BAB I PENDAHULUAN -...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesir merupakan sebuah negara yang menciptakan sejarah dan kisah yang beraneka ragam, mulai dari kisah cinta hingga kuasa, mulai dari kisah ilmu pengetahuan hingga peradaban kemanusiaan. Oleh karena itu, negara ini dijuluki sebagai Ibu Dunia (ummu ad-dunya> ) karena dianggap sebagai tolak ukur peradaban dunia yang menyimpan ribuan cerita di dalamnya (Sholeh, 2013: 213). Akan tetapi, pada tahun 20112013 Mesir diguncang dengan adanya sebuah transisi menuju demokrasi yang memicu terjadinya sebuah revolusi. Sebelum revolusi terjadi di Mesir, Negara Tunisia merupakan negara pertama yang menjadi tempat lahirnya revolusi di wilayah Timur Tengah. Gelombang revolusi yang terjadi di Dunia Arab inilah yang kemudian sering disebut sebagai Arab Spring. Istilah tersebut jika diartikan secara literal bermakna pemberontakan Arab, sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa Arab Spring merupakan istilah untuk kebangkitan Dunia Arab atau pemberontakan yang dimulai di Tunisia pada musim semi, Desember 2010 (Kompasiana, 2012). Sejak saat itu Arab Spring tidak hanya terjadi di Tunisia dan Mesir, melainkan semakin meluas hingga ke negara-negara lain, seperti Libya,

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mesir merupakan sebuah negara yang menciptakan sejarah dan kisah

yang beraneka ragam, mulai dari kisah cinta hingga kuasa, mulai dari kisah

ilmu pengetahuan hingga peradaban kemanusiaan. Oleh karena itu, negara ini

dijuluki sebagai Ibu Dunia (ummu ad-dunya>) karena dianggap sebagai tolak

ukur peradaban dunia yang menyimpan ribuan cerita di dalamnya (Sholeh,

2013: 213). Akan tetapi, pada tahun 2011–2013 Mesir diguncang dengan

adanya sebuah transisi menuju demokrasi yang memicu terjadinya sebuah

revolusi.

Sebelum revolusi terjadi di Mesir, Negara Tunisia merupakan negara

pertama yang menjadi tempat lahirnya revolusi di wilayah Timur Tengah.

Gelombang revolusi yang terjadi di Dunia Arab inilah yang kemudian sering

disebut sebagai Arab Spring. Istilah tersebut jika diartikan secara literal

bermakna pemberontakan Arab, sedangkan pendapat lain mengemukakan

bahwa Arab Spring merupakan istilah untuk kebangkitan Dunia Arab atau

pemberontakan yang dimulai di Tunisia pada musim semi, Desember 2010

(Kompasiana, 2012).

Sejak saat itu Arab Spring tidak hanya terjadi di Tunisia dan Mesir,

melainkan semakin meluas hingga ke negara-negara lain, seperti Libya,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

2

Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

Lebanon, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Pemberontakan demi

pemberontakan yang terjadi di negara-negara Arab tersebut memiliki tujuan

yang hampir sama, yaitu ingin menggulingkan diktator yang berkuasa di

negara Timur Tengah (Agastya, 2013: 11).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Arab Spring adalah

sebentuk protes massa yang bertujuan menggulingkan, menurunkan,

melengserkan, serta mengkudeta para pemimpin negara karena telah bertindak

diktator, otoriter, korup, dan menindas rakyat dalam memimpin (Agastya,

2013: 12). Hal tersebut sesuai dengan keadaan yang dialami Negara Mesir

karena awal mula terjadinya revolusi bersumber dari keinginan masyarakat

Mesir yang menuntut agar kepemimpinan diktator dan otoriter segera dihapus.

Dilihat dari sejarah Arab Spring, Mesir adalah satu-satunya negara

Timur Tengah yang mengalami revolusi dua kali dalam dua tahun. Hingga

penelitian ini selesai dilakukan, peristiwa tersebut belum pernah terjadi di

negara mana pun dalam konteks Arab Spring. Kedua revolusi tersebut

mengakibatkan munculnya aksi demonstrasi secara besar-besaran di Negara

Mesir (Agastya, 2013: 42).

