhood: The

Temptation of Membership Perspective or Flexible Integration?”, Caucasian Review of

International Affairs, Vol. 4 (3) (Summer 2010), hlm. 198 172

Loc.Cit

Page 91: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

78

Adapun kemudian, sosialisasi norma dalam wujud promosi demokrasi

yang dilakukan oleh UE dilaksanakan melalui strategi pengaruh sosial (social

influence) atau penguatan dukungan (reinforcement) yang diungkapkan oleh

Flockhart. Hal ini terlihat dengan pemberian imbalan materi berupa bantuan

dana, bantuan teknis, dan imbalan psikologis dengan menaikkan status

kemitraan, yang diberikan UE kepada Maroko. Hal ini dilaksanakan melalui

program-program kerjasama ENP sebagaimana telah dipaparkan di atas, yang

merupakan ciri dari strategi pengaruh sosial (social influence) atau penguatan

dukungan (reinforcement).

C. Kondisionalitas Sebagai Instrumen Promosi Demokrasi UE di Maroko

Merujuk pada asumsi konstruktivisme sebagai landasan pemikiran

dalam penelitian ini, instrumen yang dapat digunakan untuk menjalankan

strategi pengaruh sosial (social influence) atau penguatan dukungan

(reinforcement) tersebut adalah kondisionalitas. Maka, sesuai dengan definisi

umum kondisionalitas yang diungkapkan oleh Killick,173

ENP adalah bentuk

dari seperangkat peraturan yang saling mengatur, yang diambil oleh UE,

melalui janji-janji dan kebijakan nyata yang diwujudkan melalui program-

program ENP di Maroko.

Sesuai juga dengan asumsi dasar kondisionalitas, penulis melihat

bahwa program-program yang mendukung demokrasi di Maroko dalam

kerangka ENP menghasilkan progres yang dapat mendorong terwujudnya

173

Viljar Veebel, “European Union‟s Positive Conditionality Model in Pre-accession Process”,

TRAMES, Vol. 13 (63/58), No. 3 (2009), hlm. 208

Page 92: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

79

reformasi, yang dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga aspek, yaitu

pemisahan kekuasaan, penguatan peran parlemen, serta penguatan peran

organisasi masyarakat sipil Maroko dalam pembangunan demokrasi di

Maroko. Dalam hal ini, komitmen pemerintah Maroko terhadap pemisahan

kekuasaan dan menguatnya peran parlemen telah menciptakan dukungan dari

pemerintah Maroko terhadap program-program ENP, sehingga reformasi-

reformasi tersebut semakin mudah dilaksanakan.

Asumsi utama dalam konsep kondisionalitas adalah adanya kondisi

yang disyaratkan oleh negara yang membuat peraturan dan imbalan yang

dijanjikan kepada negara target. Sebagaimana telah dideskripsikan pada bab

III, UE selalu mensyaratkan kondisi tertentu pada setiap program kerjasama

dengan Maroko dalam kerangka ENP. Dalam program Partnership for

Democracy and Shared Proseperity misalnya, UE mensyaratkan adanya

progres yang jelas dalam penerapan nilai dan norma demokrasi yang

diharapkan UE kepada Maroko. Progres ini kemudian ditunjukkan oleh

Maroko dengan melakukan reformasi di bidang pemisahan kekuasaan.

Sebagai imbalannya, UE memberikan status „partner for democracy‟ dan

meningkatkan „advanced status’ untuk Maroko.

Kemudian, penulis melihat bahwa program Strengthening democratic

reform in the Southern Mediterranean yang merupakan kelanjutan program

Partnership for Democracy and Shared Proseperity adalah bentuk imbalan

lain dari UE karena Maroko berhasil melaksanakan reformasi dalam bidang

pemisahan kekuasaan. Adapun imbalan yang diberikan UE berupa dana

Page 93: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

80

bantuan sebesar 4,8 Juta Euro untuk mendanai program ini174

, dan bantuan

teknis untuk mendukung reformasi Maroko di bidang lain, yaitu penguatan

peran parlemen. Dalam program ini, UE juga memberi bantuan teknis dengan

menyediakan contoh kerangka kerja untuk parlemen Maroko. sebagian

kerangka kerja ini kemudian diadopsi sebagai kerangka kerja baru bagi

parlemen Maroko sejak tahun 2012.

Selain itu, bantuan dana sebesar 3 Juta Euro untuk mendukung

Parlemen Maroko dari program SPRING175

, yang merupakan penunjang

program-program kawasan untuk demokrasi Maroko di atas, menurut penulis

juga merupakan bentuk imbalan atas kondisi yang disyaratkan oleh UE dalam

program SPRING tersebut, yaitu adanya progres individual dari masing-

masing negara Mediterania Selatan. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa

reformasi dalam bidang pemisahan kekuasaan dan penguatan peran parlemen

adalah progres yang dipenuhi Maroko sebagai pra-syarat untuk mendapatkan

bantuan dana tersebut.

Selain dalam program-program di atas, dalam bidang penguatan peran

organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi, UE juga

mensyaratkan kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh Maroko dalam

beberapa programnya. Secara garis besar kondisi yang disyaratkan oleh UE

adalah adanya progres atau reformasi demokrasi di Maroko. Maroko sendiri

174

European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the European

Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean Partners (27 Maret 2014), hlm. 9 175

European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the

European Neighbourhood Policy Statistical Annex, (Brussels, 27 Maret 2014), hlm. 65

Page 94: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

81

berhasil melaksanakan beberapa perubahan terkait peran masyarakat sipil,

seperti melaksanakan reformasi konstitusi 2011 sebagai respon gerakan 20

Februari, dan membuka kesempatan bagi CSO Maroko untuk berafiliasi

dengan aktor internasional.

Penandatangan A New Institutional Act yang mendukung penguatan

peran partai politik pada 22 Oktober 2011 misalnya, menurut penulis

dilakukan karena Maroko telah berhasil memulai reformasi yang lebih

mendasar dalam pemerintahan yaitu reformasi di bidang pemisahan kekuasaan

dan penguatan peran parlemen. Menurut penulis, UE melihat bahwa dukungan

kepada Partai Politik, sebagai bagian dari masyarakat sipil Maroko, melalui

penandatanganan perjanjian ini perlu dilakukan agar reformasi dalam dua

bidang sebelumnya yang telah berjalan mendapat keseimbangan dan semakin

kuat dengan adanya peran dari organisasi masyarakat sipil Maroko yang

mampu mendukung reformasi tersebut.

