PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN...
Embed Size (px)
Transcript of PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN...

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK
((Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung
Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
di Kabupaten Demak Tahun 2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Cendhy Vicky Vigana
1112112000005
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440/2019

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK
(Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung
Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
di Kabupaten Demak Tahun 2015)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
kemudian menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Mei 2019
Cendhy Vicky Vigana

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Cendhy Vicky Vigana
NIM : 1112112000005
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK (Studi Atas Rekrutmen
Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati di Kabupaten Demak Tahun 2015)
Telah diuji pada tanggal 20 Mei 2019
Ciputat, 20 Mei 2019
Menyetujui,
Pembimbing,
Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si
NIP: 19720412 200312 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP: 19701013 200501 1 003

iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK
(Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung
Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
di Kabupaten Demak Tahun 2015)
Oleh
Cendhy Vicky Vigana
1112112000005
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Mei 2019
Ketua,
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP: 19701013 200501 1 003
Sekretaris,
Suryani, M.Si
NIP: 19770424 200710 2 003
Penguji II,
Adi Prayitno, M.I.P
Penguji I,
Dr. Sirojuddin Aly, M.A
NIP: 19540605 200112 1 001
Ketua Program Studi Ilmu Politik,
FISIP UIN Jakarta
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP: 19701013 200501 1 003

v
ABSTRAK
Skripsi ini memusatkan analisis perhatian pada rekrutmen kandidat politik
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, yang diusung oleh koalisi partai
Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Pilkada
Kabupaten Demak tahun 2015. Selain itu pasangan calon tersebut yang diusung
Partai Golkar dan PPP adalah pasangan calon yang bukan berasal dari kader partai
(non kader). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa mekanisme
perekrutan kandidat kepala daerah Kabupaten Demak tahun 2015 yang diusung
oleh partai Golkar dan PPP.
Studi ini menarik dan penting dilakukan mengingat kurangnya kajian
terhadap rekrutmen kandidat politik pada konstelasi politik dalam monemtum
perebutan jabatan politik, di tingkat lokal, khususnya pada Pilkada Serentak tahun
2015.
Untuk menjawab penelitian ini digunakan metode kualitatif, dengan analisis
deskriptif dan penelitian lapangan serta melalui serangkaian studi pustaka yang
mendalam terhadap literatur dan dokumen yang relevan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan dua hal: pertama, apa yang membuat Partai Golkar
dan PPP mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak
yang bukan dari kader partai sendiri; kedua, apa faktor yang membuat Partai
Golkar berkoalisi dengan PPP di Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015.
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori partai politik, teori
koalisi, teori rekrutmen politik dan partisipasi politik.
Hasil temuannya adalah terlepas dari semua kendala, hambatan dan
tantangan yang dihadapi masing-masing partai (baik partai Golkar dan PPP), baik
internal dan eksternal, kedua partai dengan jelas tidak berkomitmen secara serius
untuk mengusung kader internal sebagai calon kandidat yang layak untuk diusung
pada kontestasi pilkada tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa partai Golkar
dan PPP tidak berkomitmen secara serius untuk mengusung kadernya sebagai
kandidat yang akan diusung dalam kontestasi pilkada Kabupaten Demak tahun
2015.
Kata Kunci : Partai Politik, Koalisi, Rekrutmen Politik, Partai Golkar, PPP, H.
M. Natsir, dan Joko Sutanto.

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya dari awal hingga akhir zaman nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Syarif Hidayatullah Jakarta sebelumnya, Prof. Dede Rosyada, M.A,
beserta seluruh staff dan jajarannya.
2. Rektor Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini, Prof. Dr. Amany Burhanudin
Umar Lubis, Lc, M.A, beserta seluruh staff dan jajarannya
3. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UIN Syarif Hidayatullah sebelumnya, beserta seluruh staff dan jajarannya
4. Ali Munhanif, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah saat ini, beserta seluruh staf dan jajarannya.
5. Dr. Iding Rasyidin, M.Si selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik, dan
dosen marketing politik, yang dari kelas tersebut penulis banyak belajar soal
ekonomi-politik.

vii
6. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik, dan dosen
filsafat politik yang penulis kagumi.
7. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan
banyak waktu, tenaga, dan pikiran, masukan dan kritikan agar penulisan
skripsi ini dapat terwujud dengan baik. Semoga kesabarannya
dilipatgandakan oleh Yang Maha Kuasa.
8. Dr. Idris Thaha, M.Si selaku dosen pembimbing proposal skripsi. Terima
kasih telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah
kesibukannya sehingga proses penyempurnaan untuk menjadi skripsi ini
dapat terpenuhi.
9. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis. Dan tak pernah terlupakan.
10. Pak Jajang, yang telah banyak membantu moral dan administrasi selama
sama kuliah, khususnya sampai saya dapat lulus. Semoga kebaikannya dapat
dirasakan juga kepada angkatan selanjutnya.
11. Untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Sutikno dan Ibunda Sri
Hardiyantiningsih. Terima kasih atas segala do’a dan jasa yang selama ini
engkau berikan. Tanpa do’a dan jasamu, saya tak mungkin dapat kuliah.
12. Kakak penulis, Moudhy Monica, yang terus mendorong agar skripsi ini cepat
selesai. Semoga hidayah Allah selalu menyertai.
13. Kepada teman hidup (insya Allah selamanya) Erika Sita Prasasti yang telah
memberikan dorongan dan masukan agar skripsi ini dapat selesai dengan
cepat. Semoga kebaikan kamu dibalas berkali lipat oleh Allah SWT.

viii
14. Segenap rekan-rekan Forum Mahasiswa Ciputat, tempat menimba ilmu dan
gerbang pengetahuan diluar kampus. Siswo, Erwin, Rafsan, Nana, Abda, Iir,
Fed, Maulana, Aldo, Roy, Didi, Dodi, Faisal, Emha, Ihya, Hodari, Saepul, dll.
Serta menjadi rumah kedua bagi penulis.
15. Segenap keluarga besar PT. Konsep Indo Riset Strategi, yang telah
memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penulis. Dan memberikan
penulis tempat untuk belajar mengenai politik yang lebih praktis dilapangan.
Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Kak Very Muchlis sebagai
pimpinan, yang dengan sangat sabar membimbing penulis. Semoga
kebaikannya dilipatgandakan oleh Allah SWT. Serta PT. Konsep Indo Riset
Strategi makin berjaya dibidangnya.
16. Segenap rekan-rekan Ilmu Politik A angkatan 2012. Alfia, Kartika, Azizi,
Nisa, Alice, Devi, Mabrur, Ruhul, Abrar, Rozi, Hata, Sambung, Rizky,
Fahrul, Yusuf, Ojan, Amin, Dipo, Rahmat, Cak Ipul, Faqih, Fery dan Helmi.
17. Keluarga KKN Serabi: Rizky, Mabrur, Dwi, Fajar, Nida, Tuti, Nanda, Ulul,
Dhia, Elsa, Maz, Abas, Jannah, Rahmah dan Rahmat.
18. Dan terakhir kepada semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
saran dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya
dan membalas kebaikan mereka atas bantuan yang telah diberikan.
Ciputat, 10 Mei 2019

ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .........................................................I
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................II
ABSTRAK ...........................................................................................................III
KATA PENGANTAR ........................................................................................IV
DAFTAR ISI ......................................................................................................VII
DAFTAR TABEL................................................................................................IX
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................XI
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................XII
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah...................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ...............................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................7
D. Tinjauan Pustaka.......................................................................8
E. Metode Penelitian....................................................................14
F. Sistematika Penulisan .............................................................17
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori dan Fungsi Partai Politik ..............................................19
A.1. Teori Partai Politik .........................................................19
A.2. Peran dan Fungsi Partai Politik ......................................22
B. Teori dan Bentuk Koalisi .......................................................25
B.1. Teori Koalisi ...................................................................25
B.2. Bentuk Koalisi ................................................................27
C. Teori Rekrutmen Politik .........................................................31
C.1. Model Rekrutmen Politik ................................................32
D. Teori Partisipasi Politik ..........................................................35
BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL H. M. NATSIR DAN JOKO
SUTANTO PADA PILKADA KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2015 SERTA DINAMIKA DUALISME KONFLIK
PARTAI GOLKAR DAN PPP

x
A. Profil Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Demak…..37
A.1. Profil Calon Bupati H. M. Natsir.....................................37
A.2. Profil Calon Wakil Bupati Joko Sutanto.........................40
B. Visi dan Misi ..........................................................................41
C. Dinamika Dualisme Partai Pengusung ...................................44
C.1. Partai Golkar ...................................................................44
C.2. Partai PPP .......................................................................49
BAB IV ANALISIS REKRUTMEN POLITIK DAN KOALISI PARTAI
GOLKAR DAN PPP DALAM MENGUSUNG PASANGAN
CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PADA
PILKADA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2015
A. Pra Proses Penentuan Calon dari Partai Golkar……………52
A.1. Proses Penentuan Bakal Calon dari Partai Golkar........55
B. Pra Proses Penentuan Calon dari PPP …………………......64
B.1. Proses Penentuan Bakal Calon dari PPP……………...66
C. Kesepakatan Penentuan Kandidat Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati yang Diusung oleh partai Golkar dan
PPP………............................................................................74
D. Koalisi Partai Golongan Karya dan PPP Dalam Mengusung
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati H. M. Natsir dan
Joko Sutanto…....................…………..……………………76
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan………………………………………………...85
B. Saran…………………………………….………………....86
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................88

xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. A. 1. Periodisasi Pemilihan Kepala Daerah..................................2
Tabel I. A. 2. Informasi Peserta Pilkada Kabupaten Demak 2015 dan
Hasil Pemilihan....................................................................3
Tabel I. A. 3. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah
Kursi Legislatif Kabupaten Demak tahun 2015..................4
Tabel I. A. 4. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di
Kabupaten Demak................................................................5
Tabel I. A. 5. Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir...........................5
Tabel I. A. 6. Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto..........................6
Tabel II. B. 2. b. 1. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah
Kursi Legislatif Kabupaten Demak....................................29
Tabel II. B. 2. b. 2. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di
Kabupaten Demak..............................................................29
Tabel III. A. 1. a. Pengalaman Pekerjaan dari H. M. Natsir...........................39
Tabel III. A. 1. b. Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir.........................39
Tabel III. A. 2. a. Pengalaman Pekerjaan Joko Sutanto..................................40
Tabel III. A. 2. b. Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto.........................41
Tabel III. C. 1 Perkembangan Dinamika Konflik Partai Golkar Pada Saat
Dualisme............................................................................46
Tabel IV. A. 1. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah
Kursi Legislatif Kabupaten Demak....................................53
Tabel IV. B. 1. a. Pengalaman Organisasi H. M. Natsir.................................71

xii
Tabel IV. D. 1. Total Harta Kekayaan Masing-Masing Calon Kepala
Daerah yang Maju pada Pilkada Kabupaten Demak Tahun
2015....................................................................................79
Tabel IV. D. 2. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah
Kursi Legislatif Kabupaten Demak tahun 2015.................79
Tabel IV. D. 3. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di
Kabupaten Demak..............................................................80

xiii
DAFTAR GAMBAR
Bagan II. C. 1. A Alur Rekrutmen Model Seligman dan Jacob....................33

xiv
DAFTAR SINGKATAN
AD Anggaran Dasar
ART Anggaran Rumah Tangga
Cabub Calon Bupati
Caleg Calon Legislatif
Cawabub Calon Wakil Bupati
DPC Dewan Pimpinan Cabang
DPD Dewan Pimpinan Daerah
DPP Dewan Pimpinan Pusat
DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Gerindra Gerakan Indonesia Raya
Golkar Golongan Karya
IPNU Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Jateng Jawa Tengah
KMP Koalisi Merah Putih
KPU Komisi Pemilihan Umum
KPUD Komisi Pemilihan Umum Daerah
Munas Musyawarah Nasional
NasDem Nasional Demokrat
NU Nahdlatul Ulama
PAN Partai Amanat Nasional
PBB Partai Bulan Bintang
PDI-P Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pemilu Pemilihan Umum
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
Pilkada Pemilihan Kepala Daerah
PKB Partai Kebangkitan Bangsa
PKS Partai Kebangkitan Sejahtera
PPP Partai Persatuan Pembangunan
Sekjen Sekretaris Jenderal
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung sebagai bentuk amanat
normatif atas pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dan
partisipatif, telah diamanatkan sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang sejatinya merupakan kerangka dasar otonomi
daerah. Undang-Undang yang merupakan wujud penyempurnaan dari Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tersebut juga telah menandakan berkobarnya api
demokrasi pasca reformasi otoritarianisme orde baru.
Melalui undang-undang tersebut, selanjutnya menjadi dasar pelaksanaan
pilkada pertama tahun 2005 juga telah diwarnai dengan keberadaan bendera partai
politik yang berbeda-beda. Pelaksanaan pilkada langsung di tahun 2005, berlanjut
hingga 9 Desember, tahun 2015. Indonesia telah menapakkan kaki pada sejarah
baru perjalanan demokrasi nusantara melalui pelaksanaan pilkada serentak.
Meskipun peraturan mengenai pemilihan secara langsung di tingkal lokal
telah ditetapkan pada tahun 2004, yaitu berdasarkan pada hukum UU No 32
Tahun 2004. Tetapi implementasinya pertama kali baru dilaksanakan pada tahun
2005. Melalui proses pemilihan yang cukup panjang akhirnya sejarah mencatat
pertama kali dilaksanakan pemilihan kepala daerah Kutai Kartanegara. Pada
pemililihan tersebut dimenangkan oleh pasangan calon nomor urut 3 yakni,

2
Syaukani HR dan Syamsuri Aspar, dengan perolehan suara sebanyak 159.303
(60.85%).1
Tabel I. A. 1.
Periodisasi Pemilihan Kepala Daerah Periode Sistem Pemilihan Kepala
Daerah
Dasar Hukum
Pertama Periode
Penunjukan
Periode Penunjukan Gubernur
oleh Presiden atas pengusulan
beberapa calon oleh DPRD
Provinsi, sedangkan Bupati
Ditunjuk oleh menteri melalui
pengusulan DPRD
Kabupaten/Kota
- UU Nomor 1 Tahun
1945
- UU Nomor 22
Tahun 1948
- UU Nomor 1 Tahun
1957 Tentang
Pokok-Pokok
Pemerintahan
Daerah
- UU Nomor 18
Tahun 1965
- UU Nomor 5 Tahun
1974 Kedua Periode
Pemilihan
Perwakilan
Pemilihan
Gubernur/Bupati/Walikota/
melaui pemilihan di DPRD
Provinsi Kabupaten/Kota
- UU Nomor 22
Tahun 1999
Ketiga Periode
Pemilihan
Langsung
Pemilihan
Gubernur/Bupati/Walikota
secara langsung
- UU Nomor 32
Tahun 2004
- UU Nomor 1 Tahun
2015
- UU Nomor 8 Tahun
2015 Sumber: Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna.
Mengenai pilkada serentak ini, sebagaimana telah terlampir pada tabel di
atas, bahwa pemilihan secara langsung berpedoman pada Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi undang-
undang yang berbunyi: ―Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur
1 Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta:
Penerbit Bestari, 2015), h. 32.

3
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dan bulan Januari
sampai dengan bulan Juni tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang
sama pada bulan Desember tahun 2015.‖
Dari 34 provinsi dan 413 kabupaten serta 98 kota2 yang terdapat di
Indonesia, terdapat sekitar 53 persen atau 269 daerah, dengan rincian 9 provinsi,
36 kota, dan 224 kabupaten yang serentak menjalani pemilihan kepala daerah
yang memasuki akhir masa jabatan (AMJ) tahun 2015 dan semester pertama
tahun 2016.
Adapun data terkait mengenai daftar kota dan kabupaten yang
melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak Gelombang I pada 9 Desember
tahun 20153 adalah sebagai berikut: dari 260 pilkada serentak di tingkat lokal
4
hanya terdapat satu wilayah atau kabupaten, dimana Partai Golkar hanya
berkoalisi dengan PPP dengan mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati
non-kadernya, dan berhasil mengalahkan pasangan lainnya yang berlatar belakang
petahana dalam konstelasi politik. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Demak.5
2 Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta:
Penerbit Bestari, 2015), h. 102. 3 ―Daftar Provinsi dan Kabupaten Kota yang Pilkada Gelombang I Pemungutan Suara 9
Desember tahun 2015‖. http://www.rumahpemilu.org, Senin 17 Oktober 2016. Data terkait juga
dapat ditemukan di situs lain. Seperti, ―Jadwal lengkap Pilkada 2015‖. http://www.republika.co.id
pada 12 Oktober tahun 2016. 4 Dengan rincian 224 daerah di tingkat kabupaten dan 36 daerah di tingkat kota.
5 Diolah dari berbagai dokumen profil pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten
Demak pada pilkada tahun 2015. Berdasarkan dokumen Model BB.1 KWK. KPUD Kabupaten
Demak. Dan untuk memvalidasi data, dapat melihat,―Informasi Penetapan Peserta‖ diakses dari
situs sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id, pada Jumat 18/11/2016.

4
Tabel I. A. 2
Informasi Peserta Pilkada dan Hasil Pemilihan
Kabupaten Demak Tahun 2015
No
Urut
Nama
Paslon
Profesi Nama Wakil
Paslon
Profesi Partai
Pengusung
Suara Sah6
1 H. M. Natsir Pensiunan
PNS
Joko Sutanto Pensiun
an PNS
Partai Golkar
dan PPP
309.251
(menang)
2 H. Moh.
Dachirin
Said
Bupati
Demak
H. Edi Sayudi Wirasw
asta
PKB dan
Partai
NasDem
163.530
(kalah)
3 Harwanto Wakil
Bupati
H. Maskuri Wakil
Ketua
DPRD
Partai
Gerindra,
PAN, dan
Partai
Demokrat
97.104
(kalah)
Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak7
Tabel I. A. 3. menggambarkan bahwa koalisi yang dilakukan oleh Partai
Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan H. M. Natsir dan Joko Sutanto,
bukanlah koalisi gemuk atau yang biasa disebut catch all party. Tetapi tipologi
yang cocok adalah koalisi pas terbatas.
Tabel I. A. 3.
Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi
Legislatif
No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan
Kursi
1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan
PPP
14 (28% dari jumlah
keseluruhan kursi)
2 H. Moh. Dachirin Said dan H. Edi
Sayudi
PKB dan Partai
NasDem
12 (24% dari jumlah
keseluruhan kursi)
3 Harwanto dan H. Maskuri
Partai Gerindra, PAN,
dan Partai Demokrat
11 (22% dari jumlah
keseluruhan kursi)
Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak
Artinya ketiga pasangan calon mempunyai modal kursi legislatif yang
relatif sama tanpa ada perbedaan yang signifikan, yaitu sekitar lebih dari dua
puluh persen. Dan tidak ada satu pasangan calon pun yang memperoleh dukungan
diatas tiga puluh persen dari total keseluruhan jumlah kursi legislatif. (lihat Tabel
I. A. 3 dan I. A. 4).
6 ―Hasil Pemilihan Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah‖ diakses dari situs sitapkpu
melalui http://infopilkada.kpu.go.id, Jumat 18/11/2016. 7 Dapat juga melihat keterangan lainnya terkait ―Informasi Penetapan Peserta‖. Dari situs
sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id.

5
Tabel I. A. 4.
Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019
di Kabupaten Demak
No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif
1 PAN 2
2 Partai Demokrat 2
3 Partai Gerindra 7
4 Partai Golkar 9
5 Partai NasDem 3
6 PDI-P 8
7 PKB 9
8 PKS 4
9 PPP 5
# Total 49 Kursi Sumber: Diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak.
Terlepas dari kemenangan tersebut, persoalan yang paling penting (dalam
penelitian ini) adalah bahwa Partai Golkar dan PPP bukan mencalonkan pasangan
calon bupati dan cawabub bukan dari kader partai sendiri baik itu kader partai
Golkar maupun partai PPP dalam mengusung pasangan calon H. M. Natsir dan
Joko Sutanto.8 Artinya terdapat permasalahan yang membuat pengusungan kader
tidak terjadi, sehingga distribusi kader untuk dicalonkan sebagai kepala daerah
tidak dimungkinkan dalam rekrutmen politik internal Partai Golkar dan PPP.
Tabel I. A. 5.
Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir
No Jabatan Institusi Tahun
1 Sekretaris IPNU NU 1980-1985
2 Ketua Kwarcab Pramuka 2013
3 Ketua PGRI PGRI Kab Demak 2015-sekarang
Sumber: KPUD Kabupaten Demak9
8 Diolah dari berbagai dokumen profil pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten
Demak pada pilkada tahun 2015 yang diusung oleh partai Golkar dan PPP. Berdasarkan dokumen
Model BB.1 KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 9 Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten Demak,
dari dokumen BB 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

6
Tabel I. A. 6.
Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto10
No Jabatan Institusi Tahun
1 Pembantu Komisariat DPD Golkar Demak 1982-1992 Sumber: KPUD Kabupaten Demak
11
Dari gambaran di atas, penulis melihat adanya masalah atau hambatan
pada pengusungan, dalam konteks rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai
Golkar dan PPP. Adapun masalahnya, yaitu Partai Golkar dan PPP di Kabupaten
Demak, tidak mendukung dan mengusung calon kepala daerah yang berasal
kadernya. Disinilah rasanya kemenangan tersebut ada yang kurang. Karena PPP
dan partai Golkar mempunyai kekuatan legislatif dan basis masa yang potensial.
Sehingga seharusnya mempunyai kekuatan yang cukup untuk memilih dan
mengusung kader partainya sendiri. (lihat tabel I. A. 5. dan I. A. 6). Selain itu
padahal, salah satu fungsi partai politik, yang membuat eksistensi partai politik
menjadi penting adalah sebagai rekrutmen penyaring calon pemimpin yang
kredibel, berkapasitas dan berkapabilitas sehingga amat dibutuhkan masyarakat,
yang berasal dari anggota, kader, termasuk fungsionaris partai itu sendiri.
Sebab dari itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pembentukan rekrutmen kandidat politik pada koalisi partai
politik tersebut, dalam bentuk skripsi dengan judul ―Studi Atas Rekrutmen Koalisi
10
Berdasarkan Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dalam kolom keterangan pengalaman organisasi, tidak dapat dikatakan bahwa
Joko Sutanto adalah kader partai Golkar pada saat mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati
Kabupaten Demak pada Pilkada tahun 2015. Karena pada saat beliau tercatat sebagai pengurus
partai Golkar adalah masa Orde Baru. Dimana setiap birokrat secara langsung dianggap bagian
dari partai Golkar. Artinya beliau sama sekali tidak dalam status sebagai anggota partai politik.
Terlebih, beliau karir beliau tercatat, sebagai pensiunan PNS. 11
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

7
Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati di Kabupaten Demak Tahun 2015‖.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka penulis membatasi masalah dengan beberapa pertanyaan.
1. Apa yang mendasari Partai Golkar dan PPP mengusung calon bupati dan
wakil bupati Kabupaten Demak tahun 2015, yang bukan berasal dari
kadernya?
2. Bagaimana sikap Partai Golkar dan PPP dalam mengusung calon
pemimpin daerah yang bukan berasal dari kader internalnya sendiri?
3. Apa yang mendasari Partai Golkar berkoalisi dengan PPP Kabupaten
Demak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menggambarkan dan melihat:
A. Melihat gaktor apa yang mendasari Partai Golkar dan PPP mengusung
calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak tahun 2015, yang
bukan berasal dari kadernya;
B. Melihat sikap Partai Golkar dan PPP yang mengusung calon pemimpin
daerah yang bukan berasal dari kader internalnya sendiri,
C. Serta untuk menyempurnakan penelitian, diperlukan juga gambaran
alasan berkoalisinya Partai Golkar dengan PPP.

