DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI...

91
DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIK ‘ASHABIYYAH IBNU KHALDUN (STUDI KASUS PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PERIODE 2007-2014) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S. H.) Oleh Anwar Saputra NIM: 1111045200011 PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Transcript of DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI...

Page 1: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIK

‘ASHABIYYAH IBNU KHALDUN (STUDI KASUS

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PERIODE 2007-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Guna Memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S. H.)

Oleh

Anwar Saputra NIM: 1111045200011

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan
Page 3: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan
Page 4: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan
Page 5: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

ṭ ط Tidak dilambangkan 16 ا 1

ẓ ظ B 17 ة 2

‘ ع T 18 ت 3

G غ ṡ 19 ث 4

F ف J 20 ج 5

Q ق ḥ 21 ح 6

K ك Kh 22 خ 7

L ل D 23 د 8

M م Ż 24 ذ 9

N ن R 25 ز 10

W و Z 26 ش 11

H ه S 27 س 12

‘ ء Sy 28 ش 13

Y ي ṣ 29 ص 14

ḍ ض 15

2. Vokal Pendek

- --- = a تـت kataba ك

- --- = i سئ ل su’ila

- yażhabu ي ر ى ت = --

Page 6: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

v

3. Vokal Panjang

a. Fatḥah + alif, ditulis ā (a dengan garis di atas)

ditulis jāhiliyyah جبىليو

b. Fatḥah + alif layyinah, ditulis ā (a dengan garis di atas)

ditulis yas’ā يسعى

c. Kasrah + yā’ sukun, ditulis ī (i dengan garis di atas)

ditulis majīd مجيد

d. Ḍammah + wāu sukun, ditulid ū (u dengan garis di atas)

ditulis Furūḍ فسوض

4. Diftong

أ ي = ai يف ك = kaifa

أ و = au ول ح = ḥaula

5. Kata Sandang (ال)

Kata sandang dilambangkan dengan ‘al-’, baik dikuti huruf syamsiyyah

maupun qamariyyah.

6. Tasydid (- —(

Syiddah atau tasydid dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi

syiddah. Namun, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syiddah

tersebut terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al-

syamsiyyah. Misalnya, kata ة سوز tidak ditulis aḍ-ḍarūratu melainkan ditulis الض

al-ḍarūratu.

7. Tā’ Marbūṭah

Page 7: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

vi

a. Bila berdiri sendiri atau dirangkai dengan kalimat lain yang menjadi na‘at

atau sifat, maka ditulis h. Contoh: الجبمعة الأسلامية ditulis al-Jāmi‘ah al-

Islāmiyyah.

Catatan: ketentuan ini tidak berlaku terhadap kata-kata serapan bahasa

Indonesia dari bahasa Arab seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecuali

dikehendaki lafal aslinya.

b. Bila diharakati karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t. Contoh:

.ditulis ni‘mat Allāhنعمةالله

8. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut

penulisannya. Contoh: ذوي الفسوض żawī al-furūḍ, أىل سنة ahl al-sunnah.

9. Singkatan

swt., = subḥanahu wa ta‘ālā

saw., = ṣallā Allāh ‘alaih wa salam

as., = ‘alaih al-salām

ra., = raḍiya Allāh ‘anh

QS. = al-Qur’an Surat

M = Masehi

H = Hijriyah

w. = Wafat

h. = Halaman

v = Volume

Page 8: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

vii

ABSTRAK

Anwar Saputra, NIM: 1111045200011, Dinasti Politik: Persfektif Teori Politik

‘Ashabiyyah Ibnu Khaldun (Studi Kasus Pemerintah Provinsi Banten Periode

2007-2014), Konsentrasi Siyasah Syari’ah Program Jinayah Siyasah Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penelitian ini dilakukan pada obyek tatakelola dan praktik kekuasaan

pemerintahan gubernur provinsi di Banten, dengan tujuan untuk mengetahui dan

menjelaskan bagaimana praktik dinasti politik atau politik kekerabatan di Provinsi

Banten pada era kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah yang mengalami

siklus ploriferasi (persebaran, pertumbuhan) dan kekuatan kekuasaannya di

masyarakat. Sejak terbentuk menjadi Provinsi yang mandiri, terpisah dari Jawa

Barat, kehidupan politik di Banten ditandai dengan menguatnya gejala dinasti

politik atau politik kekerabatan, baik pada tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode

pengumpulan sumber data primer dan sekunder seperti data/informasi, studi

pustaka, dan dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik dinasti politik atau politik

kekerabatan di era Ratu Atut Chosiyah di Banten memperlihatkan adanya gejala

proliferasi (persebaran, pertumbuhan), bukan saja pada ranah kekuasaaan

eksekutif dan legislatif, seperti pada arena bisnis, sosial-budaya, pendidikan, dan

keormasan. Dinasti politik merupakan kekuasaan yang dipegang secara turun

temurun dalam satu garis keturunan atau kerabat dekat. Hal ini ditandai dengan

tersebarnya jejaring kekuasaan melalui fitrah politik pendahulunya dengan cara

penunjukkan anak, istri, paman, dan semacamnya untuk menduduki pos-pos

strategis dalam partai (lembaga) politik. Kota seperti Gorontalo, Musi Banyuasin,

Lampung, Kota Batu merupakan calon-calon Dinasti pada pemilihan Gubernur

tahun 2017. Cara kekeluargaan biasanya dilakukan agar sanak famili tersebut bisa

dengan mudah meraih jabatan publik, baik sebagai Walikota, Gubernur, Bupati

maupun sebagai anggota perwakilan rakyat (DPRD). Dinasti politik dapat dilihat

dari struktur politik yang ada.

Kata kunci : Dinasti, Kerabat, Proliferasi.

Pembimbing : Dr. H. Rumadi. M. Ag.

Daftar Pustaka : 1945 s.d. 2015

Page 9: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

viii

حيم حمن الر بسم الله الر

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan

kemampuan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan tugas-tugas

kekhalifahan di bumi dan atas semua yang telah dilimpahkan kepada umat

manusia secara umum dan penulis secara khusus. Shalawat beserta salam tak

luput kepada pembawa risalah-Nya Nabi Muhammad SAW, para keluarga,

sahabat, dan mereka semua yang telah berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid

di muka bumi ini dan membimbing umat manusia sehingga dapat menjalani

kehidupan yang lebih baik di dunia dan kebaikan hidup di akhirat.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan Karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adanya bimbingan, kritikan dan masukan

yang sangat berarti diperlukan penulis untuk dapat lebih menyempurnakan dan

memperbaiki agar penyajian skripsi ini lebih sempurna.

Dalam perjalanan penulisan skripsi ini, satu hal yang menjadikan sebuah

kebanggaan bagi penulis adalah mengikuti perkuliahan di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Syari'ah dan Hukum. Di dalam

perjalanan ini begitu banyak pengalaman serta pengetahuan baru yang penulis

dapatkan, baik sifatnya menyenangkan maupun yang mengharukan, karena

dengan melewati itu semua maka kepribadian dan kedewasaan dalam bersikap

bisa penulis dapatkan.

Page 10: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

ix

Menyelesaikan skripsi ini tentu banyak rintangan dan halangan yang

penulis hadapi. Butuh extra kerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis

faham bahwa dalam mengerjakan skripsi bukan perkara yang mudah karena butuh

ketelitian dan kemauan yang tinggi. Tetapi bersyukur alhamdulillah, semua itu

bisa diatasi berkat motivasi dan dorongan yang diberikan oleh semua pihak yang

membantu dan memberikan dukungan tiada henti kepada penulis. Semoga Allah

SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mengasihi dan

menyayangi kalian, dimana kalian berada. Rasa terima kasih ingin penulis

sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para wakil Dekan yang telah

membimbing penulis dalam menjalani perkuliahan.

2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, MA, Ketua Program Studi Siyasah Syar’iah yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk dan nasehat yang berguna bagi penulis

selama penulis mengikuti perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi strata 1 dengan sebaik-baiknya.

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Sekretaris Program Studi Siyasah Syar’iyah yang

telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai macam keperluan

berkas-berkas persyaratan untuk menggapai studi strata 1 dengan sebaik-

baiknya.

4. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA, dosen Penasehat Akademik yang

telah memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti

perkuliahan dan dalam proses pembuatan proposal skripsi ini sehingga skripsi

Page 11: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

x

dapat diseminarkan dengan baik.

5. Bapak Dr. Rumadi, M. Ag, dosen pembimbing yang sangat penulis hormati,

dengan sangat sabar dan keikhlasan beliau membimbing penulis, memberikan

banyak ilmu dan waktunya kepada penulis sehingga banyak hal baru yang

penulis dapatkan selama bimbingan bersama beliau dan menyelesaikan skripsi

ini dengan sebaik-baiknya.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah membimbing penulis dan memberikan ilmunya selama masa

kuliah.

7. Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang membuat penulis mudah untuk mencari bahan dan literatur

selama masa kuliah.

8. Keluarga penulis, teristimewa ayahanda bapak. H. Asnawi (alm) dan ibunda

tercinta Sayati yang senantiasa tiada henti mendoakan penulis, memberikan

limpahan kasih sayang, kesabaran, dukungan serta motivasi baik moral

maupun materil kepada penulis. Tak lupa untuk kakak-kakak penulis tercinta,

Winarsih, Zainal Abidin, Titi Maryati dan Saipul Anwar, terima kasih untuk

segala doa yang kalian berikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasih

sayang-Nya dan keberkahan untuk kalian.

9. Ratnasari Ayi yang sama-sama sedang berjuang dalam meraih mimpi dan juga

untuk keluarganya, yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama

penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Cipondoh Kota

Page 12: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

xi

Tangerang, Kyai H. Drs. Ahmad Ikhsan, beserta guru-guru yang berada di

Pesantren tidak lupa ta’dzim dan hormat penulis, terima kasih atas doa dan

ilmu yang sangat berguna bagi penulis dalam membentuk kepribadian yang

lebih baik lagi.

11. Sahabat tercinta Yasir, Deni (Jawir), Indra (Abo), Widi Pramono (Cimeng),

M. Soleh, Adam Husen, Ryan Erlangga, Reza F.H, Bambang M.K, Bpk.

Abdul Rojak, Bpk. Suryadi (Ambon), Hary (Amoy), Tomi (Adon), Mukhlis

(Monon), Jul Saputra, Adisty Rozak. Terima kasih atas kebersamaan, bantuan,

dan keseruan yang penulis banggakan selama bersama kalian.

12. Teman-teman seperjuangan SS angkatan 2011, Andi, Hera, Lisna, Merry,

Tiwa, Arista, Tomi, Uti, Dwi, Anwar, Fajar, Devi, Fifit, Gilang, Mun'im, Rezi

dan Buya. Dan tidak lupa juga untuk teman-teman dari jurusan Pidana Islam

angkatan 2011.

13. Teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) Slapajang Kecamatan Cisoka

Kabupaten Tangerang, kelompok SABIT 142 2014. Untuk Aam, Fadhlan,

Ipoy, Irvan, Januar, Mas Hans, Mas Husen, Husni, Nafis, Nita, Anet, Ayi,

Eces, Kiki, Sebulan bersama kalian adalah sesuatu yang sangat berkesan.

Terima kasih semua atas perhatian dan dukungannya. Dan tak lupa kepada

warga kp. Slapajang Kecamatan Cisoka khususnya Bapak Lurah Eden, Ibu

Lurah Yuli, Bapak Naya, dan Bapak Guru. Terima kasih untuk segala doa dan

dukungannya.

14. Semua pihak yang sudah membantu, penulis berdo’a semoga kebaikan dan

ketulusan yang telah diberikan oleh berbagai pihak di balas oleh Allah SWT.

Page 13: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

xii

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk para pembaca umumnya

dan penulis khususnya.

Jakarta, 20 Oktober 2017

Penulis

Anwar Saputra

Page 14: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

LEMBARAN PERNYATAAN ................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJi ................................................................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. iv

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viiii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 10

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11

F. Metodologi Penelitian .................................................................. 12

G. Sistematika Penyusun ................................................................. 12

BAB II: SEKILAS TENTANG IBNU KHALDUN DAN

MUKADDIMAH

A. Kehidupan Ibnu Khaldun ........................................................... 14

B. Teori Politik ‘Ashabiyyah Ibnu Khaldun .................................. 16

BAB III: BANTEN DAN DINASTI POLITIK PASCA REFORMASI

A. Otonomi Daerah Pasca Reformasi ............................................. 29

1. Otonomi Daerah dan Pilkada .................................................... 30

2. Pilkada dan Munculnya Dinasti Politik ................................... 32

B. Dinamika Politik Provinsi Banten ............................................. 38

1. Sejarah Politik Provinsi Banten ................................................ 41

2. Anatomi Dinasti Politik Banten 2007-2014 .............................. 45

BAB IV: DINASTI POLITIK BANTEN DALAM

PERSFEKTIF IBNU KHALDUN

1. Dinasti Politik Banten dalam Persfektif Ibnu Khaldun ......... 47

2. Strategi Membangun Dinasti Politik ........................................ 60

Page 15: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

xiv

BAB V: PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................ 68

2. Saran ....................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

LAMPIRAN .................................................................................................. 76

Page 16: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya politik Indonesia memiliki karakteristik yang menarik. Budaya

politik kawulo adalah salah satu wujud keunikan tersebut. Budaya politik kawulo

menempatkan posisi perilaku politik dengan berdinasti politik sebagai strategi

pengekalan kekuasaan. Dinasti politik menampilkan kekuatan status quo melalui

familinya.

Politik dinasti atau politik kekerabatan menunjukkan bahwa kerabat dekat

atau keluarga merupakan alat yang sangat tepat untuk membentuk kekuasaan yang

kuat. Bahkan kekuatan politik itu bukan hanya sekedar fenomena politik belaka.

Tetapi sudah menjadi budaya politik di Indonesia yang sudah semakin menjamur

di berbagai daerah. Konsepsinya adalah perilaku politik, strategi, orientasi politik,

kemudian menjadi budaya politik masyaarakat Indonesia1.

Bukti terkini ialah dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur Banten

2017-2022 Wahidin Halim dan Andika Hazrumy yang nota bene merupakan anak

kandung Ratu Atut Chosiyah Gubernur Banten dua periode 2004-2014. Kali ini

1Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia” (Skripsi S 1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Yogyakarta, 2014), h. 1.

Page 17: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

2

Andhika merupakan yang palingb mutakhir dari keluarga Atut yang menjadi

pejabat di Provinsi Banten. Sebelumnya Atut sendiri lah yang menjabat sebagai

Gubernur Banten setelah di tahun 2014 di tahan karena kasus sengketa Pilkada

Lebak,

Selain itu, ada sekitar 57 kepala daerah atau wakil kepala daerah,

mempunyai hubungan keluarga atau kerabat pejabat lain. Mereka tersebar di 15

daerah Provinsi, seperti: Provinsi Lampung, Banten Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara, Sumateraa Barat, Jawa Barat, Jawa tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,

Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan

Maluku2.

Berkaca dari fakta diatas, bisa dilihat dari analisa politik modern,

kemunculan dinasti politik di akibatkan oleh adanya kemandulan demokrasi.

Sebab, hal ini yang kemudian secara struktural mengakibatkan keserakahan

terhadap jabatan dan justru menutup ruang demokrasi, dan memunculkan

kekuasaan etnis di daerah. Dari etnisitas inilah dinasti tumbuh , sementara etika

politik rendah karena kaderisasi partai politik dan pendidkan dalam berpolitik

tidak berjalan dengan baik.

Namun demikian, jalan menuju demokrasi tidaklah selalu mudah

diwujudkan. Fenomena semacam itu pula yang terjadi di Indonesia pasca

runtuhnya rezim otoritarian Orde baru. Transisi dari rezim non-demokratik yang

sentralistik menuju pemerintahan dan kehidupan politik yang sungguh-sungguh

demokrasi terbukti tidak mudah dilalui. Berbagai hambatan dan distorsi mewarnai

2Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia” (Skripsi S 1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Yogyakarta, 2014), h. 2.

Page 18: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

3

lanskap kehidupan politik dan agenda konsolidasi demokrasi di Indonesia. Salah

satu hambatan yang paling bermasalah sekaligus merupakan distorsi dalam

kerangka domokrasi dan penataan kehidupan politik yang lebih baik itu adalah

munculnya fenomena dinasti politik di berbagai daerah3.

Kemunculan dinasti politik di Banten tidak terlepas dari sosok Chasan

Sochib sebagai salah satu tokoh pembentukan Provinsi Banten yang paling

berpengaruh. Chasan Sochib membangun pondasi awal dinasti politik di Banten

dengan topangan tiga sumberdaya, yakni (1) sumber daya finansial yang

diperolehnya dari akses ekslusif terhadap proyek-proyek pemerintah, (2) sarana

koersif (kekerasan) yang dilakukan oleh para jawara yang diikatnya melalui

tradisi patronase, dan (3) control terhadap partai politik, dalam hal ini partai

Golkar yang sejak era orde baru telah didominasinya bersama anggota keluarga

Salah satu teori yang Ibnu Khaldun gambarkan di dalam bukunya yaitu

teori politik „ashabiyyah. Menurutnya „ashabiyyah (solidaritas sosial) adalah hasil

dari sampingan agresi yang tak terbatas pada bangsa Arab saja tetapi juga pada

Yahudi, Siria, Yunani, dan Romawi. Dia hidup dikalangan orang-orang nomad

dan mengamati transisi (terutama melalui agresi dan penyerbuan) dari badawa

(nomadisme) dan hadarah (peradaban atau hidup menetap). Perselisihan antara

kaum Nomad dengan masyarakat yang hidup menetap mengakibatkan jatuh

bangunnya siklus dinasti-dinasti yang juga merupakan proses dialektis yang setiap

tahapan baru muncul dari kontradiksi yang berkonflik pada tahap sebelumnya.

