Refrat Bedah Fixx
-
Upload
tiara-yunitasari -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Refrat Bedah Fixx
BAB IPENDAHULUANLatar Belakang
Epidural hematoma (EDH) merupakan kejadian kegawatdaruratan dalam
bedah saraf dan membutuhkan tindakan pembedahan dengan cepat sebagai
penatalaksanaan standar. EDH terjadi pada 1-3% pasien yang mengalami cedera
kepala dimana 5-15% dengan pasien yang mengalami cedera kepala sedang.
Kejadian ini jarang terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun dan setelah dekade ke-
6 dalam kehidupan. Perbandingan angka kejadian antara laki-laki dengan
perempuan yaitu 4:1. Waktu untuk penatalaksanaan EDH merupakan hal yang
sangat penting disamping faktor individu lainnya seperti usia, ukuran hematom,
lokasi, volume perdarahan, midline shift, status kesadaran.1
Pada penelitian yang dilakukan di Hongkong didapatkan bahwa penyebab
yang paling sering mengakibatkan EDH meliputi kecelakaan lalu lintas yaitu
sekitar 41% dan diikuti 34% cedera akibat benda tajam lainnya. Sedangkan pada
penelitian yang sama yang dilakukan di Jerman dari 38 kasus diketahui bahwa 20
kasus terjadi akibat dan diikuti dengan 14 kasus kecelakaan lalu lintas, serta hal
lain yang berhubungan dengan fraktur tulang kepala yang mengakibatkan
perdarahan dari arteri meningea media atau vena. Pada 60% kasus, arteri
meningea media merupakan penyebab terjadinya perdarahan.2,3
EDH klasik yaitu EDH dengan gambaran khas berupa lusid interval,
hemipresis kontralateral, dan dilatasi pupil ipsi lateral merupakan point yang
sangat penting dalam penegakan diagnosis. Angka kejadian EDH klasik sangat
rendah yaitu hanya 10-27 % kasus dari seluruh kasus EDH. Dari penelitian yang
dilakukan Jamieson dan Yelland hanya mendapatkan 2,4% kasus dan 8 % kasus
pada penelitian yang dilakukan oleh Mushtaq.6,12
Kecepatan dalam mendiagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat mengurangi
angka mortalitas. Angka kematian berkisar sekitar 20-55% sebelum adanya CT-
Scan dan menurun menjadi 12-20% setelah CT-Scan berkembang. Standar
rekomendasi untuk dilakukan intervensi pembedahan yaitu pada golden period.
Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi EDH. Kesadaran yang dinilai dari
Glasgow Coma Scale (GCS) serta penampilan yang berhubungan dengan kondisi
peningkatan tekanan intrakranial sangat mempengaruhi hasil dari tatalaksana yang
telah dilakukan.1
2
EDH dapat ditatalaksana dengan hasil yang sangat luar biasa baik pada
berbagai fasilitas kesehatan jika dapat didiagnosis secara tepat dan intervensi
pembedahan yang segera. Angka kematian dapat sangat menurun jika
pemeriksaan penunjang ditingkatkan terutama pada negara berkembang.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1.1. Anatomi
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena
cedera dan mengalami kerusakan.4,5
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa,
padat, dapat digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan
trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan
lapisan membran dalam yang mngendung pembuluh-pembuluh besar. Bila
robek, pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita laserasi kulit
kepala. Di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung
vena emisaria dan diploika. 4,5
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak
memungkinkan perluasan isi intrakranial. Tulang tengkorak terdiri dari dua
dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar
disebut tabula eksterna, dan dinding bagian dalam disebut tabula interna. 4,5
Tabula interna mengandung alur-alur yang berisi arteri meningea anterior,
media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan
terkoyaknya salah satu arteri ini, maka akan timbul perdarahan yang
tertimbun pada ruang epidural dan dapat berkakibat fatal sehingga
membutuhkan tindakan pembedahan segera. 4,5
Meninges melindungi otak dan memberikan perlindungan tambahan yang
terdiri dari duramater, araknoid, dan piamater. Masing-masing lapisan
meninges memiliki struktur dan fungsi tersendiri. 4,5
Dura adalah membran luar yang liat, semitranslusen, dan tidak elastis.