Sementara itu, penulis melihat bahwa program-program ENP lainnya

seperti pendirian School of Political Studies dan Civil Society Forum National

Platforms oleh UE di Maroko, merupakan bentuk imbalan dari UE atas

progres demokratisasi yang ditunjukkan oleh Maroko dengan memulai

reformasi demokrasi. Meskipun bukan berupa materi atau dana bantuan,

pendirian sekolah politik dan forum diskusi ini merupakan imbalan atas

terpenuhinya kondisi yang diinginkan oleh UE yaitu adanya progres

demokratisasi yang nyata. Sebagaimana diterangkan oleh Flockhart,

kondisionalitas adalah bentuk dari pengaruh sosial (social influence) atau

Page 95: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

82

penguatan dukungan (reinforcement), yang dapat berupa materi maupun

bukan.176

Meskipun demikian, dalam program ENP lain terkait penguatan peran

organisasi masyarakat sipil, penulis melihat bahwa imbalan berupa dana

bantuan masih tetap dilakukan oleh UE. Seperti dalam program pembangunan

Civil Society Facility di Maroko, dimana UE memberikan dana bantuan setiap

tahun selama tahun 2011-2013 untuk mendukung aktor-aktor non-pemerintah

dan pemerintah lokal di Maroko.

Adapun kemudian, merujuk pada klasifikasi kondisionalitas

berdasarkan sifat-sifatnya sebagai sebuah konsep, penulis melihat bahwa

kondisionalitas dalam kerangka ENP yang dilaksanakan oleh UE di Maroko

terkait reformasi dalam tiga aspek yang telah disebutkan sebelumnya, bersifat

Ex Ante Conditionality. Seperti telah dipaparkan dalam penjelasan

sebelumnya, bahwa program-program ENP terkait tiga aspek tersebut

mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh Maroko,

namun pemenuhan kondisi tersebut telah dilaksanakan atau masih berlangsung

sebelum perjanjian atau kesepakatan kerjasama untuk program-program

tersebut ditandatangani atau disetujui.

Sebagai contoh, UE dan Maroko sepakat melaksanakan program

Strengthening Democratic Reform in the Southern Mediterranean dan

program SPRING terkait penguatan peran parlemen setelah Maroko berhasil

176

Flockhart, hlm. 15

Page 96: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

83

melaksanakan reformasi demokrasi, yang merupakan kondisi yang diinginkan

oleh UE sebelum program-program tersebut dilaksanakan. Demikian pula

program-program terkait penguatan peran organisasi Masyarakat sipil di atas,

semuanya dibentuk ketika Maroko menunjukkan progres demokratisasi yang

nyata, yang ditunjukkan dengan reformasi di bidang pemisahan kekuasaan dan

penguatan peran parlemen.

Selain bersifat Ex Ante Conditionality, menurut penulis kondisionalitas

dalam kerangka ENP ini bersifat multilateral, karena program-program

promosi demokrasi UE di Maroko tersebut dibentuk dan dilaksanakan dalam

kerangka ENP yang terdiri atas banyak negara anggota. Penulis juga melihat

bahwa kondisionalitas dalam kerangka ENP juga bersifat positif. Sifat ex ante

yang dimiliki oleh kondisionalitas ENP menunjukkan bahwa kondisionalitas

ENP juga bersifat positif. Sesuai dengan pemaparan sebelumnya, terlihat

bahwa inisiatif Maroko untuk melakukan reformasi demokrasi dalam tiga

bidang tersebut adalah bentuk dari pemenuhan kondisi yang disyaratkan oleh

UE sehingga janji UE untuk memberikan insentif tertentu dapat dipenuhi.

Merujuk pada asumsi lain dari kondisionalitas positif, penulis melihat bahwa

Maroko bersedia memenuhi kondisi yang disyaratkan oleh UE, adalah karena

keuntungan atau imbalan yang dijanjikan oleh UE jauh lebih besar daripada

biaya yang harus dikeluarkan oleh Maroko untuk memenuhi kondisi-kondisi

tersebut.

Pada pemaparan sebelumnya di bab 1, penulis menjelaskan bahwa UE

telah menggunakan kondisionalitas positif sebagai instrumennya dalam

Page 97: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

84

mendorong reformasi politik di Maroko sejak awal bergabungnya Maroko

dalam ENP.177

Namun, pada periode sebelum Revolusi Arab, kondisionalitas

positif UE tidak tepat sasaran karena hanya bergantung pada progres reformasi

selain reformasi politik, dan imbalan yang diberikan UE selalu bersifat

ekonomis, sehingga tidak mendorong terciptanya reformasi politik di Maroko.

Adapun kondisionalitas positif yang terapkan UE di Maroko pada periode

2011-2013, didasarkan pada progres reformasi politik yang jelas, dan tidak

hanya menggunakan imbalan ekonomis melainkan juga bantuan teknis yang

mendorong reformasi politik di Maroko. Pada akhirnya, beberapa perubahan

penting dalam tiga bidang politik yang direformasi oleh Maroko dapat

tercapai, seperti penggunaan kerangka kerja parlemen UE oleh Maroko.

Adapun promosi demokrasi UE dalam bentuk kondisionalitas yang

dijalankan oleh UE di Maroko seperti yang dipaparkan di atas, bila dikaitkan

kembali dengan perspektif konstruktivisme yang menjadi landasan penulis

dalam menganalisa penelitian ini, merupakan bentuk dari norma UE sendiri

yang ingin dipromosikan kepada Maroko. Merujuk pada asumsi Karen

Smith178

, kondisionalitas UE yang penulis lihat dalam penelitian ini juga

membuktikan bahwa ada signifikansi norma atau keyakinan bersama dalam

kebijakan luar negeri UE dan Maroko, yaitu norma demokrasi.