Perubahan dinasti ini terjadi karena hubungan dialektis yang kompleks antara

3Jurnal. Agus Sutisna, “Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan

Gubernur Ratu Atut Chosiyah”, artikel di akses pada 19 Oktober 2017 dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI.

Page 19: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

4

dasar ekonomi masyarakat dan faktor tertentu seperti „ashabiyyah. Lebih lanjut

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa memimpin hanya dapat dilaksanakan dengan

kekuasaan, maka seorang pemimpin harus mempunyai solidaritas kelompok yang

kuat. Tanpa solidaritas kelompok, seorang pemimpin akan sulit memperoleh

legitimasi dan tidak akan dapat bertahan memimpin kelompok tersebut4. Karena

itu, Ibnu Khaldun menyimpulkan bahwa kuat atau lemahnya suatu Negara

(dinasti) sangat tergantung pada perasaan solidaritas kelompok ini.Semakin tinggi

„ashabiyyah, maka semakin kuat pula dinasti tersebut. Sebaliknya, bila

„ashabiyyah sudah melemah, maka dinasti atau Negara itupun mengalami

kelemahan.

Lebih jauh penulis akan sedikit memaparkan ulasan mengenai UU No. 8

Tahun 2011 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serta

hubungannya dengan dinasti politik dimana keduanya sangat berkaitan satu sama

lain. Undang-Undang Pilkada tesebut justru menimbulkan masalah baru bagi

rakyat ketika mereka dihadapi kekuasaan oligarki berupa dinasti politik di

berbagai daerah. Lalu Apa hubungan Undang-

Undang tersebut dengan teori politik Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa

“kekuasaan itu tergantung terhadap solidaritas kelompok”. Ibnu Khaldun

menyandarkan „ashabiyyah itu pada keluarga atau kumpulan yang menyamainya.

4Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa

Klasik hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2013), h. 49.

Page 20: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

5

„Ashabiyyah inilah katanya asal-usul dari kekuasaan dan kewibawaan dalam

masyarakat padang pasir5.

Undang-Undang Pilkada merupakan hasil dari jatuhnya pemerintahan orde

lama kemudian muncul otonomi daerah. Otonomi daerah di Indonesia lahir di

tengah gejolak sosial yang sangat masif ditahun 1999. Gejolak sosial tersebut

didahului oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia disekitar tahun 1997.

Gejolak sosial yang melanda Negara Indonesia disekitar tahun 1997 kemudian

melahirkan gejolak politik yang puncaknya ditandai dengan berakhirnya

pemerintahan orde lama yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun di

Indonesia. Setelah runtuhnya pemerintahan orde lama di tahun 1998, mencuat

sejumlah permasalahan terkait dengan sistem ketatanegaraan dan tuntutan daerah-

daerah yang selama ini telah memberikan kontribusi yang besar dengan kekayaan

alam yang dimilikinya. Wacana otonomi daerah kemudian bergulir sebagai

konsepsi alternatif untuk menjawab permasalahan sosial dan ketatanegaraan di

Indonesia yang dianggap telah usang dan perlu diganti. Inilah yang menjadi latar

belakang otonomi daerah di Indonesia6.

Dibalik itu semua ternyata ada banyak faktor yang menjadi latar belakang

otonomi daerah di Indonesia. Otonomi daerah tersebut dapat dilihat secara

internal dan eksternal. Latar belakang otonomi di Indonesia berdasarkan beberapa

referensi dapat dilihat dari dua aspek internal, yakni kondisi yang terdapat dalam

5Osman Baliby, Ibnu Khaldun “Tentang Masyarakat dan Negara” (Jakarta: Tanpa

penerbit, 1965), h. 44.

6Siska Agustina, “ Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia”, artikel diakses pada

17 Januari 2017 dari http://www.academia.edu/4728435/latar_Belakang_Otonomi_Daerah

Page 21: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

6

Negara Indonesia yang mendorong penerapan otonomi daerah di Indonesia dan

aspek eksternal yakni faktor dari luar Negara Indonesia yang mendorong dan

mempercepat implementasi otonomi daerah di Indonesia. Latar belakang otonomi

daerah secara internal timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan mesin

pemerintahan yang dilaksanakan secara sentralistik. Selain latar belakang otonomi

daerah secara internal sebagaimana maksud diatas, ternyata terdapat juga faktor

eksternal yang menjadi salah satu pemicu lahirnya otonomi daerah di Indonesia

yakni adanya keinginan modal asing untuk memasifkan investasinya di Indonesia.

Permasalahan dalam otonomi daerah di Indonesia sejak diberlakukannya

UU No 32 tahun 1999 yang kemudian disusul dengan UU No. 32 tahun 2004

mengenai pemerintahan daerah yang secara substansial memberikan otonomi

kepada Daerah Provinsi dan Kabupaten serta pemerintah kota suatu kewenangan

serta otonomi yang lebih luas dibandingkan dengan daerah sebelumnya. Ada

beberapa hal yang menandai adanya otonomi daerah di Indonesia misalnya:

diserahkannya berbagai urusan kepada daerah, pemilihan kepala daerah secara

langsung, semakin banyak munculnya daerah baru hasil dari pemekaran daerah,

dan lahirnya beberapa partai lokal. Untuk kalimat kedua mengenai pemilihan

kepala daerah secara langsung atau dalam hal ini pemilihan kepala daerah atau

dapat disingkat (PILKADA). Penulis mengutip Undang-undang tentang Pilkada

Pasal satu ayat (1) yang berbunyi:

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati

SertaWalikota dan Wakil Walikota Yang Selanjutnya Disebut Pemilihan

Adalah Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat di Wilayah Provinsi dan

Page 22: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

7

Kabupaten/Kota Untuk Memilih Gubernur, Bupati, dan Wakil Bupati,

serta Walikota dan Wakil Walikota Secara Langsung dan Demokratis7

Dengan berakhirnya orde lama dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto

dan terbentuknya otonomi daerah yang membuat daerah-daerah seperti

Kabupaten, Provinsi hingga Kota dapat dengan leluasa membuat aturan-aturan

berupa Undang-Undang dalam upaya menstabilisasi daerah-daerah kecil pasca

reformasi.

Pada pembahasan kali ini, penulis memaparkan bagaimana keadaan politik

di Indonesia khususnya pemerintahan di Provinsi Banten dimana para pemimpin

yang berkuasa masih dari kalangan keluarga, yaitu pemerintahannya Ratu Atut

Chosiyah. Apa latar belakang yang menjadikan keluarga Atut tersebut berjaya

dalam memerintah provinsi Banten, pengaruh apa saja yang sudah dilakukan

keluarga Atut sehingga begitu berjaya memegang tampuk kekuasaan di Banten.

Apakah ada unsur-unsur yang menyebabkan banyak pendapat bahwa apa yang

saat itu dibangun Ratu Atut merupakan dinasti politik yang justru menutup ruang

demokrasi.

Dengan demikian penulis merasa tertarik untuk menulis riset tentang

dinasti politik, dimana persoalan seperti ini masih tabu untuk dibahas, padahal

jika ditelaah lebih dalam dinasti-dinasti terdahulu seperti Umayyah, Utsmaniyyah,

Abbassiyyah dll sudah muncul dan berkuasa lebih dulu dengan waktu yang sangat

lama. Dalam hal ini penulis menelaah dinasti politik yang sudah terjadi di Banten,

7Lihat UU No. 15 tentang Penyelenggaraan Pemilu Pasal Satu Ayat (1)

Page 23: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

8

berawal dari kepemimpinan Ratu Atut Chosiyah, hingga ditahan karena kasus

korupsi sengketa Pilkada kabupaten Lebak serta kasus pengadaan alat kesehatan

pada 2013 lalu yang menjeratnya, sebelumnya adik Atut sendiri Tubagus Chaeri

Wardana sudah terlebih dahulu dinyatakan sebagai tersangka dalam dugaan suap

yang dilakukan terhadap mantan ketua MK Akil Mochtar. Wawan sendiri tidak

memiliki jabatan resmi dalam pemerintahan tetapi disebut-sebut mempunyai

kewenangan besar dalam menetapkan proyeksi fisik di berbagai tempat di Banten.

Di lain kasusnya tersebut ternyata Ratu Atut beserta keluarga besarnya sudah

menduduki jabatan pemerintahan di Banten.

Bagi Alim Bathoro fenomena seperti ini merupakan dampak dari

diberlakukannya otonomi untuk tiap daerah, dan pencalonan di lembaga legislatif

sehingga memungkinkan adanya politik kekeluargaan. Penulis mengutip

ungkapan Alim Bathoro dalam riset atau makalahnya, ia berpendapat bahwa:

“Setelah melewati sepuluh tahun demokrasi Indonesia berjalan, ternyata

demokrasi di Indonesia mengalami ujian dengan munculnya fenomena

political dynasty. Hal itu dimulai dengan munculnya clientlilism dalam

pencalonan anggota legislatif dalam pencalonan kepala daerah, dan isu

yang belakangan muncul adalah clientilism dalam suksesi kepemimpinan

Nasional. Sementara itu di daerah seperti Provinsi Banten misalnya, jejak-

jejaknya lebih kentara. Ratu Atut Chosiyah Gubernur Banten 2007-2012

misalnya, keluarga besarnya memiliki setidaknya 9 orang yang memimpin

di masing-masing kerajaannya”8.

8Bathoro Alim, “Perangkap Dinasti Politik Dalam Konsolidasi Demokrasi” (Jakarta:

Tim Pengelola Jurnal Perbatasan Fisip Umrah), h. 2. artikel diakses pada 17 Januari 2017 dari

http://riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/PERANGKAP-DINASTI-POLITIKDALAM-

KONSOLIDASI-DEMOKRASI

Page 24: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

9

Memang terasa kental sekali kepemimpinan yang dibangun oleh Atut di

Banten dan sangat berindikasi bahwa hal tersebut merupakan dinasti politik dan

baru disadari setelah Ratu Atut sendiri tesandung kasus korupsi yang

menimpanya. Sistem demokrasi yang selama ini menjadi ideologi Negara,

ternyata malah menimbulkan masalah baru yang justru menutup ruang aspirasi

rakyat.

Gandung Ismanto sebagai pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa Banten berpendapat bahwa kekuasaan oligarki politik di Provinsi

Banten justru menutup ruang demokrasi.Ruang demokrasi menjadi tertutup justru

di instrumen demokrasi itu sendiri. Kalau kita telusuri sejak pilkada pertama tahun

2005 sampai sekarang, sesungguhnya kekuasaan berpindah diantara mereka saja,

dan benar-benar menutup ruang demokrasi masyarakat sipil9.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka

sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dinasti politik menurut teori „ashabiyyah Ibnu Khaldun?

2. Bagaimana dinasti politik terjadi di Banten?

3. Bagaimana dinasti politik di Banten ditinjau dari teori „ashabiyyah

Ibnu Khaldun?

9Jerome Wirawan, “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. Banten, 2015. Artikel di

akses pada 17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151210

Page 25: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

10

C. Batasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi bahasan dalam skripsi. Penulis hanya

menjelaskan latar belakang dan faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya

dinasti politik di Banten. Periode yang menjadi fokus penulis yakni dari periode

2007-2014.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan kelanjutan atau jawaban dari apa yang

telah dikemukakan di dalam identifikasi masalah. Dengan demikian tujuan

penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Bertolak dari

definisi tersebut dan permasalahan diatas maka, penelitian ini mempunyai tujuan

untuk beberapa hal yang berkaitan dengan analisis efektifitas dinasti politik yang

terjadi di Provinsi Banten yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor timbulnya dinasti politik.

2. Untuk melestarikan atau mencegah dinasti politik yang sudah ada.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan informasi pada pendidikan ilmu politik mengenai

kejadian dinasti politik apakah boleh diterapkan atau tidak.

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka ilmu politik

umumnya, perkembangan dinasti politik khususnya apakah boleh

diterapkan atau tidak.

Page 26: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

11

c. Memberi wacana bagi pengembang ilmu politik khusunya dalam

fenomena dinasti politik.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bahan pertimbangan bagi

pihak yang berkepentingan dalam memecahkan masalah serupa.

b. Bagi penulis untuk melatih kemampuan analisa penulis dalam

penerpan teoritis dengan tugas riset dilapangan.

c. Bagi para pengadilan dan para Hakim agar dapat memberiputusan

yang sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

F. Studi Pustaka

Dari hasil pengetahuan penulis, ada beberapa kajian pustaka yang terkait

diantaranya sebuah buku yang berjudul Mukaddimah Ibnu Khaldun oleh Ibnu

Khaldun. Buku kedua yaitu Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga

Indonesia Kontemporer ,oleh Muhammad Ikbal dan Amin Husain Nasution. Buku

ketiga yakni Ibnu Khaldun: Tentang Masyarakat dan Negara oleh Osman Baliby.

Kemudian Filsafat Islam Tentang Sejarah, Pilihan Dari Muqaddimah Ibn

Khaldun Dari Tunis 1332-1406 oleh Charles Issawi, skripsi yang berjudul

Pemikiran Etika Politik Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Khaldun oleh Asep

Sholahuddin dan skripsi Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di

Indonesia” (Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Yogyakarta).

Page 27: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

12

Perbedaan tulisan ini dengan sumber karya sebelumnya yakni dari segi

pengambilan kasus,dan metodologi penelitian yang digunakan, serta teori yang

penulis gunakan.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode

pengumpulan data/informasi, studi pustaka, dan dokumen. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa praktik dinasti politik atau politik kekerabatan di era Ratu

Atut Chosiyah di Banten memperlihatkan adanya gejala proliferasi (persebaran,

pertumbuhan), bukan saja pada ranah kekuasaaan eksekutif dan legislatif, seperti

pada arena bisnis, sosial-budaya, pendidikan, dan keormasan.

A. Data primer dimulai dengan memperoleh langsung dari sumbernya dan

dicatat sebagai bahan objek penelitian berupa data tertulis, dan

observasi.

B. Data sekunder merupakan tahap lanjutan dari data primer berupa

dokumentasi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memberikan gambaran yang lebih jelah

mengenai hal yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu

menguraikan isi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab:

Page 28: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

13

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Studi

Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II DINASTI POLITIK DALAM PERSFEKTIF TEORI POLITIK

„ASHABIYYAH IBNU KHALDUN. Bab ini membahas tentang sejarah, teori,

pengertian dan unsur-unsur dinasti politik menurut teori politik „Ashabiyyah Ibnu

Khaldun .

BAB III BANTEN DAN DINASTI POLITIK PASCA REFORMASI. Bab

ini membahas otonomi daerah pasca reformasi, kemudian dibentuk dan

diberlakukannya otonomi daerah dan sistem pemilukada secara langsung oleh

rakyat, hingga munculnya fenomena dinasti politik di provinsi Banten .

BAB IV DINASTI POLITIK DI BANTEN DALAM PERSFEKTIF IBNU

KHALDUN. Bab ini membahas cikal bakal terjadinya dinasti politik di Banten

dan latar belakang dinasti politik persfektif teori „ashabiyyah Ibnu Khaldun.

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran dari

penulis. Isi kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah, sedangkan

saran merupakan pemikiran sehat, jelas dan tegas dari penulis.

Page 29: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

14

BAB II

DINASTI POLITIK PERSFEKTIF TEORI POLITIK

‘ASHABIYYAH IBNU KHALDUN

1. Biografi Ibnu Khaldun

Abu Zaid Abdul-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun Wali al-Din al-

Tunisi al-Hadramain, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H (7 Mei

1332 M). Ia di didik oleh keluarga yang terkemuka dalam bidang ilmu

pengetahuan maupun politik. Para kakeknya Banu Khaldun yang tertua yaitu

Khaldun bin al-Khattab, pindah ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke 8, dengan

demikian dia menyaksikan pertumbuhan serta kemunduran kekuasaan Islam di

Spanyol, kemudian mereka berangkat ke Maroko menjelang kejatuhan Sevelle

pada tahun 1248 M.

Afrika Utara merupakan tanah air Ibnu Khaldun, pada abad ke-14 telah

muncul tanda-tanda kemandegan pemikiran dan kekacauan politik mulai terlihat.

Kekuasaan muslim Arab telah jatuh sehingga banyak Negara bagian melepaskan

diri dari pemerintah pusat. Pertentangan, intrik, perpecahan dan kericuhan meluas

dalam kehidupan politik dan setiap orang berusaha meraih kekuasaan1.

1Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka

Firdaus. 1989), h. 9.

Page 30: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

15

Di dalam lingkungan seperti inilah Ibnu Khaldun memperoleh pendidikan

agama, bahasa, puisi, logika, dan filsafat. Pendidikan yang diperoleh dari gurunya

dan mendalami ilmu-ilmu tersebut hingga ia menjadi cendekiawan muslim

terbesar di abad pertengahan.

