REFRAT ABORTUS

download REFRAT ABORTUS

of 21

description

macam - macam abortus

Transcript of REFRAT ABORTUS

REFRAT ABORTUS

Pembimbing :dr.Arief Soffanto, Sp. OG

Disusun oleh :ISNI KHOERUNISA01.210.6194

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2015

ABORTUSA. DEFINISIKeguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2007).Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008).Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr (Handono, 2009).B. ETIOLOGIPenyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah :

1) Faktor maternala) Kelainan genetalia ibu Misalnya pada ibu yang menderita: (1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain). (2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata. (3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan mioma submukosa. (4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa). (5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

b) Penyakit-penyakit ibuPenyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun sekarang berbagai penyakit medis, kondisilingkungan, dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis.(4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

c) Antagonis rhesusPada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksiMisalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.

e) Gangguan sirkulasi plasentaDijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

f) Usia ibuUsia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis.

2) Faktor janinMenurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

3) Faktor paternalTidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003). Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Muchtar, 2002).

C. KLASIFIKASI ABORTUS1) Abortus spontanAbortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan aborrtus septik.a) Abortus imminens (keguguran mengancam) Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules.b) Abortus incipiene (keguguran berlangsung) Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.c) Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.d) Abortus complet (keguguran lengkap) Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buahkehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.e) Abortus infeksiosa dan Abortus septik Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok. Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun.f) Missed abortion (retensi janin mati) Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.g) Abortus habitualis Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturutturut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada semua kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadi abortus lagi pada seorang wanita mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya, Warton dan Fraser dan Llwellyn-Jones memberi prognosis lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Sarwono, 2008).

2) Abortus provokatus Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup. Pada tahun 2000, total 857.475 abortus legal dilaporkan ke Centers for Disease Control and Prevention (2003). Sekitar 20% dari para wanita ini berusia 19 tahun atau kurang, dan sebagian besar berumur kurang dari 25 tahun, berkulit putih, dan belum menikah. Hampir 60% abortus terinduksi dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke 12 kehamilan (Centers for Disease Control and Prevention, 2000). Manuaba (2007), menambahkan abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus ini terbagi lagi menjadi:a) Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.b) Abortus kriminalisAbortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.c) Unsafe AbortionUpaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.D. PATOLOGIPada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap. Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidakdikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas.

E. KOMPLIKASIKomplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, syok, dan gagal ginjal akut.1) PerdarahanPerdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.2) PerforasiPerforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.3) InfeksiInfeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.4) SyokSyok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok endoseptik).5) Gagal ginjal akutGagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat.F. DIAGNOSAMenurut WHO, setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:i. Perdarahan pada vagina.ii. Nyeri pada abdomen bawah.iii. Riwayat amenorea.

Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum Hcg kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan.Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut gambaran klinis adalah seperti berikut:i. Abortus Iminens (Threatened abortion)a. Anamnesis perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.b. Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.c. Pemeriksaan penunjang hasil USG.ii. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)a. Anamnesis perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.b. Pemeriksaan dalam ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).iii. Abortus Inkompletus atau abortus kompletusa. Anamnesis perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.b. Pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.iv. Abortus Tertunda (Missed abortion)a. Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.b. Pemeriksaan obstetri fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada.c. Pemeriksaan penunjang USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).

Diagnosa abortus habitualis (recurrent abortion) dan abortus septik (septic abortion) menurut Mochtar (1998) adalah seperti berikut:i. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)a. Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.ii. Abortus Septik (Septic abortion)a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis.d. Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.

G. PENATALAKSANAANPada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan.Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald (Mochtar, 1998).

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2015

A. IDENTITAS1. Nama penderita: Ny.K2. Umur: 23 tahun3. Jenis kelamin: Perempuan4. Agama: Islam5. Pendidikan: SMA6. Pekerjaan: Swasta7. Status: Menikah8. Alamat: Prupuk Utara 05/01 Margasari Tegal9. Tanggal Masuk: 1101201510. Masuk Jam: 09.30 WIB

B. ANAMNESAAnamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Januari pukul 09.30 WIB.1. Keluhan Utama :Pasien G1P0A0 hamil 16 minggu datang dengan keluhan keluar darah prongkol prongkol sejak tangal 4 November 2014.2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke VK dari UGD dengan G1P0A0 hamil 16 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir pada tanggal 4 November 21 Desember 2014. Darah yang keluar berwarna merah dan tidak prongkol prongkol, pasien mengganti pembalut 1-2 kali sehari. Setelah itu pasien berhenti mengeluarkan darah dari jalan lahir 1 minggu. Mulai tanggal 27 Desember 2014 hingga 11 Januari 2015 pasien mengeluh kembali keluar darah disertai prongkol prongkol dari jalan lahir. Pasien mengganti pembalut lebih dari 3 setiap harinya dan mengeluh perut nyeri. Paien mengatakan sebelum keluhan muncul pasien tidak jatuh, minum obat atau jamu, pijet maupun demam.3. Riwayat MenstruasiMenarche: 12 tahunLama Haid: 7 hariSiklus Haid: 28 hariDismenore: -HPHT: 20 September 20144. Riwayat PernikahanPasien menikah 1 kali dengan suami sekarang pada usia 23 tahun5. Riwayat ANCPasien belum pernah memeriksakan kandungannya ke bidan maupun doketer.6. Riwayat ObstetriG1P0A0G1: :hamil sekarang7. Riwayat KBPasien menggunakan KB suntik hormonal untuk 3 bulan pada bulan oktober.8. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Maag : disangkal Riwayat Penyakit Paru: disangkal Riwayat DM: disangkal Riwayat Operasi: disangkal

9. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Maag: disangkal Riwayat Penyakit Paru: disangkal Riwayat DM: disangkal10. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang pegawai bandara, tinggal bersama suami yang bekerja wiraswasta. Kesan ekonomi cukup, biaya pengobatan ditanggung BPJS.

