Makalah Surveilans Fixx!

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas- batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama lintas program, lintas sektor, antar daerah, bahkan antar Negara. Beberapa penyakit menular yang yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaaan, dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes meilitus, kecelakaan, dan sebagainya 1 . Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun 2010, Indonesia bahkan mencatatatkan angka jumlah kematian tertinggi untuk wilayah ASEAN, sebanyak 1.137 jiwa 2 . Pada Puskesmas Andalas, tidak berbeda dengan Indonesia pada umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian penyakit DBD, sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2001 – 2010 angka kejadian DBD tidak pernah hilang dari data surveilans Puskesmas Andalas, dengan begitu, berdasarkan kajian epidemiologi Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dikategorikan sebagai wilayah endemis DBD 3 . Disamping itu, di Puskesmas Andalas juga masih 1

Transcript of Makalah Surveilans Fixx!

Page 1: Makalah Surveilans Fixx!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia,

disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak

mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular

memerlukan kerjasama lintas program, lintas sektor, antar daerah, bahkan antar Negara.

Beberapa penyakit menular yang yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,

malaria, demam berdarah dengue, influenza, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaaan,

dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukan kecenderungan

peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes meilitus,

kecelakaan, dan sebagainya1. Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), pada tahun

2010, Indonesia bahkan mencatatatkan angka jumlah kematian tertinggi untuk wilayah

ASEAN, sebanyak 1.137 jiwa2.

Pada Puskesmas Andalas, tidak berbeda dengan Indonesia pada umumnya, penyakit

menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian penyakit DBD, sebagai perbandingan,

sepanjang tahun 2001 – 2010 angka kejadian DBD tidak pernah hilang dari data surveilans

Puskesmas Andalas, dengan begitu, berdasarkan kajian epidemiologi Kecamatan Padang

Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dikategorikan sebagai wilayah

endemis DBD3. Disamping itu, di Puskesmas Andalas juga masih terdapat beberapa penyakit

yang terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Bisaa (KLB) ataupun sporadik.

Apapun jenis penyakitnya, apakah itu penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah

ataukah penyakit yang baru muncul, yang terpenting dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin4. Surveilans

sebagai salah satu program penunjang di Puskesmas Andalas bertanggung jawab atas

kewajiban ini. Kegiatan surveilans secara umum berfungsi untuk mengumpulkan data,

melakukan pengolahan, analisa, interpretasi data tersebut serta menyebar luaskan informasi

tersebut supaya dapat dilakukan tindakan. Perluasan fungsi surveilans, secara khusus, juga

sebagai pusat advokasi kepada pihak yang berwenang untuk dilakukan suatu tindakan

1

Page 2: Makalah Surveilans Fixx!

intervensi agar suatu penyakit (menular) dapat dicegah dan menghilangkan angka kesakitan

secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit endemis di wilayah kerja

Puskesmas Andalas yang telah telah memiliki sistem surveilans yang seharusnya,

berdasarkan fungsinya dapat mencegah kejadian tersebut, menjadi suatu pintu pembahasan

yang menarik untuk mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas dan permasalahan

yang ada.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data

surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan

tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan

pelaporan data surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam

rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai

literatur, analisis, dan diskusi.

2

Page 3: Makalah Surveilans Fixx!

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Surveilans

Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari Center of Disease Control

(CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan

berhati-hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran infeksi dan

faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan

untuk penanggulangan yang efektif5.

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak

Menular Terpadu, menyebut bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara

sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi

yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah

kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien

melalui proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi

kepada penyelenggara program kesehatan1.

Dari kedua definisi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan bahwa kegiatan-kegiatan

dalam surveilans adalah sebagai berikut5:

- pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus

- pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk menghasilkan informasi

- penyebarluasan informasi yang dihasilkan kepada orang-orang atau institusi yang

dianggap berkepentingan, dan

- menggunakan informasi yang dihasilkan dalam manajemen yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian.