Dalam perjalanannya Ibnu Khaldun telah mengabdi kepada pemerintah

yang satu ke yang lain, dan Ibnu Khaldun mulai merasa lelah dalam petualangan

politiknya. Ketika Abu Hamu memintanya agar mencari dukungan dari para suku

lebih banyak, dia memanfaatkan kesempatan ini dengan meninggalkan politik

dengan meminta bantuan kepada Banu Arif. Itulah masa dia menulis buku

Muqaddimah yang terkenal itu.

Fuad Ali dan Ali Wardi mengutip ungkapan Ibnu Khaldun dalam bukunya

sebagai berikut:

Begitu saya meninggalkan urusan rakyat, untuk hidup di pengasingan …

saya merasa cocok dengan Awlad Arif; dan mereka menyambut baik

kedatangan saya dengan memberi kehormatan. Saya tinggal bersama

mereka; dan mereka menjemput keluarga dan anak saya di Tilimsan.

Mereka menjanjikan pada saat yang sama untuk mewakili sultan. Inilah

kesempatan yang sangat baik bagi saya untuk menyelesaikan tugas yang

dipercayakan kepada saya; dan kenyataannya mereka dapat mambujuk

Sultan dan menerima alasan saya. Kemudian saya menetap sekeluarga di

Qal‟at Ibn Salamah, sebuah pesanggrahan di daerah Banu Tujin yang

diperoleh dari Sultan dengan Duwawidah di daerah kekuasaan feudal.

Saya menetap disana selama 4 tahun, sama sekali bebas dari kesibukan

dan gangguan urusan rakyat; dan disanalah saya mulai menulis karya saya

(sejarah umum). Dalam pengasingan ini pula saya menulis Muqaddimat:

suatu karya asli yang saya rancang dan susun dari hasil penelitian yang

serius. Di Qal‟at Ibn Salamah, saya menempati sebuah kamar pribadi yang

Page 31: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

16

luas dan menyenangkan yang telah dibangun oleh Abu Bakar Bin Arif.

Selama saya tinggal bersama di rumah tersebut, saya sama sekali

melupakan kerajaan Maghrib dan Tilimisan dan tidak memikirkan hal lain

kecuali pekerjaan yang sedang saya tekuni2.

2. Teori Politik ‘Ashabiyyah Ibnu Khaldun

Muqaddimah Ibnu Khaldun merupakan karya yang ia tulis berdasarkan

pengalamannya yang kaya dan pemikiran yang realistis. Karya tersebut sepertinya

menjadi sebuah pedoman politik yang sangat penting sampai sekarang, dimana

setiap golongan yang mengalami konflik dapat menemukan sesuatu didalamnya

untuk mencapai tujuan suatu golongan. Buku tersebut merupakan karya yang

dapat di lihat dari perspektif yang berbeda melalui pengarang sendiri, yaitu dari

sudut pandang yang tidak dikenal oleh Ibnu Khaldun sendiri.

Secara etimologis „Ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti

mengikat. Secara fungsional „ashabiyah menunjuk pada ikatan budaya yang dapat

digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Selain itu, „Ashabiyah juga

juga bisa dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan tekanan pada kesadaran,

kepaduan, dan persatuan kelompok. Bisa dikatakan „ashabiyah dapat menentukan

kemenangan dan keberlangsungan hidup bangsa, dinasti, atau kerajaan. Tanpa di

barengi solidaritas sosial, maka keberlangsungan dan eksistensi suatu Negara itu

2Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka

Firdaus. 1989), h. 9.

Page 32: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

17

akan sulit terwujud, dan sebaliknya Negara tersebut berada dalam dampak

disintegrasi dan menuju pada kehancuran3.

Konsep „ashabiyah adalah bukti ketelitian Ibnu Khaldun dalam menganilisis

isi politik dan Negara. „Ashabiyah adalah kunci awal lahir dan terbentuknya

sebuah Negara. Jika unsur „ashabiyah suatu Negara sudah aktif, maka Negara itu

berada dalam ancaman keruntuhan. Oleh karena itu „ashabiyah ini tidak bisa

disangkal keberadaannya, dan pun teori „ashabiyyah ini menjadi inspirasi bagi

pergerakan politik kontemporer.

„Ashabiyyah (solidaritas sosial) adalah hasil dari sampingan agresi, yang

tak terbatas pada bangsa Arab saja tetapi juga meliputi pada bangsa

Yahudi, Siria, Yunani, dan Romawi. Dia hidup dikalangan orang-orang

nomad dan mengamati transisi (terutama melalui agresi dan penyerbuan)

dari badawa (nomadisme) dan hadarah (peradaban atau hidup menetap).

Perselisihan antara kaum Nomad dan dengan masyarakat yang hidup

menetap mengakibatkan jatuh bangunnya siklus dinasti-dinasti yang juga

merupakan proses dialektis yang setiap tahapan baru muncul dari

kontradiksi yang berkonflik pada tahap sebelumnya. Perubahan dinasti ini

terjadi karena hubungan dialektis yang kompleks antara dasar ekonomi

masyarakat dan faktor tertentu seperti „ashabiyyah. Lebih lanjut Ibnu

Khaldun berpendapat bahwa memimpin hanya dapat dilaksanakan dengan

kekuasaan, maka seorang pemimpin harus mempunyai solidaritas

kelompok yang kuat. Tanpa solidaritas kelompok, seorang pemimpin akan

sulit memperoleh legitimasi dan tidak akan dapat bertahan memimpin

kelompok tersebut. Karena itu, Ibnu Khaldun menyimpulkan bahwa kuat

3Taufiq Hidayatillah, “Ibnu Khaldun, Konsep Ashabiyah Dan Teori Siklus

Pemerintahan”, artikel diakses pada 19 Oktober 2017 dari

https://archivehidayatillah.wordpress.com/2012/01/28/ibnu-khaldun-konsep-ashabiyah-dan-teori-

siklus-pemerintahan/

Page 33: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

18

atau lemahnya suatu Negara (dinasti) sangat tergantung pada perasaan

solidaritas kelompok ini. Semakin tinggi „ashabiyyah, maka semakin kuat

pula dinasti tersebut. Sebaliknya, bila „ashabiyyah sudah melemah, maka

dinasti atau Negara itu pun mengalami kelemahan4.

Dalam bukunya Ibnu Khaldun berpendapat bahwa „ashabiyyah ini timbul

karena faktor-faktor pertalian darah atau pertalian kaum dan rasa cinta seseorang

terhadap nasab dan golongannya. Hal ini akan menimbulkan perasaan senasib dan

sepenanggungan serta melahirkan kerja sama dalam berbagai bidang.

ن و أ الك ال رحذ إرش لب يا في عي بط نسل ت يب ر ق ىال ويذ ل ع ة ر ع لن اأ ه تل صن هو لف يل فل

ماح ر ال له أ و 5.

Ibnu Khaldun membagi istilah „ashabiyah menjadi dua macam pengertian.

1. „Ashabiyah berlaku positif dengan menunjuk pada konsep persaudaraan.

Dalam sejarah peradaban Islam konsep ini membentuk solidaritas sosial

masyarakat Islam untuk saling bekerjasama megesampingkan kepentingan

pribadi, dan memenuhi kewajiban kepada sesama. Semangat ini kemudian

mendorong terciptanya keselarasan sosial dan menjadi kekuatan yang

sangat dahsyat menopang kebangkitan dan kemajuan peradaban

2. „Ashabiyah tindakan negatif, yaitu terhadap kesetiaan dan fanatisme

membuta yang tidak dibangun pada aspek. Pengertian yang kedua inilah

4Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam ( Jakarta: Pustaka

Firdaus. 1989), h. 9.

5 , (المكتبة أ لتجا ر ية لشا ر ع محمد علي بمصرإ بن خلد و نو, مقدمة, )مطبعة مصطفي محمد, صا حب

.٨٢١ص.

Page 34: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

19

yang tidak dikehendaki dalam sistem pemerintahan Islam, karena akan

mengaburkan nilai-nilai yang diusung dalam prinsip-prinsip agama6.

Adapun tugas „ashabiyah dalam kehidupan kemasyarakatan menurut Ibnu

Khaldun sangat dominan. „Ashabiyahlah yang telah menjadi motor dari kekuasaan

karena itu dapat dikatakan yang menjadi penggerak utama dari sejarah manusia

adalah „ashabiyah. Ibnu Khaldun berpandangan tujuan „ashabiyah adalah untuk

mewujudkan al-mulk, karena „ashabiyah mampu memberikan perlindungan ,

menumbuhkan rasa aman, dan tentram bersama. Dengan kata lain bahwa tujuan

dari „ashabiyah adalah superioritas (at-taghlalul al-mulk). Dalam kehidupan

bernegara Ibnu Khaldun melihat terdapat dua kekuatan dominan yang membentuk

nasib sebuah Negara. Keuatan pertama adalah kekuatan primitif dan utama yang

oleh Ibnu Khaldun disebut dengan „ashabiyah, atau elemen-elemen pengikat

masyarakat, solidaritas sosial atau perasaan kelompok yang mampu menyatukan

masyarakat, sebuah Negara, maupun kerajaan, dan kelompok yang lebih luas.

„Ashabiyah menjelaskan tentang ikatan sosial budaya yang dapat dipakai

untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Ibnu Khaldun juga berpendapat

bahwa, sebuah Negara atau kelompok sosial yang unsur „ashabiyah atau

solidaritasnya kuat akan mampu membuat dominasi untuk menguasai suatu

daerah, sebaliknya, apabila unsur „ashabiyahnya melemah maka suatu kelompok

sosial tersebut akan diambang kehancuran

6Taufiq Hidayatillah, “Ibnu Khaldun, Konsep Ashabiyah Dan Teori Siklus

Pemerintahan”, artikel diakses pada 19 Oktober 2017 dari

https://archivehidayatillah.wordpress.com/2012/01/28/ibnu-khaldun-konsep-ashabiyah-dan-teori-

siklus-pemerintahan/

Page 35: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

20

„Ashabiyyah juga melahirkan persatuan dan pergaulan diantara mereka,

dengan „ashabiyyah ini penguasa akan memilih orang-orang yang memiliki

hubungan dengan penguasa ke dalam jajaran pemerintahannya. Penulis mengutip

beberapa pendapat Ibnu Khaldun mengenai dinasti politik diantaranya:

a. Solidaritas sosial hanyalah di dapati pada golongan-golongan yang

mempunyai ikatan pertalian darah atau pertalian lain yang mempunyai arti

yang sama

Hal ini disebabkan karena pertalian darah mempunyai kekuatan mengikat

pada kebanyakan umat manusia, yang membuat mereka memiliki rasa satu

sama lain baik pada tiap penderitaan yang menimpa kaummya maupun

rasa peduli satu sama lain. Mereka membenci penindasan terhadap

kaumnya, dan dorongan untuk menolak penderitaan yang mungkin

menimpa kaumnya, semua itu merupakan kodrat yang telah tertanam pada

diri suatu kaum. Apabila tingkat kekeluargaan antara kedua orang yang

bantu-membantu itu dekat sekali, maka jelaslah bahwa ikatan darah sesuai

dengan buktinya, yang membawa kepada solidaritas yang sesungguhnya.

Apabila tingkat kekeluargaan itu jauh, maka ikatan darah itu semakin

lemah, tetapi sebagai gantinya timbullah perasaan kefamilian yang

didasarkan kepada pengetahuan yang lebih luas tentang persaudaraan.

Meski demikian, setiap orang hanya ingin membantu orang lain karena

khawatir akan kehinaan yang mungkin timbul apabila gagal dalam

kewajibannya menjaga nama baik persaudaraan.

Page 36: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

21

b. Kerajaan dan dinasti hanya bisa ditegakkan atas bantuan dan solidaritas

yang banyak

Selanjutnya bahwa kemenangan atau menghindari kekalahan ada di pihak

yang mempunyai solidaritas lebih kuat dan kebanyakan anggota-

anggotanya lebih sanggup berjuang dan bersedia mati guna kepentingan

bersama. Kedudukan sebagai raja adalah suatu kedudukan yang terhormat

dan ditamaki oleh siapapun, sehingga memberikan penguasa memegang

kendali terhadap kedudukan dan segala kekayaan duniawi, serta kepuasan

lahir dan batin. Karena itu kekuasaan menjadi sasaran perebutan dan

jarang sekali di lepaskan dengan suka rela, sebaliknya selalu

dipertahankan dengan segala cara. Perebutan membawa kepada

perjuangan dan peperanganbahkan dengan pertumpahan darah sekalipun

sehingga perebutan seperti kekuasaan maupun singgasana-singgasana

kerajaan, yang semua itu tidak bisa terjadi kalau tidak dengan solidaritas

sosial yang telah dikemukakan oleh Ibnu Khaldun jauh 7.

c. Diantara keluarga kerajaan bisa mendapatkan dinasti yang dapat

melepaskan solidaritas sosial

Sebab solidaritas sosial (orang-orang dari keluarga kerajaan) merasa

bahwa sama-sama menanggung dan boleh memiliki serta merasakan

kemenangan atas bangsa-bangsa dan generasi-generasi yang pernah

ditaklukkan; dan penduduk yang berada ditempat yang jauh dan telah

memberikan dukungan kekuatan, boleh jadi tetap tunduk dan patuh kepada

7Charles Issawi, Filsafat Islam Tentang Sejarah: Pilihan Dari Karangan Muqaddimah

Ibn Khaldun Dari Tunis 1332-1406 (Jakarta: Tintamas 1976), h. 141.

Page 37: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

22

keluarga tersebut. Apabila ada orang yang melepaskan diri dan

meninggalkan singgasana kekuasaan dan pusat kejayaannya, kemudian

ikut serta dengan penduduk yang berada diluar kerajaannya, lalu para

penduduk mengangkat dan mendukung pemerintahan dan membantunya8.

Mereka menjaga agar negaranya didirikan di atas dasar-dasar yang kuat

dan kokoh. Mereka mengharap agar dapat memperkuat diri pada (hak-hak)

keluarganya dan mengambil kekuasaan dari sanak keluarganya. Mereka

tidak serta merta ingin ikut campur di dalam pemerintahannya,

sebagaimana mereka sendiri tunduk kepada solidaritas sosialnya, dan

sebagai suatu ketaatan atas bentuk superioritas material yang kokoh pada

dirinya dan pada rakyatnya. Mereka percaya, sebagaimana kepercayaan

mereka terhadap agama, bahwa mereka harus tunduk kepada dia dan

rakyatnya. Dan apabila mereka ikut campur dalam pemerintahannya atau

hendak memerintah tanpa dia, maka dipastikan solidaritas dan kerajaan

tersebut akan hancur dengan sendirinya.

d. Solidaritas adalah dasar kedaulatan

Tujuan selanjutnya dari solidaritas adalah kedaulatan. Hal ini karena

solidaritas itulah yang membuat orang berusaha bersatu untuk memperoleh

tujuan yang sama, mempertahankan diri, serta dapat mengalahkan musuh

bersama. Orang-orang yang mempunyai solidaritas sosial itulah yang

menjadi pelindung rakyat yang tinggal dikerajaan –kerajaan di seluruh

pelosok Negara itu. Negara yang mempunyai banyak suku dan orang-

8Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.

1986), h. 191.

Page 38: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

23

orang yang mempunyai semangat dan solidaritas, maka Negara itu akan

lebih kuat dan lebih banyak punya kerajaan dan daerah kekuasaan yang

jauh lebih luas9.

e. Tahap-tahap terbentuknya dinasti

Ibnu Khaldun juga memberikan beberapa tahapan mengenai terbentuknya

suatu dinasti. Karena menurutnya suatu dinasti berkembang melalui tahap

yang berbeda, dan mengalami kondisi-kondisi yang khas untuk tahap

tertentu, sebab ciri bawaan itu merupakan hasil alami dari situasi khas

yang mereka temukan10

.

Menurut Ibnu Khaldun kondisi dinasti biasanya tidak lebih dari lima

tahap: Pertama ialah tahap suksesi, penggulingan seluruh oposisi, dan penguasaan

kedaulatan dari dinasti sebelumnya. Pada tahap ini yang memimpin Negara

menjadi model bagi rakyatnya. Baik mengenai cara memperoleh kehormatan,

mengumpulkan pajak, mempertahankan hak milik, maupun mempersiapkan

penjagaan militer. Di dalam menetapkan dan menentukan keputusan dia tidak

sendirian, melainkan mengikut sertakan bawahannya; dan itulah solidaritas yang

memberikan kekuasaan kepada dinasti, dan memiliki ketahanan yang lama.

Kedua adalah tahap penguasa itu mulai bertindak sewenang-wenang

terhadap rakyatnya sendiri dalam menetapkan keputusan tanpa mengikut sertakan

9Charles Issawi, Filsafat Islam tentang Sejarah: Pilihan Dari Karangan Muqaddimah Ibn

Khaldun Dari Tunis 1332-1406 (Jakarta: Tintamas. 1976), h. 147-148.

10

Ibnu Khaldun, “Muqaddimah” Penerjemah Ahmadie Thoha (Pustaka Firdaus, Jakarta:

1986), h. 214.