8
2. Manfaat Penelitian
2. a. Manfaat Akademis
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah sebagai perbendaharaan
tambahan khasanah ilmu politik khususnya dalam melihat dinamika rekrutmen
politik. Dalam hal perkembangan konsep dan faktor koalisi partai politik yang
berbeda secara ideologi serta rekrutmen politik partai politik di tingkat lokal, yaitu
kota dan/atau kabupaten.
2. b. Manfaat Teknis
Manfaat teknis dari penelitian ini adalah semoga penelitian ini dapat
memberikan deskripsi umum kepada para pembaca mengenai konsep dan faktor
koalisi partai politik yang berbeda secara ideologi serta rekrutmen partai politik di
tingkat lokal, yaitu kota dan/atau kabupaten.
D. Tinjauan Pustaka
Diskursus tentang rekrutmen politik di Indonesia bukan hal baru. Oleh
karena itu, penulis akan memaparkan beberapa penelitian tentang rekrutmen
politik yang pernah dilakukan sebelumnya untuk keperluan tinjauan pustaka. Di
samping itu, untuk menonjolkan aspek yang berbeda dari penelitian penulis dalam
skripsi ini. Demi melengkapi referensi, peneliti mengangkat beberapa kajian
pustaka yang mendukung.
Pertama, penelitian Fanina Fanindita.12
Fanina memfokuskan penelitian
pada rekrutmen politik terhadap perempuan di DPRD Sumatra Utara periode
2004-2009. Permasalahannya adalah, meskipun perempuan telah diberikan kouta
12
Fanina Fanindita, ―Rekrutmen Politik Terhadap Perempuan Dalam Partai Politik Dan
Parlemen (Suatu Studi Terhadap DPRD Tingkat I Periode 2004-2009 di Sumatra Utara).‖
Departemen Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara
(Medan). 2009.

9
30% di parlemen/legislatif, kenyataannya sejak 1999-2004 terdapat 3 perempuan
dan 2004-2009 terdapat 6 perempuan yang duduk di kursi legislatif DPRD
Sumatra Utara. Ini menunjukan bahwa kouta 30% tidak meningkatkan partisipasi
dan keterwakilan perempuan secara signifikan di DPRD Sumatra Utara.
Meskipun demikian, mereka juga tidak menduduki posisi strategis sebagai
pengambil keputusan. Fanina berkesimpulan, bahwa penyebab mimimnya
keterwakilan perempuan di DPRD Sumatra Utara periode 2004-2009 adalah
miminnya pemberdayaan perempuan untuk menjadi kader partai di internal partai
politik itu sendiri. Sehingga secara kuantitas, rekrutmen perempuan di partai
politik minim. Selain itu, pendidikan politik di partai politik juga bermasalah,
karena partai politik tidak mempunyai standar atau mekanisme dalam
pengkaderan dan rekrutmen, khususnya perempuan. Maka dari itu kaderisasi
perempuan di internal partai politik kurang berjalan maksimal.
Kedua, penelitian Wengky Saputra.13
Hasil penelitian Wengky melihat
adanya pertimbangan yang diambil oleh DPC partai Demokrat untuk menetapkan
Caleg berdasarkan mekanisme penjaringan Caleg. Perihal ini partai Demokrat
memberikan kebebasan yang sama kepada semua warga negara untuk menjadi
Caleg. Artinya pola rekrutmen yang dilihat dalam penelitian ini bersifar terbuka.
Ketiga, penelitian Doni Septian.14
Pertimbangan yang mendasari
penelitian ini karena rekrutmen politik yang dilakukan Partai Golkar Kota
13
Wengky Saputra, ―Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Agam).‖ Jurusan
Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Andalas Padang. 2012. 14
Doni Septian, ―Rekrutmen Politik Dalam Penetapan Calon Legislatif 2014-2019 (Studi
Kasus: DPD Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang).‖ Jurusan Ilmu Pemerintahan. Fakuktas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang. 2014.

10
Tanjung Pinang tidak sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan dan AD/ART Partai
Golkar yang membahas mengenai penetapan calon anggota legislatif yang tidak
objektif. Dalam penelitian ini ditemukan, bahwa Partai Golkar tidak menjalankan
proses rekrutmen berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan dan AD/ART Partai Golkar,
diantaranya bahwa Partai Golkar tidak bisa memberdayakan kader internal partai,
tetapi lebih mengutamakan kader dari eksternal partai, sehingga beberapa orang
kader internal yang loncat ke partai lain. Kesimpulan penelitian ini adalah Partai
Golkar Kota Tanjung Pinang hanya memikirkan kemenangan sebagai indikator
utama dan rekrutmen untuk menjadikan kader itu nomor 2 (dua), kandidat yang
dinominasikan hanya berdasarkan kedekatan emosional (subjektif).
Keempat, penelitian Kaswan Try Poetra.15
Hasil dari penelitian ini
menunjukan pola rekrutmen PDI Perjuangan dan Partai Demokrat terhadap caleg
DPRD pemilu tahun 2014 di Kab. Polewali Mandar mempunyai pola yang sama.
Yaitu pola rekrutmen yang diterapkan kedua partai ini dimulai dari pendaftaran
bakal calon legislatif, Seleksi tahap I (Seleksi Berkas) dan Seleksi tahap II yang
dilakukan oleh DPP masing-masing partai. Dalam merekrut caleg, PDI
Perjuangan dan Partai Demokrat juga lebih memperioritaskan kader internal
partainya namun tidak menutup kemungkinan PDI-Perjuangan dan Partai
Demokrat untuk merekrut caleg dari pihak eksternal partai.
15
Kaswan Try Poetra, ―Perbandingan Rekrutmen PDI Perjuangan dan Partai Demokrat
Terhadap Caleg DPRD Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten Polewali Mandar.‖ Program Studi Ilmu
Politik. Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Hasanuddin (Makasar). 2013.

11
Kelima, penelitian Ihyauddin.16
Hasil penelitian dari Ihyauddin
menemukan bahwa terdapat mekanisme yang sama antara Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat perihal proses perekruten calon anggota
DPRD Provinsi Banten. Penelitian ini menunjukan bahwa PKS dan Partai
Demokrat, cenderung menggunakan tipe rekrutmen partisan, immadiate survival
dan civil service reform. Ketiga tipe ini acapkali digunakan secara dominan pada
mekanisme perekrutan calon anggota DPRD.
Keenam, jurnal yang ditulis oleh Ahmad Riyadh U. B dan Hendra
Sukmana.17
Dalam penelitian ini Ahmad dan Hendra menggambarkan bahwa
terdapat faktor rekrutmen yang berbeda-beda pada setiap partai politik di
Kabupaten Sidoarjo.
Misalnya, di partai Golkar mengedepankan internal partai; PKB
menekankan pendekatan agama dan kultural terutama ketokohannya; PDI-P,
berasal dari internal partai yang bersifat bottom up; Partai Demokrat,
mengutamakan berasal dari kader internal tetapi juga menekankan segi finansial
untuk biaya politik; Partai Nasdem, lebih memprioritaskan caleg yang sudah
memiliki pengalaman di partai politik lain secara matang, dan lebih
memprioritaskan ketokohan, kematangan visi dan finansial serta se-ideologi
dengan partai; PKS, pendekatan dari partai ini mengutamakan figur yang
memiliki basis suara yang banyak; PPP, memberikan syarat tertentu untuk bakal
16
Ihyauddin, ―Proses Rekrutmen Calon Angota DPRD Provinsi Banten Periode 2009-2014
(Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera [PKS] dan Partai Demokrat).‖ Jurusan Ilmu Administrasi
Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang). 2012. 17
Ahmad Riyadh U.B dan Hendra Sukmana (Program Studi Ilmu Administrasi Negara –
FISIP – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), Model Rekrutmen Politik Calon Anggota Legislatif
oleh Partai Politik di Kabupaten Sidoarjo, (JKMP [ISSN. 2338-445X], Vol. 3, No. 2, September
2015).

12
caleg, dengan kesempatan yang terbuka untuk semua pihak; PBB dan PAN, kedua
partai ini lebih mengedepankan kader internal partai; Partai Gerindra, penetapan
bakal calon anggota legislatif untuk menjadi calon anggota legislatif mewakili
partai Gerindra Kabupaten Sidoarjo adalah dengan kriteria-kriteria: ketokohan,
modal finansial, posisi di struktural partai Gerindra Kabupaten Sidoarjo dll.
Ketujuh, jurnal yang ditulis oleh Hendra Sukmana dan Arsiyah.18
Penelitian ini berangkat dari fakta menurunnya jumlah kader DPD Partai Golkar
ditingkat DPRD di Kabupaten Sidoarjo, sejak 2004-2009 (6 kader) dan 2009-2014
(4 kader). Hal inilah yang membuat Partai Golkar harus mencari strategi baru
untuk meraih kursi lebih banyak di pilkada selanjutnya. Sejak penurunan jumlah
kursi terjadi, Hendra dan Arsiyah mencoba menganalisa pola rekrutmen caleg
DPD Partai Golkar di Kabupaten Demak. Temuannya adalah model rekrutmen
calon anggota legislatif DPD Partai Golkar Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan
model rekrutmen politik Seligman dan Jacob, yaitu dimulai dengan sosialisasi
pendaftaran, setelah itu dilanjutkan dengan pendaftaran diri para calon anggota
legislatif. Sehingga mode seperti ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
mekanisme yang lebih ketat pada penjaringan caleg di internal DPD Partai
Golkar.
Kedelapan, karya ilmiah dari Monika Novita Alanos.19
Dalam
penelitiannya Monika berfokus kepada pertimbangan Partai Demokrasi Indonesia
18
Hendra Sukmana dan Arsiyah, Model Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Oleh Partai
Politik Di DPD Partai Golkar Kabupaten Sidoarjo, (JKMP [ISSN. 2338-445X], Vol. 1, No. 2,
September 2013). 19
Monika Novita Alanos, Persepsi Masyarakat Pada Pelaksanaan Rekrutmen Calon
Legislatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Kabupaten Sangihe, (tanpa tempat,
institusi, dan tahun).

13
Perjuangan (PDI-P), Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Sangihe (tepatnya di
Kota Tahuna), dalam merekrut masyarakat untuk diusung oleh PDI-P pada
momen politik. Temuannya adalah bahwa PDI-P menekankan pada sistem
rekrutmen terbuka. Dengan syarat memiliki latar belakang kehidupan sosial dan
pendidikan yang baik, pengalaman di sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), jujur, inspiratif, tidak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),
inovatif, serta memperjuangkan kesejahterahan di bidang infrastruktur,
pembangunan, dan pemerataan ekonomi.
Kesembilan, jurnal yang ditulis oleh Teguh Adi Prasojo.20
Penelitian
Teguh berfokus pada rekrutmen caleg Partai Golkar untuk DPRD Jateng periode
2014-2019. Temuan penelitiannya adalah Partai Golkar mempunyai mekanisme
rekrutmen yang ketat berdasarkan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai
Golkar Nomor: KEP-227/DPP/GOLKAR/I/2013 tentang Pedoman Penyusunan
Daftar Calon anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
Partai Golkar. Dari fakta diatas, maka kesimpulannya adalah rekrutmen Caleg
untuk DPRD Propinsi Jateng DPD Partai Golkar Jateng menggunakan pola
rekrutmen secara terbuka dan pola rekrutmen Caleg DPRD Jateng DPD Partai
Golkar Jateng bersifat campuran antara top-down dan bottom-up.
Kesepuluh, karya ilmiah dari Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si.21
Lewat
karya ilmiah ini Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si ingin menggambarkan bahwa saat
20
Teguh Adi Prasojo, Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dari Partai
Golkar Untuk DPRD Jateng Periode 2014-2019, (POLITIKA, Vol. 4, No. 2, Oktober 2013) 21
Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si, Pengembangan SDM Partai Politik: Rekrutmen dan
Kaderisasi di Partai Golkar, (Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan
Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net.) Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal DPP
Partai Golkar. Alumni Program Magister Manajemen Komunikasi Politik, Pasca Sarjana

14
ini (2008) Partai Golkar bukanlah partai politik dengan rekrutmen model merit.
Meskipun Partai Golkar pernah memperbaiki sistem kaderisasi dan rekrutmen
pada 1983, namun mulai sejak kepemimpinan Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla
(reformasi 1998) Partai Golkar berubah menjadi partai yang berorientasi pasar
(market oriented). Sehingga meskipun Partai Golkar mempunyai surat keputusan
(yang berkekuatan hukum) mengenai tata cara perekrutan kader, namun fakta
dilapangan belum tentu selaras. Ada kalanya peraturan tersebut tidak dijalankan
karena beberapa faktor. Artinya, meskipun pola perekrutan sudah mempunyai
aturan berdasarkan aturan partai, tetap saja aturan itu belum tentu dijalankan
secara optimal dan maksimal.
E. Metode Penelitian
E. 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, yaitu metode yang
meneliti subjek penelitian atau informan dalam lingkup kesehariannya.22
Sementaa metode kualitatif menggunakan sumber berupa narasi, penuturan
informan, dokumen-dokumen, bukan data berupa angka-angka yang dilakukan
pada penelitian kuantitatif.23
E. 2. Teknik Pengumpulan Data
E. 2. a. Studi Literatur dan Dokumentasi
Studi literatur dan dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini melalui literatur buku, surat
Komurukasi FISIP UI tahun 2008. Paper ini disampaikan pada seminar nasional "Pembaharuan
Partai Politik" yang diselenggarakan oleh Puskapol FISIP UI, Jakarta, 18 September 2008. 22
Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 6.
23
Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, h.
11.

15
kabar, jurnal ilmiah, serta artikel dan berita yang berasal dari media internet.
Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui dokumentasi, untuk
memperoleh data sekunder atau infomasi tambahan.
Adapun dokumentasi yang digunakan ialah buku-buku, data-data, dan
dokumen lainnya yang terkait dengan judul penelitian penulis, yaitu ―Partai
Politik dan Rekrutmen Politik: Studi Kasus Rekrutmen Kandidat Politik Koalisi
Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati H. M. Natsir
dan Calon Wakil Bupati Joko Sutanto di Kabupaten Demak pada Pilkada Serentak
Tahun 2015‖.
E. 2. b. Wawancara
Wawancara adalah interaksi antara peneliti dengan narasumber. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh
pewawancara kepada narasumber, dan jawaban-jawaban narasumber yang
berkompeten dengan masalah dalam penelitian ini dicatat atau direkam dengan
alat perekam.24
Adapun pihak-pihak yang dijadikan narasumber dalam penelitian ini, yang
berkaitan dengan penelitian lapangan adalah: Pertama dari PPP adalah bapak
Sudarto selaku Wakil Sekretaris Jendral DPP PPP dan Ketua Koordinator
Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015; Pak Nurul Fuqron, SE
sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak.
Kedua dari partai Golkar DR. Marlinda Irwanti, SE, Msi, Anggota DPR
RI Jateng X, Wakil Sekjen DPP PG, dan Sekretaris Bidang Pemenangan Pemilu
24
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 67.

16
Partai Golkar Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015; Sunari Muslim selaku
Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Demak.
Ketiga, wartawan dan jurnalis lokal. Pak Muin selaku Pimpinan Redaksi
Warta Demak, Pemimpin Umum dan Redaksi Kabar Seputar Muria (kabupaten
Demak).
Keempat dari kalangan akademisi dan pengamat politik yang berkaitan
dengan penulisan skripsi ini. Dr. David Reeve selaku akademisi dan pengamat
Golkar; Prof. R. William Liddle selaku akademisi dan pengamat demokrasi dan
partai politik di Indonesia; Prof. Syamsuddin Haris selaku akademisi; Dr. Thomas
Pepinsky, Ph. D, sebagai indonesianis dan pengamat politik Indonesia; dan
pengamat politik Indonesia.
Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu mengumpulkan
sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
didasarkan pada tujuan penelitian.25
E. 3. Sumber dan Jenis Data
Data dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang ada. Yaitu dari
buku-buku yang terkait dengan masalah penelitian, jurnal ilmiah, artikel baik dari
media cetak maupun media internet, dan berita yang ada di media menjadi salah
satu sumber data yang penting untuk mendapatkan data penelitian. Data primer
didapatkan dari wawancara langsung kepada pihak yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder adalah bahan-bahan beupa
infomasi yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang
25
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi , Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES,
1983) h. 122.

17
telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.26
Sedangkan sumber sekunder itu
sendiri adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan
yang bukan diambil dari sumber orisinil.
E. 4. Analisis Data Penelitian
Untuk keperluan analisis data penelitian, penulis menggunakan teknik
analisis deskriptif. Melalui teknik ini, penulis berharap dapat melakukan
interpretasi terhadap data-data yang telah terkumpul untuk menguatkan penelitian
dan temuannya. Teknik penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif
diarahkan untuk memberikan penjelasan terhadap gejala-gejala, fakta-fakta atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat dengan sifat-sifat tertentu.27
Secara
literal, metode deskriptif digunakan untuk membuat gambaran mengenai situasi
atau kejadian, sehingga metode ini bermaksud sebagai akumulasi dan analisis dari
data dasar yang dipotret dalam penelitian ini. Selain itu, melalui metode deskriptif
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu juga dapat dipelajari, termasuk tentang
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.28
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan tulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima
bab, sebagai berikut:
26
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 291. 27
Prof. H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2011), h. 47. 28
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 54-55.

18
Bab 1: pada bab ini peneliti menjelaskan masalah secara umum tentang
rekrutmen kandidat politik dari partai Golkar dan PPP dalam mengusung
pasangan calon H. M. Natsir dan Joko Sutanto di Kabupaten Demak tahun 2015.
Bab II: pada bab ini dijelaskan mengenai definisi partai dan fungsi partai
politik, beserta teori terbentuknya partai politik. Selanjutnya, dalam bab ini juga
menjelaskan tentang pengertian dari koalisi secara keseluruhan, mulai dengan
pengertian koalisi, bentuk koalisi, penjelasan teori rekrutmen politik dan teori
partisipasi politik.
Bab III: sedangkan dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang profil H. M.
Natsir dan Joko Sutanto, serta visi-misi dalam pilkada Kabupaten Demak 2015.
Dan menjelaskan dinamika dualisme yang terjadi dalam tubuh partai Golkar dan
PPP, khususnya di tingkat pusat.
Bab IV: adapun di bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mendasari pengusungan calon Bupati dan calon Wakil Bupati yaitu, H. M. Natsir
dan Joko Sutanto, di Kabupaten Demak tahun 2015 yang diusung oleh partai
Golkar dan PPP. Selain itu, digambarkan juga faktor yang melatarbelakangi
koalisi Partai Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan calon tersebut.
Bab V: isi dalam bab ini ialah hasil temuan dan kesimpulan, sekaligus
menjadi penutup pada pokok masalah menganai rekrutmen politik H. M. Natsir
dan Joko Sutanto, sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati, yang diusung oleh
partai Golkar dan PPP.

19
BAB II
KERANGKA TEORI
Bab ini membahas mengenai beberapa teori yang digunakan untuk
membantu menganalisa rekrutmen kandidat politik koalisi Partai Golkar dan PPP
yang mengusung pasangan Calon Bupati H. M. Natsir dan Calon Wakil Bupati
Joko Sutanto di Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015‖. Kerangka yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi teori partai politik, teori koalisi partai
politik, teori rekrutmen politik, serta untuk memperkuat analisis diperlukan juga
teori partisipasi politik. Berikut penjelasannya.
A. Teori dan Fungsi Partai Politik
A. 1. Teori Partai Politik
Di negara demokrasi peran partai politik sebagai sebuah organisasi sangat
penting dan mutlak dibutuhkan, karena di negara demokrasi partai berperan
sebagai penguhubung antara pemerintah dan rakyat. Dalam UU No. 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik, yang dimaksud partai politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela
atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.29
Menurut Miriam Budiardjo, partai politik diartikan sebagai kelompok
yang terorganisir dengan anggota yang memiliki nilai, orientasi, dan cita-cita yang
29
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

20
sama dan bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik untuk
melaksanakan programnya.30
Hal serupa juga dikemukakan oleh Samuel P.
Huntington yang mengatakan bahwa ―organisasi adalah jalan menuju kekuasaan
politik‖.31
Selain itu juga menurut Antony Down, partai politik adalah sistem yang
terbuka, berorientasi pada partisipasi, dapat dilakukan bagi bekerjanya partai
untuk melaksanakan tanggung jawab pemilu yang adil dan terbuka yang membuat
demokrasi terlaksana, tanpa partai yang demikian demokrasi tidak mungkin ada.32
Pendapat mengenai partai politik tersebut juga sejalan dengan praktek
koalisinya Partai Golkar dan PPP yang mengusung pasangan calon Bupati H. M.
Natsir dan Joko Sutanto di kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015.
Terkait hal tersebut, Partai Golkar dan PPP, sebagai bagian dari pilar
demokrasi ikut serta di Kabupaten Demak pilkada tahun 2015 untuk mengusung
dan memenangkan pasangan calon H. M. Natsir dan Calon Wakil Bupati Joko
Sutanto.
Meskipun pada tahun 2015 Partai Golkar dan PPP mengalami dualisme33
yang berlangsung dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, ternyata kedua partai
tersebut masih solid mengusung pasangan calon bupati H. M. Natsir dan Joko
Sutanto. Bahkan hingga memenangkan pilkada di kabupaten Demak. Ini terbukti
30
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) Edisi Revisi
Cet Ke-III, h. 406. 31
Samuel P. Huntington, Tertib Politik Di Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah.
Penerjemah Sahat Simamora (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. 713. 32
Richard S Katz dan Willliam Crotty, ed., Handbook of Party Politic (London: Sage
Publications Ltd, 2006), h. 1. 33
Pada tahun 2015, Partai Golkar dan PPP mengalami dualisme partai (terpecah menjadi
dua kubu). Partai Golkar terpecah antara kubu Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono.Sedangkan
PPP terpecah antara kubu Djan Farid dan Romahurmuzy.

21
dari surat rekomendasi pengusungan kedua partai tersebut, yang ditandatangani
oleh kedua pengurus dari dua kubu di partai masing-masing. Ini menandakan,
meski terpecah, kedua partai tersebut tetap solid dan terorganisir.
Selain itu, sejalan dengan Miriam Budiarjo mengenai pengertian partai
politik, pengusungan terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati, H. M.
Natsir dan Joko Sutanto, oleh partai Golkar dan PPP adalah salah satu tujuan
untuk memperoleh kekuasaan.
Sementara itu, La Palombara dan Weiner, seperti yang dikutip Firmanzah,
menjelaskan tentang beberapa unsur organisasi partai politik yang memiliki
perbedaan dengan organisasi lainnya, yaitu. Pertama, organisasi jangka panjang.
Partai politik harus memiliki sarana untuk dapat terus eksis di masyarakat melalui
adanya mekanisme penambahan anggota atau munculnya individu-individu baru
yang menduduki jabatan struktural di organisasi partai. Hal ini membuat partai
tidak tergantung pada tokoh pendiri partai, sehingga partai mampu bertahan untuk
mencapai tujuannya.34
Kedua, struktur organisasi. Partai politik yang memiliki kepengurusan dari
tingkat pusat hingga cabang, harus melakukan koordinasi antara kepengurusan di
tingkat pusat dan di tingkat cabang tersebut secara sistematis. Ketiga, tujuan
berkuasa. Salah satu ciri khusus organisasi partai politik yang tidak dimiliki oleh
organisasi lain ialah adanya keinginan untuk memperoleh kekuasaan.35
34
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 68. Ia mengutip La
Palombara dan Weiner mengenai beberapa aspek dari organisasi partai politik. 35
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 17-19.