Demonstrasi pertama terjadi pada tanggal 25 Januari 2011. Hampir

seperempat juta rakyat Mesir memenuhi alun-alun Tah}ri>r Square di Kairo

untuk menuntut agar Presiden Muḥammad Ḥusni Sa‘i>d Muba>rak yang telah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

3

memerintah negara tersebut sejak 14 Oktober 1981 segera turun dari

jabatannya. Tuntutan rakyat terpenuhi dengan mundurnya Presiden Muba>rak

pada tanggal 11 Februari 2011 (Tamburaka, 2011: 66–76).

Adapun demonstrasi kedua terjadi pada 30 Juni 2012, tepat satu tahun

setelah dilantiknya presiden baru Mesir, Muḥammad Muḥammad Mursī ʻĪsa

al-‘Ayyāṭ yang merupakan pimpinan organisasi Ikhwa>nul Muslimi>n. Salah

satu yang melatarbelakangi revolusi Mesir kedua ini ialah Mursī dianggap

tidak mampu memberikan harapan dalam pemulihan stabilitas ekonomi. Hal

lain yang mendorong terciptanya revolusi Mesir ialah adanya tiga kekuatan

besar yang mencoba untuk mengkudeta kepemimpinan Mursī, yakni kekuatan

liberal, nasionalis, dan sekuler. Mereka menganggap bahwa kekuatan

Ikhwa>nul Muslimīn menjadi kekuatan yang ditakuti oleh Barat, sehingga

organisasi ini harus segera dihapus dan orang-orang yang berada di dalamnya

harus dilengserkan (Agastya, 2013: 70).

Selama revolusi Mesir berlangsung, secara khusus demonstran

mengecam tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan

kalimat berupa sindiran, ancaman, dan harapan. Mereka menggunakan media

pamflet, brosur, baliho, spanduk, dan poster yang bertujuan untuk

menggambarkan ekpresi protes mereka terhadap pemerintah melalui bahasa.

Salah satu media yang efektif dan efisien adalah pamflet. Pamflet

dinilai lebih efektif karena demonstran dapat menuliskan gagasan atau ide

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

4

yang ada di pikiran mereka secara spontan tanpa perlu memikirkan unsur seni

tulis maupun unsur seni rupanya, sedangkan dinilai lebih efisien karena tidak

memakan banyak tempat dan biaya. Adapun dalam pembuatannya, informasi

dalam pamflet ditulis dalam bahasa yang ringkas dan dimaksudkan agar

mudah dipahami dalam waktu singkat (Slametrianto, 2009: 1).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 2013: 1006)

disebutkan bahwa pamflet adalah surat selebaran. Namun menurut Riski

(2012), pamflet diartikan sebagai tulisan yang dapat disertai dengan gambar

atau tidak disertai gambar, tanpa penyampulan maupun penjilidan, yang

dicantumkan pada selembar kertas di satu sisi atau kedua sisinya yang

bertujuan untuk mempengaruhi massa. Adapun menurut arti yang negatif

(peyoratif), pamflet adalah surat selebaran untuk menyerang seseorang atau

mitra tutur dengan cara membusuk-busukkan atau menghinanya. Pamflet juga

telah menjadi alat penting bagi protes politik dan kampanye.

Bahasa yang digunakan dalam pamflet dapat berupa kata, kalimat,

maupun frasa yang berbentuk sindiran, kecaman, protes, atau bahkan

ungkapan rasa kecewa yang disampaikan oleh para demonstran. Bahasa yang

dipahami sebagai kekhasan tersebut memunculkan beberapa spekulasi yang

tentu saja harus saling berkaitan. Kemudian dari fenomena-fenomena tersebut

muncul praanggapan yang dapat dibuktikan dengan melihat realita yang ada.