Page 39: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

24

bawahan, bahkan mengacuhkan mereka agar tidak turut campur dan ambil bagian

dalam urusan pemerintahan. Pada tahap ini, orang yang menjadi pemimpin

senang mengumpulkan dan memperbanyak pengikut, yaitu orang-orang yang

berada dibawah perlindungannya, serta penganutnya dalam jumlah yang sangat

banyak, untuk membungkam pendapat dan aspirasi. Penguasa tersebut menutup

pintu bagi mereka yang ingin turut campur dalam urusannya. Akibatnya, seluruh

kekuasaan berada ditangan keluarganya.

Ketiga adalah tahap senang sentosa, ketika buah kedaulatan telah

dinikmati: keinginan harta, menciptakan hal-hal bersejarah, serta popularitas.

Segala perhatian raja tercurah pada usaha mengumpulkan pajak, mengatur uang

belanja, pemasukan dan pengeluaran, mendirikan bangunan-bangunan besar,

konstruksi-konstruksi kokoh, kota-kota luas, dan monumen-monumen kekuasaan;

memberikan hadiah kepada orang-orang asing dan pemuka-pemuka suku yang

disegani; serta memberikan anugerah kepada rakyatnya sendiri. Tambahnya lagi,

dia mengabulkan permohonan yang diajukan oleh para pengikutnya, baik berupa

uang maupun kedudukan. Sebab biasanya pada tahap ini mereka dapat bebas

mengaspirasikan pendapatnya. Mereka membangun kekuatan dan mempersiapkan

segala sesuatu bagi calon penggantinya jika kelak pergantian kekuasaan sudah di

depan mata.

Keempat adalah tahap kepuasan hati, tentram, damai, dan sejahtera. Pada

tahap ini sang raja merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun oleh

para pendahulunya. Hidup damai dan tentram dengan seluruh sahabat

sepemerintahan, meneruskan tradisi para pendahulunya, semua tradisi dan

Page 40: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

25

kebiasaan itu diikuti persis seperti adanya, dan dengan sangat berhati-hati ia

berpendapat bahwa keluar dari tradisi yang sudah berlaku berarti suatu

malapetaka bagi dirinya sendiri, dan bahkan mereka lebih tahu tentang apa yang

baik untuk memelihara keagungan.

Kelima adalah tahap boros dan hidup berlebihan. Pada tahap ini pemegang

tampuk pemerintahan menjadi perusak bagi kebaikan yang telah dikumpulkan

oleh para pendahulunya. Ia hanya mengikuti hawa nafsu, kesenangan, menghibur

diri bersama kaumnya, dan mempertontonkan kedermawanannya kepada orang-

orang sipil. Dia juga mengambil bawahannya yang tidak memiliki pengalaman

untuk dipercayai melakukan tugas-tugas penting. Padahal mereka tidak mampu

memikul beban seberat itu, dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Sang

raja merusak orang-orang besar yang dicintai rakyat dan para pendukung

pendahulunya11

.

Dalam hal ini selain poin diatas, Munawir Syadzali menyimpulkan

pandangan Ibnu Khaldun tentang solidaritas kelompok sebagai berikut:

a. Adanya solidaritas kelompok merupakan suatu keharusan bagi

bangunnya suatu dinasti yang kuat dan besar.

b. Seorang kepala Negara, agar mampu secara efektif mengendalikan

ketertiban Negara dan melindunginya dari gangguan dan ancaman,

harus memiliki wibawa yang besar dan kekuatan fisik.

11

Ibnu Khaldun, “Muqaddimah” Penerjemah Ahmadie Thoha (Pustaka Firdaus,Jakarta,

1986), h. 214.

Page 41: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

26

c. Negara hanya akan mampu bertahan dalam solidaritas kelompok

apabila ditopang oleh agama12

.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa solidaritas kelompok dapat

membentuk pengikut dalam berpolitik dan membentuk kekuasaan. Sangat penting

peranannya, karena ketika seorang ingin menyatukan usaha untuk tujuan yang

sama maka dibutuhkan banyak paksaan dan masa yang banyak, maka solidaritas

merupakan awal dari terbentuknya sebuah usaha berdirinya kekuasaan. Akan

tetapi apabila solidaritas telah terbentuk lewat kedudukan raja yang telah berdiri

sebelumnya dan diwarisi oleh satu keturunan demi satu keturunan atau oleh satu

dinasti demi satu dinasti, maka orang akan lupa keadaan yang asal, mereka yang

memerintah mendapat kewibawaan pimpinan dan rakyat tunduk kepada mereka,

hampir-hampir tunduk kepada ajaran-ajaran agama, serta berjuang untuk mereka

sebagai berjuang untuk agama sendiri.

Sebagai contoh dinasti politik yang terjadi di Banten merupakan bentuk

dari kuatnya solidaritas sosial yang ada. Dinasti politik keluarga Gubernur Banten

Ratu Atut Chosiyah memang sudah terbentuk sejak lama. Bahkan keluarga Ratu

Atut sudah membangun dinasti politiknya sejak orde baru. Jika ayah dari Ratu

Atut yakni Tubagus Chasan Sochib memang telah membangun jaringannya sejak

tahun 1960. Pada tahun 1960 Chasan Sochib merangkul seluruh jawara yang ada

di Banten dan para jawara Banten ini lantas berkumpul dan diakomodasi oleh

12

Munawwir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (UI-

Press: Jakarta, 1993), h. 105.

Page 42: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

27

keluarga Atut. Setelah dijaga dan dirangkul para jawara-jawara di Banten tersebut

membentuk organisasi-organisasi yang saat ini sudah menjadi besar.

Organisasi-organisasi itulah yang menjadi kekuatan Chasan Sochib hingga

saat ini. Bahkan dengan jaringan organisasi itu keluarga Atut mendapat intensif

politik lewat jaringan tersebut. Jawara itu muncul dan jadi organisasi kemudian

dirangkul oleh almarhum ayahnya Atut. Untuk itu, jika banyak para jawara yang

dimiliki oleh keluarga Atut sebagai pemimpin hal ini menjadi sebuah hal yang

wajar. Sebab, jaringan politik yang sudah dibangun oleh keluarga Atut tersebut

sudah berlangsung sejak lama.

Keberadaan calon kepala daerah yang memiliki hubungan kekerabatan ini

dijuluki sejumlah pihak sebagai dinasti politik. Menanggapi hubungan

kekerabatan dalam politik di Banten, Ratu Tatu Chasanah menyebut hal itu telah

dipatahkan oleh putusan Mahkamah Konstitusi, yang menganulir Pasal 7 huruf r

UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota13

.

Pasal tersebut mensyaratkan bahwa calon kepala daerah tidak memiliki

konflik kepentingan dengan petahana. Dalam penjelasan yang di maksud sebagai

„konflik kepentingan‟ adalah sang calon berhubungan darah hingga ipar dan

menantu dengan pemimpin daerah, misalnya Bupati atau Gubernur. Jika memang

keluarga Ratu Atut terlihat mendominasi, itu akibat dari demokrasi. Karena semua

punya hak dan peluang.

13

Jerome Wirawan, “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. 2015, Artikel di akses pada

17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151210_indonesia

Page 43: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

28

Demikianlah sekelumit penejelasan dinasti politik menurut Ibnu Khaldun

dan latar belakang dinasti politik yang terjadi di Banten. Dengan berakhirnya

orde lama dan terbentuknya otonomi daerah, yang membuat tiap daerah baik

Kota, Kabupaten maupun Provinsi dapat mengatur urusan pemerintahannya

sendiri-sendiri, akan tetapi efek otonomi daerah sendiri justru menimbulkan

permasalahan baru dengan munculnya fenomena dinasti politik di berbagai daerah

dan para pejabat yang memerintah kurang memaksimalkan kinerja kekeluargaan

tersebut.

Page 44: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

29

BAB III

BANTEN DAN DINASTI POLITIK PASCA REFORMASI

A. Otonomi Daerah Pasca Reformasi

Pemilihan tokoh atau pemimpin masyarakat atau organisasi tertentu sudah

dikenal secara luas di Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan di Indonesia telah

berdiri berbagai organisasi sosial dan politik, perkumpulan dan lembaga

masyarakat yang memilih kepengurusan atau kepemimpinan kolektif melalui

cara-cara yang demokratis. Salah satu cara yang umum dipakai dalam pemilihan

pengurus adalah melalui sistem formatur, yaitu memilih satu atau sejumlah orang

melalui rapat umum anggota. Formatur atau tim formatur ini selanjutnya memilih

orang-orang yang mereka lihat cocok untuk menduduki kepemimpinan organisasi

untuk masa tertentu seperti ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga (AD/ART). Pengurus yang terpilih seperti ini dipandang

kepengurusan yang sah karena dipilih secara Demokratis berdasarkan prinsip

musyawarah dan mufakat1.

1Rifyal Ka‟bah, Politik dan Hukum Dalam Al Qur’an. (Jakarta: Khairul Bayan. 2005), h.

53.

Page 45: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

30

1. Otonomi Daerah Pasca Reformasi dan Pilkada

Pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah:

“Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Selanjutnya tentang pemerintah daerah dinyatakan prinsip otonomi daerah

menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan

kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang

menjadiurusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Daerah

memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,

peningkatan peran, serta prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

pada peningkatan kesejahteraan rakyat2.

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota merupakan perhelatan

demokrasi yang penting di tingkat daerah dan menjadi agenda Nasional yang

sangat penting seiring dengan semangat otonomi daerah yang mulai bergulir sejak

era reformasi. Karena itu, penyelenggaraan pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota yang berkualitas merupakan keinginan dan harapan kita semua, terutama

penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu dan seluruh jajaran masing-

masing.

2Bungaran Antonius Simanjuntak, Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia: Merangkai

Sejarah Politik Pemerintahan Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), h. 5.

Page 46: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

31

Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Walikota, diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilu yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2011.

Dalam sejarah sistem perekrutan ataupun pemilihan kepala daerah sejak

Indonesia merdeka, kita sudah banyak mengeluarkan cukup banyak peraturan

yang mengatur tentang pemilihan kepala daerah. Dari semua aturan yang telah

dibuat tersebut dapat dikelompokkan sesuai periode dan sistem penyelengaraan

pemilihannya. Periode dan sistem pemilihan tersebut dapat kita bedakan atas tiga,

yakni sebagai berikut:

1. Periode penunjukkan Gubernur oleh Presiden atas pengusulan

beberapa calon oleh DPRD Provinsi, sedangkan Bupati oleh Menteri

Dalam Negeri melalui pengusulan beberapa calon oleh DRPD

Kabupaten/Kota.

2. Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota melalui pemilihan di DPRD

Provinsi Kabupaten/Kota.

3. Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota secara langsung3.

Untuk lebih jelasnya periodisasi sistem pemilihan kepala daerah dapat

disampaikan bahwa setiap periode pemilihan kepala daerah selalu didahului

dengan terbitnya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum

penyelenggaraannya. Dalam tatanan implementasi terdapat beberapa kali

3Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari: Pilkada: Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta:

Bestari. 2015), h. 27.

Page 47: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

32

perubahan peraturan yang mengatur hal tersebut. Apakah perubahan-perubahan

yang terjadi merupakan bentuk penyempurnaan dalam kepentingan bangsa dan

Negara? Dalam hal ini pemilihan kepala daerah atau pun adanya unsur

kepentingan-kepentingan pihak tertentu yang harus diakomodir dalam peraturan-

perundang-undangan tersebut. Untuk memastikan jawabannya tentu perlu

dilakukan kajian yang mendalam.

2. Pilkada dan Munculnya Dinasti Politik

Pemilukada diperkenalkan melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah daerah. Mekanisme ini dipilih sebagai langkah koreksional

pembentuk undang-undang terhadap mekanisme demokrasi perwakilan yang

diterapkan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999, dimana kepala daerah dan

wakil kepala daerah dipilh oleh DPRD. Para pembentuk undang-undang meyakini

bahwa praktik pemilukada dipercaya akan lebih mendekati makna demokratis

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 daripada dipilih

oleh DPRD4.

Pada tahun 2014, di DPR kembali terjadi tarik ulur yang sangat kuat

nuansa politiknya tentang pemilihan kepala daerah secara langsung atau sistem

pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Tarik menarik ini terjadi antara 2 (dua)

kubu besar yang menguasai Dewan yakni antara kubu koalisi Indonesia Hebat

(KIH) dengan kubu Koalisi Merah Putih (KMP). KIH mendukung pemilihan

melalui DPRD. Melalui sidang Paripurna DPR tanggal 26 september 2014 (dini

4Dodi Achmad, Demokrasi Lokal: Evaluasi Pemilukada di Indonesia (Jakarta: Konstitusi

Press. 2012), h. 7.

Page 48: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

33

hari), maka diputuskan bahwa pemilihan kepala daerah dilaksanakan melalui

mekanisme pemilihan di DPRD.

Keputusan pemilihan kepala daerah melalui DPRD ini menimbulkan

gejolak dan mendapatkan penolakan hebat oleh banyak pihak, baik dari Presiden,

praktisi, akademisi dan lain sebagainya. Akhirnya melalui Undang-Undang

Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-Undang, maka ditetapkan bahwa pemilihan kepala daerah

dilaksanakan secara langsung.

Kemudian Undang-Undang tersebut direvisi lagi menjadi Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-

Undang. Itulah sekelumit perjalanan penetapan undang-undang pemilihan kepala

daerah5.

Sebenarnya hal ini bukanlah perkara yang baru. Perdebatan panjang

tentang Pemilukada langsung atau tidak sudah terjadi sejak 2005 lalu, pasca

disahkannya UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (PEMDA).

Pemerintah di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah

5Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari.: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.

(Jakarta: Bestari. 2015), h. 148.

Page 49: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

34

menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) NO 6/2005 yang mengatur tentang teknis

pelaksanaan Pilkada sebagai upaya operasional UU NO 32 Tahun 2004 tersebut6.

Lahirnya sebuah PP untuk mengoprasionalkan sebuah UU dalam konteks

hukum tata negara sesungguhnya sesuatu yang lazim dilakukan sejak orde baru

hingga kini. Akan tetapi, menjadi tidak lazim lahirnya PP khusus guna mengatur

soal Pilkada, karena dengan PP ini ada kesan yang cukup kuat bahwa

pemerintahan SBY hendak turut mengintervensi penyelenggara Pilkada. Padahal

hampir semua unsur penyelenggaraan Pilkada sama dengan Pemilu Legislatif

2004 dan Pilpres 2004 yang lalu, baik dalam hal struktur, infrastruktur, maupun

asas-asasnya. Yakni sama dengan hal penyelenggaraan, teknis, prosedural, tata

cara dan perlengkapan logistiknya, maupun asasnya yang langsung, umum, bebas

dan rahasia (luber). Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa Pilkada ini seolah-

olah di desain secara berbeda dengan pemilu Legislatif dan Pilpres?.

Cukup beralasan jika dikatakan pemerintah menyembunyikan motif politik

atas PP ini yakni; Pertama, hendak menempatkan Pilkada bukan bagian dari

pemilu, sehingga pengaturan teknisnya diatur oleh pemerintah melalui PP dan

penyelenggraannya “meminjam” KPUD yang telah terbentuk sebelumnya, bukan

membuat KPUD baru. Kedua, pengaturan Pilkada melalui UU Pemda PP Pilkada

ini mengesankan bahwa kita bukanlah Negara Kesatuan, melainkan Negara

federal, karena memiliki dua sistem pemilu, yakni (1) pemilu bersifat nasional

yang diselenggarakan KPU dan jajarannya hingga ke daerah, dan (2) Pilkada yang

6Agust Riewanto, Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropeksi Pemilu 2004 Menuju

Agenda Pemilu 2009 (Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya. 2007), h. 185.

Page 50: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

35

bersifat daerah diselenggarakan oleh KPUD tanpa melibatkan institusi KPU.

Padahal jika kita konsisten dengan bangunan Negara kesatuan, mestinya hanya

memiliki satu sistem pemilu, yakni Pemilu bersifat Nasional. Motif politik yang

ketiga adalah ketidakrelaan pemerintah melepaskan sebagian tugasnya, bahkan

mungkin sampai pada derajat tidak percaya pada institusi KPU, karena realitanya,

dalam UU No. 32/2004 dan PP ini, peran KPU dalam mengatur KPUD

ditiadakan, alias tidak berarti.

Banyak hal menarik yang terdapat dalam undang-undang nomor 8 tahun

2015, salah satu diantaranya adalah adanya persyaratan untuk calon kepala daerah

(Calon Gubernur, dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil

Bupati, serta Calon Walikota dan Wakil Walikota) tidak mempunyai ikatan

keluarga dengan incumbent seperti yang disampaikan dalam pasal 7 huruf (r)

disebutkan bahwa tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana7.

Jika diamati secara seksama, maka pasal ini merupakan upaya untuk

mencegah timbulnya dinasti-dinasti politik di daerah. Pada saat ini dinasti politik

mulai bermunculan di beberapa daerah. Dinasti politik ini dimungkinkan muncul

karena tidak ada aturan yang mengatur dan membatasinya. Peraturan perundang-

undangan yang ada tidak mengatur hubungan kekeluargaan pasangan calon kepala

daerah dengan kepala daerah yang berkuasa sebelumnya (petahana). Aturan-

aturan yang ada lebih menitik beratkan pengaturan sistem pemilihan, persyaratan,

proses penyelenggara dan lain sebagainya.

7Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari.: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.

(Jakarta: Bestari. 2015), h. 149.

Page 51: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

36

Berbicara tentang dinasti politik, apa yang dimaksud dengan dinasti politik

itu? Dinasti politik adalah kekuasaan yang diperoleh karena adanya hubungan

kekeluargaan. Sedangkan makna dinasti politik dalam bahasan ini terkait dengan

kekuasaan pemerintahan yang ada di daerah. Oleh karena itu dinasti politik dapat

diartikan sebagai kekuasaan pemerintah yang diperoleh baik dari pemilihan

melalui DPRD ataupun pemilihan langsung dengan dukungan dari kepala daerah

sebelumnya ataupun kepala daerah di wilayah sekitarnya baik secara langsung

ataupun tidak langsung yang mempunyai hubungan kekeluargaan. Dukungan

yang sangat kuat ini mampu mempengaruhi dan meyakinkan masyarakat pemilih

bahwa calon yang mereka usung adalah calon yang terbaik, sehingga

memenangkan pemilihan. Sedangkan disisi lain kepala daerah terpilih masih

mempunyai hubungan keluarga yang kuat dengan petahana. Hubungan

kekeluargaan tersebut seperti istri, anak dan lain sebagainya8.

Dinasti adalah sistem reproduksi kekuasaan yang primitif karena

mengandalkan darah dan keturunan dari hanya bebarapa orang. Oleh karena itu di

dalam dinasti tidak ada politik karena peran publik sama sekali tidak

dipertimbangkan. Dengan itu, dinasti juga menjadi musuh demokrasi karena

dalam demokrasi, rakyatlah yang memilih para pemimpinnya. Jadi, politik dinasti

adalah proses mengarahkan regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan

tertentu (contohnya keluarga elite) untuk bertujuan mendapatkan atau

8Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.

(Jakarta: Bestari. 2015), h. 149.

Page 52: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

37

mempertahankan kekuasaan disuatu Negara. Kita dapat melihat beberapa bentuk

politik dinasti dalam sistem politik dunia.

Pertama, politik dinasti muncul dalam dimensi yang halus, berupa gejala

dinasti politik yang mendorong sanak keluarga elite-elite lama untuk terus

memegang kekuasaan di pemerintahan yang diturunkan secara demokratis oleh

pendahulu mereka. Pada gejala ini, penyesuaian terhadap etik demokrasi modern

dilakukan dengan mempersiapkan putra-putri yang bersangkutan dalam sistem

pendidikan & rekrutmen politik yang sedemikian dini. Jadi saat mereka muncul,

kemunculannya seolah-olah bukan diakibatkan oleh faktor darah dan keluarga,

melainkan oleh faktor-faktor kepolitikan yg lebih wajar dan rasional. Meskipun

terkadang gelar pendidikan mereka dapat dibeli dengan nama keluarga mereka.

Cara ini tentu masih ada di negara kita, bahkan masih dipraktikkan dalam negara-

negara demokratis seperti Amerika Serikat dan India.

Kedua, politik dinasti dapat tampil dalam bentuk yang lain, lebih vulgar &

identik dengan otoriterianisme. Ia muncul dari suatu sistem politik modern yang

sudah ada sebelumnya dan yang sudah dibekukan & dikondisikan sedemikian

rupa sehingga rakyat melalui wakilnya hanya bisa memilih anak/istri dari keluarga

yang sedang berkuasa. Dengan demikian, yang sebenarnya terjadi adalah politik

dinasti yang dipilih bukan secara sukarela oleh rakyat, tetapi secara represif9.

Hidupnya ruh dinasti politik bukanlah hanya sebatas isu atau isapan

jempol belaka. Jika kita perhatikan situasi di daerah-daerah yang menunjukkan

9Ivan Fauzan, “Buku Ajar III Bangsa, Budaya, dan Lingkungan Hidup di Indonesia”

(Jakarta: Balai Penerbit, tanpa tahun), h. 2. artikel diakses pada 17 Desember 2017 dari

https://id.scribd.com/mobile/doc/105224306/Definisi-Politik-Dinasti.

Page 53: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

38

bahwa cukup banyak istri kepala daerah yang ikut bertarung menjadi pasangan

calon pada pemilihan kepala daerah. Sebut saja Aida Zulaikha Ismet Abdullah

yang mencalonkan diri menjadi Gubernur kepulauan Riau pada tahun 2010.

Tetapi akhirnya kalah dari pasangan Muhammad Sani dan Suryo Respationo.

Kemudian ada juga Walikota Probolinggo Rukmini. Rukmini merupakan istri dari

Buchori, Walikota 2008-2013. Pasangan Rukmini Buchori-Suhadak berhasil

menjadi Walikota/Wakil Walikota Probolinggo dengan memenangkan pemilihan

kepala daerah pada tahun 2013.

B. Dinamika Politik Provinsi Banten

Indonesia yang merupakan Negara maritim dan terlampau luas, serta

memiliki daerah-daerah kerap membuat raja-raja kecil muncul di berbagai

daerah. Dinasti politik dibangun kokoh oleh satu keluarga di wilayah tertentu,

seakan tak teramati, dan tersentuh oleh pemerintah pusat. Gubernur, Bupati,

sampai pemimpin DPRD dijabat oleh orang-orang yang menjalin kekerabatan bak

kerajaan didalam republik10

.

Dinamika politik lokal lazimnya tidak semata-mata ditentukan oleh

struktur politik dan peta politik formal seperti dihasilkan oleh pemilu dan Pilkada.

Dalam konteks Banten faktor pengaruh terpenting adalah kontrol politik yang

10

Christie Stefanie, Anggi Kusumadewi, “Riwayat Tanah Banten di Bawah Kaki Dinasti

Atut” ,artikel di akses pada 20 Januari 2017 dari

http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-bawah-

kaki-dinasti-atut.

Page 54: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

39

berada di tangan dinasti Haji Chasan Sochib beserta segenap keluarganya yang

menguasai politik dan bisnis di Banten11

.

Masalah muncul karena sistem seperti itu amat rawan. Siapa diawasi dan

mengawasi apabila pemimpin lembaga eksekutif dan legislatif disatu daerah

dipimpin oleh keluarga yang sama, bahkan dinasti yang di bangun merupakan

politik ke keluargaan di wilayah yang berbeda. Ketiadaan jaminan bahwa

lingkaran kekerabatan itu akan menjalankan roda pemerintahan daerah dengan

bersih, kompeten, dan berintegritas lantas membuat aturan baru disusun: calon

kepala daerah tidak boleh memiliki kepentingan dengan petahana-kepala daerah

yang sedang menjabat saat itu.

Konflik kepentingan yang di maksud ialah tidak memiliki hubungan darah

atau ikatan perkawinan ke atas, ke bawah, dan ke samping dengan petahana yang

merupakan ayah, ibu, mertua, paman, bibi, kakak, adik, ipar, anak, dan menantu

sang calon kepala daerah, kecuali telah melewati jeda satu kali masa jabatan.

Akan tetapi aturan tersebut dianulir oleh Mahkamah Konstitusi lantaran Pasal 7

huruf r UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan UU Nomor 1 Tahun 2015

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bertentangan dengan Pasal 28

J ayat (2) UUD 1945. Aturan tersebut dianulir oleh Mahkamah Konstitusi, karena

menurut MK praktik demikian yang bisa dibilang kebetulan dan berpotensi

11

Syamsuddin Haris, Partai Pemilu dan Parlemen : Era Reformasi (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2014), h. 262.

Page 55: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

40

menyuburkan dinasti politik merupakan legal karena hal tersebut hak konstitusi

semua orang untuk dipilih12

.

Dinasti politik yang selama ini telah terpelihara di beberapa daerah dapat

kembali diteruskan. Salah satu contoh kuatnya politik dinasti di ujung pulau Jawa,

yakni Provinsi Banten yang berada dibawah „kaki‟ Mantan Gubernur Banten Ratu

Atut Chosiyah. Atut kini memang mendekam di dalam penjara menyusul

ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada

Desember 2013 atas dugaan suap kepada Mantan ketua MK Akil Mochtar dalam

penanganan sengketa Pilkada Lebak, Banten.

Fenomena korupsi dalam politik dinasti yang dilakukan gurita para dinasti

politik jelas akan menciptakan distorsi bagi perekonomian, termasuk kerangka

kebijakan serta hukumnya yang mengakibatkan sekelompok masyarakat tertentu

memiliki keuntungan lebih dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lain.

Ada dua hal yang memjadi pemicu utama potensi korupsi yang dilakukan

dinasti politik. Pertama, persoalan utama dari dinasti politik adalah soal

penguasaan sumber daya dan dampaknya dapat melemahkan check and balance

dalam pemerintahan. Persoalan tersebut membuat dinasti dekat dengan korupsi,

ditambah dengan kewenangan mereka untuk menjadikan posisinya sebagai alat

untuk mengakses sumber daya ekonomi. Kedua, pola yang terbangun dalam

dinasti politik saat ini membutuhkan dana besar untuk merawat kekuasaan dan

jaringan yang menjadi simpul-simpul politik lainnya.

12

Abraham Utama, 2015. MK Anulir Larangan Dinasti Politik di Pilkada, Artikel diakses

pada 20 Januari 2017 darihttps://www.cnnindonesia.com/politik/20150708143504-32-65195/mk-

anulir-larangan-politik-dinasti-di-pilkada

Page 56: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

41

Penulis mengutip pendapat Ahmad Maulani dalam artikelnya di Koran

kompas hal 7 sebagai berikut:

Dari data yang dilansir Indonesia Corupption Watch (ICW), Pada Pilkada

serentak 2017 kali ini ada 12 calon kepala daerah di 11 daerah yang

berasal dari dinasti politik. Beberapa daerah tersebut antara lain, Banten;

Gorontalo; Musi Banyuasin; Barito Kuala; Pringsewu, Lampung; Kota

Batu; Landak, Kalbar; Lampung Barat; Kota Cimahi; Kabupaten Mesuji;

serta Maluku Tengah13

.

Dalam konteks provinsi Banten, arah, proses, dan akhirnya dinamika

politik yang dipimpin serta dikendalikan oleh dinasti keluarga almarhum Prof. Dr

(HC). H. Tubagus Chasan Sochib. Seperti diketahui, Chasan Sochib adalah ayah

kandung dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang terpilih dalam Pilkada

Banten pada 2007 silam dan kemudian terpilih kembali dalam Pilkada Banten

pada akhir 2011 berpasangan dengan Rano Karno. Sebelum menjadi Gubernur,

puteri Haji Chasan ini menjadi wakil Gubernur mendampingi Joko Munandar,

gubernur pertama Banten periode 2002-2007.

1. Sejarah Politik Provinsi Banten

Atut merupakan putri almarhum Haji Tubagus Hasan Sochib penguasa,

sesepuh, dan jawara yang merintis bisnisnya dari pedalaman Banten pada 1960-

an. Semua bermula ketika alm. Chasan menyuplai logistik bagi Komando Daerah

Militer VI Siliwangi, dan pada akhirnya mendapat banyak keistimewaan di

13

Achmad Maulani, “Dinasti Politik dan Banalitas Korupsi” (Kompas: 8 Februari 2017),

h. 7.

Page 57: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

42

Kodam VI Siliwangi serta pemerintah Jawa Barat. Berkat jasa dan usahanya

dalam membantu logistik Chasan menjadi orang yang berpengaruh di Banten dan

mendapat banyak proyek besar pemerintah, hingga akhirnya mendirikan

perusahaan sendiri yang terutama bergerak dibidang konstruksi. Kamar dagang

dan industry (KADIN) di Banten serta sejumlah organisasi bisnis lainnya dia

kuasai secara bertahap dan sistematis dibantu dengan orang-orang terdekat dan

secara kekeluargaan14

.

Pasca reformasi, Chasan mendukung Banten lepas dari Jawa Barat,

menjadi Provinsi sendiri. Dia membantu gerakan pemekaran di Banten, setelah

Banten resmi menjadi Provinsi, Chasan mendorong keluarga besarnya, termasuk

Atut, aktif berpolitik. Atut menjadi Wakil Gubernur Banten pertama, Oktober

2000. Lima tahun kemudian Oktober 2005 Atut menggantikan Gubernur Bantun

Joko Munandar yang semula ia damping, sebagai pelaksana tugas Gubernur

Banten menyusul kasus korupsi yang menjerat Joko.

Atut resmi menjadi Gubernur Banten pada 2007 silam setelah memenangi

Pilkada. Setelah menjadi orang nomor satu di Banten, Atut pun memiliki cukup

ruang yang luas untuk memasukkan keluarganya ke dalam ranah politik, persis

seperti yang dilakukan sang ayah. Dinasti politik di “Kerajaan Banten” tidak

hanya sebatas perebutan kepala daerah di satu wilayah saja tetapi telah

menggurita hampir ke seluruh pelosok Banten. Puncak kekuasaan dipegang oleh

Ratu Atut sebagai Gubernur Banten. Kemudian juga ada Heryani (ibu tiri) Wakil

14

Christie Stefanie, Anggi Kusumadewi. “Riwayat Tanah Banten di Bawah Kaki Dinasti

Atut”, artikel diakses pada 20 Januari 2017 dari,

http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-bawah-

kaki-dinasti-atut.

Page 58: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

43

Bupati Pandeglang, Ratu Tatu Chasanah (adik kandung) Wakil Bupati Serang,

Tubagus Chaerul Jaman (adik tiri) Walikota Serang, adik ipar Atut Airin Rachmi

Walikota Tangsel. Sebagian lagi diantara masuk ke ranah legislatif seperti

anggota DPR, anggota DPD dan DPRD. Begitu besarnya kekuasaan yang mereka

miliki sehingga mereka mampu menguasai wilayah Banten15

.

Jika kita cermati seksama, aturan yang membatasi tentang ikatan keluarga

dalam pilkada ini ternyata tidak akan banyak berpengaruh terhadap dinasti politik

seperti yang terjadi di provinsi Banten. Regulasi dalam undang-undang pemilihan

kepala daerah yang terbaru hanya mengatur tentang jabatan kepala daerah untuk

daerah yang sama saja. Misalnya calon Bupati Kabupaten Serang dengan Bupati

Serang yang menjabat sebelumnya. Aturan baru ini tidak mengatur tentang kepala

daerah lain yang berdekatan ataupun kepala daerah Gubernur dan

Bupati/Walikota yang ada dalam wilayah kerjanya.

Dalam “Dinasti Politik Kerajaan Banten” jabatan kepala daerah yang

diperoleh keluarga besar Ratu Atut bukan kekuasaan pemerintahan pada wilayah

yang sama, tetapi kekuasaannya pada wilayah yang berbeda. Sebagai contoh

Gubernur Atut punya ikatan saudara dengan Walikota Tangsel, Walikota Serang,

dan seterusnya. Tidak ada larangan bagi keluarga Atut untuk menjadi calon kepala

daerah di kota Serang walau yang bersangkutan mempunyai ikatan keluarga

dengan Gubernur Banten Ratu Atut. Tetapi aturan hanya membatasi kesempatan

keluarga besar Ratu Atut untuk maju dalam pemilihan Gubernur Banten. Para

keluarga Atut yang merupakan Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota,

15

Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.

(Jakarta: Bestari. 2015), h. 151.

Page 59: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

44

Anggota Legislatif dari keluarga Ratu Atut hanya akan terganjal oleh aturan

dalam pasal 7 r jika mengikuti pemilihan Gubernur Banten.

Pasal 7 huruf r menjelaskan bahwa salah satu persyaratan calon kepala

daerah adalah tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana. Dalam

penjelasan disebutkan yang dimaksud dengan “tidak memiliki konflik dengan

petahana” adalah tidak memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan dan/garis

keturunan 1 (satu) tingkat lurus ke atas, kebawah, kesamping, dengan petahan

yaitu ayah, ibu, mertua, paman, bibi, kaka, adik, ipar, anak, menantu kecuali telah

melewati jeda 1 (satu) kali masa jabatan. Aturan baru ini telah menutup

kesempatan keluarga kepala daerah untuk menggantikan jabatan petahana seperti

yang terjadi dalam sistem kerajaan.

Dominasi dan kontrol keluarga Chasan Sohib atas Banten sebenarnya

bukan semata-mata fenomena politik mutakhir. Haji Chasan telah mengendalikan

politik Banten bukan hanya setelah daerah ini menjadi provinsi sendiri yang

terpisah dari Jawa Barat, melainkan juga berlangsung sejak era sistem otoriter

Orde Baru. Kendali politik Haji Chasan atas Banten justru merupakan produk dan

warisan Orde Baru yang cenderung memanfaatkan tokoh dan penguasa lokal

seperti ulama dan tokoh adat untuk memenangkan Golkar dalam pemilu serta

melestarikan sistem otoriter16

.

Meskipun partai Golkar kalah dari partai Demokrat pada pemilu 2009 di

Banten, tidak berarti kontrol Haji Hasan atas politik Banten berkurang.

16

Syamsuddin Haris, Partai Pemilu dan Parlemen: Era Reformasi (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2014), h. 255-256.