C. PEMERIKSAAN FISIK a. Status PresentKeadaan Umum: SedangKesadaran: ComposmentisVital Sign:TD: 110/70 mmHgNadi: 80 x/menitTB: 162 cmRR: 22 x/menitBB: 47 KgSuhu: 36,50Cb. Status Internus Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Mulut: Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-) Tenggorokan: Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-) Leher: Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-) Kulit: Turgor baik, ptekiae (-) Mamae: Simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi areola (-), puting menonjol (+), besarcukup Paru: Inspeksi: Hemithorax dextra dan sinistra simetris Palpasi: Stemfremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-) Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi: Redup Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)c.Status Ginekologis Abdomen Inspeksi: Perut sedikit membuncit, striae gravidarum (-) Palpasi: TFU tidak teraba Perkusi: Timpani (+) Aukultasi: Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Genitalia Externa: Mons veneris, labia mayor et minor, klitoris, vulva,dan vestibulum tidak ada kelainan. Interna: Dinding vagina: Tidak ada kelainan, licin, massa (-)OUE: Pembukaan 1 cmCorpus Uteri: Sebesar telur bebekPortio: Kenyal, permukaan licinAdneksa: Tidak ada kelainanCavum Douglas: Tidak ada kelainanDischarge: Darah (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 11 Januarai 2015)a. PemeriksaanHematologiDarahRutinHb: 12,2 g/dLHematokrit: 38.7 %Leukosit : 6.300 /uLTrombosit: 362.000 /uLEritrosit: 4,10 juta/mm3b. Pemeriksaan KimiaGDS: 100c. Pemeriksaan imunoserologis : HbsAg (-)d. Pemeriksaan USG tanggal 10 Januari 2015 : Abortus inkomplet

E. RESUMEPasien G1P0A0 hamil 16 minggu, datang dengan keluhan keluar darah prongkol prongkol dari jalan lahir sejak tanggal 4 November 2014.Riwayat KehamilanHPHT: 20-9-2014Tanggal kedatangan ke RS: 11-01-2015Status Present: Keadaan Umum : SedangTD: 110/ 70 mmHgStatus Obstetri :Inspeksi: Perut sedikit buncit, striae gravidarum (-)Palpasi: TFU tidak teraba Auskultasi: DJJ (-)Genitalia: Externa: Mons veneris, labia mayor et minor, klitoris, vulva,dan vestibulum tidak ada kelainan. Interna: Dinding vagina: Tidak ada kelainan, licin, massa (-)OUE: Pembukaan 1 cmCorpus Uteri: Sebesar telur bebekPortio: Kenyal, permukaan licinAdneksa: Tidak ada kelainanCavum Douglas: Tidak ada kelainanDischarge: Darah (+)

F. DIAGNOSA AWALPasien G1P0A0 hamil 16 minggu dengan Abortus Inkomplete

G. TATA LAKSANA1. Pasien dianjurkan dirawat di rumah sakit 2. Inf. RL 20 tpm3. Pro curretage

H. PROGNOSADubia ad bonamI. EDUKASI1. Minum obat secara teratur, kontrol 1 minggu lagi, jika ada keluhan segera ke dokter.2. Disarankan untuk tidak berhubungan badan terlebih dahulu agaar luka post curretage sembuh terlebih dahulu.

J. DIAGNOSA AKHIRPasien G1P0A0 hamil 16 minggu dengan Abortus Inkomplete

K. OBSERVASI12-01-201509.30

10.00

10.30

11.00Kel : mual(+),muntah(+), pusing(+)Td : 110/80 mmHgHr: 84 x/menitRr : 22 x/menitT : 36,5PPV : (+) sedikit

Kel : mual(+),muntah(-), pusing(+)Td : 120/80 mmHgHr: 82 x/menitRr : 20 x/menitT : 36,3PPV : (+) sedikit

Kel : mual (-), muntah (-),pusing(+)Td : 120/80 mmHgHr: 88 x/menitRr : 22 x/menitT : 36,2PPV : (+) sedikit

Kel : Tidak ada keluhanTD : 120/80 mmHgN : 86 x/menitRR : 20 x/menitT : 36,5PPV : (+) sedikit

Pasien diperbolehkan pulang dengan diberikan terapi per oral Infus habis aff Amoxycilin 3x1 Asam Mefenamat 3x1

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B, Dkk. 1999. Dampak abortus terhadap kesehatan ibu di Indonesia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 23(3); hal: 119-125.Cunningham FG, Mac Donal PC, Gant NF. 1995. Komplikasi Kehamilan: Abortus. Obstetri Williams. EGC: Jakarta. 571- 597.Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 270-273.Mochtar, R.1998. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patalogi Jilid 1. Edisi 2. EGC. Jakarta. 209-225.Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.Rieuwpassa C, Rauf S, Manoe IMS. M.Abortion inkomplit, dkk. 2006 http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit/ (2 Januari 2008).Sarwono P, 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo: Jakarta.Yaumill, AA. 1998. Abortion can Damage Women. http://www.pathlights.com/abortion/index.htm. (9 Oktober 2007).Wiknjosastro G.H., Wibowo N. 1999. Kelainan pada lamanya kehamilan(abortus,preterm,lewat waktu). Kuliah Obstetri Gineklkogi. www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt5.html.(2 Januari2008).21