RESIKO KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA PENGIDAP PENYAKIT DIABETES

25
RESIKO KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA PENGIDAP PENYAKIT DIABETES Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah bahasa Indonesia disusun oleh : Desi Tresnawati P3.73.24.1.13.055 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III JURUSAN KEBIDANAN

description

RESIKO KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA PENGIDAP PENYAKIT DIABETES

Transcript of RESIKO KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA PENGIDAP PENYAKIT DIABETES

RESIKO KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA PENGIDAP PENYAKIT DIABETESMakalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah bahasa Indonesia

disusun oleh :Desi TresnawatiP3.73.24.1.13.055

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA IIIJURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI KEBIDANAN HARAPAN KITATAHUN 2013Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai Resiko Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah pada Pengidap Penyakit Diabetes.Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengharap pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

Daftar isiKata pengantar.........................................................................................................................2Daftar isi..................................................................................................................................3Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................................41.1 Latar belakang.............................................................................................................4Bab 2 Pembahasan..................................................................................................................52.1Resiko kelahiran bayi berat lahir rendah.....................................................................52.1.1 Pengertian Kelahiran............................................................................................52.1.2 Bentuk-bentuk persalinan.....................................................................................72.1.3 Pengertian Bayi berat lahir rendah... ...................................................................72.1.4 Macam-macam bayi berat lahir rendah...............................................................82.2 Penyakit Diabetes.........................................................................................................92.2.1 Pengertian Diabetes Millitius...............................................................................92.2.2 Etiologi................................................................................................................122.2.3 Klasifikasi diabetes militus gastasional.............................................................132.2.4 Pathofisiologi.......................................................................................................14Bab 3 Penutup........................................................................................................................153.1 Kesimpulan.................................................................................................................153.2 Saran............................................................................................................................15Daftar Pustaka........................................................................................................................16

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65 % dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6 % dan sekitar 40-60 % wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (PP). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg %. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg % berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg % belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg % maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa, 25 % kemungkinan akan berkembang menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan.Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 % ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali.Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetes. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.

BAB 2PEMBAHASAN2.1 Resiko Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah2.1.1 Pengertian KelahiranKelahiran secara definitif telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Berikut ini adalah definisi kelahiran yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu. Kelahiran normal WHO adalah kelahiran yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepada pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.. Kelahiran juga Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain tanpa bantuan kekuatan sendiri (Manuaba, 1998: 134).

Istilah kelahiran dapat didefinisikan sebagai Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin(Sarwono, 1999: 1000).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.

2.1.2 Bentuk-Bentuk PersalinanAda beberapa bentuk-bentuk persalinan ada persalinan spontan, persalinan bantuan, persalinan anjuran yaitu sebagai berikut.a) Persalinan spontan Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.b) Persalinan BantuanProses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau dilakukan operasi seksio caesaria.c) Persalinan AnjuranPada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk hidup di luar, tetapi sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

2.1.3 Pengertian Bayi Berat Lahir RendahBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) secara definitif telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Berikut ini adalah definisi BBLR yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: BBLR didefinisikan oleh International classification of Diseases dari World Health Organisation (WHO), sebagai kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). WHO menyebutkan bahwa semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut low birth weight infants atau disebut dengan BBLR (Surasmi, 2003).BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa memperhatikan umur kehamilan ( Mansjoer, 2003 : 326 ).BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterin yang kurang dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956: 172)Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan badan kurang dari 2500 gram yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup atau kombinasi dari keduanya (Manuaba, 2001).Dari beberapa definisi Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) tersebut dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu ataupun sudah cukup bulan, berat kurang dari 2500 gram atau karena kombinasi dari keduanya.2.1.4 Macam- macam Bayi Baru Lahir RendahBerkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah (BBLR) dibedakan dalam; bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram (Saifudin, 2001). BBLR mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Penilaian dilakukan dengan cara menimbang berat bayi baru lahir dan sesuai dengan beratnya, maka bayi akan digolongkan dalam BBLR, BBLSR, BBLER (Sarwono,2000). Dilihat dari umur Kehamilan BBLR juga dikategorikan menjadi dua yaitu (Mochtar, 1998).1. Prematuritas murniPremuturitas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).Mempunyai ciri-ciri antara lain: berat badan kurang dari 2500gram, PB 45cm, LK kurang dari 33 cm, LD kurang 30 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin, kepala lebih besar dari badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun- ubun dan sutura lebar, rambut tipis, halus, tulang rawan dan daun telinga immature, putting susu belum terbentuk dengan baik, pembuluh darah kulit banyak terlihat, Peristaltik usus dapat terlihat, genetalia belum sempurna, Labia minora belum tertutup oleh labia mayora (wanita), testis belum turun (laki-laki), bayi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, otot masih hipotonik, banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonikneck lemah, reflek menghisap dan menelan belum sempurna.Penyakit yang berhubungan dengan BBLR: sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin), pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan), hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang, dan hipotermia (Sarwono, 2000 ).2. DismaturitasDismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).Pada BBLR mempunyai ciri sama dengan prematuritas murni. Pada dismatur mempunyai ciri antara lain: kulit pucat/bernoda, mekonium kering, keriput, tipis, vernix caseosa tipis tidak ada, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat brwarna kuning kecoklatan. Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan) mungkin juga dismatur (cukup bulan).Sedangkan penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas antara lain: sindrom aspirasi mekonium, Hipoglikemia, Hiperbilirubinemi, Hipotermi (Sarwono,2000). Oleh karena itu bayi berat lahir rendah merupakan bayi dengan resiko tinggi karena angka kematian dan angka kesakitan BBLR sangat tinggi.

