Refrat CA Mammae

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering ditemukan pada wanita. Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma serviks uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30 tahun. Kanker jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertambahan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (cancer). Apabila tumor ini tidak diambil dan dibuang, dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinannya juga sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun, dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Banyak sekali faktor risiko yang dapat menyebabkan berkembangnya kanker payudara. Secara statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada nullipara, menarche dini, menopause terlambat dan pada wanita yang mengalami kehamilan anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kanker payudara terjadi pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden meningkat cepat. Insiden 1

description

Bedah

Transcript of Refrat CA Mammae

Page 1: Refrat CA Mammae

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering ditemukan

pada wanita. Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma serviks

uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30 tahun.

Kanker jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Penyakit ini disebabkan karena

terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertambahan sel tidak dapat

dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (cancer). Apabila tumor ini tidak diambil

dan dibuang, dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada

kemungkinannya juga sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh.

Kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia

mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun, dengan kenyataan bahwa lebih dari

50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Banyak sekali faktor risiko yang dapat

menyebabkan berkembangnya kanker payudara. Secara statistik resiko kanker payudara pada

wanita meningkat pada nullipara, menarche dini, menopause terlambat dan pada wanita yang

mengalami kehamilan anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kanker

payudara terjadi pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden

meningkat cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun. Sedangkan penderita kanker

payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari 1% dari seluruh kanker payudara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dan jenis dari kanker payudara?

2. Apa saja faktor resiko dari kanker payudara?

3. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker payudara?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dan jenis kanker payudara

2. Mengetahui faktor resiko dari kanker payudara

3. Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari kanker payudara

1

Page 2: Refrat CA Mammae

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara kemudian

tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran

susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di

dalam jaringan atau organ tubuh dan kebagian tubuh yang lain. Kanker payudara adalah suatu

penyakit neoplasma ganas yang berasal parenchyma. Sel kanker payudara yang pertama dapat

tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm dalam waktu 8–12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada

kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh

tubuh. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa

kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

2.2 Anatomi Dan Fisiologi Payudara

2

Page 3: Refrat CA Mammae

a. Anatomi Payudara

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak,

pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar

yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous.

Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin

terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum

cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior dan arteri

mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris, dan arteri

interkostalis. Persarafan kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.

interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis. Ada beberapa

saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,

yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila

dan bagian medial lengan atas.

Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar

parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula yang ke kelenjar

interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada

disepanjang arteri dan vena brakialis.

Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar

sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m. rectus

abdominis melewati ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.

b. Fisiologi Payudara

Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20

lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius

masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi

epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis,

kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.

3

Page 4: Refrat CA Mammae

Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :

a. Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia

b. Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid

c. Perubahan karena kehamilan dan laktasi

2.3 Epidemiologi

Di seluruh dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab kematian oleh

karena kanker (kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker usus besar). Pada tahun 2005,

502.000 penderita meninggal oleh karena kanker payudara (7 % penyebab kematian oleh karena

kanker, 1% dari semua penyebab kematian) dan ini merupakan penyebab kematian terbanyak

yang terjadi pada wanita diseluruh dunia. Di Amerika Serikat kanker payudara menempati

prevalensi tertinggi penyebab kanker pada wanita. Tahun 2007 diperkirakan 40.910 penderita

meninggal oleh karena kanker payudara. 1 dari 8 wanita di Amerika menderita kanker payudara

dan 1 dari 33 wanita meninggal oleh karena kanker payudara. Di Indonesia ternyata 96 %

kelainan di payudara yang berbentuk tumor justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga

memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara. Berbeda dengan di negara barat dimana

setiap wanita usia subur diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk memeriksakan payudaranya

secara berkala sehingga angka stadium dini kanker payudara ditemukan jauh lebih tinggi

daripada di negara berkembang dimana tidak ada keharusan untuk wanita usia subur

memeriksakan payudaranya.

2.4 Etiologi

Insidensi kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pentingnya

faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada

pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun.

Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara:

4

Page 5: Refrat CA Mammae

1. Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara. Riwayat

keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya penyakit

ini. Kelainan ini diketahui terletak di lokus kecil di kromosom 17q21 pada kanker payudara yang

timbul saat usia muda. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1

dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang menarik,

faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan

bahwa faktor risiko lainnya memegang peranan penting.