Fungsi dari dura antara lain untuk 1) melindungi otak, 2) menutupi sinus-
sinus vena, dan 3) membentuk periosteum tabula interna. Dura melekat erat
dengan permukaan bagian dalam tengkorak. 4,5
Dura memiliki banyak suplai darah. Bagian tengah dan posterior disuplai
oleh arteria meningea media yang bercabang dari arteria vertebralis dan
karotis interna. Pembuluh darah anterior dan etmoidalis juga merupakan
cabang dari arteria karotis interna dan menyuplai fossa anterior. Arteria
4
meningea posterior yaitu cabang dari arteria oksipitalis, menyuplai darah ke
fossa posterior. 4,5
Di dekat dura, namun tidak menempel pada dura, terdapat membran
fibrosa halus dan elastis yang disebut araknoid. Ruangan antara dura dan
araknoid (subdural) merupakan ruangan yang potensial. Perdarahan subdural
dapat menyebar dengan bebas dan hanya terbatas oleh sawar falks serebri dan
tentorium. Vena-vena otak yang melewati ruangan ini hanya mempunyai
sedikit jaringan penyokong sehingga mudah terkena trauma dan mudah robek
pada cedera kepala. 4,5
Di antara araknoid dan piamater (yang terletak langsung di bawah
araknoid) terdapat ruang subaraknoid. Ruangan ini melebar dan mendalam
pada tempat tertentu, dan memungkinkan sirkulasi cerebrospinal fluid (CSF).
Pada sinus sagitalis superior dan transversal, araknoid membentuk tonjolan
vilus (badan Pacchioni) yang bertindak sebagai lintasan untuk mengosongkan
CSF ke dalam sistem vena. 4,5
Gambar 2.1 Anatomi SCALP dan Meningen
Piamater adalah membran halus yang memiliki sangat banyak pembuluh
darah halus dan merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk
kedalam semua sulkus dan semua girus; kedua lapisan yang lain hanya
menjembatani sulkus. Pada beberapa fisura dan sulkus di sisi medial hemisfer
otak, piamater membentuk sawar antara ventrikel otak dan sulkus atau fisura.
5
Sawar ini merupakan struktur penyokong dari pleksus koroideus dari setiap
ventrikel. 4,5
1.2. Definisi
Epidural hematoma (EDH) adalah penumpukan darah akibat trauma di
antara tabula interna dan membran dura pada tulang tengkorak. Kondisi ini
pada umumnya terjadi akibat segmen fraktur tulang tengkorak yang merobek
pembuluh darah di sekitarnya. Sedangkan EDH klasik adalah kasus EDH
dengan gambaran klinis klasik berupa lusid interval, dilatasi pupil ipsilateral,
dan hemiparesis kontralateral, dan refleks hiperaktif , tanda babinski positif
kontralateral.6,7,8,9
1.3. Epidemiologi
Angka kejadian EDH di Amerika Serikat (AS) 1-2% dari seluruh kasus
trauma kepala dan sekitar 10% dari total pasien yang datang dalam keadaan
koma akibat trauma. Angka mortalitas pada kasus EDH berkisar antara 5-
43% dan dapat meningkat pada keadaan-keadaan seperti : usia tua, lesi
intradural, lokasi di regio temporal, peningkatan volume perdarahan,
perburukan keadaan klinis yang progresif, abnormalitas pupil, peningkatan
tekananan intrakranial, dan skala koma Glasgow (GCS) yang rendah. 6,7,8,
Angka kejadian EDH klasik diperkirakan sekitar 10-27% dari seluruh
kasus EDH. Sebanyak 50% penderita EDH berusia di antara 21 tahun-40
tahun dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan hanya 3,3 % di
atas 60 tahun. Kasus EDH juga lebih banyak dialami oleh laki-laki
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4 : 1. 6,7,8,9
1.4. Etiologi
Kasus EDH biasanya disebabkan oleh cedera kepala. Penyebab paling
sering cedera kepala yang menimbulkan EDH adalah kecelakaan lalu lintas.