Maksud dari pengumpulan data secara sistematis adalah bahwa kegiatan pengumpulan

data itu dilaksanakan oleh suatu sistem, misalnya oleh Departemen Kesehatan di itngkat

nasional yang mengharapkan laporan data pula dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang

mendapatkan laporan data dari puskesmas dan rumah sakit. Data yang sudah terkumpul

secara sistematis tersebut diolah dan dianalisis lalu diinterpretasi di tingkat puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Departemen Kesehatan.

3

Page 4: Makalah Surveilans Fixx!

Masing-masing tingkat organisasi kesehatan ini dapat menyebarluaskan informasi yang

dihasilkannya kepada orang atau organisasi yang dianggap berkepentingan, dan sekaligus

menggunakan informasi itu untuk kepentingan manajemen pelayanan/program kesehatan.

Sementara itu, ada juga yang dikenal dengan Sistem Surveilans Epidemiologi. Sistem

surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans

epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan

laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program

kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota,

Propinsi dan Pusat6.

2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara

operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan

sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang

harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans

epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans

Epidemiologi Kesehatan Matra

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan

faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan

faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko

untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

4

Page 5: Makalah Surveilans Fixx!

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan

faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan

faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra6.

2.3 Jenis Penyelenggaraan Kegiatan Surveilans

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan satu cara atau

kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi. Cara-cara

penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan,

aktifitas pengumpulan data dan pola pelaksanaannya.

1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko

kesehatan

b. Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi

terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi khusus kesehatan

c. Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi

dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada

suatu populasi atau wilayah yang lebih luas

d. Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode

tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam

gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan

2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data

5

Page 6: Makalah Surveilans Fixx!

a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit

surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan,

masyarakat atau sumber data lainnya.

b. Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit

surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit

pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan

a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang

berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana

b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan

yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana

4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan

a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana

data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan

pendukung pemeriksaan

b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans

dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan

pendukung pemeriksaan lainnya6.

2.4 Surveilans Epidemiologi Terpadu Penyakit

Surveilans Terpadu Penyakit (STP) adalah pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit

menular dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan

surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber data Puskesmas,

Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Puskesmas pada umumnya menerapkan metoda ini.

6

Page 7: Makalah Surveilans Fixx!

2.4.1 STP Puskesmas

(1). Pengumpulan dan Pengolahan Data

Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas

harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan

Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan

kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan

analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data. Untuk temuan penyakit

Kejadian Luar Bisaa ( KLB) atau potensial KLB dicatat di formulir KLB (W1). Temuan

ini harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten (DKK) dalam waktu 1 x 24

jam. Dapat menggunakan berbagai sarana komunikasi. Temuan dalam formulir W1 ini

wajib untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Untuk beberapa penyakit khusus,

seperti campak, digunakan formulir khusus (C1).

(2). Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut

Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit

potensial KLB di daerahnya dalam bentuk table menurut desa/kelurahan dan grafik

kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada

Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau

sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan

adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB

tertentu,maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan

menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas

melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan

faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.

Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan

Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

(3). Umpan Balik

Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan

permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.

(4). Laporan

7

Page 8: Makalah Surveilans Fixx!

Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB (W2). Setiap bulan,

Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir Survailans Terpadu Penyakit

Berbasis Puskesmas (STPBP). Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP

Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data

kader kesehatan Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS

penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir1.

Gambar 1. Prinsip umum surveilans8

2.4.2 Manajemen STP1

Puskesmas, Puskesmas Sentinel, Rumah Sakit, Rumah Sakit Sentinel, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM & PL Depkes melaksanakan

manajemen surveilans.

a. Advokasi dan Sosialisasi

Ditjen PPM&PL Depkes, Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

melaksanakan advokasi untuk mendapatkan dukungan para pengambil keputusan dalam

penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit.

b. Pembentukan Kelompok Kerja

Di Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes menetapkan kelompok kerja sebagai unit

8

Page 9: Makalah Surveilans Fixx!

surveilans Terpadu Penyakit yang terdiri dari kelompok pelaksana pengumpul & pengolahan

data dan kelompok pelaksana analisis & rekomendasi yang didukung oleh tenaga profesional

epidemiologi, entomologi, statistisi, dokter dan tenaga profesional lain sesuai kebutuhan.

c. Menyusun Rencana Kerja

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen

PPM&PL Depkes menyusun rencana kerja tahunan program Surveilans Terpadu Penyakit.

