Syndrom Boerger.docx

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah. Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans

Transcript of Syndrom Boerger.docx

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai presenile spontaneous gangrene.Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 20% kasus per 100.000 populasi.Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.B. Tujuan PenulisanTujuan Umum1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger.2. Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.Tujuan Khusus1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sindrom buerger2. Mengetahui penyebab terjadinya sindrom buerger3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya4. Mengetahui apa saja tanda dan gejalanya5. Mengetahui bagaimana cara untuk menanganinya6. Mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buergerBAB IIKONSEP TEORI

1. KONSEP MEDISA. Definisi Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.Penyakit buerger merupakan suatu kelainan penyumbatan pembuluh darah yang bersifat inflamatorik dan nonateromatosa, akan mengganggu peredaran darah pada tungkai,kaki, dan kadang-kadang tangan.B. EtiologiPenyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah . Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini. Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.C. PatofisiologiPada penyakit buerger, leukosit polimoffonuklear menginfiltrasi dinding pembuluh arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang.Dalam lumen pembuluh darah tersebut terbentuk trombus yang akhirnya akan menimbulkan penyumbatan dan penutupan pada bagian pembuluh darah ini sehingga aliran darah ke kaki dan tungkai menurun. Penurunan aliran darah ini dapat menimbulkan ulkus dan, pada akhirnya, gangren.D. Manifestasi klinisGambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia. Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting.Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari kemerahan sampai ke tanda selulitis. Penyakit Buerger yang telah terjadi gangren sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.E. Pemeriksaan Diagnostik1. Ultrasonografi Doppler menunjukkan penurunan sirkulasi di pembuluh perifer.2. Pletismografi menunjukka lokasi lesi dan menyingkirkan aterosklerosis.3. Biopsi pembuluh yang diserang bisa memastikan diagnosis.F. Komplikasi1. GangrenGangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi (gas gangren lihat di bawah). Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh: a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang terlalu ketat, dan pembengkakan ekstremitas); b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli arteri, kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat);c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot);d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah (misalnya, arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena). Gangren kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam dan emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.2. UlkusUlkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.3. Kemerahan 4. SianosisDiskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah yang lebih dari 5 g%. (Kamus Kedokteran Dorland).2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian1) Aktifitas / Istirahata. GejalaTindakan yang mengeluarkan duduk / berdiri lama. Imobilisasi lama (contoh trauma ortopedik, tirah baring / perawatan di rumah sakit lama, komplikasi kehamilan) : paralisis / kondisi kecacatan berlanjut. Nyeri karena aktivitas / berdiri lama. Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit.b. TandaKelemahan umum atau ekstrimitas2) Sirkulasia. GejalaRiwayat trombosis vena sebelumnya ada varises. Adanya faktor pencetus lain contoh hipertensi (karena kehamilan) diabetes melitus, IM / penyakit katup jantung, cedera serebrovas kuler trombotik.b. TandaTakikardi. Penurunan nadi perifer pada ekstermitas yang sakit (TVD) varises dan pengerasan, gelembung / ikatan vena (trombus) warna kulit / suhu ekstremitas yang sakit (betis/paha) : pucat, dingin, edema (TVD) : merah muda kemerahan, hangat sepanjang vena (superfisial).Tanda hormon positif (bila tak ada tidak berarti TVD)3) Makanan / Cairana. TandaTurgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi pencetus untuk hiperkoagulasi). Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis). Edema pada kaki yang sakit (tergantung pada lokasi trombus)4) Nyeri / KeamananNyeri a. GejalaBerdenyut, nyeri tekanan, makin nyeri bila berdiri / bergerak (ekstremitas yang sakit).b. TandaMelindungi ekstremitas yang sakitKeamanana. GejalaRiwayat cedera langsung / tak langsung pada ekstrimitas / vena (contoh trauma mayor / fraktur, bedah ortopedik / pelvis, kelainan dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvik, terapi itravena). Adanya keganasan (khususnya pankreas, paru, sistem G1).b. Tanda : Demam, menggigil.2. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri berhubungan dengan vasopasme/gangguan perfusi jaringan yang sakit, iskemik/kerusakan jaringan.2) Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.3) Kurang pengetahuan,kebutuhan belajar mengenai kondisi,kebutuhan pengobatan berhubungan dengankurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi, salah persepsi / salah mengerti.4) Ansietas berhubungan denganprosedur tindakan yang akan dilakukan.3. Intervensi1) Diagnosa I:Nyeri berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan yang sakit,iskemik/kerusakan jaringan.Tujuan: Nyeri berkurang dan kerusakan jaringan tidak melebar.

