Refrat Compartemen Syndrom
Transcript of Refrat Compartemen Syndrom
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
1/14
BAB I: PENDAHULUAN
Sindroma kompartemen (CS) adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh
dan jiwa ; yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup,
mengalami penurunan. Secara tegas, saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuhakan mengalami nekrosis jaringan ; gangguan fungsi yang permanen dan jika semakin berat ;
dapat terjadi gagal ginjal dan kematian
Konsekuensi dari terlewatnya pemeriksaan dapat meningkatkan tekanan
intrakompartemen yang dijelaskan secara lengkap oleh Richard Von Volkman. Pada tahun
1872, beliau mempublikasikan mengenai fraktur suprakondilar akan diikuti oleh trauma pada
syaraf dan kontraktur akibat kompartemen sindrom. Trauma tersebut dikenal sebagai
kontraktur Volkmann.
Walaupun fraktur pada tulang panjang merupakan penyebab tersering dari
kompartemen sindrom, trauma lainnya juga dapat menjadi penyebabnya. Secara anatomik,
sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak. Lokasi yang dapat mengalami
sindrom kompartemen telah ditemukan di : tangan, lengan bawah, lengan atas, perut, pantat,dan seluruh ekstremitas bawah. Hampir semua cedera dapat menyebabkan sindrom ini,
Penyebab sindroma kompartemen beragam dan termasuk, jika tidak dibatasi, fraktur terbuka
dan fraktur tertutup, cedera arteri, luka tembak, gigitan ular, kompresi tungkai, dan luka
bakar, termasuk cedera akibat olahraga berat. Hal yang paling penting dokter didesak untuk
selalu waspada ketika berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas.
Pengenalan dan pengobatan dini sindroma kompartemen penting pada pasien trauma
untuk mencegah kematian, amputasi dini, dan disfungsi tungkai. Kegagalan mendiagnosa dan
menangani sindroma kompartemen pada pasien trauma mengakibatkan sejumlah kasus
morbiditas yang sebenarnya dapat dicegah.(1,7)
1
http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2009/12/compartment-syndrome.jpg -
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
2/14
BAB II: PEMBAHASAN
A. Definisi
Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial yang tertutup.
Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, saraf dan pembuluh
darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-otot individual yang dibungkus oleh
epimisium. (1)
Sindroma Kompartemen adalah masalah medis akut yang menyertai cedera,
pembedahan atau pada kebanyakan kasus penggunaan otot yang berulang dan meluas, yang
mana meningkatkan tekanan (biasanya disebabkan oleh radang) dalam ruang yang tertutup
(kompartemen fascia) pada tubuh dengan suplai darah yang tidak memadai. Tanpa terapi
bedah yang tepat, hal ini mungkin menyebabkan kerusakan saraf dan kematian otot. Kondisi
ini paling sering terlihat pada kompartemen anterior dan posterior pada kaki. (2,10)
Berdasarkan letaknya komparteman terdiri dari beberapa macam, antara lain:
1. Anggota gerak atasa. Lengan atas : Terdapat kompartemen anterior dan posterior
b. Lengan bawah : Terdapat tiga kompartemen,yaitu: flexor superficial, fleksor
profundus, dan ekstensor
2. Anggota gerak bawah
a. Tungkai atas: Terdapat tiga kompartemen, yaitu: anterior, medial, dan posterior
b. Tungkai bawah
Terdapat empat kompartemen, yaitu: kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial,
posterior profundus
Sindroma kompartemen yang paling sering terjadi adalah pada daerah tungkai bawah
(yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior superficial, dan posterior profundus) serta
lengan atas (kompartemen volar dan dorsal) (1)
B. Anatomi
Kompartemen adalah merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang,
interosseus membran, dan fascia, yang melibatkan jaringan otot, syaraf dan pembuluh darah.
Otot mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia, dimana fascia ini melindungi semua
serabut otot dalam satu kelompok. Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di
anggota gerak.