Inilah yang disebut dengan praanggapan dalam ranah kajian pragmatik atau

biasa disebut dengan presuposisi. Candrawati (2011: 8) menyebutkan bahwa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

5

presuposisi dibutuhkan dalam melakukan interaksi percakapan yang efektif

dan efisien (seperti yang terdapat dalam pamflet), karena semakin banyak

presuposisi yang dibagi bersama oleh penutur dan mitra tuturnya, diasumsikan

akan semakin efektif dan efisien komunikasi yang berlangsung.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka pamflet demonstrasi Arab

Spring yang terjadi di Negara Mesir, dapat diteliti berdasarkan sudut pandang

analisis presuposisinya dengan menitikberatkan pada jenis-jenis presuposisi

serta pengklasifikasian pamflet demonstrasi Arab Spring di Negara Mesir

berdasarkan modus kalimatnya. Adapun objek material dalam penelitian ini

adalah pamflet-pamflet yang digunakan dalam demonstrasi Arab Spring,

khususnya saat revolusi yang terjadi dua kali dalam dua tahun di Mesir,

sedangkan objek formalnya adalah bahasa yang terdapat dalam objek material

dan kemudian dianalisis menggunakan presuposisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. apa saja jenis presuposisi yang digunakan dalam pamflet

demonstrasi Arab Spring di Negara Mesir,

b. apa saja modus kalimat yang digunakan pada presuposisi dalam

pamflet demonstrasi Arab Spring di Negara Mesir,

c. apa maksud dari pamflet-pamflet tersebut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

6

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang presuposisi dalam pamflet demonstrasi Arab Spring

di Negara Mesir memiliki tiga tujuan utama, yaitu :

a. mengetahui jenis-jenis presuposisi yang digunakan dalam pamflet

demonstrasi Arab Spring di Negara Mesir,

b. mendeskripsikan berbagai bentuk modus kalimat yang mengacu

pada presuposisi menurut kajian yang digunakan dan sesuai

dengan objek materialnya,

c. mendeskripsikan maksud dari pamflet-pamflet tersebut.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini, berkaitan

dengan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang terkait dengan dunia politik, pernah diteliti oleh Rahayu

(2002) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Wacana Kampanye Politik”.

Salah satu pembahasan dalam penelitian tersebut ialah penggunaan bahasa

dalam kampanye politik, di mana bahasa merupakan ruang pergelaran kuasa-

kuasa tertentu yang dapat menggeser praktik-praktik sehingga menyebabkan

punahnya suatu orde tatanan sosial lama dan menciptakan orde tata sosial

baru, dengan bahasa sebagai rezim yang berkuasa. Jadi, dalam hal ini bahasa

dijadikan sebagai alat komunikasi politik. Komunikasi politik tidak bisa

dilepaskan dari adanya bahasa yang mengarah pada penyampaian pesan,

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

7

himbauan, harapan, dan permintaan yang dikemas dengan menggunakan

lambang-lambang atau pesan-pesan yang dapat mewakili ide atau pikiran para

penuturnya.

Penelitian presuposisi/praanggapan pernah dilakukan oleh Paramytha

(2009), mahasiswa Prodi Indonesia, UI Jakarta dalam skripsinya

“Praanggapan dalam Film Janji Joni”. Penelitian tersebut menghasilkan

kesimpulan tentang pendeskripsian praanggapan-praanggapan yang muncul

dalam adegan film dan juga pengklasifikasian jenis-jenis praanggapan yang

didukung oleh konteks situasi, partisipan, dan pengetahuan bersama. Film

tersebut memunculkan lima jenis praanggapan sesuai dengan teori Yule

(2006: 46), di antaranya praanggapan eksistensial, praanggapan faktual/faktif,

praanggapan non-faktual/non-faktif, praanggapan leksikal, dan praanggapan

berkebalikan/konterfaktual. Hanya jenis praanggapan struktural-lah yang tidak

muncul dalam adegan film tersebut.

Berkaitan dengan objek material yang digunakan, penelitian terhadap

pamflet pun sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam skripsi yang berjudul

“Jenis Tindak Tutur Perintah Mematikan Handphone dalam Pamflet-Pamflet

pada Masjid-Masjid di Kota Isma>‘iliyyah” yang ditulis oleh Maulani tahun

2010. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa pragmatik merupakan

studi bahasa tentang pengungkapan maksud penutur dalam suatu bahasa yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

8

dipengaruhi oleh konteks yang mendukungnya. Konteks yang dimaksudkan

adalah konteks sosial dan konteks sosietal.