IntervensiRasional

1. Catat karakteristik nyeri dan parestesia, periksa tanda-tanda vital pasien1. Mengetahui tingkatan nyeri.

2. Bantu pasien mengidentifikasikan faktor pencetus atau situasi contohmerokok, terpajan pada dingin dan penanganannya.2. Agar pasien memahami tentang faktor yang mempengaruhi nyeri tersebut.

3. Dorong penggunaan teknik menajemen strees, aktivitas hiburan.3. Digunakan untuk mengalihkan perhatian klien.

4. Rendam area yang sakit pada air hangat.4. Air hangat akan membuat pembuluh darah melebar dan itu akan melancarkan aliran darah.

5. Berikan ruangan hangat, bebas aliran udara,contoh:ventilasi,pendingin ruangan,pertahankan pintu tertutup sesuai indikasi.5. Menghindarkan infeksi dan menjaga udara tetap panas.

6. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi, siapkan intervensi bedah bila diperlukan.6. Pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.

2) Diagnosa II: Gangguan perkusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.Tujuan:1. Menunjukkan keseimbangan cairan ditandai dengan hidrasi kulit,edema perifer tidak ada,tekanan darah dalam rentang yang diharapkan,nadi perifer teraba.2. Menunjukkan perfusi jaringan:perifer ditandai dengan fungsi otot utuh,warna normal,tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasiIntervensiRasional

1. Observasi warna kulit bagian yang sakit.1. Mengidentifikasikan tingkat keparahan pada penghentian aliran darah arteri.

2. Catat penurunan nadi.2. Mengetahui tingkat,rasa dan bentuk dari rasa nyeri.

3. Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area ganggren.3. Melihat berapa lebar bagian yang mengalami ganggren.

4. Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.4. Nutrisi yang tepat dan kebutuhan vitamin yang lengkap akan meningkat sistem imun tubuh.

5. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi ( vasodilator), ambil contoh drainase lesi untuk kultur atau sensitivitas Untuk melihat sianosis atau terjadi kemerahan pada kulit.5. Pemberian obat vasodilator membuat pembuluh darah arteri melebar dan melancarkan aliran darah.

3) Diagnosa III:Kurang pengetahuan,kebutuhan belajar mengenai kondisi,kebutuhan pengobatan berhubungan dengankurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi, salah persepsi / salah mengerti.Tujuan:Memberi pemahaman tentang proses penyakit.IntervensiRasional

1. Berikan informasi pada pasien tentang penyakitnya.1. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

2. Dorong menghindari pemajanan pada dingin.2. Suhu panas membuat pembuluh darah mempertahankan keadaan dilatasi

3. Pertahankan lingkungan pada suhu tubuh normal, hilangkan aliran dingin.3. Suhu yang dingin membuat kontriksi pada pembuluh darah dan akan memperberat penyumbatan aliran darah.

4. Tekankan pentingnya menghentikan rokok, berikan informasi pada klinik lokal / kelompok pendukung.4. Agar pasien mengerti dan memahami bahwa rokok merupakan faktor utama terjadinya trombongitis.

5. Bantu pasien untuk membuat metode menghindari atau mengubah stress,diskusikan teknik relaksasi.5. Teknik diktrasi dan relaksasi membuta pasien lebih tenang menyikapi keadaannya.

6. Tekankan pentingnya melihat tiap hari dan melakukan perawatan kulit yang benar.6. Menghindari terjadinya cidera atau luka pada kulit.

4) Diagnosa IV:Ansietas berhubungan denganprosedur tindakan yang akan dilakukan.Tujuan: Memberikan pemahaman tentang tindakan yang akan dilakukan.IntervensiRasional

1. Jelaskan prosedur dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan.1. Meningkatkan pengetahuan pasien dan agar pasien memahami tentang tindakan yang akan dilakukan.

2. Observasi tanda-tanda vital.2. Mengetahui keadaan umum klien.

3. Dampingi pasien selama prosedur tindakan dilakukan.3. Meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut pasien.

4. Yakinkan pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah tindakan yang terbaik.4. Mengurangi tingkat ansietas pada klien.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penenang.5. Untuk memberikan ketenangan dan mengurangi tingkat kecemasannya.

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanBerdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.B.SaranSebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya kita menghindari yang namanya merokok.Karena merokok ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger yang akan berakibat fatal bagi kita,utamanya juga untuk yang perokok berat. Selain itu sebaiknya kita memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit ini.DAFTAR PUSTAKABaughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGCDoengoes Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman Untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta:EGCJudith M.Wilkinson.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGCJennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGCSjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Samsul, Barendra. Asuhan Keperawatan klien dengan burger. http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-buerger.html#ixzz26MVsml30 diunduh pada tanggal 13 September 2014Tjane, Yanti. http://yosuapenta.multiply.com/journal/item/8/SindromBuerger?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem diunduh pada tanggal 13 September 2014