Rencana kerja tersebut mendukung terlaksananya kegiatan teknis surveilans epidemiologi

sesuai dengan peran unit surveilans dan mekanisme kerjanya dan mendukung upaya

memperkuat kemampuan unit surveilans dengan melaksanakan manajemen surveilans.

d. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Surveilans

Sumber Daya Manusia sebagai komponen penting dalam Penyelenggaraan Surveilans

Terpadu Penyakit, oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan

Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes meningkatkan kemampuan sumber daya

manusiamelalui pendidikan, pelatihan, seminar, asistensi dan supervisi.

e. Pembinaan dan Pengawasan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan

Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di Kabupaten/Kota, termasuk Puskesmas,

Rumah Sakit dan Laboratorium, Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel. Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi melakukan pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan

Surveilans Terpadu Penyakit di Propinsinya. Direktur Jenderal PPM&PL Depkes melakukan

pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit diseluruh

Indonesia.

f. Pertemuan Berkala Surveilans Epidemiologi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan berkala unit surveilans Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, termasuk

Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel. Dinas Kesehatan Propinsi mengadakan

pertemuan berkala unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Ditjen PPM&PL Depkes mengadakan pertemuan berkala unit surveilans

Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi.

9

Page 10: Makalah Surveilans Fixx!

g. Penerbitan Buletin Epidemiologi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Ditjen PPM&PL Depkes

menerbitkan media informasi epidemiologi dalam bentuk jurnal, buletin epidemiologi atau

bentuk lain, secara berkala. Sasaran distrubusi buletin epidemiologi nasional adalah unit

surveilans dan unit program terkait di lingkungan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan

Propinsi dan sektor terkait. Sasaran distribusi bulletin epidemiologi Propinsi adalah unit

surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sasaran penerbitan buletin epidemiologi Kabupaten/Kota adalah unit

surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah

Sakit dan Laboratorium, termasuk Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel.

h. Penyusunan Pedoman

Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyusun pedoman yang

bersifat lebih teknis operasional sesuai dengan kebutuhan di lapangan, termasuk penambahan

jenis penyakit dan variabel datanya. Pedoman dimaksud ditetapkan dengan ketetapan

Gubernur untuk daerah Propinsi dan dengan ketetapan Bupati/Walikota untuk daerah

Kabupaten/Kota.

i. Membangun Jejaring Surveilans Epidemiologi

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi

dan unit surveilans Ditjen PPM&PL membangun dan menjaga terlaksananya jejaring

surveilans epidemiologi.

j. Mengembangkan Perpustakaan dan Referensi

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi

dan unit surveilans Ditjen PPM&PL mengembangkan perpustakaan untuk menyimpan data,

informasi, hasil kajian dan seminar serta melengkapi bahan referensi untuk memperkuat

kemampuan analisis dan rujukan.

k. Mengembangkan Komunikasi dan Konsultasi Ahli

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans di Dinas Kesehatan

Propinsi dan unit surveilans Ditjen PPM&PL mengidentifikasi, komunikasi dan konsultasi

dengan para ahli berbagai bidang keilmuan, baik setempat, nasional maupun internasional

sebagai rujukan ahli.

10

Page 11: Makalah Surveilans Fixx!

l. Peningkatan Pemanfaatan Sarana dan Pengembangan Perangkat Lunak Komputer.

Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi

dan unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes, serta unit-unit sumber data, melengkapi unitnya

dengan sarana komputer, modem, telepon dan faksimili untuk pengolahan, analisis dan

pengiriman data serta mengembangkan perangkat lunak komputer yang diperlukan.

m. Dukungan Anggaran Pembiayaan

Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT daerah

Kabupaten/Kota bersumber dari anggaran belanja daerah kabupaten/kota dan sumber

pembiayaan lainnya.

