Refrat CA Mammae
-
Upload
chandra-lee -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of Refrat CA Mammae
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering ditemukan
pada wanita. Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma serviks
uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30 tahun.
Kanker jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Penyakit ini disebabkan karena
terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertambahan sel tidak dapat
dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (cancer). Apabila tumor ini tidak diambil
dan dibuang, dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada
kemungkinannya juga sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh.
Kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun, dengan kenyataan bahwa lebih dari
50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Banyak sekali faktor risiko yang dapat
menyebabkan berkembangnya kanker payudara. Secara statistik resiko kanker payudara pada
wanita meningkat pada nullipara, menarche dini, menopause terlambat dan pada wanita yang
mengalami kehamilan anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kanker
payudara terjadi pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden
meningkat cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun. Sedangkan penderita kanker
payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari 1% dari seluruh kanker payudara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan jenis dari kanker payudara?
2. Apa saja faktor resiko dari kanker payudara?
3. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker payudara?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dan jenis kanker payudara
2. Mengetahui faktor resiko dari kanker payudara
3. Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker payudara
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara kemudian
tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di
dalam jaringan atau organ tubuh dan kebagian tubuh yang lain. Kanker payudara adalah suatu
penyakit neoplasma ganas yang berasal parenchyma. Sel kanker payudara yang pertama dapat
tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm dalam waktu 8–12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada
kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh
tubuh. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa
kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.
2.2 Anatomi Dan Fisiologi Payudara
2
a. Anatomi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar
yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous.
Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior dan arteri
mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris, dan arteri
interkostalis. Persarafan kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis. Ada beberapa
saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila
dan bagian medial lengan atas.
Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula yang ke kelenjar
interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada
disepanjang arteri dan vena brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m. rectus
abdominis melewati ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.
b. Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20
lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius
masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi
epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis,
kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
3
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a. Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b. Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c. Perubahan karena kehamilan dan laktasi
2.3 Epidemiologi
Di seluruh dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab kematian oleh
karena kanker (kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker usus besar). Pada tahun 2005,
502.000 penderita meninggal oleh karena kanker payudara (7 % penyebab kematian oleh karena
kanker, 1% dari semua penyebab kematian) dan ini merupakan penyebab kematian terbanyak
yang terjadi pada wanita diseluruh dunia. Di Amerika Serikat kanker payudara menempati
prevalensi tertinggi penyebab kanker pada wanita. Tahun 2007 diperkirakan 40.910 penderita
meninggal oleh karena kanker payudara. 1 dari 8 wanita di Amerika menderita kanker payudara
dan 1 dari 33 wanita meninggal oleh karena kanker payudara. Di Indonesia ternyata 96 %
kelainan di payudara yang berbentuk tumor justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga
memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara. Berbeda dengan di negara barat dimana
setiap wanita usia subur diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk memeriksakan payudaranya
secara berkala sehingga angka stadium dini kanker payudara ditemukan jauh lebih tinggi
daripada di negara berkembang dimana tidak ada keharusan untuk wanita usia subur
memeriksakan payudaranya.
2.4 Etiologi
Insidensi kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pentingnya
faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada
pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun.
Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara:
4
1. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara. Riwayat
keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya penyakit
ini. Kelainan ini diketahui terletak di lokus kecil di kromosom 17q21 pada kanker payudara yang
timbul saat usia muda. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1
dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang menarik,
faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan
bahwa faktor risiko lainnya memegang peranan penting.
2. Faktor Hormonal
Kelebihan hormon estrogen endogen atau lebih tepatnya terjadi ketidakseimbangan
hormon terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor risiko yang dapat disebutkan
seperti masa reproduksi yang lama, nulipara, dan usia tua saat mempunyai anak pertama akan
meningkatkan estrogen pada siklus menstruasi. Wanita pasca menopause dengan tumor ovarium
fungsional dapat terkena kanker payudara karena adanya hormone estrogen berlebihan. Suatu
penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen di air seni, frekuensi ovulasi, dan
umur saat menstruasi dihubungkan dengan meningkatnya risiko terkena kanker payudara. Epitel
payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Kedua reseptor ditemukan pada
sebagian besar kanker payudara. Berbagai bentuk growth promoters (transforming growthfactor-
alpha/epitehlial growth factor, platelet-derived growth factor), fibroblast growth factor dan
growth inhibitor disekresi oleh sel kanker payudara manusia. Banyak penelitian menyatakan
bahwa growth promoters terlibat dalam mekanisme autokrin dari tumor. Produksi GF tergantung
pada hormon estrogen, sehingga interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon pada sel
kanker dan GF autokrin merangsang sel tumor menjadi lebih progresif.