22
Keempat, dukungan publik luas. Untuk mendapat legitimasi berkuasa,
partai politik membutuhkan dukungan suara masyarakat, hal ini membuat partai
berupaya melibatkan semua lapisan masyarakat untuk menjadi pendukungnya.
Kesuksesan mendapat suara yang besar menunjukkan bahwa partai memiliki
kemampuan untuk memperoleh kekuasaan dengan legitimasi dari rakyat.
A. 2. Peran dan Fungsi Partai Politik
Menurut Stefano Bartolini dan Peter Mair, partai politik dapat memberikan
banyak fungsi.36
Mereka diperlukan untuk membuat dan mengumpulkan
dukungan di antara organisasi-organisasi warga negara dan kelompok-kelompok
kepentingan yang luas; untuk mengintegrasikan berbagai tuntutan yang saling
bertentangan menjadi program-program kebijakan yang koheren.
Serta juga untuk memilih dan melatih kandidat legislatif dan pemimpin
politik; untuk memberi bagi para pemilih sebuah pilihan di antara kelompok dan
kebijakan pemerintah; dan, jika terpilih untuk menjabat, untuk mengatur proses
pemerintahan dan bertanggung jawab secara kolektif atas tindakan mereka di
kontes-kontes berikutnya. 37
Demokrasi representatif tidak dimungkinkan tanpa persaingan multipartai.
Partai-partai politik secara unik berfungsi dengan khasnya dan merupakan
landasan masyarakat demokratis. Daftar panjang fungsi potensial mereka dapat
diringkas di bawah lima judul utama: pertama, integrasi dan mobilisasi warga;
kedua, artikulasi dan agregasi kepentingan; ketiga, perumusan kebijakan publik;
36
Stefano Bartolini dan Peter Mair, Challenges to Contemporary Political Parties, dalam
Larry Diamond dan Richard Gunther, Political Parties and Democracy, (Baltimore: Johns
Hopkins University Press, 2001), h. 13. 37
Stefano Bartolini dan Peter Mair, Challenges to Contemporary Political Parties, dalam
Larry Diamond dan Richard Gunther, Political Parties and Democracy, h. 14.

23
kempat, rekrutmen pemimpin politik; dan kelima, organisasi legislatif dan
pemerintah.38
Hampir serupa dengan pendapat di atas, dalam bukunya, In Political
Science: An Introduction, Michael G. Roskin memberikan ringkasan mengenai
fungsi operasi partai politik:39
pertama, mereka bertindak sebagai jembatan antara
rakyat dan pemerintah serta membantu mengintegrasikan warga negara ke sistem
politik dengan sedemikian rupa, sehingga platform pemerintahan dari dan untuk
rakyat dapat dibentuk.
Kedua, mereka memberikan informasi kepada setiap warga negara tentang
politik melalui sosialisasi dan mobilisasi pemilih untuk memastikan bahwa
keputusan memang benar-benar dibuat oleh rakyat. Ketiga mereka memiliki
kapasitas (termasuk sejumlah besar talenta politik, sumber daya intelektual, dan
hubungan lintas-sektor) untuk mengatur pemerintah dan membantu menetapkan
kebijakan sehingga dapat bekerja untuk kualitas hidup masyarakat.
Semua fungsi penting tersebut sesuai dengan prinsip inti masyarakat
demokratis, bahwa harus ada pemerintahan, oleh dan untuk rakyat. Logika yang
sama berlaku untuk semua cabang legislatif di suatu negara demokratis.40
Sementara itu, di samping harus memiliki program, menurut Wilhelm
Hofmeister dan Karsten Grabow, partai politik memiliki fungsi lainnya. Pertama,
function of political opinion-making, yaitu fungsi partai politik sebagai pembuat
38
Stefano Bartolini dan Peter Mair, Challenges to Contemporary Political Parties, dalam
Larry Diamond dan Richard Gunther,‖Political Parties and Democracy, h. 15. 39
Michael G Roskin, Political Science: An Introduction, (London: Pearson Education,
2008), h.195-201. 40
Michael G Roskin. Political Science: An Introduction, (London: Pearson Education,
2008), h.195-201.

24
opini publik. Kedua, partai politik sebagai rekrutmen politik.41
Fungsi yang kedua
ini, jelas partai Golkar dan PPP melakukan mekanisme penjaringan kandidat
politik untuk diusung dalam pilkada di kabupaten Demak pada tahun 2015. Dan
yang lebih menarik adalah, kedua pasangan calon yang diusung oleh partai Golkar
dan PPP bukanlah berasal dari kader mereka. Hal tersebut menunjukan bahwa
proses penjaringan kandidat tidak bersifat tertutup,42
dan membuka ruang
partisipasi politik bagi masyarakat luas serta diluar fungsionaris partai tersebut.
Ketiga, function of integration atau partai politik sebagai pembuat program
beradasarkan pada kepentingan masyarakat. Keempat, partai politik sebagai
organisasi sosial yang melakukan sosialisasi dan partisipasi politik (function of
socialization and participation). Kelima, partai politik sebagai organisasi yang
ikut pemilihan umum43
untuk memperoleh jabatan publik (function of exercising
political power). Keenam, partai politik sebagai organisasi yang melegitimasi
sistem politik (function of legitimating).
Adapun fungsi partai politik berdasarkan undang-undang partai politik di
Indonesia itu tertuang dalam Undang -Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa partai politik adalah sebagai sarana:44
Pertama, pendidikan politik, bagi anggotanya dan masyarakat luas agar
menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya di
41
Wilhelm Hofmeister dan Karsten Grabow, Political Parties: Functions and Organisation
in Democratic Societies (Singapore: Konrad Adenauer Stiftung, 2011), h. 16. 42
Pengertian mekanisme rekrutmen kandidat politik, tidak hanya berlaku untuk kader dan
anggota mereka sendiri. Tetapi juga terbuka untuk masyarakat luas, yang bersedia masuk dan
mengikuti proses seleksi dan penjaringan calon kandidat. 43
Terkait konteks ini, PPP dan Partai Golkar turut serta sebagai lokomotif dalam meraih
kekuasaan eksekutif, yaitu bupati dan wakil bupati, di pemilihan kepala daerah di kabupaten
Demak. Artinya kompetisi politik yang dikuti partai tersebut tidak harus bersifat nasional seperti
pemilu, tapi juga bersifat lokal atau daerah. 44
Undang -Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

25
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, penciptaan iklim
yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk
mensejahterakan masyarakat.
Ketiga, penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
Keempat, partisipasi politik warga negara Indonesia. Kelima, rekrutmen politik
sebagai proses pengisisan jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Dengan melekatnya beberapa fungsi partai politik di atas, secara ringkas
partai politik dapat dikatakan sebagai penghubung antara warga negara dengan
pemerintahnya. Selain itu partai juga melakukan fungsi- fungsi seperti komunikasi
politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, pengatur konflik politik, pendidikan
politik, pemersatu kebangsaan untuk mensejahterakan masyarakat, dan partisipasi
politik. Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi instrumen untuk
mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik dalam menjalankan
tugasnya.
B. Teori dan Bentuk Koalisi
B. 1. Teori Koalisi
Berkaitan dengan koalisi, menurut Shively, koalisi adalah gabungan
beberapa kelompok politik untuk mengendalikan dan menghimpun kekuasaan
sehingga kepentingan mereka dapat terakomodasi.45
Koalisi juga berarti sebuah
persetujuan formal yang memiliki kontrak bersama di antara dua partai politik
45
W. Philips Shively, Power and Choice: An Introduction to Political Science, (New York:
Mc Graw, 2015), h. 428.

26
atau lebih yang dilakukan untuk menjamin kekuasaan pemerintah atas dasar suara
mayoritas dalam mempertahankan stabilitas jalannya pemerintahan.46
Hal serupa juga dikatakan oleh A. Bakir Ihsan, yang mengatakan koalisi
menjadi cara untuk menjembatani beragam kepentingan partai politik untuk
bersama-sama membangun dan menjalankan pemerintahan.47
Selanjutnya menurut Lawrence C. Dodd, partai politik yang terdapat dalam
sistem multipartai harus masuk ke dalam koalisi bersama dengan partai politik
lain untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol atas pemerintahan. Untuk
mencapainya, partai politik yang berkoalisi harus meninggalkan ideologi atau asas
awal demi tercapainya kebersamaan di dalam koalisi.48
Pendapat Lawrence di
atas, sangat tepat dengan kasus koalisinya partai Golkar dan PPP di kabupaten
Demak tahun 2015. Bahwa kedua partai tersebut secara asas—yang dapat dilihat
dari ad/art-nya—berbeda.49
Dalam isi ad/art PPP bab II (dua), tentang asas, sifat dan prinsip perjuangan,
pasal dua ditegaskan bahwa PPP berasaskan Islam.50
Sementara partai Golkar
dalam ad/art-nya, bab III, tentang Asas dan Sifat, Pasal 5 (lima), berbunyi: partai
Golkar berasaskan Pancasila.51
46
Andrew Heywood, Politik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 288. 47
A. Bakir Ihsan, ―Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi dalam Sistem Quasi
Presidensial,‖ Jurnal Penelitian Politik LIPI: Menggugat Politik Parlemen, Vol. 8, No.1, (2011), h.
31. 48
Lawrence C. Dodd, Coalitions In Parliamentary Government, (New York: Princeton
University Press, 1976), h. 35. 49
Berdasarkan AD/ART antara partai Golkar dan PPP dalam asas partainya berbeda. Partai
Golkar berasaskan nasionalis dan PPP berasaskan Islam sebagai ideologi partainya masing-
masing. 50
AD/ART PPP Ketetapan Muktamar VIII No: 07/TAP/MUKTAMAR VIII/PPP/2016, bab
II (dua), tentang Asas, Sifat dan Prinsip Perjuangan, Pasal II (dua), h. 59. 51
AD/ART Partai Golkar, Bab III, tentang Asas dan Sifat, pasal 5 (lima). h. 9.

27
Meskipun asas atau ideologi partai adalah hal yang penting, akan tetapi
perihal koalisi kedua partai tersebut tidak banyak mempersoalkan. Ini adalah
contoh konkret bahwa kedua partai tersebut sama-sama menanggalkan asas partai
mereka demi terciptanya kebersamaan dalam koalisi dan proses pengusungan
calon kandidat kepala daerah, yang dalam konteks ini adalah bupati dan wakil
bupati.
B. 2. Bentuk Koalisi
Pada prakteknya koalisi memiliki beberapa bentuk atau tipe yang dapat
dibedakan secara kuantitas (jumlah) dari partai politik atau kursi di legislatif yang
tergabung ke dalam koalisi tersebut. Untuk melihat tipe dan bentuk koalisi yang
dilakukan oleh partai Golkar dan PPP di pilkada Kabupaten Demak tahun 2015,
penulis merujuk pada pendapat Arend Lijphart dalam Pattern of Democracy, yang
dikutip oleh Syamsuddin Haris, mengenai bentuk atau tipe koalisi, yaitu koalisi
besar atau gemuk, koalisi pas terbatas, dan koalisi kecil, berikut uraiannya:52
B. 2. a. Koalisi Besar atau Gemuk
Koalisi besar atau gemuk pada pembentukkannya mengikutsertakan hampir
semua partai politik ke dalam koalisi. Sehingga di koalisi tersebut terdapat jumlah
partai politik yang melebihi secara kuantitas dari yang diperlukan53
untuk
mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.54
52
Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-
Six Countries, dalam Syamsuddin Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era
Reformasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 100. 53
Pada umumnya, koalisi besar atau gemuk melampaui perhitungan minimal dari jumlah
kursi partai politik di parlemen atau legislatif dan melebihi atau melampaui perhitungan 50% + 1
kursi di legislatif. Biasanya mencapai angka 60%. Ini yang membuat koalisi tersebut disebut
koalisi mayoritas. 54
Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan,
(Jakarta: Kompas, 2008), h. 221.

28
Dengan begitu, apabila koalisi tersebut memenangkan pemilu atau pilkada
maka pemerintahan yang berjalan akan mendapat dukungan mayoritas mutlak dari
partai politik pendukung (koalisi) di legislatif.55
Namun tidak menutup
kemungkinan tipe koalisi ini tentu kemudian menyebabkan adanya tawar-
menawar kepentingan, negosiasi yang alot, dan sulit untuk diselaraskan pada
proses pembahasan kebijakan, karena terlalu banyak partai politik yang tergabung
dalam koalisi tersebut. Sehingga kemungkinan untuk tercapainya konsensus
bersama perihal pembuatan kebijakan sukar terlaksana secara cepat.
B. 2. b. Koalisi Pas Terbatas
Koalisi pas terbatas dibentuk hanya untuk mencapai dukungan sederhana di
parlemen atau legislatif tanpa mengikutsertakan partai politik yang tidak
diperlukan untuk mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.56
Artinya koalisi
ini dibentuk untuk memenuhi syarat minimal pencalonan atau pengusungan
kandidat dari jumlah kursi legislatif. Bukan mayoritas dukungan, dari legislatif.
Pada pilkada di kabupaten Demak tahun 2015 syarat jumlah kursi minimal
untuk mengusung calon adalah 20% dari jumlah total 49 kursi legislatif
(DPRD).57
Artinya jumlah minimal kusrsi legislatif, untuk dapat berkoalisi dan
mengusung pasangan calon adalah sepuluh kursi. Dari syarat minimal
pengusungan calon berdasarkan kursi legislatif kabupaten Demak, dapat ditelusuri
berdasarkan informasi mengenai pasangan calon, partai pengusung dan jumlah
perolehan kursi dari partai pengusung (dapat dilihat pada tabel II. B. 2. b. 1).
55
Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi, h. 100. 56
Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-
Six Countries, edisi kedua, (New Heaven and London: Yale University Press, 2012), h. 80. 57
Sumber KPUD Kabupaten Demak.

29
Tabel II. B. 2. b. 1.
Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi
Legislatif Kabupaten Demak
No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan
Kursi
1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan PPP 14 (28% dari jumlah
keseluruhan kursi)
2 H. Moh. Dachirin Said dan H.
Edi Sayudi
PKB dan Partai
NasDem 12 (24% dari jumlah
keseluruhan kursi)
3 Harwanto dan H. Maskuri
Partai Gerindra, PAN,
dan Partai Demokrat 11 (22% dari jumlah
keseluruhan kursi) Sumber: KPUD Kabupaten Demak
Dengan jumlah syarat minimal tersebut,58
maka partai Golkar dan PPP tentu
dapat melakukan koalisi untuk mengusung pasangan H. M. Natsir dan Joko
Sutanto dan dengan jumlah total perolehan kursi legislatif kursi 28%. Untuk dapat
melihat persebaran jumlah kursi dari masing-masing partai politik yang terdapat
di DPRD kabupaten Demak (maka dapat melihat tabel II. B. 2. b. 2).
Tabel II. B. 2. b. 2.
Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten
Demak
No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif
1 PAN 2
2 Partai Demokrat 2
3 Partai Gerindra 7
4 Partai Golkar 9
5 Partai NasDem 3
6 PDI-P 8
7 PKB 9
8 PKS 4
9 PPP 5
# Total 49 Kursi Sumber: KPUD Kabupaten Demak
Dengan begitu, partai politik yang tergabung ke dalam koalisi dari masing-
masing partai pengusung, jumlahnya terbatas hanya untuk mencapai kekuatan
58
Untuk dapat berkoalisi dan mengusung pasangan calon di pilkada kabupaten Demak
tahun 2015, membutuhkan kurang lebih, minimal sepuluh (10) kursi.

30
politik yang disyaratkan secara minimal. Tanpa jaminan dukungan mayoritas
mutlak di legislatif. Kecuali jika ada partai politik lain yang ikut bergabung ke
dalam koalisi, pasca pemilihan dilakukan.59
Sehingga koalisi pas terbatas ini menjadi bentuk koalisi yang cukup ideal,
dan dapat menjadi alternatif bagi partai politik, karena dukungan mayoritas
sederhana di legislatif selain dapat mengusung calon tersendiri, juga tentu dapat
membantu jalannya pemerintahan dan dapat menciptakan interaksi yang
konstruktif antara kepala daerah (bupati dan wakil bupati atau walikota dan wakil
walikota) dan legislatif (DPRD).
B. 2. c. Koalisi Kecil
Koalisi kecil merupakan koalisi yang tidak mendapatkan dukungan
mayoritas dan mayoritas sederhana di legislatif, sehingga dapat menciptakan
pemerintahan terbelah (ketika eksekutif dan legislatif dipimpin oleh kekuatan
partai politik yang berbeda) dan membuat pemerintahan yang berjalan menjadi
tidak efektif bahkan dapat terjadi pemakzulan terhadap presiden atau kepala
pemerintahan di daerah.60
Kasus koalisi kecil sendiri secara umum jarang terjadi. Adapun kasus yang
berkaitan dengan bentuk koalisi seperti ini adalah pada masa-masa awal
pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, setidaknya sampai tahun 2016. Namun dalam
segi presidensialisme-multipartai, jalannya pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla
59
Dalam hal ini pada dasarnya tidak menutup kemungkinan koalisi mayoritas mutlak dapat
tergabung. Hanya saja konteks tipe koalisi pas terbatas, kondisi koalisi mayoritas mutlak
dimungkinan pasca terpilihnya kepada daerah baru. Sehingga koalisi pendukung pemerintah di
legislatif semakin kuat. Karena adanya tambahan kekuatan dukungan partai politik di legislatif. 60
Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan,
(Jakarta: Kompas, 2008), h. 221.

31
tidak sampai terjadi deadlock, apalagi shutdown dan breakdown. Tidak
sebagaimana yang pernah terjadi di Amerika Serikat pada masa presiden Obama,
pada periode keduanya, dimana terjadi shutdown dan di beberapa negara Amerika
Latin.61
Artinya pada bentuk koalisi kecil, eksekutif juga dapat menjalankan
pemerintahannya dengan cukup baik.
C. Teori Rekrutmen Politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen
politik yaitu untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif
dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment).62
Salah satu
ahli yang pernah memberikan perhatian mengenai rekrutmen politik adalah
Ramlan Surbakti. Menurut Ramlan, rekrutmen politik merupakan cara untuk
menyeleksi, memilih, dan mengangkat seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintah pada khususnya.63
Berkaitan dengan rekrutmen politik, banyak ahli
yang mempunyai konsep dan model rekrutmennya masing-masing. Dari
banyaknya model rekrutmen, penulis hanya memaparkan beberapa model, yang
berkaitan dengan penelitian ini. Berikut model-model rekrutmen dari para ahli
tersebut.
61
Studi mengenai presidensialime juga banyak menyororti beberapa negara Amerika Latin.
Salah satu yang menjadi rujukan adalah Bery Ames, The Deadlock of Democracy in Brazil
(Michigan: University of Michigan Press, 2001). Serta Jose Antonio Cheibub,‖ Minority
Presidents, Deadlock and The Survival of Presidential Democracy‖. 62
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) Edisi Revisi
Cet Ke-III, h. 408. 63
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992). h. 118.

32
C. 1. Model Rekrutmen Politik
Dalam prakteknya rekrutmen politik memiliki beberapa bentuk atau tipe
yang dibedakan menurut beberapa ahli. Untuk melihat tipe atau bentuk rekrutmen
politik yang dilakukan oleh partai Golkar dan PPP dalam pilkada tahun 2015 di
kabupaten Demak.
C. 1. a. Model Seligman
Model yang paling sederhana dan paling awal untuk studi perekrutan politik
ditegaskan oleh Seligman rekrutmen yang terdiri dari: pertama, penyaringan dan
penyaluran politik yang harus memenuhi syarat bagi pencalonan. Kedua,
pencalonan yang mana merupakan proses dua tahap, yaitu inisiatif dan penguatan.
Terakhir, pemilihan.64
Jacob telah mengembangkan model Seligman tersebut dengan
menambahkan sifat kepribadian dan posisi relevan perekrutan. Perekrutan awal
adalah suatu proses di mana individu memiliki sifat kepribadian tertentu dan
menempati posisi sosial yang dikhususkan dalam masyarakat yang disaring oleh
institusi politik selama pemilihan jabatan. Proses rekrutmen menurut Jacob dapat
dilakukan secara ―tertutup‖, yakni dengan menempatkan organisasi partai politik
pada posisi yang kuat untuk mengontrol pada pemilihan kandidat yang disaring
secara ―terbuka‖.65
64
Soetomo, Perilaku Organisasi dan Rekrutmen Politik (Jakarta: Prenada, 2007). h. 49. 65
Soetomo, Perilaku Organisasi dan Rekrutmen Politik , h. 51.

33
Gambar II. C. 1. A66
Alur Rekrutmen Model Seligman dan Jacob
C. 1. b. Model Rush dan Althoff
Menurut Michael Rush dan Philip Althoff, model perekrutan politik
meliputi lima proses kegiatan, yaitu: penyediaan dan permintaan, agensi, kriteria,
kontrol, dan tuntutan. Daya penyediaan dan permintaan dipengaruhi oleh berbagai
lembaga yang berfungsi sebagai agensi perekrutan politik, kriteria yang mungkin
digunakan, dan oleh kadar sejauh mana proses itu dapat dikontrol.67
Agensi perekrutan politik menetapkan beraneka ragam kriteria, meliputi
keterampilan yang mereka anggap layak dan harus dikuasai oleh calon pejabat
yang bersangkutan. Kriteria ini tentu mencerminkan permintaan yang merupakan
representatif atas tuntutan dan harapan masyarakat, tetapi mereka juga akan
mempengaruhi sistem pembukaan, sehingga proses kontrol akan semakin baik dan
kompetitif.68
Selain itu terdapat lima model sistem perekrutan menurut Rush dan
Althoff. Pertama adalah seleksi melalui ujian atau latihan. Model pertama sistem
perekrutan ini banyak terjadi di negara modern dengan dengan melihat kualitas
66
Model rekrutmen Seligman dan Jacob pada gambar, sengaja penulis buat dalam rangka
menyelaraskan dengan penelitian ini. 67
Michael Rush dan Philip Althoff, Sosiologi Politik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1997), h. 38. 68
Michael Rush dan Philip Althoff, Sosiologi Politik, h. 39.