Terletak di lengan atas (kompartemen anterior dan posterior), dilengan bawah (yaitu
kompartemen flexor superficial, fleksor profundus, dan kompartemen ekstensor). Di anggota
gerak bawah, terdapat : tiga kompartemen ditungkai atas (kompartemen anterior, medial, dankompartemen posterior), empat ditungkai bawah (kompartemen anterior, lateral, posterior
superfisial, posterior profundus). Sindrom kompartemen yang paling sering di daerah tungkai
bawah (yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior superficial, dan posterior profundus)
serta lengan atas (kompartemen volar dan dorsal).
2
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
3/14
3
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
4/14
Setiap kompartemen pada tungkai bawah memiliki satu nervus mayor. Kompartemen
anterior memiliki nervus peroneus profundus, kompartemen lateral memiliki nervus peroneus
superficial, kompartemen posterior profunda memiliki nervus tibialis posterior dan
kompartemen posterior superficial memiliki nervus suralis. Ketika tekanan kompartemen
meningkat, suplai vaskuler ke nervus akan terpengaruh menyebabkan timbulnya paresthesia.
(9)
C. Etiologi
Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang
kemudian memicu timbulnya sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
1. Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
Penutupan defek fascia
Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal
Balutan yang terlalu ketat
Berbaring di atas lengan Gips
3. Peningkatan tekanan pada struktur komparteman
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain:
Pendarahan atau Trauma vaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Penggunaan otot yang berlebihan
Luka bakar
Operasi
Gigitan ular
Obstruksi vena sindroma nefrotik
infus yang infiltrasi
hipertrofi otot
Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera/
trauma, dimana 45% kasus akibat fraktur, 80% terjadi di pada ekstremitas bawah Karena
jaringan ikat yang mengikat kompartemen tidak meregang, sejumlah kecil perdarahan pada
kompartemen, atau pembengkakan otot dalam kompartemen dapat menyebabkan tekanan
didalamnya meningkat dengan pesat. Penyebab umum dari sindroma kompartemen termasuk
fraktur tibia atau fraktr lengan bawah, iskemik-reperfusi yang disebabkan cedera, perdarahan,
kebocoran vaskuler, injeksi obat intravena, balutan, kompresi pada tungkai yang lama, crush
injury dan luka bakar. Penyebab lain yang mungkin dapat dari penggunaan kreatin
monohidrat. Riwayat penggunaan kreatin berhubungan dengan kondisi ini. (2,8)
Berdasarkan lamanya gejala yaitu akut dan kronik. Penyebab umum terjadinya
sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan
luka bakar. Sedangkan sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan
aktivitas yang berulang-ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, pemain sepak bola
dan militer.(9)
D. Frekuensi
1. Mortalitas/ Morbiditas
Kompartemen sindrom tergantung dari dua hal :- Diagnosis , dan
4
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
5/14
- Waktu antara terjadinya cidera sampai dilakukan penangan Rorabeck dan Macnab
melaporkan keberhasilam dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian study kasus oleh McQueen, sindrom kompartemen didiagnosa lebih
sering pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan kebanyakan pasien traumaadalah laku-laki. (8)
E. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal
yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan
nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan ini disebabkan oleh
terisinya cairan ke dalam kompartemen (fascia), dan tidak diikuti oleh pertambahan
luas/volume kompartemen itu sendiri. Cairan tersebut dapat berupa darah atau edema yang
disebabkan oleh fraktur. Dengan meningkatnya tekanan intrakompartemen (interstitial) yang
melampaui tekanan perfusi kapiler (pembuluh darah), akan menyebabkan aliran darah yangseyogyanya mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi tidak adekuat (kolaps). Hal ini
menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus
menerus menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak
ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam
kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Metsen
mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena meningkat.
Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran
oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale), yang menyebabkan
edema sehingga tekanan intrakompartemen tersebut akan semakin meningkat. Jika hal ini
terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan
ireversibel komponen tersebut. Bila hal ini tidak diatasi, maka iskemia yang terjadi akan
menimbulkan kematian jaringan dan nekrosis, yang pada akhirnya dapat mengancam nyawa.
Tekanan jaringan lebih besar dari tekanan kapiler; biasanya terlihat pada > 30 mmHg tekanan
intra-kompartemen. Waktu iskemik: nervus < 4 jam, otot < 4 jam; beberapa mengatakan
sampai 6 jam. (1,3,5,7)
Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom yaitu, antara
lain:
a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen
b. Theori of critical closing pressure.
Hal ini disebabkam oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekananmural arteriol yang tinggi. Tekanan trans mural secara signifikan berbeda ( tekanan
arteriol-tekanan jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. Bila
tekanan tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol menurun maka tidak ada
lagi perbedaan tekanan. Kondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical
closing pressure. Akibat selanjutnya adalah arteriol akan menutup.
c. Tipisnya dinding vena
Karena dinding vena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan
vena maka ia akan kolaps. Akan tetapi bila kemudian darah mengalir secara kontinyu
dari kapiler maka, tekanan vena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan
sehingga drainase vena terbentuk kembali
5
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
6/14
McQueen dan Court-Brown berpendapat bahwa perbedaan tekanan diastolik dan
tekanan kompartemen yang kurang dari 30 mmHg mempunyai korelasi klinis dengan
sindrom kompartemen.
Patogenesis dari sindroma kompartemen) kronik telah digambarkan oleh Reneman.
Otot dapat membesar sekitar 20% selama latihan dan akan menambah peningkatan sementara
dalam tekanan intra kompartemen. Kontraksi otot berulang dapat meningkatkan tekananintamuskular pada batas dimana dapat terjadi iskemia berulang.
Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan antara kontraksi yang terus
menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebagaimana terjadinya kenaikan
tekanan, aliran arteri selama relaksasi otot semakin menurun, dan pasien akan mengalami
kram otot. Kompartemen anterior dan lateral dari tungkai bagian bawah biasanya yang kena.
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri) : nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena,
ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.
Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-
anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak daribiasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan
sering.
2. Pallor(pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis : Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut
dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena kompartemen sindrom.
Sedangkan pada kompartemen syndrome akan timbul beberapa gejala khas, antara lain:
1. Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah berlari atau
beraktivitas selama 20 menit.
2. Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit.3. Terjadi kelemahan atau atrofi otot.
6
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
7/14
4. nyeri bertambah dan khususnya meningkat dengan gerakan pasif yang meregangkan
otot.
5. Menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang melewati kompartemen
tersebut.
6. Pemeriksaan fisik: bukti ketegangan kompartemen, menurunnya perfusi (pengisian
kembali kapiler, nyeri) dan kehilangan fungsi jaringan (mati rasa dan lemah; nervusdan otot terlibat pada kompartemen yang terinfeksi). (1,6,7,10,11)
G. Penegakan Diagnosa
Sindroma kompartemen klasik:
Misal : sekunder akibat luka bakar, pembengkakan jaringan lunak, balutan ketat,
iskemis reperfusi, kompresi berkepanjangan, infiltrasi intravena, perdarahan, cedera
vaskuler, kejang, dan trauma.
Kenali 6 P: Pain (nyeri), Pallor (pucat), Pulselessness (tidak ada pulsasi), Parasthesia
(tidak ada rasa), Paralysis (lumpuh) dan Poikilothermic (1)
Iskemia dan nekrosis dapat muncul bahkan jika masih terdapat pulsasi.
Nervus sensorik yang lebih dulu terkena, diikuti oleh motorik. Waktu: gejala dapat muncul dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah cedera.
Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan diagnosa kompartemen
syndrome dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen. Pengukuran intra
kompartemen ini diperlukan pada pasien-pasien yang tidak sadar, pasien yang tidak
kooperatif, seperti anak-anak, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien-pasien dengan
multiple trauma seperti trauma kepala, medulla spinalis atau trauma saraf perifer.