2.2 Penyakit Diabetes2.2.1 Pengertian Diabetes Melitius

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian mengenai Diabetes Melitus oleh beberara ahli, yaitu.Diabetes melitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan, dan obat-obatan (Carpenito, 1999 : 143). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikroaskuler dan neurologis (Long, 1996)Diabetes melitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin (Tucker et all, 1992 : 401). Dapat diartikan Dibetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 1992 : 1111).Berdasarkan pengertian di atas, dapat menarik kesimpulan bahwa diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.2.2.2 EtiologiEtiologi Diabetes Melitus menurutKapita Selekta Jilid III, 2006,Yaitu.1. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.2. GenetikDiabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like episode. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.3. Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulinInfeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.4. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.5. Obat-obatan.Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kosong harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.6. Wanita obesitasDiabetes Melitus (DM ) bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

2.2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional

Ada beberapa klasifikasi Diabetes melitus ada Diabetes melitus tipe I, Diabetes melitius tipe II, Diabetes melitius gestasional, yaitu sebagai berikut.

a. Diabetes Melitus Tipe I ( Diabetes Melitus Dependent Insulin/DMDI )

Diabetes melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolut insulin, biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk dan berusia kurang dari 30 tahun . Diabetes tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Individu yang peka secara genetik tampaknya memberikan respon dengan memproduksi antibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa. Juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi-antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel-sel beta. Mungkin juga bahwa para individu yang mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pankreas mereka dengan virus atau obat tertentu, sehingga sistem imun gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas adalah diri atau self (Corwin, 1996 : 543 ).

b. Diabetes Melitus Tipe II (Diabetes Melitus Non Dependent Insulin/DMNDI) DM tipe II tampaknya berkaitan dengan kegemukkan. Selain itu, pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini, cukup kuat. Mungkin pula bahwa individu yang menderita diabetes tipe II menghasilkan antibodi insulin yang berikatan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa.Individu yang mengidap diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi kelambatan dalam ekskresi setelah makan dan berkurangnya jumlah insulin yang dikeluarkan. Hal ini cenderung semakin parah seiring dengan pertambahan usia pasien. Sel-sel tubuh, terutama sel otot dan adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang terdapat dalam darah.Pembawa glukosa tidak secara adekuat dirangsang dan kadar glukosa darah meningkat. Hati kemudian melakukan glukoneogenesis, serta terjadi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar alternatif. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energi efektif.

c. Diabetes GestasionalDiabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50 % wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke stastu nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon plasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:.1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

2.2.4 Pathofisiologi Pada Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) terjadi suatu keadaan di mana jumlah atau fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah.Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik, misalnya hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanDiabetes mellitus gestasional (DMG) merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil, dikatakan DMG jika ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan DM, dan selama kehamilan GDS > 200mg/dl, glukosa darah puasa > 105 mg/dl, kadar glukosa 2 jam setelah makan > 120mg/dl, dan HbA1c > 6%.DMG dapat menyebabkan komplikasi pada maternal yaitu infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, pre-eklamsi, sampai kematian ibu, pada janin dapat menyebabkan abortus spontan, kelainan congenital, infusiensi plasenta, hipoglikemia, hipomagnesemia, syndrome gawat nafas, dan lain-lain.Penatalaksanaan pada kasus DMG, dengan menganjurkan ibu hamil diet dan berolahraga agar tidak terjadi penupukan glukosa dalam darah, dan kabohidrat diubah menjadi energy, ibu dapat menghindari makan maupun minuman yang manis atau mengandung glukosa berlebih.

4.2 Saran

Bagi ibu hamil sebaiknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar, menghindari makanan dan minuman yang mengandung glukosa yang berlebih, serta selalu rajin untuk kontrol gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan penanganan dari petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC

Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Retno, A.Murti suryaningsih dan Ery Fatmawati. 2011. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakara: Pustaka Pelajar

Varney, Helen, Kriebs, Jan M, Gegor, Carolyn L.2006. Buku ajar asuhan kebidana Edisi 4,Jakarta : EGC

Fraser, Diane M., Cooper, Margaret A. 2009.Buku ajar bidan Myles, Edisi 14,Jakarta : EGC

Cunningham, F. Gary, Gant, Norman F, Leveno, Kenneth J, Gilstrap III, LarryC.Hauth, John Wenstrom, Katharine D. 2005.Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC

.

2