34
dan kapabilitas dari calon kandidat melalui hasil ujian. Contoh yang paling cocok
dengan sistem ini adalah tahap pajajakan fit and proper test. Kedua sistem ―pilih
kasih‖, yaitu sistem perekrutan bergilir. Sebagai contoh adalah presiden yang
tidak dapat dilih kembali setelah menjabat dua periode berturut-turut. Ketiga
adalah sistem perebutan kekuasaan langsung. Sistem ini banyak terjadi pada
kondisis suatu wilayah sedang mengalami konflik. Sehingga perebutan posisi atau
kedudukan hanyak dimungkinkan melalui jalur kekerasan.
Keempat sistem patronase. Sistem perekrutan model ini banyak terjadi di
negara-negara berkembang. Model perekrutan ini mengutamakan hubungan
patronase, sehingga kental dengan sifat nepotis dan koruptif. Kelima (yang
terakhir), adalah sistem pemimpin ―alamiah‖. Kebanyakan kasus pada model ini
adalah ketika kondisi suatu pemerintahan sedang bergejolak. Sehingga dibutuhkan
pemimpin atau figur kharismatik, yang ―seolah-olah‖ dapat menjadi problem
solver dalam suatu masyakatat. Celakanya banyak hasil dari gaya kepemimpinan
model ini menjadi diktator.69
Selanjutnya, berkaitan masih dengan sifat proses rekrutmen politik
menurut Sahid Gatara, yaitu: pertama, bersifat dari atas ke bawah (top-down).
Artinya, proses rekrutmen politik yang berasal dari atas atau orang-orang yang
sedang menjabat. Contoh dari sifat ini adalah penunjukkan pribadi dan seleksi
pengangkatan.70
69
Michael Rush dan Philip Althoff, Sosiologi Politik, h. 189-190. 70
Sahid Gatara, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), h. 17.

35
Kedua bersifat dari bawah ke atas (bottom-up). Artinya, proses rekrutmen
politik berasal dari masyarakat bawah seperti proses mendaftarkan diri dari
individu-individu untuk menduduki jabatan. Contoh sifat ini adalah individu-
individu mengajukan diri pada partai politik untuk maju sebagai kandidat anggota
legislatif maupun calon kepala daerah.71
Ketiga bersifat campuran. Artinya, proses seleksi yang memadukan antara
model top-down dan bottom-up. Contoh sifat ini adalah pada proses pemilihan
umum baik pemilihan umum legislatif maupun eksekutif.72
D. Partisipasi Politik
Penjelasan paling umum dalam partisipasi politik berasal dari teori
modernisasi yang dikemukakan oleh Daniel Bell, Ronald Inglehart dan Russell
Dalton, antara lain, menunjukkan bahwa tren sosial secara umum seperti
meningkatnya standar hidup, pertumbuhan sektor jasa, dan luasnya peluang
pendidikan telah mengerakkan masyarakat pasca industri untuk berkontribusi
terhadap politik gaya baru warganya di negara demokrasi Barat.73
Proses ini diyakini telah meningkatkan tuntutan untuk partisipasi publik
yang lebih aktif lagi dalam proses pembuatan kebijakan melalui aksi langsung,
gerakan sosial baru, dan kelompok-kelompok protes, dan pada saat yang sama
melemahkan loyalitas dan dukungan yang berbeda terhadap organisasi dan
71
Sahid Gatara, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, h. 19. 72
Sahid Gatara, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, h. 21. 73
Pippa Norris, Democratic Phoenix: Political Activism Wordwide (New York: John F.
Kennedy School of Government Harvard University, tahun tidak diketahui), h. 10.

36
otoritas hirarki tradisional seperti pihak gereja dan kelompok kepentingan
tradisional.74
Adapun menurut L.W. Milbrath, partisipasi politik berarti melibatkan
elemen dari masyarakat dalam setiap dimensi kehidupan, budaya atau ekonomi,
sistem pendidikan, sistem politik, serta proses pengambilan keputusan.75
Sedangkan menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, seperti yang dikutip
oleh, L.W. Milbrath, partisipasi politik lebih didasarkan pada wujud nyata
kegiatan politik tersebut. Menurut mereka, partisipasi politik dibagi menjadi
beberapa bentuk.76
Pertama, kegiatan pemilih, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon
legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil
pemilu.
Kedua, lobi. Yaitu, upaya perorangan atau suatu kelompok yang melalui
seorang pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka
tentang suatu isu. Ketiga, kegiatan organisasi, yaitu partisipasi individu kedalam
organisasi, baik selaku anggota maupun pimpinannya guna mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemerintah. Keempat, koneksi, yaitu upaya individu
atau kelompok dalam membangun jaringan atau hubungan dengan pejabat-pejabat
pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka.
74
Pippa Norris, Democratic Phoenix: Political Activism Wordwide, h. 13. 75
L.W.Milbrath, Political Participation (Chicago: RandMcNally, 1997), h. 2. 76
L.W.Milbrath, Political Participation, h. 16.

37
BAB III
GAMBARAN UMUM PROFIL H. M. NATSIR DAN JOKO SUTANTO
PADA PILKADA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2015 SERTA
DINAMIKA DUALISME KONFLIK PARTAI GOLKAR DAN PPP
Bab ini membahas mengenai profil, rekam jejak, serta visi misi
pencalonan dari pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yaitu, H. M. Natsir
dan Joko Sutanto, yang diusung oleh partai Golkar dan PPP pada pilkada serentak
di Kabupaten Demak tahun 2015. Selain itu, akan digambarkan mengenai
bagaimana dinamika dualisme konflik partai Golkar dan PPP pada tahun 2015
yang menyebabkan partai tersebut menjadi terpecah.
Penjelasan bab ini akan membantu mengambarkan alasan mengapa H. M.
Natsir dan Joko Sutanto pada akhirnya ditetapkan untuk disusung oleh kedua
partai tersebut (dan selanjutnya akan lebih detail dibahas pada bab selanjutnya).
A. Profil Calon Bupati H. M. Natsir dan Joko Sutanto Wakil Bupati
Kabupaten Demak
A. 1. Profil Calon Bupati H. M. Natsir
H. M. Natsir lahir di Demak pada tanggal 24 Desember 195877
, beliau
tinggal di Desa Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Beliau merupakan seorang birokrat jajaran Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga (Dikpora) Kabupaten Demak, hingga 2015 menjabat sebagai Ketua
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), kabupaten Demak.78
77
Saat maju sebagai calon bupati kabupaten Demak (yang berpasangan dengan Joko
Sutanto) pada Pilkada 2015, H. M. Natsir berusia 56 tahun. 78
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 1-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

38
Pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Pramuka Cabang Demak di tahun
2013. Sempat menjadi pembimbing terhadap calon jamaah haji di daerahnya.
Selain mempunyai hobi membaca dan motto hidup ‗Bekerja keras‘, pendidikan
dasar dia selesaikan pada tahun 1970 di SDN Dukun, Karang Tengah, Kabupaten
Demak. Sedangkan jenjang sekolah menengah dan atasnya dia tempuh di PGA
NU Demak pada tahun 1976 dan 1978, kemudian dia melanjutkannya di
perguruan tinggi IAIN Walisongo.79
Berdasarkan profil pribadi, yang diperoleh dari KPUD kabupaten Demak
H. M. Natsir tidak atau belum pernah menjadi kader partai manapun.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, aktivitas kesehariannya lebih dihabiskan di
lingkungan pendidikan dengan menjabat sebagai guru, pengawas, dan kepala di
beberapa sekolah. Tercatat, dia pernah menjadi pengajar mata pelajaran Agama
Islam di SDN Mrisen, Wonosari, Kabupaten Demak, pada tahun 1983.80
Adapun jabatan kepala sekolah dia alami pada tahun 2000 di SDN Getas
1, Wonosalam, Kabupaten Demak. Dari menjadi staf pengajar dan kepala sekolah
inilah kemudian yang membawa dirinya diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN) pada Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dindikpora) dari tahun 2005 sampai
2015, dengan ditugasi mulai dari sebagai Pengawas di TK/SD Kecamatan Demak,
Kepala UPTD Kecamatan Karanganyar, Kepala Bidang PNF Dindikporan
79
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 1-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 80
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 1-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

39
Kabupaten Demak, hingga Kepala Bidang TK/SD Dindikpora Kabupaten
Demak.81
Tabel III. A. 1. a.
Pengalaman Pekerjaan dari H. M. Natsir
No Jabatan Institusi Tahun
1 Guru Agama Islam SDN Mrisen 2 Wonosalam
Demak
1983
2 Kepala SD SDN Getas 1 Wonosalam Demak 2000
3 Pengawas TK/SD Dindikpora kec Demak 2005
4 Kepala UPTD Dindikpora kec Karanganyar 2007
5 Kepala Bidang PNF Dindikpora Kab Demak 2013
6 Kepala Bidang TK/SD Dindikpora Kab Demak 2015 Sumber: KPUD Kabupaten Demak
82
Selain itu, suami dari seorang istri bernama Suntari dan bapak dari dua
orang anak ini cukup berpengalaman dalam persoalan organisasi dan masyarakat.
Antara lain, di samping ikut organisasi PGRI dan Kwartir Pramuka, dia juga
sempat menjadi Sekretaris IPNU Kabupaten Demak pada tahun 1980 sampai
1985. Semua pengalaman ini menandakan beliau telah bergelut sebagai aktivis
semenjak masih berstatus mahasiswa.83
Tabel III. A. 1. b.
Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir
No Jabatan Institusi Tahun
1 Sekretaris IPNU NU 1980-1985
2 Ketua Kwarcab Pramuka 2013
3 Ketua PGRI PGRI Kab Demak 2015-sekarang84
Sumber: KPUD Kabupaten Demak85
81
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 1-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 82
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 1-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 83
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 84
H. M. Natsir, sepengetahuan penulis, masih menjabat sebagai ketua PGRI Kabuapten
Demak, sampai penulis mendapatkan data tersebut. Sampai tahun 2017. 85
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

40
A. 2. Profil Calon Wakil Bupati Joko Sutanto
Joko Sutanto lahir di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 05
Februari 195586
, dan lulus pendidikan dasar di SDN Kategan, Bantul, pada tahun
1967, SMPN 1 Bantul di tahun 1970, dan SMA 52 Yogyakarta pada tahun 1974.
Sementara kesarjananya ia raih di perguruan tinggi Universitas Terbuka
Administrasi Negara dengan gelar Doktorandus pada tahun 1991. Setelah masa
pendidikannya tersebut, ia tercatat pernah memiliki pengalaman kerja
pemerintahan untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Demak.87
Yaitu, ia sempat menjadi Kaur Bangdes di Kecamatan Guntur, Kabupaten
Demak (1981-1986), Kaur Bang Kecamatan Sayung (1986-1991), Pjs. Kades
Loireng Kecamatan Sayung (1988-1989), Pjs. Kades Surodadi Kecamatan Sayung
(1989), Kaur Bang Kecamatan Bonang (1991-1998), Kasubsie. Teknologi Tepat
Guna di Kantor PMD (1998-1999), Kasie. PMD Kecamatan Mranggen (1999-
2000), Kasubbag. Pelaporan di Bagian Pembangunan Serda (2001-2006), Kabag.
Pembangunan di Bagian Pembangunan Serda (2006-2011), dan pelaksana tugas
di kabag tersebut pada 2011. Serta Staf Ahli Bupati Demak (2011-2013).88
Tabel III. A. 2. a.
Pengalaman Pekerjaan Joko Sutanto
No Jabatan Institusi Tahun
1 Kaur Bangdes Kec Guntur 1981-1986
2 Kaur Bang Kec Sayung 1986-1991
3 Pjs Kades Loireng Kec Sayung 1988-1989
4 Pjs Kades Surodadi Kec Sayung 1989-1989
5 Kaur Bang Kec Bonang 1991-1998
86
Saat maju sebagai calon wakil bupati kabupaten Demak (yang berpasangan dengan H.
M. Natsir) pada Pilkada 2015, Joko Sutanto berusia 60 tahun. 87
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 88
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

41
6 Kasubsie. Teknologi Tepat Guna Kantor PMD 1998-1999
7 Kasie PMD Kec Mranggen 1999-2000
8 Kasubag. Pelaporan Bagian Pembangunan Setda 2001-2006
9 Kabag Pembangunan Bagian Pembanginan Setda 2006-2011
10 Plt. Kabag Pembangunan Bagian Pembanginan Setda 2011-2013
11 Staf Ahli Bupati Demak Kantor Bupati Demak 2011-2013 Sumber: KPUD Kabupaten Demak
Meskipun Joko Sutanto justru pernah aktif di wilayah politik dengan
masuk partai Golkar dan sempat menjadi pengurus partai Gokar Pembantu
Komisariat DPD Partai Golkar Demak pada tahun 1982 hingga 1992.89
Tapi,
sudah sewajarnya pada masa Orde Baru saat itu, para pejabat birokrat wajib
masuk partai Golkar. Sehingga pasca reformasi hingga tahun 2015, tidak ada satu
keterangan yang berbunyi bahwa Joko Sutanto adalah kader partai Golkar.90
Tabel Tabel III. A. 2. b.
Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto
No Jabatan Institusi Tahun
1 Pembantu Komisariat DPD Golkar Demak 1982-1992 Sumber: KPUD Kabupaten Demak
91
B. Visi dan Misi H. M. Natsir dan Joko Sutanto
Visi : ‗Terwujudnya masyarakat Demak Yang Agamis lebih sejahterah, mandiri,
Maju, kompetitif, kondusif, berkepribadian dan demokratis.‖92
Penjelasan Visi:
1. Mandiri; mewujudkan masyarakat yang mampu mengembangkan potensi
diri, mampu mencukupi kebutuhannya sendiri secara layak dengan
89
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 90
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 91
Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 92
Dokumen Visi-Misi H. M. Natsir dan Joko Suntanto. Sumber KPUD Kabupaten
Demak.

42
mengoptimalkan berbagai keunggulan dan peluang yang dimiliki guna
mencapai kesejahteraan.
2. Sejahtera; artinya makmur, aman, nyaman dan sentosa serta terlepas dari
segala macam gangguan, baik material maupun spiritual pada aspek
ekonomi, sosial, budaya, hukum dan HAM. Sejahtera ditandai
meningkatnya indikator IPM
3. Maju; Layanan pemerintahan yang diselenggarakan secara modern, antara
lain ditandai dengan Penguasaan dan pemanfaatan teknologi canggih dalam
penyelenggaraan layanannya. Dikelola dengan manajemen modern yang
handal dan efisien, memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup,
memiliki daya saing tinggi, dan mampu menghasilkan output dan outcome
yang berkualitas prima
4. Kondusif; Pembangunan yang mengedapankan keselarasan kehidupan
sosial politik masyarakat yang berkeadilan dengan menjamin kepastian
hukum, kesamaan hak dan kewajiban dalam berbagai bidang serta
memperhatikan aspek lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
lingkungan aman nyaman dan tentram dapat meningkatkan kinerja
pemerintahan untuk melayani kebutuhan masyarakat baik berupa barang
atau jasa. Peningkatan lingkungan yang aman, nyaman dan tentram dapat
dilakukan dengan upaya meningkatnya kesadaran.
Mengenai hal di atas, baik H. M. Natsir maupun Joko Susanto
menjelaskan, keempat hal utama tersebut (Mandiri, Sejahtera, Maju dan
Kondusif) akan menjadi sangat bermakna karena dibingkai dalam lingkungan
sosial budaya yang agamis, berkepribadian dan demokratis. Bingkai agamis dan
demokratis ini akan memperkokoh kemajuan yang diharapkan Kabupaten Demak.
Selanjutnya, penjabaran visi tersebut di atas diikuti dengan misi sebagai
berikut:93
93
Dokumen Visi-Misi H. M. Natsir dan Joko Sutanto. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

43
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih bersih, efektif, efisien,
dan akuntabel.
2. Meningkatkan Pelayanan dasar masyarakat yang berbasis standarisasi.
3. Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui optimalisasi potensi
berbasis pertanian, kelautan, perikananan, UMKM dan pariwisata.
4. Mengakselerasikan pembangunan infrastruktur strategis, pembangunan
kewilayahan dan menyerasikan pembangunan antar wilayah dan desa.
5. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan tentram.
Adapun strategi pembangunan dari turunan visi-misi pasangan calon tersebut
adalah:
1. Mewujudkan Tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan akuntabel (Good Government).
2. Mewujudkan Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui layanan
pendidikan dan kesehatan.
3. Mewujudkan Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat melalui sektor
pertanian, kelautan, perikanan, pariwisata dan pengembangan dunia usaha
serta investasi.
4. Mewujudkan Percepatan pembangunan perkotaan dan infrastruktur
pedesaan.
5. Mewujudkan lingkungan masyarakat yang aman, tentram, dan penuh
tenggang rasa.
Adapun program unggulan adalah:94
1. Program pemerintahan yang bersih dan akuntabel melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang aspiratif, partisipasif dan transparan.
2. Program Pendidikan 12 Tahun yang berkualitas ,terjangkau, dan berbasis
standar.
3. Program Beasiswa Pascasarjana bagi 500 Pendidik dan Tenaga Pendidikan.
4. Program Pembangunan RSUD baru di Wilayah selatan Demak.
94
Dokumen Visi-Misi H. M. Natsir dan Joko Sutanto. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

44
5. Peningkatan Jumlah dan Kualitas Dokter di Seluruh Puskesmas.
6. Program Percepatan Peningkatan Infrastruktur yang Memadai dan
Berkualitas.
7. Program Penguatan Pedesaan menuju Desa Mandiri dan Sejahtera.
8. Program Peningkatan tata kelola dan sarana prasarana Pasar Tradisional.
9. Program Peningkatan daya saing komoditi unggulan pertanian, kelautan dan
peternakan.
10. Program Demak Smart City (Kota Pintar berbasis IT)
11. Program Peningkatan kesejahteraan tenaga honorer dan Guru Madin.
12. Program Pembuatan ruang terbuka hijau (RTH) di setiap Kecamatan.
13. Program Pemasangan CCTV di titik strategis dan ruang publik.
14. Program Pendampingan penyelanggaran pemerintahan desa menuju desa
mandiri di bidang pembangunan fisik dan non fisik.
C. Dinamika Dualisme Partai Pengusung
C. 1. Partai Golkar
Berdasarkan data dari KPU Kabupaten Demak, tercatat ada tiga pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Demak yang saat itu resmi
mendaftarkan diri. Ketiga pasangan itu, pertama, adalah Harwanto dan Maskuri
yang diusung oleh partai Gerindra, PAN dan Demokrat. Kedua, Dachirin Said dan
Edi Sayudi yang diusung oleh PKB dan Nasdem. Sejatinya, pasangan ini
mendaftar melalui dukungan tiga partai yakni PKB, Nasdem dan PKS. Hanya
saja, karena PKS tidak mensertakan rekomendasi dari DPP maka KPUD
kabupaten Demak hanya menerima dukungan PKB dan Nasdem saja.95
Sementara
yang ketiga, sebagaimana yang menjadi fokus utama dari penelitian ini, adalah H.
M. Natsir dan Joko Susanto yang diusung oleh dua partai, yaitu partai Golkar dan
95
―Ada Tiga Pasang Cabub dan Cawabub di Kabupaten Demak‖, diakses dari
http://jateng.tribunnews.com, pada Rabu 03/01/2017.

45
PPP. Namun demikian, yang menarik dari kedua partai pengusung pasangan H.
M. Natsir dan Joko Susanto (Natsir-Jos) ini pada saat itu tengah menghadapi
masalah konflik internal di masing-masing pihak, baik di tingkatan atas sampai
akar rumut. Misalnya, konflik Partai Golkar yang terjadi pada beberapa tahun
belakangan ini, adalah, konflik yang bermula perselisihan pada tubuh Partai
Golkar ini diakibatkan adanya dualisme kepengurusan yang diawali perdebatan
tentang pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas). Kubu pertama (yakni kubu
H.R. Agung Laksono) ingin melaksanakan Musyawarah Nasional tanggal 6-8
Oktober 2014, ternyata pada Rakernas tidak disepakati.96
Keputusan itu ditengarai karena kubu H. R Agung Laksono ingin segera
kepengurusan terbentuk dan berputar haluan mendukung pemerintahan Joko
Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Karena
sebelumnya Partai Golkar di bawah pimpinan Abu Rizal Bakrie secara terbuka
mendukung Prabowo dan Hatta Rajasa untuk maju sebagai calon presiden dan
wakil presiden.
Kubu H. R Agung Laksono ini berasumsi selama sejarah partai, Partai
Golkar tidak pernah berada pada partai oposisi dan selalu mendukung
pemerintahan.97
Penyebabnya adalah persoalan posisi Partai Golkar untuk tetap di
Koalisi Merah Putih (KMP) sebagai partai oposisi atau keluar dari koalisi, yakni
ikut bergabung ke dalam pemerintahan.98
96
―Dualisme Pemimpin Golkar‖, diakses dari https://www.rappler.com, pada Rabu
03/01/2017. 97
―Awal Mula Penyebab Konflik Internal Golkar‖, diakses dari
www.nasional.kompas.com, pada Rabu 03/01/2017. 98
―Penyebab Dualisme Kepeminpinan partai Golkar dan Dampaknya terhadap Kinerja
DPR RI‖, diakses dari www.viva.co.id, pada Rabu 03/01/2017.