Sumber pembiayaan penyelenggaraan Surveilans Terpadu PenyakitDinas Kesehatan Propinsi,

Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai UPT daerah Propinsi bersumber dari anggaran

belanja daerah Propinsi dan sumber pembiayaan lainnya. Sumber pembiayaan

penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Ditjen PPM-PL Dep Kes, Rumah Sakit dan

Laboratorium sebagai UPT Pusat bersumber dari anggaran belanja Pusat dan sumber

pembiayaan lainnya.

2.5 Tujuan Surveilans1,4

1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit pada

suatu wilayah

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas masalah kesehatan.

Minimal ada tiga persyaratan untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan untuk

ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk mengatasi masalah, dan

tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. Dengan data surveilans yang layak dapat

diketahui besaran masalah dari setiap masalah kesehatan yang ada dan keefektifan

dari sebuah metode yang digunakan.

3. Untuk Mengetahui cakupan pelayanan. Atas dasar data kunjungan ke puskesmas,

dapat diperkirakan cakupan pelayanan puskesmas itu terhadap karakteristik tertentu

dari penderita, dengan membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik

11

Page 12: Makalah Surveilans Fixx!

tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik

yang sama di populasi dasar atas dasar data statistic dari daerah yang bersangkutan.

4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Bisaa (KLB).

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian/kematian yang bermakna secara

epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu6. Setiap kasus gizi buruk

juga diperlakukan sebagai KLB. Salah satu penyakit yang dapat diimunisasi yang

dapat menimbulkan KLB adalah campak, yang harus dilaporkan oleh puskesmas ke

DKK. Bila puskesmas melakukan pengolahan dan analisa setiap minggu, maka ini

merupakan kewaspadaan dini untuk mengetahui minggu keberapa frekuensi kasus

campak lebih meningkat dari bisaanya.

5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan dirumuskan dan intervensi

dilakukan, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya intervensi tersebut dari data

surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah terjadi penurunan insiden atau

prevalensi penyakit tersebut.

2.6 Manfaat Surveilans8

1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya

2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit

3. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat

4. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya

5. Deteksi perubahan layanan kesehatan yang terjadi

6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis

7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya

8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan

di masa datang.

12

Page 13: Makalah Surveilans Fixx!

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Situasi

3.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja meliputi 10

kelurahan dengan luas 8.15 Km2dengan batas-batas sebagai berikut9:

Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji

Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat

Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Peta Wilayah terlampir.

3.1.2 Keadaan Demografi

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas

Andalas adalah9 :

Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

NO KELURAHAN JUMLAH

1 Kelurahan Sawahan 7172

2 Kelurahan Jati Baru 7534

3 Kelurahan Jati 11722

4 Kelurahan Sawahan Timur 6029

5 Kelurahan Simpang Haru 6605

6 Kelurahan Andalas 10358

7 Kelurahan Kubu Marapalam 7124

8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 11754

9 Kelurahan Parak Gadang Timur 8831

10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 11775

Jumlah 88895

13

Page 14: Makalah Surveilans Fixx!

3.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani

masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah Puskesmas

pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu9:

1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat

2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah

3. Puskesmas Pembantu Tarandam

4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan

5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung

6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak

7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam

8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian

9. Poskeskel Kubu Marapalam

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas

mempunyai :

1 buah kendaraan roda empat ( Puskel )

5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu :

Rumah Sakit Pemerintah : 3

Rumah Sakit Swasta : 6

Klinik Swasta : 6

Dokter Praktek Umum : 51 Orang

Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang

Bidan Praktek Swasta : 30 Orang

Dukun Terlatih : 2 Orang

Kader aktif : 352 Orang

Pos KB : 12 Pos

Posyandu Balita : 88

Posyandu Lansia : 8

14

Page 15: Makalah Surveilans Fixx!

3.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Andalas

Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung

induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian : 51 orang PNS, 8 orang tenaga PTT, 6 orang

tenaga volunteer/honor.