3. Faktor lingkungan dan gaya hidup
Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain: alkohol, diet tinggi
lemak, kecanduan minum kopi, dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi onkogen
dan gen supresi tumor dari kanker payudara.
5
2.5 Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi
tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase promosi.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
2.6 Tanda Dan Gejala
Gejala dan tanda yang paling sering ditemukan adalah:
1. Adanya benjolan pada payudara: Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukurannya kecil tetapi
lama-lama akan membesar dan menempel pada kulit.
2. Terjadi retraksi: dimana putting akan masuk atau tertarik kedalam.
3. Terjadi perubahan warna: warna menjadi pink atau kecoklatan sampai menjadi oedem yang
menyebabkan kulit payudara atau putting mengkerut dan menjadi borok. Borok dapat membesar
dan mendalam sehingga merusak payudara, menjadi busuk dan berdarah.
4. Nipple discharge: keluarnya cairan. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang tidak wajar dan
spontan dari puting. Cairan ini dikatakan tidak normal karena cairan normal hanya keluar pada
6
ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau ibu yang memakai pil kontrasepsi. Dimana cirri dari
cairan ini adalah cairan berdarah encer, berwarna merah atau kecoklatan, dapat keluar sendiri
tanpa dipijat, dan dapat keluar terus menerus pada satu payudara.
2.7 Jenis Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan
sebagai berikut:
I. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :
Non-invasif duktal karsinoma
Lobular karsinoma in situ
II. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke
bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan
10% adalah kanker lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :
Invasif duktal karsinoma
Papilobular karsinoma
Solid-tubular karsinoma
Scirrhous karsinoma
Special types
Mucinous karsinoma
Medulare karsinoma
Invasif lobular karsinoma
Adenoid cystic karsinoma
karsinoma sel squamos
karsinoma sel spindel
7
Apocrin karsinoma
Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular karsinoma
Sekretori karsinoma
III. Paget's Disease
Paget’s disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai
dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam
atau di bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara,
sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.
2.8 Stadium Kanker Payudara
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasien, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari
"T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan
"M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).
8
Berdasarkan Sistem TNM dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Tumor Primer (T)
TX : Tumor primer tidak dapat diduga
T0 : Tumor primer tidak dijumpai
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor ≤ 2 cm
T1a : Tumor ≤ 0,5 cm
T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm
T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm
T2 : Tumor >2 cm dan <5 cm
T3 : Tumor > 5cm
T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung kedinding dada dan kulit
T4a : Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis
T4b : Edema (Termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul pada
kulit
T4c : Gabungan T4a dan T4b
T4d : Karsinoma inflamasi
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
NX : KGB regional tidak bisa di duga
N0 : Tidak ada metastase KGB regional
N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral, mobile.
N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak KGB mamari interna
ipsilateral dengan tidak adanya metastase KGB aksila
9
N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke struktur sekitarnya
N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna ipsilateral dan tidak
dijumpai metastase KGB aksila secara klinkis
N3 : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti
adanya metastase KGB aksila atau adanya metastase KGB supraklavikular ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamari interna.
N3a : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral
N3b : Metastase pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila
N3c : Metastase pada KGB supraklavikular ipsilateral
Metastase Jauh (M)
MX : Metastase jauh tidak dapat dibuktikan
MO : Tidak dijumpai metastase jauh
M1 : Dijumpai metastase jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Stadium III C : Semua T N3 M0
Stadium IV : Semua T-Semua N-M1
10
STADIUM 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak
menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada
payudara.
STADIUM I
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm
dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
11
STADIUM II A
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
STADIUM II B
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.
12
STADIUM III A
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain
STADIUM III B
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Di diagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga
belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke
bagian lain dari organ tubuh.
13
STADIUM III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna
dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
STADIUM IV
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : otak,
paru, liver, dan tulang.
