Refreshing

32
Refreshing Sumbatan Hidung FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA STASE KEPANITERAAN KLINIK THT RSU BANJAR 2015 Pembimbing : dr. Rini Febrianti, Sp. THT-KL Disusun oleh : Richky Nurhakim NIM : 2010730091

description

refreshing

Transcript of Refreshing

Page 1: Refreshing

Refreshing Sumbatan Hidung

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

STASE KEPANITERAAN KLINIK THT RSU BANJAR2015

Pembimbing : dr. Rini Febrianti, Sp. THT-KL

Disusun oleh : Richky Nurhakim NIM : 2010730091

Page 2: Refreshing

Hidung Anatomi Hidung Bagian Luar

Root of nose

Dorsum nasi

Hip of nose

Philtrum

Ala nasi

Septum nasi

Nares anterior

Page 3: Refreshing

• Anatomi Kerangka Tidur

Page 4: Refreshing

Anatomi dinding lateral rongga hidur.

Page 5: Refreshing

Kompleks Ostiomeatal (KOM)

Kompleks ostiomeatal merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirase. Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus seminularis, bula etmoid, agger nasi dan resesus frontal

KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya dianterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.1

Page 6: Refreshing

Pendarahan hidung

• Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmika dari a.karotis interna

• Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksilaris interna, diantaranya ialah a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.

• Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.facialis

Page 7: Refreshing

Lanjutan ...

• Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arteri. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial

Page 8: Refreshing

Persarafan hidung

• Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dan n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N. V-1).

• Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatina.1

• Fungsi penghidu berasal dari n.olfaktorius. saraf ini turun melalui lamina kribrisa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung

Page 9: Refreshing

Mukosa hidung 1. Mukosa pernapasan (mukosa respiratori) Terdapat pada sebagian rongga hidung dan permukaan dilapisi oleh epitel toraks berlapis semu yang mempunyai silia (cilliated pseudostratified collumner epithelium dan diantaranya ada sel-sel goblet.

2. Mukosa penghidu (mukosa olfaktorius) Terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel toraks berlapis semu tidak bersilia (pseudostratified collumner non cilliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidung berwarna coklat kekuningan.

Page 10: Refreshing

Fisiologi hidung

• Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :1

• Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal.

• Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu.

Page 11: Refreshing

Lanjutan ...• Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,

membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.

• Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas.

• Refleks nasal mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Page 12: Refreshing

Polip Hidung

Massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.1

Etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.

Page 13: Refreshing

Makroskopik

• Polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin

• Berbentuk bulat atau lonjong• Berwarna putih keabu-abuan• Agak bening • Lobular • Tunggal atau multipel • Tidak sensitif (bila

ditekan/ditusuk tidak terasa sakit)

Mikroskopik

• Epitel bertingkat semu besilia dengan submukosa yang sembab

• Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag

• Mukosa mengandung sel-sel goblet

• Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit

Page 14: Refreshing

Diagnosis Polip

Anamnesis

• Keluhan utama hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai berat

• rinore mulai yang jernih samapi purulen

• hiposmia atau anosmia.• Disertai bersin-bersin• rasa nyeri pada hidung disertai sakit

kepala di daerah frontal• Bila disertai infeksi sekunder

mungkin didapat post nasal drip dan rinore purulen

• Gejala sekunder yang dapat timbul ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Pemeriksaan fisik

• Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena plebaran batang hidung.

• Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakan.

Page 15: Refreshing

Kelainan septum

Kelainan septum

Deviasi septum

Abses septum

Hematoma septum

Page 16: Refreshing

Deviasi septum

Bentuk septum normal ialah lurus ditengah rongga hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung dan meyebabkan komplikasi.

Page 17: Refreshing

Etiologi

• Penyebab deviasi septum nasi yang tersering adalah trauma.• Trauma yang terjadi dapat berupa fraktur fasial, fraktur nasal,

fraktur septum, atau akibat trauma saat lahir.• ketidakseimbangan pertumbuhan. • Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, sedangkan batas

superior dan inferior telah menetap, sehingga terjadilah pada septum nasi.

Page 18: Refreshing

Jin RH dkk membagi deviasi septum berdasarkan berat atau ringannya keluhan yaitu

• Ringan : deviasi kurang dari setengah rongga hidung dan belum ada bagian septum yang menyentuh dinding lateral hidung

• Sedang : deviasi kurang dari setengah rongga hidung tetapi ada sedikit bagian septum yang menyentuh dinding lateral hidung

• Berat : deviasi septum sebagian besar sudah menyentuh dinding lateral hidung

Page 19: Refreshing

Gejala klinik

• Keluhan yang paling sering pada deviasi septum ialah sumbatan hidung, baik unilateral maupun bilateral, hal ini dikarenakan pada sisi deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan pada sisi sebelahnya terjadi konka yang hipertrofi sebagai akibat kompensasi.

• Keluhan lainnya berupa rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata. Selain dari itu penciuman bisa terganggu, apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.

Page 20: Refreshing

Pemeriksaan fisik

• Deviasi septum nasi dapat terlihat dengan mudah pada pemeriksaan rinoskopi anterior. Pemeriksaan nasoendoskopi dilakukan bila memungkinkan untuk menilai deviasi septum bagian posterior atau untuk melihat robekan mukosa

Page 21: Refreshing

Hematoma septum

• Sebagai akibat trauma, pembuluh darah submukosa akan pecah dan darah akan berkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan septum, dan membentuk hematoma pada septum.

Page 22: Refreshing

Gejala klinik

• Gejala yang menonjol pada hematoma septum ialah sumbatan hidung dan rasa nyeri.

• Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan unilateral atau bilateral pada septum bagian depan, bentuk bulat, licin, dan berwarna merah. Pembengkakan dapat meluas sampai ke dinding lateral hidung, sehingga menyebabkan obstruksi total.

Page 23: Refreshing

Abses septum

• Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang kadang-kadang tidak disadari oleh pasien. Seringkali didahului oleh hematoma septum kemudian terinfeksi kuman dan menjadi abses.

Page 24: Refreshing

Gejala • Hidung tersumbat progresif

disertai dengan rasa nyeri berat, terutama terasa dipuncak hidung. Terdapat keluhan demam dan sakit kepala.

Pemeriksaan

• Pemeriksaan lebih baik tanpa menggunakan spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin.

Page 25: Refreshing

Rinitis alergi

Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E.

Page 26: Refreshing

Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :1

• Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

• Persisten/menetap ; bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.

Page 27: Refreshing

Sedangkan untuk derajat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibaggi menjadi :1

• Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

• Sedang-berat : bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

Page 28: Refreshing

Anamnesis

• Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process).

• Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.

Page 29: Refreshing

Pemeriksaan klinik • Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah,

berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner.

Page 30: Refreshing

Rinitis vasomotor

Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang di diagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid) dan pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-blocker, aspirin, klorpromazin, dan obat topikal hidung dekongestan).

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan rinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol (hipertrofi).

Page 31: Refreshing

Daftar Pustaka

1. Soepardi E., Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi ke Tujuh. 2014. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. Budiman BJ, Asyari A. Pengukuran Sumbatan Hidung pada Deviasi Septum Nasi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012.

3. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid I Edisi 22 hlm. 086, 088. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5,.

4. Jin RH, Lee YJ. New description method and classification system for septal deviation. J Rhinol 2007; 14(1):27-31.

Page 32: Refreshing

Terima Kasih