Tekanan kompartemen normalnya adalah 0. Perfusi yang tidak adekuat dan iskemia relative
ketika tekanan meningkat antara 10-30 mmHg dari tekanan diastolic. Tidak ada perfusi yang
efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastoli.
Prosedur pengukuran tekanan kompartemen antara lain :
a. Teknik pengukuran langsung dengan teknik injeksi
Teknik adalah criteria dignostik standard seharusnya menjadi prioritas utama jika
diagnosis masih penuh tanda tanya. Tonometer tekanan stryker banyak digunakan
untuk mengukur tekanan jaringan yang tidak membutuhkan alat khusus. Alat yang
dibutuhkan spoit 20 cc, three way tap, tabung intra vena, normal saline sterile,
manometer air raksa untuk mengukur tekanan darah. Pertama, atur spoit dengan
plunger pada posisi 15 cc. Tandai saline sampai mengisi setengah tabung , tutup three
way tap tahan normal saline dalam tabung. Kedua, anestesi local pada kulit, tapi tidak
sampai menginfiltrasi otot. Masukkan jarum 18 kedalam otot yang diperiksa,hubungkan tabung dengan manometer air raksa dan buka three way tap. Ketiga,
Dorong plunger dan tekanan akan meningkat secara lambat. Baca manometer air
raksa. Saat tekanan kompartemen tinggi, tekanan air raksa akan naik
b. Teknik Wick kateter
Teknik menggunakannya adalah:
1. Pertama, masukkan kateter dengan jarum ke dalam otot
2. Kedua, tarik jarum dan masukkan kateter wick melalui sarung plastic
3. Ketiga, balut wick kateter ke kulit, dan dorong sarung plastik kembali, isi system
dengan normal saline yang mengandung heparine dan ukur tekanan kompartemen
dengan transducer recorder. Periksa ulang patensi kateter dengan tangan menekan
pada otot. Hilangkan semua tekanan external pada otot yang diperiksa dan ukurtekanan kompartemen, jika tekanan mencapai 30 mmHg, indikasi fasciotomi.
7
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
8/14
Tekanan arteri rata-rata yang normal pada kompartemen otot adalah 8,5+6
mmHg. Selama tekanan pada salah satu kompartemen kurang dari 30 mmHg (tekanan
pengisian kapiler diastolic), kita tidak perlu khawatir tentang sindroma kompartemen.
Tekanan lebih dari 10 mmHg dalam kompartemen yang baru bisa menimbulkan
sindroma kompartemen, dan berarti memerlukan terapi yang segera.
H. Diagnosis Banding
- Selulitis
- Coelenterate dan Jellyfish Envenomations
- Deep Venous Trombosis dan Thrombophlebitis
- Gas Ganggrene
- Necrotizing Fasciitis
- Peripheral Vascular Injuries
- Rhabdomyolis
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium2. Imaging.
3. Rontgen
4. USG (8)
J. Penanganan
Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi.
Tindakan nonoperatif tertentu mungkin bisa berhasil, seperti menghilangkan selubung
eksternal. Jika hal tersebut tidak berhasil maka tindakan operasi dekompresi perlu
dipertimbangkan. Indikasi mutlak untuk operasi dekompresi sulit untuk ditentukan, tiap
pasien dan tiap sindrom kompartemen memiliki individualitas yang berpengaruh pada cara
untuk menindakinya. Berbeda dengan kompleksitas diagnosis, terapi kompartemen sindrom
sederhana yaitu fasciotomi kompartemen yang terlibat.
Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal,
seperti timing, masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi (4)
Penanganan kompartemen secara umum meliputi:
1.Terapi Medikal/non bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk dugaan
sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
1.Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemenyang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih
memperberat iskemia
2. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontriksi dilepas.
3. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindroma kompartemen
4. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid, Hyperbaric oxygen dan produk
darah
5. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler, dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel otot yangnekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas
8
http://www.infofisioterapi.com/klasifikasi-fisioterapi-berdasarkan-bidangnya.htmlhttp://www.infofisioterapi.com/klasifikasi-fisioterapi-berdasarkan-bidangnya.html -
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
9/14
2. Terapi Bedah / operatif
Terapi operatif untuk sindroma kompartemen apabila tekanan intrakompartemen lebih
dari 30 mmHg memerlukan tindakan yang cepat dan segera dilakukan fasciotomi. Tujuannya
untuk menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot. Apabila tekanannya kurang
dari 30 mmHg, tungkai dapat diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam
berikutnya, kalau keadaan tungkai itu membaik, evaluasi klinik yang berulang-ulangdilanjutkan hingga bahaya telah terlewati. Kalau tidak ada perbaikan, atau kalau tekanan
kompartemen meningkat, fasiotomi harus segera dilakukan. Keberhasilan dekompresi untuk
perbaikan perfusi adalah 6 jam.
Ada dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda. Tidak
ada keuntungan yang utama dari kedua teknik ini. Insisi ganda pada tungkai bawah paling
sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan
diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal. Pada tungkai bawah,
fasiotomi dapat berarti membuka ke empat kompartemen, kalau perlu dengan mengeksisi satu
segmen fibula. Luka harus dibiarkan terbuka, kalau terdapat nekrosis otot, dapat dilakukan
debridemen, kalau jaringan sehat, luka dapat di jahit ( tanpa regangan ), atau dilakukan
pencangkokan kulit.(1,11)Terapi untuk sindrom kompartemen akut maupun kronik biasanya adalah operasi.
Insisi panjang dibuat pada fascia untuk menghilangkan tekanan yang meningkat di dalamnya.
Luka tersebut dibiarkan terbuka (ditutup dengan pembalut steril) dan ditutup pada operasi
kedua, biasanya 5 hari kemudian. kalau terdapat nekrosis otot, dapat dilakukan debridemen,
kalau jaringan sehat, luka dapat di jahit (tanpa regangan ), atau skin graft mungkin diperlukan
untuk menutup luka ini.
Indikasi untuk melakukan operasi dekompresi antara lain:
1. Adanya tanda-tanda sindrom kompartemen seperti nyeri hebat dan
2. Gambaran klinik yang meragukan dengan resiko tinggi (pasien koma, pasien dengan
masalah psikiatrik, dan dibawah pengaruh narkotik) dengan tekanan jaringan lebih
dari 30 mmHg pada pasien yang diharapkan memiliki tekanan jaringan yang
normal.
Bila ada indikasi, operasi dekompresi harus segera dilakukan karena penundaan akan
meningkatkan kemungkinan kerusakan jaringan intrakompartemen sebagaimana terjadinya
komplikasi.
Waktu adalah inti dari diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. Kerusakan nervus
permanen mulai setelah 6 jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Jika dicurigai adanya
sindrom kompartemen, pengukuran tekanan dan konsultasi yang diperlukan harus segera
dilakukan secepatnya.
Beberapa teknik telah diterapkan untuk operasi dekompresi untuk semua sindrom
kompartemen akut. Prosedur ini dilakukan tanpa torniket untuk mencegah terjadinya periodeiskemia yang berkepanjangan dan operator juga dapat memperkirakan derajat dari sirkulasi
lokal yang akan didekompresi. Setiap yang berpotensi membatasi ruang, termasuk kulit,
dibuka di sepanjang daerah kompartemen, semua kelompok otot harus lunak pada palpasi
setelah prosedur selesai. Debridemant otot harus seminimal mungkin selama operasi
dekompresi kecuali terdapat otot yang telah nekrosis.(4,8,9)
9
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
10/14
Fasciotomi untuk sindrom kompartemen akut
Fasciotomi tungkai atas
Teknik Tarlow :
Insisi lateral dibuat mulai dari distal garis intertrocanterik sampai ke epikondilus
lateral. disesksi subkutaneus digunakan untuk mengekspos daerah iliotibial dan dibuat
insisi lurus sejajar dengan insisi kulit sepanjang fascia iliotibial. Perlahan-lahan
dibuka sampai vastus lateralis dan septum intermuskular terlihat, perdarahan ditangani
bila ada. Insisi 1-5 cm dibuat pada septum intermuskular lateral, perpanjang ke
proksimal dan distal. Setelah kompartemen anterior dan posterior terbuka, tekanan
kompartemen medial diukur. Jika meningkat, dibuat insisi setengah medial untukmembebaskan kompartemen adductor.