46
Berdasarkan konteks perselisihan tersebut, mencuat nama Abu Rizal
Bakrie (ARB) sebagai kubu kedua, di mana pada Musyawarah Nasional (Munas)
dan mengikuti AD/ART telah menyepakati bahwa Rapat Konsultasi Nasional,
Rapat Pleno, Rapat Pimpinan Nasional, hingga pada Musyawarah Nasional akan
diselenggarakan tanggal 30 November 2014 sampai 14 Desember 2014.
Tabel III. C. 1.
Perkembangan Dinamika Konflik Partai Golkar Pada Saat Dualisme
No. Waktu Konflik
1. 19 November 2014
Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar membuat keputusan
mempercepat Musyawarah Nasional 30 November 2014 yang semula terjadwal Januari 2015
2. 25 November 2014
Kubu Agung Laksono (AL) menolak keputusan Rapimnas
dan membentuk Tim Penyelamat Partai Golkar yang di
ketuai Agung Laksono dan anggota Prio Budi Santoso,
Hajriyanto Y Thohari, Zainuddin
Amali, Agus Gumiwang, Lauren Siburian, Yoris Raweyai,
Agun Gunandjar, dan Ibnu Munzir
3. 3 Desember 2014 ARB kembali terpilih menjadi Ketum Partai Golkar pada
Munas yang digelar di Bali. ARB terpilih secara aklamasi.
Pada Munas itu juga diumumkan pemecatan semua kader
yang terlibat dalam pembentukan presidum penyelamat
partai, yakni Agung Laksono dan kawan-kawan karena
dinilai telah melanggar AD/ART partai
4. 8 Desember 2014 Agung Laksono terpilih dalam Munas tandingan yang
digelar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta. Selain terpilihnya
Agung, Munas yang digagas Presidium Penyelamat Partai
itu memutuskan Golkar keluar dari koalisi KMP dan
mendukung pemerintahan Jokowi selain itu penetapan
pencalonan Pilpres partai Golkar melalui konvensi
5. 16 Desember 2014 Penolakan Mentri Hukum dan Ham (Menkumham) atas
pengesahan kedua Pengurusan masing-masing baik kubu
ARB maupun kubu AL dan mengembalikan konflik kepengurusan kepada Mahkamah Partai.
6. 11 Februari 2015 Mahkamah partai bersidang untuk menyelesaikan konflik. Kubu ARB tidak hadir dalam sidang tersebut

47
Sumber: Diolah dari berbagai sumber media
7. 10 Maret 2015 Mentri Hukum dan Ham Yasonna Laoly memutuskan Partai Golkar versi Munas Ancol Jakarta atau yang diketuai oleh Agung Laksono sebagai kepengurusan partai yang sah. Keputusan Yasonna ini diklaim sudah sesuai dengan keputusan Mahkamah Partai Golkar.
8. 23 Maret 2015 Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly, mengeluarkan Surat Keputusan (SK), pengesahan kepengurusan DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol. Kubu Munas Bali langsung mendaftarkan gugatannya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.
9. 18 Mei 2015 Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menangkan Kubu ARB. Surat Keputusan Menkumham dibatalkan. Menkumham mengajukan banding atas putusan PTUN Jakarta ini
10. 10 Juli 2015 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Jakarta menganulir vonis tingkat pertama di kasus sengketa kepengurusan Partai Golkar. Alhasil kepengurusan sah Golkar adalah pimpinan Agung Laksono.
11. 11 Juli 2015 Tokoh senior Golkar yang juga Wapres Jusuf Kalla pertemukan AL dan ARB dalam kesepakatan Islah dimana Golkar terancam tak bisa mengikuti Pilkada serentak.
12. 24 Juli 2015 Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara memutuskan kepengurusan Golkar hasil Munas Ancol di bawah kepemimpinan Agung Laksono tidak sah
13. 20 Oktober 2015 Mahkamah Agung batalkan putusan PTUN (Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) dan kembali ke putusan PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) dimana Surat Keputusan Menkumham yang mensahkan kepengurusan Agung dibatalkan
14. 2 November 2015 Golkar kubu AL ajukan kasasi atas putusan PT Jakarta yang menguatkan putusan PN Jakarta.
15. 24 Januari 2015 BJ. Habibie dan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly menghadiri Rapimnas Golkar. Dalam Rapimnas ini disepakati akan dilaksanakan Munalub sebagai solusi untuk mengakhiri konflik
16. 2 Maret 2015 MA sahkan menangkan gugatan ARB dan menolak kasai kubu Agung. Namun keputusan ini tak mempengaruhi keputusan Rapimnas yang akan tetap menggelar Munaslub
17 7 April 2015 Rapat pleno putuskan Munaslub akan dilaksanakan 7 Mei
2016. Theo L Sambuaga ditunjuk sebagai Ketua
Penyelenggara Munaslub. Sedangkan Wakil Ketua
Penyelenggara yakni Fadel Muhammad dan Yorrys Raweyai.
Untuk Ketua Steering Committee ditunjuk Nurdin Halid dan
Agun Gunandjar Sudarsa sebagai Sekretaris SC. Adapun
Zainudin Amali ditunjuk sebagai Organizing Committee dan
Erwin Aksa sebagai Sekretaris SC.

48
Keputusan dari ARB tersebut, kubu H. R. Agung Laksono mengadakan
rapat terbatas dengan beberapa peserta Rapat Pleno yang masih berada di dalam
ruangan Rapimnas tersebut untuk berinisiatif melanjutkan Rapat Pleno DPP.
Setelah Rapat Pleno Partai Golkar tanggal 25 November 2014, agendanya adalah
melaksanakan hasil Rapimnas dan membentuk Tim Penyelamat Partai Golkar
(TPPG) serta menginginkan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar dilaksanakan
pada tahun 2015.
Adanya situasi dan kondisi partai yang semakin berkonflik, akhirnya
Munas Kubu H.R. Agung Laksono diselenggarakan di Hotel Mercure, Jakarta
Utara, pada tanggal 6 sampai 8 Desember 2014.99
Menurut banyak pengamat
bahwa subtansi dari konflik adalah untuk menentukan arah partai Golkar.
mendukung pemerintah atau oposisi terhadap pemerintah.
Konflik masih terus berlanjut ketika kedua belah pihak saling menggugat
satu sama lain. Namun, akhirnya pada 2 maret 2016 Mahkamah Agung (MA)
memenangkan gugatan ARB dan mengesahkan kepengurusan Aburizal Bakrie
sebagai pengurus yang sah untuk memimpin Partai Golkar.100
Karena panjangnya
runtutan konflik yang terjadi di internal Partai Golkar, peneliti membuat tabel
kronologi konflik di internal Partai Golkar sebagai berikut:
Konflik di Partai Golkar yang cukup panjang, berbuntut pada
kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai (DPD) Golkar di beberapa wilayah.
Adapun dampak yang paling terlihat jelas ialah turunnya elektabilitas partai
99
―Sekjen Golkar Beberkan Awal Mula Manuver Agung‖, diakses dari www.viva.co.id,
pada Rabu 03/01/2017. 100
―Golkar Ical dan Agung Laksono‖, diakses dari www.rappler.com, pada Rabu
03/01/2017.

49
Golkar saat Pilkada tahun 2014. Sebagai hasilnya, Golkar sebagai salah satu partai
papan atas pada Pemilu 2014 tidak mampu mempertahankan kepala daerah di
sejumlah daerah yang pernah dimenangkan dalam pilkada sebelumnya. Calon-
calon yang diusung Golkar gagal menggapai kemenangan lantaran dukungan dari
DPP tidak solid.
Sebanyak 264 daerah otonom, yang terdiri dari tujuh provinsi dan 257
kabupaten/kota yang ikut pilkada tahun 2015, hanya 57 daerah yang berhasil
dimenangi oleh Golkar dan tidak ada satupun di tingkat provinsi. Selain itu
kemenangan partai Golkar di kabupaten Demak (bersama PPP) pada pilkada
2015, adalah hasil dari mengusung calon-calon diluar kader partai.101
C. 2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa PPP adalah salah satu
partai yang ikut mengusung pasangan calon bupati dan wakilnya, yakni Natsir-
Jos. Seperti partai Golkar, PPP pun mengalami konflik dan dualisme di tubuh
internal partai pada tingkat pusat hingga bawah, satu tahun menjelang pilkada
2015 berlangsung.
Konfik ini bermula pada masa kampanye pemilihan presiden 2014, yaitu
ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Agama
Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait penyelenggaran
haji di kementerian Agama tahun anggaran 2012-2013. Oleh karena itu, Rapat
Pengurus Harian (RPH) DPP PPP pada Rabu (10/9/2014), memutuskan memecat
101
―Konflik Golkar dan PPP menghambat Kinerja DPR‖, diakses dari
http://news.okezone.com, pada Kamis 04/01/2017.

50
Suryadharma Ali dari Jabatan ketua umum. Sikap pemecatan ini dilakukan karena
Suryadharma Ali tidak segera mundur meski menjadi tersangka kasus dugaan
korupsi haji.102
Dalam AD/ART PPP ketua umum dapat diberhentikan pada saat
muktamar berlangsung, melainkan bukan disaat rapat-rapat harian dan dengan
tanpa adanya paksaan. Dinilai telah meruntuhkan citra partai, Suryadharma Ali
pun ―diusir‖ paksa dari kursinya. Tidak terima, Suryadharma Ali bermanuver
balik dengan memecat tiga pengurus PPP, yakni Sekretaris Jenderal DPP PPP M.
Romahurmuziy, Wakil Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa dan Emron
Pangkapi.
Sebab dari itu, PPP terbagi menjadi dua kubu yang mendukung keputusan
Suryadharma Ali untuk menjalin koalisi dengan Prabowo dan kubu
Romahurmuziy yang menjalin koalisi dengan Jokowi. Internal PPP menganggap
bahwa Suryadharma Ali telah bertindak otoriter dengan memecat kader tanpa
melalui proses yang jelas dan membuat arah koalisi tanpa melalui proses
rapimnas. Wakil ketua umum PPP Emron Pangkapi menjelaskan sebuah partai
yang memiliki aturan dan konstitusinya sendiri. Menurutnya, tidak ada seorang
pun di dalam partai yang bisa menempatkan dirinya di atas aturan dan konstitusi
tersebut.103
Dualisme kepemimpinan yang merundung PPP dipastikan bakal
berdampak besar terhadap agenda politik partai menjelang pemilihan kepala
daerah (pilkada) yang digelar akhir tahun 2015. Selain itu, menurut Direktur
102
―Korupsi Dana Haji di Kementerian Agama‖, diakses dari diakses dari
http://news.okezone.com, pada Kamis 04/01/2017. 103
―Dualisme Kepemimpinan PPP‖, diakses dari www.viva.co.id, pada Rabu 03/01/2017.

51
Riset PolMark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro, konflik yang merundung
PPP akan memberikan keuntungan bagi partai lain yang tidak berpolemik.104
Di
sisi lain, dalam banyak hal juga akan mendapat sorotan negatif dari publik. Oleh
karenanya, semua partai membutuhkan situasi kondusif untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat, termasuk PPP itu sendiri.105
104
―Dualisme PPP Menurunkan Elektabilitas di Pilkada‖, diakses dari
www.cnnindonesia.com, pada Kamis 04/01/2017. 105
―Dualisme di Tubuh Partai Pengaruhi Elektabilitas Pilkada‖, diakses dari
www.cnnindonesia.com, pada Kamis 04/01/2017.

52
BAB IV
ANALISIS REKRUTMEN POLITIK DAN KOALISI PARTAI GOLKAR
DAN PPP DALAM MENGUSUNG PASANGAN CALON BUPATI DAN
CALON WAKIL BUPATI PADA PILKADA KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2015
Bab ini merupakan inti dari penelitian dan membahas mengenai rekrutmen
politik dan koalisi partai Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan calon
bupati dan wakil bupati, H. M. Natsir dan Joko Sutanto, di Kabupaten Demak
tahun 2015. Selain itu juga dibahas mengenai mekanisme rekrutmen calon
kandidat dari masing-masing partai hingga ditetapkannya nama-nama calon
tersebut. Mekanisme pengusungan pasangan calon tersebut dipisahkan secara
pembahasan, karena berdasarkan temuan lapangan masing-masing partai memiliki
mekanisme perekrutan sendiri, yang menghasilkan nama calon untuk diusung dari
partai tersebut. Pembahasan selanjutnya adalah komitmen berkoalisinya partai
Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan calon tersebut. Penjelasan di dalam
bab ini dimulai dengan proses rekrutmen calon dari partai Golkar.
A. Pra Proses Rekrutmen Calon dari Partai Golkar
Sebelum membahas bagaimana proses penentuan calon dari partai Golkar
lebih detail, perlu disinggung kembali bahwa pada pilkada kabupaten Demak
sebelumnya,106
partai Golkar adalah salah satu partai yang mendukung bupati dan
wakil bupati sebelumnya, yaitu H. Moh. Dachirin Said dan Harwanto. Namun
untuk pilkada 2015 kali ini, bupati kabupaten Demak (H. Moh. Dachirin Said) dan
106
Pilkada Kabupaten Demak sebelumnya adalah tahun 2010.

53
wakil bupati kabupaten Demak (Harwanto), kembali maju dengan pasangan dan
partai pengusung yang berbeda. Untuk melihat peta pasangan calon bupati dan
wakil bupati yang maju dalam pilkada kabupaten Demak pada kontestasi tahun
2015, dapat melihat tabel IV. A. 1.
Tabel IV. A. 1.
Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi
Legislatif Kabupaten Demak
No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan
Kursi
1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan
PPP
14 (28% dari jumlah
keseluruhan kursi)
2 H. Moh. Dachirin Said dan H. Edi
Sayudi
PKB dan Partai
NasDem
12 (24% dari jumlah
keseluruhan kursi)
3 Harwanto dan H. Maskuri
Partai Gerindra, PAN,
dan Partai Demokrat
11 (22% dari jumlah
keseluruhan kursi)
Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa bupati kabupaten Demak
sebelumnya (H. Moh. Dachirin Said) dari pasangan nomor urut 2 berpasangan
dengan H. Edi Sayudi. Sedangkan untuk wakil bupati kabupaten Demak
sebelumnya (Harwanto) berpasangan dengan Maskuri.
Pada tahun 2015 partai Golkar yang sedang mengalami perpecahan
diinternal, tentu mengalami hambatan dalam mekanisme kompromi, komunikasi,
dan penentuan jalannya misi partai di pilkada tersebut. Terkait mengapa tidaknya
mengusung kembali salah satu calon petahana (baik bupati atau wakil bupati),
yang pernah diusung pada pilkada sebelumnya, internal partai Golkar memiliki
dua alasan. Pertama alasan internal dan kedua alasan eksternal. Alasan internalnya
adalah karena partai Golkar kabupaten Demak menilai kinerja pemerintahan
daerah sebelumnya kurang maksimal dan kurang optimal, sehingga enggan
kembali mengusung pasangan calon tersebut, khusunya bupati petahana

54
sebelumnya, yaitu H. Moh. Dachirin Said, sebagaimana di katakan oleh pak
Sunari:107
―....Penilaian ini bukan hanya berangkat dari partai sendiri. Tapi dari
masyarakat Demak. Bukan berarti tidak bagus pak Dachirin-nya. Tapi
pak Dachirin itu kan seperti pak Joko atau pak Natsir juga yaa
dulunya. Mereka berangkat dari pemerintahan (sebagai biroktat). Jadi
mereka punya pengalaman dan modal yang baik. Baik secara kualitas
dan kapabilitas. Tapi dengan modal yang pak Dachirin punya,
sepertinya kurang maksimal. Jadi bukan berarti tidak bagus yaa.
Bagus cuma kurang maksimal. Untuk itu akhirnya kita (partai Golkar)
memutuskan untuk tidak mendukung lagi.‖
Pandangan senada dari pendapat pak Sunari (diatas), mengenai kinerja
bupati sebelumnya yang kurang maksimal diperkuat dengan pandangan pak
Muin,108
berikut tanggapannya:
―Memang seharusnya seperti itu jika dilihat dari pengalaman. Tapi
kan masyarakat mempunyai penilaian sendiri. Saya melihat adanya
ketidakpuasan dari masyarakat terhadap pemimpin sebelumnya, yang
paling utama adalah masalah ekonomi. Banyak masyarakat yang
kecewa dengan kinerja pak Dachirin dan Herwanto. Sehingga
masyarakat mempunyai penilaian sendiri terhadap calon yang mau
didukung.‖
Dari alasan tersebut, partai Golkar kabupaten Demak memutuskan untuk
tidak mendukung petahana dan melakukan rekrutmen calon, dari mekanisme
internalnya terlebih dahulu. Ini yang membuat akhirnya, partai tersebut sampai
selesainya pilkada kabupaten Demak, tidak mengusung calon-calon petahana
yang pernah diusung pada pilkada sebelumnya.
107
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017. 108
Wawancara dengan pak Muin sebagai Pimpinan Redaksi Warta Demak, Pemimpin
Umum dan Redaksi Kabar Seputar Muria, melalui chat Whatsup pada 30 Mei 2017.

55
Setelah keputusan internal partai yang tidak mendukung calon-calon
petahana dengan pertimbangan tertentu, akhirnya partai ini membuka mekanisme
rekrutmen atau pencalonan internal, yang akan dibahas selanjutnya.
A.1. Proses Penentuan Bakal Calon dari Partai Golkar
Dalam konteks rekrutmen kandidat baik di level nasional atau level
daerah, partai Golkar membuka pintu pencalonan dari berbagai kalangan
masyarakat. Baik itu kader partai atau non kader yang sekiranya mau
mengabdikan dirinya kepada masyarakat lewat partai Golkar. Pendapat di atas
dikuatkan sebagaimana dikatakan oleh Wakil Ketua Bapilu Wilayah Jawa Tengah
pada pilkada 2015, Marlinda Irwanti:109
―Jadi misalnya terdapat pemilihan bupati atau walikota di suatu
daerah, nanti DPD Partai Golkar membuat rekrutmen, untuk siapa saja
yang ingin mendaftar; cv, wawancara, dan lain sebagainya. Nah pada
tahap ini pendaftaran tidak hanya untuk kader partai. Tetapi juga
untuk diluar (non) kader. Bisa dari pns, swasta, atau dari latar
belakang profesi yang lain; yang jelas pada dasarnya mereka yang ikut
dalam rekrutmen adalah mereka yang memenuhi syarat untuk
mencalonkan sesuai undang-undang‖
Dengan pendapat dari tingkat pusat dan oleh pengurus badan pemenangan
pemilu partai Golkar kabupaten Demak, bahwa dalam pembukaan pendaftaran
calon kepala daerah terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Baik itu kader
maupun non kader, artinya partai Golkar tidaklah kaku dan model rekrutmennya
bersifat terbuka.
Hal senada juga dikatakan oleh Sekretaris partai Golkar kabupaten Demak,
bahwa Partai Golkar di Kabupaten Demak menerapkan hal yang sama, bahwa
109
Wawancara dengan Marlinda Irwanti, sebagai Wakil Ketua Bapilu Pilkada Serentak
2015 Wilayah Jawa Tengah, Jakarta pada 27 April 2017.

56
pendaftaran terbuka baik untuk kader maupun non kader, sebagaimana dikatakan
oleh Sunari Muslim:110
―Betul, kita terbuka untuk semua pihak yang mau maju lewat Golkar,
baik itu kader atau non kader. Tetapi nanti internal partai akan melihat
rekam jejak dari nama-nama yang masuk. Dari rekam jejak itu kita
seleksi dengan pertimbangan terbaik dari internal partai.‖
Gambaran tanggapan Wakil Ketua Bapilu Jawa Tengah partai Golkar (Ibu
Marlinda) dan Sekretaris DPD kabupaten Demak (pak Sunari) menunjukan bahwa
dalam proses penjaringan kandidat dari partai Golkar, bersifat terbuka. Dan
membuka peluang bagi individu-individu di luar partai untuk ikut dan masuk
dalam proses penjaringan.
Hal tersebut relevan dengan tanggapan umum mengenai partai politik dari
ilmuan politik Antony Down, yang mengatakan partai politik mempunyai sifat
sistem yang terbuka dan berorientasi pada partisipasi.111
Selain itu salah satu
fungsi yang tidak kalah penting dari partai politik dalam pembahan ini adalah
partai politik memiliki fungsi rekrutmen (hal ini ditegaskan oleh Wilhelm
Hofmeister dan Karsten Grabow).112
Selanjutnya, dalam rangka mencari kandidat-
kandidat terbaik, partai Golkar mempunyai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis mengenai tahapan-tahapan rekrutmen calon. Baik itu calon legislatif atau
eksekutif. Adapun gambaran tahapan-tahapannya sebagai berikut:113
1) Tahap pendaftaran bakal calon
110
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017. 111
Richard S Katz dan Willliam Crotty, ed., Handbook of Party Politic, h. 1. 112
Dalam fungsi partai politik yang kedua menurut Wilhelm Hofmeister dan Karsten
Grabow adalah rekrutmen politik. Wilhelm Hofmeister dan Karsten Grabow, Political Parties:
Functions and Organisation in Democratic Societies, h. 16. 113
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017.

57
2) Tahap seleksi bakal calon
3) Tahap verifikasi bakal calon
4) Tahap penetapan nominasi bakal calon
5) Tahap pemilihan dan penetapan calon terpilih
6) Tahap pengesahan pasangan calon
7) Dan terakhir, adalah tahapan pemenangan pasangan calon
Dari tujuh tahapan penjakakan diatas, setidaknya yang berkaitan secara
langsung dalam penelitian ini adalah tahapan satu sampai enam. Sedangkan
tahapan ketujuh adalah tahapan akhir dimana partai pengusung dan kandidat yang
dicalonkan akan membentuk tim pemenangan dan membuat konsep serta strategi
pemenangannya masing-masing.
Selain itu rangkaian tahapan rekrutmen kandidat (khususnya poin satu
sampai enam) sebagaimana sudah dikatakan oleh pak Sunari, sangat cocok
dengan model rekrutmen yang dikonsepkan oleh Seligman. Seligman mengatakan
setidaknya terdapat tiga mekanisme dalam rekrutmen politik. Pertama
penyaringan. Kedua pencalonan. Ketiga pemilihan.114
Pada tahap penyaringan menurut Seligman, ini sesuai dengan tahap pertama
dan ketiga dari mekanisme rekrutmen partai Golkar kabupaten Demak, yaitu tahap
pendaftaran bakal calon; kedua seleksi bakal calon dan ketiga verifikasi bakal
calon. Kedua tahap pencalonan sesuai dengan tahap keempat dari rekrutmen partai
Golkar, yaitu tahap penetapan nominasi bakal calon. Dan tahapan akhir menurut
Seligman adalah pemilihan. Pada tahap pemilihan ini mekanisme yang terdapat di
partai Golkar adalah pemilihan dan pengesahan calon.
114
Soetomo, Perilaku Organisasi dan Rekrutmen Politik (Jakarta: Prenada, 2007). h. 49.

58
Dalam pajajakan kandidat setidaknya terdapat tiga kriteria yang menjadi
ukuran untuk melihat calon. Pertama adalah elektabilitas calon. Kedua melihat
apakah calon tersebut dinilai bersih. Dan yang ketiga adalah figur dari calon
tersebut. Inilah pendapat pak Sunari mengenai kriteria tersebut:115
―...Sudah jelas pertama yaitu elektabilitas. Apakah orang tersebut
cukup dikenal oleh masyarakat dan dikenal baik. Kedua, tentu
orangnya bersih. Kita tidak mau mencalonkan orang yang mempunyai
masa lalu buruk. Dan punya kasus hukum. Ini dapat mencoreng nama
baik partai. Terakhir, ya figur...‖
Kriteria figur yang menjadi salah satu poin penting dalam melihat calon
kandidat, membuka ruang kepada banyak pihak atau calon dari luar kader internal
yang mempunyai aspek ketokohan lebih baik dari kader partai, untuk diplih dan
terpilih. Artinya aspek pengkaderan partai menjadi poin yang dapat
dinomorduakan apabila terdapat calon yang lebih baik. Pendapat ini rasanya tidak
berlebihan jika mengacu terhadap jawaban ibu Marlinda mengenai pengusungan
non kader dari partai Golkar, berikut tanggapannya:116
―...Menurut saya untuk kasus Jawa Tengah, faktor yang menentukan
adalah figur calon tersebut. Karena jika kita memaksakan figur
tersebut harus kader partai, yang tidak memiliki elektabislitas yang
cukup maka sama saja hasilnya. Misalnya kandidat tersebut adalah
ketua golkar di daerah, apabila pada saat penjaringan, kandidat
tersebut tidak mempunyai elektabilitas yang cukup, dari pada kandidat
yang lain/non kader maka ketua tersebut harus mundur. Jadi figur
calon amat kita perhatikan...‖
Selanjutnya dari tahapan prosedural di atas, ketika dihadapkan pada kondisi
dilapangan tidak selalu berjalan mulus. Mengingat partai Golkar saat itu sedang
115
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017. 116 Wawancara dengan Marlinda Irwanti, sebagai Wakil Ketua Bapilu Pilkada Serentak
2015 Wilayah Jawa Tengah, Jakarta pada 27 April 2017.