Perdarahan yang muncul pada EDH paling sering terjadi akibat laserasi dari
arteri meningea media, dan dapat pula terjadi akibat robeknya temporal
6
bridging vein. Sekitar 90% kasus EDH dikaitkan dengan fraktur linier tulang
tengkorak, umumnya di regio temporal tepat di atas depan lobus telinga yang
disebut squamous portion. 6,7,8
1.5. Patofisiologi dan Gambaran Klinis
Sekitar 70-80% kasus EDH terjadi pada regio temporoparietal, dimana
fregmen fraktur tulang tengkorak menyilang arteri meningea media atau
percabangannya pada duramater. Kejadian EDH pada regio frontal dan
oksipital hanya sekitar 10% dan seringnya meluas ke atas atau ke bawah
tentorium. Perdarahan akibat fraktur tengkorak jarang terjadi pada anak-anak
dikarenakan kalvaria yang masih elastis. 6,7,8
Sumber perdarahan pada EDH biasanya berasal dari arteri, dan dapat pula
berasal dari perdarahan vena pada sepertiga pasien. Laserasi pada sinus
venosus terutama di regio parietooksipital atau fossa posterior juga dapat
mengakibatkan EDH. Pada umumnya, EDH yang berasal dari perdarahan
vena terjadi akibat fraktur depresi tengkorak yang memisahkan duramater
dari tulang sehingga terbentuk rongga tempat menumpuknya darah. Pada
pasien tertentu, terutama pada pasien dengan gejala yang tertunda, EDH
ditangani secara nonbedah. Paling sering EDH terjadi pada daerah
parietotemporal yang berasal dari robekan arteri meningea media. Hematoma
epidural di daerah frontal dan oksipital sering tidak dicurigai dan memberi
gejala yang khas. Bila hematoma epidural tidak disertai cedera otak lainnya,
pengobatan dini biasanya dapat menyembukan penderita dengan sedikit atau
tanpa defisit neurologis. 6,7,8
7
Gambar 2.2 Epidural Hematoma
Gejala dan tanda yang tampak bervariasi, tetapi penderita hematom
epidural yang khas memiliki riwayat cedera kepala dengan periode tidak
sadar dalam waktu pendek, diikuti oleh periode lusid. Namun demikian, perlu
diperhatikan bahwa interval lusid bukan merupakan tanda diagnostik yang
dipercaya pada EDH, karena hanya terjadi pada kurang dari 20% penderita
dan sering tidak disadari karena berlangsung sebentar, atau penderita dengan
cedera otak berat tambahan dapat tetap berada dalam keadaan stupor. 6,7,8
Pada kasus EDH klasik, gejala klasik yang ditemukan berupa lusid
interval, hemiparesis kontralateral, dan dilatasi pupil ipsilateral. Hematoma
yang meluas di daerah temporal menyebabkan tertekannya lobus temporalis
otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial
lobus (unkus dan sebagian dari girus hipokampus) mengalami herniasi di
bawah tepi tentorium. Tekanan herniasi unkus pada sirkulasi arteri ke
formasio retikularis medula oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di
tempat ini juga terdapat nuklei saraf kranial III (okulomotorius). Tekanan
pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata
ipsilateral. Tekanan pada jaras kortikospinalis asendens pada area ini
menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif,
dan tanda Babinski positif. Gejala penyerta lainnya pada EDH dapat berupa
8
nyeri kepala hebat dan muntah sebagai tanda peningkatan tekanan
intrakranial, serta kejang. 6,7,8,9
1.6. Diagnosis
Diagnosis EDH klasik ditegakkan berdasarkan anamenesis seperti adanya
trauma atau cedera pada kepala, disertai gejala dan tanda klinis khas EDH
klasik yaitu adanya keadaan tidak sadar diantara keadaan sadar, kelumpuhan
anggota gerak dan dari pemeriksaan fisik dijumpai hemiparesis kontralateral
dilatasi pupil ipsilateral, dan tanda babinski positif kontralateral.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan seperti arteriogram karotis,
ensefalogram, dan CT Scan. CT Scan kepala merupakan pemeriksaan
radiologi terpilih untuk mengevaluasi pasien cedera kepala. Pada gambaran
CT Scan, EDH akan tampak sebagai masa hiperdens berbentuk bikonveks
yang terbatas oleh perlekatan dura dan tulang tengkorak. Selain itu, pada
gambaran CT Scan juga mungkin didapatkan pergeseran midline dan
penyempitan ventrikel pada sisi otak yang mengalami cedera. 6,7,8
Gambar 2.2 CT Scan Kepala pada EDH
9
1.7. Penatalaksanaan
Prinsip dari intervensi bedah pada EDH adalah evakuasi perdarahan
segera, dekompresi jaringan otak, dan mengatasi sumber perdarahan. Pasca
operasi, dilakukan pemasangan drain selama 2x24 jam untuk menghindari
terjadinya akumulasi darah yang baru. 3,10
1.8. Prognosis
Terdapat 2 faktor yang sangat menentukan prognosis EDH klasik yaitu
keterlambatan pembedahan dan kesalahan management di rumah sakit.