Konteks tersebut dapat dipahami melalui tulisan yang terdapat dalam

pamflet-pamflet perintah mematikan handphone di masjid-masjid yang ada di

Kota Ismā‘iliyyah, Mesir. Berdasarkan konteksnya, maka dapat ditentukan

jenis tindak tutur yang digunakan. Sesuai dengan tujuan penggunaannya,

pamflet-pamflet pada masjid-masjid di Kota Ismā‘iliyyah dimaksudkan untuk

memerintahkan kepada mitra tutur agar mematikan handphone ketika

memasuki masjid agar tidak mengganggu kekhusyu’an sholat.

Sementara itu, penelitian yang berkaitan dengan presuposisi juga telah

dilakukan pada jenjang Strata 2 prodi Linguistik oleh Candrawati pada tahun

2011. Adapun judul penelitiannya “Implikatur dan Presuposisi dalam

Interaksi Berbahasa (Studi Kasus terhadap Tuturan Tokoh Utama dalam

Dwilogi Film Before Sunrise dan Before Sunset)”. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa dalam film Before Sunrise dan Before Sunset terdapat

dua kelompok besar mengenai presuposisi, yaitu: presuposisi yang berhasil

diidentifikasi melalui pemicu presuposisinya, dan kegagalan presuposisi yang

dibuat oleh pelaku tutur (penutur).

Penelitian yang berkaitan dengan presuposisi dengan objek material

berbeda, dilakukan oleh Lestari (2012), salah satu mahasiswa Prodi Jerman,

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Jakarta, dalam skripsinya berjudul

“Analisis Wacana Die Kofferbombe: Tinjauan Terhadap Gaya Bahasa, Prinsip

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

9

Kerja Sama, Presuposisi, dan Pemarkah Kohesi”. Hasil penelitian tersebut

ialah teks satire Die Kofferbombe menggunakan beberapa gaya bahasa,

terutama ironi dan hiperbola. Pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat

dalam teks ini digunakan satiris untuk menciptakan humor dan

menyampaikan kritiknya. Presuposisi muncul ketika salah satu tokoh (A)

menjadi salah tingkah karena ia dititipi sebuah koper oleh tokoh lain (B) yang

menurutnya adalah seorang teroris. Oleh karenanya, tokoh A menganggap

bahwa isi tas koper tokoh B adalah bom. Adapun pemarkah kohesi dalam teks

ini berfungsi untuk mengaitkan tema dengan isi cerita.

Senada dengan penelitian mengenai demonstrasi yang terjadi di

wilayah Timur Tengah (Arab Spring), juga telah dibahas sebelumnya oleh

Rokhman (2013) dalam skripsi “Wacana dalam Poster Demonstrasi

Pelengseran Presiden Suriah, Basysyār al-Asad”. Dalam penelitian tersebut

disimpulkan bahwa poster demonstrasi merupakan bentuk ungkapan kritik

seorang demonstran terhadap berbagai masalah yang berkembang di tengah-

tengah masyarakat. Umumnya subjek berupa kritikan terhadap kondisi sosial,

ekonomi, budaya, dan politik.

Mengacu pada hasil pengamatan di atas, penelitian mengenai keadaan

politik di negara Timur Tengah dengan menggunakan kajian pragmatik,

khususnya presuposisi, menarik untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu,

peneliti merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan penelitian tentang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

10

hal yang berkenaan dengan presuposisi dalam pamflet demonstrasi Arab

Spring di Negara Mesir dengan analisis pragmatik.

1.5 Landasan Teori

A. Pragmatik

Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik dengan konsep dasar

analisisnya berupa presuposisi atau lebih dikenal dengan sebutan

praanggapan. Parker (1986: 11) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut:

Pragmatics is the study of how language is used to communicate.

Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal

structure of language. Pragmatics is the study of how language is used

to communicate.

‘Pragmatik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana

sebuah bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Pragmatik berbeda

dengan tata bahasa yang merupakan kajian struktur bahasa secara

internal. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan

dalam komunikasi.’

Hal serupa juga diutarakan oleh Wijana (1996: 1) yang memberikan

penjelasan bahwa pragmatik ialah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu

digunakan di dalam komunikasi. Leech (1993: ix) menambahkan bahwa

pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi mengenai makna ujaran dalam

situasi-situasi tertentu. Oleh karenanya, pragmatik berbeda dengan tata bahasa

karena pragmatik pada intinya bersifat evaluatif dan berorientasikan tujuan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

11

Adapun pengertian pragmatik menurut Verhaar (2010: 14) ialah cabang

ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa

sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan

tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan.