59
mengalami dualisme, yang membuat adanya dua kubu partai Golkar, yang
menyeluruh baik dari tingkat nasional sampai level daerah.117
Dalam rekrutmen kandidat partai Golkar kabupaten Demak tahun 2015,
hambatan itu mulai terlihat setelah tahap pendaftaran bakal calon yang diusung
oleh partai Golkar. Seperti dikatakan oleh pak Sunari, bahwa awalnya terdapat
beberapa nama calon yang masuk. Berikut pendapat pak Sunari terkait nama calon
yang sudah masuk:
―...Waktu nama pak Joko belum masuk, sudah ada beberapa nama
yang masuk. Namun karna ada beberapa kendala internal, akhirnya
kita sepakat untuk mengusung yang lain...‖
Namun karena kondisi dimana masing-masing pihak yang berkonflik tidak
ada yang ingin dirugikan, karena akan dipilih satu calon dari partai untuk diusung.
Maka dari itu setelah rapat internal partai, untuk mencari jalan keluar yang lebih
baik, dipilih jalan alternatif yaitu mencari calon lain, diluar dari kader masing-
masing pihak. Sehingga nama-nama calon yang sudah masuk, harus gugur demi
kepentingan partai yang lebih besar. Seperti yang dikatakan pak Sanuri, berikut
kutipannya:118
―...Hal itu dilakukan untuk meminimalisir konflik dan lebih mencari
jalan keluar yang baik. Karena kedua pihak sama-sama mau orangnya
maju dan diusung dalam pilkada. Alhamdulillah beberapa rekan-rekan
Golkar mengusulkan ide untuk mencoba mencari calon alternatif lain
Diluar dari kedua pihak, dan disepakati bersama.‖
117
Diolah dari beberapa sumber media. ―Penyebab Dualisme Kepeminpinan partai Golkar
dan Dampaknya terhadap Kinerja DPR RI‖, diakses dari www.viva.co.id, pada Rabu 03/01/2017.
Berita terkait dapat mengakses ―Dualisme Pemimpin Golkar‖, diakses dari
https://www.rappler.com. pada Rabu 03/01/2017. Juga ―Awal Mula Penyebab Konflik Internal
Golkar‖, diakses dari www.nasional.kompas.com, pada Rabu 03/01/2017. 118
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017.

60
Selanjutnya beberapa pengurus partai Golkar melakukan penjajakan calon
alternatif lain tersebut. Sampai pada akhirnya, pengurus Golkar menemukan nama
yang cocok dan layak secara kualiatas dan kapabilitas. Yaitu pak Joko Sutanto.
Keluarnya nama pak Joko Sutanto tidaklah serta-merta karena keinginan pribadi.
Tetapi karena ditawarkan oleh pengurus Golkar untuk dicalonkan menjadi kadidat
yang diusung oleh Golkar. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sekretaris DPD
Golkar kabupaten Demak:119
―...Solusinya kita mengusung orang lain yang bukan dari orang-orang
kita (dari masing-masing kubu). Setelah cari-cari (kandidat) yang
cocok, lalu ada usulan dari tim juga, bahwa ada nama pak Joko. Lalu
tim segera komunikasi ke pak Joko. Untuk mau diusung dari kita
(partai Golkar), dari komunikasi itu alhamdulillah pak Joko mau...‖
Dengan adanya komunikasi politik dari internal partai Golkar kepada pak
Joko untuk diusung oleh partai Golkar, artinya sifat dari komunikasi politik dan
rekrutmen politik tidaklah kaku dan bersifat campuran.120
Karena tidak ditemukan
jawaban bahwa pak Joko mendaftarkan diri secara pribadi. Juga tidak atas format
dipenunjukan yang bersifat secara langsung. Artinya sikap yang dilakukan rekan-
rekan Golkar untuk berkomunikasi dengan pak Joko bukanlah atas instruksi
secara formal dari partai tersebut. Tetapi aspirasi dan rekomendasi dari rekan-
rekan Golkar. Itupun tentu dengan catatan secara konteks komunikasi dan
negosiasi politik, bahwa pak Joko punya hak dan kesempatan untuk menolak
tawaran dari Golkar.
119
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017. 120
Menurut Sahid Gatara, sifat dari rekrutmen campuran adalah rekrutmen yang dilakukan
dengan komunikasi dari atas dan bawah. Atas adalah pihak yang melakukan penjajakan dan bawah
adalah kandidat yang akan di prospek menjadi calon pemimpin. Sahid Gatara, Sosiologi Politik:
Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, h. 21.

61
Artinya dengan sikap pak Joko yang bersedia diusung oleh partai Golkar, ini
menandakan bahwa partisipasi politik masyarakat, khususnya diluar internal dan
kader partai sangat jelas terlihat. Tanpa partisipasi politik calon kandidat terhadap
partai tentu pengusung tidak mungkin terjadi.
Setelah pak Joko akhirnya memutuskan untuk ikut menjadi calon yang
diusung partai Golkar, maka internal partai Golkar melakukan penjajakan untuk
melihat kualitas dan kapabilitasnya. Hasilnya partai sepakat bahwa pak Joko
adalah calon yang tepat dan baik. Selain untuk meminimalisir konflik dan sesuai
dengan ketentuan yang sudah disepakati, pak Joko juga memiliki rekam jejak di
pemerintahan yang cukup lama.121
Serta pak Joko juga dekat dengan partai
Golkar, dan tercatat pernah menjadi pengurus.122
Tanggapan mengenai sosok pak
Joko dari internal partai sebagai berikut:123
―...pak Joko memiliki modal yang baik. Hal ini bisa dikonfirmasi
dengan rekam jejak pak Joko yang sudah lama berada di
pemerintahan. Dan pernah ditempatkan dalam berbagai bidang...‖
Berkaitan dengan pendapat diatas, seperti yang sudah disinggung oleh ibu
Marlinda, dalam konteks penjaringan atau rekrutmen kandidat di wilayah Jawa
Tengah, bahwa penilaian yang cukup dominan sebagai pertimbangan internal
partai, khususnya Golkar, adalah pertimbangan rekam jejak dan figur atau
121
Melihat dokumen pribadi Joko Sutanto, dalam riwayat pengalaman pekerjaan, banyak
tercantum pengalaman pekerjaan di pemerintahan. Dari staf di beberapa kecamatan kabupaten
Demak, dinas, hingga staf dari bupati sebelumnya. 122
Melihat dokumen pribadi Joko Sutanto, dalam riwayat pengalaman organinasi, hanya
tercantum bahwa pernah menjabat sebagai pembantu Komisariat, DPD partai Golkar Demak dari
1982-1992. Artinya ketika mencalonkan diri sebagai wakil bupati Kabupaten Demak, Pak Joko
tercatat secara resmi bukanlah kader dari partai Golkar. Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto,
Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber
KPUD Kabupaten Demak. 123
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017.

62
ketokohan. Padahal dari kacamata sosiologi-politik (yang paling kontemporer
yaitu konsep dari Pierre Bourdieu) bahwa tidak hanya ketokohan (modal
simbolik) dan pengalaman atau rekam jejak (modal sosial) yang penting, tetapi
keuangan kandidat atau calon (modal ekonomi) juga tidak dapat dilepaskan.124
Mengingat laporan harta kekayaan Joko Sutanto, adalah yang paling rendah dari
semua calon yang ikut maju dalam pilkada kabupaten Demak.
Sehingga internal partai Golkar sepertinya harus puas dari hasil musyawarah
bersama untuk mengusung pak Joko hanya melihat dari aspek tersebut. Karena
modal lainnya, yaitu modal ekonomi yang dimiliki pak Joko jika mengacu kepada
laporan harta kekayaannya tidaklah begitu besar.125
Apalagi jika dibandingkan
dengan pasangan calon lainnya yang ikut dalam kontestasi politik pilkada
Kabupaten Demak tahun 2015.126
Meskipun partai Golkar kabupaten Demak
akhirnya menemukan kandidat yang cocok untuk diusung. Patut diingat bahwa
walau dualisme partai Golkar terjadi dari tingkat pusat lalu menjalar ke bawah
atau lokal, dan partai di daerah harus menerima kondisi tersebut yang membuat
kegiatan partai menjadi terhambat. Tetapi yang tidak kalah penting adalah, konflik
yang terjadi di partai Golkar, dalam proses penentuan kandidat harus
mengorbankan kader partai yang sudah dipersiapkan dengan berbagai tahapan
124
Menurut kacamata Pierre Bourdieu, aktor (dalam politik) atau ―agen‖ (dalam sosiologi)
yang ideal dalam suatu ―arena atau ranah‖ (politik) adalah memiliki tiga aspek: yaitu modal
sosial, modal simbolik, dan modal ekonomi. Untuk dapat mengkaji lebih jauh dapat melihat,
Pierre Bourdieu,‖Outline Of A Theory of Practice‖ (Cambridge: Cambridge University Press,
2013). 125
Dari semua pasangan calon kandidat kepala deerah yang maju pada pilkada kabupaten
Demak tahun 2015, baik calon Bupati dan calon Wakil Bupati, Joko Sutanto adalah urutan
pertama dengan jumlah harta kekayaan terkecil. Yaitu Rp. 397.352.549. Lihat Tabel IV. C. 1. 126
Lihat Tabel IV. C. 1. Total Harta Kekayaan Masing-Masing Calon Kepala Daerah yang
Maju pada Pilkada Kabupaten Demak Tahun 2015. Dokumen LHKPN bersumber dari KPUD
Kabupaten Demak.

63
pengkaderan, demi sebuah jalan keluar yang bersifat pragmatis yang disepakati
oleh masing-masing pihak dari partai Golkar.127
Kerugian yang lebih jelas dialami partai Golkar karena tidak dapat
mengusung calon kandidat dari kader internalnya sendiri adalah, ketika melihat
jumlah kursi legislatif DPRD kabupaten Demak periode 2014-2019 yang
didapatkan berjumlah sembilan (9) kursi.128
Perolehan sembilan kursi legislatif
adalah yang terbanyak di kabupaten tersebut.129
Dengan mempunyai jumlah kursi
yang paling banyak, seharusnya partai Golkar mempunyai peluang dan daya tawar
lebih besar untuk mencalonkan kader internalnya. Namun dengan potensi kursi
legislatif yang ada rupanya kurang dimanfaatkan dengan maksimal oleh partai
Golkar, untuk menjadi daya tawar dalam negosiasi politik untuk mengusung
secara serius kader partainya. Pasalnya masing-masing pihak yang berseteru
sudah membuat komitmen untuk tidak mengusung calon kandidat dari internal
partai, sebagai jalan keluar alternatif.
Sehingga terlepas faktor dualisme partai Golkar pada saat itu, kader partai
Golkar yang sudah masuk tahapan-tahapan penjaringan dan sudah melawati
127
Pada banyak kasus rekrutmen kadidat politik yang diusung oleh kepala daerah, banyak
menemui kendala. Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah digambarkan di bab 1, secara umum
banyak kader partai yang kurang memenuhi kriteria atau syarat pencalonan. Faktor lainnya adalah
hubungan patron-klien dengan para pejabat atau pengurus partai dan calon kandidat, yang
membuat proses rekrutmen menjadi kurang sehat dan tidak demokratis. Meskipun pada proses
pendaftaran kandidat, terbuka untuk umum. Faktor selanjutnya adalah, banyak partai politik yang
tidak melakukan rekrutmen kader secara berkala dan displin, sehingga banyak kader partai hanya
terlibat sebagai mesin politik dan tidak menjadi calon pemimpin yang di prospek secara baik.
Ilmuan politik, Syamsudin Haris, juga menilai bahwa proses pengkaderan memiliki biaya yang
banyak. Sehingga partai di tingkat lokal yang tidak mempunyai dana, harus mengorbankan jenjang
kaderisasi partai. Wawancara dengan Prof. Syamsuddin Haris, sebagai Profesor bidang Ilmu
Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui email [email protected] pada
Rabu 20 Juni 2017. 128
Berdasarkan data jumlah kursi legislatif DPRD Kabupaten Demak periode 2014-2019.
Sumber KPUD Kabupaten Demak. 129
Jumlah Kursi Legislatif DPRD Kabupaten Demak Periode 2014-2019 terbanyak, di raih
partai Golkar dan PKB dengan 9 kursi.

64
beberapa mekanisme serta prosedur rekrutmen harus menjadi korban dari konflik
politik tersebut. Dapat dikatakan pragmatisnya sifat partai politik apabila
mempunyai kader yang telah ikut dan masuk dalam tahap penjaringan, tetapi
harus dikesampingkan demi tujuan partai yang lebih luas, tampaknya tidak terlalu
berlebihan juga. Pendapat ini dikuatkan dengan tanggapan Thomas Pepinsky yang
mengatakan bahwa:130
―...Parties may be pragmatic, or they may be hopelessly weak and
corrupt, if they support figures outside of their own party...‖
―...partai mungkin bersifat pragmatis, lemah, dan korup, jika mereka
mendukung figur atau calon dari luar partainya...‖131
Dengan demikian pembahasan mengenai rekrutmen calon kandidat dari
partai Golkar cenderung pragmatis. Meskipun nama pak Joko disepakati oleh
partai Golkar dari kedua belah pihak dan karena konflik yang terjadi pada tubuh
partai, akhirnya harus mengorbankan kader partai untuk tidak dicalonkan dan
didukung secara penuh oleh partai ini.
Sejak disepakatinya dan ditetapkannya pak Joko dari partai Golkar secara
musyawarah dari masing-masing pihak, untuk diusung oleh partai Golkar,
selanjutnya partai melakukan komunikasi dengan dengan partai lain, untuk tujuan
membahas pengenai pengusungan dan koalisi pada pilkada tersebut.
B. Pra Proses Penentuan Calon dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Sebelum membahas mengenai perekruten dari internal PPP kabupaten
Demak, pada umumnya adalah hal lumrah jika suatu partai mendukung calon
130
Wawancara dengan Dr. Thomas Pepinsky, Ph. D sebagai indonesianis dan pengamat
politik Indonesia (juga sebagai Assosiate Professor Goverment Studies dan Direktur Cornell
Modern Indonesia Project, Cornel University, (USA), melalui email [email protected] pada Rabu
1 Juli 2017. 131
Terjemahan penulis.

65
kandidat yang mempunyai modal politik mumpuni. Hasilnya banyak partai politik
yang ikut mengusung dan berkoalisi untuk mendukung kandidat yang potensial
memenangkan suatu kontestasi politik. Sehingga akhirnya pendistribusian kader
dari partai politik yang demikian tidak terlaksana.
Pada kasus pilkada kabupaten Demak tahun 2015, seperti yang sudah
disinggung sebelumnya bahwa pasangan bupati dan wakil bupati kabupaten
Demak kembali maju pada pilkada kali ini. Ketika petahana kembali maju pada
periode politik berikutnya, trennya adalah bahwa petahana mempunyai peluang
menang lebih besar dibandingkan pesaingnya. Hal yang memungkinkan
kemenangan cenderung dimenangkan petahana adalah karena diusung oleh koalisi
mayoritas partai politik.132
Namun PPP kabupaten Demak tidak ikut mengusung kembali salah satu
petahana yang kembali maju tersebut, meskipun salah satu petahana memiliki
kedekatan dengan PPP. Alasan tidak mengusung petahana, seperti yang
disampaikan oleh Nurul Fuqron:133
―....Ya beberapa kader PPP juga ada yang punya pendapat seperti itu,
tapi kan tidak semudah gambaran itu. Namun dari sejak dari awal,
tidak ada komunikasi yang serius dengan PPP. Hal ini yang membuat
PPP akhirnya melakukan komunikasi dengan partai lainnya dan
menyaring sendiri.‖
Alasan lainnya yang membuat PPP Demak enggan untuk mengusung
petahana (yang secara umum memiliki peluang menang lebih besar) adalah karena
132
Petahana yang maju kembali adalah H. Moh. Dachirin Said (yang berpasangan dengan
H. Edi Sayudi dari nomor urut 2) dan Harwanto (yang berpasangan dengan H. Maskuri, dari
nomor urut 3). 133
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017.

66
tidak adanya komunikasi yang serius terkait hubungan koalisi dan pengusungan.
Terkait hal ini Nurul Fuqron mengatakan:134
―...Iya memang, hanya kita dari PPP sudah memutuskan untuk tidak
mendukung kedua calon tersebut, karena tidak sejalan dengan
perjuangan PPP. Dan Golkar yang pada saat itu mengusung pak
Dachirin dan pak Herwanto pada pemilihan sebelumnya juga
mempunyai sikap yang sama...‖
Selain itu PPP Demak juga menilai bahwa kinerja pemerintahan
sebelumnya kurang maksimal. Menurut Nurul Fuqron, PPP mendengar aspirasi
masyarakat bahwa sebenarnya ada yang kurang maksimal pada masa
pemerintahan mereka. Dari itu kita coba menilai bahwa rasanya Demak
membutuhkan pemimpin baru.135
Dari sikap politik inilah PPP kabupaten Demak
memutuskan untuk menyiapkan proses penjaringan atau rekrutmen kandidat dari
internal partai.
B. 1. Proses Penentuan Bakal Calon dari PPP
Dalam konteks rekrutmen kandidat baik di level nasional atau level daerah,
berbeda dari partai Golkar yang membuka pintu pencalonan dari berbagai
kalangan masyarakat. Baik itu kader partai atau non kader yang sekiranya mau
mencalonkan diri lewat partai Golkar.136
Golkar yang terbuka, berbeda tanggapan
dari DPP PPP. Mengenai rekrutmen PPP, Sudarto selaku Wakil Sekjen DPP PPP
134
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017. 135
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017. 136
Sikap partai Golkar yang begitu cair dalam proses rekrutmen kadidat politik, sehingga
terbuka bagi siapapun yang mau mancalonkan diri dari partai Golkar, baik kader atau non kader,
sudah terkonfirmasi dari proses wawancara dengan wakil bapilu Jawa Tengah, ibu Marlinda dan
Sekretaris Golkar pak Sunari. Mengenai sikap partai Golkar tersebut dapat melihat sub judul
sebelumnya.

67
dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak
tahun 2015 mengatakan:137
―..PPP memang selalu di dalam menentukan pasangan calon pilkada
baik dalam gubenur, walikota, atau bupati, yang pertama masuk
kriteria untuk diusung adalah kader. Kader adalah yang pertama dan
yang utama. Jadi kalau ada kader yang mempunyai kemampuan dan
dia punya potensi untuk dicalonkan maka akan kita utamakan kader
dulu. Karena bagaimanapun juga salah satu fungsi partai politik
adalah mencetak kader-kader pemimpin bangsa. Partai politik menjadi
laboraturium pemimpin. Oleh karena itu setiap kader partai harus kita
bekali dengan berbagai macam ilmu; baik itu ilmu pemerintahan, ilmu
politik, ilmu menjerial birokasi, dll; yang menunjang program-
program yang digagas atau dicanangkan PPP. Kenapa kader? Karena
kaderlah yang dapat menafsirkan, menerjemahkan, dan
mengimplementasikan tujuan PPP yang sudah digariskan nilai-nilai
perjuanganya.‖
Tanggapan dari Sudarto sebagai perwakilan PPP pusat cukup menarik.
Meskipun seolah-olah PPP memprioritaskan kader untuk diusung, disisi yang lain
ternyata PPP (pusat mempunyai mekanisme alternatif) yaitu juga menyiapkan
cara perekrutan jika terdapat kasus dimana tidak ada kader yang layak untuk
diusung dalam kompetisi politik. Adapun cara yang dilakukan untuk menyaring
calon kandidat yang bukan berasal dari kader internal, Sudarto menjelaskan:138
―Kita adakan fit and proper test. Terdapat tahapan yang harus
dilakukan lagi. Kita juga mendasarkan pada penjajakan internal yang
diselenggarakan oleh partai. Apa yang kita bahas? Kita melihat
popularitas dan elektabilitas dari bakal calon. Lalu kemudian PPP juga
melakukan rekam jejak calon. Misalnya ini baik atau tidak. Ada
norma-norma yang dilanggar atau tidak dalam berperilaku sehari-hari.
Baik itu secara moral, kehidupan keagamaan, maupun dalam
137 Wawancara Sudarto sebagai Wakil Sekretaris PPP dan Wakil Sekretaris Jendral DPP
PPP dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015, Selasa 4
April 2017. 138
Wawancara Sudarto sebagai Wakil Sekretaris PPP dan Wakil Sekretaris Jendral DPP
PPP dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015, Selasa 4
April 2017.

68
kehidupan sosial kemasyarakatan. Kemudian yang selanjutnya kita
juga melakukan kajian dan pemetaan terhadap potensi calon.‖
Dari pendapat tersebut dapat ditarik gambaran besar bahwa partai politik,
khususnya PPP, tidak memiliki hal yang baku, bahwa kandidat harus berasal dari
kader dan internal partai. Bahkan tingkat pusat menyerahkan sepenuhnya
dinamika pengusungan di tingkat daerah kepada daerah dan cabang dari PPP
sesuai tingkatannya masing-masing. Hal inilah yang membuat dinamika
pengusungan dari penelitian ini bersifat sangat cair, yang bergantung pada
dinamina dan keputusan partai ditingkat daerah. Serupa dengan aturan PPP pusat,
PPP kabupaten Demak juga melakukan proses pendaftaran calon kandidat,
sebagai mekanisme awal, yang terbuka bagi siapapun dan bersedia maju lewat
PPP. Baik dari internal partai atau dari luar partai. Mengenai hal ini Nurul Fuqron
mengatakan:139
―...Kita terbuka buat siapa saja. Baik fungsionaris partai begitu ya,
atau, bahkan dari luar partai.... PPP tidak pernah membatasi niat
seseorang untuk membangun Demak agar semakin baik dan
berkualitas. Bagus kalau ada diluar partai yang mau mencalonkan diri
lewat PPP, itu bagus. Karena masyarakat percaya dengan PPP sebagai
saluran politiknya.‖
Dengan terbukanya model rekrutmen politik partai ini (serupa dengan
partai Golkar Demak), dapat dikatakan bahwa model perekrutannya bersifat
campuran. Artinya selain partai membuka saluran politik untuk melakukan
rekrutmen, selain itu dibutuhkan partisipasi politik dari individu yang bersedia
maju dari luar partai. Sehingga secara analisis teori hubungan komunikasi politik
139
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017.

69
partai dan rekrutmen politik calon kandidat bersifat campuran antara top-down
dan bottom-up.140
Mengingat pada 2015 partai ini juga sedang mengalami turbulensi politik,
dimana sedang dalam kondisi dualisme, sehingga PPP Demak juga terpecah.
Yaitu antara kubu Djan Farid dan Romahurmuzy. Sebelum pada akhirnya kubu
Romahurmuzy ditetapkan secara sah yang menjalankan roda partai, pada pilkada
kabuparten Demak 2015, posisi masih dipegang oleh PPP kubu Djan Farid.
Dalam konteks yang dualisme seperti ini, akhirnya masing-masing pihak dari PPP
melakukan mekanisme penjaringannya masing-masing. Selanjutnya partai
melakukan musyawarah dan rapat internal untuk melihat kualitas dan kapabilitas
calon. Adapun aspek dan kriteria yang paling dipertimbangkan adalah soal figur,
yang di bahas dan pembahasan tersebut. Gambaran tersebut dapat kita lihat dari
pendapat pak Nurul, yaitu:141
―saya dan tim menilai banyak aspek dari calon. Kami menilai bahwa
rekam jejak calon tidak cukup hanya jika mengandalkan keanggotaan
di PPP. Tapi juga Figur menjadi penting. Aspek apa yang mau kita
tonjolkan untuk calon yang kita usung melawan calon-calon yang
dinilai akan kembali maju (petahana) di pilkada 2015 ini.‖
Mengingat dalam persaingan politik pilkada kabupaten Demak terdapat
sosok petahana yang mencalonkan diri kembali, pertimbangan yang begitu disorot
adalah ketokohan dari calon. Sehingga jika hanya mengandalkan keanggotaaan
(kader) dari calon yang diusung, tentu modal politiknya masih begitu kurang.
Pertimbangan yang demikian dalam konteks politik lokal sangat umum terjadi.
140
Berkaitan dengan sidat dari rekrutmen politik dapat melihat, Sahid Gatara, Sosiologi
Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, h. 21. 141
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017.