Selain itu, kondisionalitas UE tersebut juga dapat dilihat sebagai

instrumen untuk menjalankan strategi pengaruh sosial (social influence) atau

177

Lihat bab 1, hlm. 4 178

Karen E. Smith, “The Use of Political Conditionality in the EU‟s Relations with Third

Countries: How Effective?”,(ECSA International Conference, Seattle, 29 Mei-1 Juni, 1997) hlm. 3

Page 98: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

85

penguatan dukungan (reinforcement). Jadi, kondisionalitas dalam kerangka

ENP dijalankan oleh UE, sebagai aktor sosial, untuk merubah perilaku

Maroko. Kondisionalitas tersebut juga digunakan sebagai instrumen kontrol

sosial UE terhadap Maroko, sehingga bila Maroko pro terhadap perilaku sosial

yang diharapkan oleh UE, yang dalam penelitian ini adalah menerapkan

norma demokrasi, maka Maroko akan terus diberi imbalan. Dengan demikian,

UE berharap pada waktu tertentu (bila masa operasionalisasi program-

program kerjasama di tiga bidang habis), Maroko akan dapat terus

menerapkan norma demokrasi tanpa harus mendapat imbalan dari UE.

Penggunaan kondisionalitas sebagai instrumen promosi demokrasi UE

juga tertuang dalam tujuan utama ENP. Sebagaimana disebutkan dalam

dokumen Copenhagen European Council pada tahun 2002, bahwa ENP

bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai Eropa, yaitu demokrasi, melalui

kerjasama regional dan sub regional serta integrasi yang dikondisikan untuk

kestabilan politik, pembangunan ekonomi, dan pengurangan tingkat

kemiskinan. Tujuan ini menunjukkan bahwa kondisionalitas adalah cara UE

dalam mempromosikan demokrasi melalui ENP.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi demokrasi yang UE

di Maroko dalam kerangka ENP tahun 2011-2013 sesuai dengan landasan

pemikiran utama dalam penelitian ini, yaitu konstruktivisme dan dua konsep

pendukungnya, yaitu promosi demokrasi dan kondisionalitas, serta sesuai juga

dengan asumsi awal penulis yang telah dipaparkan di bab 1. Dapat disimpulkan

juga bahwa UE mempromosikan demokrasi dengan menggunakan instrumen

Page 99: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

86

kondisionalitas yang diwujudkan dalam ENP dan promosi demokrasi UE melalui

ENP ini adalah bentuk sosialisasi norma demokrasi UE di Maroko untuk

membentuk identitas kolektif UE dan Maroko. Berikut adalah keseluruhan

analisis kerangka pemikiran dan fakta-fakta dalam bab 4:

Bagan IV.1. Operasionalisasi Kerangka Pemikiran179

179

Pendapat Penulis

Kepentingan UE di Maroko:

Mendorong reformasi

demokrasi di Maroko tahun

2011-2013

Identitas Kolektif UE-

Maroko

Konstruktivisme

Norma

Identitas

Sosialisasi Norma

Promosi Demokrasi

Strategi Promosi

Demokrasi

Pengaruh Sosial

Kondisionalitas UE

Norma UE=Norma

Demokrasi

Identitas UE= Promotor

Demokrasi

Bersifat Ex Ante,

Multilateral, dan

Positif

Identitas Kolektif

UE-Maroko

Agar identitas kolektif

UE dan Maroko

terbentuk, Maka norma

demokrasi UE harus

disosialisasikan melalui

promosi demokrasi

Kondisionalitas UE dilaksanakan

melalui program-program ENP di

Maroko dalam bentuk bantuan teknis,

bantuan dana, dan peningkatan status

kemitraan

Kondisionalitas

UE=bentuk

norma UE yang

ingin

disosialisasikan

di maroko

Kepentingan UE di Maroko:

Mendorong reformasi

demokrasi di Maroko tahun

2011-2013

Konstruktivisme

Norma

Identitas

Sosialisasi Norma

Promosi Demokrasi

Strategi Promosi

Demokrasi

Pengaruh Sosial

Kondisionalitas UE

Norma UE=Norma

Demokrasi

Identitas UE= Promotor

Demokrasi

Bersifat Ex

Ante,

Multilateral, dan

Positif

Page 100: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

87

BAB V

KESIMPULAN

Promosi demokrasi Uni Eropa (UE) di Maroko dalam kerangka European

Neighborhood Policy (ENP) selama tahun 2011-2013 menunjukkan adanya proses

konstruksi sosial politik yang dilakukan oleh Uni Eropa di Maroko. Sebagaimana

telah dipaparkan sebelumnya, bahwa promosi demokrasi Uni Eropa di Maroko

dijalankan melalui beberapa cara, yaitu dengan memberi bantuan dana, bantuan

teknis, dan menaikkan status kemitraan Maroko dalam program ENP guna

mendorong proses reformasi demokrasi yang tengah berjalan di Maroko selama

tahun 2011-2013. Hal ini menunjukkan bahwa Uni Eropa berkomitmen terhadap

identitasnya sebagai promotor demokrasi, dengan berusaha mensosialisasikan

norma demokrasinya melalui cara-cara tersebut di Maroko.

Adapun penelitian ini kemudian menemukan bahwa tujuan utama UE

dalam melakukan promosi demokrasi di Maroko melalui program-program ENP

selama tahun 2011-2013 adalah terbentuknya identitas kolektif antara UE dan

Maroko sebagai aktor yang pro demokrasi. Lebih lanjut, penelitian ini juga

menemukan bahwa cara-cara yang digunakan oleh Uni Eropa dalam

mempromosikan demokrasi di Maroko melalui program-program ENP tersebut

adalah bentuk dari kondisionalitas yang diterapkan oleh UE di Maroko. Penerapan

kondisionalitas sebagai instrumen promosi demokrasi UE juga merupakan cara

yang ditempuh oleh UE dalam tujuan utama ENP untuk mempromosikan nilai-

nilai Eropa, yang salah satunya adalah demokrasi. Selain itu, dalam pemahaman

Page 101: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

88

konstruktivisme kondisionalitas UE juga dapat dilihat sebagai bentuk dari norma

UE sendiri yang ingin dipromosikan kepada Maroko.

Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa kondisionalitas yang

diterapkan oleh UE sebagai instrumennya dalam mempromosikan demokrasi di

Maroko dilaksanakan secara positif. Cara-cara UE dalam mempromosikan

demokrasi di Maroko adalah bentuk imbalan atas kondisi yang disyaratkan oleh

UE untuk dipenuhi oleh Maroko. Pemberian imbalan dilakukan UE karena

Maroko telah berinisiatif memulai reformasi demokrasi, yang dalam penelitian ini

difokuskan pada aspek pemisahan kekuasaan, penguatan peran parlemen, dan

penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi di

Maroko. Dengan kata lain, imbalan tersebut diberikan oleh UE sebagai bentuk

motivasi agar proses demokratisasi yang telah dimulai sejak reformasi konstitusi

2011 dapat terus berjalan. Hal ini dilakukan mengingat reformasi yang

dilaksanakan Maroko dalam tiga bidang tersebut selalu mengalami hambatan pada

periode-periode sebelum tahun 2011, maka peran UE dibutuhkan sebagai pemberi

tekanan agar Maroko berkomitmen terhadap reformasi yang dijalankan.

Imbalan yang diberikan UE dalam bentuk bantuan dana, bantuan teknis,

dan peningkatan status kemitraan pada akhirnya mendorong beberapa capaian

penting dalam proses reformasi demokrasi di Maroko. Dalam bidang pemisahan

kekuasaan, status mitra demokrasi dan peningkatan advanced status yang

diberikan UE semakin menguatkan komitmen Maroko dalam reformasi kekuasaan

Kerajaan dan Oposisi. Peningkatan status ini kemudian juga memperkuat

reformasi lain di Maroko, yaitu di bidang penguatan peran parlemen. Capaian

Page 102: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

89

positif Maroko dalam reformasi di bidang ini adalah penggunaan kerangka kerja

yang ditawarkan UE untuk parlemen Maroko sebagai kerangka kerja baru

parlemen Maroko sejak tahun 2012.

Selain membantu kerajaan dan parlemen Maroko, UE juga mendorong

keterlibatan masyarakat sipil Maroko dalam proses reformasi demokrasi, sebagai

pengawal reformasi demokrasi yang dilakukan pemerintah Maroko. Berbagai

kerjasama dengan Civil Society Organization (CSO) lokal Maroko dibentuk oleh

UE sejak tahun 2011, seperti pembangunan Civil Society Facility (CSF) dan

pengadaan dialog tahunan, Citizen for Dialogue. Seluruh kerjasama ini bertujuan

agar CSO lokal tersebut mampu membantu UE menjadi aktor yang kredibel dalam

promosi demokrasi di Maroko. Sebaliknya, CSO lokal Maroko juga

membutuhkan dukungan UE untuk mengawal proses reformasi demokrasi yang

sedang berjalan di Maroko.

Secara keseluruhan, pemahaman konstruktivisme sebagai landasan

pemikiran dalam penelitian ini menunjukkan bahwa UE mempromosikan

demokrasi melalui kondisionalitas sebagai bentuk pengaruh sosialnya di Maroko.

Pengaruh sosial ini kemudian mengkonstruksi pemahaman Maroko terhadap

identitas Uni Eropa sebagai promotor demokrasi dan negara yang demokratis.

Pada akhirnya pemahaman ini mendorong Maroko untuk terus berkomitmen dan

melaksanakan reformasi demokrasi dan melaksanakan program-program

kerjasama dalam ENP yang mendorong proses demokratisasi di Maroko.

Page 103: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

90

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Dawson, Carl. 2009. EU Intergration With North Africa: Trade Negotiations and

Democracy Deficits in Morocco. London: IB Tauris & Co. Ltd.

Flockhart, Trine. 2005. “Socialization and Democratization: a Tenuous but

Intriguing Link,” h. 12 di Socializing Democratic Norms: The Role of

International Organizations for the Construction of Europe. ed. Trine

Flockhart. New York: Palgrave Macmillan.

Gänzle, Stefan. 2007. “The European Neighbourhood Policy (ENP): a Strategy for

Security in Europe?” h. 110 di The Changing Politics of European

Security. ed. Stefan Gänzle dan Allen. G. Sens. New York: Palgrave

Macmillan.

Grugel, Jean. 2005. “The „International‟ in Democratization: Norms and the

Middle Ground,” h. 3 di Socializing Democratic Norms: The Role of

International Organizations for the Construction of Europe. ed. Trine

Flockhart. New York: Palgrave Macmillan.

Guggenberger, Günther. 2006. “Symbolic actions or effective endeavours? The

EU‟s activities to promote democracy in Ukraine, Moldova and Belarus.”

h. 87 di European Union and its New Neighborhood: Addressing

Challenges and Opportunities. ed. Jolanta Grigaliunaité and Sarunas

Liekis.Vilnius: Demokratiezentrum Wien.

Huntington, Samuel P. 1997. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kausch, Kristina. 2008. “Morocco,” h. 10 di Is the European Union Supporting

Democracy in its Neighbourhood?. ed. Richard Youngs. Spain: FRIDE.

Morlino, Leonardo. 2003. Democracy and Democratization. Bologna: Il Mulino

Najem, Tom Pierre. 2003. “State power and democratization in North Africa:

Developments in Morocco, Algeria, Tunisia, and Libya,” h. 188 di

Democratization in the Middle East: Experiences, Struggles, Challenges.

ed. Amin Saikal dan Albrecht Schnabel. New York: United Nation

University Press, 2003

Ruchti, Jeffry J. 2011. Morocco: Draft Text of the Constitution Adopted at the

Referendum of 1 July 2011. New York: William S. Hein & Co., Inc.

Page 104: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

91

Sater, James Nadim. 2007. Civil Society and Political Change in Morocco. New

York: Routledge.

Schimmelfennig, Frank. 2005. “The EU: Promoting Liberal-Democracy through

Membership Conditionality,” h. 107 di Socializing Democratic Norms:

The Role of International Organizations for the Construction of Europe.

ed. Trine Flockhart. New York: Palgrave Macmillan.