Page 60: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

45

Sebaliknya, melalui beragam bisnis keluarga yang dikendalikannya, serta melalui

politik formal yang dipimpin oleh Ratu Atut, pengaruh dan cengkraman dinasti

Haji Chasan atas politik dan ekonomi Banten justru semakin meluas dan berkibar.

Sudah menjadi rahasia publik di Banten, berbagai transaksi bisnis, termasuk

proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN dan APBD Banten, masih berada dalam

kendali Haji Chasan.

2. Anatomi Dinasti Politik Banten 2007-2014

Jaringan kekuasaan keluarga Haji Chasan dan Ratu Atut meliputi: Tb

Chaeri Wardhana alias Wawan (adik Atut), Hikmat Tomet (suami Atut), Tatu

Chasanah (adik Atut), Andhika Hazrumy (anak Atut), Ade Rossi Khaerunnisa

(isteri Andhika), Chaerul Jaman (adik tiri Atut), Lilis Karyawati (adik Atut), Airin

Rachmi Diani (menantu Haji Chasan, isteri Caeri Wardhana), Muhadi, Ratna

Komalasari, dan John Chaidir (suami Tatu Chasanah).

Jaringan kekuasaan keluarga Haji Chasan tidak semata-mata terbatas pada

bisnis dan ekonomi (melalui Kadin, Gapensi, Gapeksindo, dll), serta politik

(kepala daerah, anggota DPR, DPRD, dan DPD), melainkan juga menguasai

jaringan organisasi kemasyarakatan (Satkar, Ulama, Komando Pendekar, dll) dan

jaringan hukum, baik kepolisian dan kejaksaan maupun pengadilan di Banten.

Tidak mengherankan jika berbagai kasus dugaan korupsi yang melibatkan dinasti

Haji Chasan hampir selalu tidak ada tindak lanjutnya di lembaga peradilan.

Sebagai orang kuat local, jaringan kekuasaan Haji Chasan ditenggarai dapat

mengontrol proses peradilan sejak awal hingga terbitnya keputusan pengadilan.

Page 61: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

46

Dalam situasi demikian, struktur politik formal yang dihasilkan Pemilu

2009 di Banten tidak banyak artinya. Meskipun Pemilu untuk memilih anggota

DPRD Banten dimenangkan oleh partai Demokrat, realitas politik tersebut sama

sekali tidak mengubah peta politik informal yang dikuasai oleh dinasti Haji

Chasan. Lebih jauh dari itu, partai-partai politik yang duduk di DPRD Banten

akhirnya hanya sekedar menjadi “boneka politik” dari keluarga Ratu Atut serta

ayahandanya Haji Chasan Sochib.

Page 62: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

47

BAB IV

ANALISA DINASTI POLITIK DI BANTEN DALAM

PERSPEKTIF IBNU KHALDUN

1. Dinasti Politik Banten Dalam Persfektif Ibnu Khaldun

Gagasan Ibnu Khaldun tentang Negara yang dikaji melalui pendekatan

sosiologis diilustrasikan dengan sifat alamiah manusia yang senantiasa hidup

berkelompok, saling percaya diri, dan tidak mampu hidup sendiri tanpa

membutuhkan bantuan orang lain (zoon politicon. Begitu dari sifat alamiah itu

juga dibarengi adanya tujuan yang sama dari masing-masing manusia, maka

terbentuklah ashabiyah di antara mereka. Kesatuan sosial ini terbentuk sejak

mulai dari kelompok untuk kelompok manusia yang paling besar.

Dengan maraknya praktek dinasti politik di daerah dapat membuat orang

yang berkompeten memiliki kekuasaan, dan hal sebaliknya pun bisa terjadi,

dimana orang yang berkompeten menjadi tidak terpakai karena alasan bukan dari

keluarga. Di samping itu, cita-cita kenegaraan menjadi tidak terealisasikan karena

pemimpin atau pejabat Negara tidak mempunyai kapabilitas dalam menjalankan

tugas.

Page 63: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

48

Fenomena dinasti politik yang terjadi di Negeri ini memang sudah lama

menjadi kasus yang tabu dan seringkali di perdebatkan. Alasannya adalah dinasti

politik bukanlah sistem yang tepat untuk diterapkan di Negara kita Indonesia,

sebab, Negara Indonesia bukanlah negara dengan sistem pemerintahan monarki

yang memilih pemimpin berdasarkan garis keturunan. Hal tersebut juga

berdampak pada masyarakat yang memiliki hak demokrasi dalam memilih dan di

pilih, kemudian hak nya tersebut dibatasi oleh sistem monarki tersebut.

Dinasti politik semestinya dilarang dengan tegas, karena jika makin

maraknya praktek ini di berbagai Pilkada dan pemilu Legislatif, maka proses

rekrutmen dan kaderisasi di partai politik tidak berjalan atau terbatasi. Jika para

penguasa dinasti di sejumlah daerah bertambah besar pertumbuhannya, maka akan

kian marak juga praktek-praktek yang bisa merugikan Negeri ini, seperti

pencurian sumber daya alam dan lingkungan, pencurian sumber-sumber

pendapatan daerah, serta penyalahgunaan APBD dan APBN.

Dalam hadits nabi dikatakan bahwa fenomena tersebut memang dilarang

jika digunakan untuk perbuatan yang dzalim. Penggunaan kata „ashabiyah atau

dalam hal ini politik kekerabatan identik dengan orang yang menolong kaumnya,

sementara mereka zalim1.

غ ق س أ ل ب ت ه اث ت ب ػ ؼ ت أ ال ق ت ب ص ؼ اان ي الله ل س ار ت ه ق ل ق ا اب أ ت ؼ اس أ

[.]راابدادى ه ىانظ ه ػ ك ي ق

1Al Fadhil, “Menyapu Debu-Debu „Ashabiyah”, artikel diakses pada 20 Oktober 2017

dari https://www.google.cp.id/amp/s/alfadhil.wordpress.com

Page 64: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

49

Dari putri Watsilah bin al-Asqa‟, ia mendengar ayahnya berkata: aku berkata,

“Yaa Rasulallah, apa itu „ashabiyah?”. Rasul menjawab: “Engkau menolong

kaummu dalam kezaliman.” [HR. Abu Daud].

Maksudnya, siapa yang mengajak orang untuk berkumpul atas dasar

„ashabiyah, yaitu bahu membahu untuk menolong orang zalim.

Dalam hadits lain, terdapat larangan yang tegas bagi orang-orang yang

berperang di bawah bendera „Ummiyyah atau Immiyyah.

بب د ج ت ب ص ػ ػ د ت ػ تا ر ت ح ت م ت ق ى ه س ه ػ الله ىاه ص الله ال س ر ال ق ه ج ب ن أ الله دب ػ ػ

ج ت ه ت ق ف ت ب ص ػ ر ص أ [رايسهى].ت ه ا

Dari Jundabbin Abdullah al-Bajaliy, ia berkata: Rasulullahu „alaihi wa sallam

bersabda, “Barang siapa terbunuh karena membela kefanatikan yang meyeru

kepada kebangsaan atau mendukungnya, maka matinya seperti mati Jahiliyyah.”

[HR. Muslim]

Ummiyyah atau Immiyyah adalah bentuk kinâyah, yaitu larangan

berperang membela jamaah (kelompok) yang dihimpun dengan dasar yang tidak

jelas (majhûl), yang tidak diketahui apakah haq atau batil. Karena faktor tersebut

orang yang bukan berperang karena mmemenangkan agama, atau menjunjung

tinnggi kalimat Allah. Dengan demikian, jelas bahwa makna „ashabiyah disini

bersifat spesifik, yaitu ajakan untuk membela orang atau kelompok, tanpa melihat

apakah orang atau kelompok tersebut benar atau salah; juga bukan untuk membela

Page 65: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

50

Islam, atau menjunjung tinggi kalimat Allah, melainkan karena amarah dan hawa

nafsu2.

Kemudian apakah ada korelasi terkait teori Ibnu Khaldun mengenai dinasti

politik yang terjadi di beberapa daerah khususnya di Banten. Dalam hal ini Ibnu

Khaldun berpendapat bahwa suatu dinasti dapat terbentuk melalui ikatan darah.

Pertalian darah merupakan suatu ikatan yang dapat menimbulkan cinta atau

kekuatan pada kaum kerabat dan keluarga seseorang, membangkitkan kekuatan

suatu kaum agar ikatan tersebut tidak sampai dicela bahkan dapat bertahan dari

bencana yang dapat menimpa kaum tersebut. Jika hal-hal yang demikian tersebut

telah muncul dalam suatu kaum, maka akan timbul rasa solidaritas „ashabiyyah.

Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang telah terjadi di Banten dengan teori

„ashabiyyah Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa solidaritas itu memiliki ikatan

darah, dan sepenanggungan benar dan terkait satu samalain.

Alasan yang dibutuhkannya „ashabiyah tersebut, karena pertama, teori

tentang berdirinya Negara berkenan kaitannya dengan kesukuan. Keadaan suatu

suku dapat dilihat dari faktor psikologis masyarakat tidak dapat dibentuk Negara

tanpa dukungan perasaan persatuan dan solidaritas yang kuat. Kedua, proses

pembentukan Negara itu harus melalui perjuangan yang keras dan berat. Bila

imamah tidak mampu menundukkan lawan sendiri, maka akan kalah dan Negara

tersebut hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan kekuatan yang

besar untuk mewujudkannya.

2Al Fadhil, “Menyapu Debu-Debu „Ashabiyah”, artikel diakses pada 20 Oktober 2017

dari https://www.google.cp.id/amp/s/alfadhil.wordpress.com

Page 66: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

51

Dengan demikian, solodaritas yang kuat ini memberikan efek yang dapat

mempengaruhi keeksistensian sebuah Negara. Kemudian dalam pembuatan

„ashabiyah demikianlah, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa agama memiliki peran

penting dalam pembentukan dan persatuan tersebut. Menurutnya, semangat

persatuan rakyat yang dibentuk melalui peran agama itu tidak bisa ditandingi oleh

semangat persatuan yang dibentuk oleh faktor lainnya. Hal tersebut didukung oleh

visi agama dalam meredakan pertentangan dan perbedaan visi rakyat, sehingga

mereka memiliki tujuan yang sama

Lebih lanjut dalam teori nya Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa

metamorfosa pemerintahan juga mengalami masa transisi dalam beberapa fase

dan keadaan yang berbeda. Setiap kerajaan memiliki gaya hidup tertentu dalam

fase yang berbeda-beda. Sebab, gaya hidup mengikuti kondisi yang

memengaruhinya secara naluriah. Dalam hal ini Ibnu Khaldun dalam

Mukaddimahnya membagi masa transisi tersebut dengan lima fase:

Pertama, fase pemantapan kekuasaan dengan cara penggulingan dan

penguasaan terhadap para pembela dan pendukungnya, serta merebut kekuasaan

dari tangan penguasa sebelumnya.

Kedua, fase otoriter dan kesewenang-wenangan terhadap kaumnya dan

bersikap individual dalam menjalankan pemerintahan dengan cara mengekang,

membungkam, dan membatasi peran suatu kaum dalam pemerintahan.

Page 67: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

52

Ketiga, fase stabilitas dan ketenangan karena manfaat dari kekuasaan atau

kedaulatan telah berhasil diperoleh, dimana karakter manusia memang cenderung

demikian: mengumpulkan kekayaan, melanggengkan pengaruh, dan popularitas.

Keempat, fase kepuasan dan mudah menyerah atau pasrah. Dalam fase ini,

rezim yang berkuasa sudah merasa puas dengan pembangunan yang dicapai

generasi pendahulu mereka dalam kehidupan damai dengan para penguasa yang

bersahabat dengannya maupun yang masih bermusuhan. Hal ini dilakukan dengan

mencontoh paara pendahulunya, sehingga ia mengikuti jejak mereka setapak demi

setapak dan penuh perhitungan. Ia berkeyakinan bahwa keluar dari tradisi

merupakan suatu kehancuran, karena hal tersebut dapat meninggalkan kejayaan

yang telah dibangun.

Kelima, fase pemborosan dan hidup berlebih-lebihan. Dalam fase ini,

rezim yang berkuasa cenderung menghancurkan kejayaan yang telah dibangun

oleh para pendahulu mereka, membenamkan diri mereka dalam pemuasan nafsu

dan kesenangan dunia, mudah menghambur-hamburkan kekayaan kerajaan untuk

memenuhi kebutuhan perutnya dan pesta-pesta yang diselenggarakannya,

mengumpulkan para jagoan dan para pelacur untuk menjalankan tugas-tugas

penting kerajaan dimana mereka tidak mempunyai kompetensi untuk

menjalankannya. Mereka juga tidak mengetahui apa yang harus dan yang tidak

boleh dikerjakan. Rezim ini juga berupaya menyingkirkan para pemimpin dan

Page 68: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

53

politisi yang tidak mendukung maupun senang terhadap bangsanya dan orang-

orang yang menjadi bagian dari pemerintahan masa lalu3.

Dalam konteks provinsi Banten arah, proses, dan alur dinamika politik

yang dipimpin serta dikendalikan oleh dinasti dan dibangun oleh Tubagus Chasan

Sochib yang mengontrol beberapa sektor baik dari ekonomi, politik, dan sosial

yang telah dibangun sejak tahun 1960. Seperti diketahui Chasan Sochib

merupakan ayah kandung dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang

terpilih pada pemilihan Gubernur Banten 2007 silam kemudian terpilih lagi pada

Pilkada 2011 yang berpasangan dengan Rano karno.

Jika ditelaah lewat kelima fase tersebut, arah dan proses dinasti politik di

Banten hingga sekarang masih sama seperti di era Ratu Atut, walaupun

mengalami masalah internal sejak Ratu Atut dijadikan tersangka kasus korupsi

yang menjeratnya. Jika dilihat latar belakang era kepemimpinan dinasti Ratu Atut

sejak tahun 2002 silam, tahun tersebut merupakan awal dari dimulainya proyek

dinasti politik yang di bangun oleh Ratu Atut. Di 2002 silam Ratu Atut di usung

oleh partai Golkar mewakili Joko Munandar sebagai wakil Gubernur Banten.

Kronologi terbentuknya dinasti politik di Banten:

Pertama, orang tua Atut yakni H. Chasan Sochib merupakan seorang

pebisnis di Banten pada tahun 1960 dan mendapatkan proyek besar sejak tahun

1970-an. Setelah merambah di dunia bisnis ia merasa sukses, haji Chasan

kemudian merambah ke dunia politik seiring dengan membesarnya arus gerakan

3Ibnu Khaldun, “Muqaddimah” Penerjemah Ahmadie Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus.

1986), h. 191.

Page 69: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

54

pembentukan provinsi Banten, Chasan Sochib segera berbalik dan berperan aktif

ke ranah politik dan bergabung dengan partai Golkar, selain politik, beliau juga

mampu mengumpulkan para ulama dan jawara di Banten.

Kedua, perpindahan posisi ini menyelamatkan masa depan bisnis dan

politiknya di Banten. Dengan kekuatan finansial yang dimiliki, Chasan Sochib

membantu gerakan pemekaran dan mendapatkan pengakuan sebagai tokoh

pembaharuan Banten. Setelah Banten menjadi provinsi, Chasan Sochib mulai

lebih agresif menyusun kekuatan politiknya, Chasan Sochib hanya bertindak

sebagai client Capitalism yang sangat bergantung pada koneksi pejabat sipil dan

militer, tetapi tidak aktif dalam merancang siapa yang berkuasa atas politik Jawa

Barat, Chasan Sochib bertindak aktif dalam menentukan siapa yang pantas

menjadi penguasa di Banten.

Ketiga, ketika kepemimpinan wanita sudah dapat diterima oleh

masyarakat Indonesia sejak terpilihnya Megawati sebagai presiden wanita

pertama di Republik ini. Kepemimpinan wanita sudah menjadi trend tesendiri

yang mampu mewarnai nuansa kompetisi kepemimpinan yang sebelumnya di

dominasi oleh kaum pria. Sudah sangat banyak perempuan yang memimpin suatu

daerah, sebagai Gubernur, wakil Gubernur, Bupati, maupun Walikota, seperti:

mantan wakil Gubernur dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Dra. Hj.

Rustriningsih, M.Si (wakil Gubernur Jawa Tengah), Hj. Rina Iriani Sri

Ratnaningsih (mantan Bupati Karang Anyar), Hj. Airin Rachmi Diani (Walikota

aktif Tangerang selatan), Hj. Ratu Tatu Chasanah, SE, M.Si (wakil Bupati

Serang), Hj. Heryani (wakil Bupati Pandeglang) dan masih banyak lagi. Bermula

Page 70: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

55

dari upaya memajukan Ratu Atut sebagai calon wakil Gubernur dan sukses

memenangkannya, Chasan Sochib merancang anggota keluarga besarnya untuk

aktif terlibat di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hasilnya sangat

sukses, Chasan Sochib memang tidak memegang jabatan publik tetapi

sebagaimana pengakuan dirinya bahwa dia adalah “Gubernur Jendral”

menunjukkan bahwa ia adalah penguasa Banten sesungguhnya4.