Tabel 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

NO JENIS KETENAGAAN PNS PTT HONOR JML

1. Dokter Umum 4 4

2. Dokter Gigi 3 3

3. SKM 4 1 5

4. Akademi Perawat 5 1 6

5. Akademi Bidan 6 7 13

6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2

7. Perawat 6 6

8. Bidan 7 1 8

9. Perawat Gigi 1 1

10. Sanitarian 2 2

11. Asisten Apoteker 3 3

12. Analis 3 1 4

13. SMU 6 2 8

Jumlah 51 8 6 65

3.2 Kegiatan Surveilans di Puskesmas Andalas

3.2.1 Tujuan Surveilans10

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan penyakit menular dan degenerative di

Puskesmas Andalas

Tujuan Khusus

1. Untuk memonitor kecenderungan penyakit endemic

2. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)

15

Page 16: Makalah Surveilans Fixx!

3. Untuk evaluasi intervensi

4. Memonitor kemajuan pengendalian

5. Memonitor kinerja program

6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)

7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit

Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Andalas terlihat bahwa ruang lingkup

kegiatan surveilans di Puskesmas hanya pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak

menular. Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans epidemiologi kesehatan

lingkungan dan prilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.

Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas, secara umum, tujuan-

tujuan tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para

ahli, tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan oleh penulis tidak semua

tujuan tercapai. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

3.2.2 Sumber Daya Surveilans

a. Sumber Daya Manusia ( Petugas Surveilans )

Puskesmas Andalas saat ini memiliki satu orang petugas surveilans dengan

latar belakang belakang pendidikan Diploma III (AmK). Merujuk kepada

Kepmenkes Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan tenaga surveilans pada

tingkat puskesmas adalah seorang epidemiolog terampil. Petugas ini mulai bekerja

di Puskesmas Andalas menjadi pemegang program surveilans semenjak tahun 2010.

Sudah lama tidak mengikuti pelatihan surveilans.

Berdasarkan keterangan petugas yang dimaksud jumlah petugas yang

menggawangi program surveilans saat ini tidak menjadi kendala dalam menjalankan

kegiatan program surveilans. Untuk pelatihan surveilans dirasakan memang sangat

dibutuhkan, sebagai penyegaran ilmu dalam menjalankan tugas.

b. Sarana Pendukung

Jalannya kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas sudah memiliki sarana

berupa paket pedoman pelaksanaan epidemiologi kesehatan, paket formulir

pencatatan, paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi, dan satu unit

16

Page 17: Makalah Surveilans Fixx!

kendaraan bermotor roda dua. Sarana tersebut sebagian besar sudah memenuhi

kriteria ketersediaan sarana surveilans untuk tingkat rumah sakit atau puskesmas

berdasarkan Kepmenkes Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003. Kepmenkes

tersebut juga mewajibkan tersedianya satu paket computer, satu paket alat

komunikasi, dan satu paket kepustakaan.

3.2.3 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data surveilans di Puskesmas Andalas sebagian besar

menggunakan metoda surveilans pasif. Petugas surveilans hanya menunggu laporan

kasus baru/lama dari tenaga medis/para medis di balai pengobatan, pustu, posyandu,

atau tempat pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Petugas

surveilans hanya tinggal mencatat dan menjumlahkan saja.

Metoda surveilans pasif relatif tidak akurat, walaupun dalam format pelaporan yang

dibuat sudah diuraikan tentang definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan, tetapi

seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak merasakan kepentingannya untuk

turut berpartisipasi dalam kegiatan surveilans, sehingga sering terjadi perbedaan

persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih

murah11.

Apabila penyakit yang dilaporkan ditulis di formulir W1 (KLB/potensial KLB),

maka wajib hukumnya dalam waktu 1 x 24 jam dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Pada proses pengumpulan data ini, relatif tidak ditemukan masalah yang berarti.

Pemegang program menjalankan kordinasi yang baik dengan petugas terkait lainnya

dalam mengumpulkan data. Pencatatan juga dilaksanakan dengan baik dan rapi di

formulir pencatatan yang telah ditentukan.