Sedelmeier, Ulrich. 2004. “Collective Identity,” h. 124 di Contemporary

European Foreign Policy. ed. Walter Carlsnaes, Helene Sjursen, dan Brian

White. London: SAGE Publication Ltd.

Smith, Karen E. 2005. “Engagement and conditionality: incompatible or mutually

reinforcing?”. h. 23 di Global Europe Report 2: New Terms of

Engagement, ed. Richard Youngs. London: The Foreign Policy Centre and

The British Council

Storm, Lise. 2007. Democratization in Morocco: The Political Elite and Struggles

for Power in The Post Independence State. New York: Routledge.

Whitman, Richard G. dan Stefan Wolff. 2010. “Much Ado About Nothing? The

European Neighborhood Policy in Context,” h. 3 di The European

Neighborhood Policy in Perspective: Context, Implementation and Impact.

ed. Richard G. Whitman dan Stefan Wolff. New York: Palgrave

Macmillan.

Zehfuss, Maja. 2004. Constructivism in International Relations: The Politics of

Reality. Cambridge: Cambridge University Press.

Jurnal dan Artikel Jurnal :

Behr, Timo. 2012. “The European Union‟s Mediterranean Policies after the Arab

Spring: Can the Leopard Change its Spots?”. Amsterdam Law Forum, Vol.

4, No. 2: 76-88

Belkaziz, Abdelillah. 2012. “Morocco and democratic transition: a reading of the

constitutional amendments – their context and results”, Contemporary

Arab Affairs, Vol. 5(1): 27-53. Diunduh 28 Oktober 2014

(http://dx.doi.org/10.1080/17550912.2012.645665)

Buehler, Matt. 2013. “Safety-Valve Elections and the Arab Spring: The

Page 105: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

92

Weakening (and Resurgence) of Morocco‟s Islamist Opposition Party,”

Terrorism and Political Violence Journal, No. 24: 137-156

Cavatorta, Francesco. 2006. “Civil Society, Islamism and Democratisation: The

Case of Morocco,” The Journal of Modern African Studies, Vol. 44, No. 2.

Diunduh pada 9 Oktober 2014 (http://www.jstor.org/stable/3876155): 203-

222

Freyburg, Tina et.al. 2011. “Democracy promotion through functional

cooperation? The Case of The European Neighborhood Policy”.

Democratization, Vol. 18, No. 4. Diunduh pada 17 Januari 2014

( http://dx.doi.org/10.1080/13510347.2011.584738)

Howe, Marvine. 2000. “Morocco's Democratic Experience,” World Policy

Journal, Vol. 17, No. 1. Diunduh pada 9 Oktober 2014

(http://www.jstor.org/stable/40209678): 65-70

Kahraman, Sevilay. 2005. “The European Neighborhood Policy: The European

Union‟s New Engagement Towards Wider Europe”. Perceptions: 1-28

Karacasulu, Nilüfer dan Elif Uzgören. 2007. “Explaining Social Constructivist

Contributions To Security Studies,” Perceptions Journal: 27-48

Kausch, Kristina. 2009. “The European Union and Political Reform in Morocco,”

Mediterranean Politics, Vol. 14, No. 2: 165-179

Lavenex, Sandra dan Frank Schimmelfennig. 2011. “EU democracy promotion in

the neighbourhood: from leverage to governance?,” Democratization, Vol.

18, No. 4. Diunduh Pada 7 Oktober 2014

(http://dx.doi.org/10.1080/13510347.2011.584730)

Malka, Haim dan Jon B. Alterman. 2006. “Arab Reform and Foreign Aid:

Lessons from Morocco,” CSIS Significant Issues Series, Vol. 28, No. 4: 1-

97

Molina, Irene Fernandez. 2011.“The Monarchy vs The 20 February Movement:

Who Holds the Reins of Political Change in Morocco?” Mediterranean

Politicsi, Vol. 16, No. 3. Diunduh pada 16 Agustus 2014

(http://dx.doi.org/10.1080/13629395.2011.614120):435-441

Nugroho, Ganjar. 2008. “Constructivism and International Relations,” Global &

Strategis, Th. II, No. 1: 89-110

Parmentier, Florent. 2006. “The European Neighborhood Policy as a Process of

Page 106: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

93

Democratic Norms Diffusion in Ukraine, Can The EU Act Beyond

Kondisionalitas?”. Les Cahiers europeens de Sciences Po. No. 02 (2006):

2-23.

Reinhard, Janine. 2010. “EU Democracy Promotion Through Conditionality in Its

Neighborhood: The Temptation of Membership Perspective or Flexible

Integration?”, Caucasian Review of International Affairs, Vol. 4 (3): 196-

213

Sater, James N. 2009. “Parliamentary Elections and Authoritarian Rule in

Morocco,” Middle East Journal, Vol. 63, No. 3. Diunduh pada 9 Oktober

2014 (http://www.jstor.org/stable/20622927): 381-400

Wendt, Alexander. 1992. “Anarchy is what states make of it”. The MIT Press,

Vol. 46, No. 2: 391-425

White, Gregory. 1997. “The Advent of Electoral Democracy in Morocco? The

Referendum of 1996,” Middle East Journal, Vol. 51, No. 3. Diunduh pada

9 Oktober 2014(http://www.jstor.org/stable/4329087): 388-404

Veebel, Viljar. 2009. “European Union‟s Positive Conditionality Model in Pre

accession Process”, TRAMES, Vol. 13 (63/58), No. 3: 207-231

Skripsi dan Tesis :

Kamp, Mathias. 2007. “The EU as External Democracy Promoter in Sub-Saharan

Africa-The Role of Conditionality and Positive Measures”. Skripsi:

Universities of Münster and Twente

Meyer, Eike. 2007. “Democracy Promotion by The European Union in Morocco

within The Framework of The European Neighborhood Policy”. Tesis:

Universitat Potsdam.

Rosenkӧtter, Simon. 2011. “Assessing The Impact of EU Neighborhood Policies

on Democratization in Morocco and Egypt”. Skripsi: Universiteit Twente.

Vizdoaga, Maria. 2013. “The effectiveness of the EU policies in promoting

democracy in Moldova”. Tesis: Leiden University.