2. Faktor Hormonal

Kelebihan hormon estrogen endogen atau lebih tepatnya terjadi ketidakseimbangan

hormon terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor risiko yang dapat disebutkan

seperti masa reproduksi yang lama, nulipara, dan usia tua saat mempunyai anak pertama akan

meningkatkan estrogen pada siklus menstruasi. Wanita pasca menopause dengan tumor ovarium

fungsional dapat terkena kanker payudara karena adanya hormone estrogen berlebihan. Suatu

penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen di air seni, frekuensi ovulasi, dan

umur saat menstruasi dihubungkan dengan meningkatnya risiko terkena kanker payudara. Epitel

payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Kedua reseptor ditemukan pada

sebagian besar kanker payudara. Berbagai bentuk growth promoters (transforming growthfactor-

alpha/epitehlial growth factor, platelet-derived growth factor), fibroblast growth factor dan

growth inhibitor disekresi oleh sel kanker payudara manusia. Banyak penelitian menyatakan

bahwa growth promoters terlibat dalam mekanisme autokrin dari tumor. Produksi GF tergantung

pada hormon estrogen, sehingga interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon pada sel

kanker dan GF autokrin merangsang sel tumor menjadi lebih progresif.

3. Faktor lingkungan dan gaya hidup

Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain: alkohol, diet tinggi

lemak, kecanduan minum kopi, dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi onkogen

dan gen supresi tumor dari kanker payudara.

5

Page 6: Refrat CA Mammae

2.5 Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang rumit yang disebut

transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

1. Fase inisiasi.

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel

menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut

karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi

tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik

dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap

suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka

untuk mengalami suatu keganasan.

2. Fase promosi.

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.

Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu

diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu

karsinogen).

2.6 Tanda Dan Gejala

Gejala dan tanda yang paling sering ditemukan adalah:

1. Adanya benjolan pada payudara: Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukurannya kecil tetapi

lama-lama akan membesar dan menempel pada kulit.

2. Terjadi retraksi: dimana putting akan masuk atau tertarik kedalam.

3. Terjadi perubahan warna: warna menjadi pink atau kecoklatan sampai menjadi oedem yang

menyebabkan kulit payudara atau putting mengkerut dan menjadi borok. Borok dapat membesar

dan mendalam sehingga merusak payudara, menjadi busuk dan berdarah.

4. Nipple discharge: keluarnya cairan. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang tidak wajar dan

spontan dari puting. Cairan ini dikatakan tidak normal karena cairan normal hanya keluar pada

6

Page 7: Refrat CA Mammae

ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau ibu yang memakai pil kontrasepsi. Dimana cirri dari

cairan ini adalah cairan berdarah encer, berwarna merah atau kecoklatan, dapat keluar sendiri

tanpa dipijat, dan dapat keluar terus menerus pada satu payudara.

2.7 Jenis Kanker Payudara

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan

sebagai berikut:

I. Non-invasif karsinoma

Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,

merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.

Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :

Non-invasif duktal karsinoma

Lobular karsinoma in situ

II. Invasif karsinoma

Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan

lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke

bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan

10% adalah kanker lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :

Invasif duktal karsinoma

Papilobular karsinoma

Solid-tubular karsinoma

Scirrhous karsinoma

Special types

Mucinous karsinoma

Medulare karsinoma

Invasif lobular karsinoma

Adenoid cystic karsinoma

karsinoma sel squamos

karsinoma sel spindel

7

Page 8: Refrat CA Mammae

Apocrin karsinoma

Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia

Tubular karsinoma

Sekretori karsinoma

III. Paget's Disease

Paget’s disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai

dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam

atau di bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara,

sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.

2.8 Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasien, sudah sejauh manakah tingkat

penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat

lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk

menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan

pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila

memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,

namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem

TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World

Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh

American Cancer Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari

"T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan

"M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis

sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).