3.2.4 Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data

Berdasarkan pedoman STP Puskesmas, untuk data yang sudah berhasil

dikumpulkan, petugas surveilans melakukan pengolahan dan analisis bulanan terhadap

penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan

grafik kecenderungan penyakit mingguan serta menginterpretasikan analisis tersebut

dalam bentuk kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya intervensi

oleh pihak yang berwenang.

17

Page 18: Makalah Surveilans Fixx!

Setiap tahunnya petugas surveilans puskesmas juga wajib melaksanakan analisis

tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,

perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas

memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,

informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota6.

Di Puskesmas Andalas, petugas surveilans tidak menjalankan fungsi ini dengan

memuaskan. Pengolahan data hanya berhenti pada proses pencatatan. Analisis dilakukan

hanya dengan membaca data yang tercatat didalam formulir pencatatan tanpa dilakukan

pengolahan lebih lanjut dalam bentuk tabel, grafik, ataupun peta sebaran. Analisis

seperti ini akan membingungkan dan dengan memasukan faktor kapasitas petugas yang

bukan merupakan seorang epidemiolog terampil maka bisa diperkirakan hasil

interpretasi yang dihasilkan tidak tajam.

3.2.5 Pelaporan dan Advokasi

Sebagai UPTD Dinas Kesehatan, puskesmas wajib memberikan laporan surveilans

kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota (DKK) secara berkala. Untuk laporan KLB (formulir

W1) harus dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam. Laporan ini bisa menggunakan berbagai

media komunikasi, seperti kurir, telepon, fax, email, bahkan media SMS. Laporan wabah

mingguan (formulir W2) dilaporkan setiap minggunya pada hari selasa. Laporan bulanan

Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STPBP) di laporkan setiap bulannya

diakhir bulan. Untuk laporan tahunan juga dibuat dan dilaporkan pada akhir tahun atau

awal tahun baru.

Pelaporan formulir W1, W2, dan STBP kepada DKK oleh unit surveilans sudah

berjalan dengan baik, > 90%. Sementara untuk laporan tahunan, semenjak tahun 2010

tidak ada lagi pembuatan laporan tahunan program surveilans. Pemegang program

surveilans hanya mengumpulkan data bulanan kepada bagian tata usaha.

Advokasi, kegiatan ini sebagian kecil sudah dilaksanakan oleh unit surveilans

Puskesmas Andalas. Advokasi terbatas hanya pada lintas program. Melihat dari kinerja

unit surveilans pada tahap Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data, bisa disimpulkan

advokasi yang dilakukan tidak kuat untuk mempengaruhi pemegang wewenang dalam

merumuskan intervensi.

3.3 DBD Sebagai Penyakit Endemis di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

18

Page 19: Makalah Surveilans Fixx!

Penyakit DBD dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak pernah hilang dari wilayah

kerja Puskesmas Andalas, Kecamatan Padang Timur.

Tabel 3. Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas dalam 10 tahun3

No Kelurahan Tahun Total

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Sawahan 23 8 7 6 21 9 17 7 12 7 117

2. Jati Baru 25 19 13 16 17 18 30 6 10 15 169

3. Jati 6 6 10 7 20 7 34 9 31 12 142

4. Sawahan

Timur

11 3 - 3 14 6 8 8 4 2 59

5. Simpang

Haru

3 7 5 2 11 5 12 10 1 4 60

6. Kubu

Marapalam

12 8 4 3 10 12 11 8 11 3 82

7. Andalas 15 21 2 13 15 17 36 8 21 14 162

8. Kubu

Dalam

Parak

Karakah

3 7 4 9 15 13 31 18 18 14 132

9. Parak

Gadang

Timur

10 11 4 1 10 5 19 9 16 3 88

10. Ganting

Parak

Gadang

11 8 7 6 11 3 19 9 14 8 96

Jumlah 119 98 56 66 144 95 217 102 138 138 1107

Dengan demikian, Kecamatan Padang Timur Adalah daerah endemis malaria.

