REFRAT bedah 2

25

Click here to load reader

Transcript of REFRAT bedah 2

Page 1: REFRAT bedah 2

BAB IPENDAHULUAN

Pneumothorax tension adalah penumpukan udara secara progresif dalam ruang

pleura, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara keluar ke ruang pleura

tetapi tidak untuk kembali. Ventilasi tekanan positif dapat memperburuk efek ini 'satu arah-

katup'. Penumpukan udara secara progresif dapat meningkatkan tekanan ruang pleura

sehingga mendorong mediastinum ke hemithorax berlawanan, dan menghalangi aliran balik

vena ke jantung. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan peredaran darah dan dapat

menyebabkan traumatis.

Epidemiologi

Pneumothorax  dapat  diklasifikasikan  menjadi  pneumothorax  spontan  dan

traumatik. Pne umo tho rax spo n t a n merupakan pneumotho rax yan g t e r j ad i

t i b a - t i ba t an pa a t au deng an adanya penyakit paru yang mendasari. Pneumothorax

jenis ini dibagi lagi menjadi pneumothorax primer (tanpa adanya riwayat penyakit paru yang

mendasari) maupun sekunder (terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya).

Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih

banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko

pneumothorax  spontan  akan  meningkat  pada  perokok  berat  dibanding  non  perokok.

Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak

pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax traumatik dapat

disebabkan oleh t r a uma l an gsung maupun t i d ak l an gsung pada d ind in g

dada , dan d ik l a s i f i ka s ikan men j ad i iatrogenik maupun non-iatrogenik.

Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang sangat sering terjadi.

Page 2: REFRAT bedah 2

BAB IIPEMBAHASAN

PNEUMOTORAK 

Definisi

Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura.

Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa

mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus

akanmemasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed

pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup,

maka udara yang masuk saat i n sp i r a s i t ak akan dapa t ke lua r da r i kavum

p l eu ra pada s aa t ek sp i r a s i . Ak iba tnya , uda ra semakin lama semakin banyak

sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya

tension pneumothorax. 

.

b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan

antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar

dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut

dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam

rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang

tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan

rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar  melalui lubang

tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax . Pneumotorak adalah

terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.

Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran

udara ke rongga torak. Pneumotorak dapat terjadi berulang kali.

Page 3: REFRAT bedah 2

Dikenal dua jenis:

a) Pneumotorak primer 

Tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda

sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil (12 cm)

subpleural, terutama di bagian puncak paru.

b) Pneumotorak sekunder 

Tersering  pada  pasien  bronkitis  dan  emfisema  yang  mengalami  ruptur

emfisema subpleura atau bulla. Penyakit dasar lain: Tb paru, asma lanjut,

pneumonia, abses paruatau Ca paru. Pneumotorak berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrapulmoner yang meluas sampai ke rongga udara

subpleura dan permukaan pleura karena adanya obstruksi jalan nafas, alveoli

yang besar, kista paru atau bulla.

Tergantung pada kebocoran udara yang terjadi dikenal 3 tipe:

a) Pneumotorak tertutup

Lubang tertutup spontan dari udara dalam rongga torak diserap kembali.

b) Pneumotorak terbuka

Lubang pada p l eu ra v i s e r a l i s t e t ap t e rbuka dan pa ru -pa ru

t e t ap kuncup . Te rkadang terdapat fistel bronkopleura, yaitu adanya

hubungan langsung antara bronkus dan rongga torak.

c) Pneumotorak ventil

Terjadi peningkatan progresif tekanan intrapleural yang menimbulkan

kolaps paru yang progresif dan diikuti pendorongan mediastinal dan

kompresi paru kontralateral. Pada pneumotorak berat terjadi

penurunan ventilasi dan AV shunt diikuti hipoksemi. Hal ini lebih berat

dan cepat terjadi pada pneumotorak sekunder yang disertai penyakit paru lain.

Diagnosis

Anamnesis

Su l i t be rna fa s yang t imbu l mendadak dengan d i s e r t a i nye r i dada yang

t e rkadang d i r a sakan men j a l a r ke bahu . Dapa t d i s e r t a i ba tuk dan

Page 4: REFRAT bedah 2

t e rkadang t e r j ad i hemop t i s i s . Pe r l u d i t anyakan adanya penyakit paru atau

pleura lain yang mendasari pneumotorak, dan menyingkirkan adanya penyakit jantung.

Pemeriksaan fisik 

Sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai sianosis pada pneumotorak ventil atau

ada penyakit dasar paru. Gerakan torak mungkin tampak tertinggal, deviasi trakhea, ruang

interkostal melebar, perkusi hipersonor dan penurunan suara pernafasan. Dapat

menghilangkan atau mengurangi pekak jantung atau hati. Pada tingkat yang berat

terdapat gangguan respirasi/sianosis, gangguan vaskuler / syok. Komplikasi dapat berupa

hemopneumotorak, pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan

empiema.