70
Bahkan dari pihak Golkar sendiri juga mengatakan bahwa untuk kasus di Jawa
Tengah sosok ketokohan atau figur dari calon kental menjadi pertimbangan untuk
memenangkan kontestasi. Diluar dari pertimbangan mesin partai. Pendapat ini
dikatakan langsung oleh Marlinda, selaku Wakil Ketua Pemenangan partai Golkar
untuk wilayah Jawa Tengah pada pilkada tahun 2015. Begini tanggapannya:142
―Menurut saya untuk kasus Jawa Tengah, faktor yang menentukan
adalah figur calon tersebut. Karena jika kita memaksakan figur
tersebut harus kader partai, yang tidak memiliki elektabislitas yang
cukup maka sama saja hasilnya. Misalnya kandidat tersebut adalah
ketua golkar di daerah, apabila pada saat penjaringan, kandidat
tersebut tidak mempunyai elektabilitas yang cukup, dari pada kandidat
yang lain/non kader maka ketua tersebut harus mundur. Jadi figur
calon amat kita perhatikan.‖
Selanjutnya karena internal partai harus mengeluarkan satu nama untuk
diusung dan harus disepakati bersama oleh kedua pihak, maka perlu melakukan
rapat dan pembahasan internal mengenai siapa yang pantas untuk diusung. Hasil
rapat dan musyawarah tersebut, diputuskan untuk mengusung pak Natsir.
Pertimbangan keputusan internal partai untuk mendukung penuh pak Natsir
karena melihat aspek rekam jejak dan ketokohan. Berikut gambaran dari salah
satu tim penilai, Nurul Fuqron:143
―...Saat itu kita menilai bahwa ada beberapa aspek yang
penting...Bahwa rekam jejak sebagai birokrat di daerah masih cukup
dipercaya untuk dapat menjalankan roda pemerintahan.
Popularitasnya pak Natsir yang lebih baik karena pernah menjabat
dibidang pendidikan dan sebagai ketua PGRI Demak. Juga aktif di
NU. Itu bisa jadi modal yang baik...‖
142
Wawancara dengan Marlinda Irwanti sebagai Wakil Ketua Bapilu Pilkada Serentak
2015 Wilayah Jawa Tengah, Jakarta pada 27 April 2017. 143
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017.

71
Tidak berlebihan jika pak Natsir dipilih sebagai calon yang akan diusung
oleh PPP. Karena memang selain rekam jejak atau pengalamannya yang cukup,
jaringan organisasinya pun cukup baik (lihat tabel IV. B. 1. a.). Setidaknya jika
hanya dibandingkan dengan pasangannya yaitu Joko Sutanto. Peluang inilah yang
bahkan menurut internal PPP, pak Natsir lebih baik dibandingkan dengan nama
calon dari kader internal yang masuk penjaringan calon, sebagaimana menurut
pak Nurul.
Tabel IV. B. 1. a.
Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir
No Jabatan Institusi Tahun
1 Sekretaris IPNU NU 1980-1985
2 Ketua Kwarcab Pramuka 2013
3 Ketua PGRI PGRI Kab Demak 2015-
sekarang144
Sumber: KPUD Kabupaten Demak
145
Selain itu, kiranya cukup masuk akal, bahwa PPP kabupaten Demak
(terpaksa) harus memilih sosok atau figur diluar kader. Karena terdapat beberapa
faktor yang menjadi hambatan bagi rekrutmen pengusungan. Pertama, yang sudah
jelas sekali adalah dualisme partai yang sedikit banyak memberi hambatan. Hal
ini dibuktikan dengan masing-masing kubu diberikan kesempatan untuk
melakukan mekanisme rekrutmen. Kedua adalah faktor dimana jumlah kursi
legislatif PPP di DPRD kabupaten Demak periode 2014-2019, hanya memperoleh
lima (5) kursi. Maka dengan mencari sosok non kader, tentu akan menjadi
keuntungan sendiri, karena dalam konteks mencari kemenangan, segmentasi
pemilih pak Natsir cukup luas. Tentu dengan jumlah kursi yang tidak cukup
144
H. M. Natsir, sepengetahuan penulis, masih menjabat sebagai ketua PGRI Kabuapten
Demak, sampai penulis mendapatkan data tersebut tahun 2017. 145
Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

72
banyak akan mengurangi daya tawar dan negosiasi politik. Dan partai tidak akan
bekerja sendirian. Ketiga adalah modal ekonomi dari H. M. Natsir yang lebih baik
(setidaknya jika dibandingankan dengan pasangannya Joko Sutanto).146
Selain itu,
meskipun tidak ditemukan fakta dilapangan bahwa PPP kabupaten Demak,
melakukan politik transaksional dalam rangka jual-beli jabatan atau yang
berkaitan dengan mahar politik, setidaknya modal ekonomi dari calon yang cukup
akan menambah poin pertimbangan untuk dicalonkan. Itulah realitas politik yang
menjadi sorotan banyak pengamat politik, bahwa partai, khususnya di tingkat
daerah cenderung lebih pragmatis.
Setelah keputusan bersama internal tersebut. Maka nama pak Natsir terus
diperjuangkan oleh PPP hingga adanya koalisi bersama dengan partai Golkar di
pilkada kabupaten Demak tahun 2015. Meskipun PPP sedang menghadapi
dualisme partai, sebagaimana halnya partai Golkar, berdasarkan pengamatan
dilapangan, dualisme konflik dalam rangka pengusungan calon di partai ini
tidaklah begitu sepanas, khususnya jika dibandingkan dengan partai Golkar.
Tetapi karena penelitian ini fokus terhadap mekanisme pengusungan, dapat
dilihat bersama bahwa PPP kabupaten Demak akhirnya memilih pengusung calon
non kader. Berdasarkan pertimbangan aspek rekam jejak dan ketokohan. Karena
itu nama calon kandidat dari kader PPP harus tersingkir. Dengan tersingkirnya
nama kader PPP ini, dapat dikatakan bahwa partai tidak memiliki kemampuan
yang mumpuni dalam menejemen kadernya dan kurang memiliki komitmen yang
serius dalam menghasilkan kader yang baik. Sehingga kader yang seharusnya
146
Berdasarkan LHKPN, H. M. Natsir mempunyai total harta kekayaan berjumlah Rp
1.825.540.000.

73
dipilih dan diusung oleh partai, terpaksa dinomorduakan demi kepentingan partai
yang lebih jauh.
Sebagaimana pengamat politik yang fokus kepada partai politik, Thomas
Pepinsky, mengatakan bahwa partai yang mendukung kandidat dari luar partai
dapat dikatakan cenderung pragmatis.147
Serupa dengan pendapat Thomas, Prof.
Syamsudin Haris juga melihat tidak adanya komitmen yang serius dari partai
politik untuk menjadikan kader sebagai calon-calon pamimpin yang baik.
Mengenai hal tersebut, Prof. Syamsuddin Haris memiliki beberapa alasan:148
―Pada umumnya pimpinan parpol tidak memiliki kemauan politik
untuk melembagakan sistem rekrutmen yang terbuka, demokratis, dan
akuntabel. Meskipun sistem rekrutmen yang terbuka dan demokratis
adalah amanat UU Pemilu, mereka cenderung berpikir instant, yakni
mencari kandidat yang sudah tersedia dalam masyarakat. Yang
penting kandidat tersebut populer dan memiliki sumber dana/finansial
yang memadai. 3. Sebagian pimpinan parpol "memperdagangkan"
peluang menjadi kepala daerah/wakil kepala daerah, dengan cara
memungut bayaran dari kandidat yang ingin diusung oleh parpol
menjadi pasangan calon dalam pilkada. 4. Kepemimpinan parpol di
Indonesia sebagian besar bersifat oligarkis, sehingga apabila parpol
membangun sistem rekrutmen yang terbuka, demokratis, dan
akuntabel, maka yang pertama-tama terancam kedudukannya adalah
para pimpinan parpol itu sendiri. Dengan kata lain, sebagian besar
pimpinan parpol tidak mau kehilangan kekuasaan mereka dalam
menentukan siapa yang menjadi kandidat kepala daerah, baik di
provinsi maupun kab/kota.‖
Senada dengan akhir analisis rekrutmen partai Golkar sebelumnya, bahwa
dalam konteks rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai PPP, terlepas dari
hambatan yang terdapat dalam tubuh internal partai, PPP kabupaten Demak
147
Wawancara dengan Dr. Thomas Pepinsky, Ph. D sebagai indonesianis dan pengamat
politik Indonesia (juga sebagai Assosiate Professor Goverment Studies dan Direktur Cornell
Modern Indonesia Project, Cornel University, (USA), melalui email [email protected] pada Rabu
1 Juli 2017. 148
Wawancara dengan Prof. Syamsuddin Haris, sebagai Profesor bidang Ilmu Politik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui email [email protected] pada Rabu 20
Juni 2017.

74
dengan jelas tidak memperjuangkan secara serius kader internal untuk diusung.
Sebagaimana yang sudah diprediksi dengan cermat oleh Prof. Syamsuddin Haris,
PPP cenderung mencari kandidat untuk diusung secara instan, terlepas dari
hambatan yang sedang terjadi, sehingga kader partai harus menjadi korban dari
kepentingan partai yang lebih luas.
C. Kesepakatan Penentuan Kandidat Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
yang Diusung oleh partai Golkar dan PPP
Setelah keluarnya nama-nama calon pasti yang akan diusung oleh partai
Golkar dan PPP, selanjutnya kedua partai tersebut melakukan komunikasi ke
tahap berikutnya untuk menentukan siapa kandidat yang akan menjadi calon
Bupati dan calon wakil Bupati. Berdasarkan data lapangan dari hasil wawancara,
sepertinya proses penentuan posisi tersebut tidaklah begitu rumit dan alot.
Masing-masing partai (antara partai Golkar dan PPP) sudah saling mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari calon yang diusung oleh partai koalisinya. Dari
nama H. M. Natsir dan Joko Sutanto, selanjutnya partai Golkar dan PPP bersama-
sama, melakukan musyawarah. Dari hasil musyawarah tersebut disepakati bahwa
H. M. Natsir ditetapkan sebagai calon bupati dan Joko Sutanto ditetapkan sebagai
calon wakil bupati. Pada proses rapat internal tersebut alasan disepakatinya H. M.
Natsir sebagai calon bupati didasari pada beberapa alasan.
Alasan pertama adalah melihat pengalaman organisasi yang mumpuni. H.
M. Natsir dinilai mampu menjadi pembeda dari pasangan calon lainnya
(khususnya dibandingkan dengan Joko Sutanto), karena banyak aktif di dunia
pendidikan. Selain tercatat sebagai ketua PGRI kabupaten Demak, beliau juga

75
aktif di dunia pramuka dan yang tidak kalah penting adalah H. M. Natsir dilihat
sebagai salah satu tokoh NU yang dihormati. Sebagaimana yang dikatakan oleh
pak Nurul dalam memberikan penjelasan mengapa pak Natsir lebih diunggulkan.
Berikut kutipannya:149
―...waktu kita rapat beberapa hari untuk membahas siapa yang akan
menjadi Demak satu dan Demak dua, dari kita (PPP) dan Golkar,
akhirnya sepakat untuk menentukan pak Natsir sebagai Demak satu.
Dan pak Joko Demak dua....Pertimbangannya karena pak Natsir
mempunyai (jangkauan) basis pemilih yang lebih besar. Beliau dekat
dengan dunia pendidikan. Juga aktif di NU. Demak kan NU-nya
cukup kuat. Sedangkan pak Joko kurang dalam melihat pemilihnya
siapa. Dari situ kita yakin memilih pak Natsir....‖
Dengan melihat tanggapan dari pak Nurul, pertimbangan memilih pak
Natsir dapat dianalisis bahwa dalam proses penentuan posisi Demak satu dan
Demak dua, yang lebih dominan menjadi penilaian adalah modal sosial (jaringan)
dari calon kandidat. Sehingga penilaian figur atau ketokohan kurang melihat
rekam jejak karir dari calon kandidat. Tidak sebagaimana proses pertimbangan
pada saat penjaringan di internal partai, yang juga cukup mempertimbangkan
rekam jejak karir. Padahal jika melihat rekam jejak karir dari kedua calon
kandidat tersebut, nama Joko Sutanto(lah) yang cukup lebih menyakinkan.150
Apalagi mengingat pak Joko juga pernah menjadi staf ahli bupati aktif pada saat
itu, yaitu H. Moh. Dachirin Said. Sehingga pada proses musyawarah penentuan
posisi dari kandidat yang sudah dipersiapkan, cenderung melihat segmentasi
pemilih yang lebih besar, dan dapat menarik simpati masyarakat yang lebih besar.
149
Wawancara dengan Nurul Fuqron sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017. 150
Karena Pak Joko mempunyai pengalam kerja sebagai pegawai pemerintah yang lebih
variatif dibandingkan dengan H. M. Natsir. Untuk lebih jelas mengenai profil rekan jejak karir dan
organisasi dari kedua pasangan calon tersebut, dapat melihat BAB III.

76
Dengan pertimbangan segmentasi pemilih tersebutlah, menjadi masuk akal bahwa
nama pak Natsir ditetapkan menjadi calon bupati yang akan diusung.
Namun bukan hanya jaringan (latar belakang sosial atau organisasi) dan
modal sosial(lah) yang menjadi faktor utama terpilihnya H. M. Natsir faktor
lainnya yang dipertimbangkan adalah usia. Usia dari H. M. Natsir lebih muda
empat tahun dari Joko Sutanto.151
Hal ini ditegaskan oleh pendapat pak Sunari,
yang mengatakan:152
―...faktor usia juga kita bahas di rapat itu. Kita tidak mau mengambil
resiko untuk memaksakan pak Joko jadi calon bupatinya. Karena pak
Dachirin (petahana) juga sudah tua.153
Jika kita mencalonkan yang tua
juga, berarti tidak ada bedanya. Makanya yang muda kita lebih
prioritaskan, selain itu juga, pak Natsir mempunyai basis NU. Disitu
juga perbedaan beliau (pak Natsir)...‖
D. Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati, H. M. Natsir dan Joko Sutanto
Sebagai salah satu sikap partai politik dan dengan tujuan merebut
kekuasaan, partai politik tentu dapat melakukan koalisi. Berkoalisinya partai
politik merupakan syarat penting untuk menambah kekuatan politik dalam suatu
agenda politik. Berkaitan dengan koalisi, menurut Shively, koalisi adalah
gabungan beberapa kelompok politik untuk mengendalikan dan menghimpun
151
Saat mencalonkan diri pada pilkada Kabupaten Demak 2015, tercatat usia dari H. M.
Natrir adalah 56 tahun. Dan Joko Sutanto 60 tahun. Berdasarkan Dokumen Profil pribadi H. M.
Natsir dan Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten
Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak. 152
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017. 153
Berdasarkan Dokumen Profil pribadi H. Moh. Dachirin Said saat mencalonkan diri
kembali sebagai petahana, usia beliau menginjak 63 tahun. Surat Pernyataan Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten
Demak.

77
kekuasaan sehingga kepentingan mereka dapat terakomodasi.154
Hal senada juga
dikatakan oleh A. Bakir Ihsan, yang mengatakan koalisi menjadi cara untuk
menjembatani beragam kepentingan partai politik untuk bersama-sama
membangun dan menjalankan pemerintahan.155
Terkait dengan pengertian koalisi tersebut, dalam penelitian ini,
berkoalisinya antara partai Golkar dan partai PPP adalah bentuk komitmen konkrit
dalam rangka mengusung pasangan calon kepala daerah yang telah ditetapkan
oleh partai masing-masing, yaitu H. M. Natsir sebagai calon bupati dan Joko
Sutanto sebagai calon wakil bupati (kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015).
Beberapa waktu sebelum masa penentuan calon kandidat dari masing-
masing partai, komunikasi politik partai Golkar dan PPP sudah mulai terjalin pada
saat proses penjaringan calon sedang berjalan. Memang masing-masing partai
(antara partai Golkar dan PPP) juga melakukan komunikasi politik dengan partai
lainnya. Tetapi intensitas dan keseriusan dari kedua partai tersebut begitu berbeda
dibandingkan komunikasi dengan partai politik lainnya. Hal ini diperkuat dengan
pendapat pak Sunari yang mengatakan:156
―...Ya komunikasi jelas sudah. Dengan partai lain juga melakukan
komunikasi. Tapi intensitasnya berbeda dengan partai PPP. Menjelang
masa pencalonan Golkar dan PPP sudah mencoba serius untuk
melakukan komunikasi lebih intens, khususnya terkait koalisi.
Sehingga pada akhirnya ini sudah keputusan yang bulat dari kedua
belah pihak. Sampai dengan peresmian pengusungan nama Pak Natsir
dan pak Joko sebagai calon bupati dan wakil bupati...‖
154
W. Philips Shively, Power and Choice: An Introduction to Political Science, h. 428. 155
A. Bakir Ihsan, ―Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi dalam Sistem Quasi Presidensial,
h. 31. 156
Wawancara dengan pak Sunari Muslim sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar
Kabupaten Demak, pada 13 Juni 2017.

78
Selanjutnya, setelah ada keseriusan antara dua partai tersebut, salah satu
alasan yang membuat antara partai Golkar dan PPP harus melakukan koalisi,
karena mereka akan melawan calon-calon petahana yang sudah lebih awal
mendeklarasikan (belum resmi diusung) untuk maju dalam pilkada kabupaten
Demak 2015, khususnya pasangan H. Moh. Dachirin Said dan H. Edi Sayudi yang
diusung oleh PKB dan NasDem. Informasi kembali majunya petahana dalam
pilkada, cukup memberi ke khawatiran dan tantangan bagi kedua partai tersebut.
Dalam kontestasi politik gambaran tantangan ini dapat kita cermati dari pendapat
pak Nurul:157
―Jadi pada waktu itu ketika pilkada, PPP dan Golkar sudah ada
komunikasi politik untuk berjalan bersama di pilkada. Tapi ada hal
yang menyulitkan, yaitu jika kita mengusung pasangan calon dari satu
partai. Meskipun partai Golkar mempunyai mesin poitik yang cukup
kuat. Tetapi pada saat itu sedang ada dualisme. Dan kita melawan dua
kandidat petahana, pak Dachirin dan pak Herwanto.‖
Namun tidak hanya karena faktor petahana(lah) yang membuat partai
Golkar dan PPP harus memutar otak untuk memenangkan pilkada. Karena kedua
pasangan calon yang diusung oleh partai tersebut, dapat dikatakan mempunyai
modal ekonomi-politik yang terbilang sedikit dan kecil, jika melihat harta
kekayaan dari harta kekayaan dari H. M. Natsir dan Joko Sutanto. Sehingga
kepastian untuk mengusung calon dari partai mereka haruslah benar-benar matang
dan terencana. Mengenai total harta kekayaan dari masing-masing calon yang
berkontestasi dapat melihat tabel berikut.
157 Wawancara dengan Nurul Fuqron, sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak, 22
Mei 2017.

79
Tabel IV. D. 1.
Total Harta Kekayaan Masing-Masing Calon Kepala Daerah yang Maju
pada Pilkada Kabupaten Demak Tahun 2015
No Nama Calon Kandidat Total Harta
Kekayaan
Waktu Pelaporan
LHKPN
1 H. M. Natsir Calon Bupati 1.825.540.000 9 Juli 2015
2 Joko Sutanto Calon Wakil Bupati 397.352.549 8 Juli 2015
3 H. M. Dachirin Said Calon Bupati 735.917.974 29 Juni 2015
4 Edi Sayudi Calon Wakil Bupati 17.946.630.722 30 Juni 2015
5 Harwanto Calon Bupati 2.405.480.136 6 Juli 2015
6 H. Maskuri Calon Wakil Bupati 7.893.998.730 3 September 2015 Sumber: KPUD Kabupaten Demak
Dari tabel diatas, dapat dilihat meskipun H. M. Natsir, mempunyai modal
yang lebih banyak dibandingkan dengan Joko Sutanto, tetapi jika melihat
kompetisi politik dari segi pasangan calon, tentu kedua pasangan calon yang
diusung oleh partai Golkar dan PPP ini, mempunyai modal ekonomi yang relatif
sangat jauh dengan pasangan calon yang lain. Itulah mengapa, kekhawatiran
melawan petahana cukup memakan perhatian dari kedua partai tersebut.
Sebagaimana tanggapan dari pak Nurul dan pak Sunari yang sudah dibahas
sebelumnya. Selanjutnya pembahasan mengenai koalisi antara partai Golkar dan
PPP, sudah dikomunikasikan cukup intens oleh masing-masing partai. Terjadinya
komitmen bersama untuk berkoalisi, tidak terlepas dari cukupnya ambang batas
dua puluh persen (20%) pengusungan calon bupati dan wakil bupati yang merujuk
pada jumlah kursi legislatif di kabupaten Demak.158
Tabel IV. D. 2.
Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi
Legislatif Kabupaten Demak tahun 2015
No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan
Kursi
1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan
PPP
14 (28% dari jumlah
keseluruhan kursi)
158
Sumber informasi dari KPUD Kabupaten Demak.