Ada 3 pendekatan fasciotomi untuk kompartemen tungkai bawah: fibulektomy,
fasciotomi insisi tunggal perifibular, dan fasciotomi insisi ganda. Fibulektomi adalah
prosedur radikan dan jarang dilakukan, dan jika ada, termasuk indikasi pada sindrom
kompartemen akut. Insisi tunggal dapat digunakan untuk jaringan lunak pada
ektremitas. Teknik insisi ganda lebih aman dan efektif.
Fasciotomi insisi tunggal (davey, Rorabeck, dan Fowler) :
Dibuat insisi lateral, longitudinal pada garis fibula, sepanjang mulai dari distal caput
fibula sampai 3-4 cm proksimal malleolus lateralis. Kulit dibuka pada bagian anterior
dan jangan sampai melukai nervus peroneal superficial. Dibuat fasciotomy
longitudinal pada kompartemen anterior dan lateral. Berikutnya kulit dibuka kebagian posterior dan dilakukan fasciotomi kompartemen posterior superficial. Batas
antara kompartemen superficial dan lateral dan interval ini diperluas ke atas dengan
memotong soleus dari fibula. Otot dan pembuluh darah peroneal ditarik ke belakang.
Kemudian diidentifikasi fascia otot tibialis posterior ke fibula dan dilakukan inisisi
secara longitudinal.
Insisi sepanjang 20-25 cm dibuat pada kompartemen anterior, setengah antara fibula
dan caput tibia. Diseksi subkutaneus digunakan untuk mengekspos fascia
kompartemen. Insisi tranversal dibuat pada septum intermuskular lateral dan
identifikasi nervus peroneal superficial pada bagian posterior septum. Buka
kompartemen anterior kearah proksimal dan distal pada garis tibialis anterior.
Kemudian dilakukan fasciotomi pada kompartemen lateral ke arah proksimal dan
distal pada garis tubulus fibula.
10
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
11/14
Insisi kedua dibuat secara longiotudinal 1 cm dibelakang garis posterior tibia.
Digunakan diseksi subkutaneus yang luas untuk mengidentifikasi fascia. Vena dan
nervus saphenus ditarik ke anterior. Dibuat insisi tranversal untuk mengidentifikasi
septum antara kompartemen posterior profunda dan superficial. Kemudian dibuka
fascia gastrocsoleus sepanjang kompartemen. Dibuat insisi lain pada otot fleksor
digitorum longus dan dibebaskan seluruh kompartemen posterior profunda. Setelahkompartemen posterior dibuka, identifikasi kompartemen otot tibialis posterior. Jika
terjadi peningkatan tekanan pada kompartemen ini, segera dibuka.
Fasciotomi pada lengan bawah
Pendekatan volar (Henry)
Dekompresi kompartemen fleksor volar profunda dan superficial dapat dilakukan
dengan insisi tunggal. Insisi kulit dimulai dari proksimal ke fossa antecubiti sampai ke
palmar pada daerah tunnel carpal. Tekanan kompartemen dapat diukur selama operasi
untuk mengkonfirmasi dekompresi. Tidak ada penggunaan torniket. Insisi kulit mulai
dari medial ke tendon bicep, bersebelahan dengan siku kemudian ke sisi radial tangan
dan diperpanjang kea rah distal sepenjang brachioradialis, dilanjutkan ke palmar.