Dokumen Khusus :

Akesbi, Azeddinne. 2011. “Civil Society Index for Morocco”. CIVICUS Civil

Page 107: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

94

Society Index Anlytical Country Report: International Version.

Anwar, Tasniem, Anne van Groningen, Rosa Hendriks Awuy, dan Tim Stork.

2013. “The State and Capacity of Civil Society”. Zeytun Research Paper,

Morocco Program 2012-2013, University of Amsterdam

Arieff, Alexis. 2012. “Morocco: Current Issues”. CRS Report for Congress,

Congressional Research Service

Ben Ali, Driss. 2005. “Civil Society and Economic Reform in Morocco”. ZEF

Project Research Paper, Universitat Bonn.

Council of Europe. 2011. Parliamentary Project Support Division: South

Programme

Council of Europe. 2012. Neighborhood Cooperation Priorities For Morocco

2012-2014

Daadaoui, Mohamed. 2013. “Party Politics and Elections in Morocco”. The

Middle East Institute Policy Brief, No.29.

Departemen Ekonomi dan Keuangan Maroko, “Morocco- EU Relations : Towards

an Advanced Status Partnership” (November 2007)

Dimitrovova, Bohdana. 2009. “Reshaping Civil Society in Morocco Boundary

Setting, Integration and Consolidation”. CEPS Working Document, No.

323.

Entelis, John P. 2011. “Morocco‟s “New” Political Face: Plus ça change, plus

c‟est la même chose”. Policy Brief Project on Middle East Democracy

European Commission. 2006. EU-Morocco Action Plan.

European Commission, Joint Communication to the European Council, the European Parliament, the Council, the European Economic and Social

Committee and the Committee of the regions: A Partnership for

Democracy and Shared Prosperity with the Southern Mediterranean (8

Maret 2011)

European Commission, “Joint statement by High Representative Catherine

Ashton and Commissioner Stefan Fule on the referendum on the new

Constitution in Morocco”, MEMO/11/478 (2 Juli 2011).

European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the

Page 108: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

95

European Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership

for Democracy and Shared Prosperity with the Southern Mediterranean

Partners (27 Maret 2014)

European Commission, “Joint Staff Working Document: Implementation of the

European Neighbourhood Policy Statistical Annex”, (Brussels, 27 Maret

2014)

European Commission, “Joint Communication To The European Parliament, The

Council, The European Economic and Social Committee and The

Committee of The Region: Neighbourhood at the Crossroads:

Implementation of the European Neighbourhood Policy in 2013 (27 Maret

2014)

Khakee, Anna. “Assessing Democracy Assistance: Morocco”, Fride Project

Report. Mei 2010.

Kausch, Kristina. 2008. “How serious is the EU about supporting democracy and

human rights in Morocco?”. ECFR/FRIDE Working Paper, No.01.

Kausch, Kristina. 2010. “Morocco‟s „Advanced Status‟: Model or Muddle?,”

FRIDE Policy Brief, No. 43.

Leahy, Megan. 2011. “A New Tool for Democratization within the European

Neighborhood Policy: The “Advanced Status” Program in Morocco”.

Paper Akademik, North Carolina: University of North Carolina.

Lesser, Ian O, Geoffrey Kemp, Emiliano Alessandri, dan S. Enders Wimbush.

“Morocco‟s New Geopolitics: A Wider Atlantic Perspective,” GMF

Wider Atlantic Series. Washington DC: The German Marshall Fund of the

United States, 2012.

Monjib, Maâti. 2011. “The “Democratization” Process in Morocco: Progress,

Obstacles, and the Impact of the Islamist-Secularist Divide”. Working

Paper, The Saban Center for Middle East Policy at The Brookings

Institution, No. 5.

Rhanem, Karima. “Morocco turns Arab spring into a summer of Reform”. Pidato

dalam Euro-Arab Seminar on Empowerment of Youth Organization and

Led Civil Society Initiatives (22-24 Maret 2012)

Smith, Karen E. “The Use of Political Conditionality in the EU‟s Relations with

Third Countries: How Effective?”, (ECSA International Conference,

Seattle, 29 Mei-1 Juni, 1997)

Warning, Martina. 2006. “Neighborhood and Enlargement Policy: Comparing the

Page 109: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

96

Democratization Impact of the European Union in Morocco and Turkey”.

CIRES Working Paper Series, WP4.

Wesselink, Edzard dan Ron Boschma. 2012. “Overview of the European

Neighbourhood Policy: Its History, Structure, and Implemented Policy

Measures,” SEARCH Working Paper, WP1/04.

Westminster Foundation For Democracy. 2014. “Increasing Political Participation

and Transparency in The Moroccan Parliament 2012-2015,”

Wolff Jonas dan Iris Wurm, “Towards a Theory of External Democracy

Promotion?Approximations from the perspective of International

Relations theories,” (the 51st Annual Convention of the International

Studies Association (ISA), New Orleans, 17-20 Februari, 2010)

Zemni Sami dan Koenraad Bogaert. 2006. “Morocco and the Mirages of

Democracy and Good Governance”. UNISCI Discussion Papers, No. 12.

Artikel dari Website Internet :

ENPI Info, “Morocco: new EU support for the implementation of the Advanced

Status and educational strategy,” diakses dari http://www.enpi-

info.eu/mainmed.php?id=35218&id_type=1&lang_id=450, pada 12

Oktober 2014

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “Morocco,”

diakses dari

http://ec.europa.eu/europeaid/where/neighbourhood/countrycooperation/m

orocco/morocco_en.htm pada 17 Maret 2014

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “What is the

European Neighborhood Policy,”

diakses dari http://eeas.europa.eu/enp/about-us/index_en.htm pada 3

Agustus 2014

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “How Does it

Work?,” diakses dari http://eeas.europa.eu/enp/how-it-works/index_en.htm

pada 3 Agustus 2014

EU External Action Services, European Neighborhood Policy, “The Association

Agreement EU-Morocco,” diakses dari

http://eeas.europa.eu/morocco/association_agreement/index_en.htm pada 3

Agustus 2014

EU External Action Services, “How Is It Financed?”, diakses dari

Page 110: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

97

http://eeas.europa.eu/enp/how-is-it-financed/index_en.htm pada 7 Oktober

2014

Kingdom of Morocco, Parliament The House of Representative, “Strategic Plan

for Upgrading and Enhancing The Work of The House of Representatives,”