Fo to t o r ak :Gambaran pa ru yang ko l aps ke a r ah h i l u s dengan r ad io lu sen

ke s ebe l ah pe r i f e r . Gambaran ini akan membesar pada posisi ekspirasi. Singkirkan

kemungkinan bulla yang besar,emfisema paru, kista paru, kaverne yang besar.

Left tension pneumothorax Bilateral tension pneumothoraces

- Deviasi trakea kearah yang normal.- Shift dari mediastinum.- Depresi dari hemidiafragma

Page 5: REFRAT bedah 2

CT of tension pneumothorax

Initial chest film After chest tube insertion mediastinal shift

Upper thorax showing position of chest tubes Right tension pneumothorax

Terapi

a) Pneumotorak ringan non ventil, kurang dari 30%. Pasien diobservasi dan disuruh meniup

balon. Bila pneumotorak memburuk dapat dipasang water sealed drainage (WSD).

b) Pneumotorak besar atau tipe ventil

Dipasang WSD. Pada keadaan gawat dapat dilakukan punksi dengan jarum infus

sel atau j a rum besa r , yang kemud ian d ihubungkan dengan s l ang ke bo to l

be r i s i a i r . B i l a pe r l u sebelum dibuat foto toraks. Bila dalam 24 jam

pemasangan kateter paru tidak mengembang selang dapat disambungkan ke alat

penghisap. Bila dalam 5 hari tidak berhasil dan keadaan pasien buruk pentu

Page 6: REFRAT bedah 2

dipikirkan kemungkinan tindakan bedah untuk menutupi kebocoran. Bila paru sudah

mengembang sempurna, WSD diklem selama 3 hari. Bila hasil observasi dan

torak baik WSD dapat dicabut.

c) Pencegahan pneumotorak rekuren, dapat dilakukan dengan menggunakan:

pleurodesiskimia,  dengan  menggunakan  larutan  tetrasiklin  atau  bedak  talk.

pleurektomi  parietal. Dilakukan pula ligasi atau reseksi bullae atau bleb.

d) NeedleThoracostomy

manajemen klasik tension pneumotoraks dada dekompresi muncul dengan thoracostomy

jarum. Sebuah kanula intravena 14-16G dimasukkan ke ruang tulang rusuk kedua di garis

mid-klavikularis. Jarum yang maju sampai udara dapat disedot ke jarum suntik yang

terhubung ke jarum. Jarum ditarik dan cannula dibiarkan terbuka untuk udara. Keluarnya

udara dari dada secara cepat menunjukkan adanya tension pneumothorax. pada tindakan ini

mengkonversi tension pneumotoraks menjadi pneumotoraks sederhana.

Terapi komplikasi

Hemopneumotorak: pembedahan.

Gangguan fungsi respirasi atau vaskuler: terapi suportif.

Emfisema kulit/mediastinal: observasi dan suportif 

Anatomi dan Fisiologi Sistem Respiratorius.

a. Anatomi

Dinding Thorax

Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang. Kerangka dinding thorax

membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang melindungi jantung, paru-paru,

dan beberapa organ rongga abdomen. Kerangka thorax terdiri dari vertebra

Page 7: REFRAT bedah 2

thoracica dan discus  intervertebralis,  costae  dan  cartilago  costalis,  serta sternum.

Beberapa  otot pernafasan yang melekat pada dinding dada antara lain:

a. Otot-otot inspirasi : M. intercostalis externus, M. levator costae, M. serratus posterior

superior, dan M scalenus.

b. Otot-otot ekspirasi : M. intercostalis internus, M. transversus thoracis, M. serratus

posterior inferior, M. subcostalis.

 

Traktus Respiratorius

Traktus respiratorius dibedakan menjadi dua, yaitu traktus respiratorius

bagian atas dan bagian bawah. Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari

cavum nasi, nasofaring, hingga orofaring.

Sementara itu, traktus respiratorius bagian bawah terdiri atas laring,

trachea,  bronchus  (primarius,  sekundus,  dan  tertius),  bronchiolus,  bronchiolus

respiratorius, ductus alveolaris, dan alveolus. Paru-paru kanan terdiri atas 3 lobus (superior,

anterior, inferior), sementara paru-paru kiri terdiri atas 2 lobus (superior dan inferior).

Masing-masing paru diliputi oleh sebuah kantung pleura yang terdiri dari dua selaput

serosa yang disebut pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis. Pleura

visceralis meliputi paru-paru termasuk permukaannya dalam fisura sementara pleura

parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum dan diafragma. Kavum pleura

merupakan ruang potensial antara kedua lapis pleura dan berisi sedikit  cairan  pleura

yang  berfungsi  melumasi  permukaan  pleura  sehingga memungkinkan gesekan

kedua lapisan tersebut pada saat pernafasan.

b. Fisiologi

Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru

dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh

pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor

thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada)

akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior, sementara faktor

abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter vertikal rongga dada. Akibat

membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru menjadi

terhisap sehingga mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun

menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke

Page 8: REFRAT bedah 2

alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari

kapiler ke alveolus.

Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari

tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan

rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum pleura menjadi lebih

positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat sehingga

udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.

Patofisiologi

Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara pleura

parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan

serous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada

intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase

inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O;

sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.

Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum

pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan

mengganggu pada proses respirasi.

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Pneumotorak spontan

Oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi, keganasan), neonatal

2. Pneumotorak yang di dapat

Oleh karena : iatrogenik, barotrauma, trauma

Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis

1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock

2. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock

Page 9: REFRAT bedah 2

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan luar menjadi :

1. Open pneumotorak

2. Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang hampir

sama.

Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple pneumotorak, tension pneumotorak, dan

open pneumotorak

Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis.

Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel

yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi

rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian

menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti balon yang dihisap. Pengembangan

paru menyebabkan tekanan intralveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada

pneumotorak spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura

sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi

cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi

mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal

flutter.

Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya

masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.

Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock

dikenal dengan simple pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak

adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed pneumotorak.

Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic

recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin

berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang

sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat

katup tertutup, terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan

Page 10: REFRAT bedah 2

obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena

penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.

Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkunga

luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas

pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open

pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura.

Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya

akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat.

Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter.

Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi

cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak

pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah

penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas.

Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.

Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.

Penatalaksanaan Trauma Toraks

Prinsip

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum

(primary survey - secondary survey)

Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif

(berturutan)

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah

: portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak

dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang

emergency.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk

menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan

nyawa.

Page 11: REFRAT bedah 2

Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau

setelah melakukan prosedur penanganan trauma.

Primary Survey

Airway

Assessment :

perhatikan patensi airway

dengar suara napas

perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Management :

inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,

hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

re-posisi kepala, pasang collar-neck

lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)

Breathing

Assesment

Periksa frekwensi napas

Perhatikan gerakan respirasi

Palpasi toraks

Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open

pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

Page 12: REFRAT bedah 2

Circulation

Assesment

Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

Periksa tekanan darah

Pemeriksaan pulse oxymetri

Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management

Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

Torakotomi emergency bila diperlukan

Operasi Eksplorasi vaskular emergency

Tindakan Bedah Emergency

1. Krikotiroidotomi

2. Trakheostomi

3. Tube Torakostomi

4. Torakotomi

5. Eksplorasi vaskular

PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (UMUM)

Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura dengan udara luar, ada

beberapa cara :

1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai masuk kerongga pleura , sehingga

tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil, yaitu dengan :

a. Jarum infus set ditusukkan kedinding dada sampai masuk kerongga pleura.

b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan kerongga pleura dan setelah

mandrin dicabut, dihubungkan dengan infus set.

Page 13: REFRAT bedah 2

c. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan kerongga pleura.

PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (Spesifik)

Pneumotoraks Simpel

Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.

Ciri:

Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)

Tidak ada mediastinal shift

PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada ↓

Penatalaksanaan: WSD

Pneumotoraks Tension

Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin

lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme

ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).

Ciri:

Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru,

mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea ,

venous return ↓ → hipotensi & respiratory distress berat.

Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,

hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis

Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

Penatalaksanaan:

1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)

2. WSD

Page 14: REFRAT bedah 2

Open Pneumothorax

Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar

dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan

tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps total paru.

Penatalaksanaan:

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)

2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka

3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.

4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

Water Sealed Drainage

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water

seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)

TUJUANNYA :

• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan

tekanan negatif rongga tersebut

• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura / lubrican.

INDIKASI PEMASANGAN WSD :

• Hemotoraks, efusi pleura

• Pneumotoraks ( > 25 % )

• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :

• Infeksi pada tempat pemasangan

• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

Page 15: REFRAT bedah 2

CARA PEMASANGAN WSD

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris

anterior dan media.

2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.

3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus

interkostalis.

4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari

melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.

5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan

Kelly forceps

6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada

7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.

8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

ADA BEBERAPA MACAM WSD :

1. WSD dengan satu botol

• Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana

• Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung.

• Drainage berdasarkan adanya grafitasi.

• Umumnya digunakan pada pneumotoraks

. WSD dengan dua botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

• Botol kedua sebagai water seal

• Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.

• Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

• Botol kedua sebagai water seal

• Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer

Page 16: REFRAT bedah 2

DAFTAR PUSTAKA

1.Anonym.http://medicastore.com/penyakit/148/Kolaps_Paru-Paru_Pneumothorax.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Pneumothoraxa2.Light, Richard W. 2008. http://www.merck.com/mmpe/sec05/ch060/ch060g.html

Page 17: REFRAT bedah 2

Referat

TENSION PNEUMOTHORAK

Pembimbing dr.H.Herry Yudha Utama SpB.Finacs

Disusun oleh :

Haryo Guritno Bayuaji 110.2002.112

Page 18: REFRAT bedah 2

SMF Ilmu Penyakit Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun

2011

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul “TENSION

PNEUMOTHORAK”. Tugas referat ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas

kepaniteraan bagian Ilmu Bedah di RSUD Arjawinangun.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Dr.Herry Setya Yudha Utama Sp.B, Mh.Kes, FInaCS, atas bimbingan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini, oleh karena

itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun.

Semoga referat ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Arjawnangun, maret 2011