8

Page 9: Refrat CA Mammae

Berdasarkan Sistem TNM dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Tumor Primer (T)

TX : Tumor primer tidak dapat diduga

T0 : Tumor primer tidak dijumpai

Tis : Karsinoma insitu

T1 : Tumor ≤ 2 cm

T1a : Tumor ≤ 0,5 cm

T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm

T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm

T2 : Tumor >2 cm dan <5 cm

T3 : Tumor > 5cm

T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung kedinding dada dan kulit

T4a : Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis

T4b : Edema (Termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul pada

kulit

T4c : Gabungan T4a dan T4b

T4d : Karsinoma inflamasi

Kelenjar Getah Bening Regional (N)

NX : KGB regional tidak bisa di duga

N0 : Tidak ada metastase KGB regional

N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral, mobile.

N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak KGB mamari interna

ipsilateral dengan tidak adanya metastase KGB aksila

9

Page 10: Refrat CA Mammae

N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke struktur sekitarnya

N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna ipsilateral dan tidak

dijumpai metastase KGB aksila secara klinkis

N3 : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB

aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti

adanya metastase KGB aksila atau adanya metastase KGB supraklavikular ipsilateral

dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamari interna.

N3a : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral

N3b : Metastase pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila

N3c : Metastase pada KGB supraklavikular ipsilateral

Metastase Jauh (M)

MX : Metastase jauh tidak dapat dibuktikan

MO : Tidak dijumpai metastase jauh

M1 : Dijumpai metastase jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian

digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium 0 : Tis N0 M0

Stadium 1 : T1 N0 M0

Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0

Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

Stadium III C : Semua T N3 M0

Stadium IV : Semua T-Semua N-M1

10

Page 11: Refrat CA Mammae

STADIUM 0

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak

menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada

payudara.

STADIUM I

Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm

dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.

11

Page 12: Refrat CA Mammae

STADIUM II A

Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.

STADIUM II B

Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.

12

Page 13: Refrat CA Mammae

STADIUM III A

Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.

Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain

STADIUM III B

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka

bernanah di payudara. Di diagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga

belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke

bagian lain dari organ tubuh.

13

Page 14: Refrat CA Mammae

STADIUM III C

Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular

ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna

dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.

STADIUM IV

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : otak,

paru, liver, dan tulang.

14

Page 15: Refrat CA Mammae

2.9 Penyebaran Kanker Payudara/Komplikasi:

a. Penyebaran langsung. Infiltrasi lokal ke otot di bawahnya dan kulit yang menutupinya

secara klinis dapat dideteksi, hal ini mengakibatkan adanya ulserasi atau kerutan.

b. Limfogen. Infiltrasi ke saluran limfatik kulit menyebarkan timbulnya tanda klinis berupa

peau d’orange. Kelenjar limfe aksilaris merupakan tempat awal penyebaran limfogen

yang paling sering, dan pada sekitar 40-50% wanita penderita kanker payudara terdapat

metastasis kelenjar limfe aksilaris pada saat pemeriksaan pertama kali.

c. Hematogen. Metastasis hematogen paling sering mengenai paru dan tulang. Selain itu

hepar, adrenal dan otak juga sering terkena. Pleura pada sisi yang sama dengan tempat

kanker dapat merupakan tempat metastasis, dan menyebabkan terjadinya efusi. Destruksi

tulang menyebabkan hiperkalsemia, disertai komplikasi ginjal.

d. Implantasi tumor. “Pencemaran” sel-sel maligna dari tumor ke dalam luka pada saat

pembedahan awal, dapat menyebabkan pertumbuhan yang terus menerus dari sel-sel ini

pada jaringan parut-kekambuhan parut. Walaupun demikian, banyak kekambuhan pada

daerah parut, pada kenyataannya disebabkan oleh permeasi limfatik sebelumnya.

e. Duktus mammae. Pada beberapa kasus, duktus yang berdekatan dengan suatu kanker

payudara invasif, terisi dengan sel-sel maligna. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

penyebaran dari tumor-tumor sepanjang lumen duktus, tetapi keadaan ini lebih sering

merupakan fosi karsinoma intraduktus yang terpisah. Metode penyebaran sepanjang

lumen duktus ke arah putting susu ini penting pada penyakit paget.

2.10 Pemeriksaan dan Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat

kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita kanker, fungsi kelenjar

tiroid, penyakit ginekologik, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus

perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.