Berkaitan dengan pragmatik sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa

tersebut, Nah}lah (2011: 9) berpendapat bahwa pragmatik memfokuskan

kajiannya tentang hubungan tanda-tanda dengan penafsirannya.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan, dapatlah diketahui bahwa

pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang

maksud ujaran sesuai dengan tanda-tanda bahasa, sehingga dapat dipahami

oleh penutur maupun mitra tutur sesuai konteks yang terdapat dalam tuturan

tersebut.

B. Presuposisi

Chaer dan Leoni (1995: 74) membagi empat fenomena dalam ranah

kajian pragmatik, yaitu: tindak tutur, deiksis, presuposisi, dan implikatur

percakapan. Adapun penelitian dalam pamflet demonstrasi Arab Spring di

Negara Mesir dilakukan menggunakan fenomena presuposisi. Presuposisi

(dalam tindak tutur) adalah makna atau informasi “tambahan” yang terdapat

dalam ujaran yang digunakan secara tersirat.

Di samping itu, pengertian presuposisi ialah sesuatu yang diasumsikan

oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan, karena

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

12

yang memiliki presuposisi adalah penutur, bukan kalimat (Yule, 2006: 43).

Sementara Cummings (1999: 42) menerangkan presuposisi merupakan

asumsi-asumsi atau inferensi-inferensi yang tersirat dalam ungkapan-

ungkapan linguistik tertentu. Namun tidak semua inferensi yang tersirat dalam

ungkapan-ungkapan linguistik tertentu merupakan praanggapan-praanggapan

yang tepat terhadap suatu ujaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa

presuposisi berarti suatu kesimpulan awal penutur sebelum melakukan

tuturan, dengan syarat apa yang akan disampaikan oleh penutur tersebut juga

dapat dipahami oleh mitra tutur.

Levinson (1983: 204–205) menyimpulkan bahwa definisi mengenai

presuposisi pragmatik mengandung dua hal pokok, yakni kesesuaian atau

kepuasan, dan pengetahuan bersama atau kesamaan/asumsi bersama.

Berkaitan dengan kegiatan tutur, Levinson (1983: 167) juga menyatakan

bahwa pada dasarnya presuposisi dalam pengambilan sejumlah kesimpulan

tidak didasarkan pada faktor semantik dalam arti sempit, tetapi lebih pada

faktor-faktor kontekstual yang sangat sensitif.

Menurut Wijana (2011: 37), sebuah kalimat dapat mempresuposisikan

dan mengimplikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan

mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua

(jika dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang

mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

13

Dengan demikian, secara singkat presuposisi dapat dikatakan sebagai

suatu ungkapan yang mempunyai nilai benar atau salah yang dibuktikan

ketika melihat realita yang ada, sehingga memunculkan makna tersirat yang

sama-sama dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Pernyataan itu lebih lanjut

dapat dipertimbangkan melalui tuturan berikut:

a. Dia berhenti merokok = p

b. Dulu dia biasa merokok = q

c. p >> q

Rumus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Simbol ‘>>’ berarti ‘yang

dipra-anggapkan’. Pernyataan di atas diartikan bahwa p dianggap sebagai

kenyataan dan q sebagai presuposisi (Yule, 2006: 44).

Karena penelitian ini mengambil pamflet demonstrasi sebagai objek

materialnya dan presuposisi sebagai objek formalnya, maka penelitian ini

memfokuskan pada jenis presuposisi dan modus kalimat yang digunakan.