Sudah menjadi rahasia umum jika keluarga mantan Gubernur Banten Ratu

Atut Chosiyah menguasai sejumlah jabatan strategis dalam politik dan

pemerintahan di Banten. Mereka juga terlibat dalam berbagai jabatan informal

dan yang terbaru anak kandung Ratu Atut yakni Andhika Hazrumy yang

mencalonkan diri sebagai wakil Gubernur Banten mendampingi Wahidin Halim

yang akan bertarung dalam Pilkada serentak 15 Februari 2017.

Keempat, ketika segala proses politik sudah di kuasai oleh keluarga

Chasan Sochib yang di jalankan oleh Ratu Atut maka kekayaan dalam hal ini

merupakan hal yang perlu di paparkan, pasalnya selain kekayaan yang diperoleh

dari bisnis dalam politik keluarga Chasan Sochib juga mendapatkan durian

runtuh. Kekayaan Ratu Atut mencapai Rp 41,9 miliar, itu hanya jumlah yang ia

laporkan pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Juga

patut digaris bawahi, laporan itu berdasarkan yang ia berikan pada 2006 silam.

Artinya selama 7 tahun pejabat yang menguasai Provinsi Banten itu tidak

melaporkan harta kekayaannya kepada pihak berwenang.

4Rio Muhammad, 2013. Chasan Sochib: The Banten‟s God father. Artikel di akses pada

21januari2107darihttp://m.voaislam.com/news/intelligent/2013/10/07/27094/menguak/godfatherny

a-banten-dari-haji-chasan-sochib-hingga-ratu-atut/

Page 71: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

56

Penulis mengutip artikel Zulfikar Akbar sebagai berikut:

Diantara harta yang dilaporkan Atut kepada LHKPN tujuh tahun

lalu adalah 12 kendaraan pribadinya. Termurah adalah motor

Yamaha keluaran tahun 1988 dengan harga hanya Rp 3,5 juta.

Sedangkan yang temahal dari semua kendaraan miliknya yaitu

Lexus seharga Rp 1,1 miliar dan Mercedes-Benz senilai Rp 1,05

miliar—ia memiliki dua mobil Mercedes-Benz namun yang

lainnya hanya seharga Rp 500 juta. Untuk kendaraan yang bisa

dikatakan murah karena berada dibawah angka ratusan juta, selain

motor Yamaha ada Suzuki Escudo tahun 1997 (Rp 75 juta),

Daihatsu Taft 1982 (Rp 18 juta), Isuzu Panther (Rp 40 juta), Kijang

keluaran 2003 (Rp 65 juta), Kijang tahun 2003 (Rp 78 juta), dua

Mitsubshi Colt 2003 (masing-masing Rp 32,5 juta). Sedangkan

yang berada di seputaran angka seratus juta adalah Mitsubshi Kuda

(Rp 109 juta). Yang lainnya adalah aset yang terdapat di berbagai

kota mencakup Serang, Pandeglang, Banten, Bandung, Cirebon,

dan Jakarta Barat. Total aset Atut tersebut tak kurang dari 122 aset.

Namun sebagian aset tersebut sudah ada yang dijual. Harta tersebut

hanya sebagian dari total keseluruhan kekayaannya, belum lagi

asetnya seperti pehiasan, aksesoris, properti dll. Kekayaan yang

didapatkan dari hasil usaha sendiri sepanjang 1986 hingga tahun

2000 mmencapai Rp 47,46 juta. Disamping itu juga terdapat surat

berharga dengan total Rp 7,855 miliar5.

KPK juga punya catatan harta suami Ratu Atut, alm. Hikmat Tomet.

Anggota DPR itu memiliki harta yang lebih sedikit dari istrinya. Pada LHKPN

2009, Hikmat mempunyai harta Rp 33,856 miliar. Kepada KPK dia melaporkan

juga harta berupa tanah dan bangunan di 43 lokasi. Sementara itu anak Atut yang

5Zulfikar Akbar. 2013. “Fakta-Fakta Seputar Kekayaan Dinasti Atut”. Artikel di akses

pada 13 Februari 2017 dari kompasiana.com/soefi/fakta-fakta-seputar-kekayaan-dinasti-atut

Page 72: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

57

juga anggota DPD, Andhika Hazrumy pun memiliki koleksi tanah sekitar Rp 19,6

miliar. Selain itu KPK juga mencatat harta milik anggota dinasti lain, yakni

Heryani. Ibu tiri Ratu Atut ini memiliki kekayaan harta sebesar Rp 26,512 miliar

dengan koleksi tanah mencapai 25 lokasi6.

Kemudian terdakwa kasus dugaan sengketa Pilkada lebak adik Atut

Tubagus Chaeri Wardana yang di geledah oleh KPK di Jakarta Selatan di

rumahnya terdapat tak kurang dari 11 mobil mewah berada di garasi suami

Walikota Tangerang Selatan itu. Diantara mobil-mobil termahal yang menjadi

milik Tubagus terdapat jenis Rolls-Royce yang bisa mencapai harga hingga Rp.

17 miliar. Selain itu ia juga memiliki Nissan GT-R R35, Ferarri 458 Italia, Ferarri

California, Lamborghini Aventador, Bentley, Land Cruiser Cygnus, yang masing-

masing memiliki harga di angka miliaran, sedangkan yang berharga ratusan juta

hanyalah Land Cruiser Prado, Toyota Camry, dan Kijang Innova, kemudian

terdapat Harley Davidson dengan kisaran harga Rp 350 juta. Akan tetapi semua

harta kekayaan dinasti Atut itu karena warisan, jauh sebelum ia menjadi Gubernur

Banten, terlebih karena sebelumnya juga karena Ratu Atut merupakan seorang

pengusaha.

Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diani memiliki total kekayaan

per tanggal 23 Juli 2015 yakni Rp 84.005.292.628. sedangkan pelaporan ke

LHKPN pada tanggal 24 Agustus 2010 adalah Rp. 103.944.292.628 bahkan bisa

6lihat di https://kabarnet.in/2013/10/14/inilah-harta-karun-dan-dinasti-ratu-atut-chosiyah

Page 73: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

58

bertambah hingga sekarang seiring Airin sendiri menjabat kembali sebagai

Walikota Tangsel7.

Penulis menyimpulkan kira-kira inilah daftar harta kekayaan Dinasti Ratu

Atut di Banten dan nama-nama ini belum termasuk yang berada di DPD, DPRD,

maupun jabatan di organisasi-organisasi di luar instansi pemerintahan:

Jadi, kira-kira jumlah kekayaan keluarga besar Ratu Atut diperoleh dari

hasil bisnis dan tentunya dari gaji dan pendapatan dari sejumlah jabatan yang di

sandang. Kalau dari gaji anggota DPR/Gubernur/Walikota/wakil Bupati dll, maka

sangat sulit memperkirakan jumlah kekayaan dari bisnis mereka. Perkiraan uang

seperempat triliyun itu hanya dilaporkan secara resmi ke KPK, kira-kira berapa

lagi jumlahnya yang belum sempat dilaporkan ke KPK?.

Kelima, dari keempat kronologi tersebut yang sangat disayangkan bahwa

apa yang sudah terjadi di Banten atau di beberapa daerah yang sudah dikuasai

oleh dinasti Ratu atut berdampak pada lumpuhnya kekuatan kritis dalam politik

lokal di daerah ini, dikarenakan lemahnya kekuatan masyarakat sipil. Perlu

diketahui bahwasanya di Banten sendiri politik lokal di provinsi tersebut memiliki

kelemahan dalam kekuatan politik lokal masyarakat sipil (civil society). Dari segi

jumlah, sebenarnya sudah cukup banyak surat kabar, tabloid, dan bahkan media

online sebagai saluran aspirasi bagi masyarakat. Akan tetatpi permasalahannya,

keberadaan sebagian media tersebut turut disokong oleh dinasti Haji Chasan,

7Agung Supriyanto, “Ini Jumlah Kekayaan Airin Sekarang”. Artikel di akses pada 16

Februari 2017 dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/11/25/nydc0u326-ini-

jumlah-kekayaan-airin-rachmi-diany-sekarang.

Page 74: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

59

sehingga suara kritis terhadap pemerintah daerah dan DPRD setempat tidak

pernah memperoleh tempat yang memadai di dalam penerbitan media-media

tersebut.

Sebagaimana ungkapan Syamsudin Harris sebagai berikut:

Di sisi lain, para aktivis CSO yang biasanya bersuara kritis dapat

dikatakan timbul-tenggelam karena mereka harus mencari kiat dan

siasat agar bisa ‟‟selamat‟‟ dari kemungkinan mendapat teror dari

anak buah keluarga ‟‟Rawu‟‟ alias dinasti Haji Chasan Sochib.

Apalagi keluarga sang Gubernur Banten ini memiliki kaki tangan

yang menyebar dalam berbagai kelompok dan organisasi, resmi

maupun tidak resmi, tampak ataupun tidak tampak sama sekali.

Seperti diketahui, dinasti Chasan Sochib juga menguasai organisasi

masyarakat seperti Satkar Ulama, Komando Pendekar, dan

PPSBSBBI (Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten

Indonesia). Untuk mengamankan kepentingan politik bisnisnya,

Haji Chasan Sochib sering mengerahkan massa dari ormas-ormas

seperti ini jika ada pihak-pihak yang menggugat kepentingannya8.

Dari kelima fase tersebut dapat dilihat bahwa suatu kekuasaan memiliki

masa transisi yang cukup signfikan melihat arah proses kepemimpinan tanpa

kestabilan dalam menguasai pemerintahan dapat memicu kemarahan rakyat

sehingga dapat dimusuhi dan rakyat akan menarik dukungan terhadap rezim

tersebut. Dinamika kekuatan masyarakat sipil yang lemah, terpecah dan mudah

tehasut akhirnya juga turut berpengaruh pada kinerja dan akuntabilitas DPRD

Banten.Karena relatif tidak ada suara kritis masyarakat maka sikap dan perilaku

8Syamsuddin Harris “Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi” (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor, Indonesia 2014), h. 263.

Page 75: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

60

para wakil rakyat di DPRD pun cenderung lunak dalam merespons kebijakan-

kebijakan pemerintah daerah provinsi Banten.

2. Strategi Membangun Dinasti Politik Banten

a. Ikatan Keluarga dan Sedarah

Dinasti politik oleh Atut selama ini secara bertahap cukup terjal walau

banyak hambatan yang harus dilalui, oleh Atut sampai saat ini berhasil

membangun dinasti politiknya. Bisa dilihat dari Ratu Atut “menobatkan” kakak

kandungnya sebagai wakil Bupati Serang yakni Ratu Tatu Chasanah. Kakak tiri

Atut sebagai Walikota Serang; Tb Chaerul Jaman, Adik Ipar Atut, Walikota

Tangerang Selatan; Airin Rachmi Diany, dan anak tirinya menjabat sebagai wakil

Bupati Pandeglang; Hervani, dan yang paling mutakhir ialah terpilihnya anak

kandung Atut yakni Andika Hazrumy sebagai Wakil Gubernur Banten

mendampingi Wahidin Halim dan masih banyak lagi keluarga besar Atut yang

memegang kekuasaan di Berbagai daerah Khususnya Banten.

Fenomena seperti ini bukanlah hal yang baru dan tidak terjadi hanya di

Banten saja, melainkan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut selalu

dikatakan oleh para kerabat kekuasaan, bahwa politik yang dikuasai lewat ikatan

persaudaraan mereka pada intinya dipilih secara demokratis, dipilih sesuai dengan

mekanisme hukum dan landasan konstitusional yang berlaku, dan ditakutkan

fenomena ikatan darah dalam berpolitik hanya bermain-main dalam panggung

arena demokrasi.

Page 76: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

61

Dalam kitab Mukaddimah Ibnu Khaldun dikatakan bahwa pertalian darah

dalam „ashabiyah memiliki peranan yang sangat mengikat dan saling terhubung

satu sama lain

ب ر نق ا ي ذ ه ػ ة ر ؼ ن اأ ت ه ص ي م ف ال ف ل ا ر ش نب ا ف ئ ؼ ب ط ى ح اانر ت ه ص ا ك ن اذ

ل م ا اوح ر ا

Ibnu Khaldun merujuk kepada kelompok-kelompok kesukuan, dalam

konteks apa „ashabiyah memiliki makna khusus, yakni rasa solidaritas atau kohesi

sosial diantara anggota satu kelompok yang diperoleh dari kesadaran bahwa

mereka berasal dari keturunan yang sama. Gagasan tentang solidaritas kelompok

atau kohesi sosial sebagian diambil dari ikatan-ikatan darah yang ada dalam

organisasi-organisasi kesukuan di berbagai aspek seperti, ekonomi, sosial, politik,

dan pendidkan. Semua suku memiliki solidaritas berdasarkan ikatan darah atau

keluarga.

Mengenai alasan diperlukannya ikatan darah untuk „ashabiyah tersebut,

Ibnu Khaldun mengemukakan dua premis sebagai berikut: Pertama, dalam teori

tentang berdirinya Negara berkenaan dengan realitas kesukuan, kelompok, dan

ikatan darah. Ia berpendapat bahwa orang tidak mungkin mendirikan Negara

tanpa didukung persatuan dan solidaritas yang kuat. Didalamnya terdapat ajakan

untuk senantiasa waspada dan siaga penuh jiwa dan raga untuk mempertahankan

negaranya.

Kedua, bahwa proses mendirikan Negara itu harus melalui perjuangan

yang keras dan berat, dengan mempertaruhkan nyawa sekalipun. Kalau dirinya

Page 77: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

62

tidak mampu menundukan lawan, maka dirinya sendiri yang akan kalah. Oleh

sebab itu, dibutuhkan kekuatan yang besar untuk mewujudkannya. Dengann

demikian, terbentuknya „ashabiyah (solidaritas) dengan ikatan darah memang

dibutuhkan.

b. Ikatan di Bidang Agama

Relasi antara agama dan politik itu sangat dinamis, unik, menarik,

sekaligus lucu. Keduanya kadang saling berseteru. Tapi, bisa pula berdampingan

dengan mesra. Agama dan politik merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan

dan saling terhubung satu sama lain. Sejarah gerakan Tarekat Qadiriyah-

Naqsabandiyyah di Banten misalnya, dimana agama telah melakukan fungsi kritis

sebagai medium kritik sosial sebuah masyarakat sekaligus sarana perubahan

politik sebuah tatanan kekuasaan9.

„Ashabiyyah akan mempunyai landasan bilamana perasaan atau jiwa itu

didasarkan pada faktor-faktor keagamaan atau faktor duniawi yang legal, artinya

agama memiliki arti yang penting dalam „ashabiyah.

Agama erat kaitannya untuk kelancaran dan kemajuan bagi „ashabiyah,

karena seorang pemimpin yang tetap taat beragama maka dia akan tetap

melanggengkan „ashabiyah dalam kepemimpinannya. Namun menurut Ibnu

Khaldun pendekatan „ashabiyah terhadap masalah-masalah keagamaan,

9Sumanto Al Qurtubhy, “Agama, Politik, dan Politik Agama”, artikel diakses pada 12

November 2017 dari http://www.dw.com/id/agama-politik-dan-politik-agama/a-19131469

Page 78: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

63

„ashabiyah bukanlah pendekatan yang tepat. Karena agama jarang menjadi sentral

pemikiran manusia, hal ini memang sedikit membingunngkan, dengan alasan

pendekatan terhadap kehidupan manusia khususnya, „ashabiyah bukanlah mutlak

dari pendekatan keagamaan10

.

c. Ikatan Kelompok

Ikatan berkelompok dalam politik khususnya dalam partai adalah hal yang

penting sebagai faktor berpolitik untuk mengaktualisasikan hak-haknya sebagai

warga negara. Partai politik tidak bisa lepas dari peran warga negara sebagai

pendukungnya. Melalui partai, seorang waga akan melakukan partisipasi politik,

yang mana hal tersebut mencakup semua kegiatan sukarela seseorang dalam

proses pemilihan pemimpin-pemimpin, pembentukan kebijakan publik, memilih

dalam pemilihan umum, dan duduk dalam legislatif dan sebagainya.

Dalam hal ini Partai Golkar merupakan partai yang paling berpengaruh di

Banten baik dalam hal politik dan kekuasaan. Dinasti politik kembali

memperpanjang track record dinasti di Banten dengan terpilihnya anak Ratu Atut

Chosiyah Andhika Hazrumy sebagai wakil Gubernur Banten. Kondisi ini bisa

dilihat dari bagaimana jaringan keluarga Atut menguasai sejumlah wilayah

Banten untuk memenangkan pasangan Wahidin-Andhika. Andhika merupakan

kader partai Golkar yang sangat berpengaruh di Banten, hampir total berada di

genggaman jaringan Atut. Sejumlah tokoh yang bergerliya dan membantu

10

Khoiruddin, “Analisis Teori „Ashabiyah Ibnu Khaldun Sebagai Model Pemberdayaan

Ekonomi Umat”, h. 3. artikel di akses pada tanggal 20 Oktober 2017 dari www.google.co.id

Page 79: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

64

kemenangan pasangan Wahidin-Andhika pada Pilkada lalu, Ketua Dewan

Pimpinan Daerah Golkar Banten yakni Ratu Tatu Chasanah, sementara Partai

Golkar di Tangerang Selatan dipimpin oleh adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany

„Ashabiyah tersebut terdapat pada watak manusia yang dasarnya bisa

bermacam-macam; ikatan darah atau kelompok, tempat tingal berdekatan atau

bertetangga, persekutuan atau aliansi, dan hubungan antara pelindung dan yang

dilindungi. Khusus bangsa Arab menurut Ibnu Khaldun, persamaan suatu

kelompok yang membuat mereka berhasil mendirikan dinasti. Sebab menurutnya

bangsa Arab adalah bangsa yang paling tidak mau tumduk satu sama lain, kasar,

angkuh, ambisius, dan masing-masing ingin menjadi pemimpin. „Ashabiyah yang

ada hanya “ashabiyah kesukuan atau kabilah yang tidak memungkinkan

mendirikan sebuah dinasti karena sifat mereka11

.