Pemeriksaan fisik

Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh (sesuai pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan

kelenjar mammae. Dari inspeksi, amati ukuran, simetri kedua mammae, perhatikan apakah

15

Page 16: Refrat CA Mammae

ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, oedem,erosi,

nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mammae apakah simetri, ada retraksi, distorsi,

erosi, an kelainan lain. Palpasi umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi

duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari

berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam. Kemudian dengan lembut pijat areola

mammae. Papila mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci

periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan.

Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi

bertolak pinggang, agar m. Pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar

melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila

mammae, harus buat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe

regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri topang

siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu

memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, dan terakhir periksa kelenjar supraklavikular.

Pemeriksaan penunjang

1. Mammografi

Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau

terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa nodul

namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik dan

rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.

2. USG

Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat

membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui

pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat

baik.

3. MRI mammae

Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI

mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis

karsinoma mammae stadium dini.

16

Page 17: Refrat CA Mammae

4. Biopsi

Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi

eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi.

Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak

sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran iatrogenik tumor.

2.11 Penatalaksanaan

Terapi bedah

Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker

mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :

1. Mastektomi radikal :

Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal

kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor,

seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik

dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun

belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae,

ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi

kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang.

2. Mastektomi radikal modifikasi :

Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis

mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor,

mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan

antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar

limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai

mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis.

3. Mastektomi total :

Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.

Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.

17

Page 18: Refrat CA Mammae

Radioterapi

Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :

1. Radioterapi murni kuratif :

Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5

tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak

operasi.

2. Radioterapi adjuvan :

Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu

radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium

lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker

mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae

(bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca

mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah

kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target

iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna

jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih

kontroversial.

3. Radioterapi paliatif :

Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.

Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau

kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada

payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan

muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

Terapi hormonal

Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah

terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause, sedangkan

adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang

18

Page 19: Refrat CA Mammae

digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat

reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara

kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi.

Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis vena dalam,

karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala.

2.12 Prognosis

Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi

kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan

positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III

adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5

tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk

meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis

dini, terapi dini dan tepat.

2.13 Pencegahan

Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian

penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker

payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi

kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari

keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan

primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang

dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini.

19

Page 20: Refrat CA Mammae

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena

kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan

populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan

deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui

mammografidiklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi

keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu

faktor risiko terjadinya kanker payudara.

Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa

pertimbangan antara lain:

o Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk

assessement survey.

o Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi

setiap tahun.

o Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia

50 tahun.

Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita

kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan

stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.

Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah

komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi

walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah

jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,

pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari

pengobatan alternatif.

20

Page 21: Refrat CA Mammae

21

Page 22: Refrat CA Mammae

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic pada wanita

hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor lifestyle

dan gizi. Setiap orang di dunia ini memiliki resiko untuk terkena kanker payudara, walaupun

wanita lebih berisiko daripada laki-laki. Oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini

dimulai dari diri sendiri dengan SADARI, memperbaiki pola makan/gizi dan gaya

hidup/lifestyle. Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund (WCRF), memperbaiki

gizi dan lifestyle dapat mencegah kanker payudara hingga 42%.

3.2 Saran

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, penulis memberi saran agar setiap wanita

dan laki-laki hendaknya menjaga kesehatan dengan mengurangi atau menjauhi faktor risiko yang

bisa menyebabkan kanker payudara dan menjaga/memperbaiki pola makan/gizi serta gaya hidup.

Pencegahan hendaknya dilakukan sejak dini, sebab kebanyakan kanker payudara berkembang

dalam jangka waktu yang lama, dan sering kali terlambat dideteksi karena jarang munculnya

gejala pada stadium awal. Dalam proses promotif, preventif dan protektif ini hendaknya ada

kerjasama antara individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintah serta komponen lainnya demi

menurunkan prevalensi di Indonesia, mengingat kemungkinan kecil untuk sembuh total jika

sudah terkena penyakit ini.

22

Page 23: Refrat CA Mammae

DAFTAR PUSTAKA

1. Hemant Singhal, MD. Breast Cancer Evaluation. 2009. http://emedicine.com, 22/02/15

2. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010. 22/02/15

3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2010, Tumor ganas. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta.

4. Susan Storck. Breast Lump Self Exam. 2008. http://medline.com, 22/02/15

5. Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI

23