Menurut Yule (2006: 46–51), ada enam jenis presuposisi/praanggapan, yaitu :

a. Presuposisi Eksistensial : suatu praanggapan yang menunjukkan

eksistensi/keberadaan/jati diri referen yang diungkapkan dengan kata

yang definit (langsung). Contoh : Anjing Mary itu cantik (>> Mary

mempunyai seekor anjing).

b. Presuposisi Faktif : suatu praanggapan di mana informasi yang

dipraanggapkan mengikuti kata kerja dan dapat dianggap sebagai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

14

kenyataan. Contoh : Kami menyesal mengatakan padanya (>> Kami

mengatakan padanya).

c. Presuposisi Leksikal : suatu praanggapan di mana makna yang

dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan

bahwa suatu makna lain dapat dipahami. Contoh : Anda terlambat lagi

(>> Sebelumnya Anda terlambat).

d. Presuposisi Non-Faktif : suatu praanggapan yang diasumsikan tidak

benar. Contoh : Saya bermimpi bahwa saya kaya (>> Saya tidak kaya).

e. Presuposisi Struktural : mengacu pada struktur kalimat-kalimat

tertentu dan telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan

konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan

kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara

konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana)

sudah diketahui sebagai masalah. Contoh : Kapan dia berangkat? (>>

Dia berangkat).

f. Presuposisi Konterfaktual : berarti bahwa yang dipraanggapkan tidak

hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar

atau bertolakbelakang dengan kenyataan. Contoh : Andaikata Anda

temanku, Anda akan menolongku (>> Anda bukan temanku).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

15

Dalam memahami suatu bahasa yang akan dikaji menurut penuturnya,

tidak cukup hanya diklasifikasikan berdasarkan jenis praanggapannya saja,

tetapi juga harus bisa dipahami berdasarkan modus kalimat yang digunakan

dalam pamflet tersebut. Tujuannya agar diketahui latar belakang terjadinya

tuturan tersebut. Modus merupakan pengungkapan atau penggambaran

suasana psikologis perbuatan, menurut tafsiran si pembicara atau sikap si

pembicara tentang apa yang diucapkannya (Chaer, 1994: 258). Adapun

macam-macam modus kalimat adalah sebagai berikut :

a. Modus indikatif atau modus deklaratif : modus yang menunjukkan sifat

obyektif atau netral. Contoh : Dia sudah berangkat. (Verhaar, 2010: 248)

b. Modus optatif : modus yang menunjukkan harapan atau keinginan. Di

dalam bahasa Indonesia, modus optatif menggunakan unsur leksikal,

seperti moga-moga, semoga¸ atau hendaknya. Contoh : Semoga ia

berhasil. (Verhaar, 2010: 254)

c. Modus imperatif : modus yang menyatakan perintah atau larangan.

Contoh : Pergilah ! (Verhaar, 2010: 257)

d. Modus interogatif : modus yang menyatakan pertanyaan.

Contoh : Apakah mereka datang terlambat? (Verhaar, 2010: 250)

e. Modus obligatif : modus yang menyatakan keharusan.

Contoh : Dia harus pergi. (Alwi, 1992: 115)

f. Modus desideratif : modus yang menyatakan keinginan/kemauan.

Contoh : Kami ingin belajar linguistik. (Verhaar, 2010: 254)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

16

g. Modus kondisional : modus yang menyatakan persyaratan.

Contoh : Kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi. (Chaer, 1994: 244)

Selain menjelaskan jenis presuposisi dan modus kalimat, penelitian ini

juga akan memaparkan maksud yang terkandung dalam bahasa pamflet

demonstrasi di Negara Mesir. Pengertian maksud menurut KBBI ialah: (1)

sesuatu yang dikehendaki, atau dapat diartikan pula sebagai tujuan; (2) arti;

makna (dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa) (Tim Penyusun, 2013:

865). Sehubungan dengan pragmatik, salah satu hal yang dikaji ialah maksud

penutur (speaker meaning) atau (speaker sense), sehingga maksud yang

diutarakan oleh penutur terikat dengan situsasi tutur (Wijana, 1996: 3).

Wijana (1996: 10–11) juga menyatakan bahwa terdapat sejumlah aspek yang

senantiasa harus dipertimbangkan dalam studi pragmatik yang dikemukakan

oleh Leech (1993: 20), di antaranya ialah aspek mengenai tujuan tuturan.

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu, sehingga di dalam pragmatik, berbicara

merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities).