Kemudian kompartemen fleksor superficial diinsisi, mulai pada titik 1 atau 2 cm diatas siku kearah bawah sampai di pergelangan.
Kemudian nervus radialis diidentifikasi dibawah brachioradialis, keduanya kemudian
ditarik ke arah radial, kemudian fleksor carpi radialis dan arteri radialis ditarik ke sisi
ulnar yang akan mengekspos fleksor digitorum profundus fleksor pollicis longus,
pronatus quadratus, dan pronatus teres. Karena sindrom kompartemen biasanya
melibatkan kompartemen fleksor profunda, harus dilakukan dekompresi fascia
disekitar otot tersebut untuk memastikan bahwa dekompresi yang adekuat telah
dilakukan.
Pendekatan Volar UlnarPendekatan volar ulnar dilakukan dengan cara yang sama dengan pendekatan Henry.
Lengan disupinasikan dan insisi mulai dari medial bagian atas tendon bisep, melewati
lipat siku, terus ke bawah melewati garis ulnar lengan bawah, dan sampai ke carpal
tunnel sepanjang lipat thenar. Fascia superficial pada fleksor carpi ulnaris diinsisi ke
atas sampai ke aponeurosis siku dan ke carpal tunnel ke arah distal. Kemudian dicari
batas antara fleksor carpi ulnaris dan fleksor digitorum sublimis. Pada dasar fleksor
digitorum sublimis terdapat arteri dan nervus ulnaris, yang harus dicari dan
dilindungi. Fascia pada kompartemen fleksor profunda kemudian diinsisi.
Pendekatan Dorsal
Setelah kompartemen superficial dan fleksor profunda lengan bawah didekompresi,harus diputuskan apakah perlu dilakukan fasciotomi dorsal (ekstensor). Hal ini lebih
baik ditentukan dengan pengukuran tekanan kompartemen intraoperatif setelah
dilakukan fasciotomi kompartemen fleksor. Jika terjadi peningktan tekanan pada
kompartemen dorsal yang terus meningkat, fasciotomi harus dilakukan dengan posisi
lengan bawah pronasi. Insisi lurus dari epikondilus lateral sampai garis tengah
pergelangan.Batas antara ekstensor carpi radialis brevis dan ekstensor digitorum
komunis diidentifikasi kemudian dilakukan fasciotomi.
Fasciotomi untuk sindrom kompartemen kronik
Fasciotomi insisi tunggal : Teknik Fronek
Dibuat sebuah insisi 5 cm pada pertengahan fibula dan kaput tibia atau melalui defekfascia jika terdapat hernia muskuler pada daerah keluarnya nervus peroneal. Nervus
11
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
12/14
peroneal segera dicari dan lewatkan fasciotom ke kompartemen anterior pada garis
otot tibialis anterior. Pada kompartemen lateral, fasciotome diarahkan ke posterior
nervus peroneal superficial pada garis fibular. Tutup kulit dengan cara biasa dan
pasang pembalut steril.
Fasciotomi insisi ganda: Teknik Rorebeck
Dibuat 2 insisi pada tungkai bawah 1 cm dibelakang garis posteromedial tibia.Kemudian dicari vena saphenus pada insisi proksimal dan tarik ke anterior bersama
dengan saraf. Masuk dan dibuka kompartemen superficial. Fascia profunda kemudian
diinsisi. Kompartemen profunda diekspos, termasuk otot digitorum longus dan tibialis
posterior dangan merobek sambungan soleus. Kumparan neurovaskuler dan tendo
tibialis posterior kemudian diinsisi ke proksimal dan distal fascia pada terdon tersebut.