Pada dasarnya bentuk persekutuan manusia itu berbeda-beda sesuai

dengan faktor-faktor iklim, geografi, dan ekonomiyang sangat berpengaruh

terhadap tempramen manusia. Kita temukan bahwa penduduk yang tinggal di

kawasan panas, seperti orang-orang Sudan dan Mesir lebih cepat marah, gembira,

dan bingung, berbeda dengan penduduk yang tinggal di iklim yang dingin yang

tampak lebih melankolis dan peka terhadap rasa sedih. Faktor-faktor ekologis ini

dan variasi-variasi temperamental yang dihasilkannya ssangat menentukan bentuk

persekutuan yang dibentuk dan hukum-hukum perkembangannya12

.

11

Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.

1986), h. 151.

12

Madjid Fachry, Sejarah Filsafat Islam Sebuah Peta Kronologis, (Jakarta: Mizan, 2001),

h. 126.

Page 80: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

65

d. Ikatan Kedaulatan

Semenjak H. Chasan membentuk Banten dengan meramgkul Komando

Daerah Militer VI Siliwangi, dan pada akhirnya mendapat banyak keistimewaan

di Kodam VI Siliwangi serta pemerintah Jawa Barat. Berkat jasa dan usahanya

dalam membantu logistik Chasan menjadi orang yang berpengaruh di Banten dan

mendapat banyak proyek besar pemerintah, hingga akhirnya mendirikan

perusahaan sendiri terutama bergerak dibidang konstruksi. Kamar dagang dan

industri (KADIN) di Banten serta sejumlah organisasi bisnis lainnya dia kuasai

secara bertahap dan sistematis dibantu dengan orang-orang terdekat dan secara

kekeluargaan.

Pasca reformasi, Chasan mendukung Banten lepas dari Jawa Barat,

menjadi Provinsi sendiri. Dia membantu gerakan pemekaran di Banten, setelah

Banten resmi menjadi Provinsi, Chasan mendorong keluarga besarnya, termasuk

Atut, aktif berpolitik. Atut menjadi Wakil Gubernur Banten pertama, Oktober

2000. Lima tahun kemudian Oktober 2005 Atut menggantikan Gubernur Bantun

Joko Munandar yang semula ia damping, sebagai pelaksana tugas Gubernur

Banten menyusul kasus korupsi yang menjerat Joko.

Berkat usaha tersebut H. Chaasan mampu membentuk kedaulatan yang

membuat keluarganya mampu membentuk kedaulatan baik dari segi sosial, politik

maupun ekonomi. Dominasi dan kontrol keluarga Chasan Sohib atas Banten

sebenarnya bukan semata-mata fenomena politik mutakhir. Haji Chasan telah

mengendalikan politik Banten bukan hanya setelah daerah ini menjadi provinsi

sendiri yang terpisah dari Jawa Barat, melainkan juga berlangsung sejak era

Page 81: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

66

sistem otoriter Orde Baru. Kendali politik Haji Chasan atas Banten justru

merupakan produk dan warisan Orde Baru yang cenderung memanfaatkan tokoh

dan penguasa lokal seperti ulama dan tokoh adat untuk memenangkan Golkar

dalam pemilu serta melestarikan sistem otoriter.

Faktor-faktor pendukung yang membuat H. Chasan mampu membentuk

kedaulatan meliputi politik partai, birokrasi tata kelola di Banten yang sampai saat

ini cukup memprihatinkan, sumber-sumber ekonomi, menyatukan para ulama dan

jawara.

Berkat bersatunya para ulama dan jawara di Banten H. Chasan bahkan

memiliki organisasi sendiri, seperti Persatuan Pendekar Persilatan Seni dan

Budaya Banten yang di pimpin oleh dirinya sendiri dan Maman Rizal yang

memimpin Tjamande Tari Kolot Kebon Jeruk Hilir.

Faktor kedaulatan yang mendukung hal tersebut disebut dalam buku

muqaddimah Ibnu Khaldun. „Ashabiyah ialah dasar kedaulatan. Ibnu Khaldun

berkata:

ي د ا اأ ي د ق ه ػ غ ت ج ري أ م ك ت ب ان ط ان ت ؼ اف د ان ت ا ح ان ك ات ب ت صب نؼ ا أ

ن إ اع ت ج إ م ىك ف اج ت ح ت ا س ل ا ت ؼ ب انط ب س ىاك ح عاز ى ضؼ ب ػ ى ض ؼ ب ع

Dengan solidaritas sosial suatu kaum dapat manyatukan usaha, keinginan,

dan tujuan yang sama, mampu mempertahankan diri dari ancaman-ancaman

musuh, bahkan mampu mengalahkan lawan jika sudah bersatu. Perlu diketahui

juga bahwa tiap manusia harus memiliki kekuatan, guna dapat mencegah dari hal-

hal yang dapat menghancurkan „ashabiyah.

Page 82: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

67

Ketika solidaritas sosial telah bersatu dan secara pemerintahan telah sah

memiliki jabatan, maka kedaulatan yang didasarkan dengan kedaulatan

merupakan tujuannya, mempertahankan diri, dan dapat mencegah musuh dari

ancaman. Begitu solidaritas sosial memperoleh kedaulatan atas golongannya,

maka ia akan mencari solidaritas sosial golongan lain yang tidak ada hubungan

dengannya. Jika solidaritas sosial itu setara, maka orang-orang yang dibawahnya

akan sebanding. Jika solidaritas sosial dapat menaklukkan solidaritas sosial yang

lain, keduanya akan bercampur dan secara bersamaan menuntun tujuan yang lebih

tinggi dari kedaulatan. Akhirnya, apabila suatu Negara sudah tua umurnya dan

para pembesarnya yang terdiri dari solidaritas sosial yang sudah tidak lagi

mendukungnya, maka solidaritas sosial yang baru akan merebut kedaulatan

Negara. Bisa juga ketika Negara sudah berumur tua, maka butuh solidaritas sosial

yang lain. Dalam situasi demikian, Negara akan memasukkan para pengikut

solidaritas sosial yang kuat kedalam kedaulatannya dan dijadikan sebagai alat

untuk mendukung Negara13

.

13

Ibnu Khaldun, Mukaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.

1986), h. 166-167.

Page 83: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

68

BAB V

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penulis, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Dinasti Politik merupakan gambaran suatu dinasti kerajaan yang di

tenggarai dengan kuatnya ikatan tali persaudaraan atau darah yang

menyebabkan satu sama lain memiliki rasa yang sama, baik dalam urusan

sosial politik maupun ekonomi. Semua tujuan yang ingin di capai suatu

dinasti untuk menaikkan martabat dan keuntungan sebuah keluarga.

2. Terjadinya dinasti politik di Banten karena Kontrol H. Chasan Sochib

dalam pemerintahan di Banten membuat efek di sektor pemerintahan

menguntungkan keluarganya terutama anak perempuannya yakni Ratu

Atut Chasanah yang menjadi Gubernur Banten. Ketika Ratu Atut menjadi

Gubernur, struktur pemerintah di Banten memang semakin banyak yang di

kontrol dan diduduki oleh keluarga besar Ratu Atut.

3. Dinasti Politik yang terjadi di Banten memiliki korelasi atau persamaan

terhadap teori ‘ashabiyyah Ibnu Khaldun. Ikatan darah, kelompok, agama,

dan kedaulatan. Faktor-faktor tersebut dapat menentukkan kemenangan

Page 84: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

69

dan keberlangsungan hidup suatu bangsa, dinasti, dan kerajaan. Tanpa

dibarengi solidaritas sosial, maka keberlangsungan dan eksistensi suatu

dinasti akan sulit terwujud, dan sebaliknya dinasti tersebut berada dalam

dampak disintegrasi menuju pada kehancuran.

B. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Para aktivis yang terdapat di berbagai daerah dan di bantu oleh masyarakat

sekitar, agar lebih bertindak kritis dalam menghadapi fenomena dinasti

politik jika terdapat kesewenang-wenangan dalam memerintah yang dapat

menimbulkan kerugian dan menghilangkan kemakmuran rakyat. Berani

dalam menyampaikan aspirasi dan tidak bungkam ketika di ancam, karena

sejatinya hanya rakyat yang dapat menjatuhkan sistem pemerintahan yang

mulai sewenang-wenang dalam memerintah dan kesenangan untuk diri

sendiri.

2. Bagi para pelaku dinasti politik yang terdapat di berbagai daerah, agar

lebih memaksimalkan kepercayaan rakyat dalam pemerintahan, karena

sesungguhnya ketika rakyat memilih bukan berarti mereka terpaksa, akan

tetapi karena percaya bahwa pemimpin terpilih tersebut mampu mengelola

dan dapat mensejahterakan rakyat. Jangan sampai mengambil kesempatan

yang justru dapat menimbulkan rasa benci dan perpecahan.

Page 85: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

70

3. Bagi para instansi pemerintahan agar dapat mencari solusi yang lebih baik

bagi fenomena dinasti, agar Undang-Undang yang berlaku tidak

bertentangan dengan pedoman hukum yang lain.

Page 86: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

ANATOMI DINASTI POLITIK BANTEN

CHASAN SOCHIB

Pengusaha

Meninggal 30 Juni 2011

Wasiah Samsudin

Isteri Pertama

Ratu Tatu Chasanah Wakil Bupati Serang 2010-2015

Bupati Serang 2015-sekarang

Hikmat Tomet

Suami Atut/Alm

Ketua DPD Partai Golkar

Anggota DPR Periode 2009-2014

Meninggal 9 November 2013

Andiara DPD Banten 2014-

2019

Andika. H Anggota DPR Banten 2014-2019

Wakil Gubernur Banten 2017-2022

Ade Rossi Khoerunnisa

Isteri Andika Wakil Ketua DPRD Prov Banten

2014-2019

Ratu Atut Chosiyah Gubernur banten 2002-2007

Ketua DPP Golkar Bidang

Pemberdayaan Perempuan

Ratu Rapiah Suhaemi

Isteri Kedua

TB. Chairul Jaman

Adik Tiri Ratu Atut Chosiyah

Wakil Walikota Serang 2011-2016

Airin Rachmi Diany

Isteri TB. Chairul Jaman

Walikota TANGSEL 2011-2015 dan

2015-2020

Aden Abd. Khalik

Suami Ratu Lilis K Anggota DPRD Banten

Ratu Lilis Karyawati

Adik TB. Choirul Jaman

Heriyani

Isteri Kelima

Wakil Bupati Pandeglang

2011-2016

Ratna Komalasari

Isteri Keenam Anggota DPRD Serang

2009-2014

Page 87: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Ali, Fuad dan Ali Wardi. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1989.

Antonius, Bungaran Simanjuntak. Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia:

Merangkai Sejarah Politik Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2013.

Baliby, Osman. Ibnu Khaldun “Tentang Masyarakat dan Negara”. Jakarta:. Tanpa

penerbit, 1965.

Bathoro, Alim, “Perangkap Dinasti Politik Dalam Konsolidasi Demokrasi”. Jakarta:

Tim Pengelola Jurnal Perbatasan Fisip Umrah, 2008).

Dodi, Achmad. Demokrasi Lokal: Evaluasi Pemilukada di Indonesia. Jakarta:

Konstitusi Press. 2012.

Fachry, Madjid, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, Jakarta: Mizan,

2001.

Hollyson MZ, Rahmat & Sri Sundari: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.

Jakarta: Bestari. 2015.

Ikbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa

Klasik hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2013.

Page 88: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

72

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah: Pilihan Dari Karangan

Muqaddimah Ibn Khaldun Dari Tunis 1332-1406. Jakarta: Tintamas 1976.

Ka’bah, Rifyal, Politik dan Hukum Dalam Al Qur‟an Jakarta: Khairul Bayan. 2005.

Kencana, Inu, Syafi’ie, “Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur‟an” Jakarta: Bumi Aksara:

1995.

Khaldun, Ibnu, Muqaddimah, Penerjemah Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus.

1986.

Riewanto, Agus. Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropeksi Pemilu 2004 Menuju

Agenda Pemilu 2009. Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya. 2007

Sholahuddin, Asep. “Pemikiran Etika Politik Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Khaldun”.

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia”. Skripsi S 1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2014.

Syadzali, Munawwir, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. UI-

Press: Jakarta 1993.

Syamsuddin, Haris. Partai Pemilu dan Parlemen: Era Reformasi. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2014.

B. Sumber Lain

Agustina, Siska. “Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia”, artikel di akses

pada 17 Januari 2017 dari http://www.academia.edu/4728435

Page 89: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

73

Akbar, Zulfikar. 2013. “Fakta-Fakta Seputar Kekayaan Dinasti Atut”. Artikel di

akses pada 13 Februari 2017 dari kompasiana.com/soefi/fakta-fakta-seputar-

kekayaan-dinasti-atut

Al Fadhil, “Menyapu Debu-Debu „Ashabiyah”, artikel diakses pada 20 Oktober 2017

dari https://www.google.cp.id/amp/s/alfadhil.wordpress.com.

Khoiruddin, Skripsi. “Analisis Teori „Ashabiyah Ibnu Khaldun Sebagai Model

Pemberdayaan Ekonomi Umat”, artikel di akses pada tanggal 20 Oktober

2017 dari www.google.co.id

Fauzan, Ivan. 2012. “Buku Ajar III Bangsa, Budaya, dan Lingkungan Hidup di

Indonesia”. Jakarta: Balai Penerbit, tanpa tahun. Artikel diakses pada 17

Desember 2017 dari https://id.scribd.com/mobile/doc/

Halwany, “Peran Kyai dan Jawara di Banten”. Perpustakaan Halwany: 2010.

Artikel di akses pada 20 februari 2017 dari

https://humaspdg.wordpress.com/2010/04/11/peran-jawara-dan-kyai-dibanten/

https://kabarnet.in/2013/10/14/inilah-harta-karun-dan-dinasti-ratu-atut-chosiyah

https://bantenbangkit.com/optimisme-pertumbuhan -ekonomi-banten/

Hidayatillah, Taufiq, “Ibnu Khaldun, Konsep Ashabiyah Dan Teori Siklus

Pemerintahan”, artikel diakses pada 19 Oktober 2017 dari

https://archivehidayatillah.wordpress.com/2012/01/28/ibnu-khaldun-konsep-

ashabiyah-dan-teori-siklus-pemerintahan/

Junita, Nancy. “Tahun 2017 Ekonomi Banten Dipatok Tumbuh 5,2%-5,5%”. Artikel

di akses pada 20 februari 2017 dari m.bisnis.com/Jakarta/read/

Page 90: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

74

Maulani, Achmad. “Dinasti Politik dan Banalitas Korupsi” Kompas: 8 Februari

2017.

Muhammad, Rio. 2013. Chasan Sochib: The Banten‟s God father. Artikel di akses

pada 21 januari2107darihttp://m.voaislam.com/news/intelligent

Marzuki, Ahmad. Harapan Masyarakat Banten: “Refornasi Birokrasi Negara

Jawara untuk Mencapai Sebuah Cita-cita”. Artikel diakses pada tanggal 20

Februari 2017 dari http://m.kompasiana.co/ahmadmarzuki

Sumber: Dokumen RPJM Provinsi Banten Tahun 2007-2012. Artikel di akses pada

20 Februari 2017 dari bantenprov.go.id/read/perekonomian-daerah.html.

Supriyanto, Agung. “Ini Jumlah Kekayaan Airin Sekarang”. Artikel di akses pada 16

Februari 2017 dari http://nasional.republika.co.id

Sutisna, Agus, Jurnal. “Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era

Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah”, artikel di akses pada 19

Oktober 2017 dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI.

Stefanie, Christie dan Anggi Kusumadewi. 2015 “Riwayat Tanah Banten di Bawah

Kaki Dinasti Atut”, artikel diakses pada 20 Januari 2017 dari

http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-

banten-di-bawah-kaki-dinasti-atut.

Utama, Abraham 2015. MK Anulir Larangan Dinasti Politik di Pilkada, Artikel

diakses pada 20 Januari 2017 dari https://www.cnnindonesia.com/politik

Wirawan, Jerome. 2015 “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. Artikel di akses

pada 17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia

Page 91: DINASTI POLITIK: PERSFEKTIF TEORI POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Contoh: Δϴϣلاγلأ ΔόϣΎΠϟ ditulis al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah. Catatan: ketentuan

75

C. Peraturan Perundang-Undangan

Pasal 7 huruf r UU Nomor 8 Tahun 2015

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang Pasal Satu (1)

Undang-Undang Nomor 32 Pasal Satu Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-

Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 1999

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu yang

diubah Menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011