Adapun bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk

menyatakan maksud yang sama, atau bahkan sebaliknya. Oleh karena itu,

mitra tutur harus mampu memahami maksud yang disampaikan penutur guna

mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud

adalah apa yang dikehendaki penutur.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

17

Sebagaimana disebutkan dalam (1.3, c), bahwasanya salah satu tujuan

dalam penelitian ini ialah agar mengetahui maksud tuturan yang terdapat

dalam pamflet demonstrasi revolusi Mesir. Maksud tersebut dapat

tersampaikan jika antara penutur dan mitra tutur memiliki pemahaman dan

pengetahuan yang sama yang melatarbelakangi sebuah tuturan serta konteks

situasi yang terjadi dalam tuturan, sehingga apabila tidak terjadi

kesinambungan di dalamnya, maka maksud dari tuturan tersebut tidak akan

tersampaikan sebagaimana mestinya (Wijana, 2011: 15–16).

1.6 Metode Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus dapat memilih dan

menentukan metode yang tepat dan mungkin dilaksanakan (feasible) guna

mencapai tujuan penelitian (Azwar, 2014: 19), sehingga metode juga harus

disesuaikan dengan teori yang digunakan. Bagian ini menjelaskan cara

penelitian yang akan dilakukan, yang di dalamnya mencakup bahan atau

materi penelitian, alat, jalan penelitian, variabel dan data yang hendak

disediakan dan analisis data (Mahsun, 2012: 72). Dalam penelitian ini akan

ditempuh tiga tahapan strategis, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis

data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993: 5).

Pada tahap awal, peneliti melakukan pengamatan dan menyimak

penggunaan bahasa yang terdapat dalam pamflet-pamflet demonstrasi revolusi

Mesir. Adapun metode simak dilakukan dengan menyimak gambar-gambar

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

18

atau foto-foto pamflet yang diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda,

yaitu: pertama, media elektronik berupa internet; www.almasryalyoum.com,

www.arrahmah.com, www.eramuslim.com, www.islamtimes.org, http://media.

elwatannews.com, www.muslimina.blogspot.com, www.republika.co.id, www.

sinaimesir.net. Kedua, media cetak berupa surat kabar harian yang terdapat di

Mesir; al-Ahra>m. Ketiga, berupa photostream yang diambil dari buku

dokumenter berjudul S|aurah ʻala> D{ifa>f an-Ni>l (A Presentation of Revolution

on the Nile - 25 January) cetakan tahun 2011.

Setelah dilakukan tahapan awal, maka dilanjutkan dengan teknik sadap

sebagai teknik dasarnya dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Peneliti

menyadap penggunaan bahasa yang ada di dalam pamflet-pamflet tersebut,

lalu dilanjutkan dengan mencatat data yang diperoleh. Data yang dimaksud

berupa kata, frasa, kalimat (ujaran) yang dijadikan sebagai objek sasaran

penelitian. Dalam teknik catat, data yang telah diperoleh dicatat pada kartu

data. Setelah terkumpul, data yang terdapat pada kartu data diklasifikasikan

berdasarkan jenis dan bentuknya.

Pada tahap kedua, yakni tahap analisis data, terlebih dahulu dilakukan

pengelompokan data sesuai dengan jenisnya. Menurut Mahsun (2012: 117),

tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena

kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh.

Metode yang digunakan pada tahap ini ialah metode kontekstual. Adapun

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

19

Wijana (1996: 10–11) menyatakan konteks yang demikian itu dapat disebut

dengan konteks situasi tutur (speech situational contex) yang dimiliki bersama

oleh penutur dan mitra tutur serta yang mendasari atau yang mewadahi sebuah

pertuturan.

Tahap akhir dari rangkaian penelitian ialah tahap penyajian hasil

analisis data. Sudaryanto (1986: 62) mengemukakan bahwa salah satu tahap

penyajian hasil analisis data dilakukan secara informal, yakni

mendeskripsikan hasil analisis dengan menggunakan perumusan yang

dituangkan dalam bentuk tulisan dengan menggunakan kata-kata biasa.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca mengetahui bagian-bagian penting

dalam penelitian, maka berikut akan dipaparkan mengenai sistematika

penulisan penelitian yang tersususun tiga bab, yaitu sebagai berikut :

Bab I berisi pendahuluan yang memuat 8 (delapan) sub-bab, yakni:

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan

teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi

Arab-Latin.