Tibialis posterior adalah kunci dekompresi kompartemen posterior dan biasanya
berkontraksi ke proksimal antara fleksor hallucis longus, lebarkan batas antaranya
untuk memeriksa kontraksinya. Tutup luka diatas drain untuk meminimalkan
pembentukan hematom.
Perawatan pasca operasi:
Luka harus dibiarkan terbuka selama 5 hari, kalau terdapat nekrosis otot, dapatdilakukan debridemen, kalau jaringan itu sehat, luka dapat dijahit (tanpa tegangan), atau
dilakukan pencangkokan kulit atau dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder.(9)
K. Komplikasi
Tekanan yang tidak dapat teratasi dapat terjadi necrosis jaringan, semenjak perfusi
kapiler mengalami gangguan dapat meningkatkan hypoksia pada jaringan. Hal ini dapat
meningkatkan Volkman contracture. Bila semakin parah tidak teratasi maka akan terjadi
rhabdomyolis dan kidney Failure (1)
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan
menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas
pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya trauma pada
lengan bawa
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
7. Deformitas kosmetik akibat fasciotomI
8. Kehilangan anggota tubuh9. Kematian
L. Prognosis
Prognosis bisa baik sampai buruk, tergantung :
- Seberapa cepat penanganan kompartemen sindrom dilaksanakan dan
- Bagaimana komplikasi dapat terbentuk.(8)
Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek, toleransi otot
untuk terjadinya iskemia adalah 4 jam. Kerusakan irreversible terjadi bila lebih dari 8 jam.
Jika diagnosa terlambat dapat menyebabkan trauma syaraf dan hilangnya fungsi otot.
Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir 20% pasien mengalami
deficit motorik dan sensorik yang persisten.(9)
12
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
13/14
BAB III: KESIMPULAN
Sindroma Kompartemen adalah masalah medis akut yang menyertai cedera,
pembedahan atau pada kebanyakan kasus penggunaan otot yang berulang dan meluas,
yang mana meningkatkan tekanan (biasanya disebabkan oleh radang) dalam ruangyang tertutup (kompartemen fascia) pada tubuh dengan suplai darah yang tidak
memadai. Tanpa terapi bedah yang tepat, hal ini mungkin menyebabkan kerusakan
saraf dan kematian otot. Kondisi ini paling sering terlihat pada kompartemen anterior
dan posterior pada kaki.
Penyebab timbulnya sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
- Penurunan volume kompartemen
- Peningkatan tekanan eksternal
- Peningkatan tekanan pada struktur komparteman
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal
yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan
nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Gejala klinis yang terjadi pada sindroma kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
- Pain (nyeri) : nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang
terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling
penting. Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan
klinik (pada anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia
lebih banyak dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan
gejala yang spesifik dan sering.
- Pallor(pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
- Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
- Parestesia (rasa kesemutan)- Paralysis : Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang
berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena kompartemen sindrom.
Penegakan diagnosa sindroma kompartemen dilakukan dengan pengukuran tekanan
kompartemen.
Tujuan dari penanganan sindroma kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah
dekompresi
Prognosis bisa baik sampai buruk
13
-
7/29/2019 Refrat Compartemen Syndrom
14/14
BAB IV:.DAFTAR PUSTAKA
1. http://masperawat.wordpress.com/2009/03/05/sindrome-kompartemen/
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Sindroma_kompartemen
3. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00204
4. http://www.infofisioterapi.com/terapi-pada-sindroma-kompartemen.html5. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/komplikasi-fraktur/
6. http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Cedera.html
7. http://www.wheelessonline.com/ortho/compartment_syndrome
8. http://thedoctornotes.com/2010/03/14/sekilas-kegawatdaruratan-orthopaedi/
9. http://www.irwanashari.com/2008/01/sindroma-kompartemen.html
10.American college of surgeon, committee on trauma, advanced trauma life support for
doctors
11.Sjamsuhidajat,R dan wim de jong,1997. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. EGC.
Jakarta
14
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Cedera.htmlhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Cedera.html