14
2.9 Penyebaran Kanker Payudara/Komplikasi:
a. Penyebaran langsung. Infiltrasi lokal ke otot di bawahnya dan kulit yang menutupinya
secara klinis dapat dideteksi, hal ini mengakibatkan adanya ulserasi atau kerutan.
b. Limfogen. Infiltrasi ke saluran limfatik kulit menyebarkan timbulnya tanda klinis berupa
peau d’orange. Kelenjar limfe aksilaris merupakan tempat awal penyebaran limfogen
yang paling sering, dan pada sekitar 40-50% wanita penderita kanker payudara terdapat
metastasis kelenjar limfe aksilaris pada saat pemeriksaan pertama kali.
c. Hematogen. Metastasis hematogen paling sering mengenai paru dan tulang. Selain itu
hepar, adrenal dan otak juga sering terkena. Pleura pada sisi yang sama dengan tempat
kanker dapat merupakan tempat metastasis, dan menyebabkan terjadinya efusi. Destruksi
tulang menyebabkan hiperkalsemia, disertai komplikasi ginjal.
d. Implantasi tumor. “Pencemaran” sel-sel maligna dari tumor ke dalam luka pada saat
pembedahan awal, dapat menyebabkan pertumbuhan yang terus menerus dari sel-sel ini
pada jaringan parut-kekambuhan parut. Walaupun demikian, banyak kekambuhan pada
daerah parut, pada kenyataannya disebabkan oleh permeasi limfatik sebelumnya.
e. Duktus mammae. Pada beberapa kasus, duktus yang berdekatan dengan suatu kanker
payudara invasif, terisi dengan sel-sel maligna. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyebaran dari tumor-tumor sepanjang lumen duktus, tetapi keadaan ini lebih sering
merupakan fosi karsinoma intraduktus yang terpisah. Metode penyebaran sepanjang
lumen duktus ke arah putting susu ini penting pada penyakit paget.
2.10 Pemeriksaan dan Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat
kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker, fungsi kelenjar
tiroid, penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus
perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.
Pemeriksaan fisik
Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan
kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan apakah
15
ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, oedem,erosi,
nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mammae apakah simetri, ada retraksi, distorsi,
erosi, an kelainan lain. Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi
duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari
berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola
mammae. Papila mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci
periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan.
Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi
bertolak pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar
melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila
mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe
regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri topang
siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu
memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, dan terakhir periksa kelenjar supraklavikular.
Pemeriksaan penunjang
1. Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau
terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul
namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik dan
rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.
2. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui
pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat
baik.
3. MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis
karsinoma mammae stadium dini.
16
4. Biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi
eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi.
Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak
sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran iatrogenik tumor.
2.11 Penatalaksanaan
Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker
mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
1. Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor,
seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik
dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun
belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae,
ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi
kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang.
2. Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor,
mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan
antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar
limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai
mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis.
3. Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
17
Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
1. Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5
tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak
operasi.
2. Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium
lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker
mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae
(bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca
mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah
kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target
iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna
jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih
kontroversial.
3. Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada
payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah
terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause, sedangkan
adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang
18
digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat
reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara
kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi.
Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis vena dalam,
karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala.
2.12 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi
kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan
positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III
adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5
tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk
meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis
dini, terapi dini dan tepat.
2.13 Pencegahan
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini.
19
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui
mammografidiklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
o Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
o Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
o Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic pada wanita
hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor lifestyle
dan gizi. Setiap orang di dunia ini memiliki resiko untuk terkena kanker payudara, walaupun
wanita lebih berisiko daripada laki-laki. Oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini
dimulai dari diri sendiri dengan SADARI, memperbaiki pola makan/gizi dan gaya
hidup/lifestyle. Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund (WCRF), memperbaiki
gizi dan lifestyle dapat mencegah kanker payudara hingga 42%.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, penulis memberi saran agar setiap wanita
dan laki-laki hendaknya menjaga kesehatan dengan mengurangi atau menjauhi faktor risiko yang
bisa menyebabkan kanker payudara dan menjaga/memperbaiki pola makan/gizi serta gaya hidup.
Pencegahan hendaknya dilakukan sejak dini, sebab kebanyakan kanker payudara berkembang
dalam jangka waktu yang lama, dan sering kali terlambat dideteksi karena jarang munculnya
gejala pada stadium awal. Dalam proses promotif, preventif dan protektif ini hendaknya ada
kerjasama antara individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintah serta komponen lainnya demi
menurunkan prevalensi di Indonesia, mengingat kemungkinan kecil untuk sembuh total jika
sudah terkena penyakit ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Hemant Singhal, MD. Breast Cancer Evaluation. 2009. http://emedicine.com, 22/02/15
2. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010. 22/02/15
3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2010, Tumor ganas. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta.
4. Susan Storck. Breast Lump Self Exam. 2008. http://medline.com, 22/02/15
5. Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI
23