Bab II berisi tentang analisis jenis-jenis presuposisi, modus kalimat,

dan maksud tuturan yang terdapat dalam pamflet demonstrasi Arab Spring di

Negara Mesir. Tentu saja jenis-jenis tersebut disesuaikan dengan analisis data

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

20

yang telah dilakukan sebelumnya guna mengetahui persamaan dan perbedaan

antar jenis presuposisi yang terdapat pada ranah kajian pragmatik.

Bab III berisi kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian.

1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.: 158/1987 dan 0543

b/U/1987. Secara garis besar pedoman transliterasi Arab-Latin adalah sebagai

berikut.

1. Konsonan

Konsonan bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf hijaiyyah,

dalam transliterasi sebagian dilambangkan dengan huruf, sebagian dengan

tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus.

No Huruf Arab Nama Huruf Latin

Alif tidak dilambangkan ا 1

Ba Be ب 2

Ta Te ت 3

S|a Es (dengan titik di atas) ث 4

Jim Je ج 5

H{a Ha (dengan titik di bawah) ح 6

Kha Ka dan Ha خ 7

Dal De د 8

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

21

Z|al Zet (dengan titik di atas) ذ 9

Ra Er ر 10

Za Zet ز 11

Sin Es س 12

Syin Es dan Ye ش 13

S{ad Es (dengan titik di bawah) ص 14

D{ad De (dengan titik di bawah) ض 15

T}a Te (dengan titik di bawah) ط 16

Z}a Zet (dengan titik di bawah) ظ 17

ain ‘ (koma terbalik di atas)‘ ع 18

Gain Ge غ 19

Fa Ef ف 20

Qaf Qi ق 21

Kaf Ka ك 22

Lam El ل 23

Mim Em م 24

Nun En ن 25

Wawu We و 26

Ha Ha ه 27

Hamzah ’ (apostrof) ء 28

Ya Ye ي 29

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

22

2. Vokal

Vokal dalam bahasa arab terdiri atas vokal pendek, diftong, dan vokal

panjang. Adapun transliterasinya sebagai berikut.

Contoh: ب ت ك /kataba/ ان م /na>ma/ ف ي ك /kaifa/

/zaujun/ ز و ج /yasi>ru/ ي سي ر /su’ila/ سئل

ه ب /yaqu>lu/ ي قو ل /yaz\habu/ ي ذ

3. Ta’ Marbu>t}ah

a. Ta’ marbu>t}ah pada suku kata terbuka transliterasinya adalah /t/, contoh:

’raud}atul-at}fa>l‘ ال ف ط ل ا ة ض و ر

b. Ta’ marbu>t}ah pada suku kata tertutup transliterasinya adalah /h/, contoh:

ئنة ’nafsul-mut}mainnah‘ ن ف س ال مط م

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

...ى a ـ ai ...ي <a ...ا

...يـ i ـ i> و... au

... و u ـ u>

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

23

4. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau /tasydi>d/ ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan

yang mendapatkan syaddah itu. Contoh: huruf ‘Ba’ syaddah fath{ah{ pada

kata نا ب ر ‘rabbanā’

5. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan

dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata

sandang itu. Contoh:

اء س الن /an-nisā’u/

b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai

dengan aturan yang digariskan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

م ل الق /al-qalamu/

6. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof bagi hamzah yang terletak di

tengah ( ن و ذ خ ت ) “ta’khużūna” dan di akhir kata ( ء ي ش ) “syai’un”. Adapun

hamzah yang terletak di awal kata tidak dilambangkan ( إن) “inna”.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78803/potongan/S1-2015... · 2 Yaman, Bahrain, Suriah, Oman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Kuwait,

24

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun h}arf, ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim

dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang

dihilangkan, transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang

mengikutinya. Contoh:

ي ق از الر ر ي خ و ل للا ن إ و

‘Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna’ atau

‘Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna’.

Adapun dalam penelitian ini digunakan bentuk transliterasi yang

penulisannya dirangkaikan dengan kata lain, sehingga mengikuti contoh yang

kedua.

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang

Disempurnakan. Contoh: ل و س ر ل إ د م م ام و ‘Wa mā Muh }ammadun illā rasūlun’