Refleksi Kasus Stase Kdm

6
8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 1/6  REFLEKSI KASUS STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM) Oleh: Disusun Oleh : NURUL AHDIAH 20154030083 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

Transcript of Refleksi Kasus Stase Kdm

Page 1: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 1/6

 

REFLEKSI KASUS

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)

Oleh:

Disusun Oleh :

NURUL AHDIAH

20154030083

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 2/6

 

KASUS

STATUS PASIEN

A. 

Identitas pasien : Nama : Bpk TUmur : 62th

Jenis Kelamin : L

Agama : IslamPekerjaan :

Alamat : Kandangan

Tgl Masuk :Tgl. Pemeriksaan :

 NO. RM :

B. 

Analisa Kasus

Pada kasus ini, didapatkan pasien Tn. T dengan keluhan DM sellulitis di tangan bagian

kiri. Luka sudah ada sejak seminggu sebelum dirawat di rumah sakit. Berdasarakan stadium

luka yang dikemukan oleh Netherland Woundcare Consultant society (2008), luka yang

dialami oleh Tn. T ini termasuk dalam stadium III. Penangan yang diberikan selama di rawat

adalah dengan melakukan dressing luka 1 hari sekali atau disesuaikan dengan perkembangan

luka tiap hari. Dressing luka masih dilakukan dengan teknik tradisional dimana luka di jaga

agar tetap lembab dengan cara melapisi luka dengan kain kassa yang sudah di basahi Nacl

sebelumnya. Saat dressing  jaringan nekrotik dan pus yang berada di luka dibersihkan dan

dihilangkan, sedangkan untuk jaringan dengan warna dasar hitam atau yang disebut jaringan

avaskuler tidak diangkat.

.

Page 3: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 3/6

Selulitis merupakan infeksi bacterial akut pada kulit yang menyebar ke dalam kulit

hingga ke lapisan dermis dan subkutis (Djuanda, 2011). Infeksi ini biasanya di dahului luka

atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococus

aureus. Penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya selulitis

ini (Morris, 2012). Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan

klinis. Pada pemeriksaan klinis umumnya didapatkan 4 kardinal peradangan yaitu rubor,

color, dolor, dan tumor. Pengobatan selulitis dimulai dengan memeriksa pathogen penyebab

infeksi terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan antibiotic yang akan diberikan. Selulitis

yang disebabkan oleh  streptococcus diberi penisilin selama 6 hari secara oral sebanyak 500

mg di setiap 6 jam. Sedangkan pada selulitis karena H. Influenza diberikan ampicillin dengan

dosis yang sama dengan penicillin. Bila didapatkan penderita alergi terhadap ke dua obat

tersebut makan diberikan alternative obat yaitu eritromisin, , klindamisin, atau diklosasilin

dengan dosis yang sama (Flitzpatrick, 2011).

Selain diberikan antibiotic, penyembuhan dari selulitis juga sangat bergantung dengan

 perawatan luka yang dilakukan. Perawatan luka saat ini telah mengalami perkembangan

 pesat yang ditunjang dengan kemajuan teknologi kesehatan. Isu perawatan luka ini sendiri

 berkaitan dengan perubahan profil pasien yang kadang disertai oleh penyakit degenerative

dan kelainan metabolic. Kondisi ini memerlukan perawatan yang tepat agar proses

 penyembuhan bisa optimal (Casey, 2011).

Perawatan luka modern didasarkan pada 3 hal yaitu mencuci luka, membuang jaringan

mati, serta memilih balutan. Mencuci luka bertujuan untuk menurunkan jumlah bakteri dan

membersihkan sisa balutan lama, debridement dilakukan untuk membuang jaringan dan sel

mati sehingga sel yang baru bisa berkembang. Beberapa teknik perawatan luka juga sudah

diajarkan, salah satunya adalah peawatan luka berdasarkan warna luka, atau yang lebih

dikenal dengan RYB/ Red Yellow Black (World Union of Wound Healing Societies, 2007). 

1.  Luka dasar merah  Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah

mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah

trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.

2.  Luka dasar kuning  Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis

debridemen agar luka berwarna merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau tidak

sedap dan mengurangi/menghindari kejadian infeksi.

Page 4: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 4/6

3.  Luka dasar hitam Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu

 pembersihan jaringan mati dengan debridement,baik dengan autolysis debridement

maupun dengan pembedahan.

Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia untuk

menangani luka kronis. Bahan modern wound dressing dapat berupa hidrogel, film dressing,

hydrocolloid, calcium alginate, foam/absorbant dressing, dll (Bryant, 2007).

1.  Hidrogel

Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan

dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai dressing

 primer dan memerlukan balutan sekunder (pad/kasa dan transparent film).Topikal ini

tepat digunakan untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan eksudat minimal

atau tidak ada.

2.  Film Dressing

Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan untuk luka

luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka post-operasi. Terbuat dari

 polyurethane film yang disertai perekat adhesif; tidak menyerap eksudat. Balutan ini

tidak dapat digunakan pada luka yang sudah terinfeksi.

3.  Hydrocolloid

Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap, melindungi luka

dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat

tetapi minimal.

4.  Foam/absorbant dressing

Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat banyak

Page 5: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 5/6

(absorbant dressing),sebagai dressing primer atau sekunder.Terbuat dari

 polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly absorptive. Indikasi

 penggunaan balutan ini adalah luka eksudat sedang sampai berat.

C.  Kesimpulan

Pemberian antibiotic yang tepat dan manajemen luka yang baik merupakan dua kunci utama

dalam penanganan selulitis. Prinsip utama dalam manajemen luka adalah pengkajian luka

yang komprehensif dan pemilihan produk untuk dressing yang tepat. Pemilihan ini

didasarkan pada biaya, kenyamanan, dan keamanan. Kita sebagai perawat hendaknya

menyediakan perawatan luka yang baik serta memfasilitasi pasien dalam pengambilan

keputusan mengenai perawatan dan hasil seperti apa yang diinginkan dari kita sebagai care

 giver.

DAFTAR PUSTAKA

Bryant RA, Clark RA, Nix DP. (2007). Acute and chronic wounds. Current management

concepts. 3rd 

  ed. St Louis, Mo: Mosby Inc: 100-29.

Page 6: Refleksi Kasus Stase Kdm

8/19/2019 Refleksi Kasus Stase Kdm

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-stase-kdm 6/6

Casey, G. Modern Wound Dressing. Nurs Stand 15 : 47-51

Djuanda, Adi. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke tujuh. Jakarta. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Flitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:

McGrawHill.

Morris, AD. (2012). Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales. Cardif, UK

World Union of Wound Healing Societies. (2007). Principles of best practice:

 Minimising pain at wound dressing-related procedures. Toronto: WoundPedia Inc