Keterlambatan yang terjadi seperti keterlambatan rujukan, keterlambatan
mencapai rumah sakit, keterlambatan diagnosis dan beberapa kasus yang
menyebabkan keterlambatan untuk mendapatkan tindakan operatif setelah di
tegakkan diagnosis.12
Sedangkan Kesalahan management di rumah sakit termasuk didalamnya
kesalahan diagnosa, ketidaktepatan dalam mengevakuasi perdarahan, dan
perawatan yang kurang baik pasca operatif. 12
Prognosa EDH klasik tentang survuvival dan deficit sisa tergantung ddari
derajat progresivitas decompensasi intracranial lain. Mortalitasnya berkisar
antara 7-15% dan cacat sisa pada 5-10% kasus ( akibat cedera penyerta pda
otak lainnya). 10
BAB III
KESIMPULAN
10
Epidural hematoma (EDH) adalah penumpukan darah akibat trauma di
antara tabula interna dan membran dura pada tulang tengkorak. EDH klasik
adalah kasus EDH dengan gambaran klinis klasik berupa lusid interval, dilatasi
pupil ipsilateral, dan hemiparesis kontralateral dengan angka kejadian hanya
sekitar 10-27% dari seluruh kasus EDH. Sumber perdarahan EDH paling sering
terjadi di daerah parietotemporal yang berasal dari robekan arteri meningea media.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala klinis dan hasil CT
Scan kepala sebagai gold standard dengan gambaran massa hiperdens bikonveks
di bawah tulang tengkorak. Penanganan kasus EDH klasik adalah burhole
eksplorasi dengan prognosis pasien baik jika diagnosa dapat cepat ditegakkan dan
intervensi bedah segera dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Mezua, WC., et al. Traumatic Extradural Hematoma in Enugu, Nigeria.
Nigerian Journal of Surgery. 2012;18:80-4.
2. Yambroka, Shah, A. Post Traumatic Epidural Hematom Outcome
Analysis in 68 Consecutive Unselected Cases. Nepal Journal Of
Neuroscience. 2010;7(1):201.
3. Ullman, JS. 2012. Epidural Hemorrhage available on
http://emedicine.medscape.com/article/248840-overview. Accessed on
May 28th, 2013. Medscape Reference.
4. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran E. Jakarta:
EGC.
5. Price, SA., Wilson, LM. 2005. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
6. Price, DD. 2012. Epidural Hematoma in Emergency Medicine available on
http://emedicine.medscape.com/article/824029-overview. Accessed on
May 28th, 2013. Medscape Reference.
7. Jandial, R., Aryan HE., Nakaji, P. 2004. Neurosurgical Essential.
Missouri: Quality Medical Publishing, Inc.
8. Lindsay, KW. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated. Churchill
Livingstone.
9. Greenberg, MS. 2010. Handbook of Neurosurgery 7th Edition. THIEME.
10. Satyanegara. 2000. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
11. UCLA Neurosurgery. Epidural Hematomas available on
http://neurosurgery.ucla.edu/body.cfm?id=1123&ref=41&action=detail.
Accessed on May 28th, 2013.
12. Mushtaq et al. 2010. Association of Outcome of Traumatic Extradural
Hematoma with GlasgowComa Scale and hematoma size. Ann. Pak. Inst.
Med. Sci; 6(3): 133-138 133.
12