(25 Desember 2012), diakses dari http://www.parlement.ma/en, pada 12

Oktober 2014

Kingdom of Morocco, Parliament The House of Representative, “The

Parliamentary Assembly of the Union for the Mediterranean,” diakses dari

http://www.parlement.ma/en, pada 12 Oktober 2014

Kingdom of Morocco, Parliament The House of Representatives, “The Board

Members”, diakses dari

http://www.parlement.ma/en/_organo3.php?filename=201202011459500

pada 21 November 2014

Morocco on The Move, “Morocco 2011 Parliamentary Elections,” diakses dari

http://moroccoonthemove.wordpress.com/faq-moroccos-2011-

parliamentary-elections/,diakses pada 5 Agustus 2014

Morocco on The Move, “Morocco Is Irrevisibly Comitted To Democratic Reform

and Good Governance,” diakses dari

http://moroccoonthemove.wordpress.com/press‐releases‐morocco‐delivers/

pada 22 April 2014

Page 111: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

97

LAMPIRAN

Lampiran 1

Pernyataan Štefan Füle, European Commissioner for Enlargement and

European Neighborhood Policy periode 2009-2014, terkait reformasi

demokrasi Maroko

EUROPEAN COMMISSION

MEMO

MEMO/12/24

Brussels, 20 January 2012

Š. Füle in Morocco: We stand behind your reform efforts

Rabat (20th January) – “Morocco is doing well in the reform process and the

European Union appreciates this progress,” Commissioner for Enlargement and

European Neighbourhood Policy Štefan Füle said during his visit to Rabat. “I

came here with a clear message that the Commission stands firmly behind your

reform efforts and expect these efforts to be continued,” he stressed when meeting

the Head of the Government Abdelilah Benkirane and several members of the

cabinet, as well as the leaders of both Chambers of the Parliament.

Commissioner Füle held talks with the Moroccan counterparts on the same day as

the Government presented its program to the Parliament. Commissioner Füle was

the first high-ranking EU official visiting the country after the November

legislative elections and after the appointment of the new Government headed by

Mr Benkirane.

Page 112: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

“I can express my satisfaction, that barely one year after my last visit to Rabat,

several important changes occured: a new constitution was approved in the July

referendum, free and fair elections took place and now the new government is

taking the reform agenda forward,“ Mr Füle said and added that the EU was keen

to see this reform agenda to succeed, while continuing to provide its support based

on the principles of new neighbourhood policy. “The extent of our support and

increased cooperation should reflect the needs and ambitions of our partners. For

more progress in democratic and economic reforms there will be more EU

assistance,” the Commissioner said, acknowledging that much has been achieved

in Morocco so far but that there are still important reforms to be implemented to

ensure lasting stability and a stronger and more inclusive economic development

so that the legitimate aspirations of the people could be met.

He was reassured by the determination of his interlocutors to continue and to

strengthen the transformation of their country with a “new generation of reforms”.

The partners on the Moroccan side expressed willingness to increase bilateral

cooperation and dialogue on a wide range of issues, underlining that Morocco

would be a strong and reliable partner for the EU.

In addition to the Head of Government Mr Füle held talks with the speaker of the

Chamber of Representatives Karim Ghellab, speaker of the Chamber of

Councillors Mohamed Cheikh Biadillah, Minister of Foreign Affairs Saâdeddine

El Othmanim, Minister of Economy and Finance Nizar Baraka and Minister of

Agriculture and Fisheries Aziz Akhannouch.

Commissioner Füle and Minister Baraka launched two projects financed from the

EU Neighbourhood Investment Facility to help Morocco to reduce its energy

dependency and increase efficiency in water delivery : “Both projects amount to

37 millions € in EU grants but they have a much higher value as they are

leveraging large loans from EU development banks, for a total amount of more

than 600 million euros. These are just small examples of the advantages stemming

from our support to the transformation of Morocco,” Mr Füle said. The first

project is for the Ouarzazate Solar Power Plant (€ 30 mil) and the other one for

Drinking Water Efficiency Programme (€7 mil).

During his visit to Rabat Commissioner Füle also met representatives of civil

society and discussed with them the extent and the results of the reforms

undertaken in Morocco so far, in order to gain a better understanding of citizens'

aspirations. The Commissioner explained that, under the new European

Neighbourhood Policy, there is now much a greater focus on the EU´s support for

and partnership with civil society, which has a key role in the sustainability of the

democratisation process.

Page 113: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

Lampiran 2

Press Release resmi dari European Commission untuk program-program

ENP di Southern Neighbours pasca Revolusi Arab

Catatan: data ini hanyalah bagian pembukaan dan bagian khusus Maroko dari

keseluruhan dokumen yang berjumlah 12 halaman.

EUROPEAN COMMISSION

MEMO

MEMO/11/918

Brussels, 16 December 2011

The EU's response to the 'Arab Spring'

Since the first demonstrations in Tunisia in December 2010, a wave of popular

discontent has shaken the Arab world, with people calling for dignity, democracy,

and social justice. Despite the unexpected magnitude of these uprisings, the EU has

been quick to recognise the challenges of the political and economic transition faced

by the region as a whole. It has also recognised the need to adopt a new approach to

relations with its Southern neighbours.

The EU has engaged politically with a wide range of government, opposition,

parliamentary and civil society interlocutors in the region through visits from the

President of the Commission, the President of Parliament, the HR/VP and several

Commissioners.

The EU's strategic response to the Arab Spring came as early as 8 March 2011, with

the joint communication of the High Representative/Vice President (HR/VP)

Catherine Ashton and the Commission proposing "A partnership for democracy and

shared prosperity with the Southern Mediterranean". This communication stresses

Page 114: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

the need for the EU to support wholeheartedly the demand for political

participation, dignity, freedom and employment opportunities, and sets out an

approach based on the respect of universal values and shared interests. It also

proposes the "more for more" principle, under which increased support in terms of

financial assistance, enhanced mobility, and access to the EU Single Market is to be

made available, on the basis of mutual accountability, to those partner countries

most advanced in the consolidation of reforms. This approach was further

elaborated in another joint communication on 25 May which initiated the launch of

"a new response to a changing Neighbourhood".