Jikalau ditilik dari fungsi surveilans Puskesmas Andalas seperti yang telah dibahas

diatas, hal ini bisa terjadi karena kelemahan fungsi surveilans pada tahap Pengolahan,

19

Page 20: Makalah Surveilans Fixx!

Analisis, dan Interpretasi Data. Pengolahan data yang terbatas menyebabkan analisis

tidak sempurna, dan interpretasi yang diciptakanpun tidak tajam bahkan mungkin bisa

salah. Kekurangan diatas belum termasuk dari faktor kapasitas petugas.

Kelanjutan dari ketiga tahap tersebut, advokasi. Advokasi yang berlandaskan

pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang tidak kuat, tentu, bisa membuat

pemegang kebijakan mengeluarkan kebijakan/intervensi yang tidak sesuai. Akumulasi

dari semua ini adalah tidak efektifnya intervensi yang dilakukan untuk menghilangkan

DBD dari Kecamatan Padang Timur.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

20

Page 21: Makalah Surveilans Fixx!

Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di unit pelayanan kesehatan

perifer, puskesmas, sangat dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya

dibutuhkan dalam mengetahui trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi

dari penyakit tersebut sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau

bahkan menghilangkan angka kejadiannya.

Di Puskesmas Andalas, kegiatan surveilans belum berjalan dengan memuaskan

dikarenakan ada kelemahan pada tahap Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data sehingga

bisa terjadi kesulitan dalam mengetahui trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah dan

epidemiologi dari penyakit, begitu pula tahap Advokasi yang menjadi lemah karena memang

berangkat dari tahap sebelumnya. Hal ini bisa dicontohkan pada kasus DBD yang menjadi

penyakit endemis di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Kegiatan surveilans yang tidak prima

ikut menyumbang keadaan ini.

4.2 Saran

Melihat paparan diatas ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan,

a. DKK sebagai pihak yang berkompeten, sebaiknya secara rutin melakukan

pelatihan bagi petugas surveilans untuk meningkatkan kapasitas petugas

b. kepala puskesmas agar sebaiknya secara rutin pula melakukan evaluasi secara

internal pada kegiatan surveilans yang berlangsung

c. DKK atau puskesmas sendiri agar mengadakan sarana perangkat computer bagi

unit surveilans agar memudahkan petugas mengolah data

d. petugas surveilans agar dapat lebih mengembangkan sasaran advokasi, melibatkan

lintas sektoral

e. unit surveilans agar mengembangkan metoda pengumpulan data Surveilans Aktif

yang mempunyai tingkat presisi data lebih tinggi dibandingkan metoda Surveilans

Pasif yang bisaa digunakan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

21

Page 22: Makalah Surveilans Fixx!

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular

Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2003

2. Anonim. Kasus DBD Indonesia Tertinggi di ASEAN. Diakses dari:

http://megapolitan.kompas.com/read/2011/02/19/07163187/Kasus.DBD.di.Indonesia.

Tertinggi.di.ASEAN 17 Oktober 2011. 18.00 WIB

3. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program DBD Tahun 2001-2010. Padang:

Puskesmas Andalas; 2001-2010

4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Ed.17. Jakarta: Depkes RI;

2007

5. Buchari, Lapau. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

2009.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia;2003

7. Wuryanto, Arie M.KM. Surveilans Epidemiologi. Diakses dari:

http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/category/epidemiologi-s1_fkm-undip/

surveilans-epidemiologi/ 6 Oktober 2011. 17.00 WIB

8. Kasjono, Heru Subaris. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009

9. Puskesmas Andalas. Laporan Puskesmas Andalas Tahun 2010. Padang: Puskesmas

Andalas; 2010

10. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program Surveilans Tahun 2008. Padang:

Puskesmas Andalas; 2008

22

Page 23: Makalah Surveilans Fixx!

11. Setiawati, Elsa Pudji. Surveilans Infeksi Nosokomial. Bandung: FK Unpad; 2009

23

Page 24: Makalah Surveilans Fixx!

LAMPIRAN

24