80
2 H. Moh. Dachirin Said dan H. Edi
Sayudi
PKB dan Partai
NasDem
12 (24% dari jumlah
keseluruhan kursi)
3 Harwanto dan H. Maskuri
Partai Gerindra, PAN,
dan Partai Demokrat
11 (22% dari jumlah
keseluruhan kursi)
Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak
Melihat peta pengusungan partai politik pada tahun 2015 di kabupaten
Demak dengan jumlah kursi koalisi yang relatif sama pada masing-masing
pengusungan pasangan calon (tabel diatas), dapat dipastikan jalannya kompetisi
politik sangatlah sengit. Tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati mempunyai
presentase yang kurang lebih sama yaitu masih diangka 20 persen. Artinya tidak
ada koalisi partai politik yang sangat dominan yang hampir menguasai separuh
kursi legislatif. Namun perlu diketahui bahwa terdapat dua partai politik yang
tidak ikut mengusung159
pada pilkada kabupaten Demak 2015, yaitu: PDI-P dan
PKS (lihat tabel IV. C. 2. dan IV. C. 3.).
Tabel IV. D. 3.
Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten
Demak
No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif
1 PAN 2
2 Partai Demokrat 2
3 Partai Gerindra 7
4 Partai Golkar 9
5 Partai NasDem 3
6 PDI-P 8
7 PKB 9
8 PKS 4
9 PPP 5
# Total 49 Kursi Sumber: Diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak.
159
PDI-P dan PKS tidak tercantum ikut mengusung ketiga pasangan calon yang ikut
berkompetisi pada pilkada kabupaten Demak 2015. Berdasarkan dokumen pada kandidat pasangan
calon yang berkompetisi dan pengesahan partai pendukung. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

81
Dengan cukupnya ambang batas minimal pengusungan calon kepala
daerah di kabupaten Demak tahun 2015 yang dilakukan oleh partai Golkar dan
PPP, maka tipe koalisi dari kedua partai ini adalah tipe koalisi pas terbatas.
Karena partai politik yang tergabung ke dalam koalisi ini, jumlahnya terbatas
hanya untuk mencapai kekuatan politik yang disyaratkan secara minimal. Tanpa
dukungan mayoritas mutlak di legislatif. Sehingga koalisi pas terbatas ini menjadi
bentuk koalisi yang cukup mudah, dan dapat menjadi alternatif bagi partai politik
dalam kondisi konstelasi politik yang cukup sengit.
Selain itu PPP yang berasaskan partai Islam dan partai Golkar yang secara
asas partai nasionalis, justru tidak menghambat mekanisme koalisi. Karena asas
partai menurut Sudarto hanya berlaku untuk internal PPP, dan tidak menyentuh
persoalan lainnya (diluar partai), seperti koalisi. Sudarto mengatakan:160
―.. PPP adalah partai yang berasakan Islam. Rumah bagi semua umat
Islam. Tapi asas tersebut justru adalah implementasi/aplikasi sehari-
hari bagi kader-kader PPP. Jadi lebih ke internal PPP sendiri. PPP
memang partai Islam, Islam Indonesia. Itu yang membedakan kita
dengan partai lain. Ini yang menjadi ciri khas PPP. Dalam konteks
koalisi kita terbuka dengan partai manapun. Asalkan sejalan dengan
visi politik kita. Jika kita koalisi dengan partai yang nasionalis juga
tidak apa-apa, malah jauh lebih baik karena kita jadi punya kekuatan
dan ciri khas partai masing-masing. Dan lebih indonesia sama
pancasila. Jadi jangan tertutup. Kalo tertutup ya ke China saja yang
dikuasi oleh partai komunis...‖
Selain itu koalisinya partai Islam dan nasionalis ini memberikan
keuntungan lain. Menurut Marlinda Irwanti dengan koalisinya PPP dan partai
Golkar akan semakin kuat. Karena PPP dan partai Golkar memiliki segmentasi
160 Wawancara Sudarto, sebagai Wakil Sekretaris PPP dan Wakil Sekretaris Jendral DPP
PPP dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015, Selasa 4
April 2017.

82
pemilih dari latar belakang yang berbeda. Sebagaimana tanggapan dari Wakil
Ketua Bapilu Partai Golkar untuk wilayah Jawa Tengah itu adalah:161
―...Beruntung pada kasus Demak, partai Golkar berkoalisi dengan
PPP. Keuntungan ini dapat dilihat, Golkar sebagai penyaring suara
kelompok nasionalis dan PPP menyaring suara kelompok
tradisionalis...‖
Dengan demikian berkoalisinya PPP dan partai Golkar dapat kita lihat
bersifat sangat terbuka dan tidak mempersoalkan masalah asas partai, sesuai
dengan pendapat pimpinan pusat partai masing-masing. Sifat koalisi pada kasus
ini sangat sesuai dengan pengertian koalisi menurut Lawrence C. Dodd yang
mengatakan partai politik yang terdapat dalam sistem multipartai harus masuk ke
dalam koalisi bersama dengan partai politik lain untuk memperoleh kekuasaan
dan kontrol atas pemerintahan. Untuk mencapainya, partai politik yang berkoalisi
harus meninggalkan ideologi atau asas awal demi tercapainya kebersamaan di
dalam koalisi.162
Meskipun asas atau ideologi partai politik dalam banyak aspek menjadi
penting,163
tetapi pada kasus koalisinya partai Golkar dan PPP sepertinya tidak
ada kendala dan hambatan yang berarti. Karena kedua partai hanya melihat
kemenangan sebagai tujuan sehingga persoalan pengusungan calon kandidat non
161
Wawancara dengan Marlinda Irwanti, sebagai Wakil Ketua Bapilu Pilkada Serentak
2015 Wilayah Jawa Tengah, Jakarta pada 27 April 2017. 162
Lawrence C. Dodd, Coalitions In Parliamentary Government, h. 35. 163
Karena asas atau ideologi politik dapat menunjukan karakter dan identitas partai politik
tertentu, yang membedakan dengan partai politik lainnya. Selain itu identitas partai yang berbeda
juga akan membedakan kader partai tertentu dengan kader partai lainnya. Mengingat partai ID
adalah hal yang pokok dalam tubuh partai politik. Dengan lunturnya identitas, asas, atau ideologi
partai, maka arah dan tujuan partai akan dengan cepat hilang jika dihadapkan dengan kepentingan
politik seperti dalam kasus lobi-lobi politik atau negosiasi politik, juga tidak terlepas pada
persoalan koalisi.

83
kader dan masalah asas partai tidak terlalu berarti.164
Tanggapan ini rasanya tidak
terlalu berlebihan jika kita mengacu kepada tanggapan ibu Marlinda selaku Wakil
Bapilu partai Golkar wilayah Jawa Tengah:165
―...Karena partai ingin menang. Tidak ada partai yang ikut bertarung
punya tujuan kalah... karena Partai Golkar adalah partai yang modern
siapa saja dapat masuk, mencalonkan dan dicalonkan, serta diusung
oleh partai golkar. Ini yang membedakan partai Golkar dan partai lain,
dimana partai Golkar fleksibel...‖
Berkaitan dengan pendapat ibu Marlinda diatas, soal bagaimana sifat dan
tindakan partai dalam pengusungan calon kandidat dan koalisi partai di penelitian
ini, khususnya partai Golkar, sudah dapat diprediksi oleh David Reeve dengan
baik. Reeve mengatakan:166
―...Golkar mempunyai political machine terbaik rupanya,
dibandingkan dengan yang lain. Tetapi, seperti digambarkan oleh Dirk
Tomza, Golkar adalah political machine yang diciptakan untuk
menang dalam pemilu, jadi tujuan utamanya adalah menang karena
ideologi tidak begitu kuat, jadi akan selalu cenderung mencari
kandidat yang mempunyai harapan besar dalam kompetisi pemilu.
Sejak pemilu 1971 Golkar selalu mencari kandidat lokal yang
mempunyai following dan pengaruh, dan pola yang sudah lama itu
tetap dipegang....bukan Golkar saja yang sering aktif dalam permainan
politik yang pragmatis. Dengan komentar saya di atas sudah jelas
bahwa Golkar selalu cenderung pragmatis, karena kemanangan adalah
nomor satu.‖
Pengamat politik Indonesia lainnya, R. William Lidlle, juga mengatakan
hal serupa (dengan pendapat Reeve), sewaktu diminta tanggapannya mengenai
164
Sebaliknya, masalah yang cukup dominan yang di temukan di lapangan adalah masalah
dualisme partai yang menghabat proses kegiatan partai. Baik dari PPP dan partai Golkar. 165
Wawancara dengan Marlinda Irwanti, sebagai Wakil Ketua Bapilu Pilkada Serentak
2015 Wilayah Jawa Tengah, Jakarta pada 27 April 2017. 166
Wawancara dengan David Reeve sebagai pengamat Golkar dan Assosiate Profesor
University of Sidney, di Bentara Budaya Kompas, Jakarta pada Rabu 29 Juni 2017. David Reeve
juga menulis buku khusus tentang Golkar berjudul,‖Golkar-Sejarah yang Hilang: Akar Pemikiran
dan Dinamika‖ yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu (Kobam) pada 2013.

84
gambaran penelitian ini, khususnya pada konteks hubungan koalisi partai Golkar
terhadap PPP. Liddle mengatakan:167
―...Tentang sifat-sifat khas Golkar, partai itu memang pragmatis
sekali, dari jaman Suharto pun. Pada masa transisi, beberapa
pemimpin Golkar, mungkin terutama Akbar Tandjung, sengaja
merekrut orang-orang lokal sebab memang akar lokalnya kuat di
banyak daerah (khususnya di luar Jawa) pada waktu itu. Anda tentu
tahu bahwa hanya Golkar yang pada masa Orde Baru berhak
mendirikan cabang-cabang sampai ke tingkat kecamatan. Partai itu
sampai sekarang siap membentuk koalisi dengan partai apapun untuk
memenangkan pemilu di tingkat kabupaten, kota, dan propinsi.‖
Cairnya hubungan koalisi partai Golkar dan PPP di kabupaten Demak
pada pilkada 2015, menjadi suatu bukti yang memperkuat bahwa ideologi atau
asas partai tidak lagi menjadi faktor penentu dalam komunikasi dan negosiasi
politik antar partai, bahkan sampai pada tingkat lokal. Selain itu koalisi yang
direkam dalam penelitian ini berguna sebagai penambah khazanah kajian
hilangnya identitas partai sebagai faktor pembeda dengan partai lainnya, di tingkat
lokal. Khususnya pada momentum politik pilkada serentak tahun 2015. Karena
literatur atau studi mengenai lunturnya identitas partai politik pada umumnya
banyak membahas pada persoalan koalisi tingkat nasional.168
167
Wawancara dengan Prof. R. William Liddle sebagai pengamat politik Indonesia dari
Professor Bidang Politik, Ohio State University, (USA), melalui email [email protected]
pada11 Juli 2017. 168
Banyak studi yang fokus terhadap ideologi atau asas partai dalam konteks hilangnya
ideologi partai politik. Namun studi yang paling mutakhir dari Indonesia mengenai hal tersebut
adalah riset dari Kuskrisdho Ambardi, Mengungkap Politik Kartel: Studi Kepartaian di Indonesia
Era Reformasi (Jakarta: KPG, 2009). Salah satu tesis penting dari buku ini adalah ideologi tidak
penting dalam menentukan perilaku partai. Dan partai longgar dalam membentuk koalisi.

85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa fakta yang menarik dalam penetapan
rekrutmen calon bupati dan wakil bupati pada pilkada Kabupaten Demak 2015,
yang diusung oleh partai Golkar dan PPP, yang berasal dari luar kader partai.
Dalam konteks partai Golkar perekrutan tetaplah dilakukan sesuai dengan
prosedur pada umumnya. Namun mengingat partai Golkar pada saat itu sedang
menghadapi dualisme partai. Akhirnya terdapat kesepakatan sebagai jalan keluar
bahwa partai Golkar dari masing-masing kubu harus menggugurkan nama-nama
yang sudah masuk dan mencari serta memilih kandidat baru. Artinya konflik yang
terjadi pada tubuh partai Golkar di kabupaten Demak harus mengorbankan
kadernya untuk diusung dan dicalonkan sebagai kandidat kepala daerah. Selain itu
mengingat pada kontestasi 2015 terdapat petahana yang kembali maju dalam
pilkada, partai Golkar harus memilih kandidat yang memiliki rekam jejak, figur,
dan elektabilitas yang baik. Artinya jika hanya mengandalkan rekam jejak dari
keanggotaan di partai, jelas bukan modal yang cukup.
Selanjutnya meskipun dalam konteks PPP kabupaten Demak konflik
dualisme yang terjadi tidak sepanas partai Golkar. Tetapi partai ini juga akhirnya
memilih dan menetapkan calon untuk diusung dari luar kadernya, yaitu H. M.
Natsir. Serupa dengan pertimbangan partai Golkar kabupaten Demak, kader yang
ikut dalam proses rekrutmen, memiliki modal rekam jejak dan ketokohan yang
kurang, dibandingan dengan calon kandidat dari luar partai. Selain itu

86
pertimbangan lainya adalah jika PPP kabupaten Demak tidak mengusung yang
cukup mampu untuk melawan petahana, dikhawatirkan akan kurang mampu
dalam persaingan politik pada pilkada kabupaten Demak 2015.
Kesimpulan secara umumnya, terlepas dari semua kendala, hambatan dan
tantangan yang dihadapi masing-masing partai, baik internal dan eksternal, kedua
partai dengan jelas tidak memperjuangakan masing-masing kadernya secara serius
untuk diusung. Sehingga dapat dikatakan bahwa partai Golkar dan PPP gagal
untuk mengusung kadernya sebagai kandidat yang akan diusung dalam kontestasi
pilkada kabupaten Demak tahun 2015.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran peneliti adalah sebagai berikut:
1. Akademis
Penelitian akademis selanjutnya diharapkan dapat lebih mendalami
mengenai pola rekrutmen politik yang diterapkan bersama dengan bentuk
koalisi di Indonesia. Melakukan perbandingan pola rekrutmen dengan partai
lain dan pada kondisi yang lain pada suatu tingkat tertentu dan waktu
tertentu.
2. Praktis
Secara praktis agar partai politik lebih meningkatkan kapasitas kadernya,
untuk menjadi calon-calon wakil rakyat baik di eksekutif maupun legislatif
dengan kualitas yang mumpuni. Sekaligus pada saat yang bersamaan,
membuka peluang seluas-luasnya kepada masyarakat luas untuk ikut terjun
mengabdi kepada masyarakat lewat partai politik tanpa adanya batasan.

87
Dengan begitu tentu memberikan pengaruh pada jalannya pemerintahan
yang lebih baik.

88
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Lijphart, Arend. Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in
Thirty-Six Countries. New Heaven and London: Yale University Press,
2012.
Budiardjo, Prof. Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Jakarta, 2000.
Indrayana, Denny. Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum
Ketatanegaraan. Jakarta: Kompas, 2008.
Diamond, Larry. dan Richard Gunther. Political Parties and Democracy.
Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2001.
Fathurahman, Prof. H. Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2011.
Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Heywood, Andrew. Politics. New York: Palgrave Macmillan, 2007.
Dodd, Lawrence C. Coalitions In Parliamentary Government. New York:
Princeton University Press, 1996.
Lapalombara, Joseph. dan Myron Weiner. Political Parties and Political
Development. Princeton UP: Princeton, 1996.
Milbrath, L.W. 1997. Political Participation. Chicago: RandMcNally.
Huntington, Samuel P. Tertib Politik Di Dalam Masyarakat Yang Sedang
Berubah. Penerjemah Sahat Simamora. Jakarta: CV. Rajawali, 1983.

89
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES, 1983.
Soetomo. 2007. Perilaku Organisasi dan Rekrutmen Politik. Jakarta: Prenada.
Gatara, Sahid. Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Norris, Pippa. Democratic Phoenix: Political Activism Wordwide. New York:
John F. Kennedy School of Government Harvard University, (tahun tidak
diketahui).
Hollyson, Rahmat dan Sri Sundari. Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna.
Jakarta: Penerbit Bestari, 2015.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992.
Katz, Richard S. dan Willliam Crotty, ed. Handbook of Party Politic. London:
Sage Publications Ltd, 2006.
Roskin, Michael G. Political Science: An Introduction. London: Pearson
Education, 2008.
Shively, W. Philips. Power and Choice: An Introduction to Political Science.
New York: McGraw. 2015.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

90
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008.
Haris, Syamsuddin. Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era
Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Usaman dan Abdi. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2008
Hofmeister, Wilhelm dan Karsten Grabow. Political Parties: Functions and
Organisation in Democratic Societies. Singapore: Konrad Adenauer
Stiftung, 2011.
B. Jurnal
Ihsan, A. Bakir. ―Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi dalam Sistem Quasi
Presidensial.‖ Jurnal Penelitian Politik, Vol. 8, No 1, 2011.
C. Karya Ilmiah
Septian, Doni. ―Rekrutmen Politik Dalam Penetapan Calon Legislatif 2014-2019
(Studi Kasus: DPD Partai Golkar Kota Tanjungpinang).‖ Jurusan Ilmu
Pemerintahan. Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2014.
Fanindita, Fanina. ―Rekrutmen Politik Terhadap Perempuan Dalam Partai Politik
Dan Parlemen (Suatu Studi Terhadap DPRD Tingkat I Periode 2004-2009
di Sumatra Utara).‖ Departemen Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sumatra Utara (Medan), 2009.
Ihyauddin. ―Proses Rekrutmen Calon Angota DPRD Provinsi Banten Periode
2009-2014 (Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera [PKS] dan Partai

91
Demokrat).‖ Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang), 2012.
Poetra, Kaswan Try. ―Perbandingan Rekrutmen PDI Perjuangan dan Partai
Demokrat Terhadap Caleg DPRD Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten
Polewali Mandar.‖ Program Studi Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Politik dan
Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Hasanuddin (Makasar), 2013.
Saputra, Wengky. ―Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pemilu Legislatif 2009 di
Kabupaten Agam).‖ Jurusan Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Andalas Padang, 2012.
D. Dokumen
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar, data ini
diunduh dari http://partaigolkar.or.id/ad-art pada Kamis 10 November
2016.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Keadilan
Sejahtera (PKS)
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Partai Persatuan
Pembangunan (PPP)
Dokumen Jumlah Kursi Legislatif DPRD Kabupaten Demak periode 2014-2019.
KPUD Kabupaten Demak.
Dokumen pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada Kabupaten
Demak tahun 2015, Model BB.1 KWK. KPUD Kabupaten Demak.

92
Ketetapan Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan No:
07/TAP/MUKTAMAR VIII/PPP/2016 di Jakarta pada 10 April 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
E. Situs Berita Internet
Republika.co.id, Ira Sasmita dan Indah Wulandari ―Ini Jadwal Lengkap Pilakda
2015.‖ Diakses pada 12 Oktober 2016 melalui
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/24/nk9bsp-ini-
jadwal-lengkap-pilkada-2015.
Website resmi DPRD Kabupaten Demak, ‖Tanpa Judul.‖ Diakses pada Jum‘at 11
November 2016 melalui http://dprd.demakkab.go.id/?page_id=490.
Website resmi Kabupaten Demak ―Profil Kabupaten Demak.‖ Diakses pada kamis
10 November 2016 melalui http://demakkab.go.id/profil/geografi-dan-
kependudukan/.
Website resmi KPU, ―Informasi Penetapan Peserta‖ diakses pada Jumat
18/11/2016 dari situs sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id/sitap-
2015/index.php?r=Dashboard/paslon&tahap=3.
Website resmi KPU, ―Hasil Pemilihan Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah‖
diakses pada Jumat 18/11/2016 dari situs sitapkpu melalui
http://infopilkada.kpu.go.id/sitap-
2015/index.php?r=Hasilpemilihan%2Fadminex&jeniswilayahp=33&wilaya
hkab=40477&yt0=.
Website resmi Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Jawa II, ―DPP
Partai Golkar Masa Bakti 2014-2019 Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah

93
Jawa II (Jateng dan DIY).‖ Diakses pada Kamis 10 November 2016 pukul
16.10 WIB melalui http://partaigolkar.or.id/bidang_kegiatan/45/bidang-
pemenangan-pemilu-wilayah-jawa-ii-jateng-dan-diy-.
Website resmi Partai Golkar DPD 1 Provinsi Jawa Tengah, ―Pengurus Harian
Partai Golkar DPD 1 Provinsi Jawa Tengah.‖ Diakses pada Kamis 10
November 2016 pukul 16. 20 WIB melalui
http://jateng.partaigolkar.or.id/pengurus_harian_dpd.
Website resmi Partai Golkar, ―AD/ART Partai Golkar‖, diakses pada Kamis 10
November 2016 http://partaigolkar.or.id/ad-art.
Website resmi Partai Golkar, ―Susunan Pengurus: Profile Pengurus DPP Golkar.‖
Diakses pada 10 November 2016 pukul 16.40 WIB melalui http://partai-
golkar-indonesia.blogspot.co.id/
Website resmi Perludem (rumahpemilu.org), ‖Daftar Provinsi dan Kabupaten yg
Gelar Pilkada Gelombang I Pemungutan Suara 9 Desember‖, Diakses pada
Senin 17 Oktober 2016 melalui
http://www.rumahpemilu.org/in/read/8817/Daftar-Provinsi-dan-
KabupatenKota-yang-Pilkada-Gelombang-I-Pemungutan-Suara-9-
Desember-2015.
Website Tribun News Jateng, ―Ada Tiga Pasang Cabub dan Cawabub di
Kabupaten Demak‖, diakses dari http://jateng.tribunnews.com, pada Rabu
03/01/2017.
Website berita online, ―Dualisme Pemimpin Golkar‖, diakses dari
https://www.rappler.com, pada Rabu 03/01/2017.

94
Website Kompas, ―Awal Mula Penyebab Konflik Internal Golkar‖, diakses dari
www.nasional.kompas.com, pada Rabu 03/01/2017.
Website Viva News, ―Penyebab Dualisme Kepeminpinan partai Golkar dan
Dampaknya terhadap Kinerja DPR RI‖, diakses dari www.viva.co.id, pada
Rabu 03/01/2017.
Website Viva News, ―Sekjen Golkar Beberkan Awal Mula Manuver Agung‖,
diakses dari www.viva.co.id, pada Rabu 03/01/2017.
Website Oke Zone, ―Konflik Golkar dan PPP menghambat Kinerja DPR‖, diakses
dari http://news.okezone.com, pada Kamis 04/01/2017.
Website Oke Zone, ―Korupsi Dana Haji di Kementerian Agama‖, diakses dari
diakses dari http://news.okezone.com, pada Kamis 04/01/2017.
Website Viva, ―Dualisme Kepemimpinan PPP‖, diakses dari www.viva.co.id,
pada Rabu 03/01/2017.
Website CNN, ―Dualisme PPP Menurunkan Elektabilitas di Pilkada‖, diakses dari
www.cnnindonesia.com, pada Kamis 04/01/2017.
Website CNN, ―Dualisme di Tubuh Partai Pengaruhi Elektabilitas Pilkada‖,
diakses dari www.cnnindonesia.com, pada Kamis 04/01/2017.
F. Wawancara
Wawancara dengan, David Reeve (Assosiate Profesor Universty of Sidney),
pengamat partai Golkar, 29 Juni 2017.
Wawancara dengan, Dr. Thomas Pepinsky, Ph. D (Assosiate Professor Goverment
Studies dan Direktur Cornell Modern Indonesia Project, Cornel University,

95
USA), sebagai indonesian studies khususnya politik, melalui email
([email protected]), 1 Juli 2017.
Wawancara dengan, Prof. Syamsuddin Haris (Profesor bidang Ilmu Politik LIPI),
melalui email ([email protected]), 20 Juni 2017 .
Wawancara dengan, Drs. Sudarto Sm, MM (Wakil Sekretaris Jendral DPP PPP
dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada
Serentak 2015), Selasa 4 April 2017.
Wawancara dengan, Dr. Marlinda Irwanti, SE, Msi (Wakil Ketua Bapilu Pilkada
Serentak 2015 Wilayah Jawa Tengah, Wakil Sekjen DPP PG, Anggota DPR
RI Jateng Dapil X), 27 April 2017.
Wawancara dengan, Prof. R. William Liddle (Professor Bidang Politik, Ohio
State University, USA), pengamat politik Indonesia, melalui Email
([email protected]), 11 Juli 2017.
Wawancara dengan, Pak Muin (Pimpinan Redaksi Warta Demak, Pemimpin
Umum dan Redaksi Kabar Seputar Muria), Melalui Chat Whatsup di nomor
08564162xxxx, 30 Mei 2017.
Wawancara dengan, H. Nurul Furqan (Sekretaris PPP Kabupaten Demak 2015),
22 Mei 2017.
Wawancara dengan, Sunari Muslim (Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten
Demak), 13 Juni 2017.