The EU is committed both in the short and long term to help its partners address in

particular two main challenges:

- First, to build “deep democracy”, i.e. not only writing democratic constitutions

and conducting free and fair elections, but creating and sustaining an independent

judiciary, a thriving free press, a dynamic civil society and all other characteristics

of a mature functioning democracy.

- Second, to ensure inclusive and sustainable economic growth and development,

without which democracy will not take root. A particular challenge is to ensure

strong job creation.

The EU's response in Morocco

On 2 July 2011, HR/VP Catherine Ashton and Commissioner for the ENP Stefan

Füle welcomed the positive outcome of the referendum on the new Constitution

which endorsed the reforms proposed by King Mohammed VI. They also reiterated

the EU's support for Morocco's efforts to implement these far-reaching reforms. The

EU sent an expert mission to assess the parliamentary elections of 25 November.

The setting up of the Mobility Partnership with Morocco was launched in Rabat in

October and the EU gave a new impetus to the negotiations for the new Action

Plan of the Advanced Status, which resumed in December. Moreover, the

preparatory process for the future negotiations for a Deep and Comprehensive Free

Trade Area (DCFTA) with Morocco will be launched in early 2012.

As regards financial support, the five priority areas for cooperation remain the

same: development of social policies, economic modernisation, institutional

support, good governance and human rights, and environmental protection. The

indicative budget for 2011-2013 is €580.5 million, which represents a 20% increase

in comparison with the budget of 2007-2010. Morocco also benefits from other

thematic and regional programmes and will get further support under the Civil

Society Facility and Erasmus Mundus.

Page 115: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

Lampiran 3

Press Release resmi dari European Commission untuk program SPRING

EUROPEAN COMMISSION

MEMO

MEMO/11/636

Brussels, 27 September 2011

EU response to the Arab Spring: the SPRING Programme

The Support to Partnership, Reform and Inclusive Growth – the SPRING

Programme, adopted today - directly responds to the events of the Arab Spring.

Initiatives supported by SPRING will focus specifically on two of the renewed EU

policies in the region. 180

.

Aims

The main aim is to respond to the pressing socio-economic challenges that partner

countries of the southern Mediterranean region are facing and to support them in

their transition to democracy.

Support provided through the SPRING programme will be tailored to the needs of

each country, based on an assessment of the country's progress in building

democracy and applying the 'more for more' principle. 'More for more' means that

the more a country progresses in its democratic reforms and institutional building,

the more support it can expect from the SPRING programme.

180

COM(2011)303.

Page 116: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

Implementation

Initiatives supported through the SPRING programme will complement already-

ongoing activities in partner countries, supported at EU level or bilaterally by EU

Member States, as well as by other donors.

Initiatives will be identified by EU Delegations working closely with partner

governments, EU Member States and international stakeholders.

All Southern Neighbourhood partners' countries will benefit from the programme.

Depending on conditions in each individual country, it is expected that initial

support in 2011 may go to Tunisia, Egypt, Jordan and Morocco.

Expected results

Democratic Transition

Depending on the rhythm of reform in each country, concrete results are expected in

the field of human rights and fundamental freedoms, democratic governance,

freedom of association, expression and assembly and free press and media.

Improvements in public administration, rule of law and fight against corruption ––

are also anticipated.

Sustainable and inclusive growth and economic development

Results are expected in a number of areas including a better regulatory framework

for business, increased numbers of Small and Medium Enterprises (SMEs); as well

as a reduction in internal social and economic disparities.

Funds

Amount : €350 million

- €65 million will be committed in 2011

- €285 million will be committed in 2012 (subject to the approval of the

Budgetary Authority)

Budget Source: European Neighbourhood and Partnership Instrument (ENPI)

Duration: 2011 - 2012

Page 117: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

Lampiran 4

Press Release resmi dari European Commission untuk program Civil Society

Facility

EUROPEAN COMMISSION

MEMO

MEMO/11/638

Brussels, 27 September 2011

EU response to the Arab Spring: the Civil Society Facility

The Communication on “A new response to a changing Neighbourhood” - the

culmination of a comprehensive review of the European Neighbourhood Policy

launched in 2010, outlines a new approach towards the EU‟s neighbours to the East

and South, based on mutual accountability and a shared commitment to respecting

universal values, international human rights standards, democracy and the rule of

law.

Acknowledging civil society‟s role to contribute to policy-making and hold

governments to account, the Communication commits to supporting a greater role

for them through a partnership with societies, helping non-state actors develop their

advocacy capacity the ability to monitor reform and their role in implementing,

monitoring and evaluating EU programmes.

It also paves the way for more intensive engagement with all those stakeholders

who are already involved in the implementation of the Eastern Partnership. Most

importantly, it proposes the establishment of a Civil Society Facility to provide

funding for non-state actors.

Page 118: Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27399/1/TISA... · demokrasi dapat dijelaskan secara normatif sebagai bentuk

The Facility is also referenced in the Communication on “A Partnership for

Democracy and Shared Prosperity with the Southern Mediterranean”181

, outlining

the EU‟s response to recent events in the Neighbourhood South.

The Components of the Civil Society Facility 2011-2013

The Neighbourhood Civil Society Facility is made up of three components, to be

funded over 2011-2013:

Component 1: Strengthening capacity of civil society, through exchanges of good

practice and training, to promote national reform and increase public accountability,

to enable them to become stronger actors in driving reform at national level and

stronger partners in the implementation of ENP objectives.

Component 2: Strengthening non-state actors through support to regional and

country projects, by supplementing the funding available through thematic

programmes and instruments.

Component 3: Promoting an inclusive approach to reforms by increasing the

involvement of non-state actors in national policy dialogue and in the

implementation of bilateral programmes.

Funds

Amount: €22M

Budget Source: European neighbourhood and partnership instrument (ENPI)

Duration: 2011-2013

181

COM(2011)200